49
1 Materi Diklat TBM Averroes LUKA DAN PENANGANANNYA Tim Penyusun : Luqman Hadi Al-Farisi Muthi’ah Ramadhani Agus Bayu Budi Sukoco Tim Bantuan Medis Averroes Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Bengkulu

Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TBM DIKLAT

Citation preview

Page 1: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

1

Materi Diklat TBM Averroes

LUKA DAN PENANGANANNYA

Tim Penyusun :

Luqman Hadi Al-Farisi Muthi’ah Ramadhani Agus Bayu Budi Sukoco

Tim Bantuan Medis Averroes

Program Studi Pendidikan Dokter

Universitas Bengkulu

Page 2: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

2

Daftar Isi

1. Penyembuhan Luka (Hal 1 – 9)

2. Penanganan Luka (Hal 10 – 34)

3. Manajemen Luka Pasca Penjahitan (Hal 34 – 41)

4. Tetanus (Hal 41 – 42)

5. Injeksi Intramuskular dan Subkutan (Hal 43 – 48)

6. Daftar Pustka (Hal 49)

Page 3: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

3

Luka dan Penanganannya

1. Penyembuhan luka

a. Pendahuluan

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini

dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Adapun bentuk-bentuk

luka adalah sebagai berikut :

i. Luka : Terputusnya kontinuitas jaringan

ii. Luka sayat : Luka akibat benda tajam, tepi luka lurus/ teratur

(Gambar 1).

iii. Luka robek : Terjadi akibat trauma oleh benda yang tidak tajam,

tepi luka tidak rata (Gambar 2).

iv. Luka gores : Kerusakan hanya pada epidermis. Terjadi jika kulit

bergesekan dengan permukaan yang kasar (Gambar 3).

v. Luka memar : Dikarenakan benda tumpul, terlihat dari luar berwarna

kehitaman/kebiruan disebabkan oleh pecahnya kapiler

dibawah kulit (Gambar 4).

vi. Luka tusuk : Luka yang menembus organ tubuh setelah menembus

Kulit (Gambar 8).

vii. Luka tembak : Peluru atau benda yang ditembakkan akan

menyebabkan luka masuk yang bisa kecil, tetapi

memiliki luka keluar yang besar dan hancur

(Gambar 6).

viii. Luka avulsi : Terlepasnya kulit dengan paksa, dapat disertai jaringan

Dibawahnya (Gambar 7).

Gambar 1 Luka sayat Gambar 2 Luka robek

Gambar 4 Luka memar Gambar 3 Luka gores

Page 4: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

4

b. Fase penyembuhan luka

Penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi,

proliferasi, dan remodeling yang merupakan perupaan-ulang jaringan.

i. Fase inflamasi

1. Dimulai saat terjadi luka sampai kira-kira hari kelima.

2. Diawali dengan vasokonstriksi untuk mencapai hemostasis,

hemostasis sendiri tercapai karena trombosit yang keluar dari

pembuluh darah saling melekat, dan bersama jala fibrin yang

terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.

3. Trombus terbentuk dan rangkaian pembentuk darah diaktifkan,

sehingga terjadi deposisi fibrin.

4. Keping darah melepaskan platelet-derived growth factor

(PDGF) dan transforming growth factor β (TGF-β) yang

menarik sel-sel inflamasi.

5. Setelah hemostasis tercapai, terjadi vasodilatasi dan

permeabilitas pembuluh darah yang meningkatmenyebabkan

menjelasnya tanda-tanda klinis reaksi radang berupa warna

kemerahan (rubor), hangat (kalor), nyeri (dolor), dan

pembengkakan (tumor).

6. Jumlah neutrofil memuncak pada 24-48 jam pasca luka dan

membantu debridement.

7. Monosit memasukki jaringan dan berubah menjadi makrofag

yang memiliki jumlah paling tinggi pada hari ke 2 hingga 3

pasca luka.

8. Monosit yang berubah menjadi makrofag menyekresikan

berbagai sitokin dan growth factor yang dibutuhkan dalam

proses penyembuhan luka.

ii. Fase proliferasi

1. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia.

Gambar 5 Luka tusuk Gambar 6 Luka tembak

Gambar 8 Luka tusuk Gambar 7 Luka avulsi

Page 5: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

5

2. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi hingga sekitar

minggu ketiga.

3. Fibroblast : ditarik dan diaktifkan oleh PDGF dan TGF-β :

memasuki luka pada hari ke-3, mencapai puncak sekitar hari

ke-7.

4. Terjadi sintesis kolagen terutama tipe III (smentara dan akan

digantikan oleh kolagen tipe I), angiogenesis, dan epitelisasi.

iii. Fase remodeling

1. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari

penyerapan kembali jaringan yang berlebihan, pengerutan yang

sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya penyerupaan ulang

jaringan yang baru.

2. Berlangsung berbulan-bulan dan dikatakan berakhir jika semua

tanda radang telah lenyap.

3. Kolahen tipe I akan menggantikan kolagen tipe III.

4. Kekuatan luka akan meningkat sejalan dengan reorganisasi

kolagen sepanjang garis tegang kulit, cross-link kolagen.

5. Penurunan vaskularitas

6. Fibroblas dan miofibroblas menyebabkan kontraksi luka selama

fase remodeling

7. Luka dikatakan sembuh jika telah mengakhiri fase ini, adapun

cirinya adalah :

a. Tidak terlalu gatal

b. Tidak menonjol

c. Tidak merah

d. Lunak bila ditekan.

Gambar 9

Diagram A

Menunjukan jumlah

rata-rata dari sel yang

berperan dalam

penyembuhan luka

dibandingkan dengan

waktu pasca

terjadinya luka,

Diagram B

menunjukkan jumlah

rata-rata sintesis

matriks yang terjadi

pada luka

dibandingkan dengan

waktu pasca

terjadinya luka.

A

B

Page 6: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

6

c. Cara penyembuhan luka

i. Penyembuhan primer (primary intention) atau sanatio per primam

intentionem

Terjadi bila luka segera diupayakan bertautan, biasanya dengan

bantuan jahitan. Sebaiknya dilakukan dalam beberapa jam setelah luka

terjadi. Parut yang terjadi biasannya lebih halus dan kecil.

ii. Penyembuhan sekunder (secondary intention) atau sanatio per

secundam intentionem

Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar berjalan

secara alami. Sesuai untuk luka yang terinfeksi atau terkontaminasi dan

bila dijahit malah menjadi abses, memungkinkan drainase eksudat

yang diperkirakan akan keluar lama dan memungkinkan debridement

saat penggantian penutup luka. Cara ini biasannya memakan waktu

yang cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama

kalau lukanya menganga lebar. Luka akan menutup dibarengi dengan

kontraksi hebat.

iii. Penyembuhan primer tertunda (tertiary intention)

Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang

terkontaminasi berat atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang

camping seperti pada luka tembak, sering meninggalkan jaringan yang

tidak dapat hidup. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi

bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian sebaiknya dibersihkan

dan dieksisi dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4-7 hari, baru

selanjutnya dijahit. Jika setelah eksisi luka langsung dijahit diharapkan

terjadi penyembuhan primer.

Gambar 10

Primary intention,

penyembuhan primer

didapat bila luka

bersih, tidak

terinfeksi, dan dijahit

dengan baik.

Secondary intention,

penyembuhan

sekunder luka

dibiarkan terbuka luka

terisi jaringan

granulasi, epitel

menutup granulasi

mulai dari pinggir.

Tertiary intention,

penyembuhan primer

tertunda atau

penymbuhan dengan

jabitan tertunda.

Page 7: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

7

d. Gangguan penyembuhan luka

Gangguan penyembuhan luka dapat berasal dari dalam tubuh endogen

dan dari luar tubuh eksogen.

Tabel 1. Penyebab endogen dan eksogen gangguan penyembuhan luka

Penyebab Akibat / contoh

Endogen

Koagulopati Perdarahan

Gangguan sistem imun Infeksi virus : HIV, keganasan

lanjut, TBC

Hipoksia lokal Nekrosis

Kelainan arteri : atherosklerosis

Kelainan perdarahan : hemangioma

Gizi Malnutrisi

Malabsorbsi Penyakit saluran cerna

Defisiensi :

asam amino esensial

mineral Fe, Cu, Zn, Mn

hipovitaminosis : A, B-kompleks, C

Gangguan metabolisme Penyakit hati

Diabetes mellitus

Neuropati Anestesia : lepra

Infeksi jamur

Keganasan lokal Ulkus marjolin

Konstitusional Keloid

Keadaan umum kurang baik Usia lanjut

Penyakit cushing atau addison

Anemia

Eksogen

Pascaradiasi Penghambatan angiogenesis dan

proliferasi

Imunosupresi Obat-obat sitostatik, imunosupresan,

kortikosteroid

Infeksi TBC

Sifilis

Difteri

Infeksi nonspesifik

Jaringan mati Sekuester

Page 8: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

8

Nekrosis

Kemiskinan vaskularisasi Luka diatas tendo achilles

Luka diatas tibia

Penyulit yang paling sering dan mungkin terjadi salah satunya adalah infeksi.

Adapun tanda luka terinfeksi adalah :

1. Tanda inflamasi lokal : kemerahan

2. Keluar pus atau terlihat pengumpulan pus

3. Tanda sistemik berupa demam.

Luka yang memiliki kemungkinan infeksi yang lebih tinggi :

1. Lambat dibawa ketenaga keshatan

2. Terdapat benda asing dalam luka

3. Luka sangat kotor

4. Luka gigitan

5. Luka tusuk yang dalam

6. Luka dalam mulut

7. Fraktur terbuka

8. Luka karena terhimpit

9. Luka pada jaringan iskemia.

e. Hemostasis normal & mekanismenya

Dalam keadaan normal, darah berbentuk cair dan berada dalam

pembuluh darah dan ruang jantung. Keadaan ini dipertahankan oleh faktor

hemostasis, yaitu hemostasis primer, hemostasis sekunder, dan sistem

fibrinolisis.

Gangguan dalam faktor hemostasis dapat menyebabkan perdarahan

atau trombosis. Perdarahan berarti keluarnya darah dari pembuluh darah,

sedangkan trombosis berarti membekunya darah didalam pembuluh darah.

Kedua keadaan tersebut bersifat patologis, hanya perdarahan pada menstruasi

yang bersifat fisiologis.

Mekanisme hemostasis normal adalah sebagai berikut :

1. Pembuluh darah, vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan aliran

darah kelokasi tersebut lebih lambat.

2. Trombosit, dengan perantara faktor von Willenbrand dapat menempel

pada subendotel. Reseptor yang dimiliki oleh trombosit menyebabkan

agregasi trombosit.

3. Aktivitas koagulasi, pada trauma, terjadi kerusakan jaringan yang

mengeluarkan faktor jaringan (tissue factor/ TF), TF bersama F VII

membentuk kompleks yang mengaktifkan F X menjadi F Xa. Jalur ini

disebut jalur ekstrinsik. Selain itu, kompleks ini juga mengaktifkan F

IX menjadi F IX aktif dalam jalur intrinsik. Jalur intrinsik koagulasi

juga diaktifkan melalui kontak faktor pembekuan F XII dengan

permukaan asing menjadi F XIIa mengaktifkan FXI menjadi FXIa, dan

Page 9: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

9

terus berlanjut menjadi sebuah kaskade koagulasi. Semua mekanisme

yang berlangsung pada kaskade ini bertujuan untuk menghentikan

perdarahan.

f. Gangguan hemostasis

Masalah perdarahan pada pasien bedah tidak selalu disebabkan semata-mata

oleh tindakan operasi itu sendiri. Sebagian pasien memiliki gangguan

hemostasis yang bersifat kongenital sehingga perdarahan pada saat bedah dan/

atau pasca bedah tidak hanya disebabkan tindakan bedah, tetapi juga akibat

gangguan proses hemostasis yang telah ada sejak lahi ataupun didapat.

Penderita penyakit hati tahap lanjut dapat menderita berbagai faktor

pembekuan yang diproduksi oleh hepatosit. Penderita gangguan faal ginjal

tingkat lanjut juga dapat mengalami gangguan faal trombosit akibat adanya

metabolit berbobot molekul ringan dalam sirkulasi darah. Disamping itu,

konsumsi berbagai antiagregasi trombosit dan antikoagulan dapat

mempengaruhi koagulasi, seperti aspirin, OAINS, tiklopidin, klopidogrel, dan

obat anti reseptor GPIIIa/IIb.

g. Cara hemostasis

i. Tekanan

Pada tindak bedah superfisial, proses hemostasis dapat dilakukan

dengan penekanan diatas luka atau daerah perdarahan selama beberapa

saat, biasannya menggunakan kasa steril.

ii. Ligasi

Menjepit pembuluh darah yang terbuka dengan klem kesil kemudian

pembuluh darah tersebut diikat atau dijahit.

iii. Diatermi

Menggunakan elektrokauter yang mengalirkan listrik untuk membuat

darah menggumpal akibat panas.

iv. Turniket

Turniket biasannya dipasang untuk mengurangi/menghentikan

perdarahan untuk sementara waktu. Pemakaian turniket yang terlalu

lama dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, nervus, dan jaringan

lain akibat tekanan, dan yang lebih membahayakan adalah iskemia

jaringan disebelah distal turniket.

v. Anestesia hipotensif

Metoda ini secara tidak langsung menyebabkan hemostasis dengan

menurunkan tekanan darah.

Page 10: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

10

2. Penanganan Luka

a. Tujuan, indikasi, penanganan luka khusus

Menjahit luka adalah proses menyatukan dua permukaan atau tepi luka,

sehingga menyatu dengan suatu cara tertentu, biasannya menggunakan

instrumen dan benang jahit.

i. Tujuan menjahit luka

1. Mencegah parut luka dikemudian hari menjadi parut hipertrofik

(tebal, gelap, tidak rata), atau keloid (tumbuh terus, gatal, nyeri)

2. Membuat bekas luka halus, tidak begitu nyata.

3. Memuaskan pasien dan mengurangi morbiditas.

ii. Indikasi menjahit luka

Adanya luka yang terbuka merupakan indikasi untuk ditutup secara

primer (dijahit).

1. Penyembuhan akan lebih baik dan lebih cepat bila ditutup

secara primer bila dibandingkan dengan penyembuhan

sekunder.

2. Bila luka lebih cepat ditutup maka kemungkinan infeksi dan

komplikasi berkurang

3. Bekas lukanya lebih baik

iii. Penanganan luka khusus

Ada beberapa kondisi yang membuat penjahitan luka tidak serta merta

dikerjakan oleh dokter jaga, guna menghindari maleficnce atau

kerugian pasien yaitu :

1. Luka yang terkontaminasi berat

2. Kehilangan jaringan yang bermakna

3. Luka yang kompleks pada wajah dan tangan yang memerlukan

segera penanganan spesialis bedah plastik.

4. Terdapat kerusakan pada struktur dibawah luka

5. Luka terbuka lama (>6 jam atau yang diperkirakan dengan

debridement tidak dapat bersih)

6. Perlu penilaian vitalitas jaringan dibawahnya (misalnya otot,

saraf, dll)

b. Penilaian luka

Inspeksi terhadap luka

Meliputi :

- Jenis luka

- Tahap penyembuhan luka

- Ukuran luka

Page 11: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

11

Jenis luka berdasarkan tingkat kontaminasinya, luka diklasifikasikan

sebagai :

1. Luka bersih : luka elektif, bukan emergensi, tidak disebabkan

oleh trauma, ditutup secara primer tidak ada tanda inflamasi

akut, prosedur aseptik dan antiseptik dijalankan dengan baik,

tidak melibatkan traktus respiratorius, gastrointestinal, bilier

dan genitourinarius. Kulit disekitar luka tampak bersih, tidak

ada tanda inflamasi. Jika luka sudah terjadi beberapa saat

sebelumnya, dapat terlihat sedikit eksudat (bukan pus), tidak

terlihat jaringan nekrotik di dasar luka. Risiko infeksi <2%.

2. Luka bersih terkontaminasi : luka urgent atau emergency tapi

bersih, tidak ada material kontaminan dalam luka. Risiko

infeksi <10%.

3. Luka terkontaminasi : tampak tanda inflamasi non-purulen;

luka terbuka < 4 jam; luka terbuka kronis; luka terbuka dan

luas; prosedur aseptik dan antiseptik tidak dijalankan dengan

baik; resiko infeksi 20%.

4. Luka kotor / terinfeksi : tampak tanda infeksi di sekitar luka,

terlihat pus dan jaringan nekrotik; luka terbuka > 4 jam;

terdapat perforasi traktus respiratorius, gastrointestinal, bilier

atau genitourinarius, resiko infeksi 40%.

Keadaan dasar luka mencerminkan tahapan penyembuhan luka. Karakteristik

dasar luka bervariasi dan sering diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan

yang berada di dasarnya, yaitu : nekrotik, loughy, granulasi, epithelial, dan

jaringan hipergranulasi. Pada satu luka sering terdapat beberapa jenis tipe

jaringan sekaligus. Keadaan dasar luka menentukan pemilihan dressing.

Gambar 11 Luka bersih Gambar 12 Luka bersih terkontaminasi

Gambar 13 Luka kotor Gambar 14 Luka terkontaminasi

Page 12: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

12

1. Jaringan nekrotik

Akibat kematian jaringan, permukaan luka tertutup oleh lapisan

jaringan nekrotik (eschar) yang sering kali berwarna hitam atau

kecoklatan. Pada awalnya konsistensi lunak, tetapi kemudian akan

mengalami dehidrasi dengan cepat sehingga menjadi keras dan kering.

Jaringan nekrotik dapat memperlambat penyembuhan dan menjadi

fokus infeksi. Diperlukan pembersihan luka (debridement) dari

jaringan nekrotik secepatnya sehingga luka dapat memasuki tahapan

penyembuhan selanjutnya.

2. Slough

Slough, juga merupakan jenis jaringan nekrotik, merupakan material

lunak yang terdiri atas sel-sel mati, berwarna kekuningan dan menutupi

luka. Dapat berbentuk seperti serabut/benang yang menempel di dasar

luka. Slough harus dibedakan dari pus, dimana slough tetap menempel

di dasar luka meski diguyur air, sementara pus akan terlarut bersama

air. Slough merupakan predisposisi infeksi dan menghambat

penyembuhan luka, meski demikian, adanya slough tidak selalu

merupakan tanda terjadinya infeksi pada luka.

3. Jaringan granulasi

Granulasi adalah jaringan ikat yang mengandung banyak kapiler baru

yang akan membantu penyembuhan dasar luka. Jaringan granulasi

sehat berwarna merah jambu pucat atau kekuningan, mengkilat dan

terlihat seperti tumpukan kelereng. Jika disentuh terasa kenyal, tidak

nyeri dan tidak mudah berdarah meskipun dalam jaringan granulasi

terdapat banyak pembuluh darah baru.

4. Jaringan hiper granulasi

Hipergranulasi merupakan pembentukan jaringan granulasi secara

berlebihan. Hipergranulasi akan mengganggu migrasi epitel sehingga

memperlambat penyembuhan luka.

5. Jaringan epitel

Berupa jaringan berwarna putih keperakan atau merah jambu,

merupakan epitel yang bermigrasi dari tepi luka, folikel rambut atau

kelenjar keringat. Terbentuknya jaringan epithelial menandakan fase

penyembuhan luka tahap akhir hampir selesai.

Ukuran luka, harus diukur panjang, lebar, lingkar luka, kedalaman luka,

dan luas dasar luka, serta perubahan ukuran luka setiap kali pasien datang.

Pergunakan alat ukur yang sama supaya hasil ukuran akurat dan dapat saling

diperbandingkan.

Kedalaman luka diukur dengan bantuan aplikator atau cotton bud yang

dimasukkan tegak lurus ke dasar luka terdalam, tandai aplikator, ukur dengan

penggaris.

Kadang krusakan jaringan dan nekrosis meluas ke lateral luka,

dibawah kulit, sehingga sering tidak terlihat. Perlu dinilai ada tidaknya

Page 13: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

13

pembentukan sinus , kavitas, traktus, atau fistula, yang dapat mengganggu

drainase eksudat, berpotensi infeksi dan menghambat penymbuhan luka.

c. Alat dan bahan untuk menjahit luka dan sterilisasi peralatan

i. Bahan

1. Antiseptik

Cairan antiseptik digunakan untuk mensucihamakan tepi dan

sekitar luka dan mencegah infeksi, cairan yang umum digunakan

adalah iodin povidon.

2. Cairan steril

Cairan digunakan untuk irigasi luka dengan cara

menyemprotkan cairan tersebut ke bagian dalam luka, untuk

menyemprotkan cairan tersebut dapat digunakan berbagai cara,

antara lain dengan spluit 50cc ataupun dengan melubangi kolf cairan

dan menyemprotkan luka. Cairan yang digunakan secara luas untuk

irigasi adalah NaCl 0,9% steril.

3. Kasa steril

Kasa steril digunakan untuk debridement, menghentikan

perdarahan, menutup luka setelah dijahit, menyerap eksudat,

membetasi penguapan, melindungi luka dan lain-lain.

4. Plester perekat

Digunakan untuk merekatkan kasa penutup luka atau untuk

penekanan ringan pada keadaan tertentu.

5. Anestesi lokal

Umumnya pada penjahitan luka digunakan anestesi lokal

dengan kerja cepat seperti lidokain. Perlu diingat bila lidokain

digunakan bersama adrenalin maka durasi kerja dan dosis maksimal

akan bertambah dan perdarahan akan berkurang, namun tidak boleh

dipakai pada daerah seperti jari-jari dan penis.

6. Sarung tangan steril

Digunakan selama penjahitan untuk menjaga alat-alat dan luka

tetap steril, selain itu fungsi yang tidak kalah penting adalah

mencegah penularan penyakit dari tenaga medis ke pasien begitupun

sebaliknya.

Page 14: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

14

ii. Alat

1. Skapel

Skalpel adalah pisau yang tajam yang digunakan untuk operasi

dan diseksi anatomi.

Terdapat dua cara memegang skalpel :

a. Pegangan telapak tangan atau juga disebut pegangan pisau makan.

Skalpel dipegang dengan jari kedua sampai jari keempat, gagang

diletakkan sepanjang pangkal ibu jari dengan jari telunjuk terletak

sepanjang atas belakang dari pisau dan ibu jari di sepanjang sisi

skalpel. Pegangan ini paling baik untuk permulaan insisi dan

potongan yang besar. b. Pegangan pensil paling baik digunakan

untuk memotong dengan teliti dengan bilah yang lebih kecil. Skalpel

dipegang dengan ujung jari pertama dan jari kedua dan ujung ibu

jari. Gagang diletakkan diatas pada pangkal jari telunjuk dan ibu jari

yang gemuk. Perhatikan peletakan gagang tidak boleh terlalu jauh

sepanjang jari telunjuk karena akan menyebabkan pegangan tidak

stabil dan jari menjadi kram.

Gambar 15 Contoh skapel dan pemegang skapel Gambar 16 Semua jenis skalpel dengan

nomornya

Gambar 17

Memegang

skalpel cara

pegangan

pencil.

Page 15: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

15

2. Gunting

Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung

penggunaannya. Berdasarkan di atas tadi gunting dibedakan menjadi

4 macam, yaitu :

1. Gunting Mayo, adalah gunting yang berukuran besar, biasa

digunakan untuk membelah fascia atau tendon; berdasar

bentuknya gunting Mayo dibedakan menjadi 2, yaitu berbilah

lengkung dan berbilah lurus.

2. Gunting Metzenbaum & Macindoes, adalah gunting yang

berukuran halus untuk melakukan diseksi jaringan. Berdasar

bilahnya juga dibedakan bilah lengkung dan bilah lurus.

Kedua jenis gunting di atas kedua ujung atau salah satunya

tumpul.

3. Gunting runcing, kedua ujungnya runcing untuk melakukan

diseksi secara cermat dan berdasarkan bilahnya juga dibedakan

menjadi bilah lengkung dan bilah lurus.

4. Gunting balutan & gunting benang, bentuk gunting biasanya

khusus, bilahnya tebal ujungnya tumpul. Gunting jaringan

tidak boleh dipakai untuk menggunting kasa dan benang serta

balutan.

Cara memegang gunting :

1. Masukkan ibu jari dan jari manis ke dalam lubang gunting.

2. Apabila dipegang dengan tangan kanan jari-jarinya tidak

dimasukkan lebih jauh dari sendi distal, tetapi jika dipegang

dengan tangan kiri maka harus dirnasukkan lebih jauh dari sendi

distal karena gerakan menekan dilakukan oleh ibu jari.

3. Menggunting paling baik dilakukan dengan bagian ujung

gunting, sehingga tidak akan melukai struktur jaringan di

sekitarnya.

Gambar 18 Memasang skalpel pada knife holder

Page 16: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

16

3. Instrumen pemegang

Instrumen ini dibedakan 3 macam, yaitu :

1. Pemegang jarum, alat ini biasanya dilengkapi dengan pe-

ngunci di bagian belakang, ukurannya bermacam-macam, yaitu

pendek, sedang dan panjang, demikian juga ukuran bilahnya.

Pemegang jarum harus dipakai sesuai dengan ukuran jarum

yang dipegangnya.

Cara memegang needle holder :

- Masukkan ibu jari dan jari manis ke dalam lubang needle

holder

- Pasang jarum dengan benar

- Kunci needle holder sampai terdengar bunyi ”klik”, untuk

memastikan jarum telah terjepit dengan aman.

Gambar 19 Macam-macam gunting

Gambar 20 Cara memegang gunting dengan menggunakan tangan kanan dan kiri

Gambar 21 Needle holder

Page 17: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

17

2. Pinset, alat ini digunakan untuk memegang dan menahan

jaringan pada waktu diseksi atau menjahit. Pinset ini dibedakan

menjadi 3 macam :

a. Pinset bergigi tajam, yang dapat dipakai untuk

memegang jaringan yang hanya memerlukan tekanan

minimal misalnya : subkutis, otot, fascia, tetapi tidak dap at

dipakai untuk memang struktur yang dapat berlubang

(peritoneum, pleura).

b. Pinset Adson, suatu pinset bergigi halus yang biasa dipakai

dalam menjahit kulit.

c. Pinset tidak bergigi, biasanya digunakan untuk

memegang kasa pada waktu membersihkan luka.

Cara memegang pinset :

- Pegang pinset seperti memegang pensil.

- Jaringan yang dijepit sebaiknya adalah dermis atau

subkutis, bukan kulit bagian luar.

- Jangan menjepit kulit terlalu keras, karena dapat

melukai kulit dan menyebabkan pembentukan parut.

Gambar 22 Cara memegang needle holder

Gambar 23 Pinset bergigi

Gambar 24 cara memegang pinset

Page 18: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

18

3. Klem, sebagai alat untuk penjepit, macamnya diantaranya :

a. Klem arteri, biasa dipakal sebagai penjepit arteri

(hemostat), dilengkapi pengunci dengan bilah bergigi, ada

yang lurus dan ada yang lengkung.

b. Klem bergigi halus atau tidak bergigi (klem Allis), untuk

memegang kulit, fascia atau dikenal sebagai klem jaringan.

c. Klem Kocher, klem yang mempunyai bilah yang sangat

kuat dipakai untuk menarik jaringan yang sangat kuat.

d. Cunam, alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin

biasa dipakai untuk menjepit kasa pembersih luka.

4. Instrumen penarik

Ada jenis yang harus dipegang dengan tangan, ada yang

dibiarkan terpasang tanpa harus dipegang. Panjang dan lebar bilah

serta bentuk gagangnya bervariasi. Apabila penarik ini mempunyai

ujung runcing tidak boleh dipergunakan dekat pembuluh darah atau

organ berongga.

5. Benang jahit

Benang jahit dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Dapat diserap

- Tidak menetap pada tubuh sehingga menurunkan

kemungkinan infeksi.

- Dapat kehilangan kekuatannya sebelum luka sembuh total.

- Menyebabkan reaksi lokal yang besar dibandingkan dengan

jenis benang yang tidak diserap tubuh.

b. Tidak dapat diserap

- Berguna untuk penutupan epitel kulit.

- Berguna untuk perbaikan hernia dan tendon.

Gambar 25 Cricle Hemostat (“Snap”)

Gambar 26 Klem Kocher

Page 19: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

19

Mengenal benang

Yang perlu diperhatikan untuk memilih benang adalah karakteristik

bahan, daya tahan dan reaksi jaringan terhadap bahan tersebut serta

ukuran benang.

Karakteristik bahan benang ditentukan oleh : kekuatan, daya regang

dan elastisitas, kehalusan permukaan, kapilaritas serta reaksi jaringan

terhadap benang tersebut.

Bahan plastik seperti polipropilen tidak cocok digunakan di daerah-

daerah yangmendapat stres berulang kali, tetapi lebih cocok untuk

menjahit kulit karena tidak meninggalkan parut bekas benang tersebut.

Bahan-bahan jenis elastis (poliester, sutera) dapat menahan tarikan

yang berulang-ulang, biasa dipakai untuk meligasi.

Benang dengan permukaan kasar tidak dapat digunakan pada jaringan

yang peka terhadap iritasi (mata, mukosa usus) tetapi tidak

memerlukan simpul yang terlalu banyak sehingga cocok untuk jahitan

jelujur.

Bahan sintetis tidak menimbulkan reaksi jaringan yang hebat,

sedangkan bahan organik dapat menimbulkan reaksi jaringan yang

hebat.

Benang multifilamen akan menghisap cairan jaringan sehingga dapat

menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

Bahan benang yang dapat diserap oleh jaringan tidak perlu dilepas,

sedangkan benang dari bahan yang tidak dapat diserap jaringan harus

diambil (jahitan harus diangkat).

Jenis benang yang dapat diserap antara lain kolagen, catgut, asam

poliglikolat (Dexon), poliglaktin (Vicryl) dan polidioksanon (PDS).

1. Catgut plain – digunakan untuk menjahit membrane mukosa bibir

atau lidah serta laserasi superficial area genital. Diabsorpsi oleh

tubuh dalam waktu 1 minggu.

2. Catgut chromic – digunakan untuk menjahit fascia, otot atau ligasi

pembuluh darah. Diabsorpsi dalam 30-45 hari.

3. Vicryl – digunakan untuk menjahit fascia, otot atau ligasi pembuluh

darah. Absorpsi memerlukan waktu sampai 70 hari.

4. PDS – mahal, absorpsi memerlukan waktu sampai 5-6 bulan.

Jenis benang yang tidak dapat diserap (non-absorbable) antara lain

sutera/ silk/ seide (multifilamen), benang baja (monofilamen), Nilon

(Ethilon) dan polipropilen (Prolene).

1. Ethilon – paling sering digunakan untuk menutup luka dan menjahit

kulit pada pembedahan atau setelah trauma. Biasanya digunakan

bersama cutting needles.

2. Prolene – digunakan untuk menjahit syaraf, tendon atau pembuluh

darah. Biasanya digunakan bersama round body needles.

3. Silk dan Linen – sangat kuat, melekat erat pada jaringan dan dapat

mengakibatkan reaksi jaringan atau infeksi.

Untuk menjahit kulit, benang non-absorbable lebih baik karena

jaringan parut yang ditinggalkan lebih tipis, kecuali pada beberapa

kasus laserasi di wajah atau pada anak-anak di mana pengangkatan

jahitan sulit untuk dilakukan karena tidak kooperatif.

Page 20: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

20

Ukuran baku benang yang ditetapkan oleh USP & BP (United State

Pharmacopoeia & Brithish Pharmacopoeia) dari nomor kecil (ukuran

11/0 atau benang mikro) sampai yang terbesar (nomor 6) atau ukuran

menurut metrik yang terbagi dalam sepersepuluh milimeter dari 0, 1

sampai 8.

Untuk menjahit laserasi di wajah dipergunakan benang ukuran 5-0

atau 6-0, di area lain di mana tidak terlalu mempertimbangkan hasil

osmetik dipergunakan benang ukuran 3-0 atau 4-0 yang berukuran

lebih besar dan lebih kuat.

Pada saat ini, selain dengan teknik penjahitan luka menggunakan

benang terdapat teknik menutup luka lainnya yaitu menggunakan :

1. Staples – untuk menutup luka di lokasi dengan regangan tinggi,

seperti kulit kepala, ekstremitas dan badan.

2. Strips dan tapes – digunakan untuk laserasi superficial di wajah.

Ringkasan karakteristik dari jenis benang yang paling sering digunakan

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Ringkasan karakteristik dari jenis benang yang paling sering

digunakan

Benang Waktu untuk

diserap tubuh

Penggunaan secara klinis

Plain cat

gut

1-2 minggu Penutupan lemak subkutan, ligasi

pembuluh darah kecil

Chromic

cat gut

2-3 minggu Penjahitan intradermal subkutan dan

ligasi

Vicrcyl

(braided)

2-3 bulan Penjahitan usus intradermal dan

anastomosis

PDS

(monofila

men)

6 bulan Sama seperti vicrcyl dan digunakan pada

daerah berpotensi infeksi

Silk

(braided)

permanen Penutupan kulit, anastomosis usus +

perbaikan hernia + perbaikan tendon

Prolene

(monofila

men)

permanen Anastomosis vaskular + perbaikan

hernia

Catatan tambahan :

Kekuatan jahitan

di tentukan oleh ukuran benang, jumlah jahitan yang dibuat, jarak

jahitan, dan jenis benangnya.

Lokasi Jahitan

Page 21: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

21

untuk luka didaerah wajah, jaringan luka harus ditangani secara lembut.

Wajah memiliki suplai darah yang baik, maka jaringan luka yang masih

viable ditutup primer secepatnya kecuali bila luka sangan

terkontaminasi. Benang yang dipilih dapat jenis catgut kromik atau

benang monofilamen berukuran 5/0 atau 6/0.

Untuk luka tangan dan tungkai, dapat digunakan benang monofilamen

berukuran 3/0 atau 4/0. Sebaiknya jangan menggunakan catgut dengan

jarum yang besar.

Tabel 3. Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jaringan

Page 22: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

22

Tabel 4. Ukuran diameter benang jahit dan konversi satuan baku eropa

ke satuan metrik.

6. Jarum Jahit

Panjang jarum beragam, dari 2-60 mm. Kelengkungan jarum

ditentukan menurut kedalaman jaringan, sedangkan penampang

batang jarum ditentukan menurut lunak-kerasnya jaringan. Jarum

yang sangat melengkung digunakan untuk luka yang dalam,

penampang yang bulat untuk jaringan lunak, dan yang bersegi tajam

untuk kulit.

Mata Jarum

jarum yang bermata (traumatik), yakni berlubang sebagai

tempat memasukkan benang jahit, akan menghasilkan lubang

tusukan yang lebih besar, dan jarum ini dapat digunakan

berulang kali.

Jarum yang tidak bermata (atraumatik), yakni langsung

menyambung dengan benang jahit, menghasilkan lubang

yang lebih halus, tetapi hanya dapat digunakan sekali pakai.

Page 23: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

23

Kelengkungan

Jarum lurus (straight), digunakan ketika menjahit jaringan agar

lebih mudah dicapai dan digunakan pada tempat yang dipegang

dengan jari langsung dan manipulasi dapat lebih mudah

dilakukan. Seperti traktus gastrointestinal, rongga hidung, saraf,

rongga mulut, faring, kulit, tendon, pembulih darah.

Jarum lengkung, memerlukan pemegang jarum (needle holder),

lengkungan jarum dapat berupa ½ lingkaran, ¼ lingkaran, atau

3/8 lingkaran.

o Jarum ½ lingkaran adalah yang paling umum digunakan.

Dapat digunakan untuk traktus bilier, mata, traktus

gatrointestinal, otot, rongga hidung, rongga mulut, pelvis,

peritoneum, faring, pleura, trktus respirasi, kulit, lemak

subkutan, dan traktus urogenital.

o Jarum ¼ lingkaran biasa digunakan dalam bedah mikro,

atau menjahit traktus bilier, mata, taktus gastrointestinal,

otot, rongga hidung, rongga mulut, pelvis, peritoneum,

faring, pleura, traktus respiratorius, kulit, lemak

subkutan, dan traktus urogenital.

o Jarum ¾ lingkaran biasanya digunakan untuk menjahit

dinding abdomen, traktus urogenital, anus, sistem

kardiovaskular, rongga hidung, rongga mulut, dan pelvis.

Panjang Jarum

Berkisar 2-60 mm

Daya tembus jarum

Jarum bermata bulat (rounded bodies) digunakan untuk

menjahit otot dan jaringan yang halus dan empuk.

Jarum berujung trokar (trochar point) digunakan untuk jaringan

cukup liat,

Jarum tajam (cutting) untuk jaringan liat seperti kulit.

Cara menggunakan

Jarum dapat digunakan dengan cara dipegang (hand-held), atau

dipegang dengan bantuan alat pemegang jarum (Instrument-held), cara

hand-held digunakan ketika ahli bedah menggunakan jarum lurus.

Page 24: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

24

Page 25: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

25

iii. Sterilisasi alat

Cara sterilisasi instrumen, barang, dan kain atau alat lain yang

dipakai dalam pembedahan harus diketahui benar oleh setiap petugas

ruang pembedahan. Ada beberpa cara melakukan sterilisasi alat-alat ini.

Sterilisasi kimiawi dilakukan dengan menggunakan bakterisid seperti

glutaraldehid 2%. Cara ini terutama misalnya alat endoskopi. Sebelum

digunakan dalam pembedahan, alat harus dibersihkan dengan pembilas

air steril.

Cara pemanasan dilakukan dengan penguapan bertekanan

tinggi (autoklaf), yaitu pada suhu 121˚C selama 15 menit, 126˚C

selama 10 menit, atau 134˚C selama 3 menit. Uap dalam autoklaf

haruslah jenuh dengan uap air dan tekanannya diatas tekanan

udara.pemanasan juga dapat dilakukan secara kering, yaitu dengan

pembakaran spirtus. Namun, pembakaran ini sebenarnya tidak

mensucihamakan.

d. Antisepsis

Komplikasi yang perlu diwaspadai dan dicegah pada pembedahan

adalah infeksi. Salah satu cara mencegahnya adalah Teknik Kerja Aseptik.

Teknik aseptik adalah satu cara untuk memperoleh dan memelihara

keadaan steril. Dasar dan teknik ini adalah bahwa infeksi berasal dan luar

tubuh, oleh karena itu teknik aseptik yang dipakai adalah mencegah masuknya

infeksi dan luar melalui tempat pembedahan.

Prosedurnya ada 3 bagian, yaitu :

1. Mensucihamakan medan operasi.

2. Mensucihamakan bagian tubuh yang kontak dengan medan operasi.

Gambar 27 Jenis-jenis ujung jarum

Page 26: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

26

3. Sterilisasi alat-alat yang dipergunakan dalam pembedahan.

e. Anestesi lokal

Prosedur :

1. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik

2. Lakukan injeksi menggunakan jarum ukuran kecil (ukuran 25-30).

3. Injeksikan secara perlahan ke dalam atau ke bawah kulit di sekeliling

luka untuk mencegah material kontaminan terdorong ke area yang bersih.

4. Jika anestetikum telah masuk secara benar, akan terlihat edema kulit

sesaat setelah disuntikkan.

5. Jika laserasi terjadi di area di mana dapat dilakukan blockade syaraf

(misalnya di ujung-ujung jari), lakukan anestesi blok, karena efek

anestesi lebih baik.

6. Tunggu 5-10 menit sampai anestesi bekerja.

7. Sebelum dan selama melakukan tindakan eksplorasi luka dan pencucian,

cek apakah anestesi masih efektif. Sensasi tekan tidak ditumpulkan oleh

anestesi lokal. Dengan anestesi yang adekuat pasien masih merasakan

tekanan, tapi tidak menyakitkan. Jepit ujung kulit dengan pinset atau

sentuh menggunakan ujung jarum. Bila pasien masih merasakan nyeri,

tambahkan anestesi.

f. Irigasi lokal / drainase

Tindakan mencuci luka harus dilakukan sesegera mungkin setelah

terjadi luka. Jika kulit terbuka, bakteri yang berada di sekitarnya akan

masuk ke dalam luka. Paling baik adalah menggunakan air mengalir dan

sabun. Tekanan dari pancaran air akan membersihkan luka dari bakteri dan

material kontaminan lain.

Pencucian luka harus dilakukan pada :

1. Luka dangkal

2. Luka dengan risiko tinggi terjadinya infeksi :

a. Gigitan binatang atau manusia

b. Luka kotor/ terkontaminasi

c. Laserasi

Gambar 28 blok nervus digitalis

Page 27: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

27

d. Luka dengan kerusakan otot, tendo atau tulang di bawahnya.

e. Luka tusuk

Untuk membersihkan luka yang sangat kotor, misalnya kontaminasi

kotoran atau aspal, diperlukan irigasi tekanan tinggi (5-8 psi) atau tindakan

scrubbing Irigasi tekanan tinggi dilakukan dengan menyemprotkan NaCl

fisiologis atau akuades menggunakan spuit 10- 50 mL. Irigasi dengan tekanan

terlalu tinggi (>20-30 psi, misalnya dengan Jet shower tidak boleh dilakukan

karena justru merusak jaringan. Dokter dapat mengenakan kacamata pelindung

untuk menghindari percikan air ke mata. Jika luka sangat kotor, mungkin

diperlukan washlap dan pinset untuk membersihkan kotoran dari dalam luka.

Larutan antiseptik seperti alkohol atau hydrogen peroksida sebaiknya tidak

digunakan, sementara larutan antiseptik seperti povidone iodine 10% hanya

digunakan pada luka akut, dan tidak digunakan terlalu sering, karena justru

akan merusak sel-sel kulit baru dan sel-sel fagosit yang bermigrasi ke area

luka,sehingga risiko infeksi lebih besar dan penyembuhan luka lebih lama.

g. Debrideman

Debrideman adalah usaha menghilangkan jaringan mati dan jaringan

yang sangat terkontaminasi dengan mempertahankan secara maksimal struktur

anatomi yang penting. Jaringan mati tidak hanya menghalangi daerah luka

tetapi juga menyebabkan infeksi daerah luka, infeksi sistemik, sepsis,

amputasi, bahkan kematian. Debrideman akan memulihkan sirkulasi dan

pasokan oksigen yang adekuat ke daerah luka. Debrideman dilakukan pada

luka akut maupun kronik.

i. Debrideman autolitik

Tubuh yang berusaha untuk melakukan penghancuran jaringan

nonvital dengan enzim yang bekerja maksimal pada kondisi lembab.

Produk yang dapat mempertahankan kelembaban luka antara lain

hidrokoloid, film transparan, dan hidrogel.

ii. Debrideman enzimatik

Menggunakan salep yang memiliki kemampuan proteolitik, fibrinolitik,

dan kolagenase terhadap jaringan yang akan dihancurkan.

iii. Debrideman mekanis

Prinsip kerjanya adalah wet to dry dressing. Luka ditutup dengan kasa

yang telah dibasahi larutan salin normal, setelah kering kasa akan

melekat dengan jaringan yang mati. Saat penggantian balut jaringan

mati akan ikut terbuang. Tindakan ini dilakukan 2-6 kali per hari.

iv. Debrideman biologis

Dilakukan dengan menggunakan larva yang disebut dengan maggot

debridemant therapy (MDT).

v. Debrideman bedah

Tindakan bedah ini menggunakan skapel, gunting, kuret, atau

instrumen lain disertai irigasi untuk membuang jaringan nekrotik dari

Page 28: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

28

luka. Tujuannya adalah mengeksisi luka sampai tercapai jaringan yang

normal dan vaskularisasinya baik.

Tabel 3. Memilih debrideman yang sesuai

Faktor yang

dipertimbangkan bedah enzimatik autolitik Mekanisme

Kecepatan 1 2 4 3

Selektivitas 2 1 3 4

Nyeri 4 2 1 3

Eksudat 1 4 3 2

Infeksi 1 3 4 2

Biaya 4 2 1 3

1 berarti terbaik, 4 berarti terburuk

h. Menjahit luka

Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras; terputus atau

jelujur.

i. Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur.

ii. Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus atau

jelujur.

iii. Pada jahitan terputus, benang disimpulkan dan digunting tiap 1 jahitan.

iv. Pada jahitan jelujur, benang ditempatkan melintang dan membujur

di satu sisi luka tanpa membuat simpul tiap 1 jahitan.

v. Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit karena

apabila ada pus (cairan), dapat dilepas satu atau dua jahitan dan

membiarkan yang lain.

Gambar 29 prosedur debrideman tajam

Gambar 29 A dan B

Page 29: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

29

vi. Jahitan matras vertikal berguna untuk merapatkan tepi luka secara

tepat tetapi tidak boleh dipakai di tempat yang vaskularisasinya kurang.

vii. Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh

untuk menjahit subcutis, karena kulit akan bergelombang.

viii. Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi bila ada satu

bagian terputus seluruh jahitan akan terbuka.

ix. Jahitan jelujur berkunci, merupakan jahitan jelujur dengan

menyelipkan benang dibawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini

efektif menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan

mengalami iskemia.

Indikasi jahitan jelujur :

1. Luka berbentuk lurus dengan tepi luka teratur

2. Tidak berisiko terinfeksi

Menjahit kulit

Cara :

1. Gunakan pinset diseksi bergerigi halus, untuk sedikit mengangkat

tepi luka.

2. Jarum lengkung jenis taper cut dengan benang nilon monofilamen

nomor 3/0 dipasang pada needle holder. Pemasangan itu diletakkan

antara 2/3 depan dan 1/3 belakang, lalu gagang needle holder

dikunci.

Gambar 30 Macam-macam jahitan jelujur. A. Jelujur, satu simpul diakhir, B. Jahitan jelujur berkunci, C. Dua

untai benang dengan simpul di tiap ujung dan disimpulkan di tengah, D. Over-and-over running stitch

Gambar 31 Macam-macam jahitan terputus A. Simple interrupted, B.

Matras vertical terputus, C. Matras horizontal terputus

Page 30: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

30

3. Jahitan dimulai dari sisi luka yang letaknya paling jauh dari tubuh

operator, menuju ke arah operator.

4. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk

sudut 90˚ dan bahu abduksi, jarum ditusukkan di kulit secara tegak

lurus.

5. Tusukan jarum dilakukan 3 – 4 mm dari tepi luka, di dekat tempat

yang dijepit pinset. Jarak antar tusukan kurang lebih 0.5 – 1 cm.

Untuk jahitan di wajah, tusukan jarum dilakukan 2 – 3 mm dari tepi

luka dengan jarak antar tusukan 3 – 5 mm.

6. Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta

adduksi bahu yang serentak, jarum didorong maju dalam arah

melengkung sesuai dengan lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu

dangkal (akan terbentuk dead space )

7. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit

dengan klem pemegang jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini

tidak boleh pada ujungnya, karena jarum dapat patah atau

bengkok).

8. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.

9. Tusukkan lagi jarum di tepi luka yang lain dengan cara dan

kedalaman yang sama.

10. Setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan

2 x 1 x 2

11. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan

12. Simpul ditarik ke tepi ke arah pada ujung benang yang lebih pendek.

Menjahit Subkutis

Untuk menjahit lemak subkutis dilakukan jahitan terputus sederhana

Gambar 32 Memegang jarum menggunakan needle holder

Gambar 33 Menjahit kulit

Page 31: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

31

dengan simpul terkubur.

Cara :

1. Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.

2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan

antara lemak dan dermis jelas.

3. Jahitan dimulai dan sisi yang jauh dari operator

4. Jarum lengkung berujung tapen dengan benang absorben

ditusukkan jauh ke jaringan lemak sampai keluar di dekat

permukaan.

5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal lalu jarum

ditembuskan dengan gerak supinasi.

6. Setelah nomor 4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit

kembali dan dengan gerakan pronasi serta supinasi jarum

ditusukkan dari arah permukaan ke lapisan dalam sisi yang lain.

7. Kemudian dibuat simpul dan benang dipotong.

Penjelasan tambahan :

Jahitan Simpul tunggal (simple interrupted suture)

Paling banyak digunakan dan merupakan jahitan baku. Jarum masuk kedalam

kulit yang membentuk sudut yang melewati dermis dalam pada titik yang

selanjutnya keluar ke titik yang berlainan. Setiap jahitan terputus disimpul

sendiri-sendiri. Umumnya dianggap teknik yang aman karena kegagalan satu

jahitan tidak memengaruhi seluruh jahitan, dan bila terjadi infeksi, cukup

dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi saja.

Jahitan Jelujur (continous suture)

Digunakan satu benang untuk seluruh panjang luka sehingga pengerjaan nya

lebih cepat. Namun bila ada benang yang putus, seluruh panjang luka akan

terkuak, dan bila terjadi infeksi, luka akan mengalami dehisensi.

Jahitan Matras

Digunakan bila diperlukan pertautan tepi luka yang tepat yang tidak dapat

dicapai dengan jahitan satu-satu biasa.

Gambar 34 Menjahit subkutis

Page 32: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

32

Jahitan matras vertikal, dibuat dengan dua tusukan di tepi luka setebal

epidermis yang digabung dengan jahitan biasa. Pertautan yang lembut

dan longgar dibuat untuk menjaga kemungkinan edema yang selalu

terjadis etelah perlukaan. Keuntungan jahitan ini luka tertutup rapat

sampai ke dasar luka sehingga terjadinya rongga dalam luka dapat

dihindari.

Jahitan Subkutikuler

Adalah jahitan jelujur yang dibuat pada jaringan lemak tepat dibawah dermis.

Dapat berselang atau sinambung. Dapat dipakai benang yang diserap atau

tidak diserap. Pada jahitan berselang biasanya ujung benang ditanam, lalu

dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat dibawah dermis.

Stapler dan Agrafe

Stapler, terutama digunakan untuk waktu pendek pada insisi yang

panjang atau pada penutupan kulit atau flap sementara sebelum dijahit.

Agrafe, yang dipasangkan dengan pinset Michel dapat menutup luka

bedah dengan baik. Keuntungan cara ini adalah murah dan baik secara

kosmetik, tetapi pascabedah tampak jelek selama klip perpasang.

i. Menutup luka

Dressing adalah material penutup luka untuk mendukung

penyembuhan luka balut primer adalah balut yang berkontak dengan luka,

sedangkan balut sekunder adalah pembalut diatas pembalut primer.

Tujuan utama membalut luka adalah menciptakan lingkungan yang

ideal, yakni lembab, bagi proses penyembuhan luka, menyerap eksudat,

melindungi dari bakteri, debrideman, mengurangi udem, mengeliminasi ruang

mati, melindungi luka dari trauma dan robekan lebih lanjut, menjaga

kehangatan luka, dan memberi tekanan yang dapat membentu homeostasis

serta turut mencegah pembentukan parut yang buruk. Dalam kondisi lembab,

penyembuhan luka berlangsung 50% lebih cepat dibandingkan luka kering,

karena suasanannya merupakan kondisi yang paling optimal bagi kerja

makrofag, angiogenesis, dan re-epitelisasi.

Teknik pemasangan balut :

a. Balutan basah kering

Indikasi : untuk membersihkan luka kotor atau terinfeksi

Teknik :

a. Lembabkan kasa dengan saline steril

b. Buka lipatannya dan tutupkan pada luka

c. Pasang lembaran kassa steril kering diatasnya

d. Biarkan kassa menjadi kering kemudian diangkat

Page 33: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

33

e. Saat kassa terangkat akan membawa serta debris. Jika kassa

merekat terlalu erat, lembabkan kassa supaya mudah diangkat.

f. Idealnya pembalut diganti 3-4 kali dalam sehari. Bahkan dapat

lebih sering pada luka sangat kotor. Pada luka bersih, balutan boleh

diganti 1-2 kali shari.

b. Balutan basah-basah

Indikasi :

Luka kering, supaya tetap kering

Menyerap eksudat

Teknik :

a. Lembabkan kain kassa dengan saline steril

b. Buka lipatannya dan tutupkan pada luka

c. Pasang lembaran kassa kering diatasnya

d. Kassa tidak boleh mengering dan menempel pada luka

e. Idealnya balutan diganti 2-3 kali sehari. Jika terlihat mengering,

tuangkan sedikit saline ke atasnya.

c. Salep antibiotika

Indikasi : supaya luka tetap bersih; menstimulasi penyembuhan luka.

Cara :

a. Aplikasikan salep diatas luka tipis-tipis menggunakan aplikator

atau cotton bud

b. Tutup dengan kassa steril

c. Salep diaplikasikan 1-2 kali sehari.

d. Memilih balutan

Untuk luka bersih, gunakan balutan basah-basah atau balutan mengandung

pelembab. Untuk luka yang memerlukan debrideman gunakan balutan

basah kering sampai luka bersih dan diganti dengan regimen balutan yang

berbeda. Untuk luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik, tetap harus

dilakukan debrideman mekanis, baru kemudian ditutup dengan balutan

yang sesuai.

Gambar 35 Balut basah-kering

Page 34: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

34

e. Mengganti balutan

3. Manajemen luka pasca penjahitan

a. Pendahuluan

Luka yang telah dijahit haruslah dijaga kebersihannya supaya tidak

terjadi infeksi. Bila terjadi infeksi maka akan terlihat bengkak, merah, dan

nyeri. Luka harus dijaga agar tetap kering dan tidak terkena trauma tambahan.

Pada hari ke-4 kasa harus diganti agar eksudat (protein) tidak sempat menjadi

media tumbuhnya bakteri. Bila kasa basah juga harus diganti.

Jahitan yang dibuat dengan benang yang tidak diserap harus dibuka

kembali. Waktu optimal untuk membuka jahitan bervariasi tergantung pada

berbagai faktor, diantaranya lokasi luka yang dijahit. Biasannya waktu

membuka jahitan berkisar antara 3 hari sampai 2 minggu, bergantung lokasi

Gambar 36 Langkah-langkah mengganti pembalut

Page 35: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

35

lukanya. Bila jahitan tidak dibuka pada waktunya, akan tumbuh epitel

sepanjang benang yang masuk kedalam kulit sehingga berbekas bintik-bintik

dan antara dua tusukan jarum tampak baris gelap akibat iskemik kulit setempat

karena terjerat simpul. Pasca pengangkatan jahitan sebaiknya luka dilindungi

dari trauma dan regangan, memakai plester berpori dan hypoallergenic.

Tabel 3. Waktu pengangkatan jahitan berdasarkan lokasi jahitan

Lokasi Jahitan

Waktu

Pengangkatan

Jahitan (hari)

Wajah 3 sampai 4

Leher 5

Kulit Kepala 6

Dada / Abdomen 7

Lengan dan punggung tangan 7

Kaki dan punggung kaki 10

Telapak tangan / kaki 10

Luka teregang (tension) 14

Gambar 37

7 hari post operasi labioplasty jahitan

dibuka. Lem fibrin dibekas luka belum

kuat benar. Dalam 6 sampai 12 bulan

akan kuat dan dapat dikerjakan sesuatu

di atas luka ini misalnya krim pelembab

dan/atau plester penekan untuk

beberapa minggu.

Page 36: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

36

b. Mengangkat / membuka jahitan

Jahitan dan luka diolesi terlebih dahulu dengan antiseptik. Hidrogen

peroksida baik untuk membersihkan darah dan eksudat yang keing. Kemudian

salah satu ujung simpul dipegang dengan pinset dan ditarik ke atas sehingga

salah satu bilah gunting benang dapat masuk, kemudian benang digunting dan

seluruh benang ditarik keluar menggunakan pinset anatomis. Pengguntingan

sebaiknya dilakukan dekat dengan permukaan kulit, agar bagian benang yang

ada diluar kulit (terkontaminasi) melalui kulit sesedikit mungkin.

c. Penyulit yang mungkin terjadi

i. Infeksi

Adapun tanda luka terinfeksi adalah :

a. Tanda inflamasi lokal : kemerahan

b. Keluar pus atau terlihat pengumpulan pus

c. Tanda sistemik berupa demam.

Gambar 38

Pasien pada gambar 37 dipasang

plester micropore hypoalergenic

berwarna coklat kulit, agar tidak terlalu

mencolok dan lebih patuh

pemakaiannya.

Gambar 39 Skema cara pembukaan jahitan

Page 37: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

37

Luka yang memiliki kemungkinan infeksi yang lebih tinggi :

a. Lambat dibawa ketenaga keshatan

b. Terdapat benda asing dalam luka

c. Luka sangat kotor

d. Luka gigitan

e. Luka tusuk yang dalam

f. Luka dalam mulut

g. Fraktur terbuka

h. Luka karena terhimpit

i. Luka pada jaringan iskemia.

Antibiotik sistemik dapat diberikan bila luka beresiko tinggi untuk

infeksi, atau bila luka telah menunjukkan tanda-tanda infeksi. Cara

pemberiannya biasannya oral, namun bila dianggap perlu maka dapat

pula diberikan antibiotik topikal tapi pilihlah yang tidak dipakai pada

kebutuhan sistemik, misalnya neomycin. Pemilihan antibiotik

berdasarkan bakteri patogen yang paling sering ditemukan ditempat

tersebut.

ii. Dehisensi (jahitan jebol)

Adapun tanda dari dehisensi antara lain adalah :

a. Luka yerbuka kembali

b. Banang terlepas atau terputus

c. Keluar darah dari luka

d. Mungkin disertai juga dengan tanda-tanda infeksi

Faktor resiko dehisensi yang diketahui :

a. Berat badan berlebih

b. Usia tua

c. Nutrisi yang buruk

d. Telah ada skar sebelumnya

e. Kesalahan dalam penjahitan

f. Jarak antara kedua tepi saat ditautkan tegang

g. Diabetes mellitus

h. Merokok

i. Penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang

j. Adanya infeksi

k. Penderita keganasan

l. Radiasi pada tempat jahitan

m. Aktifitas berlebihan pada tempat jahitan

Tatalaksana yang dapat diberikan berupa :

Page 38: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

38

a. Terapi bedah, membuang jaringan mati, luka dijahit kembali,

pemberian perekat misalnya plester steril antara tepi luka agar

tegangan pada jahitan dapat dikurangi,

b. Terapi medikamentosa dengan pemberian antibiotik dan

suplemen, dan

c. Atasi masalah yang mendasarinya.

d. Contoh hasil yang baik dan tidak baik

i. Contoh hasil jahitan yang tidak baik

Gambar 40

Luka dehisensi dan ditemukannya

kuman gram (-). Tampak banang biru

yang tak menolong pada penjahitan

ulang setelah deheseksi, karena

ditempatkan pada lemak, bukan di

dermis.

Gambar 41

Diberikan antibiotik sesuai kultur, eksisi

seluruh tepi luka. Dilakukan penjahitan

dermal-dalam dengan benang lama

diserap (lemak jangan dijahit)

dilanjutkan penjahitan kulit luar dengan

memasang drain yang tak tampak pada

gambar.

Gambar 43

Skar (bekas luka) pada lengan atas

seorang wanita usia 40 tahun

Page 39: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

39

ii. Contoh hasil jahitan yang baik

Gambar 45

Defek kulit dan lemak di bawahnya pasca KLL

Gambar 44

Hasil jahitan yang tidak bagus setelah vena sectie

a. Arah sayatan transversal, terus menerus mendapatkan regangan (memotong

RSTL). Sebaiknya longitudinal atau “lazy S”.

b. Tidak dibuat jahitan dalam

c. Simpul menjerat, berbekas jelas

d. Saat dibuka jahitan tidak dilindungi plester.

e. Terjadi dehisensi, kemudian timbul epitel.

f. Bekas luka warnanya gelap.

Gambar 46

Pasca rekonstruksi dengan flap lokal.

Page 40: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

40

e. Tips menghindari masalah

i. Tindakan asepsis dan antiseptik yang benar lebih baik dari pada

mengandalkan antibiotik yang kuat.

ii. Hindari menjahit kulit secara memaksa melawan ketegangan

iii. Atasi ketegangan tepi luka dengan “undermining”, menutup dengan

flap, membuat jahitan dermis dalam

iv. Sebelum menjahit kulit hendaknya tepi sudah menempel, kalau bisa

dibuat eversi hasilnya lebih bagus.

v. Jahitan kulit menyimpulkannya tidak menjerat tepi luka

vi. Jangan terburu-buru puas setelah benang jahitan diangkat dan luka

kering, proses penyembuhan masih berlangsung satu tahun kedepan.

vii. Atasi masalah yang mungkin timbul dengan tenggang waktu antara

luka dan maturitas.

viii. Bila beberapa jahitan dibuka tampak bekas luka meregang, jangan

lanjutkan pembukaan penjahitan. Pakailah plester steril untuk melawan

peregangan sekaligus merapatkan kembali luka.istirahatkan bagian

trsebut dari gerakan tubuh.

ix. Konsultasikan bila perlu, demi pasien.

x. Tidak pernah manusia/ dokter mencapai titik kesempurnaan dalam

bekerja, dengan petunjuknya kita berharap bisa berhasil.

Gambar 47

Bekas luka yang dijahit setelah satu tahun kemudian. Indurasi

dan kemerahan tidak nampak lagi (bekas luka telah matur)

Page 41: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

41

f. Reassesment luka

Saat pasien datang kembali kepada dokter, dokter harus melakukan re-

assesment luka untuk memastikan manajemen luka yang diberikan efektif

dalam membantu penyembuhan luka.

Tabel 4 re-assesment luka

4. Tetanus

Jenis Luka

Gambaran Klinis Cenderung Tidak Tetanus Cenderung Tetanus

1. Umur Luka ≤ 6 jam ≥ 6 jam

2. Konfigurasi Luka Tepi luka rata Luka tidak rata

3. Dalam Luka ≤ 1cm ≥ 1cm

4. Mekanisme Luka Luka tajam, pisau, kaca Peluru, luka bakar,crush

5. Tanda Infeksi Tidak ada Ada

6. Jaringan Mati Tidak ada Ada

7. Bahan Kontaminan Tidak ada Ada

8. Jaringan Iskemik Tidak ada ada

Pencegahan

Pemberian Imunisasi Pasif

a. Diberikan antitoksin, antitoksin ada 2 bentuk :

i. Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG)

dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak

boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti

complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat

mencetuskan reaksi allergi yang serius.

ii. Serum anti tetanus, serum yang dibuat dan plasma kuda yang

dikebalkan terhdap toksin tetanus. Pencegahan tetanus : 1 dosis

Page 42: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

42

profilaktik (1.500 IU) atau lebih, diberikan secara intramuskuler

secepat mungkin kepada seseorang yang luka dan terkontaminasi

dengan tanah, debu jalan atau bahan lainnya yang dapat menyebabkan

infeksi Clostridium tetani. Dua minggu kemudian diberikan kekebalan

aktif dengan vaksin jerap tetanus, supaya jika mendapat luka lagi tidak

perlu diberi serum anti tetanus profilaktik, tetapi cukup diberi booster

vaksin jerap tetanus. Untuk pencegahan tiap ml mengandung :

antioksin tetanus 1.500 IU, Fenol 0,25% v/v. Untuk pengobatan tiap ml

mengandung : antioksin tetanus 5.000 IU, fenol 0,25% (2) Untuk

pengobatan : 10.000 IU atau lebih, secara intramuskuler atau intravena,

tergantung keparahan keadaan penderita.

b. Ada juga Tetanus Toxoid

Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan

dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik

yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus

dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.

Tabel 6 Petunjuk penanganan tetanus pada luka

Riwayat Imunisasi Tet. Toksoid (TT) Antitoksin Tet.Toksoid (TT) Antitoksin

Tidak diketahui ya tidak ya ya

0 – 1 ya tidak ya ya

2 ya tidak ya tidak*

3 atau lebih tidak** tidak tidak** tidak

* : Kecuali luka > 24 jam

** : Kecuali bila imunisasi terakhir > 5 tahun (8, 16)

*** : Kecuali bila imunisasi terakhir >5 tahun (8,16

Page 43: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

43

5. Injeksi Intramuskular dan Subkutan

a. Injeksi Intramuskular

Obat dapat diserap melalui injeksi intramuskular bergantung pada

besarnya aliran darah ke tempat injeksi dan komposisi lemak dibandingkan

otot ditempat tersebut. Obat dapat dimodulasi sampai batas tertentu akbat

adanya panas lokal, massage, atau olahraga. Secara umum, tingkat penyerapan

di otot deltoid atau vastus lateralis lebih cepat dari pada injeksi pada otot

gluteus medius. Tingkat penyerapan di otot gluteus medius lebih lambat lagi

pada wanita. Kelebihan injeksi intramuskular adalah obat yang disuntikkan

dalam bentuk solution, oil, atau depot akan diserap dengan lambat dan konstan.

Pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi injeksi intramuskular adalah

memilih lokasi yang jauh dari pembuluh darah besar, saraf dan tulang.

Indikasi untuk injeksi intramuskular :

1. pasien yang tidak kooperatif

2. obat tidak dapat diberikan secara peroral

Kontraindikasi untuk injeksi intramuskular adalah

1. daerah yang inflamasi, udem, teriritasi, tahi lalat, tanda lahir,

jaringan parut

2. kelainan koagulasi

3. penyakit vaskuler perifer

4. syok

5. pasca terapi trombolitik

6. acute myocardial infarction

Komplikasi yang dapat terjadi pada injeksi intramuskular :

1. Rasa tidak nyaman dan nyeri; bisa terjadi memar atau bengkak

pada tempat injeksi

2. Berpotensi mencederai nervus yang berdekatan dengan situs

injeksi

3. Jangka panjang: fibrosis otot dan kontraktur, abses pada tempat

injeksi, gangrene dan cedera saraf (nervus radialis), infeksi

hepatitis B dan C atau HIV

4. Tidak merotasi lokasi pada pasien dengan injeksi berulang

mengakibatkan obat yang tidak terabsorbsi. Deposit tersebut

efek farmakologi yang diinginkan sehingga menyebabkan abses

atau fibrosis jaringan

Page 44: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

44

Tabel 5 bioavaibilitas dan karakteristik pemberian obat.

Tabel availabilitas

(Table from

Katzung) Rute

pemberian

Bioavailabilitas (%) Karakteristik

Intravena (IV) 100 Onset paling cepat

Intramuskular (IM) 75 sampai ≤ 100 Untuk volume besar;

mungkin terasa sakit

Subkutan (SC) 75 sampai ≤ 100 Volume < IM;

mungkin terasa sakit

Oral (PO) 5 sampai < 100 Paling nyaman; first-

pass metabolism (+)

Rectal (PR) 30 sampai < 100 First pass

metabolism lebih

rendah dibanding

oral

Inhalasi 50 sampai < 100 Onset cukup cepat

(masih di bawah IV)

Transdermal 80 sampai <100 Absorpsi sangat

lambat, durasi kerja

panjang,

Terdapat 4 tempat utama Injeksi Intramuskular

a. Deltoid

i. Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi,

Namun kekurangannya adalah area penyuntikan kecil,

jumlah obat yang ideal (antara 0,5 – 1 mm).

ii. Volume suntikan ideal adalah antara 1 – 4 ml dan

maksimal 5 ml.

iii. Jarum disuntikan kurang lebih 2,5 cm tepat dibawah

tonjolan akromion.

iv. Organ penting yang dapat terkena adalah arteri

Brachialis atau nervus radialis. Hal ini terjadi apabila

kita menyuntik terlalu jauh kebawah.

v. Minta pasien untuk meletakkan tangan di pinggul seperti

gaya seorang pragawati, dengan demikian tonus ototnya

akan berada pada kondisi yang mudah disuntik dan

dapat mengurangi nyeri.

Gambar 48

Lokasi injeksi intramuskular

pada otot deltoid

Page 45: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

45

b. Dorso Gluteal (M. Gluteus Lateralis)

i. Paling mudah dilakukan, namun angka terjadinya

komplikasi paling tinggi

ii. Hati-hati terhadap n.sciatus dan arteri glutea superior.

iii. Volume suntikan ideal adalah antara 2-4 ml.

iv. Minta pasien berbaring ke samping dengan lutut sedikit

fleksi.

v. Indikasi : dosis 1 – 3 cc, (≤ 5 cc), 20 – 23 gauge, 1 – ½

inch jarum, sudut 90⁰ vi. KontraIndikasi: anak < 2 tahun atau OP berbadan kurus

Langkah:

i. OP berbaring miring atau telentang, kemudian menekuk

lutut dr sisi injeksi atau memutar ke arah dalam jari kaki

untuk merotasi paha.

ii. Temukan spina iliaka posterior garis penghubung ke

trochanter terbesar atau 5 – 7,6 cm di bawah puncak

iliaka. Area: di atas dari titik tengah garis khayal

tersebut

c. Ventro Gluteal (M. Gluteus Medius)

i. Indikasi : org dewasa dan anak < 7 bulan

ii. Dosis obat 1 – 3 cc, 20 – 23 gauge, 1 – ½ inch jarum

Langkah :

i. Posisikan OP telentang lateral

ii. Letakan tangan kanan anda pada pinggul kiri pasien

pada Trochanter Mayor atau sebaliknya posisikan jari

Gambar 49

Lokasi injeksi intramuskular

pada otot Gluteus Lateralis

Gambar 50

Lokasi injeksi intramuskular

pada otot Gluteus Medius

Page 46: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

46

telunjuk sehingga menyentuh SIAS. Kemudian

gerakkan jari tengah anda sejauh mungkin menjauhi jari

telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan

jari tengah anda akan membentuk huruf “V”. Suntikan

jarum ditengah-tengah huruf V, maka jarum akan

menembus M.Gluteus Medius.

iii. Volume suntikan ideal antara 1 – 4 ml

iv. Lokasi ini cocok untuk anak di atas usia 7 tahun dan

dewasa. Posisi saat injeksi telungkup, telentang atau

miring. Namun paling memudahkan dalam posisi miring

dengan lutut di tekuk dan agak dinaikkan menuju dada.

d. Vastus Lateralis

i. Pada orang dewasa M. Vastus Lateralis terletak pada

sepertiga tengah paha bagian luar.

ii. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit diatasnya

perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum

mencapai kedalaman yang tepat.

iii. Indikasi : bayi dan anak < 7 mo

iv. Dosis obat 1 – 4 ml (1 – 3 ml u/ bayi)

Langkah:

i. Posisikan OP telentang atau duduk

ii. Temukan trochanter terbesar dan kondilus femur lateral.

Area suntik : 1/3 tengah dan aspek antero lateral paha

iii. Volume ideal antara 1 – 5 ml (untuk bayi 1 - 3 ml).

b. Injeksi subkutan

Cara pemberian ini terutama dilakukan pada obat-obatan yang harus

menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan bahkan sampai 24 jam,

seperti insulin dan morfin. Tempat yang dianjurkan untuk melakukan suntikan

Gambar 50

Lokasi injeksi intramuskular

pada otot Vastus Lateralis

Page 47: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

47

subkutan adalah lengan bagian atas, kaki bagian atas, dan daerah sekitar pusar.

Disini kita dengan mudah kita mengambil/ memegang lipatan kulit dan

memasukkan jarum ke dalam jaringan lemak dan jaringan pengikatnya yang

ada dibawah kulit. Tergantung juga pada panjangnya jarum, kita masukkan ke

dalam dengan sudut 90˚ (pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau dibawah

sudut 45˚ (pada jarum yang lebih panjang). Setelah kita memasukkan jarum,

kita rasakan apakah jarum ini bebas posisinya (tanda bahwa kita benar-benar

telah mencapai jaringan ikat dibawah kulit). Selanjutnya kita tarik

penghisapnya sedikit ke atas untuk melihat apakah jarum tidak mengenai

pembuluh darah. Jika ini memang yang dimaksud maka kita akan melihat

sejumlah darah di dalam tabung cairan pada spluit tersebut. Jika ini yang

terjadi maka kita akan menarik keluar jarum suntik kemudian memasukkanya

ke dalam kulit. Setelah cairan dikeluarkan secara perlahan-lahan kita dengan

cepat menarik jarum suntikan itu keluar, dan memijat-mijat tempat itu agar

tertutup kembali.

Pada pasien yang mendapatkan sejumlah suntikan subkutan, maka kita

harus secara terus menerus berganti tempat penusukan. Di samping itu kita

harus dengan teliti memperhatikan agar jangan menyuntikan pada tempat-

tempat dimana ada bekas jaringan yang terluka atau pada tempat dimana

terjadi edema.

Gambar 51

Posisi penyuntikan subkutan, posisi jarum

sembilan puluh derajat jika ukuran jarum

kurang dari 1cm, biasannya pada

penyuntikan menggunakan spluit insulin.

Page 48: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

48

Gambar 52

Lokasi-lokasi penyuntikan secara

subkutan.

Page 49: Luka Dan Penanganannya by TBMAverroes

49

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat dan de jong, edisi 3.

Jakarta : EGC.

2. Bedah Minor dan Manajemen Luka. Solo : UNS

3. Sudjatmiko, dkk. 2009. Menjahit Luka supaya bekasnya susah dicari. Jakarta : Sagung Seto.

4. Brunikardi, dkk. 2010. Schwartz’s Principle of Surgery, 9th Edition. USA : The McGraw-Hill

Companies, Inc