Upload
nur-hayani
View
155
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
parkinson
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Penyakit parkinson pertama kali dikemukakan oleh James Parkinson pada
tahun 1817 dalam sebuah essai mengenai Shaking Palsy. Penyakit Parkinson
tersebar luas dengan prevalensi antara 100 sampai 250 kasus per 100.000 orang di
Amerika Utara dan 17 per 100 di Cina (pada umur yang sama dengan 65 tahun).
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada
usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di
seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 65 tahun
sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia
sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar
200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan
rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di
Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar
negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan
(3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
Karena itu, salah satu yang bisa dilakukan oleh perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan yang optimal bagi penderita Parkinson. Dalam makalah ini
kami akan membahas asuhan keperawatan dengan klien Parkinson.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
Parkinson
b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui pengertian dari Parkinson
- Untuk mengetahui etiologi dari Parkinson
1
- Untuk mengetahui patofisiologi dari Parkinson
- Untuk mengetahui klasifikasi dari Parkinson
- Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Parkinson
- Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Parkinson
- Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Parkinson
- Untuk mengetahui penerapan askep pada klien dengan parkinson
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Penyakit parkinson adalah gangguan neurologik progesif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontroldan mengatur gerakan.
Karakteristik yang muncul berupa brandikinesia (pelambatan gerakan), tremor dan
kekakuan otot(Smeltzer, 2002).
Penyakit Parkinson adalah penyakit persyarafan kronis yang disebabkan
oleh perubahan patologis pada ganglia basal sereberum, dimana mangakibatkan
kekurangan dopamine yang mempengaruhi pergerakan tubuh dan tonus otot
(Silvia A Price, 2005).
B. ETIOLOGI
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui),
reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik
yang belum diketahui. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya
di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu
belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah
sebagaiberikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial
yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada
penyakit parkinson.
3
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang.
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk
adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap
faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses
infeksi, industrialisasi ataupn gaya hidup.
4. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit -sinuklein pada lengan panjangparkinson. Yaitu mutasi pada gen
kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan.
Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi
point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya
disfungsi mitokondria.
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor
resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70
tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika
disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
Kasus-kasus genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika
pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman
menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika
ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada
usia 46 tahun.
5. FaktorLingkungan
a.Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan
4
mitokondria
b.Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c.Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d.Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi
merupakan neuroprotektif.
e.Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya
masih belum jelas benar
f.Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan
depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
C. KLASIFIKASI (Silvia A Price, 2005)
Tingkat I Tingkat Awal
Kerusakan pada sebelah tungkai
dan lengan
Sedikit kelemahan
Tangan dan lengan bergetar
Tingkat II Tingkat ringan
Kerusakan pada kedua belah
5
tungkai dan lengan
Wajah seperti berkedok
Gaya berjalan diserat dan pelan
Tingkat III Tingkat sedang
Gangguan jalan makin meningkat
Tingkat IV Tingkat berat
Akinesia
Rigidity
Tingkat V Ketergantungan penuh
D. PATOFISIOLOGI/WOC
6
7
8
E. MANIFESTASI KLINIS
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik
penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
1.Gejala Motorik
a.Tremor/Bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap
sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari
penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat.
Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat
lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung
(pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki
fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup,
lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat
waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).Tremor tidak hanya terjadi
pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata,
bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi
pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor
tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun
semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b.Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor
tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada
pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi
sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan
maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu,
9
gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku
membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat
tetapi pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni
seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa,
adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c.Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin
mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran
masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit
itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara
menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif,
misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil
suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia
mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan
yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang,
berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d.Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk
mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita
menjadi lambat berpikir dan depresi.Bradikinesia mengakibatkan kurangnya
ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak
dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e.Mikrografia
10
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal
ini merupakan gejala dini.
f.Langkah Dan Gaya Jalan (Sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat, stadium
lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.
g.Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan
volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
h.Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit
kognitif.
i.Gangguan Behavioral
Semakin lambat menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah
takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan
lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal
diberi waktu yang cukup.
j.Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif)
2.Gejala non motorik
a.Disfungsi Otonom
- Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
11
- Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
- Pengeluaran urin yang banyak
- Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku, orgasme.
b.Gangguan Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi
c.Ganguan Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat
d.Gangguan Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
e.Gangguan Sensasi,
- kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
- penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian
tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
- berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau
anosmia).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan untuk menegakkan diagnostik pada penyakit
parkinson.Pemeriksaan klinis dan anamnese, serta respon pasien tentang
pemakaian obat terhadap penyakit dapat memperkuat dugaan diagnosa.
Bila tidak dapat jawaban adanya dementia kronis, CT Scan memperlihatkan
atropi cerebral. EEG biasanya terjadi perlambatan yang progresif.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia,
aspirasi, dan trauma karena jatuh
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika
kekurangan dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa,
12
inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah
dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam
otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda
serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa
I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengumpulan data subyektif dan obyektif pada klien dengan gangguan
sistem persyarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan
fisik,pemeriksaan diagnostik, dan pengakajian psikososial.
1. Anamnesis
Identitas klien lengkap.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan,kaku otot,tremor
menyeluruh,kelemahan otot dan hilangnya refleks postural.
2. Riwayat Penyakit saat Ini
Pada anamnesis,sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu
tangan dan lengan,kemudian ke bagian yang lain dan akhirnya bagian
kepala,walaupun tremor ini tetap unilateral.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang
adanya riwayat hipertensi,diabetes melitus,penyakit
jantung,anemia,pengobatan obat-obat
antikoagulan,aspirin,vasodilator,penggunaan obat-obat antikolinergik
dalam jangka waktu yang lama.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Walaupun tidak di temukan adanya hubungan penyakit parkinson dengan
sebab genetik yang jelas,perawat perlu melakukan pengkajian riwayat
13
penyakit pada keluarga.
5. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan
untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya.
6. Pemeriksaan Fisik.
tremor; kekakuan pada otot rangka; wajah topeng dan kurang ekspresi;
ekspresi wajah tampak kesakitan bila membuka mulut, mata berputar,
meningkat sekresi air mata dan saliva, rendah tonus suara, mengeluarkan
liur, monotonous, ketidak mampuan duduk tegak, mempertahankan
keseimbangan dan kooerdinasi.
7. Keadaan Umum
Klien dengan penyakit parkinson umumnya tidak memiliki penurunan
kesadaran.Adanya perubahan pada tanda-tanda vital,yaitu
bradikardi,hipotensi dan penurunan frekuensi pernapasan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuscular,menurunnya kekuatan,kehilamgan control/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan
medikasi dan penurunan aktivasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan tremor,pelambatan dalam proses makan,kesulitan
mengunyah,dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
volume bicara,pelambatan bicara,ketidak mampuan menggerakkan
otot-otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang berhungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit.
7. Resiko cedera berhubungan dengan kehilamgan kontrol/koordinasi
14
c. Intervensi
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu melakukan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria : klien dapat ikut srta dalam program latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi,bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan
tidakan untuk meninktkan mobilitas
Intervensi
1. kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
2. lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.
3. anjurkan mandi hangan dan masase otot
4. bantu klien melakukan latihan ROM,perawatan diri sesuai toleransi
5. kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional
1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
2. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,menurunkan kekakuan
otot,dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.
3. mandi hangan dan masase membantu otot – otot rileks pada aktifitas
pasif dan aktif mengurangi nyeri otot yang mengakibatkan kekakuan
otot.
4. untuk memelihara flexsibilitas sendi sesuai kemampuan
5. peningkatan kemampuan dalamn mobilisasi ekstramitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi
2. Defisit parawatan diri berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan kontrol
otot/koordinasi.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi
Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan
15
merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan tingkat kemampuan ,dan mengidentifikasi personal/masyarakat
yang dapat membantu.
Intervensi
1. kaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk
melakukan ADL
2. hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3. kolaborasi pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi
4. ajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas
5. modifikasi lingkungan
Rasional
1. membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan
kebutuhan individual
2. klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk
untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
3. pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi,untuk
mengembangkan terapi dan melegkapi kebutuhan khusus.
4. dukungan padsa klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari dapat
meningkatkan perawatan diri.
5. modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi
ketidakmampuan fungsi
d. Implementasi
DX I
1. melakukan observasi terhadap peningkatan kerusakan
2. melakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.
3. melakukan mandi hangan dan masase otot
4. melakukan latihan ROM,perawatan diri sesuai toleransi
5. melakukan kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
DX I
1. melakukan ADL dengan skala 0-4
2. hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
16
3. kolaborasi pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi
4. dukung klien selama klien aktifitas
5. modifikasi lingkungan
e. Evaluasi
1. Pasien dapat mendemonstrasikan prilaku yang memungkinkan aktivitas Tremor, bradikinesia, dan rigiditas pasien berkurang atau hilang.
2. Pasien tetap mendapatkan nutrisi secara adekuat3. Ketajaman penglihatan pasien kembali normal4. Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan5. Pasien dapat menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera6. Menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk menurunkan
faktor risiko dan untuk melindungi diri dari cedera
17
BAB III
GAMBARAN KASUS
Tn N. usia 73 tahun datang dengan keluhan lengan dan tangan terutama
sebelah kanan bergetar terus tanpa sadar, serta untuk berjalan dan beraktivitas
menjadi lambat. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya
pasien mengaku bahwa air liur sering menetes dan lidah kadang terasa bergetar.
Kemudian keluhan ini membaik setelah pasien berobat ke dokter. Sedangkan
keluhan lengan dan tangan tidak berkurang, dan semakin sering bergetar tanpa
sadar dan tak terkendali.. Pasien memiliki riwayat penyakit gula, darah tinggi,
ataupun trauma pada kepala. Keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit
serupa yaitu hipertensi. Pasien merupakan seorang buruh dan takmir mesjid.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, sadar penuh
(composmentis) dengan GCS (Glasgow Coma Scale) E4M6V5 dan tekanan darah
160/100 mmhg, nadi 80 x/menit, respiration rate 20 x/menit dengan suhu afebris.
Dari pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kaku kuduk, kedua pupil pasien
isokor dengan gerakan bola mata normal serta tidak ada kelainan pada nervus
cranialis. Sedangkan pada pemeriksaan rangsang motorik, kekuatan otot yang
penuh dari keempat ekstremitas pasien dengan tonus yang meningkat pada kedua
ekstremitas atas pasien.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
A. INFORMASI UMUM
Nama : Tn. N Umur : 73 Tahun
Tanggal Lahir : 1 Juni 1937 Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Melayu Tanggal Masuk: 1 April 2011
Tanggal Pengkajian : 2 April 2011 Dari/Rujukan :DatangSendiri
Diagnosa Medik : Parkinson No RM : ....................
B. KELUHAN UTAMA
- Pasien mengatakan lengan dan tangan terutama sebelah kanan bergetar terus tanpa sadar dan aktifitasnya jadi lambat.
- Pasien mengatakan sebelumnya mengaku kalau air liurnya sering menetes dan lidah kadang-kadang bergetar
C. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA
Hipertensi (220/185mmHg) dan Diabetes Mellitus (200mg/dl)
D. IWAYAT KESEHATAN KELUARGA ( GENOGRAM)
E. PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD : 160/100 mmHg Suhu
: 36,5C
Nadi : 80 x/ i Pernafasan : 20 x/i
Tinggi Badan : 165cm Berat Badan
: 40kg
IMT : : BB(kg) 40
19
= =14,69 (kurus)(TB)2(m) (1,65)2
I. Kepala
Rambut : Warna/Panjang/pendek/tanpa rambut/ Distribusi / Tekstur
kotor/mudah rontok/gatal-gatal/lesi
- Warna (putih)
- Pendek
- Distribusi (sedikit)
- Tidak ada rontok, gagal-gatal maupun lesi
Mata : Anemis/Ikterik/ midriasis/pakai kacamata/ contac lens/gangguan
penglihatan/simetris/strabismus/katarak/glukoma
- Tidak anemis,ikterik,midriasis
- Menggunakan kaca mata
- Mata simetris
- Tidak strabismus,katarak,glukoma
Hidung : Simetris/perdarahan/sinusitis/gangguan penciuman/malformasi/
terpasang
NGT/cuping hidung/secret
- Simetris
- Tidak perdarahan,sinusitis,tidak gangguan penciuman,tidak
terpasang NGT,
Mulut : Kotor/ bau/terpasang ETT/OPA/perdarahan/lidah kotor/gangguan
pengecapan
- Bersih
- Tidak terpasang ETT/OPA
- Lidah sedikit kotor
- Gangguan pengecapan
Gigi : Gigi palsu/kotor/kawat gigi/ karies/tidak ada gigi
- Mengggunakan gigi palsu
- Sedikit kotor
- Terdapat karies
20
Telinga : Perdarahan/ terpasang alat bantu/ infeksi/gangguan
pendengaran/bersih/kotor
- Tidak ada perdarahan, tidak terpasang alat bantu, tidak
infeksi, gangguan pendengaran, sedikit kotor
Leher : pembesaran KGB/kaku kuduk/terpasang trakeostomi/terpasang
neckcolar/JVP
- Tidak terjadi pembesaran KGB, tidak kaku kuduk, tidak
terpasang,tidak terpasang trakeostomi
II. Tangan : utuh/luka/lecet/sianosis/clubbing
finger/dingin/fraktur/edema/CRT/turgor kulit/infeksi.
- Tangan utuh, tidak lecet, tidak sianosis,CRT > 3 menit
- Terdapat termor
III. Dada : Inspeksi : warna/bentuk dada/ simetris/kedalaman
pernafasan/pola
nafas/penggunaan otot bantu pernafasan/ictus cordis
- Warna (coklat merata)
- Bentuk dada simetris
- Bronkovesikuler
- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Palpasi : hangat/dingin/nyeri tekan/massa/ taktile
fremitus/Denyut apical TIM/pengembangan dada
- Dingin
- Tidak ada nyeri tekan massa
- Tactile fremitus (kanan= kiri)
Perkusi :
Dinding dada anterior : resonan, ics 2-5 sinistra
Dinding dada posterior :
Dinding dada lateral :
Batas jantung : ics 2-5 sinistra redup
Auskultasi :
21
Bunyi Nafas : veskuler
Suara Jantung : S1 lup S2 dup
IV. Abdomen :
Inspeksi : warna/simetris/kontur/keadaan kulit/letak
umbilicus/stoma/asites
Lingkar perut :
- Warna normal
- Simetris
- Tidak ada kontur, stoma, asites
Palpasi : hangat/dingin/nyeri tekan/massa
- Hangat
- Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : keempat kuadran
Hepar (batas, konsistensi, permukaan dan ukuran) :
Limpa (batas, konsistensi, permukaan dan ukuran) :
Ginjal (ukuran dan sensasi)/nyeri :
Auskultasi :
Bising usus : 15x/i
V. Genetalia : Perdarahan/terpasang
kateter/trauma/malformasi/menstruasi/infeksi
- Tidak ada perdarahan
- Tidak terpasang kateter,trauma,menstruasi,insfeksi
VI. Kaki: Fraktur/ edema/ malformasi/ luka/
infeksi/keganasan/sianosis/dingin/foot
drop/elastisitas/varises/pulsasi arteri/atrofi
- Tidak ada fraktur
- Tidak ada edema, luka, infeksi,sianosis
- Dingin
- Tidak elastisitas
22
VII. Punggung : Lordosis/kiposis/skledosis/luka/dekubitus/infeksi
- Mengalami lordosis
F. NEUROSENSORI
Status mental :
Tingkat Kesadaran : composmentisc
GCS : 15 (E 4 M 6 V 5)
Kekuatan otot : 4 4 4 4 3 3 (tangan kanan – kiri)
4 4 4 4 3 3 (kaki kanan- kiri)
Fungsi motorik :
Pemeriksaan Refleks
NO Refleks Temuan
1 Biseps Fleksi
2 Triseps Ektensi
3 Brakhioradialis
4 Patella Fleksi
5 Achiles Fleksi
6 Babinski Fleksi, jari kaki merenggang
G. AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT
Aktifitas terbatas, klien dibantu keluarga dalam melakukan aktifitas
Istirahat cukup
H. PSIKOLOGI
Klioen cemas dengan jkeadaan nya saat ini, klien berharap ingin segera sembuh,.
I. INTAKE
Intake makanan : 3x/hari kalori
Jenis diit : Makan lunak
Nafsu makan : Menurun
Intake Oral : .....x/hari 1000 ml/hari
23
Jenis minumam : Susu diabetasol, air putih
Intake parenteral : -
J. OUTPUT
BAB
Pola BAB : Lancar
Penggunaan laksatif : Tidak ada
Konsistensi feses : Semi padat
Riwayat pendarahan : Tidak ada
Hemoroid : Tidak ada
Konstipasi : Tidak ada
Diare : Tidak ada
BAK
Pola BAK : Lancar
Frekuensi/volume : 2x/hari 1000cc/hari
Warna : Kuning kecoklatan
Retensi :Tidak ada
Inkontinesia : Tidak ada
Karakter urine : Tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : .Tidak ada
Penggunaan diuretic : Tidak ada
IWL : 15x BB.
EWL
Drain :..........................................
WSD : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
K. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
CT scan memperlihatkan atropi cerebral. EEG biasanya terjadi perlambatan yang
progresif.
24
L. MEDIKASI/OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Antikolinergik
Levodopa
Bromokiptin
Amantidin
M. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
1. Ds: pasien mengatakan lengan dan tangan terutama sebelah kanan bergetar terus tanpa sadar dan aktifitasnya jd lambat.Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu
Do:Kekuatan ototklien tampak tremoraktifitas dibantu keluarga
2.Ds:Pasien sebelumnya mengaku kalau air liurnya sering menetesdan lidah kadang-kadang bergetar. Klien mengatakan BB nya turun sejak sakitKlien mengatakan tidak nafsu makanKlien mangatakan susah untuk menelan
Do:IMTBB sebelum sakitBB sekarangKlien tidak mengahabiskan makanannyaDiit ML
Karena efek samping obat(obat anti hipertensi)
kelelahan dan stress hal ini dapat memperberat tremor
Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan ditandai dengan tremor, bradikinesia, dan rigiditas.
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d susah menelan
25
.
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan ditandai dengan tremor.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d susah menelan
26
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. N Nama Mahasiswa :
Ruang : NIM :
No. MR :
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria
hasil
Intervensi Rasional
1. Kerusakan
mobilitas fisik
b/d
penurunan
kekuatan
ditandai dengan
tremor
Tujuan : dalam
waktu 2 x 24 jam
klien mampu
melakukan aktivitas
fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria : klien
dapat ikut srta
dalam program
latihan, tidak terjadi
kontraktur
sendi,bertambahnya
kekuatan otot dan
klien menunjukkan
tidakan untuk
meninktkan
mobilitas
Periksa kembali
kemampuan dan
keadaan secara
fungsional pada
kerusakan yang
terjadi
Kaji derajat
immobilisasi
dengan
menggunakan
skala
ketergantungan(0
-4).
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
Mengetahui tingkat
kemampuan klien
dalam melakukan
aktivitas.
Meningkatkan
koordinasi dan
ketangkasan,menuru
nkan kekakuan
otot,dan mencegah
kontraktur bila otot
tidak digunakan.
mandi hangan dan
masase membantu
otot – otot rileks
pada aktifitas
pasif dan aktif
mengurangi nyeri
otot yang
mengakibatkan
27
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d susah menelan
Tujuan : dalam
waktu 2 x 24 jam
klien mampu
mencukupi
pemenuhan nutrisi
Kritera :
Klien dapat
memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang gerak.
Instruksikan/ bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan.
Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya atau suara yang hiperaktif
Jaga kenyamanan dalam memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur selama pasien makan.
Berikan makanan yang lunak dan yang sesuai dengan selera pasien
Konsultasi dengan ahli gizi
kekakuan otot.
untuk memelihara
flexsibilitas sendi
sesuai kemampuan
peningkatan
kemampuan dalamn
mobilisasi
ekstramitas dapat
ditingkatkan dengan
latihan fisik dari tim
fisioterapi
untuk mengetahui
tingkat kemamapuan
klien saat menelan
untuk mengetahui
perubahan frekuensi
bising usus
memberikan rasa
nyaman kepada klien
memberikan
kemudahan klien
untuk melenan
makanan
untuk mengetahui
nutrisi yang
diperlikan oleh klien
28
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Di Amerika
Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan
jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000
penderita
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi
untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi
gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat
ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang
hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi
total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan
dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien
berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan
gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping
pengobatan terkadang dapat sangat parah.
B. SARAN
1. Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan
untuk mencegah terjangkitnya penyakit Parkinson dan mempercepat
penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
29