47

Click here to load reader

Makalah Kelainan Jari Muskulus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Kelainan Jari Muskulus

MAKALAH

SISTEM MUSKULOSKELETAL I

" KELAINAN JARI ( SINDAKTILI, POLIDAKTILI, BRAKIDAKTILI )"

DISUSUN OLEH :

Anindya Paramita

Erik Susanti

Flori Juliant Pello

Gootama Catur

Mariana Kehi

Riski Angger

Waluyo Dwi Oktavianto

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

2013

Page 2: Makalah Kelainan Jari Muskulus

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Askep Klien dengan

“kelainan jari ( sindaktili, polidaktili, brakidaktili )” ini dapat terselesaikan. Makalah ini

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sistem Muskuloskeletal I. Saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah

ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat

untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Blitar, Oktober 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Page 3: Makalah Kelainan Jari Muskulus

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4

1.3 TUJUAN.................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6

2.1 DEFENISI...............................................................................................................6

2.2 ETIOLOGI..............................................................................................................7

2.3 TANDA DAN GEJALA .........................................................................................8

2.4 KLASIFIKASI...................................................................................................8

2.5 PATOFISIOLOGI...............................................................................................9

2.6 MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................10

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...........................................................................10

2.8 PENATALAKSANAAN.........................................................................................11

BAB 111 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOBLASMA.......14

3.1 PENGKAJIAN...................................................................................................14

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................15

3.2.1 NCP..........................................................................................................15

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................16

3.2 SARAN...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17

BAB 1PENDAHULUAN

Page 4: Makalah Kelainan Jari Muskulus

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu kelainan bawaan sejak lahir adalah sindaktili yakni kelainan jari berupa

pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau

angsa. Dalam keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa “perintah” kepada deretan sel di

antara dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna. Pada kelainan

ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah

menjadi lima jari. Jari yang sering mengalami pelekatan adalah jari telunjuk dengan jari tengah,

jari tengah dengan jari manis, atau ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran. Lebih

banyak terjadi pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.

Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau

kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila jumlah jarinya enam disebut

seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran.

Penyebabnya bisa karena kelainan genetika atau faktor keturunan, sehingga kelainan ini

tidak dapat dilakukan pencegahan. Bentuknya bisa berupa gumpalan daging, jaringan lunak, atau

sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya

berupa tonjolan daging kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari

atau jari kelingking. Kelebihan jari pada sisi ibu jari lebih banyak daripada sisi jari kelingking.

Brakidaktili adalah kelainan berupa pertumbuhan jari yang lebih pendek dari ukuran

normal akibat kelainan genetika yang diturunkan dari sebuah gen dominan. Artinya, bila salah

satu orang tua memiliki gen ini, si anak pasti akan mengalami kelainan jari-jari ini. Brakidaktili

terjadi pada 1 dari 4.000 kelahiran.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Sindaktili,polidaktili dan brakidaktili?

2. Apa etiologi sindaktili,polidaktili, dan brakidaktili?

3. Bagaimana patofisiologi sindaktili,polidaktili, dan brakidaktili?

4. Apa manifestasi klinik sindaktili,polidaktili dan brakidaktili?

5. Bagaimana penatalaksanan sindaktili,polidaktili dan brakidaktili?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan sindaktili, polidaktili dan

brakidaktili?

Page 5: Makalah Kelainan Jari Muskulus

1.3 TUJUAN PENULISAN

A. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskulus

yaitu sindaktili, polidaktili, dan brakidaktili.

B. Tujuan khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan:

Pengertian sindaktili, polidaktili dan brakidaktili

Etiologi sindaktili, polidaktili dan brakidaktili.

Patofisiologi sindaktili, polidaktili, dan brakidaktili.

Manifestasi klinik sindaktilil, polidaktili, brakidaktili.

Penatalaksanaan sindaktili, polidaktili dan brakidaktili.

Asuhan keperawatan pada klien dengan sindaktili, polidaktili, dan brakidaktili.

Page 6: Makalah Kelainan Jari Muskulus

BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI

Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga

telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers). Sindaktili

merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan pada jari-jari tangan, jari-jari tidak

terpisah, dan bersatu dengan yang lain. Dapat terjadi hubungan satu, dua, atau lebih jari-jari.

Hubungan jari-jari dapat terjadi hanya pada kulit dan jaringan lunak saja, tetapi dapat pula

terjadi hubungan tulang dengan tulang. (Muttaqin, 2008)

Dalam keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa “perintah” kepada deretan

sel di antara dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna.

Pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan

tidak terpisah menjadi lima jari. Jari yang sering mengalami pelekatan adalah jari telunjuk

dengan jari tengah, jari tengah dengan jari manis, atau ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1 dari

2.500 kelahiran.

Polidaktili atau polidaktilisme (berasal dari bahasa Yunani kuno πολύς (polus)

yang artinya banyak dan δάκτυλος (daktulos) yang artinya jari, dikenal sebagai

hiperdaktilisme, yaitu anomali kongenital pada manusia dengan jumlah jari tangan

atau kaki berlebihan. Kelainan ekstremitas kongenital bervariasi dari kelainan yang

hampir tak terlihat hingga tidak adanya ekstremitas.

Suatu kelainan yang diwariskan gen autosomal dominan P, sehingga penderita

akan mendapatkan tambahan jari pada satu atau dua tangannya dan atau pada

kakinya. Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Polidaktili

juga dikenal sebagai Hyperdaktili, bisa terjadi ditangan atau dikaki manusia ataupun

hewan. Tempat jari tambahan tersebut berbeda-beda ada yang di dekat ibu jari dan

ada pula yang berada di dekat jari kelingking.

Polidaktili merupakan suatu kelainan yang diwariskan gen autosomal dominan P,

sehingga penderita akan mendapatkan tambahan jari pada satu atau dua tangannya

Page 7: Makalah Kelainan Jari Muskulus

dan atau pada kakinya.Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif

pp. Polidaktili juga dikenal sebagai Hyperdaktili, bisa terjadi ditangan atau dikaki

manusia ataupun hewan. Tempat jari tambahan tersebut berbeda-beda ada yang di

dekat ibu jari dan ada pula yang berada di dekat jari kelingking.Bila jumlah jarinya

enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili.

Brakidaktili

1.2 ETIOLOGI

A. SINDAKTILI Kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam rahim yang menyebabkan posisi janin

tidak normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa

kehamilan. Apabila penyebabnya akibat kelainan genetika, maka tidak dapat dilakukan pencegahan.

Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya adalah obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama

hamil.

Penyebab langsung sindaktili sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan

fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua

faktor secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi

terjadinya sindaktili antara lain :

a. Kelainan Genetik dan Kromosom

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas

sindaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum

Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur

dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan

daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu

Page 8: Makalah Kelainan Jari Muskulus

keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.

Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran , maka telah dapat

diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah

dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.

b. Faktor Mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan

kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor

predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya

deformitas suatu organ.

c. Faktor Obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama

kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada

bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan kelainan

kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau

mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan

tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan

kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.

Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-

obatan yang tidak perlu sama sekali, walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari

karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian

trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang

tidak dapat dihindarkan ; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum

kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.

d. Faktor Radiasi

Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan

kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua

dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat

menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan

diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada

hamil muda.

e. Faktor Gizi

Kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan

kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa

frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan

Page 9: Makalah Kelainan Jari Muskulus

makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik

gizinya.

f. Faktor-Faktor Lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya

sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.

Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor

penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

B. POLIDAKTILI

Adapun etiologinya yaitu sebagai berikut:

· Asphyxiating thoracic dystrophy

· Carpenter syndrome

· Ellis-van Creveld syndrome(chondroectodermal dysplasia)

· Familial polydactyly

· Laurence-Moon-Biedl syndrome

· Rubinstein-Taybi syndrome

· Smith-Lemli-Opitz syndrome

· Trisomi 13

· Trisomi 21

· Tibial hemimelia. (http://www.umm.edu/ency/article/ 003176trt.htm)

Sebagaimana telah disebutkan di atas, polidaktili dapat bermanifestasi tunggal

atau sebagai bagian dari suatu sindrom anomali kongenital. Bila diagnosis berdiri

sendiri maka berhubungan dengan mutasi dominan autosom pada gen tunggal, namun

variasi pada berbagai gen juga mungkin terjadi. Secara khusus gen mutasi yang

terlibat dalam pola perkembangan, akan menyebabkan anomali kongenital dengan

polidaktili sebagai salah satu sindromnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :

1. Kelainan Genetik dan Kromosom

Page 10: Makalah Kelainan Jari Muskulus

Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu

pasangan suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga

polidaktili. Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan

berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini

ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh

bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau

kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering

sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan

dapat membantu langkah-langkah selanjutya.

2. Faktor Teratogenik

Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari

bahasa Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis,

teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel

selamakehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga

pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir).

Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik

adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada

kelahiran.

Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ

yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen

akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat

organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel

jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak

akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan.

Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang

menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik.

Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam

pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan

fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya

Page 11: Makalah Kelainan Jari Muskulus

bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni

bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.

a. Faktor teratogenik fisik

Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur

fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila

ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan

agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik.

Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan

radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena

mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen

teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen

apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada

kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa

kecacatan lahir pada janin.

b. Faktor teratogenik kimia

Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia

yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ

tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan

bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan

untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik.

Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di

negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu

hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat

menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal

dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk

kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak

terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga

dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh

dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi

kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan

Page 12: Makalah Kelainan Jari Muskulus

seperti gas CO, senyawa karbon dan berbagai senyawa polimer dalam

lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.

c. Faktor teratogenik biologis

Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu

hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan

herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu

hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai

kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu,

beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga

dapat memberikan efek teratogenik.

C. BRAKIDAKTILI

1.3 PATOFISIOLOGI

A. SINDAKTILI

Pada awal perkembangan janin manusia, selaput jari- jari kaki adalah normal. Pada sekitar 16

minggu kehamilan, apoptosis (kematian sel) berlangsung dan enzim menghilangkan selaput tersebut.

Pada beberapa janin, proses ini tidak terjadi sepenuhnya antara semua jari tangan atau kaki sehingga

selaput tersebut menetap.Sindaktili (jari-jari saling berlekatan) yang disebabkan gen homozigot

(karier) melakukan perkawinan dengan sesamanya, kemungkinan anaknya adalah :

P : Ss (normal karier) >< Ss (normal karier)

G : S dan s

F1 :

SS = sindaktili

Ss = normal karier

Ss = normal karier

ss = normal

Dari perkawinan tersebut, kemungkinan anaknya yang normal dan yang menderita sindaktili adalah

3 :1.

B. POLIDAKTILI

Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ tubuh

Page 13: Makalah Kelainan Jari Muskulus

janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama pembentukan organ

tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan mengandung bahan

pengawet. Atau ada unsur steratogenik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Kelebihan jumlah jari bukan masalah selain kelainan bentuk tubuh. Namun demikian,

sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru bayi, karena mungkin terjadi multiple

anomali.

Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu

heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga lokasi

tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterozigotik menikah

dengan perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili

adalah 50% (teori mendel). Ayah polidaktili (heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot

(pp) maka anaknya polidaktili (heterozigot Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.

C. BRAKIDAKTILI

1.4 MANIFESTASI KLINIK

A. SINDAKTILI

Bentuknya ada yang pelekatannya hanya sepertiga dari panjang jari, atau sepanjang

jari saling melekat. Pelekatan juga bisa hanya terjadi pada jaringan kulit, tendon (jaringan

lunak), bahkan pada kedua tulang jari yang bersebelahan. Kelainan ini dapat mengganggu

proses tumbuh-kembang karena jari yang dempet menghambat pertumbuhan jari dari

gerakan jari-jari lain di sampingnya. Bila tidak diatasi, dapat mengganggu perkembangan

mental anak. Kadangkala dilakukan cangkok kulit untuk menutup sebagian luka,

sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit yang lebih lama dibandingkan operasi

penanganan polidaktili.

B. POLIDAKTILI

1. Ditemukan sejak lahir.

Page 14: Makalah Kelainan Jari Muskulus

2. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.

3. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat

sampai ke tulang.

4. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.

5. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.

C. BRAKIDAKTILI

1.5 PENATALAKSANAAN

A. SINDAKTILI

Penanganan sindaktili dapat berupa tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan

kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukan kelainan kongenital pada

bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor

penyebab langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.

Cara mengatasinya dengan melakukan operasi pemisahan pada jari-jari yang saling melekat

atau menyatu. Operasi pemisahan jari-jemari dilakukan setelah anak berumur antara 12-18 bulan. Bila

ada beberapa jari yang melekat, operasi pemisahan dilakukan satu persatu untuk menghindari

komplikasi pada luka dan sistem perdarahan jari yang dipisahkan.Penatalaksanaan yang sering

dilakukan adalah tindakan operasi dengan memisahkan jari-jari yang kemungkinan memerlukan skin

graft.(Muttaqin, 2008)

B. POLIDAKTILI

Pembedahan diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik dan bila ada keluhan

kecocokan untuk memakai sepatu (bila polidaktili terdapat pada kaki). Biasanya operasi

dilakukan saat usia pasien lebih dari 1 tahun agar pengaruh pada perkembangan dan gaya

jalan minimal. Operasi sebaiknya ditunda hingga perkembangan tulang (ossifikasi)

selesai sehingga memungkinkan penilaian anatomi yang akurat.

1. Polidaktili pada tangan

Klasifikasi Waffel digunakan untuk menyederhanakan pengkategorian secara

klinis dan perencanaan prosedur pembedahan.

Pedoman dalam mengoperasi polidaktili pada jari tangan:

a. Jari radial hipoplastik yang direseksi.

Page 15: Makalah Kelainan Jari Muskulus

b. Pada polidaktili tipe II dan III dengan kaliber yang simetris dan memiliki komponen

tulang, dipillih prosedur Bilhaut Cloquet yang memungkinkan stabilitas sendi karena

mempertahankan ligamentum kolateral ulnar dan radial sendi interphalanx. Komplikasi

prosedur antara lain kekakuan sendi, hipertrofi jaringan parut, deformitas punggung kuku.

Perbaikan nail bed yang cermat dan rekonstruksi ukuran kuku yang serupa untuk

mencegah masalah kecacatan ini. Penting pula untuk memperingatkan pasien akan jari

yang tersisa pasti akan mengalami hipoplasia, yaitu dalam hal lebar dan lingkarannya.

c. Untuk polidaktili tipe II, instabilitas sendi sering terjadi karena kelainan berkembang

pada level sendi. Ligamentum kolateral, perlekatan kapsul, dan tendon ekstrinsik dari jari

hipoplastik merupakan struktur esensial untuk menjaga stabilitas sendi. Instabilitas yang

mucul belakangan akibat gangguan pada jaringan lunak yang mengakibatkan peregangan

kronik dan rekonstruksi jaringan lunak yang tidak seimbang. Oleh karena itu, lebih baik

dilakukan over-tensioning pada rekonstruksi jaringan lunak. Namun penilaian instabilitas

sendi (>5% angulasi pada IPJ) sering pula tidak tepat.

d. Pada polidaktili tipe III, anomali tidak mencapai IPJ sehingga diharapkan hasil yang

memuaskan setelah dilakukan eksisi sederhana. Meskipun demikian, dilaporkan pula

adanya komplikasi setelah ligasi sederhana pada bifid thumb yaitu deformitas Z ibu jari

(Z thumb deformity), instabilitas sendi, dan deformitas sendi. Namun instabilitas sendi ini

dapat pula berasal dari instabilitas preoperatif. Tarikan eksentrik pada oto-otot ekstensor

pada IPJ mungkin berperan dalam perubahan sekunder dalam kapsul sendi dan

ligamentum kolateral. Over-tightening ligament kolateral dan re-alignment tendon

ekstrinsik yang tepat dapat memperbaiki instabilitas sendi. Prosedur Bilhaut-Cloquet

tidak dapat memperbaiki instabilitas sendi pada polidaktiili tipe III akibat eksisi

sederhana, namun bisa pada tipe II.

e. Ligamentum kolateral radial dengan perlekatannya pada flap periosteal dipertahankan

dan over-tightened untuk menjaga stabilitas sendi dan mencegah deformitas.

f. Jari tipe II dan IV biasanya berhubungan dengan phalanx proksimal dan kepala

metakarpal yang sangat besar.

g. Osteotomi korektif lebih dipilih untuk deformitas angular residual tulang.

h. Realignment dengan atau tanpa augmentasi tendon penting untuk mengembalikan

kelurusan aksial dan mencegah deformitas Z karena tarikan tendon yang eksentris. Pada

Page 16: Makalah Kelainan Jari Muskulus

tipe IV, prosedur yang biasa dilakukan adalah suturing duplicated extensor jari radial ke

ekstensor longus jari ulnar dan melekatkan kembali m. abductor pollicis brevis dan m.

extensor pollicis brevis ke basis phalanx proksimal. Delapan dari sebelas penderita

polidaktili tipe IV mengalami instabilitas sendi, dan tiga mengalami deformitas sendi.

Komplikasi ini lebih nyata pada MCPJ yang besar dan pada proksimal deformitas. Empat

pasien dengan kaput metacarpal I yang bifaset dan membesar yang melalui rekonstruksi

mengalami kekakuan sendi. Hal ini disebabkan oleh ukuran dan kontur permukaan

artikulasi kaput metacarpal, yang dapat diatasi dengan kondroplasti yang teliti dengan

scalpel tajam untuk membuat permukaan artikulasi yang sesuai dengan basis phalanx

proksimal. Suatu on-top plasty (transposisi bagian distal sebuah jari terhadap bagian

proksimal dari jari lain) pada kasus ini menghasilkan keluaran yang bagus dan ibu jari

dengan alignment normal. Pada polidaktili tipe IV, jari ulnar dengan kaliber yang sama

dan unit tendon fungsional yang intak dipindahkan ke basis komponen radial, tepatnya

phalanx proksimal komponen ulnar. Permukaan artikular ulnar dengan kaput metacarpal

dirapikan untuk membentuk basis yang stabil, dan disesuaikan ukurannya degan phalanx

proksimal komponen radial. Prosedur ini menjaga integritas pembungkus jaringan lunak

yang penting pada sisi radial, khususnya ligamentum kolateral, kapsul dan otot abduktor

pollicis. K-wire intraosseus dipasang sementara untuk mentransfikskan osteotomi. Perlu

diperhatikan re-alignment pada tendon dengan aksis baru pada jari yang direkonstruksi.

Prosedur ini menghasilkan penyatuan tulang yang lebih baik dan mencegah komplikasi

lambat.

i. Tujuan terapi polidaktili adalah untuk mempertahankan jari yang paling fungsional,

tanpa mengingat apakah berupa bi- atau tri-phalangeal

2. Polidaktili pada kaki

Penanganan termasuk eksisi jari tambahan dan rekonstruksi jaringan lunak di

sekitar jari yang tersisa untuk memperbaiki kesejajaran bila terdapat deviasi. Jari paling

medial pada polidaktili preaksial dan jari paling lateral pada polidaktili postaksial adalah

jari yang dipilih untuk direseksi agar kaki bisa menyempit dengan tepi lateral atau medial

yang lurus. Pada polidaktili postaksial, dilakukan insisi oval atau racquet-shaped pada

jari paling lateral melalui kulit dan fasia. Tendon dibelah ke distal sejauh mungkin.

Kapsul sendi metatarsophalangeal (MTP) dibelah dan jari dipisahkan dari artikulasinya.

Page 17: Makalah Kelainan Jari Muskulus

Ketelitian diperlukan untuk menyeimbangkan dengan tepat antara musculus hallucis

abductor dan adductor serta meminimalkan hallux varus. Koreksi terhadap longitudinal

bracket epiphysis mencegah berkembangnya hallux varus dan metatarsal I yang

kependekan. Kapsul diperbaiki seakurat mungkin. Bila jari yang lebih lateral yang

hipoplastik dan dieksisi, ligamentum intermetatarsal harus ditaksir ulang. Penempatan

Kirschner wire (K-wire) selama 4-6 minggu dapat membantu mempertahankan posisi dan

mencegah deformitas varus atau dapat pula dibalut atau digips (cast). Pada polidaktili

sentral, insisi racquet-shaped dorsal dilakukan pada dasar/lantai duplikasi. Jari tambahan

dieksisi melalui disartikulasi. Ligamentum intermetatarsal dinilai ulang sebelum ditutup.

Gips (cast) atau orthosis bermanfaat pada postoperasi untuk meminimalkan sisa kaki

depan yang melebar. Dengan indikasi kosmetik, dilakukan penutupan kulit plastik/sintetis

yang cermat. Walking cast pada memungkinkan anak-anak bisa tetap bergerak aktif dan

sekaligus melindung daerah insisi. Komplikasi postoperatif antara lain hallux varus

residual dan jaringan parut akibat operasi.

C. BRAKIDAKTILI

Page 18: Makalah Kelainan Jari Muskulus

BAB 111

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINDAKTILI

1. Identitas

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,

tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data

mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

b. Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung

jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, Paliatif atau

Provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana

penyakit tersebut dirasakan oleh klien, Regional (R) yaitu penyakit tersebut menjalar

kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi

ketidaknyamanan atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien

merasakan penyakit tersebut.

c. Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat

sebelumnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit sindaktili.

3. Pengkajian

Page 19: Makalah Kelainan Jari Muskulus

Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui anamnesis riwayat penyakit,

pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

a. Aktivitas : kelelahan umum

b. Integritas ego : perasaan gugup, perasaanterancam,cemas, takut, menolak, marah, gelisah,

menangis.

c. Pengkajian Fisik : Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang diantaranya amati

kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk

mengetahui adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui

adanya pembengkakan. Skelet tubuh di kaji mengenai adanya deformitas tulang dam

kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.

Pemendekan ekstermitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran

anatomis harus di catat. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik

selain sendi biasanya menunjukkan adanya fraktur tulang. Bisa teraba krepitus ( suara

berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan

untuk mencegah cedera lebih lanjut ( Smeltzer, 2002)

4. Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operasi

1) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.

2) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.

3) Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan kongingetal

b. Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan.

3) Resiko tinggi terhad ap infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.

5. Intervensi Keperawatan

a. Pre Operasi

1) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.

Page 20: Makalah Kelainan Jari Muskulus

Hasil Yang Diharapkan :

• Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan

mereka.

• Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.

• Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.

Intervensi :

a)Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat intraoperasi.

R/ : Kembangkan rasa percaya / hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada

lingkungan yang asing.

b) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur

pembedahan.

R/ : Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang

berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat-zat anestesi.

c)Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.

R/ : Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya

secara realistis, misalnya kesalahan identifikasi / operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh

yang di operasi.penggambaran yang salah, dll.

d) Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan dengan dokter,

anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.

R/ : Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak berkurang / teratasi.

2) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.

Hasil Yang Diharapkan :

• Mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra operasi dan harapan pasca operasi.

• Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

• Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.

Intervensi :

a) Kaji tingkat pemahaman pasien.

R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.

Page 21: Makalah Kelainan Jari Muskulus

b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.

R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi

berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk

menjelaskan kesalahan konsep.

c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.

R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan dan prosedur pra

operasi / pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat /

perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.

R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam

perawatan pasca operasi

3) Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan kongingetal

Hasil yang diharapkan :

· Mengungkapkan penerimaan diri

· Komunikasi terbuka

· Pemenuhan peran yang signifikan

· Keinginan untuk melawan orang lain

Intervensi :

a) Pantau pernyataan pasien tentang penghargaan diri

b) Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diri

c) Ajarkan keterampilan untuk bersukap positif melalui bermain peran, conroh peran,

diskusi, dan sebagainya

d) Berikan informasi tentang pentingnya konseling dan ketersediaan sumber-sumber di

komunitas

b. Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

Hasil Yang Diharapkan :

• Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.

• Tampak santai, dapat beristirahat / tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan.

Intervensi :

a) Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri klien (skala 0-10).

R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri, berguna dalam pengawasan keefektifan obat.

Page 22: Makalah Kelainan Jari Muskulus

b) Ajarkan teknik relaksasi seperti : imajinasi, musik yang lembut.

R/ : Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi

nyeri / rasa tidak nyaman.

c)Berikan posisi yang nyaman.

R/ : Posisi dapat membantu mengurangi nyeri.

d) Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.

R/ : Terapi analgetik dapat mengurangi nyeri.

2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan.

Hasil Yang Diharapkan :

• Mencapai penyembuhan luka.

• Mendemonstrasikan tingkah laku / teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan mencegah

komplikasi.

Intervensi :

a) Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.

R/ : Deteksi awal jika terjadi gangguan dalam proses penyembuhan.

b) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.

R/ : Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka / berkembangnya

komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.

c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.

R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan, apabila

pengeluaran cairan terus menerus / adanya eksudat yang bau menunjukkan terjadinya

komplikasi (misalnya perdarahan, infeksi).

d) Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik

yang ketat.

R/ : Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang

dapat menyebabkan ekskoriasi (pengikisan kulit).

e) Gunakan teknik aseptik saat merawat luka / jahitan.

R/ : Mencegah infeksi dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada luka jahitan.

f) Perhatikan intake nutrisi klien.

R/ : Penting untuk mempercepat penyembuhan luka.

3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.

Hasil Yang Diharapkan :

• Mengidentifikasikan factor-faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi

potensial infeksi.

• Pertahankan lingkungan aseptik yang aman.

Page 23: Makalah Kelainan Jari Muskulus

Intervensi :

a) Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur / kebijakan aseptik.

R/ : tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.

b) Uji kesterilan semua peralatan.

R/ : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian, setiap benda

harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek

lingkungan pada paket, dan teknik pengiriman.

c) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.

R/ : Kontaminasi dengan lingkungan / kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril

menjadi tidak steril sehingga meningkatkan resiko infeksi.

d) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.

R/ : Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.

Hasil Yang Diharapkan :

• Mengutarakan pemahaman proses penyakit / harapan pasca operasi.

• Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

• Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.

Intervensi :

a) Kaji tingkat pemahaman pasien.

R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.

b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.

R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi

berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk

menjelaskan kesalahan konsep.

c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.

R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran pasca operasi individual : pembatasan dan prosedur

pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan

aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.

R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam

perawatan pasca operasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POLIDAKTILI

Page 24: Makalah Kelainan Jari Muskulus

1. Pengkajian

a. Anamnesis mengenai riwayat keluarga

b. Riwayat pranatal – postnatal

c. Pengkajian hasil laboratorium

d. Pemeriksaan status neurologis

e. Riwayat kelahiran serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati –hati.

f. Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruh tubuh untuk menggali adanya kelainan

atau anomali lainnya dibagian tubuh lain. Pemeriksaan fisik dengan dilakukan

secara sistematik.

Berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :

a. Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan, keterlibatan

jaringan yang mengalami penambahan, penyatuan, panjang setiap jari, dan tampilan

dari kuku.

b. Pengambilan foto pada tangan terutama pada saat pertama kali kunjungan biasanya

sangat membantu diagnosis.

c. Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penambahan tulang dengan

penambahan jaringan lunak.

d. Periksa dengan mempalpasi adanya polidaktili yang tersembunyi.

e. Tingkat anomali dari struktur tendon dan neurovakular mencerminkan kompeksitas

dari polidaktili. Adanya kondisi polidaktili komplet atau kompleks biasanya melibatkan

bagian distal dari falang ( jari ).

f. Selalu melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi anomali lainnya,

seperti bony synostosis, delta falang atau symphalangism.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operasi

1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan bentuk

tubuh (kaki/tangan)

2) Ansietas b/d rencana pembedahan.

3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis,

dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi mengenai penyakit atau

pengobatan.

Page 25: Makalah Kelainan Jari Muskulus

b. Pasca Operasi

1) Nyeri b/d luka pascaoperasi

2) Kerusakan integritas kulit b/d pembedahan

3) Resiko tinggi infeksi b/d tindakan pembedahan

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis,

dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi mengenai penyakit atau

pengobatan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Pre Operasi

1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan

bentuk tubuh (kaki/tangan)

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

menunjukkan harga diri dengan mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.

Intervensi :

a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai

bagaimana individu merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.

R/ : dapat membantu klien berfikiran positif terhadap dirinya sendiri

b) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang

mendukung.

R/ : memberikan rasa percaya diri klien

c) Kaji dan jelaskan kepada klien tentang keadaan penambahan jari klien

R/ intervensi awal bisa mencegah distress psikologis pada klien

d) Bantu klien menggunakan mekanisme koping yang positif

R/ mekanisme koping yang positif dapat membantu klien lebih percaya diri,

kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan dan mencegah terjadinya

kecemasan tambahan

e) Orientsikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan

R/ orientasi dapat menurunkan kecemasan

f) Libatkan system pendukung dalam perawatan klien

Page 26: Makalah Kelainan Jari Muskulus

R/ kehadiran system pendukung meningkatkan citra diri klien.

2) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.

Tujuan : setelah klien diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan

dengan mereka, tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup, dan melaporkan

penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.

Intervensi :

a) Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat

intraoperasi.

R/ : Kembangkan rasapercaya / hubungan, turunkan rasa takut akan

kehilangan control pada lingkungan yang asing.

b) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya

penundaan prosedur pembedahan.

R/ : Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan mengakibatkan reaksi

stress yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap

prosedur / zat-zat anestesi.

c) Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.

R/ : Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk

menghadapinya secara realistis, misalnya kesalahan identifikasi / operasi yang

salah, kesalahan anggota tubuh yang di operasi.penggambaran yang salah, dll.

d) Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan dengan

dokter, anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.

R/ : Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak berkurang /

teratasi.

3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

Page 27: Makalah Kelainan Jari Muskulus

mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra operasi dan harapan

pasca operasi, dapat melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan

alasan dari suatu tindakan, dan memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan

dan ikut serta dalam perawatan.

Intervensi :

a) Kaji tingkat pemahaman pasien.

R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.

b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.

R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat

pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan

adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep.

c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.

R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien

untuk belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan

dan prosedur pra operasi / pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan

usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan

kardiovaskuler dan control rasa sakit.

R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi

dalam perawatan pasca operasi.

b. Pasca Operasi

1) Nyeri b/d luka pasca operasi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan

nyeri klien berkurang bahkan hilang

Intervensi :

a) Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri klien (skala 0-10).

R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri, berguna dalam pengawasan keefektifan

obat.

b) Ajarkan teknik relaksasi seperti : imajinasi, musik yang lembut.

R/ : Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien

untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman.

Page 28: Makalah Kelainan Jari Muskulus

c) Berikan posisi yang nyaman.

R/ : Posisi dapat membantu mengurangi nyeri.

d) Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.

R/ : Terapi analgetik dapat mengurangi nyeri

2) Kerusakan integritas kulit b/d tindakan pembedahan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan

klien menunjukkan penyembuhan jaringan progresif.

Intervensi :

a) Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.

R/ : Deteksi awal jika terjadi gangguan dalam proses penyembuhan.

b) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.

R/ : Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka /

berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang

lebih serius.

c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.

R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses

penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus / adanya eksudat yang

bau menunjukkan terjadinya komplikasi (misalnya perdarahan, infeksi).

d) Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan

teknik aseptik yang ketat.

R/ : Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah

akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi (pengikisan kulit).

e) Gunakan teknik aseptik saat merawat luka

R/ : Mencegah infeksi dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada luka

f) Perhatikan intake nutrisi klien.

R/ : Penting untuk mempercepat penyembuhan luka.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.

Tujuan :setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

mengidentifikasikan factor-faktor resiko individu dan intervensi untuk

Page 29: Makalah Kelainan Jari Muskulus

mengurangi potensial infeksi, dan dapat mempertahankan lingkungan aseptik

yang aman.

Intervensi :

a) Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur / kebijakan

aseptik.

R/ : tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.

b) Uji kesterilan semua peralatan.

R/ : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian,

setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada

pemaketan, efek lingkungan pada paket, dan teknik pengiriman.

c) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada

waktu terjadi.

R/ : Kontaminasi dengan lingkungan / kontak personal akan menyebabkan

daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga meningkatkan resiko infeksi.

d) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.

R/ : Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau

kontaminasi.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi mengenai penyakit atau pengobatan.

Tujuan :setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengutarakan

pemahaman proses penyakit / harapan pasca operasi, melakukan prosedur yang dilakukan

dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang

diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.

Intervensi :

a) Kaji tingkat pemahaman pasien.

R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.

b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.

R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi

berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk

menjelaskan kesalahan konsep.

c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.

Page 30: Makalah Kelainan Jari Muskulus

R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk

belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran pasca operasi individual : pembatasan dan

prosedur pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet,

tingkat / perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa

sakit.

R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam

perawatan pasca operasi.

BAB 1V

PENUTUP

Page 31: Makalah Kelainan Jari Muskulus

4.1 KESIMPULAN

Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan

menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers). Sindaktili merupakan kelainan

bawaan yang paling sering ditemukan pada jari-jari tangan, jari-jari tidak terpisah, dan bersatu dengan

yang lain.

Polidaktili merupakan suatu kelainan yang diwariskan gen autosomal dominan P,

sehingga penderita akan mendapatkan tambahan jari pada satu atau dua tangannya dan

atau pada kakinya

4.2 SARAN

Saran yang dapat disampaikan dalam penulis ini adalah sebagai berikut :

· Para pembaca dapat menggunakan makalah ini untuk menambah wawasan

mengenai “kelainan jari ( sindaktili,polidaktili,brakidaktili)”

· Penulis menyarankan kepada para pembaca agar dapat membahas lebih lanjut

mengenai “kelainan jari ( sindaktili,polidaktili,brakidaktili)”

DAFTAR PUSTAKA

Page 32: Makalah Kelainan Jari Muskulus