37
DAFTAR ISI Daftar Isi ...................................................... ........................................................... .........1 BAB I Pendahuluan .............................................. ........................................................2 BAB II Laporan Kasus .................................................... ..............................................3 BAB III Pembahasan ............................................... .......................................................4 BAB IV Tinjauan Pustaka .................................................. ..........................................13 BAB V Kesimpulan ............................................... .....................................................24 Daftar Pustaka .................................................. 1

Makalah 2 - Forensik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah 2 - Forensik

DAFTAR ISI

Daftar Isi ..........................................................................................................................1

BAB I Pendahuluan ......................................................................................................2

BAB II Laporan Kasus ..................................................................................................3

BAB III Pembahasan ......................................................................................................4

BAB IV Tinjauan Pustaka ............................................................................................13

BAB V Kesimpulan ....................................................................................................24

Daftar Pustaka ................................................................................................................25

1

Page 2: Makalah 2 - Forensik

BAB I

PENDAHULUAN

Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut

tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian

masalah hukum ini di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di

pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas

jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam

rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat korban, baik yang masih hidup

maupun yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam

bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus

tersebut. 1

Bentuk pelanggaran hukum yang sering terjadi di masyarakat salah satunya

adalah pembunuhan. Pembunuhan adalah perbuatan yang dengan sengaja

menghilangkan nyawa orang lain. Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara,

baik dengan cara melukai, meracuni, mencekik, menjerat, membekap, maupun

menenggelamkan. Beberapa cara membunuh dapat mengakibatkan korban mengalami

mati lemas akibat kekurangan oksigen karena menyempitnya jalan nafas.

Pembunuhan anak sendiri merupakan tindak pidana yang khusus, yaitu

pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat

dilahirkan atau beberapa saat setelah itu, karena takut diketahui orang bahwa ia telah

melahirkan. 2

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya di sungai,

got, atau seperti pada kasus ini di tempat sampah, maka bayi tersebut mungkin adalah

korban pembunuhan anak sendiri (PAS), pembunuhan, lahir mati kemudian dibuang,

atau bayi yang ditelantarkan sampai mati. Untuk membedakan hal-hal tersebut, harus

dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup atau lahir mati, dan lain sebagainya sehingga

diperlukan pemeriksaan forensik pada mayat bayi tersebut serta barang bukti yang

dibawa bersamanya, pemeriksaan terhadap wanita tersangka, serta adakah hubungan

antara keduanya. 1

2

Page 3: Makalah 2 - Forensik

BAB II

LAPORAN KASUS

Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat

melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat

seorang perempuan yang menghentikan mobilnya didekat tempat sampah tersebut dan

berada disana cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor

mobil perempuan tersebut.

Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai

dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan

yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda

harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan

membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

3

Page 4: Makalah 2 - Forensik

BAB III

PEMBAHASAN

A. Aspek Hukum Pembunuhan Anak Sendiri

Aspek hukum yang terkait dalam kasus pembunuhan anak sendiri adalah

sebagai berikut 1

Pasal 341 KUHP

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat

anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas

nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana

penjara paling lama 7 tahun.

Pasal 342 KUHP

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut

akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan

atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena

melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana

penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 343 KUHP

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi

orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau

pembunuhan dengan rencana.

Pembunuhan anak sendiri adalah bayi yang dilahirkan hidup setelah seluruh

tubuhnya keluar dari tubuh ibu lalu dibunuh oleh ibunya sendiri. Apabila lahir

mati kemudian dibuang, aspek hukum yang terkait adalah 3

Pasal 181 KUHP

Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut atau

menghilangkan mayat dengan maksud hendak menyembunyikan

kematian dan kelahiran orang itu, dihukum penjara selama lamanya 9

bulan atau denda sebanyak banyaknya 4500 rupiah.

4

Page 5: Makalah 2 - Forensik

Apabila bayi yang ditelantarkan sampai mati, aspek hukum yang terkait

adalah

Pasal 308 KUHP

Kalau ibu menaruh anaknya, di suatu tempat supaya dipungut oleh orang

lain tidak lama sesudah anak itu dilahirkan oleh karena takut akan

diketahui oleh orang ia melahirkan anak atau dengan maksud akan

terbebas dari pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, maka hukuman

maksimum yang tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi sehingga

seperduanya.

Adapun bunyi pasal 305 dan pasal 306 tersebut adalah sebagai berikut 1

Pasal 305 KUHP

Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk

ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan

diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6

bulan.

Pasal 306 KUHP

(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu

mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.

B. Prosedur Medikolegal

Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan

berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan

hukum, yang secara garis besar mengacu pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada

sumpah dokter dan etika kedokteran.

Adapun prosedur mediko legal ialah sebagai berikut :

5

Page 6: Makalah 2 - Forensik

1. Penemuan

2. Pelaporan

3. Penyelidikan

4. Penyidikan meminta pendapat ahli

5. Berkas perkara

6. Penuntutan

7. Persidangan

8. Vonis

Dalam prosedur medikolegal terdapat peraturan perundang-undangan

mengenai kewajiban dokter membantu peradilan yaitu: 3

1. Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang

korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa

yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau

ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas

untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan

bedah mayat.

2. Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran

kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keteranagn

ahli demi keadilan.

Sanksi bagi pelanggar kewajiban:

1. Pasal 216 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan

yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya

mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian

pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau

6

Page 7: Makalah 2 - Forensik

menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan

pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling

banyak sembilan ribu rupiah.

2. Pasal 222 KUHP

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau

menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan

pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah.

3. Pasal 224 KUHP

Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi

saksi, ahli, atau juru bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu

kewajiban yang menurut undang-undang ia harus melakukannya:

(1) Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-

lamaya 9 bulan.

(2) Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-

lamanya 6 bulan.

Keterangan Palsu:

1. Pasal 267 KUHP

(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu

tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

2. Pasal 7 KODEKI

Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat

dibuktikan kebenarannya.

C. Pemeriksaan Terhadap Mayat Bayi dan Interpretasi Temuan

Bayi ditemukan pagi hari dalam keadaan meninggal, di tempat pembuangan

sampah, di dalam kardus, ditutupi kain panjang berwarna hitam.

Pemeriksaan luar

7

Page 8: Makalah 2 - Forensik

o Ukur panjang bayi

Dengan menggunakan rumus De Haase dapat memperkirakan usia bayi

dalam kandungan.

Diukur Panjang Bayi = 50 cm. (Panjang Bayi/5) x 4 minggu = (50 cm/5)

x 4 minggu = 40 minggu. Bayi sudah cukup bulan dalam kandungan.

o Berat Badan bayi

2700 gram. Bayi lahir dengan berat badan normal.

o Panjang kepala–tumit

50 cm.

o Lingkar kepala fronto–occipital

33 cm.

o Batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk.

o Rawan telinga sudah terbentuk sempurna.

o Puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter 7 mm.

o Kuku jari tangan sudah melewati ujung jari.

o Garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi 2/3 bagian.

o Testis sudah turun sempurna.

o Rambut kepala, masing–masing helai terpisah satu sama lain dan tampak

mengkilat.

o Jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan 2 cm.

o Processus xyphoideus membengkok ke dorsal.

o Alis mata sudah lengkap, bagian lateralnya sudah jelas.

Kesimpulannya bahwa mayat bayi ini lahir viable (keadaan bayi yang dapat

hidup di luar kandungan lepas dari ibunya) dengan cukup bulan dan matur.

o Bayi tidak berpakaian, hanya ditutupi dengan kain panjang berwarna

hitam.

o Berlumuran darah dan lendir.

o Terdapat vernix caseosa/lemak bayi pada lipat leher, ketiak, lipat lengan

dan paha, belakang telinga.

o Tali pusat masih berhubungan dengan plasenta.

o Terdapat meconium.

8

Page 9: Makalah 2 - Forensik

Kesimpulannya mayat bayi ini setelah dilahirkan tidak ada terdapat tanda–tanda

perawatan.

o Mayat bayi ditemukan sianosis pada bibir, ujung–ujung jari, dan kuku.

o Terdapat busa halus pada hidung dan mulut.

o Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi.

Kesimpulannya mekanisme kematian pada bayi ini adalah asfiksia (mati lemas)

dengan sebab kematian pembekapan.

Pemeriksaan dalam

o Ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai

sela iga 5.

o Pemeriksaan makroskopik paru ditemukan paru sudah mengisi rongga

dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Terdapat petekiae/

Tardieu’s spot di subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars

diafragmatika.

o Uji apung paru memberikan hasil positif.

o Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang

mengembang sempurna.

o Udara dalam saluran cerna terdapat di dalam usus halus.

Kesimpulannya mayat bayi ini lahir hidup.

D. Pemeriksaan Terhadap Wanita yang Dicurigai Sebagai Pelaku

Pembunuhan Anak Sendiri dan Interpretasi Temuan

Pemeriksaan yang membuktikan bahwa wanita ini memang baru saja

melahirkan.

o Buah dada wanita membesar.

o Rahim masih membesar.

o Keluar cairan kemerahan dari vagina (lochia).

o Adanya tanda–tanda nifas.

o Dipemeriksaan laboratorium, hCG masih diatas normal sampai 4 minggu

setelah melahirkan.

9

Page 10: Makalah 2 - Forensik

E. Pemeriksaan Untuk Membuktikan Ada atau Tidaknya Hubungan Antara

Mayat Bayi Dengan Wanita

Pemeriksaan yang membuktikan adanya hubungan antara wanita tersebut

dengan mayat bayi yang diketemukan

o Pemeriksaan golongan darah mayat bayi: didapatkan hasil golongan

darah B

o Pemeriksaan golongan darah wanita tersangka: didapatkan hasil

golongan darah O

Pemeriksaan golongan darah ini tidak bermakna bila tidak diperiksa juga

golongan darah dari laki–laki yang menyebabkan kehamilan pada wanita

ini.

o Pemeriksaan DNA

Dari hasil DNA didapatkan bahwa mayat bayi ini memiliki kecocokan

pita dengan pita DNA wanita yang dicurigai sebagai pelakunya.

10

Page 11: Makalah 2 - Forensik

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokeran Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa No.1 Telp 5655786, Fax 5660760 Jakarta 11440

Nomor : 3456-SK III/2345/16/10 Jakarta, 6 Oktober 2012

Lamp. : Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------

Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------

atas bayi X----------------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIAVisum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta No.Pol : B/789/VR/IX/08/Serse tertanggal 5 Oktober 2012, maka pada tanggal lima Oktober tahun dua ribu dua belas, pukul sebelas pagi Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:

Nama : bayi X---------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------Umur : -----------------------------------------------------------------------------Kebangsaan : -----------------------------------------------------------------------------Agama :------------------------------------------------------------------------------Alamat :------------------------------------------------------------------------------Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan

materai lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.

Hasil Pemeriksaan I. Pemeriksaan Luar1. Mayat di dalam kardus ditutupi dengan sehelai kain panjang berwarna hitam

dalam keadaan meninggal, tidak berpakaian, berlumuran darah dan lendir, adanya meconium yang keluar dan tali pusat masih terhubung dengan ari–ari bayi--------------------------------------------------------------------------------------------

2. Pemeriksaan antropometrik mayat didapatkan panjang bayi adalah lima puluh sentimeter, berat badan bayi adalah dua ribu tujuh ratus gram, panjang kepala sampai tumit adalah lima puluh sentimeter, dan lingkar kepala adalah tiga puluh tiga sentimeter-------------------------------------------------------------------------------

3. Pemeriksaan luar ditemukan batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk, rawan telinga sudah terbentuk sempurna, puting susu sudah berbatas tegas

11

Page 12: Makalah 2 - Forensik

dengan diameter tujuh milimeter, kuku jari tangan sudah melewati ujung jari, garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi dua pertiga bagian, buah zakar sudah turun sempurna, rambut kepala masing–masing helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan dua sentimeter, taju pedang membengkok ke dalam, alis mata sudah lengkap, bagian ujungnya sudah jelas------------------------------------------------------------------------

4. Ditemukan bibir yang berwarna biru, ujung–ujung jari dan kuku yang berwarna biru--------------------------------------------------------------------------------------------

5. Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi--------------------------------------------

II. Pemeriksaan DalamPada pemeriksaan dalam, ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga lima, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, terdapat bintik–bintik perdarahan di kantong paru terutama di bagian bawah paru dekat diafragma, uji apung paru memberikan hasil positif, pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang sempurna, terdapat udara di dalam usus halus-------------------------

III.Pemeriksaan LaboratoriumGolongan darah mayat bayi adalah B----------------------------------------------------

Kesimpulan Pada pemeriksaan mayat bayi laki–laki ini didapatkan bergolongan darah B,

cukup bulan dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan tidak ditemukan tanda-tanda perawatan setelah dilahirkan----------------------------------------------------------------

Berdasarkan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang dilakukan pada mayat bayi bahwa penyebab kematian adalah pembekapan yang mengakibatkan asfiksia-------------------------------------------------------

Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP-----------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. Tommy

NIP 13906437

12

Page 13: Makalah 2 - Forensik

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembunuhan Anak Sendiri

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-

undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan atau tidak berapa lama

setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. 1

Terdapat 3 faktor penting pada tindak pidana pembunuhan anak sendiri

Ibu

Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan

anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan

bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut

dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan

hukuman yang lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (ps. 338: tanpa rencana),

atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps. 339 dan 340, dengan

rencana).

Waktu

Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi

hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”.

Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang

ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu

tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

Psikis

Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan

diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dibunuh

tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri yang telah dijelaskan

sebelumnya, dengan sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup

setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate existence). Bila bayi

lahir mati kemudian dilakukan tindakan “membunuh”, maka hal ini bukanlah

13

Page 14: Makalah 2 - Forensik

pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah

bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan,

maupun viable atau non-viable. Untuk kepentingan hukum, pada hakekatnya

yang perlu dijawab adalah : 1

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?

2. Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?

3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?

4. Apakah penyebab kematian bayi tersebut?

Langkah Pemeriksaan

a Pemeriksaan Mayat Bayi

Pemeriksaan Luar

1. Bayi cukup bulan, prematur, atau non viable

2. Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna,

berkeriput atau tidak

3. Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus

periksa apakah terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan ujung

potongan ke dalam air), apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptik,

adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat, hematom atau Wharton’s

Jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya dekat uri atau pusat bayi.

4. Kepala, apakah ada kaput seksedaneum, molase tulang tengkorak

5. Tanda kekerasan. Perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan

hidung, serta memar pada mukosa bibir dan pip, tanda pencekikan atau

jerat pada leher, memar atau lecet pada tengkuk, dan lain-lain.

6. Mulut, adakah benda asing yang menyumbat dan perhatikan palatum mole

apakah terdapat robekan.

14

Page 15: Makalah 2 - Forensik

Pemeriksaan Dalam

1. Leher, pada pembedahan adakah tanda-tanda penekanan, resapan darah

pada kulit sebelah dalam. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam

jalan napas.

2. Rongga dada. Pengeluaran organ rongga mulut, leher dan dada dilakukan

dengan teknik tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah

itu sebaiknya satu paru difiksasi dalam larutan formalin 10% untuk

pemeriksaan histopatologik dan pada paru yang lain dilakukan uji apung

paru.

3. Tanda asfiksia berupa Tardieu’s spot pada permukaan paru, jantung, timus

dan epiglotis.

4. Tulang belakang, apakah terdapat tanda kekerasan dan kelainan

kongenital.

5. Pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus talus dan kuboid

diperhatikan.

b Untuk menentukan bayi lahir sudah dirawat atau belum dilihat dari :

1. Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian

atau penutup tubuh bayi.

2. Verniks kaseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula bekas-

bekas darah. Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan

hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di daerah lipatan kulit;

ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.

3. Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau

lebih kurang 5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali

pusat dimasukkan ke dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata.

15

Page 16: Makalah 2 - Forensik

c Untuk menentukan umur bayi intra dan ekstra-uterin

Penentuan umur janin/embrio dalam kandungan menggunakan rumus De Haase

untuk usia lebih dari 5 bulan yaitu (panjang badan/5)x4 minggu, sedangkan

untuk usia kurang dari 5 bulan adalah √panjang badan

Untuk menentukan viable

Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan

lepas dari ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28

minggu dengan panjang badan (kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan

(kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat badan lebih dari 1000 gram, lingkar

kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang fatal.

Untuk menentukan bayi cukup bulan atau tidak

1. Bayi cukup bulan bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang

badan kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepala-tungging 30-

33 cm, berat badan 2500-3000 gram dan lingkar kepala 33 cm.

2. Ciri-ciri lain bayi cukup bulan adalah

a. Lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu

b. Pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna

c. Diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih

d. Kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari

e. Garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki

f. Testis sudah turun ke dalam skrotum; labia minora sudah tertutup oleh

labia mayora yang telah berkembang sempurna

g. Kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan

(pada kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih

pucat atau coklat kehitam-hitaman

h. Lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput

16

Page 17: Makalah 2 - Forensik

d Lahir Mati atau Lahir Hidup

Lahir Mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum

keluar atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan

(baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam

kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak

menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali

pusat atau gerakan otot rangka.

Tanda maserasi adalah proses pembusukan intrauterin yang berlangsung dari

luar ke dalam dan baru terlihat setelah 8-10 hari kematian inutero. Bila

kematian baru 3 atau 4 hari, hanya terlihat perubahan kulit saja, berupa

vesikel atau bula yang berisi cairan kemerahan.

Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma setinggi iga ke -4.

Sukar dinilai bila mayat telah membusuk.

Pemeriksaan makroskopik paru

Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau

telah mengisi rongga dada. Paru-paru berwarna kelabu ungu merata seperti

hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura longgar (slack

pleura). Berat paru kira-kira 1/70 x berat badan.

Uji apung paru

Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique),

paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak

pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Paru

bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan

adanya gas pembusukan. Bila pada potongan kecil paru tetap mengapung,

letakkan di antara 2 karton dan ditekan untuk mengeluarkan gas

pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan

kembali ke dalam air. Bila masih mengapung berarti masih berisi udara

residu yang tidak akan keluar. Pada bayi lahir mati akan memberikan hasil

uji apung paru negatif (tenggelam)

17

Page 18: Makalah 2 - Forensik

Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi

dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang

untuk memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru.

Setelah di fiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik.

Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk

digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig. Tanda khas untuk paru bayi

belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti

bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar

menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung

bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah.

Lahir Hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil

konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan

tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau

belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5,

terutama pada bayi yang telah lama hidup.

Pemeriksaan makroskopik paru

Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung.

Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut

pleura), dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi

udara. Apeks paru kanan paling dulu atau jelas terisi karena halang-an paling

minimal. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara. Berat paru bertambah

hingga dua kali atau kira-kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya

sirkulasi darah jantung-paru.

Uji apung paru memberikan hasil positif (Hasil negatif harus dilanjutkan

dengan pemeriksaan mikroskopik paru).

Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang

mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak

18

Page 19: Makalah 2 - Forensik

terlihat adanya projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut

retikulin akan tampak tegang.

Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilijat dengan foto rontgen.

B. Asfiksia Mekanik

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan

terhalang memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat

mekanik), misalnya : 1

Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :

o Pembekapan (smothering)

o Penyumbatan (Gagging dan choking)

Penekanan dinding saluran pernapasan :

o Penjeratan (strangulation)

o Pencekikan (manual strangulation, throttling)

o Gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni

disebabkan oleh asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan

tenggelam ke dalam kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat

dibedakan dalam 4 fase, yaitu :

1. Fase dispnea

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam

plasma akan merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga

amplitudo dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan

darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka

dan tangan.

19

Page 20: Makalah 2 - Forensik

2. Fase konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan

saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang

klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme

opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan

darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih

tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

3. Fase apnea

Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan

dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi

pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.

4. Fase akhir

Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah

kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut

beberapa saat setelah pernapasan berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat

bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih

kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak

100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih

jelas dan lengkap. 1

Pemeriksaan Jenazah

Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir,

ujung-ujung jari dan kuku.

Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan

merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.

Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat.

Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas

20

Page 21: Makalah 2 - Forensik

fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.

Tingginya fibrinolisin ini sangat berhubungan dengan cepatnya proses kematian.

Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat

peningkatan aktivitas pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir

saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran

sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat

pecahnya kapiler.

Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah

konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan

hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan

kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding

kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik

perdarahanyang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.

Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat

longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-

kadang dijumpai pula di kulit wajah. 1

Pemeriksaan Bedah Jenazah

Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenazah korban mati

asfiksia adalah:

1. Darah berwarna lebih gelap dan encer, karena fibrinolisin darah yang

meningkat pasca mati.

2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.

3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi

lebih berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan

darah.

4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian

belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru

terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit

21

Page 22: Makalah 2 - Forensik

kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan

daerah sub-glotis.

5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan

hipoksia.

6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur

laring langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian

belakang rawan krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis). 1

C. Visum et Repertum

Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter

atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik

terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh

manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan

peradilan. 1

Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :

1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan

bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et

repertum tidak membutuhkan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat

bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.

2. Bagian Pendahuluan. Kata “Pendahuluan” sendiri tidak ditulis di dalam

visum et repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat

di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum et

repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidikpemintanya berikut

nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan,

serta identitas korban yang diperiksa.

3. Bagian Pemberitaan, Bagian ini berjudul “Hasil pemeriksaan: dan berisi

hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka

korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan

serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan. Bila korban meninggal

dan dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat-dalam yang

berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.

22

Page 23: Makalah 2 - Forensik

4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul “Kesimpulan” dan berisi

pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis

perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat

penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.

5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku

“Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya

berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.” 1

23

Page 24: Makalah 2 - Forensik

BAB V

KESIMPULAN

Pembunuhan anak sendiri merupakan tindak pidana yang khusus, yaitu

pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat

dilahirkan atau beberapa saat setelah itu, karena takut diketahui orang bahwa ia telah

melahirkan.

Pada kasus diatas, mayat bayi laki-laki ini ditemukan ditempat sampah dalam.

Dari hasil pemeriksaan, dapat disimpulkan bahwa mayat bayi ini cukup bulan dalam

kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan tidak ditemukan tanda-tanda perawatan

setelah dilahirkan. Mekanisme mati bayi ini adalah asfiksia yang disebabkan karena

pembekapan. Dari hasil pemeriksaan, diketahui pula bahwa wanita yang dicurigai

sebagai pelaku adalah ibu kandung dari bayi ini.

24

Page 25: Makalah 2 - Forensik

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et all.

Ilmu Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 8-11,

165-76,

2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 55,

3. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1994. p. 11-25, 40.

4. Afandi D, Swasti D, dkk. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan

Multipel. Maj Kedokt Indon 2008, Vol 5, No.9.

5. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam

Proses Penyidikan. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2008. pg: 168-71

25