Upload
dinhthu
View
262
Download
7
Embed Size (px)
BAB II
MAKALAH
Makalah 1 :
Analisis penilaian kinerja karyawan menggunakan Fuzzy Linear Programming (FLP).
Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
2013 yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY
pada tanggal 18 Mei 2013. Termuat dalam prosiding ISBN. 978-979-968880-7-1.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-15
ANALISIS PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN
FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP)
Astuti Irma Suryani1)
, Lilik Linawati2)
dan Hanna A. Parhusip2)
1)
Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW
2) Dosen Pembimbing Program Studi Matematika [email protected]
2)
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711
Abstrak Penilaian kinerja karyawan merupakan satu hal yang dilakukan secara
periodik dalam suatu perusahaan atau institusi. Penilaian kinerja karyawan
diukur dengan memperhatikan beberapa aspek seperti disiplin kerja, perilaku
kerja, kepribadian, kepemimpinan atau kemampuan lainnya yang masing-
masing dinyatakan sebagai baik, cukup, kurang atau buruk terhadap kinerja
seorang karyawan. Nilai-nilai tersebut belum memberikan pengukuran dan
gambaran yang jelas tentang kinerja/kemampuan karyawan secara utuh.
Penilaian kinerja bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu
dan memberikan basis bagi keputusan-keputusan yang dapat mempengaruhi
gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, mutasi (pemindahan), dan kondisi-
kondisi kepegawaian lainnya. Dalam makalah ini akan dikaji hasil penilaian kinerja karyawan untuk menentukan posisi yang sesuai dengan
kinerja/kemampuan yang dituntut pada bagian/divisi tertentu. Hasil penilaian
dianalisis menggunakan metode FLP untuk mencari solusi pengukuran
kinerja karyawan berdasarkan suatu benchmark. Benchmark disusun
berdasarkan kumpulan aspek kompetensi yang disyaratkan oleh bagian/divisi
tertentu, dalam hal ini bagian front office atau back office. Untuk masing-
masing bagian ditetapkan tiga benchmark yang memuat sepuluh aspek
kompetensi yang dinilai, setiap aspek terdiri dari lima level penilaian. Solusi
model FLP memberikan suatu nilai optimum level-level pada tiap aspek,
sehingga dapat dihitung nilai untuk setiap benchmarknya. Mengacu pada
benchmark ini maka seorang karyawan dapat ditentukan lebih sesuai pada posisi/bagian yang mana.
Kata Kunci : Kinerja, Benchmark, Fuzzy Linear Programming.
PENDAHULUAN
Penilaian kinerja merupakan cara untuk melakukan pembinaan dan pengembangan karyawan baik dalam hal kemampuan, karakter atau perilaku. Penilaian
dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan pertimbangan yang didasarkan pada data atau
pengamatan yang cermat dan obyektif. Hasil penilaian yang diharapkan ini dapat diperoleh melalui proses penilaian kinerja berdasarkan pada standar-standar yang
ditentukan oleh lembaga dimana mereka bekerja. Pada umumnya hasil penilaian
M -
Astuti, Lilik, dan Hanna / Analisis Penilaian Kinerja ISBN. 978-979-968880-7-1
M-16
dinyatakan sebagai baik, cukup, kurang atau buruk terhadap aspek-aspek yang dinilai
pada seorang karyawan. Nilai tersebut belum memberikan pengukuran dan gambaran
yang jelas tentang kinerja/kemampuan karyawan secara utuh. Oleh karena itu, perlu suatu cara atau metode analisis untuk menyatakan penilaian secara tegas atau kuantitatif dan
memberikan gambaran secara utuh tentang kinerja seseorang.
Kemampuan dan keterampilan seseorang dapat berkembang jika dia bekerja pada lingkungan/bagian tertentu. Penilaian terhadap aspek-aspek yang ditentukan, diharapkan
dapat digunakan untuk menentukan bahwa seorang karyawan sesuai pada bagian/divisi
tertentu. Dalam penelitian ini, FLP digunakan untuk menganalisis penilaian terhadap aspek-aspek kinerja agar dapat digunakan untuk menentukan posisi yang sesuai bagi
seorang karyawan, yaitu dibagian front office (FO) atau back office (BO). Karyawan
yang bertugas dan berinteraksi langsung dengan pelanggan adalah bagian FO, sementara
karyawan yang pekerjaannya tidak berinteraksi langsung dengan pelanggan atau bertugas dibagian administrasi adalah bagian BO. Sehingga, kemampuan kinerja karyawan yang
diperlukan untuk dua jenis karyawan ini bervariasi secara signifikan.
Penelitian mengenai penilaian kinerja karyawan menggunakan FLP sudah pernah dilakukan oleh Aminoto yaitu sistem penilaian kinerja karyawan untuk kenaikan jabatan
yang kemudian diimplementasikan menggunakan pemrograman Pascal [5]. Penelitian
senada juga dilakukan oleh Widodo yaitu penyempurnaan sistem penilaian prestasi kerja PNS berdasarkan analisis SWOT [6].
FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP)
FLP adalah program linear yang diterapkan dalam lingkungan fuzzy, dimana akan dicari nilai dari fungsi objektif yang akan dioptimalkan sedemikian sehingga tunduk
pada kendala-kendala yang dimodelkan menggunakan himpunan fuzzy. Dalam model
FLP ini fungsi objektif dan pertidaksamaan kendala memiliki parameter fuzzy. Program linear adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari hasil optimal (maks/min)
fungsi objektif yang memenuhi beberapa kendala dalam bentuk persamaan atau
pertidaksamaan linier,yang direpresentasikan dengan model berikut [2] :
Kasus minimisasi, menentukan sedemikian sehingga : Min :
Kendala :
Kasus maksimisasi, menentukan sedemikian sehingga : (1) Maks :
Kendala :
keterangan: vektor variabel keputusan;
vektor koefisien fungsi tujuan
matriks koefisien fungsi kendala; vektor nilai sebelah kanan pada kendala;
Model program linear (1) dalam FLP, menjadi sebagai berikut :
Kasus minimisasi, menentukan sedemikian sehingga : Min :
Kendala :
Kasus maksimisasi, menentukan sedemikian sehingga : (2) Maks :
Kendala :
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-17
Tanda merupakan bentuk fuzzy dari yang diinterpretasikan sebagai
pada dasarnya kurang dari atau sama dengan dan tanda merupakan bentuk fuzzy
dari yang diinterpretasikan sebagai pada dasarnya lebih dari atau sama dengan
[2].
Persamaan (2) adalah bentuk umum dari FLP dengan nilai ruas kanan yang bernilai fuzzy. Tiap-tiap kendala akan direpresentasikan dengan sebuah himpunan fuzzy, dengan
fungsi keanggotaan pada himpunan ke- adalah . Fungsi keanggotaan untuk model
keputusan himpunan fuzzy dapat dinyatakan sebagai: = min{ } (3)
Tentu saja diharapkan akan didapat solusi terbaik, yaitu solusi dengan nilai keanggotaan yang paling besar. Dengan demikian solusi sebenarnya adalah :
max = max min{ } (4)
Dari sini terlihat bahwa jika kendala ke- benar-benar dilanggar.
Sebaliknya, jika kendala ke- benar-benar dipatuhi. Nilai akan turun
secara monoton pada selang [0,1], yaitu:
(5)
1
Gambar 1 Fungsi Keanggotaan
(6)
dengan adalah toleransi interval yang diperbolehkan untuk melakukan pelanggaran
baik pada fungi obyektif maupun kendala. Dengan mensubstitusikan (6) ke (4) akan diperoleh:
max = max min{ } (7)
Dari Gambar 1, terlihat bahwa semakin besar nilai domain, akan memiliki nilai
keanggotaan yang cenderung semakin kecil. Sehingga untuk mencari nilai dapat
dihitung sebagai , dengan = ruas kanan kendala ke- . Selanjutnya
diperoleh bentuk FLP baru sebagai berikut [1] :
0
Astuti, Lilik, dan Hanna / Analisis Penilaian Kinerja ISBN. 978-979-968880-7-1
M-18
Maksimumkan: λ (8)
Dengan kendala: λ +
FUZZY LINEAR PROGRAMMING PADA PENILAIAN KINERJA
Penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Salah satu dampak penilaian kinerja adalah mutasi (pemindahan). Pemindahan pada umumnya
dimaksudkan menempatkan pada posisi yang paling tepat, dengan maksud agar karyawan
yang bersangkutan memberikan kontribusi kemampuan yang optimal dan dapat
menunjukkan prestasi yang lebih tinggi lagi [3]. Aspek-aspek penilaian yang disyaratkan umumnya berbeda antara FO dan BO, misalnya aspek kompetensi yang dibutuhkan oleh
FO yaitu kedisiplinan, kejujuran, kecakapan/keterampilan, sedangkan aspek kompetensi
yang dibutuhkan karyawan yang bekerja di BO dituntut memiliki kompetensi antara lain kedisiplinan, kecakapan/keterampilan, kemandirian, kreativitas, kerja sama dll [4].
Penilaian kinerja seorang karyawan dilakukan terhadap beberapa aspek
kompetensi yang disyaratkan pada bagian/divisi tertentu. Kumpulan aspek kompetensi ini digunakan sebagai basis untuk penilaian yang dikenal dengan nama benchmark.
Benchmark ini terdiri dari aspek-aspek kompensasi yang menjadi pertimbangan dalam
penilaian, aspek kompensasi ini bervariasi pada FO maupun BO. Masing-masing aspek
terdiri dari tingkat (level) penilaian yaitu nilai level terendah sampai nilai level tertinggi, dengan menetapkan batas bawah untuk jumlah level terendah dan batas atas untuk jumlah
level tertinggi. Selanjutnya, perlu ditetapkan batas bawah selisih antar level dalam setiap
aspek yang dinilai [2]. Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut, maka dapat dirumuskan kendala-kendala sebagai berikut :
Tentukan :
Kendala : (9)
;
;
; ;
Dengan :
: Aspek ke dengan nilai level ke ;
: Kendala benchmark ke- ;
: Level terendah dalam aspek ke- ;
: Level tertinggi dalam suatu aspek;
: Kendala jumlah nilai level terendah;
: Kendala jumlah nilai level tertinggi;
: Kendala selisih nilai antara satu level dengan level sebelumnya.
Fungsi kendala dan fungsi objektif yang diwakili oleh fungsi keanggotaan
pada (5) yang menunjukkan batas bawah dan batas atas . Disamping itu,
dengan mempertimbangkan pertidaksamaan fuzzy serta menggunakan operator pada rumus (8) maka kendala benchmark dapat ditulis sebagai :
(10)
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-19
Dengan memperhatikan rumus (9) dan (10), maka mengacu pada rumus (8), disusun model FLP untuk penilaian kinerja berikut ini [2] :
Max
dengan kendala : (11)
;
;
;
;
Nilai yang diperoleh dari model (11) merupakan nilai benchmark maksimum yang dapat digunakan untuk menentukan nilai setiap aspek pada setiap level, yang
kemudian menentukan nilai benchmark. Selanjutnya, dihitung nilai standar untuk masing-masing bagian/divisi yaitu pada FO atau BO.
METODE PENELITIAN
Tahap1 : Data yang digunakan adalah data penilaian kinerja karyawan oleh Biro HRD suatu institusi pendidikan di Salatiga.
Tahap 2 : Membuat benchmark penilaian berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2.
Tahap 3 : Menyusun model FLP menggunakan model (11) Tahap 4 : Menyelesaikan model FLP menggunakan Solver
Tahap 5 : Hasil pada tahap 4 dinterpretasikan pada penilaian kinerja karyawan.
PENERAPAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING PADA PENILAIAN KINERJA
Dalam penelitian ini, FLP diterapkan untuk menganalisis penilaian kinerja
karyawan untuk penentuan posisi yang tepat bagi seorang karyawan suatu institusi
pendidikan di Salatiga. Biro HRD institusi ini ingin menentukan/menilai karyawan mana yang sesuai menempati posisi FO atau BO. Penilaian didasarkan pada 10 aspek
kompetensi seperti tersaji pada Tabel 1. Nilai setiap aspek dinyatakan sebagai salah satu
dari 5 level penilaian pada Tabel 2.
Tabel 1 Aspek Kompetensi yang Dinilai
No. Aspek No. Aspek
1 Disiplin terhadap jam kerja 6 Peduli terhadap kesulitan orang lain
2 Menyelesaikan pekerjaan secara mandiri 7 Terbuka terhadap pendapat dan saran
3 Ucapan dan tindakan dapat dipercaya 8 Bersedia bekerja ekstra (lembur)
4 Ramah dan sopan dalam pelayanan 9 Mampu bekerjasama dengan rekan kerja
5 Menunjukkan keterampilan dan pengetahuan 10 Memberikan ide dan solusi untuk perbaikan
Tabel 2 Level Penilaian Pada Aspek Kompetensi
Level Ke- Tingkat Pencapaian Keterangan
1 Tidak Setuju Kinerja sangat buruk, tidak dapat diperbaiki
2 Kurang Setuju Kinerja buruk, namun masih dapat diperbaiki
3 Cukup Kinerja cukup, memenuhi persyaratan dasar
4 Setuju Kinerja bagus, lebih dari yang diharapkan
5 Sangat Setuju Kinerja sangat bagus, selalu lebih dari yang diharapkan
Astuti, Lilik, dan Hanna / Analisis Penilaian Kinerja ISBN. 978-979-968880-7-1
M-20
Untuk memodelkan FLP dimisalkan adalah aspek ke dengan nilai level ke
dengan dan . Ditetapkan benchmark penilaian ( ) dalam 3 peringkat yaitu :
dimana adalah benchmark penilaian peringkat tertinggi. Toleransi yang ditetapkan
untuk setiap benchmark dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Toleransi yang Ditetapkan pada 3 Benchmark
Jumlah nilai level terendah memiliki batasan lebih besar atau sama dengan 100
=100) dan jumlah nilai level tertinggi ditetapkan memiliki batasan lebih kecil atau sama
dengan 300 ( =300). Nilai selisih minimum antar satu level dengan level sebelumnya
adalah 2. Permasalahan ini dapat dimodelkan sebagai berikut :
Akan dicari yang memaksimumkan
dengan kendala :
; ;
; ;
; ;
; ;
; ;
; ;
; ; ; ;
; ;
; ;
Model diatas diselesaikan menggunakan aplikasi Solver pada Ms.Excel 2007 dan
didapat nilai , nilai-nilai setiap level pada setiap aspek seperti pada Tabel 4.
Benchmark
ke- Nilai Tegas ( )
Toleransi Batas
atas bawah atas bawah
1 200 20 15 220 185
2 170 20 10 190 160
3 140 20 5 160 135
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-21
Tabel 4 Nilai Level pada Setiap Aspek
Aspek Level
1 2 3 4 5
1 100 102 104 106 108
2 0 2 4 6 8
3 0 2 4 6 8
4 0 2 4 6 8
5 0 2 4 6 8
6 0 2 4 6 8
7 0 2 4 6 8
8 0 2 4 6 8
9 0 2 4 6 8
10 0 2 4 6 8
Nilai , berarti hasil penilaian yang diperoleh FLP sempurna terhadap nilai benchmark yang ditetapkan, sehingga standar nilai yang baru setiap benchmark
dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Standar Nilai Benchmark yang Baru
Benchmark ke- Skor
1 180
2 162
3 144
Seorang karyawan yang sesuai untuk ditempatkan pada bagian FO, disyaratkan
mempunyai aspek dan level penilaian sebagai berikut : Disiplin terhadap jam kerja ( ; Menyelesaikan pekerjaan secara mandiri ( ); Ucapan dan tindakan dapat dipercaya
( ); Ramah dan sopan dalam pelayanan pelayanan ( ; Menunjukkan keterampilan
dan pengetahuan ( ); Peduli terhadap kesulitan orang lain ( ); Terbuka terhadap pendapat dan saran ( ); Bersedia bekerja ekstra (lembur) ( ); Mampu bekerja sama
dengan rekan kerja ( ); Memberikan ide dan solusi untuk perbaikan ( ). Sehingga,
nilai yang harus dimiliki oleh karyawan front office untuk semua aspek adalah = +
+ + + + + + + + = 108 + 4 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8+ 4 + 4 + 4 =
164. Jika nilai benchmark dinyatakan sebagai skor 100, maka nilai minimum untuk
karyawan FO dengan benchmark ke-1 adalah = . Jadi, seorang
karyawan pada FO harus memiliki nilai kinerja diatas .
Selanjutnya, seorang karyawan yang sesuai untuk ditempatkan pada bagian BO, disyaratkan mempunyai aspek dan level penilaian sebagai berikut :Disiplin terhadap jam
kerja ; Menyelesaikan pekerjaan secara mandiri ( ); Ucapan dan tindakan dapat
dipercaya ( ); Ramah dan sopan dalam pelayanan pelayanan ( ; Menunjukkan keterampilan dan pengetahuan ( ); Peduli terhadap kesulitan orang lain ( ); Terbuka
terhadap pendapat dan saran ( ); Bersedia bekerja ekstra (lembur) ( ); Mampu
bekerja sama dengan rekan kerja ( ); Memberikan ide dan solusi untuk perbaikan
( ). Sehingga, nilai yang harus dimiliki oleh karyawan BO untuk semua aspek adalah = + + + + + + + + + = 108 + 8 + 8 + 4 + 8 + 4 + 4 + 8
+ 8 + 8 = 168. Jika nilai benchmark dinyatakan sebagai skor 100, maka nilai minimum karyawan
BO dengan benchmark ke-1 adalah = . Jadi, seorang karyawan pada
BO harus memiliki nilai kinerja diatas . Pada Tabel 6 disajikan skor minimum sebagai syarat penilaian dibagian FO dan BO untuk masing-masing benchmark.
Astuti, Lilik, dan Hanna / Analisis Penilaian Kinerja ISBN. 978-979-968880-7-1
M-22
Tabel 6 Syarat FO dan BO Setiap Benchmark
Benchmark ke- Front Office Back Office
Nilai Skor Nilai Skor
1 164 91,11 168 93,33
2 154 95.06 156 96,29
3 134 93.05 138 95,83
Sebagai contoh penerapan, diambil penilaian kinerja karyawan “Y” yaitu
5,4,3,3,4,3,3,3,4,4, dan akan digunakan benchmark-1. Hasil penilaian kinerja karyawan
tersebut untuk semua aspek adalah 152. Skor penilaian untuk persyaratan FO adalah
dan skor penilaian untuk persyaratan BO adalah .
Karena nilai skor yang diperoleh lebih besar dari syarat minimum bagi FO dan lebih kecil
dari syarat minimum BO, maka disimpulkan bahwa karyawan “Y” lebih tepat menduduki
posisi di FO.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian diatas maka FLP dapat digunakan sebagai alat analisis untuk menentukan nilai minimum berdasarkan benchmark yang ditetapkan dalam penilaian
kinerja karyawan, untuk kemudian dapat ditentukan posisi kerja yang sesuai bagi seorang
karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Klir George J, dan Yuan Bo. 1995. Fuzzy Sets and Fuzzy Logic Theory and
Applications. USA: Prentice-Hall International,Inc
[2]. Kusumadewi, Sri, dan Purnomo, Hari. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk pendukungkeputusan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
[3]. Martoyo Susilo S.E., Kolonel Kal.(Purn.), 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
Edisi 4. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. [4]. Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi, dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
[5]. Web 1 : Jurnal Evaluasi Kinerja Karyawan Menggunakan Metode Fuzzy Linear Programming oleh Toto Aminoto
http://www.geocities.ws/gatot_prabantoro/kinerja_dg_fuzzy.pdf Diakses tanggal 20
Oktober 2012
[6]. Web 2 : Jurnal Evaluasi Terhadap Sistem Penilaian Prestasi Kerja Menurut Sistem DP3 oleh Tri Widodo W Utomo http://www.geocities.ws/mas_tri/SistemDP3.pdf
Diakses tanggal 24 Januari 2013
Makalah 2 :
Fuzzy Linear Programming (FLP) dengan fungsi keanggotaan kurva-S untuk penilaian
kinerja karyawan. Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains
VIII 2013 yang diselenggarakan oleh Fakultas Sains dan Matematika UKSW 15 Juni
2013. Termuat dalam prosiding ISSN 2087-0922 Vol.4 No.1 Tahun 2013.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
431
FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI
KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA
KARYAWAN
Astuti Irma Suryani
1), Lilik Linawati
2) dan Hanna A. Parhusip
2) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW
2) Dosen Pembimbing Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711
[email protected] 1)[email protected])[email protected] 2)
ABSTRAK
Analisis penilaian kinerja karyawan terhadap aspek-aspek kompetensi untuk
menentukan posisi yang sesuai dengan kemampuan seorang karyawan pada
bagian/divisi tertentu, menggunakan fuzzy linear programming (FLP) telah dibahas
berdasarkan fungsi keanggotaan fuzzy berbentuk bahu/linear. Hasil yang diperoleh
dari model FLP yaitu yang menjelaskan bahwa hasil penilaian yang
diperoleh FLP sempurna terhadap nilai benchmark yang ditetapkan [4]. Dalam
makalah ini, data yang sama akan dianalisis menggunakan fungsi keanggotaan non-
linear yaitu fungsi kurva-S, dengan parameter yang berbeda untuk mengetahui
fungsi keanggotaan mana yang paling cocok dalam model FLP. Dalam hal ini, solusi
model yang diperoleh menggunakan fungsi keanggotaan kurva-S yaitu nilai .
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model FLP untuk penilaian kinerja
karyawan menggunakan fungsi keanggotaan bentuk bahu/ linear lebih baik
dibandingkan jika menggunakan fungsi keanggotaan kurva-S.
Kata Kunci : Penilaian Kinerja, Kurva-S, Fuzzy Linear Programming (FLP).
PENDAHULUAN
Fuzzy Linear Programming (FLP)
telah banyak diterapkan untuk menyelesaikan berbagai jenis masalah
salah satunya untuk penilaian kinerja
karyawan, seperti analisis penilaian kinerja karyawan untuk penentuan posisi
yang sesuai bagi seorang karyawan
berdasarkan benchmark yang
ditentukan, dengan menggunakan fungsi keanggotaan bentuk bahu/linear [4].
Benchmark ini terdiri dari beberapa
aspek kompetensi yang disyaratkan pada bagian/divisi tertentu, dalam hal ini
bagian front office dan back office.
Untuk masing-masing bagian ditetapkan tiga benchmark yang memuat sepuluh
aspek kompetensi yang dinilai, setiap
aspek terdiri dari lima level penilaian.
Solusi model FLP memberikan suatu nilai optimum level-level pada tiap
aspek, sehingga dapat dihitung nilai
untuk setiap benchmarknya [4].
Ada beberapa model fungsi keanggotaan fuzzy yang dikenal, baik
bentuk linear maupun non-linear.
Model fuzzy linear programming dalam
makalah ini menggunakan fungsi keanggotaan non- linear bentuk kurva-
S. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui fungsi keanggotaan fuzzy yang terbaik diantara fungsi
keanggotaan bentuk bahu/linear dan
bentuk kurva-S dalam memodelkan FLP untuk penilaian kinerja karyawan.
Penggunaan fungsi keanggotaan
bentuk kurva-S pada FLP sudah pernah
dilakukan oleh Vasant utuk perencanaan produksi beberapa jenis produk [5].
Penelitian senada juga dilakukan oleh
Marie yaitu perencanaan produksi pada suatu industri pangan untuk
menghasilkan output produksi yang
sesuai dengan permintaan pasar [6].
432
FUZZY LINEAR PROGRAMMING
(FLP)
FLP adalah program linear yang
diterapkan dalam lingkungan fuzzy,
dimana akan dicari nilai dari fungsi
objektif yang akan dioptimalkan sedemikian sehingga tunduk pada
kendala-kendala yang dimodelkan
menggunakan himpunan fuzzy. Dalam model FLP ini fungsi objektif dan
pertidaksamaan kendala memiliki
parameter fuzzy. Model FLP dapat
direpresentasikan dengan rumusan sebagai berikut :
Min/Maks :
Kendala : (1)
Tanda merupakan bentuk
fuzzy dari yang diinterpretasikan
sebagai pada dasarnya kurang dari
atau sama dengan dan tanda
merupakan bentuk fuzzy dari yang
diinterpretasikan sebagai pada
dasarnya lebih dari atau sama
dengan [2].
Persamaan (1) adalah bentuk umum dari FLP dengan nilai ruas kanan
yang bernilai fuzzy. Tiap-tiap kendala
akan direpresentasikan sebagai sebuah himpunan fuzzy dengan fungsi
keanggotaan pada himpunan ke- adalah
. Nilai akan turun secara
monoton pada selang [0,1], dan fungsi keanggotaan seperti rumus (2) :
(2)
Gambar 1. Fungsi Keanggotaan Bentuk
Bahu/Linear Turun Monoton
dengan adalah toleransi interval yang
diperbolehkan untuk melakukan
pelanggaran baik pada fungi obyektif
maupun kendala. Pada Gambar 1, terlihat bahwa semakin besar nilai
domain, akan memiliki nilai
keanggotaan yang cenderung semakin kecil secara linear. Sehingga untuk
mencari nilai λ-cut dapat dihitung
sebagai λ = , dengan
ruas kanan kendala ke- . Selanjutnya
model (1) dapat dirumuskan bentuk FLP baru sebagai berikut [1]:
Maksimumkan: λ (3)
Dengan kendala: λ +
FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-
S TERMODIFIKASI
Representasi kurva-s atau sigmoid
berhubungan dengan kenaikan atau penurunan permukaan secara tak linear
[3]. Menurut Vasant, ada dua keadaan
himpunan fuzzy tak linear, yaitu:
a. Kurva-S untuk Pertumbuhan kenaikan himpunan dimulai pada
nilai domain yang memiliki derajat
keanggotaan nol (0) bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang
memiliki derajat keanggotaan lebih
tinggi (1), seperti pada Gambar 2:
(4)
Gambar 2. Himpunan fuzzy kurva
Pertumbuhan.
0
1
0
1
0.001
0.999
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
433
b. Kurva-S untuk Penyusutan dimulai
dari nilai domain dengan derajat
keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak turun ke kanan
nilai domain semakin besar seperti
pada Gambar 3:
(5)
Gambar 3 Himpunan fuzzy kurva-S Penyusutan
Untuk variabel interval
berlaku :
Berikutnya persamaan diatas dapat
diselesaikan hingga diperoleh nilai
sebagai berikut :
(6)
(7)
Agar nilai dapat dihitung, maka
parameter B dan C harus diketahui.
Ditetapkan nilai B = 1 dan C = 0,001, sedangkan α bernilai 13,81350956 [5].
Dengan memperhatikan rumus (6)
dan (7), maka mengacu pada rumus (3), disusun model FLP untuk penilaian
kinerja sebagai berikut :
Maksimumkan: λ (8)
Dengan kendala:
;
;
;
;
;
;
Dengan :
: Aspek ke dengan nilai level ke ;
: Kendala benchmark ke- ;
: Level terendah dalam aspek ke- ;
: Level tertinggi dalam suatu aspek;
: Kendala jumlah nilai level terendah;
: Kendala jumlah nilai level tertinggi;
: Kendala selisih nilai antara satu level dengan level sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Tahap 1: Data yang digunakan adalah
data penilaian kinerja karyawan oleh
Biro HRD suatu institusi pendidikan di Salatiga.
Tahap 2: Membuat benchmark penilaian
berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2. Tahap 3: Menyusun model FLP
menggunakan fungsi keanggotaan
kurva-S termodifikasi.
Tahap 4: Menyelesaikan model FLP menggunakan Solver.
Tahap 5: Hasil pada tahap 4
dinterpretasikan pada penilaian kinerja karyawan.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, penilaian
kinerja karyawan berdasarkan beberapa
aspek kompetensi yang disyaratkan pada bagian/ divisi tertentu dianalisis
menggunakan kurva-S termodifikasi.
Penilaian didasarkan pada 10 aspek kompetensi seperti tersaji pada Tabel 1.
Nilai setiap aspek dinyatakan sebagai
salah satu dari 5 level penilaian pada
Tabel 2.
0
0.001
0.9999
1
434
Tabel 1 Aspek Kompetensi yang Dinilai No. Aspek No. Aspek
1 Disiplin terhadap
jam kerja 6
Peduli terhadap
kesulitan orang lain
2
Menyelesaikan
pekerjaan secara
mandiri
7 Terbuka terhadap
pendapat dan saran
3
Ucapan dan
tindakan dapat
dipercaya
8 Bersedia bekerja
ekstra (lembur)
4 Ramah dan sopan
dalam pelayanan 9
Mampu bekerjasama
dengan rekan kerja
5
Menunjukkan
keterampilan dan
pengetahuan
10
Memberikan ide dan
solusi untuk
perbaikan
Tabel 2 Level Penilaian Pada Aspek
Kompetensi
Level Ke- Tingkat
Pencapaian Keterangan
1 Tidak Setuju Kinerja sangat buruk, tidak
dapat diperbaiki
2 Kurang Setuju Kinerja buruk, namun
masih dapat diperbaiki
3 Cukup Kinerja cukup, memenuhi
persyaratan dasar
4 Setuju Kinerja bagus, lebih dari
yang diharapkan
5 Sangat Setuju
Kinerja sangat bagus,
selalu lebih dari yang
diharapkan
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2
maka ditetapkan Benchmark penilaian
( ) dalam 3 peringkat dan toleransi untuk setiap benchmark yaitu sebagai
berikut [4] :
Tabel 3 Toleransi yang Ditetapkan pada 3 Benchmark
Jumlah nilai level terendah
ditetapkan memiliki batasan lebih besar
atau sama dengan 100 dan jumlah nilai
level tertinggi ditetapkan memiliki
batasan lebih kecil atau sama dengan
300. Nilai selisih minimum antar satu
level dengan level sebelumnya adalah
2. Permasalahan ini dapat dimodelkan
dengan menggunakan fungsi
keanggotaan kurva-S termodifikasi, maka akan dicari nilai :
Memaksimumkan
dengan kendala :
; ;
;
; ;
;
; ;
; ;
; ;
; ;
; ;
;
; ;
;
;
Model diatas diselesaikan
menggunakan Solver, sehingga
dengan penyelesaian untuk
setiap level pada setiap aspek tersaji pada Tabel 4.
Benchmark
ke-( )
Nilai
Tegas
( )
Toleransi Batas
atas
bawah
atas
bawah
(
1 200 20 15 220 185
2 170 20 10 190 160
3 140 20 5 160 135
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
435
Tabel 4 Nilai Level pada Setiap Aspek
Aspek Level
1 2 3 4 5
1 7,68 9,68 11,68 120,50 122,50
2 17,18 19,18 21,18 23,18 25,18
3 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
4 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
5 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
6 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
7 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
8 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
9 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
10 11,03 13,03 15,03 17,03 19,03
Nilai yaitu derajat keanggotaan dari fungsi tujuan yang
mengandung arti bahwa model diatas
kurang baik karena derajat keanggotaan
harus berada pada interval [0,1]
sedangkan nilai yang diperoleh sangat
besar. Sehingga standar nilai yang baru
setiap benchmark dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Standar Nilai Benchmark yang Baru
Benchmark ke- Skor
1 299.92
2 281.92
3 263.92
Seorang karyawan yang sesuai
untuk ditempatkan pada bagian FO, disyaratkan mempunyai aspek dan level
penilaian sebagai berikut : Disiplin
terhadap jam kerja ( ;
Menyelesaikan pekerjaan secara mandiri
( ); Ucapan dan tindakan dapat
dipercaya ( ); Ramah dan sopan
dalam pelayanan pelayanan ( ;
Menunjukkan keterampilan dan
pengetahuan ( ); Peduli terhadap
kesulitan orang lain ( ); Terbuka
terhadap pendapat dan saran ( );
Bersedia bekerja ekstra (lembur) ( );
Mampu bekerja sama dengan rekan
kerja ( ); Memberikan ide dan solusi
untuk perbaikan ( ). Sehingga, nilai yang harus dimiliki oleh karyawan front
office untuk semua aspek adalah =
+ + + + + + +
+ + = 122,50 + 21,18 + 19,03 + 19,03 + 19,03 + 19,03 + 19,03+ 15,03 +
15,03 + 15,03 = 283,92.
Jika nilai benchmark dinyatakan
sebagai skor 100, maka nilai minimum
untuk karyawan FO dengan benchmark
ke-1 adalah = . Jadi,
seorang karyawan pada FO harus
memiliki nilai kinerja diatas .
Selanjutnya, seorang karyawan yang sesuai untuk ditempatkan pada
bagian BO, disyaratkan mempunyai
aspek dan level penilaian sebagai berikut :Disiplin terhadap jam kerja
; Menyelesaikan pekerjaan secara
mandiri ( ); Ucapan dan tindakan
dapat dipercaya ( ); Ramah dan sopan dalam pelayanan pelayanan
( ; Menunjukkan keterampilan dan
pengetahuan ( ); Peduli terhadap
kesulitan orang lain ( ); Terbuka
terhadap pendapat dan saran ( );
Bersedia bekerja ekstra (lembur) ( );
Mampu bekerja sama dengan rekan
kerja ( ); Memberikan ide dan solusi
untuk perbaikan ( ). Sehingga, nilai
yang harus dimiliki oleh karyawan BO
untuk semua aspek adalah = + +
+ + + + + + +
= 122,50 + 25,18 + 19,03 + 15,03 +
19,03 + 15,03+ 15,03 + 19,03 + 19,03 +
19,03 = 287,92.
Jika nilai benchmark dinyatakan
sebagai skor 100, maka nilai minimum
karyawan BO dengan benchmark ke-1
adalah = . Jadi,
seorang karyawan pada BO harus
memiliki nilai kinerja diatas .
Pada Tabel 6 disajikan skor minimum sebagai syarat penilaian dibagian FO
dan BO untuk masing-masing
benchmark.
Tabel 6 Syarat FO dan BO Setiap
Benchmark Benchmark
ke-
Front Office Back Office
Nilai Skor Nilai Skor
1 283,92 94,66 287,92 95,99
2 273,92 97,16 275,92 97,87
3 253,92 96,21 255,92 96,96
Sebagai contoh penerapan, diambil penilaian kinerja karyawan “Y” yaitu
5,4,3,3,4,3,3,3,4,4, dan akan digunakan
benchmark-1. Hasil penilaian kinerja karyawan tersebut untuk semua aspek
adalah 271,92. Skor penilaian untuk
persyaratan FO adalah
436
dan skor penilaian untuk
persyaratan BO adalah
. Karena nilai skor yang diperoleh
lebih besar dari syarat minimum bagi FO dan lebih kecil dari syarat minimum
BO, maka disimpulkan bahwa karyawan
“Y” lebih tepat menduduki posisi di FO. Perbandingan hasil yang diperoleh
FLP dengan fungsi keanggotaan linear
[4] dan fungsi keanggotaan kurva-S
termodifikasi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Perbandingan Hasil FLP
dengan Fungsi Keanggotaan Linear dan Fungsi Keanggotaan Kurva-S
Benchmark ke-
FLP Fungsi Keanggotaan
Linear
FLP Fungsi Keanggotaan
Kurva-S
Skor Skor
FO BO FO BO
1 91,11 93,33 94,66 95,99
2 95,06 96,29 97,16 97,87
3 93,05 95,83 96,21 96,96
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian diatas hasil nilai
yang diperoleh model FLP
menggunakan fungsi keanggotaan
kurva-S termodifikasi lebih besar dari 1,
sedangkan hasil nilai yang diperoleh model FLP menggunakan fungsi
keanggotaan bentuk bahu/linear yaitu
atau kurang dari 1. Maka dapat disimpulkan bahwa model FLP
menggunakan fungsi keanggotaan linear
lebih baik untuk analisis penilaian
kinerja karyawan dalam penentuan posisi yang sesuai bagi seorang
karyawan jika dibandingkan dengan
menggunakan fungsi keanggotaan kurva-S.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Klir George J, dan Yuan Bo. 1995.
Fuzzy Sets and Fuzzy Logic Theory
and Applications. USA: Prentice-
Hall International,Inc [2]. Kusumadewi, S, dan Purnomo, H.
2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk
pendukung keputusan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
[3]. Kusumadewi, S. 2004. Analisis &
Desain Sistem Fuzzy Menggunakan
Toolbox Matlab. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
[4]. Suryani, I, A., Linawati, L.,
Parhusip, A, H. 2013. Analisis Penilaian Kinerja Karyawan
Menggunakan Fuzzy Linear
Programming (FLP). Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA
UNY tanggal 18 Mei 2013. ISBN.
978-979-968880-7-1 [5]. Web 1 : Jurnal Application of
Multiobjective Fuzzy Linear
Programming in Supply Production Planning Problem oleh Pandiant
Vasant, http://www.generation5.
org/content/2004/data/pandianvasant.pdf Diakses tanggal 8 Mei 2013.
[6]. Web 2 : Jurnal Penentuan Jumlah
Produksi Menggunakan Model
Fuzzy Multiobjective Linear Programming Pada Industri Pangan
oleh Iveline Anne Marie,
http://blog. trisakti.ac.id/jurnalti/files/2012/06/3
8-46.pdf Diakses tanggal 13
November 2012.
[7]. Web 3 : Jurnal Optimization in Product Mix Problem Using Fuzzy
Linear Programming oleh Pandiant
Vasant, http://www.generation5.org/content
/2004/data/productmix.pdf Diakses
tanggal 8 Mei 2013.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
431