40
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan sebuah negara, dimana merupakan sesuatu yang paling kritis bagi mayoritas ekonomi pasar bebas di dunia. Tetapi nilai tukar juga berpengaruh pada skala yang lebih kecil juga, mereka mempengaruhi imbal hasil riil dari investasi. Bentuk investasi di antaranya dapat berupa penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Indonesia mempunyai pengalaman dalam menggunakan tiga sistem manajemen nilai tukar sejak tahun 1971 hingga sekarang (Waluyo danBenny, 1998). Pada rentang tahun 1971 sampai tahun 1978 kita menganut system nilai tukar tetap (fixed exchange rate) yaitu nilai rupiah secara langsung dikaitkan1 dengan nilai USD. Sejak 15 November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali (managed floating exchange rate) di mana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Perubahan drastis dalam kebijakan mengambang terkendali tersebut 1

Makalah Makroekonomi & Time Series

  • Upload
    heprin

  • View
    151

  • Download
    18

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Makroekonomi & Time Series

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan sebuah negara,

dimana merupakan sesuatu yang paling kritis bagi mayoritas ekonomi pasar bebas di

dunia. Tetapi nilai tukar juga berpengaruh pada skala yang lebih kecil juga, mereka

mempengaruhi imbal hasil riil dari investasi. Bentuk investasi di antaranya dapat

berupa penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Indonesia mempunyai pengalaman dalam menggunakan tiga sistem manajemen

nilai tukar sejak tahun 1971 hingga sekarang (Waluyo danBenny, 1998). Pada rentang

tahun 1971 sampai tahun 1978 kita menganut system nilai tukar tetap ( fixed exchange

rate) yaitu nilai rupiah secara langsung dikaitkan1 dengan nilai USD. Sejak 15

November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali (managed

floating exchange rate) di mana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan

USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Perubahan drastis

dalam kebijakan mengambang terkendali tersebut terjadi pada tanggal 14 Agustus

1997, yaitu ketika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan rentang sebagai acuan

atas pergerakan nilai tukar, maka sejak itu tidak ada lagi rentang sebagai acuan nilai

tukar (floating exchange rate system) (Simorangkir, 2004:51).

Pengaruh kejutan nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia menjadi topik

menarik sejak terjadi krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997 yang telah

menyebabkan keseimbangan internal semakin parah. Hal ini tercermin dari

melonjaknya inflasi dari 5,17% pada tahun 1996/1997 menjadi 34,22% pada akhir

tahun anggaran 1997/1998 (BI, 1998). Melemahnya nilai tukar telah menyebabkan

kenaikan yang tinggi pada harga barang-barang yang mengandung komponen impor.

Pada sisi fiskal, depresiasi rupiah yang tajam telah mengakibatkan pengeluaran

1

Page 2: Makalah Makroekonomi & Time Series

pemerintah meningkat. Hal ini terkait dengan membengkaknya pengeluaran

operasional yang terkait dengan valuta asing seperti pembayaran utang luar negeri

serta subsidi untuk BBM.

Perubahan yang terjadi pada nilai tukar rupiah terhadap dollar diduga memberi

pengaruh terhadap nilai investasi baik berupa penanaman modal asing (PMA)

maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN). Selain itu di Provinsi Jawa Barat

ditemukan bahwa pergerakan dari nilai tukar rupiah juga akan membawa dampak

bagi pertumbuhan perekonomian.

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 250

10

20

30

40

50

60

ln PDRBln ERln PMAln PMDN

Periode Lag 1984.1-2009.25

Ting

kat P

ertu

mbu

han

Sumber : BPS RI dan BKKPMD Jabar (Diolah)

Gambar 1.1 Diagram Garis Pergerakan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Nilai

Tukar (Exchange Rate), Penanaman Modal Asing (PMA),

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Propinsi Jawa Barat

Tahun 1983-2009

Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa setiap pergerakan pertumbuhan

nilai tukar akan diikuti oleh pergerakan dalam pertumbuhan perekonomian,

penaman modal asing (PMA), serta penanaman modal dalam negeri (PMDN).

2

Page 3: Makalah Makroekonomi & Time Series

Apabila terjadi shock ataupun guncangan pada nilai tukar rupiah, maka ketiga

variable makroekonomi diatas diduga akan merasakan dampaknya. Begitupula

dengan shock yang terjadi pada ketiga variable makroekonomi tersebut apabila

mengalami shock respon yang diberikan oleh variable lainnya dapat diketahui.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu

diantaranya yaitu :

1.2.1 Bagaimana respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil

dari respon variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA),

dan penanaman modal dalam negeri (PMDN)?

1.2.2 Bagaimana sharusnya langkah pemerintah Povinsi Jawa Barat dalam

mengatasi kondisi respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai

tukar riil dari respon variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing

(PMA), dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.3.1 Menganilisis respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil

dari respon variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA),

dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

1.3.2 Memberikan bantuan solusi kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah

Provinsi Jawa Barat dalam mengatasi kondisi respon yang diterima

perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil dari respon variable pertumbuhan

ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal dalam negeri

(PMDN).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pihak Penanam Modal Asing maupun Dalam Negeri

Memberikan informasi penting mengenai respon yang diterima

perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil dari respon variable pertumbuhan

3

Page 4: Makalah Makroekonomi & Time Series

ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal dalam

negeri (PMDN) sehingga dapat mempersiapkan strategi dalam menanam

modal.

1.4.2 Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Membantu mengelola dan mengambil kebijakan dalam mengatasi

respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil dari respon

variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan

penanaman modal dalam negeri (PMDN) sehingga dapat mempersiapkan

strategi dalam menanam modal.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mencakup uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai teori-teori yang mendukung

penelitian, pembahasan mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan

masalah penelitian, kerangka pikir penelitian, model penelitian dan hipotesis

penelitian.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai cara dan metodelogi yang digunakan dalam

mengumpulkan data serta menganalisis hasil penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan analisis hasil, interpretasi data dan pembahasan dari penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan, dan saran berdasar

hasil penelitian terhadap perekonomian provinsi Jawa Barat dalam kaitannya dengan

tujuan penelitian.

4

Page 5: Makalah Makroekonomi & Time Series

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Nilai Tukar

Nilai tukar didefinisikan sebagai nilai suatu mata uang yang dibutuhkan untuk

mendapatkan satu unit mata uang lainnya (Lipsey, et al., 1997). Sedangkan menurut

Mishkin (2001), nilai tukar mata uang suatu negara adalah harga mata uang suatu

negara tersebut yang dihitung dalam mata uang negara lain.

Menurut Hossain dan Chowdhury (1998), kurs nominal adalah harga dari

mata uang asing dalam bentuk mata uang domestik, kurs nominal dapat dinyatakan

dalam persamaan berikut:

e = Pd/Pf

dimana :

e = kurs nominal

Pd = harga domestic

Pf = harga luar negeri

Berdasarkan Mankiw (2000), nilai tukar dibagi menjadi dua yaitu nilai tukar

nominal (nominal exchange rate) dan nilai tukar riil (real exchange rate). nilai tukar

nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil

adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Hubungan antara nilai tukar riil

dan nilai tukar nominal adalah sebagai berikut:

E = e • P/P*

E = nilai tukar riil

e = nilai tukar nominal

P* = harga luar negeri

P = harga dlaam negeri

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat

5

Page 6: Makalah Makroekonomi & Time Series

bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2000). Jadi

pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.

Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan

barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh

pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi

akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin

berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan

penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.

Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan

Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah

kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau

apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

2.3 Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai

”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan

peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-

barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan

barang dan jasa di masa depan” . Investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen

(swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau

untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah

permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi

atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu

negara menurut Todaro (1981) adalah:

(1) Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan

fisik dan sumber daya manusia;

(2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja

dan keahliannya;

(3) Kemajuan teknologi.

6

Page 7: Makalah Makroekonomi & Time Series

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi

pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk

(output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya

mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya

untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi

yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan

meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang

terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.

Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu

masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni

(1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga

kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta

kesempatan kerja;

(2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas

produksi;

(3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Kekurangan modal dalam

Negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:

(1) Kecilnya jumlah mutlak kapita material;

(2) Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk;

(3) Rendahnya investasi netto.

` Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai sumber

alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial.

Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka perlu mempercepat investasi

baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia

melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan teori

perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa:

(1) ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup,

(2) kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal,

7

Page 8: Makalah Makroekonomi & Time Series

(3) taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah merupakan tiga

faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di Negara

berkembang. Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan

ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut

menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam

pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang

digunakan dalam teori ini adalah bahwa:

(1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-

barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.

(2) Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor

pemerintah dan perdagangan tidak ada

(3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan

nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol)

(4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya

tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio= COR) dan

rasio penambahan modal-output (Incremental Capital

Output Ratio)

Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio

pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka

panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak konstan,

harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi.

Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin

tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan

bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat

menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas

yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun

teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model

pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan

untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan

8

Page 9: Makalah Makroekonomi & Time Series

dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau

sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian.

Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun

sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya

domestik dengan cara menyediakan berbagai

macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta

dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya.

Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif

dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung. Investasi swasta

di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1

Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12

Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber

dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal

dalam negeri dan asing.

Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan

akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga

dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya

akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.

2.4 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang diperoleh maka diperoleh

kerangka berpikir bahwa setiap shock atau gangguan dalam variable ekonomi akan

direspon oleh ketiga variable perekonomian lainnya dalam penelitian ini. Gangguan

yang terjadi pada variable nilai tukar akan direspon oleh variable pertumbuhan

ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal dalam negeri

(PMDN). Guncangan pada variabel pertumbuhan perekonomian juga akan direspon

oleh variabel nilai tukar, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal

dalam negeri (PMDN). Hal yang sama berlaku untuk guncangan yang dialami oleh

variabel penanaman modal asing(PMA) dan penanaman modal luar negeri maka akan

direspon oleh ketiga variabel makroekonomi lainnya.

9

Page 10: Makalah Makroekonomi & Time Series

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Asing (PMA)

Pertumbuhan Ekonomi

Penanaman Modal Asing (PMA)

Gambar 2.4 Kerangka Pikir

2.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan kajian teori maka

hipotesis penelititian dari penelitian ini adalah :

1. Gangguan yang terjadi pada variable nilai tukar akan direspon oleh variable

pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal

dalam negeri (PMDN).

2. Gangguan yang terjadi pada variable pertumbuhan ekonomi akan direspon oleh

variable nilai tukar, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal

dalam negeri (PMDN).

3. Gangguan yang terjadi pada variable penanaman modal asing (PMA) akan

direspon oleh variable nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan penanaman modal

dalam negeri (PMDN).

4. Gangguan yang terjadi pada variable penanaman modal dalam negeri (PMDN)

akan direspon oleh variable nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan penanaman

modal asing (PMA).

10

Page 11: Makalah Makroekonomi & Time Series

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder . Pengumpulan data produk

domestik bruto berdasarkan lapangan usaha Provinsi Jawa Barat Tahun 1983 -2009

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Sedangkan untuk data nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar diperoleh dari Bank Indonesia. Data penanaman modal

asing (PMA) dan data penanaman modal dalam negeri (PMDN) diperoleh dari Badan

Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Provinsi Jawa Barat.

3.1.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian

Penelitian dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan data sekunder periode tahun

1983 sampai dengan tahun 2009. Variabel peneilitian ini dibatasi pada variabel nilai

tukar, pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal

dalam negeri (PMDN).

3.2 Metode Analisis

3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu analisisi untuk menyajikan data apa adanya

berdasarkan data yang diteliti. Dalam analisis deskriptif ini menggunakan tabel dan

grafik yang digunakan untuk memeberikan gambaran umum kondisi variabel nilai

tukar, pertumbuhan makroekonomi, penanaman modal asing (PMA) dan penanaman

model dalam negeri (PMDN).

11

Page 12: Makalah Makroekonomi & Time Series

3.2.2 Uji Stasioneritas

Adalah salah satu uji untuk mengetahui stasioneritas data sehingga dapat

dengan mudah dilakukan peramalah (forecasting) untuk data pada periode

berikutnya. Uji yang bisa digunakan adalah Dickey Fuller Test dan Augmented

Dickey Fuller Test. Dickey Fuller Test dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne

Fuller. Perhatikan persamaan berikut :

Yt = ρ Yt-1 + ut

Jika ρ = 1, maka model menjadi random walk tanpa intersep. Disini kita

akan menghadapi masalah dimana varian Yt tidak stasioner. Dengan demikian Yt

dapat disebut mengandung “unit root” atau data tidak stasioner. Bila persamaan diatas

dikurangi pada Yt-1 sisi kanan dan kiri, maka persamaannya menjadi:

Yt - Yt-1= ρ Yt-1 - Yt-1+ ut

∆ Yt = (ρ-1) Yt-1 + ut

Atau dapat ditulis dengan:

∆ Yt = δ Yt-1 + ut

Dari persamaan tersebut dapat dibuat hipotesis:

H0: δ = 0

H1: δ ≠ 0

Jika kita tidak menolak hipotesis δ = 0, maka ρ = 1. Artinya kita memiliki

unit root, dimana data time series Yt tidak stasioner. Uji signifikansi terhadap

koefisien regresi dapat dilakukan dengan Uji-t. Sayangnya dengan hipotesis tersebut,

nilai Uji-t tidak mengikuti distribusi t sekalipun dalam sampel besar. Tetapi Dickey-

Fuller telah membuktikan bahwa Uji-t terhadap hipotesis diatas mengikuti statistik ζ

(tau). Statistik ini selanjutnya dikembangkan oleh Mc. Kinnon. Selain model diatas,

pengujian ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa model berikut:

12

Page 13: Makalah Makroekonomi & Time Series

1. Model dengan intersep:

∆ Yt = β1 + δ Yt-1 + ut

2. Model dengan intersep dan memasukkan variabel bebas waktu (t)

∆ Yt = β1 + β2 t + δ Yt-1 + ut

Model-model sebelumnya mengasumsikan ut tidak berkorelasi hampir tidak

mungkin. Untuk mengantisipasi adanya korelasi tersebut, Dickey-Fuller

mengembangkan pengujian diatas dengan sebutan: Augmented Dickey-Fuller (ADF)

Test. Formulasinya adalah sebagai berikut:

∆ Yt = β1 + β2 t + δ Yt-1 + α1 ∆ Yt-1 + α2 ∆ Yt-2 +...........+ αm ∆ Yt-m + εt

Atau dapat ditulis dengan:

Dimana m adalah panjangnya lag yang digunakan. Berdasarkan model tersebut kita

dapat memilih tiga model yang akan digunakan untuk melakukan Uji ADF, yaitu:

1. Model dengan intersep (β1) dan trend (β2), sebagaimana model diatas.

2. Model yang hanya intersep saja (β1), yaitu:

3. Model tanpa intersep dan trend (slop), yaitu:

13

ΔY t=β1+β2 t+δY t−1+αi∑i=1

m

ΔY t−1+εt

ΔY t=β1+δY t−1+α i∑i=1

m

ΔY t−1+εt

ΔY t=δY t−1+α i∑i=1

m

ΔY t−1+εt

Page 14: Makalah Makroekonomi & Time Series

3.2.3 Uji Kausalitas Granger

Granger (1969) mempostulasikan bahwa suatu variabel X dikatakan

menyebabkan variabel lain, Y, apabila Y saat ini dapat diprediksi lebih baik dengan

menggunakan nilai-nilai masa lalu X. Sebagaimana yang ditulisnya:

A variable X is said to cause another variable Y, with respect to a given information

set that includes X and Y, if current Y can be predicted better by using past values of

X than by not doing so, given all other past information in the information set is used.

Terlihat bahwa teori Granger dilandasi atas asumsi sejumlah informasi yang

memasukkan X dan Y saat ini dan semua informasi masa lalu. Katakanlah At adalah

himpunan informasi yang telah tersedia dengan t =…, -1, 0, 1, 2, … Dengan lain,

asumsi yang digunakan adalah A={(X, Y)}. X dan Y dianggap merupakan sepasang

data runtut waktu yang memiliki kovarians linear yang stasioner (linear covariance-

stationary time series). Oleh karena itu:

Yt = Σai Yt-i + Σ bj Xt-j + νt (1)

Xt = Σ ci Xt-i + Σ dj Yt-j + μt (2)

di mana (μt, νt)’ adalah vektor random independen dengan rata-rata nol dan matriks

kovarians terbatas. Persamaan 1 menunjukkan bahwa variabel Xt gagal menyebabkan

Yt apabila dalam regresi Yt terhadap Y lag dan X lag, koefisien X lag sama dengan

nol. Dengan kata lain, bila bj=0 (i=1, 2, .., k), maka Xt gagal menyebabkan Yt. Uji

kausalitas dilakukan karena ada tiga kemungkinan arah kausalitas. Pertama, X

menyebabkan Y apabila hipotesis nol yang menyatakan bj=0 dengan j=1,.., k dapat

ditolak (lihat persamaan 1). Kedua, Y menyebabkan X apabila hipotesis nol yang

menyatakan bj=0 dengan j=1,.., k dapat ditolak (lihat persamaan 2). Ketiga, hubungan

timbal balik terjadi apabila X menyebabkan Y dan pada saat yang sama Y

menyebabkan X. Dalam penelitian ini, ada beberapa kasus yang dapat

diintepretasikan dari persamaan Granger Causality diatas (Gujarati,2003:696-697) :

1. Unidirectional causality dari Y ke X, artinya kausalitas satu arah dari Y ke X

terjadi jika koefisien lag Y pada persamaan Yt adalah secara statistik signifikan

berbeda dengan nol, koefisien lag X pada

14

Page 15: Makalah Makroekonomi & Time Series

persamaan Xt sama dengan nol,

2. Unindirectional causality dari X ke Y, artinya kausalitas satu arah dari X ke Y

terjadi jika koefisien lag X pada persamaan Xt adalah secara statistik signifikan

berbeda dengan nol dan koefisien lag Y pada persamaan Yt secara statistik signifikan

sama dengan nol.

3. Feedback/bilaterall causality, artinya kausalitas timbal balik yang terjadi jika

koefisien lag Y dan lag X adalah secara statistik signifikan berbeda dengan nol pada

kedua persamaan Yt dan Xt di atas.

4. Independence, artinya tidak saling ketergantungan yang terjadi jika koefisien lag Y

dan lag X adalah secara statistik sama dengan nol pada masing-masing persamaan Yt

dan Xt diatas. Sedangkan hipotesis statistik untuk pengujian kausalitas dengan

menggunakan pendekatan Granger. Adapun persamaan Granger Causality adalah :

Y t=∑j=1

n

β1 j Y t− j+∑j=1

n

β2 j X t− j+u1t

X t=∑j=1

n

γ1 j Y t− j+∑j=1

n

γ2 j X t− j+u2 t

H 0 :∑i=1

t

β¿=0artinya suatu variabel tidakmempengaruhi variabel lainnya.

H 1:∑i=1

t

β¿≠ 0artinya suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

3.2.4 Penentuan Lag Optimal

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam memilih selang optimal yaitu :

1. Trial Lag Max sampai dengan kestabilan VAR masih terpenuhi, yaitu inverse root

characteristic of polynomial AR memiliki modulus < 1 dan semuanya terletak

dalam unit circle.

2. Menggunakan criteria Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE),

Akaike Information Criteria (AIC), Schwartz Information Criteria (SIC), Hannan

Quin (HQ) sampai lag berapa(>1) masih signifikan.

15

Page 16: Makalah Makroekonomi & Time Series

3. Pastikan penentuan nya dengan meilhat nilai R2 masing-masing kandidat dengan

penekanan variabel yang dianggap penting, lihat nilai koefisien dterminasi terbesar.

Penentuan lag optimum dapat dibantu dengan penggunaan software.

3.2.5 Pengujian Kointegrasi

Pengujian kointegrasi dilakukan dengan memasukkan selang yang optimal

dan menggunakan criteria AIC dan SIC dengan metode Trace dan Max

Statitik Uji Max

Statistik Uji Trace

Nilai kritis kedua statistic uji tersebut berdasarkan pada penghitungan Johansen dan

Juselius (1990).

3.2.6 Estimasi Vector Error Corection Model (VECM)

Dalam estimasi VECM ini akan menunjukkan hubungan antara variabel satu

dengan variabel lain baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Bentuk standard dari model VECM adalah :

Hubungan jangka panjang (VAR) Hubungan jangka pendek (VEC)

Nilai π (speed of adjustment) kecepatan untuk menuju ke titik keseimbangan.

Klasifikasi tanda dan signifikansi dari speed of adjustment :

(+) signifikan ; model kurang baik sebab akan menjauhkan dari titik keseimbangan.

(+) tidak signifikan ; model kurang baik sebab akan menjauhkan dari titik

keseimbangan.

16

Page 17: Makalah Makroekonomi & Time Series

(-) tidak signifikan ; model hanya memiliki model jangka pendek tetapi tidak

memiliki model dalam jangka panjang.

(-) signifikan ; model sudah baik sebab akan mempercepat menuju titik

keseimbangan.

3.2.7 Impulse Rensponse Function

Impulse respon pada kasus ini mempunyai fungsi yang sama dengan impulse

respon pada VAR. Fungsi impulse respon menggambarkan tingkat laju dari shock

variabel yang satu terhadap variabel yang lainnya pada suatu rentang periode tertentu.

Sehingga dapat dilihat lamanya pengaruh dari shock suatu variabel terhadap variabel

lain sampai pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan. Fungsi ini akan

melacak respon dari variabel tergantung apabila terdapat shock dalam persamaan

VECM.

3.2.8 Variance Decompotition

Variance decompotition akan memberikan informasi mengenai proporsi dari

pergerakan pengaruh shock pada sebuah variabel terhadap shock variabel yang lain

pada periode saat ini dan periode yang akan datang. Fungsi variance decompotition

pada VAR dan VECM adalah sama

17

Page 18: Makalah Makroekonomi & Time Series

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Stasioneritas Data

Dengan menggunakan uji statitik Augmenter Dickey Fuller Test maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1.1 Probability Value dan Test Critical Value Pengujian Stasioneritas

Pada Tingkat Keyakinan (α =5%)

*) signifikan pada level 5 %

Dari hasil yang ditunjukkan oleh tabel diatas dapat disimpulkan bahwa variabel nilai

tukar, pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA) , penanaman modal

dalam negeri (PMDN) stasioner pada difference pertama. Dengan demikian dapat

diduga bahwa model yang berpeluang mampu meramalkan nilai berikutnya adalah

Vector Autoregressive (VAR) atau Vector Error Corection Mechanism (VECM).

4.1.2 Penetapan Lag Optimal

Selang lag optimum yang diperoleh berdasarkan pengujian dengan nilai LR,

FPE,AIC, SC, dan HQ diperoleh pada periode 1. Selang optimal pada VECM adalah

18

Variabel

Level Difference (1)

Test

Critical

Value

Prob*

Test

Critical

Value

Prob*

Nilai Tukar -1.954414 0.9901 -1.955020* 0.0008*

Pertumbuhan

Ekonomi

-1.955681 0.9961 -1.955020* 0.0026*

PMA -1.954414 0.8828 -1.955020* 0.0000*

PMDN -1.955020 0.8288 -1.955681* 0.0000*

Page 19: Makalah Makroekonomi & Time Series

selang optimal pada VAR -1. P=1 dengan demikian p-1 adalah selang optimal bagi

model VECM yaitu 1. Tanda bintang terbanyakberada pada lag 2.

Tabel 4.1.2 Hasil Penetapan Lag Optimal

VAR Lag Order Selection CriteriaEndogenous variables: ER PDRB PMA PMDN Exogenous variables: C 

 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -70.93015 NA   0.004715  5.994412  6.189432  6.0485021  1.265418  115.5129  5.38e-05  1.498767  2.473867  1.7692182  28.92567   35.40512*   2.37e-05*   0.565946*   2.321128*   1.052759*

 * indicates lag order selected by the criterion

4.1.3 Uji Kausalitas Granger (Granger Causality Test)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakaha ada hubungan yang saling

mempengaruhi (kausalitas) antara variabel satu dan variabel lainnya dalam penelitian.

Tabel 4.1.3 Hasil Granger Causality Test

Pairwise Granger Causality Tests

 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. 

 PDRB does not Granger Cause ER  25  3.88691 0.0375 ER does not Granger Cause PDRB  1.92345 0.1722

 PMA does not Granger Cause ER  25  1.48556 0.2503 ER does not Granger Cause PMA  0.49582 0.6164

 PMDN does not Granger Cause ER  25  1.84459 0.1840 ER does not Granger Cause PMDN  3.30366 0.0576

 PMA does not Granger Cause PDRB  25  2.63037 0.0968 PDRB does not Granger Cause PMA  5.07832 0.0165

 PMDN does not Granger Cause PDRB  25  0.55856 0.5807 PDRB does not Granger Cause PMDN  3.80180 0.0399

 PMDN does not Granger Cause PMA  25  3.97568 0.0352 PMA does not Granger Cause PMDN  0.07712 0.9261

Berdasarkan hasil uji kausalitas pada tingkat kepercayaan 5 % tidak ditemukan

hubungan kausalitas antar variabel tersebut. Tetapi pada level 10 % antar variabel

penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang saling

19

Page 20: Makalah Makroekonomi & Time Series

mempengaruhi. Selain itu hubungan kausalitas antara variabel penanaman modal

asing dan penanaman modal dalam negeri pada tingkat kepercayaan yang sama.

4.1.4 Uji Kointegrasi

Setelah dilakukan pengujian uji kointegrasi dengan menggunakan Johansen

Cointegration Test maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1.4 Hasil Johansen Cointegration Test

Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)Series: ER PDRB PMA PMDN Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None *  0.964578  129.8892  63.87610  0.0000At most 1 *  0.621840  49.71919  42.91525  0.0091At most 2 *  0.515316  26.38069  25.87211  0.0432At most 3  0.312668  8.998499  12.51798  0.1804

 Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None *  0.964578  80.16999  32.11832  0.0000At most 1  0.621840  23.33849  25.82321  0.1029At most 2  0.515316  17.38219  19.38704  0.0955At most 3  0.312668  8.998499  12.51798  0.1804

 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji Trace

bahwa variabel nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA),

dan penanman modal dalam negeri (PMDN) memiliki tiga kointegrasi pada level

tingkat kepercayaan 5 persen. Uji Trace menenukan satu kointegrasi pada level 5

persen. Hal tersebut ditunjukkan oleh dua nilai Trace Statistic dan Max-Eigen Value

yang lebih besar dari Critical value pada level 5 persen. Dengan demikian

20

Page 21: Makalah Makroekonomi & Time Series

penggunaan model Vector Error Corection Model (VECM) sesuai untuk digunakan

dasar peramalan (forecasting).

4.1.5 Estimasi Model Vector Error Corection Model (VECM)

Adapun model VECM yang diperoleh berdasarkan estimasi menggunakan

bantuan software E-views 6. Nilai speed of adjustment hanya signifikan pada

persaamaan keempat dimana variabel penanaman modal dalam negeri (PMDN)

diperuhi oleh ketiga variabel lainnya.

Tabel 4.14 Hasil Estimasi Model Vector Error Corection Model (VECM)

 Vector Error Correction Estimates

Error Correction: D(DER) D(DPDRB) D(DPMA) D(DPMDN)

CointEq1  0.031142 -0.021682  0.193255  0.178001 (0.01697)  (0.00506)  (0.06377)  (0.05050)[ 1.83466] [-4.28334] [ 3.03039] [ 3.52449]

D(DER(-1)) -0.386131 -0.039236 -0.468571 -2.856901 (0.19171)  (0.05717)  (0.72024)  (0.57039)[-2.01418] [-0.68631] [-0.65057] [-5.00867]

D(DPDRB(-1)) -1.659635  0.340413 -4.672989 -5.696241 (0.66735)  (0.19901)  (2.50724)  (1.98559)[-2.48690] [ 1.71052] [-1.86380] [-2.86879]

D(DPMA(-1)) -0.018504 -0.022355 -0.669451  0.042586 (0.04012)  (0.01197)  (0.15074)  (0.11938)[-0.46117] [-1.86836] [-4.44105] [ 0.35673]

D(DPMDN(-1))  0.052860 -0.012527  0.259515 -0.617386 (0.03264)  (0.00973)  (0.12263)  (0.09712)[ 1.61945] [-1.28699] [ 2.11625] [-6.35721]

C -0.010065  0.001287  0.000935 -0.010958 (0.04730)  (0.01411)  (0.17772)  (0.14075)[-0.21278] [ 0.09120] [ 0.00526] [-0.07786]

 R-squared  0.390054  0.552900  0.658807  0.848803 Adj. R-squared  0.220625  0.428706  0.564031  0.806804 Sum sq. resids  0.962843  0.085625  13.59059  8.523632 S.E. equation  0.231282  0.068971  0.868926  0.688139 F-statistic  2.302164  4.451891  6.951206  20.20999 Log likelihood  4.536501  33.57541 -27.23041 -21.63199 Akaike AIC  0.121958 -2.297951  2.769201  2.302666 Schwarz SC  0.416472 -2.003437  3.063714  2.597179 Mean dependent -0.008293 -0.000232 -0.018408  0.033782

21

Page 22: Makalah Makroekonomi & Time Series

 S.D. dependent  0.261980  0.091250  1.315997  1.565585

 Determinant resid covariance (dof adj.)  5.10E-05 Determinant resid covariance  1.61E-05 Log likelihood -3.805872 Akaike information criterion  2.650489 Schwarz criterion  4.024885

4.2 Pembahasan

4.2.1 Impulse Response Function

Setiap variabel memberikan dampak yang berbeda beda pada shock yang terjadi

pada variabel lain diantaranya :

a. Nilai tukar mengalami guncangan

1. Respon nilai tukar yang disebabkan oleh guncangan dirinya sendiri adalah

pada awal periode positif dan sampai akhir periode kesepuluh belum dapat

mencapai titik keseimbangan.

2. Respon pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat ketika nilai tukar rupiah

mengalami guncangan adalah pada awal periode positif dan pada periode

kedua memberi respon yang negative hingga akhir periode kesepuluh.

3. Respon penanaman modal asing terhadap modal terhadap guncangan yang

dialami oleh nilai tukar pada awal periode negatif tetapi pada periode kedua

positif. Respon negatif kembali diberikan oleh penanaman modal asingpada

periode kelima tetapi kembali direspon postif pada periode keenam. Periode

ketujuh dan Sembilan merespon negative. Periode kedelapan merespon

positif. Periode kesepuluh mampu untuk mencapai titik keseimbangan.

4. Respon penanaman modal dalam negeri (PMDN) terhadap guncangan yang

dialami oleh nilai tukar dari awal periode negative dan pada periode ketiga

postif kemudian sampai akhir periode kesepuluh masih negative dan belum

mencapai titik keseimbangan.

b. Pertumbuhan ekonomi mengalami guncangan

1. Respon nilai tukar terhadap guncangan pertumbuhan ekonomi cukup

fluktuatif. Pada awal periode respon yang diberikan respon postiif sampai

22

Page 23: Makalah Makroekonomi & Time Series

periode ksepuluh. Sampai akhir periode kesepuluh belum tercapai titik

keseimbangan.

2. Respon pertumbuhan ekonomi akibat guncangan yang dialaminya sendiri

adalah pada awal periode member respon positif kemudian merspon negative

pada periode ketiga hingga periode kelima mendekati keseimbangan.Periode

kelima, keenam, dan ketujuh merespon positif dan mencapai titik

keseimbangan pada periode kedelapan dan kesembilan. Pada periode

kesepuluh mulai menjauh dari titik keseimbangan.

3. Respon penanaman modal asing ketika pertumbuhan perekonomian

mengalami guncangan yaitu pada awal periode responnya negatif kemudian

menjadi positif pada periode kedua dan kembali merespon negatif pada

periode kelima. Pada periode keenam dan seterusnya respon yag diberikan

positif dan belum mampu mencapai titik keseimbangan hingga akhir periode

kesepuluh.

4. Respon penanaman modal dalam negeri terhadap guncangan pertumbuhan

ekonomi pada awal periode hingga akhir periode merespon positif. Namun

hingga akhir periode kesepuluh belum tercapi titik keseimbangan.

c. Penanaman modal asing (PMA) mengalami guncangan

1. Respon nilai tukar terhadap guncangan yang terjadi pada penanaman modal

asing di Jawa Barat pada awal periode hingga akhir periode adalah negative

dan belum mampu mencapai titik keseimbangan hingga akhir periode

kesepuluh.

2. Respon pertumbuhan perekonomian akibat adanya guncangan pada

penanaman modal asing di Jawa Barat pada awal periode poitif seterusnya

hingga akhir lag kesepuluh. Hingga akhir periode kesepuluh belum tercapai

titik keseimbangan.

3. Respon penanamanmodal asing akibat guncangan yang terjadi pada dirinya

sendiri selama awal hingga akhir periode selalu memberikan respon tetapi

belum mampu mencapai titik keseimbangan hingga akhir periode kesepuluh .

23

Page 24: Makalah Makroekonomi & Time Series

4. Respon penanaman modal dalam negeri akibat guncangan yang terjadi pada

penanaman modal asing sangat fluktuatif. Pada awal periode negatif dan

merespon posititif pada saat lag genap dan menjadi negative pada periode

ganjil memberi respon positif hingga mampu mencapai titik keseimbangan

pada akhir periode kesepuluh.

d. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) mengalami guncangan

1. Respon nilai tukar terhadap guncangan yang terjadi pada penanaman modal

dalam negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat adalah positif pada awal periode

hingga lag kedua, kemudian merespon negative pada lag ketiga hingga akhir

periode kesepuluh dan berusaha mencapai titik keseimbangan pada lag

keempat dan keenam.

2. Respon pertumbuhan ekonomi akibat guncangan penanaman modal dalam

negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat pada awal periode responya potitif

hingga akhir periode kesepuluh tetapi sampai akhir periode kesepuluh belum

mampu mencapai titik keseimbangan.

3. Respon penanaman modal asing (PMA) akibat guncangan penanaman modal

dalam negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat pada awal periode memberikan

respon positif kemudian memberi respon negative pada periode ketiga,kelima,

dan ketujuh. Pada periode keempat dan keenam memberi respon positif.

Keseimbangan dicapai pada periode kedelapan dan seterusnya hingga akhir

periode kesepuluh.

4. Respon penanaman modal dalam negeri (PMDN) akibat guncangan

penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat pada awal

periode memberi respon positif hingga akhir periode kesepuluh dan belum

mampu mencapai titik keseimbangan hingga periode tersebut.

4.2.2 Variance Decomposition

24

Page 25: Makalah Makroekonomi & Time Series

Berdasarkan hasil output pengolahan data dengan menggunakan bantuan

software E-views 6, maka diperolehlah hasi mengenai varians dekomposisi setiap

variabel yaitu :

1. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi nilai tukar tertinggi dari

awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah variabel pertumbuhan

ekonomi yaitu mencapai 9,08 persen.

2. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi pertumbuhan ekonomi

tertinggi dari awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah variabel

nilai tukar rupiah yaitu mencapai 23,66 persen.

3. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi penanaman modal asing

tertinggi dari awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah variabel

pertumbuhan ekonomi yaitu 14,89 persen.

4. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi penanaman modal dalam

negeri tertinggi dari awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah

variabel nilai tukar rupiah yaitu 45,54 persen.

BAB V

25

Page 26: Makalah Makroekonomi & Time Series

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Respon shock suatu variabel makroekonomi terhadap variabel lainnya berbeda-

beda diantaranya :

a. Ketika nilai tukar rupiah mengalami guncangan maka secara umum yang

mampu dengan cepat merespon dan kembali ke titik keseimbangan adalah

penanaman modal asing.

b. Ketika terjadi guncangan pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat

maka variabel yang akan cepat merepon kembali ke arah keseimbangan adalah

pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

c. Ketika terjadi shock atau guncangan pada penanaman modal asing maka

variabel penanaman modal dalam Negara (PMDN) memiliki respon yang

paling cepat merespon kearah titik keseimbangan.

d. Ketika terjadi shock atau guncangan pada penanaman modal dalam negeri

(PMDN) maka variabel penanaman modal asing akan merespon lebih cepat

kea rah titik keseimbangan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tadi maka adapun saran yang dapat diberikan adalah :

1. Berdasarkan kesimpulan a.) dan d.)Meningkatkan suku bunga untuk menarik

capital inflow perlu dilakukan untuk meningkatkan penanaman modal asing di

Provinsi Jawa Barat. Mempromosikan keunggulan produk Provinsi jawa Barat

sehingga dapat menarik investor asing untuk menanamkan modalnya ketika

pertumbuhan ekonomi mengalami guncangan dapat membantu menstabilkan

kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Semakin banyaknya aliran modal

asing maka akan membantu pemulihan akibat shock yang diakibatkan oleh

guncangan nilai tukar dan penanaman modal dalam negeri.

2. Berdasarkan kesimpulan b.) Mendorong kegiatan produksi di Provinsi Jawa

Barat agar lebih optimal sehingga dapat memperbesar output yang dihasilkan

26

Page 27: Makalah Makroekonomi & Time Series

dengan demikian diharapkan akan membawa kearah pertumbuhan

perekonomian yang tumbuh lebih baik ketika terjadi guncangan pada nilai tukar

rupiah

3. Berdasarkan kesimpulan c.) Melaksanakan usaha padat karya yang

mengkombinasikan pertumbuhan perekonomian, penanaman modal dalam

negeri , dan nilai tukar rupiah untuk menjaga keseimbangan jika terjadi

guncangan pada penanaman modal asing (PMA).

4. Bagi peneliti berikutnya diharapkan mampu untuk mendapatkan series data

yang lebih panjang seperti data triwulanan atau bahkan bulanan sehingga dapat

dialkukan analisis yang lebih akurat.

27