25
ANALISIS LABA KOTOR PENGERTIAN Laba kotor (gross profit) adalah selisih antara harga pokok penjualan dan penjualan. Laba kotor atau gross profit ini sering disebut dengan istilah gross margin. Analisis laba kotor merupakan suatu proses yang kontinu (berkesinambungan) dan intensif. Analisis laba kotor dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti yangdilakukan pada analisis biaya standar, meskipun biaya standar atau anggaran tidak diperlukan (bukan menjadi keharusan). Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh satu atau kombinasi dari perubahan atau perbedaan berikut ini : 1. Perubahan atau perbedaan pada harga jual per unit produk, yang disebut dengan selisih harga jual (sales price variance). 2. Perubahan atau perbedaan pada volume produk yang dijual, yaitu selisih volume penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok (cost volume variance) yang mencakup : a. Perubahan atau perbedaan pada jumlah unit fisik yang dijual, yang disebut selisih volume penjualan final (final sales volume variance), dan b. Perubahan atau perbedaan pada jenis produk yang dijual, atau sering disebut komposisi produk (produk mix) atau komposisi penjualan (sales mix), yang disebut selisih komposisi penjualan (sales mix variance).

Analisis Laba Kotor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Laba Kotor

ANALISIS LABA KOTOR

PENGERTIAN

Laba kotor (gross profit) adalah selisih antara harga pokok penjualan dan penjualan.

Laba kotor atau gross profit ini sering disebut dengan istilah gross margin.

Analisis laba kotor merupakan suatu proses yang kontinu (berkesinambungan) dan

intensif. Analisis laba kotor dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti yangdilakukan

pada analisis biaya standar, meskipun biaya standar atau anggaran tidak diperlukan (bukan

menjadi keharusan).

Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh satu atau kombinasi dari perubahan atau

perbedaan berikut ini :

1. Perubahan atau perbedaan pada harga jual per unit produk, yang disebut dengan selisih

harga jual (sales price variance).

2. Perubahan atau perbedaan pada volume produk yang dijual, yaitu selisih volume

penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok (cost volume

variance) yang mencakup :

a. Perubahan atau perbedaan pada jumlah unit fisik yang dijual, yang disebut selisih

volume penjualan final (final sales volume variance), dan

b. Perubahan atau perbedaan pada jenis produk yang dijual, atau sering disebut

komposisi produk (produk mix) atau komposisi penjualan (sales mix), yang disebut

selisih komposisi penjualan (sales mix variance).

3. Perubahan atau perbedaan pada elemen-elemen biaya, seperti biaya bahan, biaya tenaga

kerja, dan biaya overhead, yang disebut selisih harga pokok (cost price variance).

Di dalam menganalisis perubahan laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara

anggaran dan realisasi untuk periode berjalan; atau antara realisasi periode berjalan dan

periode sebelumnya.

ANALISIS LABA KOTOR ATAS DASAR ANGGARAN DAN BIAYA STANDAR

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam menganalisis perubahan laba kotor,

pembandingan dapat dilakukan antara laba kotor yang dianggarkan dan realisasi laba kotor

untuk periode berjalan.

Page 2: Analisis Laba Kotor

Analisis Laba Kotor untuk Satau Jenis Produk (Single Produk)

Contoh kasus PT Magista Putra yang menjual satu jenis produk. Berikut ini disajikan data

perubahan (selisih) laba kotor dan data biaya per unit PT Magista Putra untuk tahun2010,

baik yang dianggarkan maupun yang direalisir :

Data Laba Kotor

Anggaran Realisasi Selisih %

Penjualan Rp 750.000 Rp 768.000 Rp 18.000 2,4

Harga Pokok

Penjualan600.000 616.000 (16.800) 2,8

Laba kotor Rp 150.000 Rp 151.200 Rp 1.200 0,8

Cost of sales ratio 80% 80,30%

Groos profit ratio 20% 19,70%

Total 100% 100%

Data Biaya Per Unit

Anggaran Realisasi Selisih

Volume (unit) 50.000 48.000 2.000

Harga jual Rp 15,00 Rp 16,00 Rp 1,00

Harga pokok 12,00 12,85 0,85

Laba kotor 3,00 3,15 0,15

Dari data ini dapat dilihat bahwa dibanding anggaran, penjualan realisasi 2,4% lebih

tinggi (naik). Sedangkan harga pokok penjualannya 2,8% lebih tinggi dibanding

anggarannya (naik). Oleh karena itu groos profit ratio mengalami penurunan dari 20%

menjadi 19,70%. Penurunan laba kotor sebesar Rp 1.200,00 ini menunjukkan penurunan

0,8% dari yang dianggarkan. Jumlah laba kotor harus cukup tinggi untuk dapat menutup

biaya pemasaran., biaya administrasi umum, dan biaya lainnya, termasuk pajak. Laba kotor

Page 3: Analisis Laba Kotor

juga harus cukup tinggi untuk dapat menutup jumlah laba yang terkendali (untuk pusat laba)

atau jumlah laba yang terkendali (untuk pusat investasi).

Dua angka ratio penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan perubahan

laba kotor adalah cost of sales ratio dan gross profit ratio. Setiap perubahan pada cost of

sales ratio dan gross profit ratio tersebut harus dianalisis lebih jauh ke dalam kemungkinan

selisih-selisih berikut ini :

1. Selisih volume (volume variance) : apabila volume penjualan mengalami perubahan,

maka total penjualan dan total harga pokok penjualan juga berubah, sehingga laba kotor

berubah.

2. Selisih harga jual (sales price variance) : apabila harga jual per unit mengalami

perubahan, maka total penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah.

3. Selisih harga pokok (cost price variance) : apabila harga pokok penjualan per unit

mengalami perubahan, maka total harga pokok penjualan juga berubah, sehingga laba

kotor berubah.

Perhitungan Selisih Volume

Volume penjualan dianggarkan : (A) 50.000 unit

Volume penjualan direalisir: (B) 48.000 unit

Selisih volume dalam unit: (D) = (A)-(B) 2000 unit

Laba kotor per unit dianggarakan: (E) Rp 3,00

Selisih volume penjualan (D) x (E) Rp 6.000,00

(Tidak menguntungkan)

Selisih volume sebesar Rp 6.000,00 tidak menguntungkan ini (karena volume yang

sesungguhnya dijula 2.000 unit lebih rendah dari yang dianggarkan) menunjukkan

kegagalan manajer departemen produksi untuk menghasilkan tingkat aktivitas produktif

yang semestinya dihasilkan, atau kegagalan manajer pemasaran untuk menghasilkan tingkat

aktivitas penjualan yang semestinya dihasilkan.

Perhitungan Selisih Harga Jual

Page 4: Analisis Laba Kotor

Harga jual per unit dianggarkan : (A) Rp 15,00

Harga jual per unit direalisir: (B) 16,00

Selisih Harga jual per unit : (D) = (A)-(B) Rp 1,00

Volume penjualan realisasi : (E) 48.000 unit

Selisih harga jual (D) x (E) Rp 48.000,00

(Menguntungkan)

Selisih harga jual sebesar Rp48.000,00 menguntungkan ini menunjukkan keberhasilan

manajer pemasaran dalam meningkatkan total penjulan dengan cara menaikkan harga jual

per unit. Ini juga meyakinkan bahwa selisih volume penjulan Rp6.000,00 tidak

menguntungkan (karena volume sesungguhnya dijual 2.000 unit lebih rendah dari yang

dianggarkan) disebabkan adanya kenaikan harga jual per unit.

Selisih harga jual Rp48.000,00 menguntungkan ini cukup besar untuk dapat

mengompensasi selisih volume penjualan Rp6.000,00 tidak menguntungkan. Dengan

demikian, untuk saat ini strategi yang digunakan oleh manajer pemasaran dengan

menaikkan harga jual per unit cukup berhasil, khususnya dalam usahanya meningkatkan

total penjualan.

Perhitungan Selisih Harga Pokok

Harga pokok per unit dianggarkan : (A) Rp 12,00

Harga pokok per unit direalisir: (B) 12,85

Selisih Harga pokok per unit : (D) = (A)-(B) Rp 0,85

Volume penjualan realisasi : (E) 48.000 unit

Selisih harga pokok (D) x (E) Rp 40.800,00

(Tidak Menguntungkan)

Selisih harga pokok sebesara Rp40.800,00 tidak menguntungkan ini menunjukkan

kegagalan manajer departemen produksi dalam menjaga pengendalian yang ketat atas biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

Page 5: Analisis Laba Kotor

Dengan demikian, total perubahan (selisih) laba kotor sebesar Rp1.200,00 menguntungkan dapat

diringkas sebagai berikut:

Selisih volume Rp 6.000,00 Tidak Menguntungkan

Selisih harga jual 48.000,00 Menguntungkan

Selisih harga pokok 40.800,00 Tidak Menguntungkan

Selisih laba kotor Rp 1.200,00 Menguntungkan

Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple-Product)

Perbedaan mendasar antara analisis laba kotor pada single product dan multiple product

terletak pada selisih volume. Pada analisis untuk multiple product, selisih volume dipecah

ke dalam selisih volume final (“pure” volume variance) dan selisih komposisi (“mix”

variance) jika produk-produk tersebut adalah substitusi.

Untuk menjelaskan analisis laba kotor ini digunakan contoh kasus analisis perubahan

laba kotor PT Citra Bumi Damai yang memproduksi dan menjual dua macam produk yaitu

produk P dan Q.

Anggaran laba kotor PT Citra Bumi Damai pada halaman berikut didasarkan pada

anggaran total pasar industry sebesar Rp63.000.000,00. Pada kondisi ini pangsa pasar yang

dianggarkan adalah 20% (Rp12.600.000,00/Rp.63.000.000,00). Sedangkan realisasi total

pasar industri adalah Rp85.000.000,00. Pangsa pasar realisasi pada periode tersebut adalah

15% (Rp12.750.000,00/Rp85.000.000,00).

Apabila perusahaan mampu mencapai pangsa pasar seperti yang dianggarkan, maka

dengan total pasar industri realisasi (Rp85.000.000,00) yang lebih besar dibanding pasar

industri dianggarkan (Rp63.000.000,00), semestinya laba kotor realisasi lebih besar

dibanding laba kotor yang dianggarkan. Kenyataannya, laba kotor yang direalisir sama

dengan laba kotor yang dianggarkan, seperti tampak pada tabel berikut:

Jenis

Produk

Laba Kotor Selisih Laba

KotorL/R

Anggaran Realisasi

P Rp 2.300.000 Rp 2.700.000 Rp 400.000L L

Page 6: Analisis Laba Kotor

Q 3.600.000 3.200.000 400.000R R

Rp 5.900.000 Rp 5.900.000 -0- -

ANGGARAN LABA KOTOR

Jenis

Produk

Unit

Terjual

Dianggarka

n

Penjualan DianggarkanHarga Pokok

DianggarkanLaba Kotor Dianggarkan

Harga/

UnitTotal

Harga/

UnitTotal Per Unit Total %

P 10.000 unit Rp480,00 Rp4.800.000,00 Rp250,00 Rp2.500.000,00 Rp230,00 Rp2.300.000,00 48%

Q 15.000 unit 520,00 7.800.000,00 280,00 4.200.000,00 240,00 3.600.000,00 46%

Total 25.000 unit Rp504,00* Rp12.600.000,00 Rp268,00* Rp6.700.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 47%

*Rata-rata tertimbang (total rupiah dibagi total unit terjual)

REALISASI LABA KOTOR

Jenis

Produk

Unit

Terjual

Realisasi

Penjualan Realisasi Harga Pokok Realisasi Laba Kotor Realisasi

Harga/

UnitTotal

Harga/

UnitTotal Per Unit Total %

P 15.000 unit Rp450,00 Rp6.750.000,00 Rp270,00 Rp4.050.000,00 Rp180,00 Rp2.700.000,00 48%

Q 10.000 unit 600,00 6.000.000,00 280,00 2.800.000,00 320,00 3.200.000,00 53%

Total 25.000 unit Rp510,00* Rp12.750.000,00 Rp274,00* Rp6.850.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 46%

*Rata-rata tertimbang (total rupiah dibagi total unit terjual)

Analisis terhadap laba kotor yang dianggarkan dan yang realisir secara rinci dilakukan

untuk selisih-selisih berikut:

1. Selisih harga jual (sales price variance)

2. Selisih volume penjulan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok

(cost volume variance) yang dipecah ke dalam selisih :

a. Selisih volume penjualan final (final sales volume variance) , dan

b. Selisih komposisi penjualan (sales mix variance).

3. Selisih harga-harga pokok (cost price variance)

Page 7: Analisis Laba Kotor

SELISIH HARGA JUAL

ProdukHarga/Unit

Anggaran

Harga/Unit

Realisasi

Volume

Realisasi

Selisih

Harga JualL/R

P Rp 480,00 Rp 450,00 15.000 Rp 450.000 R

Q 520,00 600,00 10.000 800.000 L

Total Rp 350.000 L

Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga jual produk Q menguntungkan (laba),

sementara untuk produk P tidak menguntungkan (rugi).

SELISIH HARGA POKOK

Produk

Harga

Pokok Per

Unit

Anggaran

Harga

Pokok Per

Unit

Realisasi

Volume

Realisasi

Selisih

Harga PokokL/R

P Rp 250,00 Rp 270,00 15.000 Rp 300.000 R

Q 280,00 280,00 10.000 -0- -

Total Rp 300.000 R

Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga pokok untuk produk P tidak

menguntungkan (rugi), sementara untuk produk Q tidak terjadi selisih (realisasi mampu

mencapai anggaran). Secara keseluruhan, selisih harga pokok bersifat tidak menguntungkan.

SELISIH VOLUME

ProdukVolume

Anggaran

Volume

Realisasi

Laba Kotor

Anggaran

Selisih

VolumeL/R

P 10.000 15.000 Rp 230,00 Rp 1.150.000 L

Q 15.000 10.000 240,00 1.200.000 R

Total Rp 500.000 R

Page 8: Analisis Laba Kotor

Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih volume untuk produk P menguntungkan

(laba), sementara untuk produk Q selisihnya tidak menguntungkan (rugi).

Laba kotor rata-rata anggaran dihitung dengan cara sebagai berikut :

=Total laba kotor dianggarkan

Total unit dianggarkan

=Rp5.900.000,00

25.000

= Rp236,00 per unit

Sedangkan selisih volume final (“pure” final volume variance) dihitung dengan cara

sebagai berikut :

SELISIH VOLUME FINAL

(Produk substitusi)

ProdukVolume

Anggaran

Volume

Realisasi

Laba Kotor

Anggaran

Selisih

VolumeL/R

P 10.000 15.000 Rp 236,00 Rp 1.180.000 L

Q 15.000 10.000 236,00 1.180.000 R

Total Rp -0- -

Pada satu sisi, selisih volume final untuk produk P menguntungkan, sementara pada sisi lain

selisih volume final produk Q tidak menguntungkan.

Selisih komposisi produk dihitung dengan cara sebagai berikut :

Produk Volume Volume Selisih Selisih L/R

Page 9: Analisis Laba Kotor

Anggaran RealisasiLaba Kotor

AnggaranVolume

P 10.000 15.000 Rp 600,00 Rp 30.000 R

Q 15.000 10.000 -4,00 20.000 R

Total Rp 50.000 R

*) Produk P= Rp236,00-Rp230,00 = Rp6,00

Produk Q= Rp236,00-Rp240,00 = -Rp4,00

Selisih harga jual, harga pokok, volume penjualan, volume penjualan final dan selisih komposisi

tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dengan asumsi produk P dan Q adalah produk

substitusi):

Selisih Produk P Produk Q Total

Harga jual Rp 450.000 R Rp 800.000 L Rp 350.000 L

Harga pokok 300.000 R -0- 300.000 R

Volume final 1.180.000 L 1.180.000 R -0-

Komposisi 30.000 R 20.000 R 50.000 R

RP 400.000 L Rp 400.000 R -0-

R=Tidak menguntungkan (rugi)

L=Menguntungkan (laba)

Selisih volume final sebesar Rp0,00 tersebut lebih jauh dapat dipecah ke dalam selisih pasar

industri dan selisih bagian pasar (pangsa pasar), dengan cara perhitungan sebagai berikut :

SELISIH PASAR INDUSTRI

Total penjualan industri-anggaran Rp 63.000.000

Total penjualan industri-realisasi 85.000.000

Selisih penjualan industry Rp 22.000.000

(Bagian pasar x % laba kotor)-anggaran : 20% x 46,83% 0.09365

Selisih pasar industri Rp 2.060.318

Page 10: Analisis Laba Kotor

(laba)

SELISIH BAGIAN PASAR

Laba kotor pada penjualan realisasi,

bila bagian pasar, % laba kotor seperti anggaran:

=Rp85.000.000 x 20% x 46,83% Rp 7.960.318

Laba kotor pada penjualan dan bagian pasar

Realisasi (komposisi dan % laba kotor seperti anggaran) :

=25.000 x Rp236,00

Rp 5.900.000

Selisih bagian pasar Rp 2.060.318

(rugi)

Selisih pasar industri menguntungkan, yang berarti bahwa realisasi total penjualan

industri lebih besar dibanding total penjulan industri yang dianggarkan.

ANALISIS LABA KOTOR ATAS DASAR DATA PERIODE YANG LALU

Analisis Laba Kotor Untuk Satu Jenis Produk

Berikut disajikan data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba komparatif PT Bina Putera

Sejahtera untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2010:

2009 2010

Unit Total Unit Total

Penjualan 2.000 Rp 6.000.000 2.200 Rp 6380.000

Harga pokok penjualan 2.000 5.000.000 2.200 6.050.000

Laba kotor 1.000.000 Rp 330.000

Selisih harga jual,harga pokok, dan volume penjualan dihitung sebagai berikut :

Page 11: Analisis Laba Kotor

Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp 6.380.000

Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 :

2.200 x Rp3.000,00 6.600.000

Selisih harga jual Rp 220.000

(Rugi)

Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 6.600.000

Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 6.000.000

Selisih volume penjualan Rp 600.000

(Laba)

Selisih harga jual terjadi, karena harga jual per unit tahun 2010 (sebagai harga realisasi)

tidak sama dengan harga jual per unit tahu 2009 (sebagai standar). Oleh karena harga

realisasi (Rp2.900,00) lebih kecil dari harga standar (Rp3.000,00), maka selisih harga

jualnya tidak menguntungkan (rugi).

Selisih volume penjualan terjadi karena volume penjualan tahun 2010 (realisasi) tidak

sama dengan volume tahun 2009 (standar). Oleh karena volume realisasi (2.200 nit) lebih

besar disbanding volume standar (2.000 unit), maka selisih volumenya menguntungkan

(laba).

SELISIH HARGA POKOK DAN VOLUME HARGA POKOK

Harga pokok penjualan tahun 2010 Rp 6.050.000

Harga pokok penjualan tahun 2010

pada harga pokok tahun 2009 :

2.200 x Rp2.500,00 5.500.000

Selisih harga pokok Rp 550.000

(Rugi)

Harga pokok penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 5.500.000

Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 5.000.000

Selisih volume harga pokok Rp 500.000

Page 12: Analisis Laba Kotor

(Rugi)

Total selisih laba kotor sebesar Rp670.000,00 tidak menguntungkan (laba kotor tahun 2008

Rp330.000,00 dibanding laba kotor tahun 2009 Rp1.000.000,00), dapat diringkas sebagai berikut:

Harga jual Rp 220.000, Tidak Menguntungkan

Volume penjualan 600.000,00 Menguntungkan

Harga pokok 550.000,00 Tidak Menguntungkan

Volume harga pokok 500.000,00 Tidak Menguntungkan

Selisih laba kotor Rp 670.000,00 Tidak Menguntungkan

Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple Product)

Berikut ini disajikan sebagian data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba komparatif

PT Bina Puteri Sejati untuk tahun yang berakhir 31 desember 2009 dan 2010 :

2009 2010 Perubahan

Penjualan (bersih) Rp 1.420.000 Rp 1.418.000 Rp 2.000

Harga okok penjualan 1.157.000 1.217.500 60.000

Laba kotor Rp 262.500 Rp 200.500 Rp 62.000

Disbanding tahun 2009, penjualan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp2.000,00

dan harga pokok penjualan meningkat dengan Rp60.000,00, sehingga laba kotor mengalami

penurunan sebesar Rp62.000,00.

Dari berbagai catatan yang berhasil didapat, diperoleh tambahan data tentang harga jual

per unit, harga pokok per unit, dan volume penjualan sebagai berikut :

ProdukVolume

(unit)

Penjualan tahun 2009 HPP 2010

Per unit Total Per unit Total

X 6.000 Rp150,00 Rp 900.000 Rp 120,00 Rp 720.000

Y 3.500 120,00 420.00 100,00 350.000

Page 13: Analisis Laba Kotor

Z 1.000 100,00 100.000 87,50 87.500

Rp 1.420.000 Rp 1.156.500

ProdukVolume

(unit)

Penjualan tahun 2009 HPP 2010

Per unit Total Per unit Total

X 5.000 Rp160,00 Rp 800.000 Rp 140,00 Rp 700.000

Y 4.200 120,00 504.00 97,50 409.500

Z 1.200 95,00 114.000 90,00 108.000

Rp 1.418.000 Rp 1.217.500

Analisis selisih penjualan ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menghitung selisih harga jual dan volume penjualan

2. Menghitung selisih harga pokok dan volume harga pokok

3. Selisih volume penjualan dan volume harga pokok dianalisis lebih jauh ke dalam

selisih:

a. Selisih komposisi, dan

b. Selisih volume final

SELISIH HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN

Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp 1.418.000

Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 :

X: 5.000 x Rp150,00 : Rp750.000

Y: 4.200 x Rp120,00 : Rp504.000

Z: 1.200 x Rp100,00 : Rp120.000 1.374.000

Selisih harga jual Rp 44.000

(Laba)

Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 1.374.000

Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 1.420.000

Page 14: Analisis Laba Kotor

Selisih volume penjualan Rp 46.000

(Rugi)

SELISIH HARGA POKOK DAN VOLUME HARGA POKOK

Harga pokok penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp 1.217.500

Penjualan tahun 2010 pada harga pokok tahun 2009 :

X: 5.000 x Rp120,00 : Rp 600.000

Y: 4.200 x Rp100,00 : Rp 420.000

Z: 1.200 x Rp 87,50 : Rp 105.000 1.125.000

Selisih harga pokok Rp 92.500

(Rugi)

Penjualan tahun 2010 pada harga pokok penjualan 2009 Rp 1.125.000

Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 1.157.000

Selisih volume harga pokok Rp 32.500

(Laba)

Hasil analisis ini telah dapat menjelaskan alasan atau sebab-sebab penurunan laba kotor

sebesar Rp62.000,00 sebagai berikut:

Selisih harga jual (Laba) Rp 44.000

Selisih volume bersih terdiri atas:

- Volume harga pokok (Laba) Rp 32.500

- Volume penjualan (Rugi) 46.000

Selisih volume bersih (Rugi) Rp 13.500

Rp30.500

Kurang: selisih harga pokok (Rugi) 92.500

Penurunan bersih laba kotor Rp 62.000

Page 15: Analisis Laba Kotor

Selisih volume bersih Rp13.500,00 tidak menguntungkan (rugi) merupakan kombinasi dari

selisih volume penjualan Rp46.000,00 (tidak menguntungkan) dan selisih volume harga

pokok Rp32.500,00 menguntungkan (laba). Selisih bersih ini harus dianalisis lebih jauh

untuk menentukan selisih komposisi dan selisih volume final. Untuk dapat melakukan

analisis ini, harus dihitung lebih dahulu laba kotor rata-rata standar (tahun 2009), dengan

cara sebagai berikut :

=Total laba kotor tahun 2009 (standar)

Total unit yang dijual tahun 2009

=Rp262.500,00

10.500

= Rp25,00 per unit

Laba kotor rata-rata per unit produk yang dijual tahun 2009 Rp25,00 ini bila dikalikan

dengan jumlah unit yang dijual tahun 2010 (10.400 unit), akan menghasilkan laba kotor

sebesar Rp260.000,00, yang merupakan laba kotor yang akan dicapai bila semua unit

tersebut dijual pada laba kotor rata-rata per unit tahun 2009.

Selisih komposisi dan selisih volume final dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

SELISIH KOMPOSISI

Penjualan tahun 2010 pada harga jual 2009 Rp 1.374.000

Penjualan tahun 2010 pada harga pokok 2009 1.125.000

Selisih Rp 249.000

Penjualan tahun 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 260.000

Selisih komposisi Rp 11.000

(Rugi)

Page 16: Analisis Laba Kotor

SELISIH VOLUME FINAL

Penjualan tahun 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 Rp 260.000

Penjualan 2009 (standar) Rp1.420.000

Harga pokok penjualan 2009 1.157.000

Selisih Rp 262.500

Selisih volume final 2.500

(Rugi)

Cek:

Selisih komposisi Rp11.000,00 (Rugi)

Selisih Volume final Rp 2.500,00 (Rugi)

Selisih volume bersih Rp13.500,00 (Rugi)

Selisih komposisi dan selisih volume final tersebut juga dapat dihitung dengan cara sebgai

berikut :

Produk

Penjualan tahun 2010 pada

Komposisi tahunLaba kotor per

Unit 2009

Selisih

komposisi2010 2009

X 5.000 unit 5.943 unit Rp 30,00 Rp 28.285 R

Y 4.200 unit 3.467 unit 20,00 14.660 L

Z 1.200 unit 990 unit 12,50 2.625 L

Total 10.400 unit 10.400 unit Rp 11.000 R

SELISIH VOLUME FINAL

Total penjualan 2010 (dalam unit) 10.400 unit

Total penjualan 2009 (dalam unit) 10.500 unit

Selisih penjualan (dalam unit) 100 unit

Laba kotor rata-rata 2009 Rp 25,00

Page 17: Analisis Laba Kotor

Selisih volume final Rp 2.500

(Rugi)

MANFAAT BAGI MANAJEMEN

Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup motivasi bagi

manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan membawa kepada berbagai

kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis yang menunjukkan perbedaan tidak

menguntungkan (rugi) antara anggaran dan realisasi.

Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat memberikan

gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut. Dengan demikiam, manajemen

akan mampu untuk menguraikan tindakan-tindakan perbikan yang diperlukan untuk

mengoreksi situasi.

RINGKASAN

Pada suatu periode, seorang manajer pusat laba atau manajer pusat investigasi mungkin

tidak mampu mencapai kinerja yang telah ditetapkan (dalam anggaran). Dalam kondisi

seperti ini diperlukan suatu analisis untuk dapat menentukan sebab-sebab terjadinya

penyimpangan yang tidak menguntungkan tersebut. Sau teknik yang sangat membantu

untuk dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah analisis

laba kotor (gross profit analysis).

Pembahasan analisis laba kotor ini juga difokuskan baik pada perusahaan yang menjual

satu produk (single product) maupun lebih dari satu produk (multiple product). Manfaat

analisis laba kotor bagi manajemen juga dibahas pada bab ini.