of 98 /98
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Semakin berkembangnya ilmu ortodonti, maka semakin banyak orang yang ingin memperbaiki posisi gigi mereka yang tidak teratur. Maloklusi gigi merupakan problema bagi beberapa individu karena dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan gangguan temporo mandibular joint (TMJ). Maloklusi juga merupakan predisposisi untuk terjadinya penyakit-penyakit periodontal akibat oral higiene yang jelek sehingga berpengaruh buruk terhadap penampilan wajah dan dapat mempengaruhi psikologi penderita (Staley, 2011) Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan yang tidak harmonis antara gigi geligi dengan komponen kraniofasial. Etiologi maloklusi terbagi atas penyebab khusus yang meliputi gangguan perkembangan embriologi, gangguan pertumbuhan skeletal, disfungsi otot, akromegali dan hipertrofi hemimandibula serta gangguan perkembangan gigi, pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan yang 1

makalah orthodonti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah orthodonti

Text of makalah orthodonti

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangSemakin berkembangnya ilmu ortodonti, maka semakin banyak orang yang ingin memperbaiki posisi gigi mereka yang tidak teratur. Maloklusi gigi merupakan problema bagi beberapa individu karena dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan gangguan temporo mandibular joint (TMJ). Maloklusi juga merupakan predisposisi untuk terjadinya penyakit-penyakit periodontal akibat oral higiene yang jelek sehingga berpengaruh buruk terhadap penampilan wajah dan dapat mempengaruhi psikologi penderita (Staley, 2011)Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan yang tidak harmonis antara gigi geligi dengan komponen kraniofasial. Etiologi maloklusi terbagi atas penyebab khusus yang meliputi gangguan perkembangan embriologi, gangguan pertumbuhan skeletal, disfungsi otot, akromegali dan hipertrofi hemimandibula serta gangguan perkembangan gigi, pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan yang meliputi teori keseimbangan dan perkembangan oklusi gigi serta pengaruh fungsional pada perkembangan dentofasial (Basavaraj,2011; Mitchell, 2007, Proffit, 2007,). Perawatan ortodonti yang ditujukan untuk merawat maloklusi bertujuan agar tercapai efisiensi fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Perawatan ortodonti tidak hanya akan memperbaiki penampilan wajah seseorang tetapi juga akan memperbaiki atau meningkatkan kesehatan gigi secara keseluruhan (Magalhaes, 2010).

1.2 RumusanMasalah1. Apa yang disebut maloklusi ?2. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada pasien maloklusi?3. Apa saja komponen piranti ortodonti lepasan serta kegunaannya ?4. Apa saja intruksi pasca perawatan ortodontia?

1.3 TujuanUntuk mengetahui tentang maloklusi, pemeriksaan pada pasien maloklusi serta piranti ortodonti lepasan

1.4 HipotesaPemeriksaan, diagnsa, kemauan pasien dan kemampuan operator dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan ortodonti dengan peranti ortodonti lepasan

BAB IISKENARIO

2.1 SkenarioLani, umur 11 tahun datang ke RSGM IIK diantar oleh ibunya, mengeluhkan gigi geliginya tumbuhnya tidak rapi. Dari hasil pemeriksaan subyektif,mempunyai riwayat keadaan geligi keluarganya juga berdesakan. Pemeriksaan klinis ditemukan bahwa pada daerah caninus kanan atas dan kiri atas nampak benih gigi yang menonjol pada daerah labial, sedangkan gigi 11 dan 21 tumbuh rotasi, gigi 22 dan 12 erupsi palato versi. Sedang keadaan gigi rahang bawah erupsi berdesakan. Overbite dan overjet pasien 4mm. Operator menimbang keadaan gigi geligi Lani merupakan keadaan maloklusi kelas I Angle disertai keadaan protusive. Silahkan analisa kasus diatas sesuai dengan sistematika yang berurutan.

2.2 Kata Kunci Maloklusi Maloklusi klas 1 Angle Analisa kasus maloklusi Angle pada paaien anak

2.3 Learning Issue1. Pemeriksaan pada penderita maloklusi ?2. Klasifikasi maloklusi ?3. Diagnosa dan perawatan pada kasus ?4. Faktor penyebab dari maloklusi ?5. Keuntungan dan kerugian alat ortodontik lepasan ?6. Jenis-jenis pergerakan gigi pada ortodontik?7. Indikasi dan kontraindikasi dari ortodontik lepasan?8. Dampak dari maloklusi?9. Pencegahan terjadinya maloklusi?10. Macam-macam kelainan letak gigi( kelainan letak / posisi)?

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal. Maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi (Rahardjo, 2009).

3.1. EtiologiKebanyakan dari maloklusi yang memerlukan perawatan ortodonsia disebabkan oleh karena dua kemungkinan:1. Perbedaan antara ukuran gigi-gigi dan ukuran rahang yang menampung gigi tersebut.2. Pola tulang muka yang tidak selaras.Untuk mempermudah mengetahui etiologi dari maloklusi dibuat klasifikasi dari penyebab kelainan maloklusi tersebut. Terdapat dua pembagian pokok klasifikasi maloklusi:1. Faktor Ekstrinsik atau disebut faktor sistemik atau faktor umum2. Faktor Intrinsik atau faktor lokal

A. Faktor Ekstrinsika. Keturunan (hereditair)b. Kelainan bawaan (kongenital) misal : sumbing, tortikollis, kleidokranial diostosis, cerebral plasi, sifilis dan sebagainya.c. Pengaruh lingkungan Prenatal, misalnya : trauma, diet maternal, metabolisme maternal dan sebagainya. Postnatal, misalnya : luka kelahiran, cerebal palsi, luka TMJ dan sebagainya.d. Predisposisi ganguan metabolisme dan penyakit Gangguan keseimbangan endokrin Gangguan metabolisme Penyakit infeksie. Kekurangan nutrisi atau gisif. Kebiasaan jelek (bad habit) dan kelainan atau penyimpangan fungsi. Cara menetek yang salah Mengigit jari atau ibu jari Menekan atau mengigit lidah Mengigit bibir atau kuku Cara penelanan yang salah Kelainan bicara Gangguan pernapasan (bernafas melalui mulut dan sebagainya) Pembesaran tonsil dan adenoid Psikkogeniktik dan bruksisemg. Posture tubuhh. Trauma dan kecelakaan

B. Faktor Intrinsika. Kelainan jumlah gigib. Kelainan ukuran gigic. Kelainan bentukd. Kelainan frenulum labiie. Prematur losf. Prolong retensig. Kelambatan tumbuh gigi tetaph. Kelainan jalannya erupsi gigii. Ankilosisj. Karies gigik. Restorasi gigi yang tidak baik

3.1.1 Faktor Ekstrinsika. Faktor keturunan atau genetikFaktor keturunan atau genetik adalah sifat genetik yang diturunkan dari orang tuanya atau generasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ciri-ciri khusus suatu ras atau bangsa misalnya bentuk kepala atau profil muka sangat dipengaruhi oleh ras atau suku induk dari individu tersebut yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Bangsa yang merupakan prcampuran dari bermacam-macam ras atau suku akan dijumpai banyak maloklusi

b. Kelainan bawaan Kelainan bawaan kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan misalnya sumbing atau cleft : bibir sumbing atau hare lip, celah langit-langit (cleft palate). Tortikolis : adanya kelainan dari otot-otot daerah leher sehingga tidak dapat tegak mengkibatkan asimetri muka. Kleidokranial disostosisadalah tidak adanya tulang klavikula baik sebagian atau seluruhnya, unlateral atau bilateral, keadaan ini diikuti dengan terlambatnya penutupan sutura kepala, rahang atas retrusi dan rahang bawah protrusi. Serebral palsi adalah adanya kelumpuhan atau gangguan koordinasi otot yang disebabkan karena luka didalam kepala yang pada umumnya sebagai akibat kecelakaan pada waktu kelahiran. Adanya gangguan fungsi pada otot-otot pengunyahan, penelanan, pernafasan dan bicara akan mengakibatkan oklusi gigi tidak normal. Sifilis : akibat penyakit sifilis yang diderita orang tua akan menyebabkan terjadinya kelainan bentuk dan malposisi gigi dari bayi yang dilahirkanc. Gangguan keseimbangan endokrineMisal : gangguan parathyroid, adanya hipothiroid akan menyebabkan kritinisme dan resorpsi yang tidak normal sehingga menyebabkan erupsi lambat dari gigi tetap.

d. Kekurangan nutrisi dan penyakitMisal : Rickets (kekurangan vitamin D), Scorbut (kekurangan vitamin C), beri-beri (kekurang vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat.

Ciri-ciri faktor oklusi yang diturunkan (herediter)1. Kedudukan dan penyesuaian antara otot-otot perioral dengan bentuk dan ukuran lidah mempengaruhi keseimbangan oklusi (oklusi normal). Adanya penyesuaian antara bentuk muka, bentuk dan ukuran rahang dan lidah.2. Sifat-sifat mukosa, ukuran, bentuk lidah dan frenulum.Sifat mukosa : keras, lunak, kencang atau lembek mempengaruhi erupsi gigi.Frenulum labii dapat mengakibatkan celah gigi dan mempengaruhi kedudukan bibir.Frenulum buccinator mengakibatkan rotasi gigi.3. Ukuran gigi-gigi dan lebar serta penjang lengkung rahang dapat mengakibatkan gigi berjejal atau bercelah. Misalnya makrodontia, mikrodomtia. Lebar dan panjang lengkung rahang, penyesuaian antara rahang atas dan rahang bawah mengakibatkan terjadinya mandibuler retrusi atau prognatism.

3.1.2 Faktor Intrinsik Atau Lokala. Kelainan jumlah gigi1. Super numerary gigi (gigi kelebihan)Lebih banyak terjadi pada rahang atas, kedudukan dekat midline (garis mediana) sebelah palatival gigi seri rahang atas disebut mesiodens. Bentuknya biasanya konus kadang-kadang bersatu (fused) dengan gigi pertama kanan atau kiri, jumlahnya pada umumnya sebuah tapi kadang-kadang sepasang. Gigi supernumery kadang-kadang tidak tumbuh (terpendam atau impected) sehingga menghalangi tumbuhnya gigi tetap didekatnya atau terjadi kesalahan letak (malposisi). Oleh karena itu pada penderita yang mengalami kelambatan atau kelainan tumbuh dari gigi seri rahang atas perlu dilakukan Ro photo.2. Agenese dapat terjadi bilateral atau unilateral atau kadang-kadang unilateral dengan partial agenese pada sisi yang lainLebih banyak terjadi dari pada gigi supernumerary. Dapat terjadi pada rahang atas maupun rahang bawah tetapi lebih sering pada rahang bawah. Urutan kemungkinan terjadi kekurangan gigi adalah sebagai berikut : Gigi seri II rahang atas ( I2 ) Gigi geraham kecil II rahang bawah ( P2 ) Gigi geraham III rahang atas dan rahang bawah Gigi geraham kecil II ( P2 ) rahang bawah Pada kelainan jumlah gigi kadang diikuti dengan adanya kelainan bentuk atau ukuran gigi. Misalnya bentuk pasak dari gigi seri II (peg shaps tooth).b. Kelainan ukuran gigiSalah satu penyebab utama terjadinya malposisi adalah gigi sendiri yaitu ukuran gigi tidak sesuai dengan ukuran rahang, ukuran gigi lebih lebar atau sempit dibandingkan dengan lebara lengkung rahang sehingga meyebabkan crowded atau spasing.c. Kelainan bentuk gigiKelainan bentuk gigi yang banyak dijumpai adalah adanya peg teeth ( bentuk pasak) atau gigi bersatu (fused). Juga perubahan bentuk gigi akibat proses atrisi (karena fungsi) besar pengaruhnya terhadap terjadinya maloklusi, terutama pada gigi sulung (desidui).d. Kelainan frenulum labiie. Premature losFungsi gigi sulung (desidui) adalah : pengunyahan, bicara, estetisJuga yang terutama adalah menyediakan ruang untuk gigi tetap, membantu mempertahankan tinggi oklusal gigi-gigi lawan (antagonis), membimbing erupsi gigi tetap dengan proses resopsi.Akibat premature los fungsi tersebut akan terganggu atau hilang sehingga dapat mengkibatkan terjadinya malposisi atau maloklusi.f. Kelambatan tumbuh gigi tetap (delayed eruption)Dapat disebabkan karena adanya gigi supernumerary, sisa akar gigi sulung atau karena jaringan mucosa yang terlalu kuat atau keras sehingga perlu dilakukan eksisi. Kadang-kadang hilang terlalu awal (premature los) gigi sulung akanmempercepat erupsinya gigi tetap penggantinya, tetapi dapat pula menyebabkan terjadinya penulangan yang berlebihan sehingga perlu pembukaan pada waktu gigi permanen akan erupsi, sehingga gigi tetap penggantinya dapat dicegah.g. Kelainan jalannya erupsi gigiMerupakan akibat lebih lanjut dari gangguan lain. Misalnya adanya pola herediter dari gigi berjejal yang parah akibat tidak seimbangnya lebar dan panjang lengkung rahang dengan elemen gigi yaitu adanya : persistensi atau retensi, Supernumerary, pengerasan tulang, tekanan-tekanan mekanis : pencabutan, habit atau tekanan ortodonsi, faktor-faktor idiopatik (tidak diketahui)h. AnkilosisAnkilosis atau ankilosis sebagian sering terjadi pada umur 6 12 tahun. Ankilosis terjadi oleh karena robeknya bagian dari membrana periodontal sehingga lapisan tulang bersatu dengan laminadura dan cemen. Ankilosis dapat juga disebabkan oleh karena gangguan endokrin atau penyakit-penyakit kongenital (misal : kleidokranial disostosis yang mempunyai predisposisi terjadi ankilosis, kecelakaan atau trauma).i. Karies gigiAdanya karies terutama pada bagian aproksimal dapat mengakibatkan terjadinya pemendekan lengkung gigi sedang karies beroklusal mempengaruhi vertikal dimensi. Adanya keries gigi pada gigi sulung mengakibatkan berkurangnya tekanan pengunyahan yang dilanjutkan ke tulang rahang, dapat mengakibatkan rangsangan pertumbuhan rahang berkurang sehingga pertumbuhan rahang kurang sempurna.j. Restorasi gigi yang tidak baikTerutama tumpatan aproksimal dapat menyebabkan gigi elongasi, sedangkan tumpatan oklusal dapat menyebabkan gigi ektrusi atau rotasi.

3.2 Klasifikasi MaloklusiUntuk kemudahan penyebutan maloklusi, penggunaan klasifikasi sangat membantu gunamenggolongkan maloklusi yang sangat bervariasi dalam beberapa golongan saja.Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi lengkung geligi dalam jurusan sagital. Kunci kelasifikasi Angle adalah pada relasi molar pertama permanen. Pada keadaan normal tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan lekukan bukal molar pertama permanen bawah (Rahardjo, 2009). Klasifikasi Angle : Kelas I : Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netroklusi). Kelainan yang menyertai berupa, misalnya, gigi berdesakan, gigitan terbuka, protrusi dan lain-lain(Rahardjo, 2009). Kelas II :Lengkung rahang bawah paling tidak setengah tonjol lebih ke distal daripada lengkung atas dilihat dari relasi molar pertama permanen (distoklusi)(Rahardjo, 2009).a) Kelas II divisi 1 :Insisivi atas protrusi sehingga didapatkan jarak gigit besar, tumpang gigit besar dan kurva Spee positif (Rahardjo, 2009).

b) Kelas II divisi 2 :Insisivi sentral atas retroklinasi, insisivi lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah(Rahardjo, 2009).

Kelas III :Lengkung bawah paling tidak setengah tonjol lebih mesial terhadap lengkung atas dilihat pada relasi molar pertama permanen (mesioklusi) dan terdapat gigitan silang anterior(Rahardjo, 2009).

3.3 Diagnosis OrthodontikDignosis ditetapkan berdasarkan atas pertimbangan data hasil pemeriksaan secara sistematis. Data diagnostik yang paling utama harus dipunyai untuk dapat menetapkan diagnosisis adalah data pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan subyektif dan obyektif serta data pemeriksaan dan pengukuran pada model studi, sedangkan Graber (1972) mengelompokkan menjadi (Ardhana, 2008):3.3.1 Analisis umumBiasanya pada bagian awal suatu status pasien tercantum nama, kelamin,umur dan alamat pasien. Kelamin dan umur pasien sebagai identitas pasien juga sebagai data yang berkaitan dengan pertumbuhkembangan dentomaksilofasial pasien, misalnya perubahan fase geligi dari fase geligi sulung ke fase geligi pergantian akhirnya fase geligi permanen. Juga adanya perbedaan pertumbuh kembangan muka pria dan wanita , demikian juga ada perbedaan pertumbuhkembangan pada umur tertentu pada kelamin yang sama.Keluhan utama pasien biasanya tentang keadaan susunan giginya, yangdirasakan kurang baik sehingga mengganggu estetik dentofasial danmempengaruhi status social serta fungsi pengunyahannya. Pada tahap inisebaiknya dokter gigi mendengarkan apa yang menjadi keluhan seorang pasiendan tidak mengambil kesimpulan secara sepihak tentang apa yang menjadikeluhan seorang pasien Keadaan sosialKeadaan ini sukar diperoleh disebabkan orang tua pasien kadang-kadang enggan menjawab kondisi emosional anaknya. Pertanyaan dapat diganti misalkan menanyakan bagaimana prestasi di sekolah.prestasi disekolah dapat menggambarkan kemampuan pasien untuk ikut berperan dalam perawatan ortodontik. Pasien dengan kemampuan terbatas mungkin lebih baik memakai peranti cekat yang tidak membutuhkan partisipasi pasien daripada memakai peranti lepasan untuk kasus yang sama.Riwayat kesehatan pasien dan keluargaPerlu diketahui riwayat kesehatan pasien sejak dilahirkan sampai pasien datang untuk perawatan.Maloklusi merupakan penyimpangan dari proses pertumbuhkembangan yang normal. Meskipun demikian diperlukan pemeriksaan medis yang teliti untuk mengetahui status kesehatan pasien secara umum. Beberapa pertanyaan yang diperlukan dapat diajukan kepada pasien/orang tua pasien , antara lain sebagai berikut1. Apakah pernah mendapat trauma didaerah muka dan kepala dan apakah sampai memerlukan tindakan operatif2. Apakah mempunyai masalah dengan jantung dan demam rhemtodi . hal ini perlu diketahui sebagai pertimbangan apabila pasien memerlukan pemasangan cincin/ gelang/ band pada piranti vcekat atau pelepasan cincin perlu diberipengobatan untuk pencegahan adanya endokarditisnbakterial subakut3. Apakah pasien menderita diabetes. Diabetes terkontrol merupakan kontraindikasi perawatan ortodontik, tetapi memerlukan pengawaassan yang sekaama karena pada penderita diabetes kerusakan jaringan periodontal lebih mudah terjadi dengan adanya kekuatan dari peranti ortodontik4. Adanya tonsil ataupun tonsil yang pernah diambil dapat merupakan petunjuk kemungkinan adanya gangguan pernapasan5. Perawatan ortodontik padda penderita epilepsi perlu ditunda dahulu sampai keadaan ini dapat diatasi. Demikian pula dengan pasien kelainan darah bila pasien membutuhkan pencabutan gigi untuk perawatan ortodonti6. Kesehatan gigi orang tua dapat menjadi indikator kesehatan gigi psien, misalnya adanya kariess, dan penyakit periodontal7. Untuk memudahkan mencatat informasi yang dibutuhkan sebaiknya dibuat borang/ formulir isian tentang apa saja yang akan ditanyakan.BeratBadan danTinggi BadanBerat Badan dan Tinggi Badan : dari ini diharapakan dapat diketahui apakah pertumbuhkembangan pasien normal sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya. Data ini diperoleh dengan pengukuran sendiri atau memintanya kepada dokter yang merawt anak tersebutRas : pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cirri ciri fisik pasien karena setiap ras mempunyai cirri ciri fisik tertentu. Bentuk Skelet : Seseorang yang langsing dengan sedikit jaringan otot atau lemak digolongkan sebagai ektomorfik. Pada individu ini yang dominan adalah kulit dan saraf yang berasal dari ektoderm. Seseorang yang berotot digolongkan sebagai mesomorfik dan orang yang pendek dengan otot yang kurang berkembang akan tetapi mempunyai lapisan lemak yang disebut endomprfik. Anak dengan bentuk skelet ektomorfik mencapai kematangan lebih lambat daripada anak dengan tipe skelet endomorfik maupun mesomorfik. Penyakit Anak : meskipun biasanya dapat menderita berbagai penyakit akan tetapi dalam hal ini yang perlu diketahui adalah penyakit anak yang dapat mengganggu pertumbuhkembangan normal seorang anak. Contonya penyakit demam. Bila dikethui seorang anak mempunyai penyakit sistemik maka dokter gigi perlu melakuakan konsultasi dengan dokter anak yang merawat agar jalannya perawatan ortodonti tidak berpengaruh. Alergi : Dari riwayat alergi yang didapat juga dapat diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi yang akan mempengaruhi perwatan orthodontic yang akan dilakukan. Alergi terhdap bahan perlu diketahui oleh operator dengan jalan menanyakan pada pasien atau orang tua pasien. Pada pemeriksaan pasien perlu ditanyakan apakan ada alergi terhadap obat-obatan , produk kesehatan atau lingkungan.Peranti ortodontik mengandung bahan-bahan yang mungkin menyebabkan alergi, misalnya pada pasien yang menggunakan peranti cekat ada kemungkinan alergi terhadap nikel (Ne) yang banyak dipakai pada bahan-bahan peranti cekat. Kelainan endokrin : kelainan endokrin yang terjadi pralahir dapat mewujudkan pada hipoplasia gigi. Kelainan endokrin pascalahir dapat menyebabkan percepatan atau hambatan pertumbuhan muka, memengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung dan erupsi gigi permanen. Tonsil : bila tonsil dalam keadaan radang, dorsum lidah dapat menekan tonsil tersebut. Untuk menghindari keadaan ini mandibula secara refleks diturunkan,gigi tidak kontak sehingga terdapat ruangan yang lebih luas untuk lidah dan biasanya terjadi pendorongan lidah kedepan saat menelan. Kelainan saluran napas Seseorang disebut sebagai penapas mulut apabila pada keadaan istirahat maupun pada saat melakukan kegiatan selalu bernafas melalui mulut. Ada anggapan di kalangan praktisi ortodontik bahwa seseorang yang bernafas melalui mulut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan kraniofasial dan letak gigi.Pasien yang bernafas pada mulut akan mengalami kesukaran pada saat dilakukan pencetakan untuk membuat model studi maupun model kerja. Selain itu pasien yang bernafas melalui mulut akan mempunyai palatum yang dalam, maksila yang sempit sehingga kadang-kadang didapatkan gigitan silang posterior.

3.3.2 Analisis LokalAnalisis lokal terdiri atas analisis ckstraoral dan analisis intraoral, untuk mengetahui lebih terperinci keadaan yang menunjang penentuan diagnosis. Analisis ekstraoral meliputi bentuk kepala, simetri wajah, tipe wajah, tipe profil, bibir, fungsi bicara, kebiasaan jelek sedangkan analisis intraoral meliputi lidah, palatum, kebersihan mulut, karies dan gigi yang ada.Pemeriksaan EkstraoralBentuk KepalaBentuk kepala perlu dipelajari karena bentuk kepala ada hubungannya dengan bentuk muka, palatum maupun bentuk lengkung geligi. Bentuk kepala ada 3, yaitu: dolikosefalik (panjang dan sempit), mesosefalik (bentuk rata-rata) dan brakisefalik (lebar dan pendek).Bentuk kepala yang dolikosefalik juga akan membentuk muka yang sempit, panjang dan protrusif. Muka seperti ini disebut leptoprosop/sempit. Fosa krania anterior yang panjang dan sempit akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang sempit, panjang dan dalam.Sebaliknya kepala yang brakisefalik akan membentuk muka yang lebih besar, kurang protrusif dan ini disebut muka yang euriprosop/lebar. Pada bentuk kepala yang brakisefalik akan didapatkan fosa krania anterior yang lebar dan pendek yang selanjutnya akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang lebar, pendek dan lebih dangkal.Palatum merupakan bentuk proyeksi dari fosa kranial anterior, sedangkan bentuk lengkung maksila ditentukan oleh perimeter palatum. Nampaknya terdapat hubungan antara otak, basis kranium dengan bentuk palatum dan bentuk lengkung geligi.

Gambar 2 Kepala yang brakisefalik Gambar 3. Kepala dolikosel'alikSimetri WajahWajah pasien dilihat dari depan untuk memeriksa proporsi lebar mata, hidung dan mulut, juga untuk melihat apakah wajah simetri atau asimetri dan proporsi ukuran vertikal. Pada dasarnya muka manusia tidak simetri secara bilateral akan tetapi tidak mencolok sehingga menimbulkan kesan simetri. Keadaan ini bisa dilihat bila foto muka dibelah pada garis median kemudian tiap titik di sisi kanan diproyeksikan ke kiri demikian juga untuk belahan kiri diproyeksikan ke kanan akan didapatkan foto dua individu yang berlainan dengan foto aslinya. Hal ini berbeda dengan adanya deviasi hidung atau dagu ke salah satu sisi sehingga menimbulkan disproporsi yang parah dan mengganggu estetik. Adanya sedikit deviasi dalam arah vertikal merupakan variasi dan hendaknya dibedakan dari disproporsi kurang panjangnya muka bagian tengah dan bawah.Tipe WajahKompleks muka berhubungan dengan basis kranium, oleh karena itu pertumbuhan basis kranium pada lahap awal menentukan pola dimensi, sudut dan topografi muka. Kepala yang dolikosefalik membentuk muka yang sempit, panjang dan protrusif yang disebut muka sempit/leptoprosop; sebaliknya kepala yang brakisefalik menentukan muka yang lebih datar, kurang protrusif disebut muka yang lebar/euriprosop. Di antara kedua tipe tersebut terdapat muka yang sedang/mesoprosop.Tipe ProfilPemeriksaan profil mempunyai arti yang penting karena proporsi skeletal jurusan anteroposterior maupun vertikal dapat terlihat dari pemeriksaan ini. Pemeriksaan profil secara teliti akan memberikan kesan hampir seperti pemeriksaan pada sefalogram lateral, meskipun tidak terperinci. Pemeriksaan profil dapat membedakan secara klinis pasien dengan keadaan yang parah dari mereka yang mempunyai muka baik alau cukup baik. Pemeriksaan ini vital bagi mereka yang ingin merawat pasien Inikan hanya untuk ortodontis.

ABCGambar 6 Tipe profil A. cekung, B. lurus dan C. cembung.BibirPada ilmu ortodonti jaringan lunak yang berpengaruh adalah pipi, bibir dan lidah. Bentuk dan aktivitas jaringan tersebut memainkan peranan yang penting dalam menentukan bentuk lengkung geligi. Letak keseimbangan gigi sebagian ditentukan oleh keseimbangan antara pipi, bibir dan lidah. Kekuatan yang mengenai gigi sebagian ditentukan oleh letak jaringan dan sebagian oleh aktivitas jaringan ini. Letak bibir dan pipi lebih berpengaruh daripada kekuatan yang bersifat sementara yang dihasilkan oleh kekuatan otot. Ukuran dan relasi rahang berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk lengkung geligi, sedangkan kekuatan oklusal memainkan peranan dalam menentukan letak gigi secara individual.

ABGambar 8. A. Bibir kompeten B. bibir tidak kompetenFungsi BicaraMeskipun dokter gigi bukanlah seorang speech pathologist akan tetapi dokter gigi hendaknya terbiasa dengan beberapa teknik sederhana untuk menganalisis cara bicara seorang pasien (anak), sehingga anak dengan gangguan bicara dapat dirujuk ke yang lebih berkompeten untuk didiagnosis atau untuk terapi. Terdapat hubungan maloklusi dengan kelainan bicara akan tetapi karena adanya mekanisme adaptasi, anak dengan maloklusi yang parah tetap dapat berbicara dengan tanpa gangguan.Pertumbuhan fungsi mulut menuju fungsi yang normal secara umum berkembang dari anterior ke posterior. Pada saat lahir bibir relatif sudah berkembang matang dan dapat menghasilkan isapan yang kuat sedangkan struktur di posterior belum matang. Dalam perkembangan selanjutnya aktivitas yang lebih banyak dan lebih kompleks terjadi pada bagian posterior lidah dan juga pada struktur faring. Prinsip ini juga berlaku pada fungsi bicara. Awalnya suara yang dihasilkan adalah suara bilabial, misalnya p, b. Kemudian konsonan ujung lidah seperti t, d, menyusul suara sibilan (s, z) yang mengharuskan penempatan lidah dekat tetapi tidak menyentuh palatum dan yang terakhir adalah suara r yang membutuhkan penempatan bagian posterior lidah yang tepat, yang kadang-kadang tidak tercapai pada usia 4-5 tahun.Kebiasaan Jelek

Gambar 9.Ilustrasi jari yang diisap menekan insisif atas ke labial dan insisif bawah ke lingualKebiasaan jelek perlu diperiksa karena kebiasaan jelek dapat menjadi penyebab suatu maloklusi. Tidak semua kebiasaan jelek dapat menyebabkan maloklusi. Ada tiga syarat yang harus ada pada suatu kebiasaan jelek agar dapat menghasilkan suatu maloklusi yaitu: lamanya kebiasaan berlangsung, frekuensi yang cukup serta intensitas melakukan kebiasan tersebut. Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan jelek tersebut, misalnya kebiasaan jelek menghisap ibu jari akan menghasilkan maloklusi yang berbeda dengan kebiasaan mengisap bibir bawah. Beberapa macam kebiasaan jelek, misalnya: mengisap jari atau ibu jari, mengisap bibir atau menggigit bibir, menggigit kuku. Sebagian anak mempunyai kebiasaan mengisap sesuatu (misalnya jari) yang tidak memberi nilai nutrisi (non-nulritive), sebagai suatu kebiasaan yang dapat dianggap wajar. Akan tetapi kebiasaan mengisap yang berkepanjangan akan menghasilkan maloklusi. Sebagai panduan umum, kebiasaan mengisap yang dilakukan pada masa geligi sulung hanya akan menimbulkan efek yang sedikit atau tidak akan menimbulkan maloklusi. Bila kebiasaan ini diteruskan sampai gigi permanen erupsi maka dapat berakibat protrusi, diastema, insisivi bawah yang linguoversi, gigitan terbuka anterior, lengkung atas yang sempit.

Pemeriksaan IntraoralPemeriksaan intraoral dimaksudkan untuk mengetahui keadaan jaringan keras dan lunak. Pemeriksaan meliputi gigi dengan adanya karies, begitu pula dengan jaringan periodontal yang merupakan pemeriksaan penting sebelum dimulainya perawatan ortodontik, terutama kelainan mukogingiva. Pemeriksaan mukosa mulut meliputi mukosa pipi, palatum, lidah dan dasar mulut. Bila ada kelainan dicatat dan apabila perlu dilakukan rujukan kepada yang lebih berkompeten untuk dilakukan tindakan yang diperlukan.Pada perawatan ortodontik komprehensif maupun penunjang keadaan jaringan periodontal hendaknya harus terus mendapatkan perhatian. Insidensi penyakit periodontal meningkat tajam pada pasien dewasa. Suatu studi menunjukkan bahwa menjelang usia 30 kebanyakan pasien mempunyai problema dengan jaringan periodontalnya, menjelang usia 40 tahun prevalensinya mencapai 75% dari semua pasien. Kelainan periodontal tahap awal maupun lanjut tidak merupakan kontraindikasi perawatan ortodontik,yang penting adalah kondisi jaringan periodontal harus tetap diperhatikan selama perawatan ortodontik.Kondisi periodontal yang tidak normal yang biasa didapatkan pada pasien ortodontik dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu 1) kelainan mukogingiva terutama kurangnya attached gingiva dan 2) lesi radang pada gingiva dan periodonsium. Sebelum perawatan ortodontik dimulai perlu didapatkan attached gingiva yang cukup untuk dapat menahan kekuatan ortodontik dan keradangan hendaknya bisa diatasi. Pada pasien dewasa perlu lebih sering dilakukan scaling, bisa sampai dua kali lebih sering daripada pada pasien yang tidak dirawat ortodontik, misalnya seseorang yang membutuhkan scaling tiap 6 bulan sekali, bila pasien tersebut dirawat ortodontik perlu dilakukan scaling setiap 3 bulan sekali. Keadaan jaringan periodontal harus diusahakan dalam kondisi baik sebelum perawatan ortodontik dimulai.LidahPemeriksaan lidah meliputi ukuran, bentuk dan lungsi. Ukuran dan bentuk diperiksa secara subjektif. Lidah yang besar bersifat individual; lidah yang besar untuk mulut seseorang belum tentu merupakan lidah yang besar untuk orang lain. Tanda klinis untuk lidah yang terlalu besar (makroglosi) terhadap lengkung geligi adalah adanya scalloping (yang merupakan cetakan sisi lingual gigi pada lidah) pada tepi luar lidah. Jarang di jumpai lidah yang kecil.

Gambar 10. MakroglosiLetak lidah menyesuaikan dengan bentuk rongga mulut. Pada bayi lidah terletak di antara bantalan gusi dan berkontak dengan bibir dan pipi. Penelanan terjadi dengan letak lidah tetap seperti ini. Pada saat gigi-gigi bererupsi terjadi perubahan fungsi mulut, diperlukan pengunyahan dan fungsi lidah berubah secara bertahap dari pola bayi ke pola yang lebih dewasa. Hal ini berakhir ketika gigi sulung telah mencapai oklusi. Akan tetapi pada sebagian kecil manusia keadaan ini tidak berubah yang akan dapat memengaruhi posisi insisivi.PalatumPada bentuk kepala dolikosefalik akan didapatkan bentuk palatum yang sempit, panjang dan dalam. Demikian juga bentuk lengkung geligi rahang atas. Pada bentuk kepala brakisefalik akan didapatkan bentuk palatum yang lebar, pendek dan dangkal. Palatum merupakan proyeksi konfigurasi fosa kranial anterior, sedangkan konfigurasi basis apikal gigi rahang atas ditentukan oleh perimeter palatum. Bentuk palatum ini dapat memengaruhi retensi peranti lepasan. Pada palatum yang relatif tinggi akan memberikan retensi dan penjangkaran yang lebih baik. Perlu diperhatikan kadang-kadang terdapat torus palatinus yang dapat mengurangi kenyamanan pasien bila pasien memakai peranti lepasan.Kebersihan MulutKebersihan mulut yang terjaga baik merupakan indikator perhatian pasien terhadap giginya serta dapat diharapkan adanya kerja sama yang baik dengan pasien. Perawatan ortodontik tidak boleh dimulai bila kebersihan mulut pasien tidak baik. Hal ini disebabkan (1) bila kebersihan mulut jelek, dengan pemakaian peranti maka akan memperparah keadaan kebersihan mulut (2) belum tentu ada kerjasama yang baik dengan pasien.Bila kebersihan mulut kurang baik maka pasien harus diajari menjaga kebersihan mulut dan perawatan ortodontik dengan menggunakan peranti harus ditunda dahulu. Perawatan ortodontik dapat dimulai apabila kebersihan mulut sudah mencapai standar. Dianjurkan untuk menunda perawatan dengan menggunakan peranti sampai pasien dapat memelihara kebersihan mulut sampai kurang lebih 3 bulan.Gingivitis kronis pada anak-anak biasanya disebabkan kebersihan mulut jelek. Kadang-kadang ditemukan gingivitis hiperplastik pada regio insisivi atas yang dapat disebabkan tidak tertutupnya gingiva di daerah tersebut oleh bibir sehingga gingiva kering. Pada orang dewasa diperlukan pemeriksaan jaringan periodontal yang lebih teliti.KariesPemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi yang karies merupakan penyebab utama malokiusi lokal. Karies merupakan penyebab terjadinya tanggal prematur gigi sulung sehingga terjadi pergeseran gigi permanen, erupsi gigi permanen yang lambat, dan lain-lain.Fase GeligiPasien yang datang untuk perawatan ortodontik biasanya dalam fase geligi pergantian atau permanen dan jarang pada fase geligi sulung. Fase geligi sulung ditandai dengan adanya gigi sulung di rongga mulut (kurang lebih sampai dengan umur 6 tahun). Fase geligi pergantian ditandai dengan adanya gigi sulung dan gigi permanen dalam rongga mulut (kurang lebih antara umur 6-11 tahun), merupakan proses pergantian dari fase geligi sulung ke fase geligi permanen. Ada juga yang menyebut sebagai fase geligi bercampur oleh karena adanya campuran gigi sulung dan gigi permanen dalam rongga mulut. Fase geligi disebut fase geligi permanen bila semua gigi dalam rongga mulut adalah gigi permanen.Gigi yang AdaPerlu diperiksa gigi yang ada dan dicatat keadaannya. Pada fase geligi pergantian, gigi permanen yang tidak ada dalam rongga mulut perlu dilihat pada rontgenogram. Begitu juga adanya gigi kelebihan dan kelainan lain. Gigi dengan karies maupun tumpatan yang lebar hendaknya diperiksa juga prognosisnya dalam jangka panjang. Hal ini akan memengaruhi pemilihan gigi apabila diperlukan pencabutan dalam perawatan ortodontik. Pada anak- anak sering didapatkan dekalsifikasi permukaan yang luas yang disebabkan oleh plak terutama pada sisi lingual molar pertama bawah. Prognosis jangka panjang untuk gigi seperti ini biasanya kurang baik.Hipoplasia enamel yang terdapat pada gigi hendaknya juga dicatat. Keadaan ini dapat disebabkan karena penyakit sistemik yang berlangsung lama, atau pun gangguan pertumbuhan misalnya amelogenesis imperfekta. Pada premolar bawah kadang-kadang didapatkan premolar kedua yang hipoplastik dan keadaan ini disebut gigi Turner yang disebabkan oleh gangguan pada pembentukan mahkota premolar atau adanya infeksi periapikal akut pada gigi sulungnya.

3.3.3 Analisis FungsionalPath of closurePath of closure adalah arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke oklusi sentrik. Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke oklusi maksimum berupa gerakan engsel sederhana melewati freeway space yang besarnya 2-3 mm, arahnya ke atas dan ke depan. Freeway space = interocclusal clearance adalah jarak antar oklusal pada saat mandibula dalam posisi istirahat. Ada 2 macam perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibular dan displacement mandibula. Path of closure yang berawal dari posisi kebiasaan mandibula akan tetapi ketika gigi mencapai oklusi maksimum mandibular dalam posisi relasi sentrik. Ini disebut deviasi mandibular Path of closure yang berawal dari posisi istirahat, akan tetapi oleh karena adanya halangan oklusal maka didapatkan displacement mandibula. a. Deviasi MandibulaKeadaan ini berhubungan dengan posisi kebiasaan mandibula. Bila mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antar oklusal akan bertambah sedangkan kondili letaknya lebih maju di dalam fosa glenoidalis. Arah path of closure adalah ke atas dan kebelakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik (kondili dalam posisi normal pada fosa glenoidalis).b. Displacement MandibulaDisplacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak premature dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan hubungan antar tonjol gigi yang maksimum. Pada beberapa keadaan displacement terjadi pada fase gigi geligi sulung, kemudian pada saat gigi permanen erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang memperparah terjadinya displacement. Displacement dapat juga terjadi pada usia lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol yang disebabkan hilangnya gigi posterior akibat pencabutan.Displacement dalam jurusan transversal sering berhubungan dengan adanya gigitan silang posterior. Bila lengkung gigi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacement mandibula ke transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Bila hal itu terjadi maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior pada satu sisi. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk menghilangkan kesalahan sistematik ini, telah dikembangkan suatu metode untuk mendapatkan gambaran tiga dimensi kompleks kraniofasial. Upaya untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat dan mengurangi kesalahan itu antara lain berupa computed tomography (CT) dan penciptaan perangkat lunak berbantuan computer/computer-aided design software. Sekarang yang lagi berkembang adalah digital imaging diantaranya berupa volumetric imaging atau biasa disebut three dimensional imaging oleh karena informasi yang didapat berupa panjang, lebar dan dalam. Termasuk dalam kategori ini adalah CT, cone beam volumetric tomography dan teknologi MRI (Magnetic Resonance Imaging).

3.3.4 Analisis ModelModel studi adalah rekam ortodontik yang paling sering digunakan untuk menganalisis suatu kasus dan memberikan banyak informasi, pembuatannya relatif mudah dan murah. Keadaan yang dapat dilihat pada model adalah sebagai berikut: Bentuk lengkung gigiModel dilihat dari oklusal kemudian diamati bentuk lengkung geligi. Bentuk lengkung geligi yang normal adalah berbentuk parabola; ada beberapa bentuk lengkung geligi yang tidak normal misalnya lebar, menyempit di daerah anterior dan lain-lain.Bentuk lengkung geligi ini berhubungan dengan bentuk kepala misalnya pasien dengan bentuk kepala brakisefalik cenderung memiliki bentuk lengkung geligi yang lebar. Diskrepansi pada modelDiskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia (available space) dengan tempat yang dibutuhkan (required space). Diskrepasni pada model merupakan bagian dari diskrepansi total yang terdiri dari: diskrepansi model, diskrepanasi sefalometrik, kedalaman kurva spee dan pergeseran molar ke mesial. Diskrepansi pada model digunakan untuk menetukan macam perawatan pasien tersebut, apakah termasuk perawatan pencabutan gigi permanen atau tanpa pencabutan gigi permanen.Untuk mengetahui diskrepansi pada model perlu diketahui tempat yang tersedia dan tempat yang dibutuhkan. Pengertian tempat yang tersedia (available space) adalah tempat disebelah mesial molar pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama permanen kanan yang ditempati gigi-gigi permanen (premolar kedua kiri sampai premolar kedua kanan) kedudukan/letak benar.Ada berbagai cara untuk mengukur tempat yang tersedia. Salah satu cara untuk mengukur tempat yang tersedia di rahang atas adalah dengan membuat lengkungan dari kawat tembaga (brass wire) mulai dari mesial molar pertama permanen kiri melewati fisura gigi-gigi didepannya terus melewati insisal insisiv yang letaknya benar terus melewati fisura gigi-gigi posterior sampai mesial molar pertama permanen kanan. Kawat ini kemudian diluruskan kemudian diukur panjangnya. Panjang kawat ini merupakn tempat yang tersedia. Untuk rahang bawah lengkung kawat tidak melewati fisura gigi posterior tetapi lewat tonjolan bukan gigi posterior rahang bawah.Cara lain untuk mengukur tempat yang tersedia adalah dengan membagi lengkung geligi dalam beberapa segmen, biasanya dari mesial molar pertama permanen kiri sampai dengan mesial kaninus kiri. Dari mesial kaninus kiri sampai mesial insisiv sentral kiri, dari mesial insisiv sentral kanan sampai distal kaninus kanan, dari distal kaninus kanan sampai mesial moalr pertama permanen kanan. Masing-masing segmen diukur dengan kaliper kembudian dijumlahkan.Rumus ini sesuai untuk ras deutero-malayu karena sampel untuk penelitian ini (215 anak) adalah dari ras tersebut. Dengan mengukur berbagai lebar mesiodistal insisiv bawah dan memasukkan angka ini ke rumus tersebut dapat disusun tabel. Sebagai panduan umum Profitt dkk., 2007 mengatakan bahwa: Bila kekurangan tempat sampai dengan 4 mm tidak diperlukan pencabutan gigi permanen. Bila kekurangan tempat antara 5-9 mm kadang-kadang masih dapat dirawat tanpa pencabutan gigi permanen, namun sering diperlukan pencabutan gigi permanen (tidak termasuk molar ketiga) Bila kekurangan tempat 10 mm atau lebih hampir selalu diperlukan pencabutan gigi permanen, biasanya premolarGigi permanen yang sering dicabut untuk perawatan ortodontik adalah premolar pertama, bila semua gigi permanen ada dan dalam keadaan baik. Bila ada gigi permanen yang karies banyak dan tidak dapat dirawat lagi maka gigi dapat dicabut sesuai dengan keadaan kasus tersebut. Analisa ukuran gigiUntuk mendapat oklusi yang baik diperlukan ukuran gigi yang proporsional. Bila gigi-gigi atas besar sedangkan gigi-gigi bawah kecil tidak mungkin untuk mendapatkan oklusi yang ideal. Meskipun pada kebanyakn orang proporsi giginya sangat sesuai tetapi kurang lebih 5% tidak mencapai proporsi ini karena adanya variasi ukuran gigi secara individual. Keadaan ini biasa disebut tooth size discrepazy. Insisiv lateral atas merupakan gigiyang paling banyak mengalami anomali, meskipun gigi-gigi lain juga mempunyai banyak variasi ukuran.Tooth size analysis atau lebih sering disebut analisis bolton dilakukan dengan mngukur lebar mesiodistal setiap gigi permanen. Ukuran ini kemudian dibandingkan dengan tabel standart jumlah lebar gigi anterior atas maupun bawah (dari kaninus ke kaninus) dan juga jumlah lebar mesiodistal semua gigi atas dan bawah (molar pertama ke molar pertama) tidak termasuk moalr kedua dan ketiga. Bila pengukuran menggunakan saran digital maka komputer dengan cepat dapat menentukan tooth size analysis. Pemeriksaan cepat untuk mengetahui perbedaan gigi anterior dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran insisiv lateral atas dan bawah. Bila insisiv latelar atas lebih besar maka hampir dapat dipastikan akan didapat perbedaan. Untuk rahang bawah dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran premolar kedua atas dan bawah yang ukurannya kurang lebih sama. Bila perbedaan ukuran gigi ini kurang dari 1,5mm jarang berpengaruh secara signifikan, tetapi kalau melebihi 1,5 mm akan menimbulkan maslah dalam perawatan ortodonti dan sebaiknya hal ini dimasukkan dalam pertimbangan perawatan ortodontik. Kurva SpeeLengkung yang menghubungkan insisal insisiv dengan bidang oklusal molar terakhir pada rahang bawah. Pada keadaan normal kedalamannya tidak melebihi 1,5 mm. Pada kurva spee yang positif (bentuk kurvanya jelas dan dalam) biasanya didapatkan gigi insisiv yang supra posisi atau gigi posterior yang infra posisi atau gabungan dari keduanya tadi.Kurva space adalah kurva dengan dengan pusat pada suatu titik di tulang lakrimal dengan radius pada orang dewasa 65-70 mm. Kurva ini berkontak di empat oklusi yaitu permukaan anterior kondili, daerah kontak distooklusal molar ketiga, daerah kontak mesiooklusal molar pertama dan tepi insisal. DiastemaRuang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva diantara gigi-gigi kelihatan. Adanya diastem pada fase geligi pergantian masih merupakan keadaan normal, tetapi adanya diastem pada fase geligi permanen perlu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui keadaan tersebut suatu keadaan yang tidak normal. Simetri gigi-gigiPemeriksaan ini untuk mengetahui simetri gigi senama dalam jurusan sagital maupun transversal dengan cara membandingkan letak gigi permanen senama kiri dan kanan. Berbagai alat bisa digunakan untuk keperluan pemeriksaan ini, misalnya suatu transparent ruled grid atau simetroskop yang dapat dibuat sendiri.Letakkan model studi pada dasarnya kemudian simetroskop diletakkan pada bidang oklusal gigi mulai dari yang paling , bagian simetroskop menyentuh gigi yang paling labial, garis tengah simetroskop garis berimpit dengan median model. Kemudian geser simetroskop ke distal sambil mengamati apakah gigi yang senama terletak pada jarak yang sama baik dalam jurusan sagital maupun transversal. Gigi yang terletak salahPenyebutan letak gigi yang digunakan diantaranya sebagai berikut: Versi: mahkota gigi miring kearah tertentu tetapi akar gigi tidak. Infraoklusi : gigi yang tidak mencapai garis oklusi dibandingkan dengan gigi lain dalam lengkung geligi. Supraoklusi: gigi yang melebihi garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain dalam lengkung geligi. Rotasi: gigi berputar pada sumbu panjang gigi, bisa sentris atau eksentris. Transposisi: dua gigi yang bertukar tempat Ektostema: gigi yang terletak diluar lengkung geligiKelainan letak gigi dapat juga merupakan kelainan sekelompok gigi. Protrusi: kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadapat garis maksila >110 untuk rahang bawah >90 terhadap garis mandibula. Retrusi : kelainan kelompok ggi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis maksila < 110, untuk rahang bawah 82 maksila protrusif , < 820 maksila retrusif. Sudut SNB (normal 80) ,> 80mandibula protrusif, < 800 mandibula retrusif. Sudut ANB, bila titik A di depan titik B (normal rata-rata 20) klas I skeletal/ortognatik, bila titik A jauh didepan titik B (>>20/ positif). klas II skeletal/ retrognatik, bila titik A jauh di belakang titik B (