66
TUGAS MAKALAH PPOK Oleh: Agustian Dwi Mahendra Program Study Transfer S1 Ilmu Keperawatan

Makalah Ppok Bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah PPOK

Citation preview

Page 1: Makalah Ppok Bab 1

TUGAS MAKALAH

PPOK

Oleh:

Agustian Dwi Mahendra

Program Study Transfer S1 Ilmu Keperawatan

STIKES KARYA HUSADA PARE- KEDIRI

2014/2015

Page 2: Makalah Ppok Bab 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) atau COPD (Cronical Obstruction

Pulmonal Disease) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran

udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial.

Masalah kesehatan paru ini sudah cukup populer ditambah lagi banyaknya

faktor pemicu munculnya kasus penyakit ini. Berdasarkan data yang ditemukan oleh

Data Dasar PPOK di Indonesia, belum ditemukan data yang akurat tentang

kekerapan PPOK. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DEPKES RI 1992-

1998 mendapatkan angka kematian emfisema, bronkitis kronik dan asma

menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia.

Survey Penderita PPOK di 17 Puskesmas Jawa Timur ditemukan angka

kesakitan 13,5%, emfisema paru 13,1%, bronkitis kronik 7,7% dan asma 7,7%

(Widjaja A, 1993). Pada tahun 1997-1998 penderita PPOK yang rawat Inap di

RSUP Persahabatan sebanyak 124 (39,7%), sedangkan rawat jalan sebanyak 1837

atau 18,95% (Mangunnegoro). Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2003

ditemukan penderita PPOK rawat inap sebanyak 444 (15%), dan rawat jalan 2368

(14%). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO - 2010) menyebutkan, angka kematian

PPOK diperkirakan menduduki peringkat ke-4 bahkan dekade mendatang menjadi

peringkat ke-3. Mengamati data tersebut , tanpa disadari angka kematian yang

disebabkan PPOK terus mengalami peningkatan. (sumber : www.klikPDPI.com)

Page 3: Makalah Ppok Bab 1

Peran seorang perawat memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan

kesehatan bangsa. Maka dengan demikian, keterampilan dalam menangani suatu

kasus yang ada perlu adanya pembahasan mengenai masalah-masalah kesehatan

yang terjadi. Kali ini penulis akan membahas tentang masalah kesehatan yang telah

disebutkan di atas yaitu Penyakit Paru Obstruksi Kronik.

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dari PPOK serta anatomi fisiologinya.

2. Mengetahui etiologi PPOK.

3. Mengetahui patofisiologi PPOK.

4. Mengetahui manifestasi klinis PPOK.

5. Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik pada klien dengan PPOK.

6. Mengatahui penatalaksanaan pada klien dengan PPOK.

7. Mengetahui konsep ASKEP pada klien dengan PPOK.

Page 4: Makalah Ppok Bab 1

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di

saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK

terdiri atas bronkitis kronis dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis

kronis adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak

minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak

disebabkan penyakit lainnya. Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang

ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan

dinding alveoli.

Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang

digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai

oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi

utamanya dengan klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis

kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang

berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar

udara paru-paru.

Penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menimbulkan

obstruksi saluran napas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkitis kronis dan

emfisema pulmonum.

Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan

gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan

oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan

dalam masa observasi beberapa waktu.

Page 5: Makalah Ppok Bab 1

Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) merupakan suatu istilah

yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung

lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai

gambaran patofisiologi utamanya (Irman, 2008).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan sejumlah gangguan yang

mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yang penting

adalah bronkhitis obstruktif, emfisema, dan asma bronkhial

( Arif Muttaqin, 2008: 156 ).

Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005), tanda dan gejala yang ditimbulkan

adalah sebagai berikut :

1. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.

2. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat

banyak.

3. Dispnea.

4. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).

5. Anoreksia.

6. Penurunan berat badan dan kelemahan.

7. Takikardia, berkeringat.

8. Hipoksia, sesak dalam dada.

Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).

2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

B. Anatomi Fisiologi

Pernapasan adalah proses keluar dan masuknya udara ke dalam & keluar

paru. Manusia membutuhkan suply oksigen secara terus-menerus untuk proses

respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun

produk dari proses tersebut. Pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida

dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan

Page 6: Makalah Ppok Bab 1

untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan

gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam

tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia,

alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat

pertukaran gas. Proses pembakaran zat makanan menjadi energi juga memerlukan

oksigen yang secara singkat ditunjukan pada bagan berikut:

Zat makanan(gula) + Oksigen kabon dioksida + uap air + energi

1. Fungsi dan Struktur Sistem Respirasi

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh

untuk metabolisme sel dengan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari

metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

Berdasarkan anatominya saluran pernapasan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a. Saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring dan laring

b. Saluran nafas bagian bawah; trachea, bronchi, bronchioli dan

percabangannya sampai alveoli.

Sedangkan berdasar fungsionalnya saluran pernapasan dibagi menjadi area

konduksi dan area fungsional. Area konduksi adalah sepanjang saluran nafas

berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara pernapasan,

membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dg suhu tubuh hidung,

faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis. Area fungsional atau respirasi:

mulai bronchioli respiratory sampai alveoli, proses pertukaran udara dengan

darah.

2. Alat – Alat Pernapasan

a. Hidung

1) Nares Anterior

Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung.

Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai

Page 7: Makalah Ppok Bab 1

vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris

yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah

kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara

ke dalam rongga hidung.

Page 8: Makalah Ppok Bab 1

2) Rongga Hidung

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan

pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir

semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga

hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara

yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini

tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi

atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran

mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla,

palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat

pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae

superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane

mukosa.

Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus

sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os

frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian

atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf

khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina

cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I

olfaktorius.

Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan

melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi; memperingan

tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa dan memberikan

resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana mukosa yang

bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam

cavum nasi :

a) Lubang hidung

b) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior

Page 9: Makalah Ppok Bab 1

c) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior

dan media dan diantara concha media dan inferior

d) Sinus frontalis, diantara concha media dan superior

e) Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian

belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui

appertura nasalis posterior.

b. Faring

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.

Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring)

dan dibelakang laring (faring-laringeal)

c. Laring

Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang

memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai

ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.

Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh

ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid,

dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai

jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau

lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan

berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti

cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang

rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan

lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah

belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan

kornikulata yang sangat kecil.

Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa

katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring

Page 10: Makalah Ppok Bab 1

dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita

suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium berlapis.

Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan

tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan

gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot

laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar

sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas

dan berbicara.

Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang

melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara,

dan juga menutup lubang atas laring sewaktu menelan.

d. Trakea

Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea

berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan

ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas

16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang rawan

yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di

sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot.

Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel

cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring, maka dengan

gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama

dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi

mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya

tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang

memisahkannya dari tulang belakang.

Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus

kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea.

Trakea torasika berjalan melintasi mediastenum (lihat gambar 5), di

Page 11: Makalah Ppok Bab 1

belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus

terletak dibelakang trakea.

e. Kedua bronkus

Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira

vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan

dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah

dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan

lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis

dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang

kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri, disebut bronkus

lobus bawah.

Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada yang kanan,

dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa

cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

f. Rongga Toraks

Batas-Batas yang membentuk rongga di dalam toraks :

1) Sternum dan tulang rawan iga-iga di depan,

2) Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas ( diskus

intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan di belakang.

3) Iga-Iga beserta otot interkostal disamping

4) Diafragma di bawah

5) Dasar leher di atas,

Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta

pembungkus pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan

memebentuk batas lateral pada mediastinum.

Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada diantara kedua

paru-paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh dara besar, usofagus,

duktus torasika, aorta descendens, vena kava superior, saraf vagus dan

frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe.

Page 12: Makalah Ppok Bab 1

g. Paru – Paru

Paru-Paru ada dua dan merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru

mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri,pada bagian tengah

dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur

lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang

berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih

tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di

atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai

permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat

tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi

depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.

Gambar 2.1 Anatomi sistem pernapasan.

1) Lobus paru-paru (belahan paru-paru).

Page 13: Makalah Ppok Bab 1

Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura.

Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus.

Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke

dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi tipis dan

akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan

seperti spons. Di dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada

di dalamnya.

2) Bronkus Pulmonaris

Trakea terbelah mejadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang

lagi sebelum masuk paru-paru (lihat gambar 3). Dalam perjalanannya

menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan

beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa

dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang

mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin

kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal

dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.

Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula.

Dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan

epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih, dan disinilah

darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan

pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.

3) Pembuluh Darah dalam Paru-Paru

Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung

oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya

menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi

sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan

membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau

gelembung udara.

Page 14: Makalah Ppok Bab 1

Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat

dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya

bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua

membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan

difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.

Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih

besar dan akhirnya dua vena pulminaris meninggalkan setiap paru-paru

membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk

didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.

Page 15: Makalah Ppok Bab 1

Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa

darah berisi oksigen langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna

memberi makan dan menghantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-

paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler

yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir

arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam

vena pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena

pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh vena

bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka

dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.

4) Hiilus (Tampuk)Paru-Paru dibentuk struktur berikut

a) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke

dalam paru-paru untuk diisi oksigen

b) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru

– paru ke jantung

c) Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial,

merupakan jalan udara utama.

d) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke

jaringan paru – paru.

e) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke

vena kava superior.

f) Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru –paru, sangat banyak,

g) Persarafan, paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf

simpati.

h) Kelenjar limfe, semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur

paru – paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di

tampak paru – paru.

i) Pleura, setiap paru –paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu

pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru – paru, masuk ke dalam

Page 16: Makalah Ppok Bab 1

fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain.

Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru –

paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam

dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis,

bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan

bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini

diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis

(fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia.

Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat

untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara

paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam

keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat

bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak

nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan

memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.

3. Fisiologi Pernapasan

Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada

pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut

melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea

dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam

kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler,

yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan

dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini

dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru –

paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95

persen jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,

menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah

melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Page 17: Makalah Ppok Bab 1

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau

pernapasan eksterna :

a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam

alveoli dengan udara luar.

b. Arus darah melalui paru – paru.

c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah

tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

d. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih

mudah berdifusi drpd oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan

paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih

banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan

terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka

konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat

pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya

pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih

banyak O2.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan

hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan

akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan

memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung,

dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli,

yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan

jarigan.

Udara (atmosfer) yang di hirup:

Nitrogen ..................................................................... 79 %

Oksigen ...................................................................... 20 %

Page 18: Makalah Ppok Bab 1

Karbon dioksida ........................................................ 0-0,4 %

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer

Udara yang diembuskan:

nitrogen....................................................................... 79 %

Oksigen....................................................................... 16 %

Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %

Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru – paru

ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5 literudara. Hanya sebagian

kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut

(tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan diembuskan keluar pada pernapasan

biasa dengan tenang.

Kapasitas vital. Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-

paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru.

Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan

pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-

paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan

otot pernapasan.

Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama,

pengendalian oleh saraf, dan kimiawi. Beberapa faktor tertentu merangsang

pusat pernafasan yang terletak di dalam medula oblongata, dan kalau

dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan saraf spinalis ke otot

pernafasan yaitu otot diafragama dan otot interkostalis.

1. Pengendalaian oleh saraf

Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang

mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radiks

saraf servikalis impuls ini di antarrkan ke diafragma oleh saraf frenikus:

Dibagian yang lebih rendah pada sumsum belakang ,impulsnya berjalan dari

Page 19: Makalah Ppok Bab 1

daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis.

Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan

interkostal yang berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit. Impuls

aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara, diantarkan saraf vagus

ke pusat pernapasan di dalam medula.

2. Pengendalian secara kimiawi

Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan

pengaturan frekuensi, kecepatan, dan kedalaman gerakan pernapasan. Pusat

pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi: kadar alkali daah

harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produksi asam dari

metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan

untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.

Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi,

adalah penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam

hal paralisa otot pernapasan ( interkostal dan diafragma) digunakan ventilasi

paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan yang lainnya untuk melanjutkan

pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat

dikeluarmasukkan paru-paru.

Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan

kedalaman pernapasan. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak

oksigen dalam otot untuk memberi energi yang diperlukan dalam pekerjaan

akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di dalam darah

dan akibatnya pembesan ventilasi paru-paru.

Emosi, rasa sakit,dan takut,misalnya, menyebabkan impuls yang

merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara

kuat seperti hal yang telah kita ketahui.

Impuls aferen dari kulit mengasilkan efek serupa—bila badan di

celup dalam air dingin atau menerima guyuran air dingin, penarikan

pernapasan kuat menyusul.

Page 20: Makalah Ppok Bab 1

Pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Kalau bernapas secara normal,

ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar.

Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik

dan urutannya menjadi : inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan

terbalik.

Kecepatan normal setiap menit:

Bayi baru ............................................................ 30-40

Dua belas bulan ................................................... 30

Dari dua sampai lima tahun .................................... 24

Orang dewasa...................................................... 10-20

Ada dua saat terjadi pernapasan atau yang biasa disebut dengan gerakan

pernapasan:

1. Inspirasi atau menarik napas

Adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi

diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel.

Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot interkostalis ,

meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru

yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu

dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna

diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.

2. Ekspirasi

Udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru

kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini

adalah proses pasif.

Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher

dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah

Page 21: Makalah Ppok Bab 1

belakang dan abdomen juga dibawa bergerak, dan alae nasi (cuping atau

sayap hidung) dapat kembang kempis.

Gambar 2.2 Inspirasi dan ekspirasi

Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi, warna merahnya hilang

dan menjadi kebiru-biruan dan ia disebut menderita sianosis.

Orang yang berusaha bunuh diri dengan memasukkan kepalanya ke

dalam oven gas, bukan saja terkena anoksia, tetapi jaga menghirup karbon

monoksida yang bersifat racun dan yang segera bergabung dengan hemoglobin

sel darah, menyingkirkan isi normal oksigen. Dalam hal ini bibir tidak kebiru-

biruan , melainkan merah ceri yang khas. Pengobatan yang diperlukan ialah

pengisapan dan pemberian oksigen dalam konsentrasi sampai lima kali jumlah

oksigen udara atmosfir atau lima atmosfir.

C. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD adalah:

1. Kebiasaan merokok

Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok

adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara fisiologis rokok berhubungan

Page 22: Makalah Ppok Bab 1

langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan metaplasia

skuamulus epitel saluran pernapasan. Juga dapat menyebabkan

bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok menimbulkan

pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.

Riwayat Perokok yang disebutkan adalah:

1) Perokok Aktif

2) Perokok Pasif

3) Bekas Perokok

2. Polusi udara

Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat

pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid

dan ozon.

a. Polusi di dalam ruangan :

asap rokok

asap kompor

b. Polusi di luar ruangan :

Gas buang kendaranan bermotor

Debu jalanan

c. Polusi tempat kerja ( bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)

3. Riwayat infeksi saluran nafas

Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronchitis

koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta

menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis koronis disangka

paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudaian menyebabkan

infeksi sekunder oleh bakteri.

Menurut Arif Muttaqin, (2008: 156 ) penyebab dari Penyakit Paru Obstruksi

Kronik adalah :

a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik

dan emfisema.

Page 23: Makalah Ppok Bab 1

b. Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.

c. Polusi oleh zat- zat pereduksi.

d. Faktor keturunan.

e. Faktor sosial-ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.

D. WOC/Patofisiologi

Walaupun PPOK/COPD terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali

memberikan kelainan fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun

pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini

menimbulkan dinding bronkus menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan

bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan hipertrofi dari kelenjar-kelenjar

mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Bila sudah timbul gejala sesak,

biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi

yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan hiperventilasi

(napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2 tertahan) dan

menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh lainnya meningkat).

Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang

menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernapasan bagian

bawah paru akan tertutup. Pada penderita COPD saluran-saluran pernapasan

tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran

pernapasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi

dan perfusi yang tidak seimbang. Hal ini disebabkan oleh adanya vasokonstriksi

pada pembuluh darah dan polisitemia sehingga terjadi sesak napas yang lebih berat.

Perjalanan klinis penderita PPOK terbentang mulai timbulnya dispnea tanpa

disertai batuk dan produksi sputum yang berarti. Biasanya dispnea mulai timbul

antara usia 30 sampai 40 tahun dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit

lanjut, pasien mungkin begitu kehabisan napas sehingga tidak dapat makan lagi dan

tubuhnya tampak kurus tak berotot.

Page 24: Makalah Ppok Bab 1

Perjalanan klinis PPOK yang khas berlangsung lama, dimulai pada usia 20-

30 tahun dengan batuk “merokok”, atau “pagi” disertai pembentukan sedikit sputum

mukoid. Infeksi pernapasan ringan cenderung berlangsung lebih lama dari biasanya

pada pasien-pasien ini. Meskipun mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap

kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam

jangka waktu lama. Akhirnya, serangan bronchitis akut makin sering timbul

terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja pasien berkurang, sehingga

waktu mencapai usia 50-60an pasien mungkin harus berhenti bekerja. Pada pasien

dengan tipe emfisema tosa yang mencolok perjalanan klinis tampaknya tidak begitu

lama yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dipsnea

yang membuat pasien menjadi sangat lemah. Gabungan gagal napas dan gagal

jantung yang dipercepat oleh pneumonia yang merupakan penyebab kematian yang

lazim.

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang

disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia

yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga

sulit bernapas.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah

oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi

oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya

fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti

fungsi ventilasi paru. Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses

inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus

terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi adalah obstruksi bronkus kecil

(bronkiolus terminalis) yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase

ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat

ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air

trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala

akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan

Page 25: Makalah Ppok Bab 1

ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru:

ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan

(Brannon, et al, 1993).

Perubahan pola tidur

Intoleransi aktifitas

metabolisme tubuh menurun

Kebutuhan oksigen

Pola nafas tidak efektif

Kerusakan pertukaran

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

(risiko/aktual)

Bersihan Jalan Nafas

hiperkapnea

Gangguan difusi gas di alveoli

Distribusi ventilasi tak merata di seluruh bagian paru

Hipoventilasi

Obstruksi saluran nafas

Kontraksi otot polos

Edema mukosa

hipersekresi

bronkospasme produksi

mukus

sekresi mukus

permeabilitas kapiler

Konstriksi otot polos

melepaskan substansi vasoaktif

Pencetus serangan(Alergen, emosi/stress, obat-obatan, dan

infeksi)

Reaksi antigen dan antibodi

hipoksemia

Page 26: Makalah Ppok Bab 1

Gambar 2.3 Pathway PPOK

Page 27: Makalah Ppok Bab 1

E. Manifestasi Klinis

Gejala cardinal dari PPOK adalah batuk dan ekspektorasi, dimana cenderung

meningkat dan maksimal pada pagi hari dan menandakan adanya pengumpulan

sekresi semalam sebelumnya. Batuk produktif, pada awalnya intermitten, dan

kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu. Sputum berwarna bening dan

mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan kadang ditemukan darah

selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik.

Sesak napas setelah beraktivitas berat biasanya terjadi seiring dengan

berkembangnya penyakit. Pada keadaan yang berat, sesak napas bahkan terjadi

dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat semakin

memburuknya abnormalitas pertukaran udara.

1. Bronkitis kronik

a. Batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-

kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2

tahun berturut-turut.

b. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukosa

c. Mukus lebih kental

d. Kerusakan fungsi ciliary

2. Untuk emfisema, asma

a. Kelemahan badan

b. Batuk

c. Sesak napas

d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

e. Mengi atau wheeze

f. Ekspirasi yang memanjang

g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.

h. Penggunaan otot bantu pernapasan

i. Suara napas melemah

j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

Page 28: Makalah Ppok Bab 1

k. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Radiologis

Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,

keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan

bronkus yang menebal.

b. Corak paru yang bertambah.

Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan

bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink

puffer.

b. Corakan paru yang bertambah.

c. Pemeriksaan faal paru.

Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang

bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan

VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR

(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP

bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang

pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways).

Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi

berkurang.

Page 29: Makalah Ppok Bab 1

Chest X-ray: dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma

mendatar.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,

terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia

yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan

polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan

jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab

payah jantung kanan.Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab

infeksi.

b. Laboratorium darah lengkap

c. Peningkatan Hb (empisema berat)

d. Peningkatan eosinofil/ asma

e. Penurunan alpha 1- antitrypsin

f. PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronkhitis kronis dan

emfisema.

3. Pemeriksaan EKG

Deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien asma berat dan atrial

disritmia/bronkhitis); gel.P pada Leads II, III, AVF panjang dan tinggi

(brinkhitis dan emfisema); dan aksis QRS vertikal (emfisema).

G. Pemeriksaan Fisik

1. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter

anteroposterior dada meningkat).

2. Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.

3. Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati

lebih rendah, pekak jantung berkurang.

Page 30: Makalah Ppok Bab 1

4. Suara nafas berkurang.

5. Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa

bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan

corakan paru yang bertambah.

6. Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan

gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan

pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.

H. Penatalaksanaan Umum

1. Pencegahan terhadap hal-hal yang dapat memicu munculnya gangguan pada

saluran pernapasan, yaitu; mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi

udara.

2. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan :

a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi :

b. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka

digunakan ampisilin 4 x 0,25 – 0,5 g/hari atau aritromisin 4 x 0,5 g/hari.

c. Augmentin (amoxilin dan asam klavuralat) dapat diberikan jika kuman

penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Catarhalis yang

memproduksi B. Laktamase. Pemberian antibiotic seperti kotrimoksosal,

amoksisilin atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut

terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempererat kenaikan

peak flowrate. Namun hanya dalam 7 – 10 hari selama periode eksaserbasi.

Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan

antiobiotik yang lebih kuat.

d. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena

hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas CO2. Manfaat penggunaan

oksigen dapat memberikan efek yang meringankan keluhan, seperti:

1) Mengurangi sesak.

2) Memperbaiki Aktivitas.

Page 31: Makalah Ppok Bab 1

3) Mengurangi hipertensi pulmonal (Penyakit jantung).

4) Mengurangi vasokonstriksi.

5) Mengurangi hematokrit.

6) Memperbaiki fungsi neuropsikiatri.

7) Meningkatkan kualiti hidup.

Page 32: Makalah Ppok Bab 1

Indikasi pemberian oksigen pada umumnya adalah:

1) PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90 %.

2) PaO2 antara 55 – 59 mmHg atau SaO2 > 89 % + adanya :

a. Kor Pulmonale

b. P Pulmonal

c. Hematokrit > 55%

d. tanda gagal janyung kanan

e. Sleep apneu

f. Penyakit paru lain

Beberapa macam terapi oksigen diberikan dan disesuaikan berdasarkan

tingkat keparahan dan munculnya gangguan yang terjadi, yaitu:

1) Pemberian oksigen jangka panjang

2) Pemberian Oksigen pada waktu aktivitas

3) Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak

4) Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal nafas

3. Pembersihan jalan napas yang dapat dilakukan adalah dengan:

a. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.

b. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, termsuk didalamnya

golongan adrenergic B dan antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan

sulbutamol 5 mg dan g diberikan tiap 6 jam dengan rebulizermatau

protropium bromide 250 atau aminofilin 0,25 – 05 g IV secara perlahan.

4. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :

a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25 –

0,5/hari dapat menurunkan ekserbasi akut.

b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap

pasien, maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif

fungsi foal paru.

c. Fisioterapi.

d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi akivitas fisik.

Page 33: Makalah Ppok Bab 1

e. Mukolitik dan ekspekteron.

f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas Tip

II dengan PaO2 yang lebih sedikit atau lebih banyak.

Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan

terisolasi, untuk itu perlu kegiatna sosialisasi agar terhindar dari depresi.

Rehabilitasi untuk pasien PPOK/COPD: a) Fisioterapi b) Rehabilitasi psikis c)

Rehabilitasi pekerjaan.

I. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Klien yang mengalami PPOK biasanya kesadaran masih cenderung baik.

Keluhan utama yang biasa dirasakan adalah keluhan sesak atau kesulitan

bernapas. Sebelum keluhan tersebut dirasakan oleh klien biasanya klien pernah

menderita batuk berdahak dalam jangka waktu yang lama. Kebiasaan merokok

adalah yang paling sering ditemukan baik seorang perokok aktif maupun pasif

atau sebagai mantan perokok. Selain kebiasaan merokok, sering terpapar oleh

polusi udara yaitu; asap kendaraan, debu, dan bahan kimia juga sering

ditemukan. Memiliki riwayat infeksi saluran nafas dalam waktu yang lama juga

sering dikeluhkan oleh klien meskipun ada pula yang memiliki riwayat

keturunan terhadap penyakit ini.

Ketika dilakukan pemeriksaan fisik, pasien biasanya tampak kurus dengan

barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada meningkat), fremitus taktil

dada berkurang atau tidak ada, perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati

mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang, suara nafas

berkurang, foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow

berupa bayangan garis-garis yang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks

paru dan corakan paru yang bertambah, sedangkan pada emfisema paru, foto

thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma yang

Page 34: Makalah Ppok Bab 1

rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan

corakan ke distal.

Hasil pemeriksaan laboratorium analisa gas darah pada bronchitis, PaCO2

naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi

vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang

pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Kultur sputum,

untuk mengetahui petogen penyebab infeksi. Pada emfisema berat, terjadi

peningkatan Hb dan Peningkatan eosinofil pada penderita asma. Selain itu, hasil

pemeriksaan juga menunjukan penurunan alpha 1- antitrypsin, PO2 menurun

dan PCO2 normal atau meningkat pada bronkhitis kronis dan emfisema.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini: (1, 2, 7)

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,

peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya

tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,

bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi

perfusi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dengan kebutuhan oksigen.

5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia.

6. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan

posisi.

7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat

peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Page 35: Makalah Ppok Bab 1

8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.

9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi,

ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk

bekerja.

10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak

mengetahui sumber informasi.

Masalah kolaboratif/Potensial komplikasi yang dapat terjadi termasuk:

1. Gagal/insufisiensi pernapasan

2. Hipoksemia

3. Atelektasis

4. Pneumonia

5. Pneumotoraks

6. Hipertensi paru

7. Gagal jantung kanan

c. Intervensi Keperawatan

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,

peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya

tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

Tujuan:

Pencapaian bersihan jalan napas klien.

Intervensi keperawatan:

a) Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor pulmonal.

b) Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan

diafragmatik dan batuk.

c) Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau

IPPB

Page 36: Makalah Ppok Bab 1

d) Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari

dan malam hari sesuai yang diharuskan.

e) Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok,

aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.

f) Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada

dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan warna sputum,

kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak didada,

keletihan.

g) Beriakn antibiotik sesuai yang diharuskan.

h) Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi terhadap

influenzae dan streptococcus pneumoniae.

2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,

bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

Tujuan:

Perbaikan pola pernapasan klien

Intervensi:

a) Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik dan pernapasan bibir

dirapatkan.

b) Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat.

Biarkan pasien membuat keputusan tentang perawatannya berdasarkan

tingkat toleransi pasien.

c) Berikan dorongan penggunaan latihan otot-otot pernapasan jika

diharuskan.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi

perfusi

Tujuan:

Perbaikan dalam pertukaran gas

Intervensi keperawatan:

a) Deteksi bronkospasme saat auskultasi .

Page 37: Makalah Ppok Bab 1

b) Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia.

c) Beriakn obat-obatan bronkodialtor dan kortikosteroid dengan tepat dan

waspada kemungkinan efek sampingnya.

d) Berikan terapi aerosol sebelum waktu makan, untuk membantu

mengencerkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami perbaikan.

e) Pantau pemberian oksigen.

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dengan kebutuhan oksigen.

Tujuan:

Memperlihatkan kemajuan pada tingkat yang lebih tinggi dari aktivitas

yang mungkin.

Intervensi keperawatan:

a) Kaji respon individu terhadap aktivitas; nadi, tekanan darah,

pernapasan.

b) Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas, istirahatkan klien

selama 3 menit kemudian ukur lagi tanda-tanda vital.

c) Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan

menggunakan treadmill dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya

yang sesuai, seperti berjalan perlahan.

d) Kaji tingkat fungsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana

latihan berdasarkan pada status fungsi dasar.

e) Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program

latihan spesifik terhadap kemampuan pasien.

f) Sediakan oksigen sebagaiman diperlukan sebelum dan selama

menjalankan aktivitas untuk berjaga-jaga.

g) Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah

baring lama mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.

Page 38: Makalah Ppok Bab 1

h) Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien

melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih singkat,

dengan istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan.

i) Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan

waktu diluar tempat tidur sampai 15 menit tiap hari sebanyak 3 kali

sehari.

5) Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia,

mual muntah.

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Intervensi keperawatan:

a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan

makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

b) Auskultasi bunyi usus

c) Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

d) Dorong periode istirahat I jam sebelum dan sesudah makan.

e) Pesankan diet lunak, porsi kecil sering, tidak perlu dikunyah lama.

f) Hindari makanan yang diperkirakan dapat menghasilkan gas.

g) Timbang berat badan tiap hari sesuai indikasi.

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan

posisi.

Tujuan:

Kebutuhan tidur terpenuhi

Intervensi keperawatan:

a) Bantu klien latihan relaksasi ditempat tidur.

b) Lakukan pengusapan punggung saat hendak tidur dan anjurkan

keluarga untuk melakukan tindakan tersebut.

c) Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi high fowler.

Page 39: Makalah Ppok Bab 1

d) Lakukan penjadwalan waktu tidur yang sesuai dengan kebiasaan

pasien.

e) Berikan makanan ringan menjelang tidur jika klien bersedia.

7) Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat

peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Tujuan:

Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri

Intervensi:

a) Ajarkan mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas

seperti berjalan, mandi, membungkuk, atau menaiki tangga.

b) Dorong klien untuk mandi, berpakaian, dan berjalan dalam jarak dekat,

istirahat sesuai kebutuhan untuk menghindari keletihan dan dispnea

berlebihan. Bahas tindakan penghematan energi.

c) Ajarkan tentang postural drainage bila memungkinkan.

8) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.

Tujuan:

Klien tidak terjadi kecemasan

Intervensi keperawatan:

a) Bantu klien untuk menceritakan kecemasan dan ketakutannya pada

perawat.

b) Jangan tinggalkan pasien sendirian selama mengalami sesak.

c) Jelaskan kepada keluarga pentingnya mendampingi klien saat

mengalami sesak.

9) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi,

ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk

bekerja.

Tujuan:

Pencapaian tingkat koping yang optimal.

Page 40: Makalah Ppok Bab 1

Intervensi keperawatan:

a) Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang

ditujukan pada pasien.

b) Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala

c) Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi

pasien.

d) Daftarkan pasien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.

e) Tingkatkan harga diri klien.

f) Rencanakan terapi kelompok untuk menghilangkan kekesalan yang

sangat menumpuk.

10) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak

mengetahui sumber informasi.

Tujuan:

Klien meningkat pengetahuannya.

Intervensi keperawatan:

a) Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan jangka

pendek; ajarkan pasien tentang penyakit dan perawatannya.

b) Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok. Berikan informasi

tentang sumber-sumber kelompok.

d. Implementasi Keperawatan

Dari perencanaan yang telah dibuat dapat diaplikasikan kepada klien

meskipun dalam pelaksanaannya tidak berurutan atau ada beberapa

perencanaan yang tidak dapat terlaksana. Hal ini disesuaikan dengan kondisi

yang ada, seperti; peralatan yang mendukung pelaksanaan tindakan

keperawatan.

Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan tindakan yaitu tidak

melupakan kode etik dan respon dari klien, serta kesiapan diri (intrapersonal)

sebagai seorang perawat.

Page 41: Makalah Ppok Bab 1

e. Evaluasi

Untuk mengukur tingkat keberhasilan seorang perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan maka dibuatlah evaluasi sebagai hasil dari tindakan yang

telah dilakukan. Tujuan yang diinginkan dapat dilihat apakah telah tercapai atau

belum tercapai. Jika hasil belum sesuai maka dapat disusun kembali dengan

mempertahankan metode yang sudah ada atau dengan menyusun lagi rencana

yang baru guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Page 42: Makalah Ppok Bab 1

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara

di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial dan

ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran

patofisiologi utamanya. PPOK terdiri atas bronkitis kronis dan emfisema atau

gabungan keduanya. Bronkitis kronis adalah kelainan saluran napas yang ditandai

oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya

dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema adalah

kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus

terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Keadaan ini mengganggu proses

respirasi pada sistem pernapasan.

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh

untuk metabolisme sel dengan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari

metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

Berdasarkan anatominya saluran pernapasan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

c. Saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring dan laring

d. Saluran nafas bagian bawah; trachea, bronchi, bronchioli dan

percabangannya sampai alveoli.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan timbulnya COPD, yaitu;

kebiasaan merokok, polusi udara, dan riwayat infeksi saluran pernapasan.

Pada penderita COPD saluran-saluran pernapasan bagian bawah paru akan

lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan

menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi

yang tidak seimbang. Hal ini disebabkan oleh adanya vasokonstriksi pada pembuluh

Page 43: Makalah Ppok Bab 1

darah dan polisitemia sehingga terjadi sesak napas yang lebih berat. Perjalanan

klinis penderita PPOK terbentang mulai timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dan

produksi sputum yang berarti.

Gejala cardinal dari PPOK adalah batuk dan ekspektorasi, dimana cenderung

meningkat dan maksimal pada pagi hari dan menandakan adanya pengumpulan

sekresi semalam sebelumnya. Sputum berwarna bening dan mukoid, namun dapat

pula menjadi tebal, kuning, bahkan kadang ditemukan darah selama terjadinya

infeksi bakteri respiratorik. Sesak napas setelah beraktivitas berat biasanya

terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung dapat dengan Chest X-ray yang

dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, dan diafragma mendatar. Permiksaan

laboratorium juga diperlukan seperti; Analisis gas darah, laboratorium darah

lengkap, peningkatan Hb (empisema berat), peningkatan eosinofil/ asma, penurunan

alpha 1- antitrypsin, PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronkhitis

kronis dan emfisema.

Pencegahan dapat dilakukan terhadap hal-hal yang dapat memicu munculnya

gangguan pada saluran pernapasan. Pembersihan saluran pernapasan dilakukan jika

adanya penumpukan sekret yang mengganggu jalan pernapasan.

Proses keperawatan dilaksanakan sesuai proses keperawatan dimulai dari

pengkajian, menetapkan diagnose, menentukan intervensi, melakukan implementasi

tindakan, dan evaluasi hasil. Yang bertujuan untuk mendapatkan kriteria hasil yang

sesuai.

B. SARAN

Meningkatkan derajat kesehatan dalam masyarakat diperlukan usaha yang

tidak mudah. Untuk itu, sebagai tenaga kesehatan yang merupakan bagian paling

penting dalam upaya mencapai kesehatan yang optimal harus memiliki kemampuan

yang benar-benar menguasai kasus penyakit yang sedang terjadi di masyarakat.

Page 44: Makalah Ppok Bab 1

Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu

menguasai materi dan konsep penanganan dari PPOK ini.