Upload
dotamania3687
View
91
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
MODUL MATA TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
Seorang Pria Lanjut Usia dengan Kedua Penglihatan Buram
dan Mata Tenang
KELOMPOK III
030.2007.006 ADISTI PUTRI RYANDA
030.2007.123 IVANA PUTRI OKTAVIA
030.2009.030 ARUMTYAS CAHYANING W.
030.2009.031 ARYANTO KRISNANDANU
030.2009.033 ATHIKA HERNI RAMADHONA
030.2009.034 ATHIKA RODHYA
030.2009.037 AYU PARAMITHA
030.2009.036 AYU PRIMA DEWI
030.2009.038 AYU RAHMI MUTMAINAH
030.2009.040 AYUNDA AFDAL
030.2009.041 AYUNDA SHINTA NURLAILAH
030.2009.042 AZIZAH CHAIRIANI
030.2009.043 AZMI IKHSAN AZHARY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 22 Maret 2012
BAB II
LAPORAN KASUS
DATA PASIEN
Nama : Bapak Slamet
Usia : 61 tahun
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Status : Menikah
Pada anamnesis didapatkan keluhan penglihatan buram di kedua mata sudah berlangsung
selama 10 bulan , dan semakin lama semakin parah . Buram dirasakan bila melihat jauh dan
dekat . Penglihatan buram ini dirasakan sejak anak pasien meninggal karena kecelakaan .
Kadangkala pasien merasa sakit kepala yang dapat berkurang bila pasien istirahat .
Pasien pernah ke optic untuk tes kacamata , tetapi tidak ada ukuran yang cocok untuknya .
Sejak muda pasien tidak pernah menderita gangguan penglihatan di mata .
Sejak muda sampai sekarang pasien merasa dirinya sehat-sehat saja dan tidak pernah ke
dokter . Ayah pasien meninggal dengan riwayat cuci darah berulang dan ibu pasien
meninggal karena stroke .
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALISATA :
Keadaan umum : Baik , compos mentis
TB : 165 cm
BB : 60 kg
Tanda vital : Suhu : Afebris
Tekanan daraah : 180x/100mmHg
Respiratory rate : 18x/menit
Nadi : 76x/menit
Kepala : lihat status oftalmologis
Thorax : Normal
Abdomen : Normal
Ekstremitas : Normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
Hb : 13 g/dL
Leokosit : 6000/uL
Eritrosit : 5 juta/uL
Trombosit : 200.000/uL
Gula darah sewaktu : 100 mg/dL
STATUS OFTALMOLOGIS :
OD OS
6/15 , tidak dapat dikoreksi VISUS 4/60 , tidak dapat dikoreksi
Normal PALPEBRA Normal
Normal KONJUNGTIVA Normal
Jernih KORNEA Jernih
Bulat , diameter 3mm ,
reflex cahaya direk indirek
+/+
IRIS / PUPIL Bulat , diameter 3mm , reflex
cahaya direk indirek +/+
Keruh , tipis LENSA Keruh , tipis
Jernih FUNDUS MEDIA Jernih
Bulat , CD 0,3 ; a/v 1/3 ;
crossing phenomenon ,
reflex silver wire (+) ,
copper wire
PAPIL Bulat , CD 0,3 ; a/v 1/3 ;
crossing phenomenon , reflex
silver wire (+) , copper wire
Hart exudates sedikit ,
edema (-
)
MAKULA Hart exudates (+) ,macula star
figure , edema
Soft exudates , flame-
shaped hemorrhages , dot ,
blot
RETINA Soft exudates , flame-shaped
hemorrhages , dot , blot
15 mmHg TEKANAN
INTRAOKULAR
15 mmHg
Tidak ada hambatan GERAKAN BOLAMATA Tidak ada hambatan
Normal TES KONFRONTASI Normal
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
RETINOPATI HIPERTENSI
DEFINISI
Retinopati hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan kelainan pada vaskuler
retina pada penderita dengan peningkatan tekanan darah. Tanda-tanda pada retina yang
diobservasi adalah penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau
“nicking” arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape dan blot-shape,
cottonwool spots, dan edema papilla.
VASKULARISASI RETINA
Lapisan dalam retina mendapatkan suplai darah dari arteri retina sentralis. Arteri ini berasal
dari arteri oftalmikus yang masuk ke mata bersama-sama dengan nervus optikus dan
bercabang pada permukaan dalam retina. Arteri sentralis merupakan arteri utuh dengan
diameter kurang lebih 0,1 mm, yang merupakan suatu arteri terminalis tanpa anastomose dan
membagi menjadi empat cabang utama yaitu aa.temporalis superior dan inferior dan
aa.nasalis superior dan inferior. Sementara itu, lapisan luar retina tidak mempunyai
vaskularisasi. Bagian ini mendapatkan nutrisinya melalui proses difusi dari lapisan koroid
yaitu dari korioapilaris. Arteri retina biasanya berwarna merah cerah, tanpa disertai pulsasi
manakala vena retina berwarna merah gelap dengan pulsasi spontan pada diskus optikus.
PATOFISIOLOGI
Perubahan patofisilologi pembuluh darah retina pada hipertensi, akan mengalami beberapa
tingkat perubahan sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah. Terdapat teori bahwa
akan terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap akut sementara pada
tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya elastisitas
pembuluh darah.
Tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami vasokonstriksi secara generalisata. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan tonus arteriolus dari mekanisme autoregulasi yang
seharusnya berperan sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat
penyempitan arterioles retina secara generalisata. Peningkatan tekanan darah secara persisten
akan menyebabkan terjadinya penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika
media dan degenerasi hialin. Pada tahap ini akan terjadi penyempitan arteriolar yang lebih
berat dan perubahan pada persilangan arteri-vena yang dikenal sebagai ”arteriovenous
nicking”.
Terjadi juga perubahan pada refleks cahaya arteriolar yaitu terjadi pelebaran dan aksentuasi
dari refleks cahaya sentral yang dikenal sebagai ”copper wiring”.
Dinding aretriol normal bersifat transparan, sehingga yang terlihat sebenarnya adalah darah
yang mengalir. Pantulan cahaya yang tipis dibagian tengah lumen tampak sebagai garis
refraktif kuning sekitar selebar seperlima dari lebar lumen. Apabila dinding arteriol
diinfiltrasi oleh sel lemak dan kolesterol akan menjadi sklerotik.
Dinding pembuluh darah secara bertahap menjadi tidak transparan dan dapat dilihat, dan
refleksi cahaya yang tipis menjadi lebih lebar. Produk-produk lemak kuning keabuan yang
terdapat pada dinding pembuluh darah bercampur dengan warna merah darah pada lumen
pembuluh darah akan menghasilkan gambaran khas “copper-wire’”.
Hal ini menandakan telah terjadi arteriosklerosis tingkat sedang. Apabila sklerosis berlanjut,
refleksi cahaya dinding pembuluh darah berbentuk “ silver-wire”.
Tahap pembentukan eksudat, akan menimbulkan kerusakan pada sawar darahretina, nekrosis
otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina. Perubahan-
perubahan ini bermanifestasi pada retina sebagai gambaran mikroaneurisma, hemoragik, hard
exudate dan infark pada lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot. Edema
diskus optikus dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi telah terjadi
peningkatan tekanan darah yang sangat berat.
Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak bersifat spesifik hanya pada hipertensi, karena
selain itu juga dapat terlihat pada penyakit kelainan pembuluh darah retina yang lain.
Perubahan yang terjadi juga tidak bersifat sekuensial, misalnya perubahan tekanan darah
yang terjadi mendadak dapat langsung menimbulkan hard exudate tanpa perlu mengalami
perubahan-perubahan lain terlebih dulu.
GAMBARAN KLINIS
• Pada penyempitan pembuluh darah akibat spasme akan tampak:
– Pembuluh darah (terutama arteriol) warna lebih pucat
– Ø pembuluh jadi lebih kecil/iregular akibat spasme lokal
– Percabangan arteriol panjang
• Bila kelainan yang terjadi adalah sklerosis, akan tampak:
– Refleks copper wire
– Refleks silver wire
– Sheating
– Lumen pembuluh darah iregular
• Terdapat fenomena crossing, sebagai berikut:
– Elevasi : pengangkatan vena oleh arteri di bawahnya
– Deviasi : penggeseran vena oleh arteri yang bersilangan dengan vena
– Kompresi : penekanan kuat oleh arteri à bendungan vena
• Eksudat retina tersebut dapat berbentuk:
– cotton wool patches à edema serabut saraf optik akibat mikroinfark setelah
penyumbatan arteriola
– eksudat pungtata yang tersebar
– eksudat putih pada daerah tak tertentu dan luas
• Gambaran fundus pada retinopati hipertensif juga ditentukan oleh derajat peningkatan
tekanan darah dan keadaan arteriol retina.
• Pada pasien muda : retinopati ekstensif dengan perdarahan, infark retina (cotton wool
patches), infark koroid (Elschnig patches), kadang ablasio retina, dan edema berat
pada optic disc, serta penglihatan yang terganggu yang pulih jika tekanan darah turun
• Pada pasien usia lanjut dengan arteriosklerosis à gambaran retinopati hipertensif
kurang
• Perubahan mikrovaskular dapat dilihat dengan angiografi flouresens
KLASIFIKASI
Klasifikasi Retinopati hipertensi menurut Scheie, adalah sebagai berikut:
1. Stadium 0 : Ada diagnosis hipertensi tanpa abnormalitas pada retina.
2. Stadium I: terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil.
3. Stadium II : penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh dengan kadang-kadang
disertai penciutan pembuluh darah setempat , pembuluh darah tegang dan membentuk
cabang keras.
4. Stadium III: lanjutan stadium II dengan cotton wool- exudate, perdarahan, dapat
terjadi pada tekanan darah diastolik diatas 120mmHg, dapat disertai penurunan
penglihatan.
5. Stadium IV : seperti stadium III dengan edem papil dengan starfigure exudate, disertai
penurunan penglihatan dengan tekanan diastolik diatas 150mmHg.
Klasifikasi Keith-Wagener-Barker (1939).
1. Stadium I : Penyempitan ringan, sklerosis arterioles retina, hipertensi ringan,
asimptomatis.
2. Stadium II : Penyempitan definitif, konstriksi fokal, sklerosis, dan crossing
phenomena, tekanan darah semakin meninggi, timbul beberapa gejala dari hipertensi.
3. Stadium III: Retinopati (cotton-wool spot, arteriosclerosis, hemoragik); tekanan darah
terus meningkat dan bertahan, muncul gejala sakit kepala, vertigo, kesemutan,
kerusakan ringan organ jantung, otak dan fungsi ginjal.
4. Edema neuroretinal termasuk papiledema, garis Siegrist, Elschig spot; peningkatan
tekanan darah secara persisten, gejala sakit kepala, asthenia, penurunan berat badan,
dispneu, gangguan penglihatan, kerusakan organ jantung, otak dan fungsi ginjal.
Berdasarkan penelitian, telah dibuat suatu tabel klasifikasi retinopati hipertensi tergantung
dari berat ringannya tanda-tanda yang terlihat pada retina.
Modifikasi klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophtalmology
Stadium Karakteristik
Stadium 0 Tiada perubahan
Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi
Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal
Stadium III Stadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat
Stadium IV Stadium III + papiledema
Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan focal
arterioler (panah hitam)
Moderate Hypertensive Retinopathy. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot (panah
hitam) (A). Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah putih) (B)
Multiple cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) dan papiledema.
DIAGNOSIS
Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri
terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan funduskopi untuk melihat kondisi di
belakang lensa diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti. Pemeriksaan
laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari
hipertensi.
PENATALAKSANAAN
Mengobati faktor primer adalah sangat penting jika ditemukan perubahan pada fundus akibat
retinopati arterial. Tekanan darah harus diturunkan dibawah 140/90 mmHg. Beberapa studi
eksperimental dan percobaan klinik menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopati hipertensi
dapat berkurang dengan mengontrol kadar tekanan darah. Masih tidak jelas apakah
pengobatan dengan obat anti hipertensi mempunyai efek langsung terhadap struktur
mikrovaskuler. Berikut diagram penatalaksanaan retinopati hipertensi.
KATARAK
DEFINISI
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
PENYEBAB
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui.
Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan.
Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun
lainnya.
Katarak bisa disebabkan oleh:
Cedera mata
Penyakit metabolik (misalnya diabetes)
Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau beberapa
saat kemudian).
Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal
dominan) atau bisa disebabkan oleh:
- Infeksi kongenital, seperti campak Jerman
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:
- penyakit metabolik yang diturunkan
- riwayat katarak dalam keluarga
- infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.
Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi:
Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh
Katarak hipermatur : ada bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa
dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya.
Kebanyakan lensa agak keruh setelah usia 60 tahun.
Sebagian besar penderita mengalami perubahan yang serupa pada kedua matanya, meskipun
perubahan pada salah satu mata mungkin lebih buruk dibandingkan dengan mata yang
lainnya.
Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:
- kadar kalsium darah yang rendah
- diabetes
- pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik.
- faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet).
GEJALA
Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa. Karena itu setiap
bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan
gangguan penglihatan.
Beratnya gangguan penglihatan tergantung kepada lokasi dan kematangan katarak.
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
- kesulitan melihat pada malam hari
- melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
- penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).
Gejala lainnya adalah:
- sering berganti kaca mata
- penglihatan ganda pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata
(glaukoma), yang bosa menimbulkan rasa nyeri.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
Pemeriksaan mata standar, termasuk pemeriksaan dengan slit lamp
USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
PENGOBATAN
Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca
mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari.
Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca
matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa
pembesar.
Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
- Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang
kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).
- Pembedahan intrakapsuler : lensa beserta kapsulnya diangkat. Pada saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan
sebagai pengganti lensa yang telah diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler, biasanya lensa
intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali
terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang
serius.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama
beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi
mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang
terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
PENCEGAHAN
Pencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan
menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa
mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Retinopati Hipertensi. Tersedia di:
http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/04/08/retinopati-hipertensi/ . Diakses pada 20 Maret
2012
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2007. Hal : 205-6
3. http://emedicine.medscape.com/article/1201779-overview#a30
4. Theng-oh, Kean. Medscape: Ophthalmologic Manifestations of Hypertension
http://emedicine.medscape.com/article/1201779-overview Diakses pada 20 Maret 2012.
5. Vicente, Victor. Medscape: Senile Cataract Treatment & Management. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-treatment Diakses pada 20 Maret 2012.