35
MAKALAH GINGIVITIS Disusun Oleh DWI PUTRI ANGGRAINY 0510070110009

Makalah Gingivitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Gingivitis

MAKALAH GINGIVITIS

Disusun Oleh

DWI PUTRI ANGGRAINY0510070110009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG2012

Page 2: Makalah Gingivitis

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkankan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

RahmatNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan ini

adalah merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas Farmasi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada Ibu Eka Desnita, S.Far.Apt yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan perkuliahan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga

makalah ini dapat ikut memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi

pembaca.

Padang, 24 April 2012

Penulis

ii

Page 3: Makalah Gingivitis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II GINGIVITIS SECARA UMUM

2.1......................................................................Klasifikasi Gingivitis

......................................................................................................2

2.2..........................................................................Etiologi Gingivitis

......................................................................................................4

2.3...................................................Patogenesis Penyakit Periodontal

......................................................................................................7

BAB III CIRI KLINIS GINGIVITIS

3.1............................................................Ciri Klinis Gingiva Normal

......................................................................................................9

3.2......................................................................Ciri Klinis Gingivitis

....................................................................................................10

3.3..................................................Perbedaan Gingiva dan Gingivitis

....................................................................................................12

BAB IV PENATALAKSANAAN GINGIVITIS ......................................... 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 18

5.2 Saran .................................................................................................... 18

5.3 Resep Obat ........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: Makalah Gingivitis

iv

Page 5: Makalah Gingivitis

BAB I

PENDAHULUAN

Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi gingival, dapat

terjadi pada anak-anak , orang dewasa, dan juga dapat terjadi pada masa remaja.

Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingival berupa

perubahan wama, konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran,

perubahan bentuk, pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.

Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi gingivitis akut,

gingivitis kronis dan gingivitis yang berkaitan dengan plak bakteri. Secara umum

penyebab penyakit gingiva terdiri dari faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal yang

terjadi di sekitar gigi dan jaringan periodontal, misalnya plak bakteri, material

alba, debris makanan, stain dental, kalkulus, karies, impaksi makanan. Faktor

sistemik yaitu faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh yang dapat

mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal.

Patogenesis dari penyakit periodontal berupa inflamasi kronis karena

adanya interaksi pejamu bakteri subgingiva, mekanisme pertahanan periodontium,

stadium awal respon pejamu, dan mekanisme timbulnya gingivitis dan

periodontitis. Patogenesis penyakit periodontal dari gingivitis dan periodantitis

terjadi dalam empat tahapan yaitu lesi inisial, lesi awal, lesi mantap, dan lesi

lanjut.

Penatalaksanaan gingivitis dilakukan pengukuran keparahan gingival.

Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingival, indeks

pendarahan papilla, dan indeks titik pendarahan. Dokter gigi menjalankan

profesinya sebagai dokter gigi haras mendiagnosa gingivitis sedini mungkin dan

melakukan perawatan yang adequat. Perawatan inisial merupakan satu-satunya

prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan, perawatan inisial mencakup

prosedur-prosedur yaitu instruksi kontrol plak, penskeleran dan penyerutan akar,

perbaikan restorasi yang cacat, penumpatan lesi karies dan pemolesan.

1

Page 6: Makalah Gingivitis

BAB II

GINGIVITIS SECARA UMUM

Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi.

Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa

perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan,

perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran, perubahan kontur/bentuk

pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.

Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi bakteri. Pada

awalnya organisme streptokokus gram positif mendominasi. Tetapi, setelah 3

minggu, spesies batang gram positif khususnya Actinomyces, organisme gram

negatif seperti Fusobacterium, Veillonella dan organisme-organisme spirochaetal

termasuk treponema berkoloni menempati sulkus gusi.

Gingivitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, juga terjadi

pada masa remaja, dan gingivitis tidak mempunyai predileksi, terhadqp jenis

kelaminatau ras.

2.1 Klasifikasi Gingivitis

Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi:

1. Gingivitis Akut

Gingivitis akut dibagi menjadi :

a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA

(Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis IANUG)

GUNA terbagi lagi menjadi:

- GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal

- GUNA yang berkaitan dengan H.I.V

b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis)

2. Gingivitis kronis

Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi:

a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated

gingivitis)

b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis)

2

Page 7: Makalah Gingivitis

c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis)

3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.

Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya

a. Gingivitis Lokalisata

Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi.

b. Gingivitis Generalisata

Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau

rahang bawah.

c. Gingivitis Marginalis

Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah

attached gingiva

d. Gingivitis Dims

Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta

papila interdental

e. Gingivitis Papilaris

Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginal

gingiva yang berbatasan.

Gambar 1 : Gineivitis marginaiis karena plak (Robert P. Langlais dart Crate 51 Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

3

Page 8: Makalah Gingivitis

Gambar 2. Papila-papila berkawah : Gingivitis Ulseratif Akut yang Nekrosis (ANUG) (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwama Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

Gambar 3. Gingivitis Hormonal pada Wanita Pubertas (Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim), (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

2.2 Etiologi Gingivitis

Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua

golongan yaitu:

a. Faktor lokal

b. Faktor sistemik

4

Page 9: Makalah Gingivitis

A. Faktor Lokal

Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan

periodontium

a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri

Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di

maksudkan dengan plak dental secara umum adalah bakteri yang

berhubungan dengan permukaan gigi.

b. Faktor Pendorong /predisposisi

Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong :

- Materia alba

Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari

mikroorganisme, leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan

deskuamasi dan partikel-partikel makanan. Materi ini bisa melekat

ke permukaan gigi maupun restorasi dan gingiva,

- Debris Makanan

Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris

makanan adalah partikel makanan yang bersisa di mulut akibat

tidak tuntas terlarutkan oleh enzim bakteri atau mekanis lidah, bibir

dan pipi.

- Stein Dental

Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada

permukaan gigi. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein

seperti: stein hitam (black stein) stein hijau (green stein) dan stein

jingga (orange stein)

- Kalkulus

Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak

bakteri yang telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi.

- Karies

Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah

ini mudah terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak

lainnya.

5

Page 10: Makalah Gingivitis

- Merokok

Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal

beragam, terdiri dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu

menghisap rokok. Stein tembakau akibat merokok dianggap

mempermudah penumpukan plak.

- Impaksi makanan (food impaction)

Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit

tersebut merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi

perkembangbiakan plak dan merupakan iritasi mekanis terhadap

periodontium

- Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry)

Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan

yang terlalu tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak

proksimal yang terbuka, tepi mahkota tiruan yang tidak baik,

restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak

baik kedudukannya, dan piranti orthodonti.

- Kontrol plak inadequat

Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak

dan deposit lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak

tersingkirkan dari perlekatannya.

- Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat

Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan

lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri

plak. Sebaliknya makanan yang kenyal dan berserat menghalangi

penumpukan plak.

- Trauma mekanis

Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga

lebih mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri

plak. Trauma mekanis ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi

yang salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan kuku.

6

Page 11: Makalah Gingivitis

- Trauma kimiawi

Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara

lokal pada gusi sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit

gigi maupun obat kumur yang keras serta obat-obatan yang bersifat

bisa menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva.

Faktor lokal fungsional:

Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan

bemapas dari mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para

fungsional serta oklusi yang traumatik

B. Faktor Sistemik

Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi

tubuh, yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab

lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin

(hormonal) meliputi : pubertas, kehamilan dan menopouse, gangguan dan

defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin dan defisiensi protein serta

obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperplasia

gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor

psikologis (emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus,

gangguan penyakit hematologis : leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit

yang melemahkan (debilatating disease)

2.3 Patogenesis Penyakit Periodontal

Patogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya penyakit dari tahap

awal sampai akhir. Tahapan patogenesis penyakit pada penyakit periodontal

berupa inflamasi kronis.

a. Interaksi pejamu bakteri pada daerah subgingiva

Secara normal daerah subgingiva dan permukaan gigi yang

berdekatan dihuni oleh bakteri dalam jumlah dan jenis yang bervariasi dan

membentuk plak bakteri/plak gigi (bakterial plague/dental plague).

Beberapa menit setelah terdepositnya partikel, partikel akan terpopulasi

dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi

7

Page 12: Makalah Gingivitis

biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada partikel dan agen bakteri

dapat menyelubungi glikoprotein saliva.

Plak bakteri dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh pejamu

(host) tanpa menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan adanya

keseimbangan antara serangan bakteri plak dengan mekanisme pertahanan

pejamu. Apabila bakteri tertentu dari plak bertambah jumlah dan

menghasilkan faktor-faktor virulensi, keseimbangan tersebut akan

terganggu dengan akibat timbulnya penyakit. Penyakit dapat pula timbul

akibat menurunnya mekanisme pertahanan pejamu.

b. Mekanisme pertahanan periodonsium

Pertahanan periodonsium dibangun oleh berbagai faktor seperti

integritas permukaan, saliva, cairan sulkus gingiva dan leukosit pada

daerah dentogingival, yang dikelompokkan sebagai mekanisme protektif

non spesifik dan sistem imunitas yang merupakan mekanisme protektif

spesifik.

c. Stadium awal respon pejamu

Pejamu akan memberikan respon terhadap penumpukkan bakteri

atau produk-produknya di dalam sulkus gingiva. Reaksi inflamasi akut ini

berupa respon vaskular dan respon seluler.

d. Mekanisme timbulnya gingivitis dan periodontitis

Gingivitis dan periodontitis, merupakan bagian terbesar dari

penyakit yang melibatkan periodonsium, merupakan infeksi bakterial

kronis. Bentuk dan perluasannya dipengaruhi oleh interaksi pejamu

bakteri. Bakteri patogen periodontal dapat menimbulkan penyakit secara

langsung maupun secara tidak langsung.

Patogenesis penyakit periodontal berupa inflamasi kronis (gingivitis dan

periodontitis) terjadi dalam empat tahapan yaitu lesi inisial (initial lesion), lesi

awal (early lesion), lesi mantap (esthabilished lesion) dan lesi lanjut (advanced

lesion), Ketiga lesi pertama adalah tahapan gingivitis, sedangkan lesi lanjut yang

disebut juga sebagai fase distribusi periodontal (phase of periodontal break down)

adalah tahapan periodontitis.

8

Page 13: Makalah Gingivitis

BAB III

CIRI-CIRI KLINIS GINGIVA NORMAL DAN GINGIVITIS

Ciri-ciri klinis gingiva normal lebih mudah dipahami apabila dikaitkan

dengan struktur mikrpskppisnya, Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya

inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan tekstur permukaan,

perubahan ukuran, perubahan kontur, pendarahan.

3.1 Ciri Klinis Gingiva Normal

Ciri klinis dari gingiva normal terdiri dari:

a. Warna gingival

Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral pink).

Warna gingiva dipengaruhi oleh pasokan vaskular, ketebalan dan derajat

keratinisasi epitel dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen.

b. Besar gingiva

Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel interseluler

serta vaskular. Jumlah elemen interseluler maupun pasok vaskuler pada

keadaan patologis menyebabkan pertambahan besar gingiva. Besarnya

gingiva merupakan gambaran yang umum dijumpai pada penyakit

gingival.

c. Kontour/bentuk gingiva

Kontour atau bentuk gingiva dipengaruh oleh bentuk gigi geligi

dan besar lengkung rahang, lpkasi dan besar area kontak proksimal

dimensi embasur gingiva dalam arah vestibular dan oral. Gingiva bebas

mengelilingi gigi seperti kerah baju mengikuti arah seperti busur

(arcatte/scalloped) pada pennukaan vestibular dan oral.

d. Konsistensi gingiva

Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilent).

Konsistensi gingiva cekat yang kaku disebabkan oleh papillanya banyak

mengandung serat kolagen dan melekat pada tulang alveolar, dan

berkonsistensi kaku karena adanya serat-serat gingiva.

9

Page 14: Makalah Gingivitis

e. Tekstur permukaan gigi

Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit

jeruk (stiplead/stipling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas

adalah licin. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur

seperti kulit jeruk, sedangkan bagian tepinya licin. Stippling timbul

sebagai adaptasi gingiva untuk menerima fungsi yang secara mikroskopis

disebabkan adanya protuberansia (penonjolan) dan depresi pada

permukaan gingiva.

3.2 Ciri Klinis Gingivitis

Ciri-ciri gingivitis mencakup pendarahan, perubahan warna, perubahan

konsistensi, perubahan tekstur permukaan, pembentukan konftu/bentuk,

perubahan saku gusi, resesi gingiva, halitosis dan rasa sakit.

a. Perdarahan

Perdarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau karena trauma

mekanis, misalnya sewaktu menyikat gigi. Terjadinya pendarahan gingiva

pada waktu probing merupakan tanda klinis gingivitis yang penting.

Pendarahan ini mudah terjadi karena inflamasi kronis menyebabkan

penipisan dan ulserasi epitel sulkus, dan pembuluh darah yang penuh

berisi darah menjadi rapuh dan terdesak oleh cairan dan sel radang

sehingga berada lebih dekat ke permukaan epitel sulkus.

b. Perubahan warna

Perubahan warna gingiva biasanya bermula pada papila interdental

dan gingiva bebas. Bila inflamasi bertambah parah terjadi perubahan

warna pada gingiva cekat Akibat inflamasi kronis warna gingiva yang

normainya merah jambu akan berubah menjadi sedikit merah sampai

merah tua karena terjadinya proliferasi vaskular dan berkurangnya

keratinisasi akibat terhimpitnya epitel oleh jaringan yang terinflamasi.

Terjadinya stasis venous menyebabkan warna gingiva menjadi merah

kebiru-biruan sampai biru, apabila vaskularisasi bericurang (berkaitan

dengan terjadinya fibrosis atau proses reparatif) warna gingiva terlihat

pueat atau hampir menyerupai warna normal.

10

Page 15: Makalah Gingivitis

c. Perubahan Konsistensi

Pada tahap awal konsistensi gingiva belum mengalami perubahan.

Konsistensi gingiva kemudian dapat berubah menjadi lunak dan

menggembung, serta berlekuk apabila ditekan. Hal ini adalah akibat

jaringan ikat gingiva diinfiltrasi oleh cairan dan sel-sel eksudai inflamasi.

Dalam tahap lanjut konsistensinya menjadi sangat lunak dan rapuh yang

mudah koyak apabila diprobing, Konsistensi yang demikian disebabkan

karena degenerasi jaringan ikat dan epitel gingiva. Bila inflamasi kronis

berlangsung lama terjadi fibrosis dan proliferasi epitel sehingga

konsistensi gingiva menjadi kaku seperti kulit.

d. Perubahan tekstur permukaan

Perubahan tekstur permukaan yang sering terlihat adalah hilangnya

tekstur seperti kulit jeruk, dan berubah menjadi licin dan berkilat karena

perubahan histopatologis yang terjadi didominasi oleh eksudasi. Tekstur

yang demikian terjadi pada gingiva yang berkonsistensi lunak. Perubahan

histopatologisnya didominasi oleh fibrosis, tekstur permukaannya adalah

bernodul-nodul.

e. Perubahan kontur/bentuk

Perubahan kontur gingiva pada gingivitis umumnya berkaitan

dengan terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement), meskipun

pembesaran gingiva ini juga bisa disebabkan oleh sebab-sebab lain

sebagaimana biasanya akibat pembesaran gingiva ini tepi giginya

membulat dan papila interdental menjadi tumpul.

f. Perubahan saku gusi

Pada gingivitis terjadi pembentukan saku gusi (gingival pseudo

pocket) yaitu sulkus gingiva yang dinding jaringan lunaknya terinflamasi

tanpa adanya migrasi epitel saku ke apikal. Perbedaan saku gusi dengan

sulkus gingiva adalah pada saku gusi terdapat tanda-tanda inflamasi

gingiva. Kedalamannya bisa tetap, tetapi bisa juga bertambah apabila

terjadi pembesaran gingiva atau naiknya tepi gingiva ke koronal.

11

Page 16: Makalah Gingivitis

g. Resesi

Resesi adalah tersingkapnya permukaan akar gigi akibat

bergesernya posisi gingiva ke apikal, bisa terjadi pada gingiva yang

terinflamasi apabila gingivanya tipis terutama bila gingiva cekatnya

inadequate

h. Halitosis

Halitosis atau nafas yang terasa bau sering dikeluhkan penderita

gingivitis, dan keluhan inilah yang sering menjadi alasan bagi pasien

untuk meminta perawatan. Penyebabnya adalah sisa makanan yang

tertinggal, dan eksudat radang. Halitosis yang disebabkan oleh gingivitis

harus dibedakan dengan yang disebabkan oleh sebab-sebab lain seperti

kelainan pada saluran pernafasan dan pencernaan dan penyakit-penyakit

metabolisme seperti^ diabetes melitus dan uremia.

i. Nyeri Sakit

Nyeri sakit jarang menyertai gingivitis pada tahap awal, kalaii

terjadi eksaserbasi akut, gingiva terasa nyeri waktu menyikat gigi karena

penderita menyikat giginya hanya dengan tekanan yang lebih ringan dan

lebih jarang menyikat gigi, sehingga plak lebih banyak menumpuk dan

kondisi penyakit bertambah parah.

3.3 Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis

Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu

(coral pink), tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V,

konsistensi yang kaku dan lenting, dan tekstur permukaannya yang seperti kulit

jeruk (stippling).

Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan

terjadi pendarahan, bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya

yang lunak dan rapuh, teksturnya yang licin dan mengkilat terbentuknya

pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya akar gigi, terjadinya

halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.

12

Page 17: Makalah Gingivitis

BAB IV

PENATALAKSANAAN GINGIVITIS

Sebelum melakukan perawatan gingivitis, dilakukan pengukuran

keparahan gingiva serta kaitannya dengan berbagai faktor yang

mempengaruhinya, dan diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks.

Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingiva (gingiva

index) , indeks pendarahan papilla (papillary bleeding index), dan indeks titik-titik

pendarahan (bleedingpoint index).

Guna indeks gingiva adalah untuk menilai derajat keparahan inflamasi.

Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi geligi yang diperiksa : papilla

distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingiva

oral. Skor untuk setiap gigi diperoleh dengan meajumlahkan skor untuk keempat

sisi yang diperiksa falu dibagi empat. Jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa

dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, maka diperoleh skor indek gingiva

untuk individu.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukankan dari skor

indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut:

Skors Indeks Gingiva Kondisi Gingiva

0,1 - 1,0

1,1-2,0

2,1-3,0

Gingivitis Ringan

GingtvitisSedang

GingivitisParah

Indek pendarahan papiia diketahui dengan cara pengamatan perdarahan

timbuf setelah prob diselipkan dari vestibular ke col sebeiah mesial dari gigi yang

diukur. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara

perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan mesiovestibular gigi. Prob

kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular. Prosedur ini

diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya. Setelah probing

pada semua gigi geligi selesai, dilakukan pencatatan skpr dengan kriteria sebagai

berikut:

13

Page 18: Makalah Gingivitis

0 = Tidak terjadi pendarahan

1 = Pendarahan berupa titik kecil

2 = Pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis

3 = Pendarahan menggenang di interdental

Presentase jumlah permukaan dengan pendarahan dihitung dengan rumus:

Indek Titik Pendarahan=Jumlah Permukaan Gigi dengan PendarahanJumlah Seluruh Gigi

x100%

Indeks titik-titik pendarahan sama dengan indeks pendarahan papilla yang

biasa digunakan diklinik, selain untuk pengukuran inflamasi gingiva dan

pelaksanaan prosedur hygiene oral juga sebagai media memotivasi pasien.

Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi harus

mendiagnosis gingivitis sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat,.

terutama bila kasusnya terungkap sedini mungkin, perawatan inisial merupakan

satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan.

Perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur:

a. Instruksi Kontrol Plak

Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang

benar. Penggunaan alat pembersih interdental belum dapat dilakukan

karena penggunaannya masih terhalang oleh deposit dan cacat

interproksimal yang belum tersingkirkan.

b. Penskeleran dan penyerutan akar

Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan

terinflamasi di sekitar saku periodontal yang dalam, prosedur

penskeleran supragingiva untuk menyirigkirkan kalkulus subgihgiva

harus didahulukan. Dengan pefskeleran supragingiva, gingivitis akan

mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada sesi selanjutnya

Pada permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat

sisa toksin bakteri, pada daerah ini harus dilakukan penyerutan akar

agar jaringan nekrose tersingkap.

c. Perbaikan restorasi yang cacat

Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung

eksplorer yang halus, yaitu dengan menggeserkan eksplorer naik turun

14

Page 19: Makalah Gingivitis

sepanjang tepi restorasi. Apabila terdapat tepi restorasi yang mengeper

terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari restorasi ke arah gigi

dan terasa ada hambatan.

Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat mungkin

digantikan dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap

dipertahankan agar perawatan inisal bisa cepat diselesaikan, bagian

yang mengeper harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin

yang mengeper dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal

atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya adalah dari bagian

restorasi yang mengeper ke arah gigi.

d. Penumpatan Lesi Karies

Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu

kesehatan periodontal, meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun

restorasi yang eacat disekitarnya. Penumpatan sebaiknya berupa

penumpatan tetap (permanen), namun pada keadaan tertentu

penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat

menyingkirkan tempat persembunyian bakteri.

e. Pemolesan

Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi,

penumpatan lesi karies, lakukan pemolesan. Pemolesan dilakukan

untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan aberasif yang dioles dengan

brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.

1. Kunjungan Pertama

Pada kunjungan pertama lakukan anamnesa untuk menentukan

keluhan utama pasien. Jelaskah kepada pasien bagaimana caira rhelakukan

kontrol plak. Hal tersebut mencakup sesuatu yang harus dilakukan

perawatan selanjutnya. Pada kunjungan pertama ini yang dilakukan adalah

memberikan penjelasan kepada pasien bahwa pasien telah menderita

penyakit gingiva dengan tanda-tanda klinis dari gingivitis, perubahan

konsistensi gingiva, perubahan tekstur permukaan, perubahan

kontur/bentuk, pembentukan saku gusi, terjadinya resesi gingiva, halitosis

bahkan bisa terjadinya nyeri sakit, jelaskan kepada pasien faktor-faktor

15

Page 20: Makalah Gingivitis

penyebabnya seperti plak bakteri, merokok, kalkulus, karies dan

perubahan pada gingiva sebaiknya dicatat indeks pendarahannya dan juga

indeks plak pada permukaan gigi dengan melakukan pewamaan plak

menggunakan disclosing solution. Indeks plak dihitung dengan ramus :

Indek Plak =Jumlah Permukaan dengan PlakJumlah Seluruh Permukaan x 4

x 100%

Langkah kedua dari perawatan ini adalah dengan menjelaskan

kepada pasien apa yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mengatasi

masalah yang dihadapi pasien dan apa yang haras dilakukannya untuk

menunjang perawatan yang dilakukan dokter gigi dan menjamin

keberhasilan perawatan.

Langkah ketiga adalah mengajari pasien cara-cara menjaga

kebersihan mulut dengan alat pembersih yang sesuai, sehingga pasien

yang telah termotivasi untuk memelihara kebersihan mulut mampu

melaksanakannya.

Langkah keempat adalah melakukan penyingkiran kalkulus

subgingiva. Setelah semua prosedur dilakukan, diberitahukan kepada

pasien tentang keparahan plak setiap kali kunjungan, agar pasien tetap

menyikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur dan mengkonsumsi

gizi seimbang, dan tetap kotrol setiap minggu

2. Kunjungan Kedua

Kondisi gingiva diperiksa kembali dengan disclosing-solution

untuk kembali dilakukan kontrol plak. Kemudian dilakukan lagi scalling

untuk menyingkirkan deposit-deposit plak. Dan perhatikan indeks

perdarahan apakah terdapat penurunan, Penyingkiran kalkulus dapat

dilanjutkan dengan penskeleran subgingiva dan penyerutan akar. Setelah

semua permukaan gigi terbatas dari kalkulus maka permukaan gigi

dikilatkan atau dipolis. Bila ada karies yang dekat ke gingiva, maka

sebaiknya dilakukan penumpatan karies, dan perbaikan restorasi

yangcacat. (2'5,9)

16

Page 21: Makalah Gingivitis

3. Kunjungan ke Tiga

Gingiva diperiksa dan kontrol plak ditinjau kembali. Perhatian

khusus diberikan pada area-area dimana inflamasi tetap menetap. Hal ini

biasanya mengakibatkan dilakukan scalling kembali. Tiap kunjungan tetap

dihitung indeks pendarahan, dan papilla calculus indeks, agar diketahui

perubahan dari pendarahan dan oral hygiene.

4. Kunjungan ke Empat

Pada kunjungan keempat dilakukan pengukuran indeks pefdarahan

dan kalkulus indeksnya. Jika hasil akhirnya menunjukkan angka dibawah

5 % berarti tidak adanya inflamasi. Perawatan dihentikan dan instruksikan

kepada pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya dan dilanjutkan

untuk melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi.

17

Page 22: Makalah Gingivitis

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Gingivitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada gingiva yang

disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Gingivitis sendiri diklasifikasikan

menjadi beberapa bagiah. Untuk ttiembedakan gingiva normal dan gingivitis,

diperlukan suatu indeks gingiva dan indek titik pendarahan (Papillary Bleeding

Index) agar bisa dibedakan dan diketahui gingiva normal atau tidak.

Perawatan dari gingiva meliputi tiga komponen yang dapat dilakukan

bersama:

1. Kontrol plak adekuat

2. Menghilangkan plak dan kalkulus

3. Memperbaiki faktor-faktor retensi plak

Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak tidak

dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki, membuat mulut

bebas plak temyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk

mencegah rekurensi deposit plak.

Untuk penunjang perawatan gingivitis diberikan obat kumur untuk

mempercepat penyembuhan, dan pasien harus memperhatikan gizi seimbang

5.2 Saran

Penyikatan gigi dengan metode bass dianjurkan untuk kebersihan

gingivitis sehari-harinya bagi pasien dengan ataix tanpa penyakit periodontal.

Sikat gigi yang digunakan adalah yang bulunya lunak sampai sedang. Penyikatan

dilakukan pada permukaan vestibular dan oral rahang atas dan rahang bawah.

Instruksikan kepada pasien untuk tetap kontrol ke dokter gigi enam bulan sekali.

18

Page 23: Makalah Gingivitis

Drg. Dwi PutriJl. Siteba No. 20Telp. 0751 xxxxxSip. xxxxxxx

Padang, 24 April 2012

R/Betadine gargle 150 mlS2dd M. et. verp

___________________________

R/Becom C 500 mgMF. Pulv dtd No X

S2dd Pulv I. PC___________________________

Pro : ………….Paraf drg.

Dwi Putri

5.3 Resep Obat

19

Page 24: Makalah Gingivitis

DAFTAR PUSTAKA

Dalimunte, S.H, Pengantar Periodontitis. Universitas Sumatera Utara Ed-1, 1996. Medan

Langlais RP, Miller Cs, Atlas Berwarna Kelainan Rongga mulut yang Lazim. Hipokrates, 1998. Jakarta

Leung W.K, Daniel. C, dkk. Toot Loss in Treated Periodntitis Patient Responsible for Their Suportive Care Arragement. Journal of Clinical Periodontologi, Ed-33, 2006. Hongkong