87
Halaman 1 Saat menjelang makan siang dikantornya, Ny C (27 th) merasa kurang sehat. Atasan dikantor menyarankan pulang dan pergi ke dokter. Ny. C pun izin pulang dan berobat ke klinik di dekat rumahnya. Saat bertemu dokter Ny. C menceritakan bahwa sejak 2 hari yang lalu ada batuk yang kering dan sakit tenggorokan, disertai sakit kepala dan nyeri otot. Sejak 1 hari yang lalu timbul demam dan keluar cairan dari hidung. Saat ini Ny C belum minum obat untuk mengurangi keluhannya. Selain itu, Ny C menceritakan bahwa teman-teman kerja dalam seruangannya yang sama juga mengalami keluhan serupa. Dokter pun memeriksa Ny C dan memberikan obat serta surat keterangan istirahat untuk tidak bekerja selama 1 hari. Sesampai dirumah, Ny C segera makan dan minum obat. Dia pun segera beristirahat. Halaman 2 Menjelang pagi Ny C merasakan lebih baik dari hari sebelumnya walaupun sesekali masih batuk dan pilek. Sakit kepala, sakit tenggorokan dan demam berkurang. Karena Page 1 of 87

Makalah Case I-1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

respiratory system

Citation preview

Halaman 1 Saat menjelang makan siang dikantornya, Ny C (27 th) merasa kurang sehat. Atasan dikantor menyarankan pulang dan pergi ke dokter. Ny. C pun izin pulang dan berobat ke klinik di dekat rumahnya. Saat bertemu dokter Ny. C menceritakan bahwa sejak 2 hari yang lalu ada batuk yang kering dan sakit tenggorokan, disertai sakit kepala dan nyeri otot. Sejak 1 hari yang lalu timbul demam dan keluar cairan dari hidung. Saat ini Ny C belum minum obat untuk mengurangi keluhannya. Selain itu, Ny C menceritakan bahwa teman-teman kerja dalam seruangannya yang sama juga mengalami keluhan serupa. Dokter pun memeriksa Ny C dan memberikan obat serta surat keterangan istirahat untuk tidak bekerja selama 1 hari. Sesampai dirumah, Ny C segera makan dan minum obat. Dia pun segera beristirahat.

Halaman 2 Menjelang pagi Ny C merasakan lebih baik dari hari sebelumnya walaupun sesekali masih batuk dan pilek. Sakit kepala, sakit tenggorokan dan demam berkurang. Karena

Page 1 of 66

Embriologi Sistem PernapasanSaat mudigah berumur 4 minggu, terbentuk divertikulum respiratorium (lung bud, tunas/bakal paru) sebagai suatu benjolan dari dinding ventral usus depan. Epitel lapisan dalam laring, trakea dan bronkus, serta paru, seluruhnya berasal dari endoderm. Komponen tulang rawan, otot dan jaringan ikat trakeal dan paru berasal dari mesoderm splanknik yang mengelilingi usus depan. Pada awalnya tunas paru mempunyai hubungan terbuka dengan usus depan. Namun, ketika divertikulum membesar ke arah kaudal, terbentuk dua hubungan longitudinal,

tracheosophageal ridge yang memisahkannya dari usus depan. Selanjutnya saat kedua bubungan tersebut menyatu untuk membentuk septum trakeoesofageale, usus depan dibagi menjadi bagian dorsal, esofagus, dan bagian ventral, trakea dan tunas paru. Primordium respiratorik mempertahankan hubungan terbukanya dengan faring melalui aditus laringitis.

Mudigah pada usia kehamilan sekitar 25 hari yang memperlihatkan hubungan divertikulum respiratorium dengan jantung, lambung dan hati.

Page 2 of 66

Hidung Minggu 6 Jaringan mesenkim mulai terbentuk, mulai tampak dinding lateral hidung Minggu 7 3 garis axial berbentuk lekukan bersatu membentuk 3 buah konka Minggu 9 terbentuk sinus maxilaris diawali oleh invaginasi meatus media. Dan juga terbentuk prosessus unsinatus dan bula ethmoidalis Minggu 14 pembentukan sel ethmoidalis anterior yang berasal dari invaginasi bagian atap meatus media. Dan sel ethmoidalis posterior yang berasal dari dasar meatus superior Minggu 36 dinding lateral hidung terbentuk dengan baik dan proporsi konka tampak jelas

LARINGLapisan dalam laring berasal dari endoderm, tetapi kartilago dan otot berasal dari mesenkim arkus faring (pharyngeal arches) keempat dan keenam. Akibat proliferasi yang cepat mesenkim ini, penampakan aditus laringis berubah dari celah sagital menjadi lubang berbentuk T. Selanjutnya, bentuk aditus laringis seperti orang dewasa sudah dapat dikenali

Page 3 of 66

ketika mesenkim dari kedua arkus berubah menjadi kartilago tiroidea, krikoidea dan aritenoidea. Pada saat kartilago terbentuk, epitel laring juga berproliferasi dengan cepat sehingga terjadi oklusi lumen untuk sementara. Kemudian terjadi vakuolisasi dan rekanalisasi yang menghasilkan sepasang resesus lateral, ventrikulus laringis. Cekungan ini dibatasi oleh lipatan-lipatan jaringan yang berdiferensiasi menjadi pita suara sejati dan palsu. Karena perototan laring berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam, semua otot laring dipersarafi oleh cabang-cabang saraf kranial ke sepuluh, nervus vagus. Nervus laringeus superiormenyarafi turunan arkus faring keempat, dan nervus laringeus rekurens menyarafi turunan arkus faring keenam.

TRAKEA, BRONKUS dan PARUSewaktu terpisah dari usus depan, tunas paru membentuk trakea dan dua kantong luar lateral, tunas bronkus. Pada awal minggu kelima, masing-masing tunas ini membesar untuk membentuk bronkus utama kanan dan kiri. Tunas sebelah kanan kemudian membentuk 3 bronkus sekunder, sedangkan kiri 2 bronkus, 3 lobus di sisi kanan dan 2 di sisi kiri. Seiring dengan perkembangan selanjutnya dalam arah kaudal dan lateral, tunas paru kemudian berkembang ke dalam rongga tubuh. Ruang untuk paru, kanalis perikardioperitonealis, cukup sempit. Saluran-saluran ini terletak di kedua sisi usus depan dan secara bertahap diisi oleh tunas paru yang terus membesar. Akhirnya lipatan pleuroperitoneum dan pleuroperikardium memisahkan kanalis perikardioperitonealis masing-masing dari rongga peritoneum dan rongga perikardium, dan ruang sisanya membentuk rongga pleura primitif. Mesoderm yang menutupi bagian luar paru, berkembang menjadi pleura viseralis. Lapisan mesoderm somatik, yang menutupi dinding tubuh dari bagian dalam menjadi pleura parietalis Ruang antara pleura parietalis dan viseralis adalah rongga pleura. Selama perkembangan selanjutnya, bronkus sekunder membelah berulang-ulang secara dikotomis, membentuk sepuluh bronkus tersier (segmentalis) di paru kanan dan delapan di kiri, menciptakan segmentum bronkopulmonale pada paru dewasa. Pada akhir bulan keenam telah terbentuk sekitar 17 generasi anak cabang. Namun, sebelum percabangan bronkus mencapai bentuk akhirnya, terbentuk enam cabang tambahan selama masa pascanatal. Pembentukan cabang-cabang diatur oleh interaksi epitel-mesenkim antara endoderm tunas paru dan mesoderm spalnknik yang mengelilinginya.Page 4 of 66

Human embryo (CRL 4.3 mm, Week 4-5)

A.5 minggu B. 6 Minggu C. 8 minggu

Page 5 of 66

PEMATANGAN PARUSampai bulan ketujuh pranatal, bronkiolus terus bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin banyak dan semakin kecil (periode kanalikular), dan jumlah pembuluh darah terus meningkat. Pernapasan sudah dapat berlangsung ketika sebagian dari sel bronkiolus respiratorius yang berbentuk kuboid berubah menjadi sel gepeng tipis. Sel-sel ini menempel erat dengan sejumlah besar kapiler darah dan limfe, dan ruang di sekitarnya sekarang dikenal sebagai sakus terminalis atau alveolus primitif. Selama bulan ketujuh, jumlah kapiler sudah memadai untuk menjamin pertukaran gas yang adekuat, dan bayi prematur sudah dapat bertahan hidup.

Page 6 of 66

Selama 2 bulan terakhir kehidupan pranatal dan selama beberapa tahun selanjutnya, jumlah sakus terminalis terus meningkat. Selain itu, sel-sel yang melapisi sakus yang dikenal dengan sel epitel alveolus tipe I, menjadi lebih tipis sehingga kapiler di sekitarnya menonjol ke dalam sakulus alveolaris. Hubungan erat antara sel epitel dan endotel ini membentuk sawar darahudara. Alveolus matur belum ada sebelum lahir. Selain sel endotel dan epitel gepeng alveolus, pada akhir bulan keenam terbentuk jenis sel lain. Sel ini, sel epitel alveolus tipe II menghasilkan surfaktan, suatu cairan kaya fosfolipid yang dapat menurunkan tegangan permukaan dipertemuan udara-alveolus.

Jaringan paru pada janin. Sel epitel gepeng yang tipis (sel epitel alveolus tipe I) serta kapiler di sekitarnya yang menonjol ke dalam alveolus matur.

Sebelum lahir, paru dipenuhi oleh cairan yang banyak mengandung klorida, sedikit protein, sebagian mukus dari kelenjar bronkus, dan surfaktan dari sel epitel alveolus tipe II. Jumlah surfaktan dalam cairan meningkat, terutama selama 2 minggu terakhir sebelum lahir. Gerakan bernapas janin dimulai sebelum lahir dan menyebabkan aspirasi cairan amnion. Gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan paru-paru dan mengkondisikan otot pernapasan. Ketika pernapasan mulai saat lahir, sebagian besar cairan paru cepat diserap oleh kapiler darah dan limfe, dan sejumlah kecil mungkin dikeluarkan melalui trakea dan bronkus selama proses kelahiran. Ketika cairan diserap dari sakulus alveolaris, surfaktan tetap mengendap sebagai lapisan fosfolipid tipis di membaran sel alveolus. Saat udara masuk kePage 7 of 66

alveolus ketika bayi pertama kali bernapas, lapisan surfaktan mencegah terbentuknya pertemuan antara udara dan air (darah) yang memiliki tegangan permukaan tinggi. Tanpa lapisan surfaktan yang mengandung lemak ini alveolus akan kolaps sewaktu ekspirasi (atelektasis). Gerakan bernapas setelah lahir mambawa udara masuk ke dalam paru yang mengembangkan dan mengisi rongga pleura. Meskipun ukuran alveolus agak bertambah, pertumbuhan paru setelah lahir terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah bronkiolus respiratorius dan alveolus. Diperkirakan bahwa saat lahir terdapat hanya 1/6 dari jumlah alveolus dewasa. Alveolus sisanya terbentuk selama 10 tahun pertama kehidupan paskanatal melalui pembentukan alveolus primitif baru yang berlangsung terus menerus.

Pematangan Paru Periode 5-16 minggu Pembentukan cabang berlanjut untuk membentuk bronkiolus pseudoglandular terminalis. Belum ada bronkiolus respiratorius atau alveolus. Periode kanalikular 16-26 minggu Masing-masing bronkiolus terminalis bercabang-cabang menjadi 2 atau lebih bronkiolus respiratorius, yang selanjutnya bercabang-cabang menjadi 3-6 duktus alveolaris.

Periode sakus terminalis

16 minggu- Terbentuk sakus terminalis (alveolus primitif) dan kapiler lahir membentuk kontak erat.

Periode alveolar 8 bulanAlveolus matur telah memiliki kontak epitel-epitel (kapiler) yang masa kanak- sempurna. kanak

Page 8 of 66

Page 9 of 66

ANATOMIA RESPIRATORIA Sistem respiratoria adalah susunan alat-alat tubuh yg memegang peranan dalam respiratio (pernapasan). Sistem respiratoria terbagi menjadi Tractus respiratorius Pars superior tractus respiratorius : cavum nasi; pharynx Pars inferior tractus respiratorius : larynx; trachea; bronchus dan percabangannya Organa respiratoriae Pulmo (dext et sins)

Gambar 1; Seeleys Principal Anatomy and Physiology ed 2

Lokasi : sistem respiratorius terdapat di dalam cavum thoracis, kecuali pars superior tractus respiratorius dan sebagian dari pars inferior tractus respiratorius.

Page 10 of 66

1. Hidung Hidung terdiri atas nasus externus (hidung luar) dan cavum nasi.

Gambar 2 ; atlas anatomi Sobotta I

Nasus externus mempunyai ujung bebas yg dilekatkan ke dahi melalui radix nasi atau jembatan hidung. Lubang hidung nares Setiap nares di batasi oleh ala nasi (lateral) serta septum nasi (medial). Rangka penyusun hidung : os nasale, processus frontalis ossis maxillaris dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah os nasale terdpt rangka2 hidung yg terbentuk dari lempeng-lempeng tulang rawan : cartilago nasi superior, cartilago nasi inferior, cartilago septum nasi.

Page 11 of 66

Gambar 3 ; atlas anatomi Sobotta

Cavum nasi terbentang dari nares (di depan) sampai choanae. Rongga ini dibagi oleh septum nasi dextra/sinistra Tiap sisi memiliki atap, dasar, dinding lateral dan dinding medial. Dasar : dibentuk oleh processus palatinus maxillae dan lamina horizontalis ossis palatini, yaitu permukaan atas palatum durum.

Gambar 4 ; atlas anatomi Sobotta I

Atap : sempit dan dibentuk oleh corpus ossis sphenoidale, lamina cribrosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale dan cartilagines nasi.

Page 12 of 66

Gambar 5 ; atlas anatomi Sobotta I

Dinding lateral : ditandai dg 3 tonjolan disebut concha nasalis superior, media, inferior. Dibawahnya terdapat meatus.

Gambar 6 ; atlas anatomi Sobotta I

Dinding medial : (septum nasi) adlh sekat osteocartilago yg ditutupi oleh membrana mukosa. Page 13 of 66

Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendicularis os ethmoidale dan bagian posteriornya dibentuk oleh os vomer. Bagian anterior dibentuk oleh cartilago septi. Membrana mukosa Membrana olfaktorius : melapisi permukaan atas concha nasalis sup dan recessus sphenoethmoidale; juga melapisi daerah cavum nasi yg berdekatan dg atap. Fungsinya utk menerima rangsangan penghidu krn ada n. Olfaktorius pada lamina cribosa dan berakhir pada bulbus olfactorius. Permukaan membrana mukosa tetap basah oleh sekret kelenjar serosa yg berjumlah banyak. Membrana respiratorius : melapisi bagian bawah cavum nasi. Fungsinya utk menghangatkan, melembabkan dan membersihkan udara inspirasi. Menghangatkan terjadi karena adanya pleksus venosus di daiam jaringan submukosa. Melembabkan terjadi karena banyaknya mukus yg dihasilkan oleh kelenjar2 dan sel2 goblet. Membersihkan udara inspirasi partikel2 debu akan menempel pada permukaan mukosa yg basah dan lengket. Mukus yg tercemar ini akan terdorong terus menerus dg cillia dari sel2 silindris bercilliae yg meliputi permukaan. Sampai di pharynx ditelan. Inervasi cavum nasi N olfaktorius Saraf2 sensasi umum berasal dari n opthalmica dan n trigeminus maxillaris Vaskularisasi cavum nasi Suplai arteri : terutama berasal dari cabang2 a maxillaris. Cabang pentingnya adalah a sphenopalatina yg beranastomosis dg cabang dari a fascialis di daerah vestibulum. Vena : membentuk plexus yg luas di dalam submucosa. Plexus ini dialirkan oleh vena2 yg menyertai arteri. Pembuluh limfatik nodi submandibularis; nodi cervicales profundi.

Page 14 of 66

2. Sinus Paranasale Sinus paranasalis adalah rongga2 yg terdapat di dalam os maxilla, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale (ant,med,post). Sinus2 ini dilapisi oleh mucoperiosteum dan berisi udara serta berhubungan dg cavum nasi melalui apertura. Sekret2 yg dihasilkan oleh kelenjar2 di dalam membrana mukosa diddorong ke dalam hidung dg bantuan cillia sel silindris. Alirannya jg dipengaruhi olh tenaga menyedot saat buang ingus.

Fungsi : Resonator suara Mengurangi berat tengkorak (bila muara tersumbat atau sinus terisi cairan, kualitas suara jelas berubah)

3. Faring Lokasi : dibelakang cavum nasi, mulut dan larynx. Deskripsi : bentuknya mirip corong dgn bagian atas yg melebar terletak dibawah cranium dan bagian bawahnya lama2 menyempit sbg esophagus setinggi vertebrae cervicalis 6. Dindingnya musculomembranosa, terdiri dari 3 lapisan yaitu mukosa, fibrosa dan muskular.

Page 15 of 66

Otot-otot faring : m. constrictor pharyngis (superior, medius, inferior) yg serabutnya berjalan melingkar, dan m. stylopharyngeus serta m. salphingopharyngeus yg serabutnya berjalan hampir longitudinal. Nasopharynx Atap : dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Terdapat kumpulan jaringan limfoid yg disebut tonsila pharyngealis, terdapat di dalam submukosa daerah ini. Dasar : dibentuk o/ permukaan palatum molle yg miring. Dind anterior : dibentuk o/ apertura nasalis posterior, dipisahkan oleh pinggir posterior septum nasi. Dind posterior : membentuk permukaan miring yg berhubungan dengan atap. Dind lateral : pada tiap2 sisi mempunyai muara tuba auditiva ke pharynx. Pinggir posterior tuba membentuk elevasi yg disebut elevasi tuba. M. salphingopharyngeus yg melekat pada pinggir bawah tuba, membentuk lipatan vertikal pada membrana mukosa yg disebut plica salphingopharyngeus. Oropharynx Atap : dibentuk dibawah permukaan palatum molle. Terdapat kumpulan kecil

jaringan limfoid di dalam submukosa permukaan bawah palatum molle. Dasar : dibentuk oleh sepertiga posterior lidah (yg hampir vertikal) dan celah antara lidah dan permukaan anterior epiglotis. Dind anterior : terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus oropharynx. Dind posterior : disokong oleh corpus vertebrae cervicalis 2 dan 3. Dind lateral : terdapat arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus dengan tonsilla palatina dibawahnya. Page 16 of 66

Fossa tonsillaris adalah sebuah daerah segitiga pada dinding lateral oropharynx di antara arcus2 dan ditempati oleh tonsilla palatina.

Laryngopharynx Dind anterior : dibentuk o/ aditus laryngis dan membrana mukosa. Dind posterior : disokong o/ corpus vertebrae cervicalis 3, 4, 5 dan 6. Dind lateral : disokong o/ cartilago thyroidea dan membrana thyroidea.

Persarafan pharynx Berasal dari plexus pharyngeus yg dibentuk oleh cabang2 n. glossopharyngeus (IX), n. vagus (X) dan n. sympathicus. Persarafan motorik : berasal dari n. acessorius pars cranialis, yg berjalan melalui cabang n. Vagus menuju ke plexus pharyngeus dan mempersarafi otot2 pharynx kecuali m. stylopharyngeus (n. glossopharyngeus). Persarafan sensorik : membrana mucosa dipersarafi n. maxillaris (NP), n glossopharyngeus(OP) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus. Vaskularisasi pharynx Arteri : berasal dari cabang2 a. pharyngea ascendens, a. palatina ascendens, a. fascialis, a. maxillaris dan a. lingualis. Vena : bermuara ke plexus venosus pharyngeus yg kemudian bermuara ke v. jugularis interna. Aliran limfe pharynx Nodi lymphoidei cervicales profundi.

4. Laring Larynx adlh organ khusus yg mempunyai sphincter pelindung pada pintu masuk jalan napas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Di atas berhubungan langsung dg laryngopharynx dan dibawah dilanjutkan sebagai trachea. Kerangkanya terbentuk oleh bbrp cartilago, yg dihubungkan oleh membran dan ligamentum dan digerakan oleh otot. Larynx dilapisi oleh membrana mucosa.

Page 17 of 66

Cartilago thyroidea terdiri dari dua lamina cartilago hyalin yg bertemu di garis tengah pada tonjolan sudut v, yaitu jakun (Adams apple). Pinggir posterior dari tiap lamina menjorok ke atas membentuk cornu superior dan ke bawah membentuk cornu inferior. Pada permukaannya terdapat perlekatan otot m. sternothyroideus, m. thyrohyoideus dan m. constrictor pharyngis inf. Cartilago cricoidea berbentuk cincin cartilago yg utuh. Letaknya di bawah c. thyroidea. Cartilago ini memiliki arcus ant yg sempit dan lamina post yg lebar. Pada masing2 lateral terdapat fascies articularis sirkular tempat bersendi dg cornu inferior c. thyroidea. Pada pinggir atas masing2 sisi terdapat fascies articularis utk bersendi dg basis c. arytenoidea. Semua sendi ini adl sendi synovial.

Cartilago arytenoidea adl cartilago kecil, 2 buah dan berbentuk pyramid. Letaknya di belakang larynx dan pinggir atas c. cricoidea. Masing2 memiliki apex dan basis nya. Apex menyangga c. corniculata. Basis bersendi dengan c. cricoidea. Pada basis terdapat 2 tonjolan. Proc vocalis arahnya horizontal ke depan. Tempat melekatnya lig vocale.

Page 18 of 66

Proc muscularis menonjol ke lateral dan merupakan tmpt melekatnya m cricoarytenoidea lateralis dan post.

Cartilago corniculata adl 2 nodulus kecil yg bersendi dg apex cartilaginis arytenoidae dan merupakan tempat perlekatan plica aryepiglottica. Cartilago cuneiformis adl 2 cartilago kecil berbentuk batang yg terletak sedemikian rupa sehingga masing2 terdapat di dlm satu plica aryepiglottica. Cartilago ini berfungsi menyokong plica tersebut. Epiglottis adl sebuah cartilago elastis berbentuk daun yg terletak di belakang radix linguae. Di depan berhubungan lgsg dg ossis hyoidea dan di blkg berhubungan dg cartilago thyroidea. Sisi epiglottis berhubungan dg c. arytenoidea mll plica aryepiglottica. Pinggir atasnya bebas dan dilapisi oleh membrana mucosa. Disini terdapat plica glossoepiglottica mediana dan lateralis.

Valleculae adl cekungan pada membrana mucosa di kanan dan kiri plica glossoepiglottica.

Membrana dan Lig Larynx Membrana thyrohyoidea menghubungkan cartilago thyroidea dg os hyoideum cornu majus. Membrana yg menebal akan membentuk ligamentum thyrohyoideum (medial/lateral). Pada kedua sisi, membran ini ditembus oleh a. v. laryngea sup dan n. laryngeus int. Lig cricotracheale menghubungkan pinggir bawah cartilago cricoidea dg cincin trachea pertama. Membrana fibroelastica laryngis terletak di bawah membrana mucosa yg melapisi larynx. Bagian atas membrana disebut membrana quadrangularis yg terbentang antara epiglotis dan c. arytenoidea. Di bawahnya membentuk lig vestibulare. Bagian bawah membrana fibroelastica disebut lig cricothyroideum (menghubungkan c. cricoidea dan c. thyroidea). Pinggir atasnya ka/ki menebal dan membentuk lig vocale.

Aditus Laryngis pintu yg berhubungan lgsg dg laryngopharynx. Dibatas pada bagian atas oleh epiglotis. Lateralnya dibatasi oleh plica aryepiglottica (lip membranosa yg

Page 19 of 66

menghubungkan epiglottis dg c arytenoidea). Di post dan bawah, membrana mucosa membentang antara kedua c arytenoidea. Cavitas Laryngis terbentang dari aditus sampai ke pinggir bawah c cricoidea dan di bagi menjadi 3 bagian: Bagian atas (vestibulum) : terbentang dari aditus laryngis sampai ke plica vestibularis. Plica vestibularis yg berwarna merah muda menonjol ke medial. Rima vestibuli adl celah antara plica tersebut. Lig vestibularis letaknya di dlm plica vestibularis. Bagian tengah : terbentang dari plica vestibularis sampai setinggi plica vocalis. Plica vocalis berwarna putih dan berisi lig vocale. Rima glottidis adl celah antara plica vocalis di depan dan proc vocale cartilagines arytenoidea di blkg. Bagian bawah : terbentang dari plica vocalis sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea.

Otot2 Larynx Otot2 ekstrinsik (otot2 elevator dan depresor kerjanya berlawanan). Larynx tertarik pada proses menelan dan seterusnya. Otot elevator larynx meliputi m. digastricus, m. stylohyoideus, m. mylohyoideus, dan m. geniohyoideus, m. stylopharyngeus, m. salphingopharyngeus dan m.

palatopharyngeus. Otot depresor larynx meliputi m. sternothyroideus, m. sternohyoidea dan m. omohyoideus. Page 20 of 66

Otot2 intrinsik Yg mengendalikan aditus laryngis Yg menggerakan plica vocalis Fungsi sphincter larynx : terdapat 2 sphincter pada larynx yaitu pada aditus laryngis dan rima glodittis. Sphincter pada aditus laryngis berperan pada saat menelan aditus menyempit, epiglottis terdorong ke belakang bolus terdorong ke esofagus. Sphincter rima glottidis berperan pada saat bersin atau batuk. Stlh inspirasi, plica vocalis adductio dan otot2 ekspirasi berkontraksi kuat tek di thorax meningkat dan bersamaan dg plica vocalis yg mendadak abduksi pelepasan mendadak udara yg terkompresi sering melepaskan partikel asing atau mukus dari saluran pernapasan. Pembentukan suara di dalam larynx Pelepasan udara respirasi yg terputus2 melalui plica vocalis yg sedang aduksi akan menggetarkan plica tersebut dan menimbulkan suara. Frekuensi atau tinggi suara ditentukan oleh perubahan panjang dan tegangan lig vocale. Kualitas suara bergantung dari resonator di atas larynx; pharynx, mulut dan sinus paranasale. Kualitas suara dikendalikan oleh otot2 palatum molle, lidah, dasar mulut, pipi, bibir dan rahang. Inervasi Larynx Saraf sensorik n. laryngeus internus (cabang dari n. vagus) dan n. laryngeus reccurens. Saraf motorik n laryngeus reccurens, kecuali m. cricothyroideus yg dipersarafi oleh ramus laryngeus ext dari n. laryngeus sup (n. vagus). Vaskularisasi Larynx Sebagian suplai ke bag atas larynx a. thyroidea sup Suplai ke bag bawah larynx a. thyroidea inf

Aliran Limfatik Larynx Nodi lymphoidei cervicales profundi

5. Trakea Trachea merupakan pipa silinder yg rigid dengan panjang 11-12 cm dan diameter 2,5 cm. Tersusun dari 16-20 cincin tulang rawan berbentuk C yg terbuka pada bagian belakangnya. Trachea berhubungan dg esofagus melalui membrana fibroelastica.

Page 21 of 66

Didalamnya terdapat pseudostratified ciliated columnar epithelium yg ada sel goblet dan memproduksi mukus; serta terdapat juga cilia yg memicu refleks bersin/batuk. Trachea berpangkal dari bawah c cricoidea hingga thorax setinggi angulus sterni (tautan manubrium dan corpus sterni). Trachea bifurcatio trachea (carina) bronchus principalis (dext et sins) Inervasi trachea : berasal dari cabang2 nervus vagus, nervus laryngeus reccurens dan truncus sympathicus saraf2 ini mengurus otot trachea dan membrana mucosa yg melapisi trachea.

Trakea

0

Trachea adalah tuba yang dapat bergerak dengan panjang kurang lebih 5 inci (13 cm) dan berdiameter 1 inci (2,5 cm).

Page 22 of 66

0 0 0

Mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok balok cartilago hialin yang berbentuk huruf U. Trachea berpangkal di leher, dibawah cartilago cricoidea larynx setinggi corpus vertebrae cervicalis VI. Ujung bawah trachea terdapat di dalam thorax setinggi vertebrae thoracica IV dan membelah menjadi bronchus principalis dextra dn sinistra.

Hubungan trakea dengan struktur lain di dalam mediastinum superius thorax 0 0 0 0 Anterior : Sternum, thymus, vena brachiocephalica sinistra, truncus brachiocephalica, arteri carotis cummunis sinistra dan arcus aorta. Posterior: Oesophagus. Dextra : Vena azygos nervus vagus dextra dan pleura. Sinistra : Arcus arotae, arteri carotis communis sinistra dan arteri subclavia sinistra, nervus vagus sinistra dan pleura.

Persarafan Trachea 0 0 Saraf-sarafnya adalah cabang-cabang nervus vagus, nervus laryngeus recurrens dan truncus symphaticus. Saraf=saraf ini mengurus otot trakhea dan membran mucosa yang melapisi trachea.

Bronkus

Page 23 of 66

0 0 0 0

Bronchus principalis dextra lebih besar, lebih pendek dan lebih vertikal dibanding dengan bronchus principal sinistra dan panjangnya kurang lebih 1 inci (2,5 cm). Sebelum masuk ke dalam hilum pulmonis, bronchus principal dexter mempercabangkan bronchus lobaris superior dexter. Saat masuk ke hilum, bronchus principalis dexter membelah menjadi bronchus lobaris medius dan bronchus lobaris inferior. Bronchus principalis sinister lebih sempit, lebih panjang dan lebih horizontal dibandingkan dengan bronchus principal dexter dan panjangnya kurang lebih 2 inci (5 cm). Pada waktu masuk ke hilum pulmonalis sinistra, bronchus principalis sinister bercabang menjadi bronchus lobaris superior sinister dan bronchus lobaris inferior sinister.

0

Pulmo

Page 24 of 66

0 0 0

Pulmo berbentuk seperti pons dan sangat elastis. Benbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura visceralis dan terdapat bebas di dalam cavitas pleuranya masing-masing. Mempunyai apex pulmonis sekitar 1 inci diatas clavicula dan basis pulmonis yang terdapat di rongga diaphragma. Sekitar pertengahan facies mediastinalis terdapat hilum pulmonalis, yaitu suatu cekungan tempat bronkus, pembuluh darah dan saraf yang membentuk radix pulmonalis masuk dan keluar dari paru. Margo anterior paru tipis dan meliputi jantung. Pada margo anterior sinister terdapat incisura cardiaca pulmonis sinistra. Pinggir posterior tebal dan terletak disamping columna vertebralis.

0 0 0

Pulmo Dextra

Page 25 of 66

0

Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dextri menjadi tiga lobus : lobus superior, lobus medius, lobus inferior. Fissura obliqua berjalan dari pinggir inferior ke atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong pinggir posterior sekitar 2,5 inci dibawah apex pulmonalis Fissura horizantalis berjalan horizontal menyilang permukaan costalis setinggi cartilago costalis IV dan bertemu dengan fissura obliqua pada linea axillaris media. Lobus medius merupakan lobus kecil berbentuk segitiga yang dibatasi oleh fissura horizontalis dan fissura obliqua.

0

0 0

Pulmo Sinistra 0 0 Pulmo sinister dibagi oleh fissura obliqua dengan cara yang sama menjadi dua lobus, lobus inferior dan lobus superior. Pada pulmo sinister tidak ada fissura horizontalis.

Segmenta Bronchopulmonalis

0 0 0

Setiap bronchus lobaris (sekunder) yang berjalan ke lobus paru mempercabangkan bronchus segmentale (tertier). Setiap bronchus segmentalis masuk ke unit paru dan membentuk segmenta bronchopulmonalia yang dikelilingi oleh jaringan ikat. Bronchus segmentalis diikuti oleh sebuah cabang arteri pulmonalis, tetapi pembuluhpembuluh balik ke vena pulmonalis berjalan didalam jaringan ikat di antara segmenta bronchopulmonal yang berdekatan. Setelah masuk segmenta bronchopulmonal, broncus segmental segera membelah. Bronchi yang paling kecil membelah menjadi dua dan disebut bronkiolus, yang diameternya kurang dari 1 mm.Page 26 of 66

0 0

0 0

Bronkiolus tidak memiliku cartilago didalamnya dan dibatasi oleh lapisan epitel bersilia. Bronkiolus kemudian berubah menjadi bronkioli terminale yang berakhir dengan bercabang sebagai ductus alveolaris yang menuju ke arah pembuluh pembuluh berbentuk kantung dengan dinding yang tipis yang disebus saccus alveolaris. Saccus alveolaris terdiri dari beberapa alveoli yang terbuka ke satu ruangan dan masing-masing di kelilingi oleh jaringan kapiler yang padat. Pertukaran gas terjadi antara udara yang terapat di dalam lumen alveoli ke dalam darah yang ada di dalam kapiler sekitarnya.

0 0

Perdarahan Pulmo 0 0 0 0 Bronchi, jaringan ikat paru dan pleura visceralis menerima darah dari arteri bronchiale yang merupakan cabang dari aorta descenden. Vena bronchiales mengalirkan darahnya ke vena azygos dan vena amiazygos. Alveoli menerima darah terdeoksigenasi daei cabang cabang terminal arteri pulmonalis. Darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler kapiler alveoli masuk ke cabang cabang vena pulmonale dan bermuara ke dalam atrium sinistrum cor.

Page 27 of 66

Persarafan Paru pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas serabut eferen dan aferen saraf otonom Plexus dibentuk dari cabang-cabang truncus simphaticus dan menerima serabutserabut parasimpatis dari nervus vagus serabut eferen simpatis mengakibatkan bronkodilatasi dan vasokonstriksi Serabut eferen parasimpatis mengakibatkan bronkokonstriksi, vasodilatasi, peningkatan sekresi kelenjar Impuls aferen yang berasal dari mukosa bronchus dan reseptor regang pada dinding alveoli berjalan ke SSP dalam saraf simpatis dan parasimpatis

Aliran Limfe Paru Berasal dari plexus superfisialis nodi bronchopulmonales dan plexus profundus ( tidak terdapat pd dinding alveoli ) nodi intrapulmonales Semua cairan limfe paru nodi tracheobronchiales truncus lymphaticus bronchomediastinalis

Page 28 of 66

Page 29 of 66

HISTOLOGISistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah. Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama: 1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis 2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus. Saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi. Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu: - sel silindris bersilia - sel goblet mukosa - sel sikat (brush cells) - sel basal - sel granul kecil Menggambarkan komponen utama dari epitel respirasi

Rongga Hidung Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis.

Page 30 of 66

Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis

Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan Konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui.

Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Page 31 of 66

Sinus Paranasalis Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandungsel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikitkelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung

Faring Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.

Laring Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan Permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Page 32 of 66

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa Serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbedabeda

Trakea Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet Sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing, sedangkan Tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

Page 33 of 66

Bronkus Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea, pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin. Sediaan dinding bronkus yang memperlihatkan epitel respirasi dengan sel goblet dan sel-sel silindris bersilia. Jaringan ikat lamina propia mengandung kelenjar serosa dan otot polos (SM). Dibagian bawah terlihat potongan besar besar tulang hialin.

Bronkiolus Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel

Page 34 of 66

Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor Epitel bronkiolus terminalis, tidak ditemukan adanya tulang rawan dan kelenjar campur pada lamina propria Sel Clara

Bronkiolus Respiratorius Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus

Duktus Alveolaris Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya pengembanganPage 35 of 66

secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis. Alveolus Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat. Sel tipe I, sel alveolus gepeng merupakan sel yang sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sel tipe II tersebar diantara sel2 alveolus tipe I. Pada sediaan histologi, sel2 tipe II menampilkan cirisitoplasmanya bervesikel khas atau berbusa. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) yang menurunkan tegangan permukaan alveolus dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.

Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.Page 36 of 66

Sawar darah udara dibentuk dari lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus, lamina basalis, dan sitoplasma sel endothel. Sebagian septum interalveolar yang memperlihatkan sawar udara darah. Untuk mencapai eritrosit, O menerobos lapisan permukaan, sitoplasma epitel alveolus dan plasma.

Page 37 of 66

FISIOLOGI SISTEM RESPIRASII. PENGERTIAN RESPIRASI Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu : Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh. Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu : 1. Respirasi / Pernapasan Dada Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut Tulang rusuk terangkat ke atas Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan. 2. Respirasi / Pernapasan Perut Otot difragma pada perut mengalami kontraksi Diafragma datarPage 38 of 66

Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru. Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara. Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah. Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia : Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2 Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2 Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2 Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2 Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.

Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy. Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas: 1. Hidung 2. Faring 3. Trakea 4. Bronkus 5. Bronkiouls 6. paru-paru II. Alat alat pernapasan pada manusia 1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap bendaPage 39 of 66

asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung. 2. Faring (Tenggorokan) Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.

Page 40 of 66

3. Batang Tenggorokan (Trakea) Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus). 4. Pangkal Tenggorokan (laring) Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara. 5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus) Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabangcabang lagi menjadi bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paruPage 41 of 66

atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. 6. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paruparu ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

Kapasitas Paru-Paru

Page 42 of 66

Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan biasa kirakira 500 ml. ketika menarik napas dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml. Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria. Pertukaran Gas dalam Alveolus Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.

Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan karnbondioksida keluar.

III. Proses Pernafasan Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga

Page 43 of 66

udara keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil. Jenis Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut. Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan.(1) Pernapasan dada terjadi karena kontraksi otot antar tulang rusuk, sehingga tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada membesar serta tekanan udara menurun (inhalasi).Relaksasi otot antar tulang rusuk, costa menurun, volume kecil, tekanan membesar (e kshalasi). (2) Pernapasan perut terjadi karena kontraksi /relaksasi otot diafragma ( datar dan melengkung), volume rongga dada membesar , paru-paru mengembang tekanan mengecil (inhalasi).Melengkung volume rongga dada mengecil, paru-paru mengecil, tekanan besar/ekshalasi.

IV. Organ-Organ Pernafasan Pada Manusia 1. Hidung Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh. 2. Faring Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dsri ronggs hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernafasan dan makanan. 3. Laring Laring/pangkal batang tenggorokan / kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis, (tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam. 4. Trakhea Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk hurup C pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna

Page 44 of 66

untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penafasan. 5. Bronkus Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit 6. Bronkiolus Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus. 7. Alveolus Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapilerkapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi. 8. Paru-paru Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus. Diantara selaput dan paruparu terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan Paru-paru kanan o berlobus tiga o Bronkus kanan bercabang tiga Paru-paru kiri o berlobus dua o Bronkuis kiri bercabang dua o Posisinya lebih mendatar Dibungkus oleh lapisanpleura yang berfungsi menghindari gesekan saat bernafas mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru

disebabkan karena adanya perubahan tekana rongga dada.

Page 45 of 66

V. Mekanisme Pernafasan Manusia. Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu: A. Pernafasan dada Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses inspirasi Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut espirasi. B. Pernafasan perut Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi). Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

Page 46 of 66

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

VI. Volume Udara Pernafasan Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paruparunya secara maksimum. Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc). Lihat skema udara pernapasan berikut ini.

VII.Skema udara pernapasan Udara cadangan inspirasi1500 Udara 500 kapasitas total Udara 1500 Udara 1000 sisa (residu) cadangan ekspirasi kapasitas vital pernapasan biasa

Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc.

Page 47 of 66

Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan. Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.

VIII. Gas-gas dalam Udara Pernapasan Persentase gas utama pernapasan dalam udara yang keluar masuk paru-paru : Gas Udara sebelum luar Udara masuk alveoli (%) di Udara yang

keluar dari paruparu (%)

paru-paru (%) Nitrogen (N2) Oksigen (O2) Karbon dioksida (CO2) 79,01 20,95 0,04 80,7 13,8 5,5

79,6 16,4 4,0

Pertukaran udara berlangsung di dalam avelous dan pembuluh darah yang mengelilinginya. Gas oksigen dan karbon dioksida akan berdifusi melalui sel-sel yang menyusun dinding avelous dan kapiler darah. Udara aveolus mengandung zat oksigen yang lebih tinggi dan karbon dioksida lebih rendah dari pada gas di dalam darah pembuluh kapiler. Oleh karena itu molekul cenderung berpindah dari konsentrasi yang lebih tinggi ke rendah, maka oksigen berdifusi dari udara aveolus ke dalam darah, dan karbon dioksida akan berdifusi dari pembuluh darah ke avelous. Pengangkutan CO oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 cara yaitu : (1) Karbondioksida larut dalam plasma dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhydrase. (2) Karbondioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (3) Karbondioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO) melalui proses berantai pertukaran klorida.

IX. Pertukaran O2 Dan CO2 Dalam Pernafasan

Page 48 of 66

Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang. Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.

Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini : Hb4 + O2 4 Hb O2oksihemoglobin) berwarna merah jernih Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.Page 49 of 66

Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi. Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas. Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah. Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut: 1. 02 + H20 (karbonat anhidrase) H2CO3 Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat. Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh C 2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2). 3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut. CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO-3 Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan

Page 50 of 66

karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

X. Energi Dan Pernafasan Energi yang dihasilkan oleh proses pernapasan akan digunakan untuk membentuk molekul berenergi, yaitu ATP (Adenosin Tri Phospate). Selanjutnya,molekul ATP akan disimpan dalam sel dan merupakan sumber energy utama untuk aktivitas tubuh. ATP berasal dari perombakan senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Gula (glukosa) dari pemecahan karbohidrat dalam tubuh diubah terlebih dahulu menjadi senyawa fosfat yang dikatalisis oleh bantuan enzim glukokinase. Selanjutnya senyawa fosfat diubah menjadi asam piruvat dan akhirnya dibebaskan dalam bentuk HO dan CO sebagai hasil samping oksidasi tersebut. Proses respirasi sel dari bahan glukosa secara garis besar, meliputi tiga tahapan, yaitu proses glikosis, siklus Krebs, dan transfer elektron. Pada pekerja berat atau para atlit yang beraktivitas tinggi, pembentukan energy dapat dilakukan secara anaerobic. Hal ini disebabkan bila tubuh kekurangan suplai oksigen maka akan terjadi proses perombakan asam piruvat menjadi asam laktat yang akan membentuk 2 mol ATP. XI. Frekuensi Pernafasan Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia setiap menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan. Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen serta produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin cepat frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses metabolism yang terjadi dalam tubuh. Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atatu berdiri.Hal iniPage 51 of 66

berhubungan erat dengan energy yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh. Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan akan membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diamatau santai, oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak. Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida (CO) dalam darah.

XII.Gangguan Pada Sistem Respirasi Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat

mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa Penyakit atau kelainan yang menyerang sistem

kelainan atau penyakit. pernapasan ini dapat

menyebabkannya proses pernapasan. Berikut adalah beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paru-paru mengalami

pembengkakan karena pembuluh darah nya kemasukan udara. Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi, seperti debu,bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat

diturunkan.Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu lingkungan. Tuberkulosis Mycobacterium (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan tuberculosis. oleh

Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada

dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin luas,dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC napasnya sering terengah-engah. Infuenza (fu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus infuenza.

Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.

Page 52 of 66

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar (disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (disebut hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran pernapasan akibat bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan kerusakan alveoli. Perubahan anatomi saluran pernapasan menyebabkan fungsi paru-paru terganggu.

Page 53 of 66

PENYAKIT PARU DIFUSI. Penyakit Paru Obstruktif Penyakit Paru Obstruktif : Asma PPOK Emfisema Bronkitis Kronis Bronkiektasis A. ASMA Istilah Asma berasal dari bahasa Yunani , yang artinya terengah-engah , dan berarti serangan napas pendek . Merupakan keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas . Asma ditandai dengan bronkospasme episodik reversibel yang terjadi akibat respons bronkokonstriksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan . Peradangan bronkus bersifat persisten , oleh karena itu , asma bronkialis dianggap sebagai penyakit peradangan kronis jalan napas . Secara klinis, asma bermanifestasi sebagai : serangan dispnea , batuk , mengi ( suara bersiul lembut sewaktu ekspirasi ) KATEGORI ASMA 1 . Asma Ekstrinsik/Alergik Disebabkan oleh reaksi imun ( Hipersensitivitas Tipe 1 ) . Misalnya : Asma Atopik IgE serum ,eosinofil meningkat Sel T CD4+ Subset TH2 2. Asma Intrinsik/Idiopatik Mekanisme pemicu bersifat non imun . Faktor pemicu : infeksi ( terutama virus ) dingin stres psikologisPage 54 of 66

olahraga

IgE Serum Normal Pasien ini dikatakan mengidap : Diatesis Asmatik Diatesis adalah Keadaan kerentanan / predisposisi terhadap penyakit tertentu yang tidak lazim . Patofisiologi Yang mendasari semua bentuk asma adalah : Respons bronkokonstriksi yang berlebihan ( juga disebut hiperesponsivitas jalan napas ) terhadap berbagai rangsangan ( peningkatan sensitivitas terhadap zat bronkokonstriktif , seperti Histamin, Leukotrien , Prostaglandin ) .

B. PPOK Definisi PPOK adalah Obstruksi aliran udara yang signifikan ( irreversibel ) .

EMFISEMA Ditandai dengan pembesaran permanen rongga udara yang terletak distal dari bronkiolus terminal , disertai destruksi dinding rongga tersebut . Pembesaran rongga udara , tidak disertai destruksi disebut overinflationPage 55 of 66

JENIS EMFISEMA 1) Emfisema Sentriasinar ( Sentrilobular ) 2) Emfisema Panasinar ( Panlobular ) 3) Emfisema Asinar Distal ( Paraseptal )

PATOFISIOLOGI Emfisema terjadi akibat 2 ketidakseimbangan penting : Ketidakseimbangan Protease-Antiprotease Ketidakseimbangan Oksidan-Antioksidan Antitripsin -a1 ( inhibitor utama protease ) secara normal terdapat dalam serum , cairan jaringan , makrofag , neutrofil ( yang dikeluarkan selama peradangan ) . BRONKITIS KRONIS Penyakit ini didefinisikan sebagai batuk produktif persisten selama paling sedikit 3 bulan berturut-turut pada paling sedikit 2 tahun berturut-turut . Penyakit ini dapat memiliki beberapa bentuk : Sebagian besar pasien menderita bronkitis kronis sederhana ; batuk produktif meningkatkan sputum mukoid , tetapi jalan napas tidak terhambat . Jika sputum mengandung pus, kemungkinan ada infeksi sekunder , pasien dikatakan mengidap bronkitis mukopurulen kronis .Page 56 of 66

Beberapa pasien dengan bronkitis kronis mungkin memperlihatkan hiperresoponsivitas jalan napas dan episode asma intermiten . Keadaan ini , yang disebut sebagai bronkitis asmatik kronis .

PatogenesisFaktor Penyebab : merokok , polutan udara lain ( sulfur dioksida , nitrogen dioksida )

Berbagai iritan tsb. memicu hipersekresi kelenjar mukosa bronkus menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa & menyebabkan pembentukan metaplastik sel goblet penghasil musin di epitel permukaan bronkus .

C. BRONKIEKTASIS Bronkiektasis adalah pelebaran menetap bronkus dan bronkiolus akibat kerusakan otot dan jaringan elastik penunjang , yang disebabkan oleh atau berkaitan dengan infeksi nekrotikans kronis . Bronkiektasis bukan suatu penyakit primer , tetapi akibat obstruksi atau infeksi persisten yang ditimbulkan oleh oleh berbagai sebab . Sekali terbentuk, bronkiektasis menimbulkan kompleks gejala yang didominasi oleh batuk dan pengeluaran sputum purulen dalam jumlah besar . Diagnosis bergantung pada riwayat yang sesuai dan pembuktian adanya dilatasi bronkus pada radiografi . PatogenesisPage 57 of 66

Terdapat 2 proses penting yang saling berkaitan dalam patogenesis bronkiektasis : 1) Obstruksi 2) Infeksi Persisten Kronis Salah satu dari keduanya dapat terjadi lebih dahulu . Mekanisme pembersihan normal terhambat oleh obstruksi , sehingga segera terjadi infeksi sekunder ; Sebaliknya , infeksi kronis menyebabkan kerusakan dinding bronkus sehingga terjadi perlemahan dan dilatasi .

II . PENYAKIT PARU RESTRIKTIF Penyakit paru restriktif ditandai dengan penurunan kompliens ( yaitu diperlukan tekanan yang lebih besar untuk mengembangkan paru , karena paru menjadi kaku ) . Penyakit paru restriktif dapat bersifat: Akut Kronik 1. Akut : disertai dengan penurunan mendadak fungsi respirasi dan edema paru , sering dengan peradangan . 2. Kronis : disertai disfungsi paru yang timbul perlahan . penyakit paru restriktif kronis memperlihatkan peradangan kronis dan fibrosis dengan jumlah bervariasi .

Page 58 of 66

II.

Penyakit Paru Restriktif Penyakit Paru Restriktif : Peny. Paru Restriktif Akut Cedera Paru Akut dan Sindrom Gawat Napas Akut Peny. Paru Restriktif Kronis Fibrosis Paru Idiopatik Sarkoidosis Pneumonitis Hipersensitivitas Sindrom Perdarahan Alveolus Difus Angiitis dan Granulomatosis Paru ( Granulomatosis Wegener) Paru pada Ggn Vaskular Kolagen Patologi Transplantasi

Page 59 of 66

FAKTOR-FAKTOR PENCETUS & GEJALA KLINIS PENYAKIT PARU

Faktor-Faktor Pencetus Gejala Klinis Penyakit Paru Rokok - Faktor resiko PPOM no.1 - Asap rokok dapat meningkatkan kadar oksidan melalui peningkatan sel radang antara lain makrofag alveolar meningkat 2-4 kali , neutrofil meningkat 3-5 kali . - Oksidan , berpotensi merusak sel parenkim serta jaringan ikat dari ekstraseluler , melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif . Asap rokok juga bertindak sebagai oksidan Menekan aktivitas silia Hipertrofi kelenjar mukus Polutan Udara dingin Berperan pada PPOM melalui peningkatan reaktivitas saluran napas penderita bronkitis kronis . Berat badan berlebihan Obesitas merupakan problem pada bronkitis kronis , berhubungan dengan otot-otot pernapasan yang harus bekerja lebih keras , diafragma terdorong ke atas dan menekan paru bagian bawah , sehingga mengakibatkan gangguan keseimbangan ventilasi perfusi , oleh karena paru bagian bawah masih tetap mendapatkan aliran darah . Presidposisi Genetik Kelainan defisiensi alfa -1 antitrypsin yang diturunkan secara resesif autosomal . Alfa-1 antitrypsin menghalangi perusakan parenkim paru oleh protease yang berasal dari bakteri maupun leukosit . Nutrisi Makanan yang merangsang sekresi sekret : coklat , gorengan . BATUK SEBAB-SEBAB BATUK Page 60 of 66

Dasarnya adalah iritasi mukosa bronkus Dapat disebabkan oleh : Inflamasi ( MO ), iritasi oleh benda asing ,rokok,gas,bahan kimia, termal . Dapat juga disebabkan oleh : payah jantung , tumor THT , tumor pada saluran pernapasan , penyakit paru obstruktif ( bronkitis kronik , asma , emfisema , bronkiektasis ) , penyakit paru restriktif ( berbagai penyakit interstisial dan degenartif ) . Mekanisme Batuk Batuk terbagi atas 3 fase : 1. Fase Inspirasi Terjadi peninggian volume paru dengan tekanan yang sama dengan atmosfer . Bedanya dengan pernafasan yang biasa adalah terjadinya dalam waktu yang pendek dan volume udara yang lebih banyak . 2. Fase Apnea ( Fase Kompresi) Glotis tertutup dan terjadi peninggian tekanan toraks yang disebabkan oleh otototot. 3. Fase Ekspirasi ( Fase Dekompresi ) Glotis terbuka secara tiba-tiba , disertai dengan pengeluaran sekret dan debris .

DISPNEU Dispneu / sesak napas Kesulitan bernapas merupakan keadaan yang sering ditemukan pada penyakit paru maupun penyakit jantung .

KLASIFIKASI DISPNEU Page 61 of 66

Inspiratori dispneu yakni kesukaran bernapas pada waktu inspirasi, yang disebabkan oleh karena sulitnya udara untuk memasuki paru-paru .

Ekspiratori dispneu yakni kesukaran bernapas pada waktu ekspirasi, yang disebabkan oleh karena sulitnya udara yang keluar dari paru-paru .

Kardiak dispneu yakni dispneu yang disebabkan primer penyakit jantung .

Exertional dispneu yakni dispneu yang disebabkan oleh karena olahraga .

Ekspansional dispneu yakni dispneu yang disebabkan oleh karena kesulitan ekspansi dari rongga toraks .

Paroksismal dispneu yakni dispneu yang terjadi sewaktu-waktu , baik pada malam maupun siang hari .

Ortostatik dispneu yakni dispneu yang berkurang pada waktu posisi duduk . Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

1. Kardiak Dispneu Yakni dispneu yang disebabkan oleh karena adanya kelainan pada jantung . misal : - Infark miokard akut , dimana serangan dispneu terjadi bersama-sama dengan nyeri dada yang hebat . - Fibrilasi atrium , dispneu timbul secara tiba-tiba , dimana sudah terdapat penyakit katub jantung sebelumnya . - Gagal jantung kiri , dimana dispneu dapat terjadi dengan mendadak pada malam hari pada waktu penderita sedang tidur ( Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe ) . Keadaan ini biasanya disertai dengan ortopnea dimana dispneu akan berkurang bila pasien mengambil posisi duduk . 2. Pulmonal Dispneu Pneumotoraks , dimana penderita dapat menjadi sesak tiba-tiba, sesak napas tidak akan berkurang dengan perubahan posisi .

Page 62 of 66

-

Edema paru akut , sebab dan tipe dispneu ini sama dengan dispneu yang terjadi pada penyakit jantung . Asma bronkiale , yang khas disini adalah terdapatnya pemanjangan dari ekspirasi dan wheezing ( mengi ) . COPD , sesak bersifat kronik dimana dispneu mempunyai hubungan dengan exertional ( latihan ) 3. Hematogenous

-

-

-

Yakni dispneu yang disebabkan oleh karena adanya asidosis , anemia / anoksia , biasanya dispneu ini berhubungan dengan exertional (latihan) . Neurogenik a.Psikogenik dispneu : dapat terjadi oleh karena emosi . b. Organik dispneu : dapat terjadi oleh karena paralisis dari otot-otot pernapasan . TINGKAT-TINGKAT DISPNEU Dispneu dapat dibagi atas dasar :

-

Klinis Px. Fungsi Paru Atas Dasar Terjadinya Atas Dasar Respirasi Atas dasar Klinis Pembagian ini berdasarkan New York Heart Association : Tingkat I : Bila dispneu tidak membatasi aktivitas ,artinya kebutuhan oksigen baik pada masa istirahat maupun pada masa setelah latihan dapat dikompensasi oleh paru-paru . Tingkat II : Terjadi pembatasan yang ringan dari fungsi paru , artinya pada penderita yang melakukan aktivitas fisik dapat terjadi dispneu, tetapi pada waktu istirahat tidak terjadi dispneu . Tingkat III : Aktivitas fisik penderita sangat terbatas dan dengan aktivitas fisik yang ringan saja sudah dapat menimbulkan sesak napas . Tingkat IV : Dispneu terjadi pada keadaan istirahat . Kerja yang ringan akan memperberat keadaan dispneunya. Atas dasar Px. Fungsi Paru-Paru Page 63 of 66

o

Obstruksi dispneu Obstruksi ringan ( mild obstruktif ) 70-100% Obstruksi antara ringan sampai sedang ( slight obstruktif ) 60-70% Obstruksi sedang ( moderate obstruktif ) 30-60% Obstruksi berat ( severe obstruktif ) < 30%

o

Restriksi dispneu Restriktif ringan ( mild restriktif ) 80-100% Restriktif ringan sampai sedang ( slight restriktif ) 60-80% Restriktif sedang ( moderate restriktif ) 30-60% Restriktif berat ( severe restriktif ) < 30% Atas dasar Terjadinya Dispneu dapat dibagi menjadi 2 :

- Dispneu yang terjadi mendadak biasanya disebabkan oleh karena emboli paru , pneumotoraks ,atau obstruksi jalan napas . Dispneu yang terjadi secara perlahan-lahan biasanya disebabkan oleh karena payah jantung dan efusi pleura . RONKHI Suara ini dihasilkan dari saluran pernapasan yang tiba-tiba terbuka , sehingga suara ini adalah gabungan antara osilasi dari dinding dan jalan napas . Suara ini jelas terdengar pada permulaan inspirasi yang merupakan tanda dari edema peru . Dapat juga merupakan tanda pneumonia bila terjadi pada akhir respirasi , dan jika semakin mengeras menunjukkan adanya proses fibrosis alveolitis . Patofisiologi Ronkhi terjadi oleh karena pecahnya gelembung-gelembung udara pada waktu inspirasi . Ronkhi terjadi karena tertutupnya saluran pernapasan , misalnya karena rusaknya saluran pernapasan ( bronkiektasis ) atau karena abnormalitas cairan interstisial , khususnya pada edema / fibrosis . Penyebab ronkhi yg lain : dekompensasi jantung kiri , pneumonia . WHEEZING ( MENGI )

-

Page 64 of 66

Suara yang disebabkan oleh karena terjadinya osilasi udara karena menyembpitnya jalan napas . Bunyi ini terutama terdapat pada : asma , bronkitis kronik .

KLASIFIKASI WHEEZING 1. Monofonik Wheezing Yakni wheezing yang terdengar di suatu lokal , biasanya disebabkan oleh tumor atau benda asing . 2. Polifonik Wheezing Yakni wheezing yang terjadi pada asma . Penyempitan pada saluran napas atas dapat menyebabkan wheezing ,baik pada inspirasi maupun pada ekspirasi yang sering terdengar dalam bentuk stridor .

Page 65 of 66

Daftar Pustaka:_____. 2008. SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/01/sistem-pernafasan-pada-manusia/ _____. _____.SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA. http://organisasi.org/proses-sistempernapasan-respirasi-pada-manusia-orang-belajar-biologi-online _____. 2010. SISTEM RESPIRASI. http://blog.uin-

malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/09/sistem-respirasi-pada-manusia-bagian-1/ _____. 2009. SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.

http://blog.unila.ac.id/sadina/2009/10/01/sistem-pernapasan-pada-manusia/ _____. 2010. SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA.

http://www.duniaedukasi.net/2010/05/sistem-respirasi-pada-manusia.html Athen. 2009. SISTEM RESPIRASI. http://athen89.blogspot.com/2009/05/sistemrespirasi.html DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT PARU , Prof.dr.Hood Alsagaff dan dr.H.Abdul Mukty ILMU PENYAKIT PARU Prof.Dr.H.Tabrani Rab Patologi Robbins Kumar , Vol.2 Patofisiology Sylvia , Vol.2 Histologi, Junquiera Sobotta I Seeleys Principal Anatomy and Physiology ed 2 Anatomi Klinik Snell

Page 66 of 66