29
1 Masalah Pendidikan Di Indonesia Disusun Oleh : Agustin Poncowati (K1513004) Davizar Rukman Arrumy (K1513024) Dwi Sarono (K1513028) Supriyono (K1513070) Yesi Nurrismasani (K1513076) PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Masalah pendidikan di Indonesia saat ini sangat banyak.

Citation preview

Page 1: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

1

Masalah Pendidikan Di Indonesia

Disusun Oleh :

Agustin Poncowati (K1513004)

Davizar Rukman Arrumy (K1513024)

Dwi Sarono (K1513028)

Supriyono (K1513070)

Yesi Nurrismasani (K1513076)

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini

dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari

peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang

menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu

pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah

menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk

pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan

sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya

manusia di negara-negara lain.

Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di

berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal.

Salah satu faktor rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah karena

lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali

memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan

bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah

menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan

kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang

nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan

memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada

dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa,

kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram.

Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan

Page 3: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

3

kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan

lulusan yang kreatif.

Penyebab lain rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah

masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.

Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada

umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

(1). Rendahnya sarana fisik,

(2). Rendahnya kualitas guru,

(3). Rendahnya kesejahteraan guru,

(4). Rendahnya prestasi siswa,

(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

(7). Mahalnya biaya pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sistem pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia?

3. Apa sajakah permasalahan pendidikan di Indonesia?

4. Apa sajakah penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?

5. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-

permasalahan pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan sistem pendidikan di Indonesia.

2. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia.

3. Mendeskripsikan permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini.

4. Mendeskripsikan penyebab rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia.

5. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-

permasalahan pendidikan di Indonesia.

Page 4: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

4

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pemerintah

Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia.

2. Bagi Guru

Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta

didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.

3. Bagi Mahasiswa

Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka

meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas

pendidikan pada umumnya.

Page 5: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

5

BAB II

LANDASAN TEORI

Sebelum kita membahas mengenai permasalahan-permasalahan

pendidikan di Indonesia, sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan itu

sendiri terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan

berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan

(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.1 Sedangkan

pendidikan mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia,

peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi

sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan

sebagai berikut :

Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk

memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,

karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman

Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita

memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan

penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan

dunianya.2

Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat

pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir

hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan

lingkungan masyarakatnya.

Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di

dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena

manusia (yang terlibat dalam pendidikan ini) adalah subyek dari pendidikan.

1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2 (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)

Page 6: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

6

Karena merupakan subyek di dalam pendidikan, maka dituntut suatu tanggung

jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Jika memperhatikan bahwa

manusia itu sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat manusia pada hal

yang terpenting, maka perlu diperhatikan juga masalah otonomi pribadi.

Maksudnya adalah, manusia sebagai subyek pendidikan harus bebas untuk

“ada” sebagai dirinya yaitu manusia yang berpribadi, yang bertanggung

jawab.Hasil dari pendidikan tersebut yang jelas adalah adanya perubahan pada

subyek-subyek pendidikan itu sendiri. Katakanlah dengan bahasa yang sederhana

demikian, ada perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses pendidikan itu

tentu saja tidak sesempit itu. Karena perubahan-perubahan itu menyangkut aspek

perkembangan jasmani dan rohani juga.

Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam

relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu

berarti, pendidikan sebenarnya mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar

diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan

lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercerabut dari akar

tradisinya.

Page 7: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

7

BAB III

PEMBAHASAN

A. Sistem Pendidikan di Indonesia

1. Pengertian sistem pendidikan

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti adalah

“cara atau strategi”. Dalam bahasa Inggris sistem berarti “system, jaringan,

susunan, cara”. Sistem juga diartikan sebagai “suatu strategi atau cara berpikir”.

Sedangkan kata pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi”, kata tersebut berasal

dari bahasa yunani kuno, yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu Paid yang artinya

anak dan Agagos yang artinya membimbing.

Dengan demikian Pendidikan bisa di artikan sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar agar para

pelajar di didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya yang

diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.

Jadi, bisa di simpulkan bahwa sistem pendidikan adalah suatu strategi atau

cara yang akan di pakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai

tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di

dalam dirinyayang sangat diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat.

2. Sistem pendidikan yang dianut Indonesia saat ini

Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Namun sistem

pendidikan nasional masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada

beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, di antaranya:

Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai.

Sistem pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta

didik diberi pengajaran kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Nilai ini

disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan di

tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.

Page 8: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

8

Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat

bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan inovatif.

Sistem pendidikan beragam.

Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta

pendidikan Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan

informal.

Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.

Di dalam KBM, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak

merasa terbebani dengan materi pelajaran yang disampaikan karena waktunya

terlalu singkat atau sebaliknya.

Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.

Dalam sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum

dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering

mengalami perubahan atau pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang

Indonesia menggunakan kurikulum 2013.

Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia ada yang namanya Pendidikan

karakter, yakni karakter merupakan kunci keberhasilan individu. Pendidikan

karakter ini sangat penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter

akan menjadi dasar atau basic dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa,

yang tak hanya mengabaikan nilai-nilai sosial seperti kebersamaan, toleransi,

gotong royong, saling membantu, saling menghormati, saling membantu, saling

menghormati, dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi

unggul yang tak hanya mempunyai kemampuan kognitif saja namun juga

mempunyai karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.

Menurut penelitian di Harvard University AS, ternyata kesuksesan

seseorang semata-mata tidak ditentukan oleh kemampuan teknis (hard skill)

pengetahuan dan kognisinya saja, tapi lebih oleh kemampuan mengelola diri &

orang lain. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan

sekitar 20 % hard skill dan sisanya oleh soft skill 80 %. Kecakapan soft skill ini

terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.

Page 9: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

9

B. Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia

Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari

tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini

ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa

Indonesia.

Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui

pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui

ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-

asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui radio,

surat kabar dan sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu akan

berintegrasi dalam rohani para siswa dan mahasiswa.

Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau

perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka

pelajari. Pikiran para siswa dan atau mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-

soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.

C. Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan

menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.

Dunia pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya

membuat manusia menjadi manusia seutuhnya, tetapi dalam kenyataannya

seringkali tidak begitu. Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia.

Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.

Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia,

menghasilkan “manusia robot”. Dikatakan demikian karena pendidikan yang

diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan

ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir

(kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi

cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak

hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang

belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati,

Page 10: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

10

membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang

sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan

instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering

digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang menciptakan manusia siap

pakai”. Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang

dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan teknologi.

Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa dalam hal ini

manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung industri. Itu

berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga produksi

sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang dituntut

pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh banyak

lembaga pendidikan.

Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke

bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari

Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak

membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang

tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid

untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai

pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit

box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid dan bila

sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. Murid

hanya menampung apa saja yang disampaikan guru.

Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek.

Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat menindas para murid.

Freire mengatakan bahwa dalam pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan

sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya

berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan

apa-apa.

Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang

dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan

bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah

Page 11: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

11

wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang

dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar

budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita telah sama-sama melihat

bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau

Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam

“strategi kebudayaan Asia”, sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu

kawasan penentu yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan

politik internasional.

Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis kemukakan. Melainkan

justru hendak mengajak kita semua untuk melihat kenyataan ini sebagai sebuah

tantangan bagi dunia pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan lembaga

pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia yang

sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga

mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, budaya dan situasi

masyarakat lain? Dalam hal ini, makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara

menjadi sangat relevan untuk direnungkan.

D. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas

pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:

1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan

peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat

tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik

(dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan

keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi

pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya

adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran

dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal”

apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam

Page 12: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

12

proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita

menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai

jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal

dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia

Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang

terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat

dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan

efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai

kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil

pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh

orang lain.

Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang

mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA

akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan

peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan

minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya

masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas

pendidikan di Indonesia.

2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan

dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik

jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan

proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan

di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat

meraih standar hasil yang telah disepakati.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya

biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar

dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di

Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia

Indonesia yang lebih baik.

Page 13: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

13

Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia

umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah

jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost

education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup

mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia

cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara

tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau

informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung

seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat

sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang

benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik

tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis,

seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh

pendidik yang bersangkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang

mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk

pendidik tersebut.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya

adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa

pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara

lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang

jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul

16.00. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik

yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu

tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain

seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses

pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya

mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai

kurang.

Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah

mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta

Page 14: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

14

didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil

pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.

Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang

mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar

pendidikan di bidang bahasa, namun dia mengajarkan keterampilan, yang

sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita

melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik

tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga tidak

mudah dimengerti dan kurang membuat tertarik peserta didik.

Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan

efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita

berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem

pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi

yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga

kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara

pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang

juga menambah cost/biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu

sering mengganti kurikulum yang dianggap kurang efektif lalu langsung

menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.

Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat

dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relatif tetap, atau jika

masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal.

Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis.

Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik

sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis

tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.

Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas

merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat

dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan

dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung

Page 15: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

15

ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan

yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program

yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan

sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami

hambatan.

3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia

Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga

berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah

melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.

Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh

masyarakat terus-menerus berubah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam

dunia modern dalam era globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki

oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.

Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam

pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar

dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standar dan kompetensi di

dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk

melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi

Nasional Pendidikan (BSNP).

Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu

pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengungkapan adanya bahaya yang

tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar

kompetensi saja sehingga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.

Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar

mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang

diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar

memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting

adalah memenuhi nilai di atas standar saja.

Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti

kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas

salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Page 16: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

16

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidak hanya

sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu

pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali

lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar

permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga

jadi kebih baik lagi.

Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut

ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi

kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,

buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,

pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih

banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan,

tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat

146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258

ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12%

berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak

201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI

diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk

daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA,

dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

2. Rendahnya Kualitas Guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru

belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya

sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20 th 2003 yaitu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan

melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia

Page 17: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

17

bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan

mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD

yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP

54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73%

(swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26%

(swasta).

Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru

itu sendiri. Tingkat pendidikan guru merupakan salah satu indikator

profesionalisme tenaga pendidik. Data berasal dari kuesioner nasional tahun 2000

yang dilaksanakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengab Departemen Pendidikan Nasional. Hasil analisis

menunjukkan babwa guru yang berpendidikan di bawab standar yang ditetapkan

pemerintab cukup tinggi yaitu 64,09% untuk SLTP, 61,5% untuk SMU dan

10,14% untuk SMK.

Berdasarkan pengamatan dan hasil survey pada tahun 2010 yang kami

kutip dari www.edukasi.kompasiana.com, kriteria kelayakan seorang guru di mata

siswa ternyata cukup sederhana.

Ada tiga jenis penilaian siswa yang merupakan indikator keberhasilan guru

dalam mengelola pembelajaran di kelas. Pertama, Guru mampu menguasai kelas.

Saat guru memasuki ruang kelas, guru harus bisa mengalihkan perhatian semua

siswa agar terfokus dengan kehadirannya. Ada sosok guru yang selalu ditunggu

kehadirannya, sebaliknya ada yang sejak awal kemunculan guru sudah membuat

tegang siswa dan adapula guru yang diacuhkan siswa meskipun sudah berada di

depan kelas. Selama proses pembelajaran , guru harus cerdik untuk menyiasati

berbagai ulah siswa yang kadang tidak terkontrol. Ibarat seorang pemusik, guru

harus menguasai ritme kelas, ada waktu dimana harus bersikap akrab dan

menyenangkan tapi ada saat guru mesti bersikap tegas untuk menjaga

kewibawaan. Bagi guru pemula atau mereka yang jam terbangnya masih rendah

pasti akan menemui banyak kesulitan dalam segi penguasaan kelas. Tapi jika para

guru mau bersabar, hal ini justru bermanfaat untuk memperbaiki pencitraan

Page 18: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

18

dirinya di mata siswa. Sekitar 28,57 % siswa menilai atau berpendapat bahwa

kemampuan guru dalam penguasaan kelas menentukan kriteria kelayakan seorang

guru.

Kedua, Guru mampu menyampaikan materi pembelajaran. Guru harus

menguasai materi pembelajaran terlebih dahulu secara luas dan mendalam.

Setelah itu guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi dengan cara yang bisa

dipahami oleh siswanya. Perlu diketahui bahwa tiap kelas memiliki karakter yang

berbeda. Kelas yang mayoritas berisi siswa aktif, daya tangkap kuat, dan bagus

interaksi sosialnya akan memudahkan guru membimbing siswa memperoleh

kompetensi yang ditetapkan. Sedangkan kelas yang kemampuan siswanya

bervariasi atau kelas dengan karakter siswa kurang aktif, tidak disiplin, dan

prestasi rendah membutuhkan kesabaran tinggi dan kerja keras dari gurunya.

Siswa yang menilai kelayakan seorang guru ditinjau dari kemampuan guru

menyampaikan materi berjumlah 60 %.

Indikator ketiga yang menentukan kelayakan guru di mata siswa adalah

guru memiliki kualifikasi akademik yang memadai. Hanya 11,43 % siswa yang

berpendapat bahwa guru harus bergelar sarjana (S1) sesuai dengan bidang

tugasnya. Hal ini mungkin disebabkan mayoritas siswa tidak tahu atau tidak

terlalu mempersoalkan latar belakang pendidikan gurunya. Yang terpenting bagi

siswa adalah seorang guru diharapkan mampu mengantarkan mereka ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dan membuat mereka menjadi manusia yang cerdas

dan berakhlak mulia.

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu

keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan

kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat

besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Permasalahan kesejahteraan guru sebenarnya tidak perlu dipertanyakan,

karena pemerintah telah menaikkan dana alokasi umum untuk pendidikan, yakni

20% dari APBN. Hal ini menyebabkan naiknya gaji guru PNS. Kenaikan

Page 19: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

19

tunjungan profesi guru tercatat mencapai besaran 56 persen, dari sebelumnya Rp

6,1 triliun pada APBN-P 2010, naik menjadi Rp 17,1 triliun, dan terus naik hingga

saat ini anggaran tahun 2013 menjadi sekitar Rp 43 triliun.

Dengan data tersebut, sepertinya tidak perlu dipertanyakan lagi mengenai

kesejahteraan guru PNS, karena pemerintah telah menjaminnya dan semakin baik

setiap tahunnya. Namun, yang perlu dipertanyakan adalah guru non-PNS atau

guru honorer yang belum mendapatkan balasan yang sesuai atas jasanya.

Umumnya guru honorer tiap bulannya hanya menerima gaji ala kadarnya

yang jauh dari Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Kabupaten

(UMK) di daerah ngajarnya masing-masing. Sehingga kesejahteraan mereka

sangat kurang.

4. Rendahnya Prestasi Siswa

Dalam beberapa tahun terakhir memang prestasi siswa-siswi Indonesia di

kancah Internasional membaik. Bahkan, sering kali medali emas dari berbagai

olimpiade, seperti fisika, kimia, matematika, biologi, astronomi, dan komputer,

selalu digenggam wakil Indonesia atau bahkan menjadi juara umum kejuaraan-

kejuaraan internasional. Namun, apakah ini merupakan cerminan dari kemajuan

mutu pendidikan di Indonesia?

Kita tidak boleh hanya melihat prestasi dari segelintir siswa tersebut, tapi

haruslah melihat secara keseluruhan siswa-siswi di Indonesia. Departemen

Pendidikan Nasional (Depdiknas) pun mengakui bahwa siswa Indonesia yang

unggul di bidang sains selama ini hanya sekitar dua persen. Mereka inilah yang

kerap menjuarai olimpiade sains nasional dan internasional. Bagaimana dengan

anak-anak yang 98 persen lagi? (http://e-smartschool.co.id).

5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Dalam hal pemerataan pendidikan, dapat diketahui melalui Angka Partisipasi

Murni (APM) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok

usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang

sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang

pendidikan yang sesuai.Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai

Page 20: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

20

perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP,

SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan

dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu

pada wilayah tertentu.

Partisipasi ditingkat SD (APM) sebesar 95,23%. Ditingkat SMP angka

partisipasi murni (APM) sebesar 74,52%. Ditingkat sekolah menengah (SM)

angka partisipasi murni (APM) sebesar 55,73% sedangkan angka parisipasi kasar

(APK) sekolah menengah (SM) sebesar 69,60% dan ditingkat perguruan tinggi

angka partisipasi kasar (APK) sebesar 18,33% (Badan Pusat Statistik Pendidikan).

Padahal untuk SD dan SMP pemerintah menargetkan 100%. Belum lagi

ketimpangan antar daerah yang terjadi di Indonesia. Daerah-daerah terbelakang

dan belum mendapatkan akses infrastruktur dasar masih tersebar diberbagai

pelosok daerah. Tentunya hal ini menyulitkan untuk mewujudkan tujuan

pemerataan pendidikan yang telah Indonesia sepakati.

Belum lagi untuk jenjang pendidikan SMA dan perguruan tinggi.

Ketimpangan sangat terasa dilevel ini. Akses yang sangat sulit didapat masyarakat

membuktikan rendahnya APK pada level ini. Hal ini terbukti dari rendahnya APK

untuk SM yakni sebesar 69,60% dan PT 18,33%. Tidak dapat dipungkiri, biaya

untuk mengakses pendidikan di level ini masih sangat tinggi dan sulit untuk

dijangkau oleh penduduk miskin yang saat ini berjumlah 30,02 juta orang dengan

pendapatan yang minim dan hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.

6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran terbuka di

Indonesia per Agustus 2013 mencapai 7,39 juta orang. Angka itu lebih tinggi dari

data Februari 2013 dengan angka pengangguran terbuka 7,17 juta orang.

Berdasarkan data BPS, 6 November 2013, tingkat partisipasi angkatan

kerja 66,9 persen, sedangkan tingkat pengangguran terbuka mencapai 6,25 persen.

Pengangguran terbuka terbanyak berasal dari lulusan sekolah menegah kejuruan,

sekitar 11,19 persen. Kemudian lulusan sekolah menengah atas sebanyak 9,74

persen dan lulusan sekolah menengah pertama 7,6 persen (www.tempo.co).

Page 21: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

21

Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini

disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan

yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

7. Mahalnya Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan masih terbilang mahal, sehingga hanya masyarakat yang

memiliki uang yang cukup yang hanya bisa menikmati pendidikan. Sedangkan

nasib rakyat yang berekonomi rendah, patut dipertanyakan. Seharusnya biaya

pendidikan selama 9 tahun itu dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah, namun hal

itu belum terdapat disemua sekolah di Indonesia. Hanya di beberapa tempat

tertentu saja, namun itu juga masih belum dapat dikatakan baik, ada saja biaya

tambahan ini dan itu.

Masyarakat yang tergolong kurang mampu, jangankan untuk biaya

pendidikan, untuk makan sehari-hari saja sangat susah, mereka cenderung untuk

bekerja yang langsung menghasilkan uang. Uang itu digunakan untuk makan dan

juga pendidikan mereka kelak, namun entah sampai kapan. Kerjaan yang mereka

lakukan juga terbatas, pekerjaan yang tidak membutuhkan pendidikan secara

khusus, seperti mengamen, membersihkan kaca mobil, berjualan koran, ataupun

mengemis. Tetap saja uang itu masih belum cukup digunakan untuk biaya

pendidikan yang tergolong mahal itu. Seharusnya anak-anak kecil seperti itu

jangan dibiarkan untuk bekerja keras seperti itu, seharusnya mereka duduk

dibangku sekolah dan mengecam pendidikan. Dan hal ini semua dikarenakan oleh

kurangnya biaya untuk pendidikan.

Banyak juga rakyat miskin yang terpaksa harus putus sekolah dikarenakan

tidak sanggup lagi membayar uang sekolah. Padahal pendidikan merupakan hak

untuk setiap warga negara. Apabila ada seorang warga negara yang terpaksa harus

berhenti mengecam pendidikan karena kurangnya biaya, apa makna pendidikan

wajib 9 tahun itu masih berlaku? Bagaimana nasib masa depan bangsa apabila

banyak rakyatnya yang tidak bisa mengecam pendidikan karena kurangnya biaya?

Padahal, Indonesia memiliki banyak warga negara yang miskin, bahkan banyak

Page 22: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

22

yang berada dibawah garis kemiskinan. Apabila mereka semua tidak bisa

mengecam pendidikan, bagaimana nasib bangsa ini?

Di Indonesia memang diwajibkan untuk wajib belajar selama 9 tahun,

namun 9 tahun itu tidaklah cukup. Kita bisa ambil contoh, seorang lulusan SMA

saja, sekarang ini susah untuk mencari pekerjaan yang layak. Dan bahkan sampai

jenjang S-1 sekalipun masih banyak yang menjadi pengangguran, apalagi yang

hanya sampai pada tingkat SMP saja. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan

sampai ke jenjang SMA membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit. Apalagi

yang sampai pada tingkat pendidikan di perguruan tinggi, membutuhkan biaya

yang bisa dibilang mahal. Namun apabila mendapatkan perguruan tinggi negeri,

biasanya biayanya relatif lebih murah daripada perguruan tinggi swasta,

sedangkan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri kita harus

menjalani persaingan yang ketat dengan banyak orang, dan kita membutuhkan

pendidikan yang memadai. Begitu pula untuk mendapatkan beasiswa, dibutuhkan

prestasi yang baik.

Kita harus akui, bahwa terutama di Indonesia, mereka yang beruang akan

lebih mudah untuk mengecam pendidikan, karena biaya bukan masalah bagi

mereka, mereka bisa mengecam pendidikan dimana saja tanpa harus ada batasan-

batasan dari masalah biaya. Namun, bagi mereka yang berekonomi rendah,

katakanlah rakyat miskin, biaya akan menjadi penghalang utama bagi mereka

untuk dapat menikmati pendidikan. Namun, masih ada harapan bagi mereka yang

sungguh-sungguh ingin mengecam pendidikan, mereka harus belajar dengan giat

agar mereka mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat

yang lebih tinggi. Namun, tidak banyak orang yang seperti ini. Kebanyakan dari

mereka akan lebih memilih untuk bekerja saja, padahal untuk menjadi orang yang

sukses, terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini dibutuhkan pendidikan yang

baik. Dan seharusnya, biaya bukanlah yang menjadi halangan seseorang untuk

dapat menikmati pendidikan yang sesungguhnya itu adalah hak mereka.

(http://edukasi.kompasiana.com)

Page 23: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

23

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak

harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya

membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin

setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah

untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah

justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat

dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.

E. Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia

Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua

solusi yang dapat diberikan yaitu:

Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem

sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem

pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem

pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi

kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan

peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan

pendidikan.

Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang

menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan

guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem

ekonomi yang ada.

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang

berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan

masalah kualitas guru dan prestasi siswa.

Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-

upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas

guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi

solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.

Page 24: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

24

Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan

kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-

sarana pendidikan, dan sebagainya.

Page 25: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

25

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pendidikan di Indonesia sangat dinamis menyesuaikan dengan

perkembangan zaman. Saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013 yang

menekankan pada pendidikan karakter.

Ciri-ciri pendidikan di Indonesia yakni aspek ketuhanan sudah

dikembangkan dan Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-

sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang

mereka pelajari.

Permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini, diantaranya adalah:

Pendidikan di Indonesia berat sebelah, sistem pendidikan yang top-down,

manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan

zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya

Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia:

(1). Rendahnya sarana fisik,

(2). Rendahnya kualitas guru,

(3). Rendahnya kesejahteraan guru,

(4). Rendahnya prestasi siswa,

(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

(7). Mahalnya biaya pendidikan.

Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain

dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan,

dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.

B. Saran

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut

perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing

secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa

Page 26: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

26

Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah

dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia

yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini

bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

Page 27: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

27

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

http://forum.detik.com. Diakses pada 2 November 2013

http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-

anggaran. Diakses pada 2 November 2013

http://www.detiknews.com. Diakses pada 2 November 2013

http://www.sib-bangkok.org. Diakses pada 2 November 2013

sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia. Diakses

pada 11 November 2013

http://panduanguru.com/wajah-sistem-pendidikan-di-indonesia/ Diakses pada 11

November 2013

http://sistempendidikannegarakita.blogspot.com/ Diakses pada 11 November 2013

http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-

indonesia/ Diakses pada 11 November 2013

http://www.tempo.co/read/news/2013/11/06/090527565/Pengangguran-Naik-Jadi-

739-Juta-Orang diakses 17 November 2013.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/17/dilematika-biaya-pendidikan-di-

indonesia-602443.html. diakses 17 November 2013.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/02/menentukan-kelayakan-seorang-guru-

344595.html. diakses 17 November 2013.

http://www.ykai.net/index.php?option=com_content&view=article&id=132:perse

ntase-guru-yang-memiliki-ijazah-minimal-s1-menurut-tingkat-

pendidikan&catid=105:tabel&Itemid=119. diakses 17 November 2013.

http://formatnews.com/v1/view.php?newsid=50907. diakses 17 November 2013.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21944. diakses 17 November 2013

Page 28: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

28

LAMPIRAN

TANYA JAWAB PRESENTASI

1. Pertanyaan Mochammad Sahrul Aripin (K1513052)

Apa sajakah contoh solusi sistemik dan solusi teknis?

Jawaban Pertanyaan 1 oleh Agustin poncowati

Solusi Sistemik, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti

rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya

pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada.

Sedangkan solusi teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk

meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru,

misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi

solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan

kualitas guru.

2. Pertanyaan Ahmad Bayu Pamungkas (K1513006)

Cara mengajar guru yang telah sertifikasi sama dengan guru yang belum

sertifikasi, sama-sama kurang baik. Lalu apakah yang menyebabkan hal

tersebut?

Jawaban Pertanyaan 2 oleh

Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi dari diri guru untuk

membenahi dirinya. Sebaiknya guru yang seperti ini diberikan motivasi

agar dapat menaikkan semangatnya dalam mengajar.

3. Pertanyaan Anisak Nurrahmah (K1513014)

Bagaimana cara agar kreatifitas siswa dapat berkebang dengan baik?

Bagaimana dengan siswa yang tertutup?

Jawaban Pertanyaan 3 oleh Supriyono

1. Pertama adalah memberi stimuli agar peserta didik mengetahui

masing-masing potensi yang ada pada dirinya.

Page 29: Makalah Masalah Pendidikan Di Indonesia

29

2. Kemudian dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan peserta didik

tersebut diberi kebebasan untuk berkembang sesuai kemauannya,

namun tetap ada pengawasan khusus.

4. Pertanyaan N. Afif (K1513060)

Apa sajakah langkah nyata solusi permasalahan pendidikan di Indonesia

oleh Pemerintah?

Jawaban Pertanyaan 4 oleh Davizar

Melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan memberikan

berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru,misalnya PLPG.

Pemberian beasiswa kepada siswa dan atau mahasiswa yang kurang

mampu namun berpotensi, dan sebagainya.

5. Pertanyaan Mesiyar (K1513054)

Bagaimana tindakan mahasiswa terhadap dosen yang jarang mengajar dan

sulit dihubungi?

Jawaban pertanyaan 5 oleh

1.Sebelum jam kuliah dimulai sebaiknya menghubungi dosen yang

bersangkutan untuk mengingatkan bahwa pada hari dan jam yang telah

ditentukan ada mata kuliah tersebut.

2.Jika dosen yang bersangkutan tetap tidak dapat hadir,maka sistem

pengajaran dapat dilakukan dengan sintem online.