37
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS OD POAG PSEUDOFAKOS, OS GLAUKOMA SEKUNDER DI RUANG SADEWA RUMAH SAKIT MATA DR. YAP Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah Dosen Pembimbing : Sapta Rahayu Noamperani, S. Kep. Ns, Disusun oleh : Nissa Kurniasih P07120214023

Lp Glaukoma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan pendahuluan glaukoma

Citation preview

Page 1: Lp Glaukoma

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L

DENGAN DIAGNOSA MEDIS OD POAG PSEUDOFAKOS,

OS GLAUKOMA SEKUNDER

DI RUANG SADEWA

RUMAH SAKIT MATA DR. YAP

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan

Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing : Sapta Rahayu Noamperani, S. Kep. Ns,

Disusun oleh :

Nissa Kurniasih

P07120214023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

D-IV KEPERAWATAN

2016

Page 2: Lp Glaukoma

HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Diagnosa Medis OD POAG Pseudofakos,

OS Glaukoma Sekunder di Ruang Sadewa RS Mata dr. YAP, telah disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa,

Nissa Kurniasih

P07120214023

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

Leonardus Galuh Kusuma, S. Kep. Ns, Sapta Rahayu Noamperani, S. Kep. Ns,

Page 3: Lp Glaukoma

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan terhadap

pasien Ny. L dengan diagnosa medis OD POAG Pseudofakos, OS Glaukoma Sekunder di Ruang

Sadewa RS Mata dr. YAP ini dengan lancar. Penulisan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu tugas yang diberikan yaitu Keperawatan Medikal Bedah.

Asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu atas bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah menyetujui adanya praktik lab klinik

ini.

2. Ketua Jurusan yang telah mengadakan Praktik Lab Klinik Keperawatan Medikal Bedah

sehingga kami dapat berlatih dan mendapatkan keterampilan yang cukup banyak.

3. Direktur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang telah menerima kami untuk praktik

sehingga kami mendapatkan pengalaman menangani pasien secara langsung.

4. Para perawat bangsal ruang inap RS Mata dr. YAP yang telah menerima, membimbing,

mengajari serta mendampingi kami dalam melaksanakan praktik lab klinik ini.

5. Sapta Rahayu Noamperani, S. Kep. Ns, sebagai pembimbing akademik yang telah

mendampingi dan membimbing kami selama kami menjalani praktik lab klinik.

6. Leonardus Galuh Kusuma, S. Kep. Ns, sebagai pembimbing lapangan yang telah

mendampingi dan membimbing kami selama praktik maupun dalam penyusunan laporan

harian dan asuhan keperawatan ini.

7. Rekan-rekan kelas D-4 Keperawatan yang telah memberi beberapa masukan.Secara khusus

kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan

dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti

perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap, Asuhan Keperawatan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

perbaikan menuju arah yang lebih baik.

 

Yogyakarta, 27 Juni 2016

 

Penulis,

Page 4: Lp Glaukoma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan

tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan. Keruskan fungsi

saraf akan mengganggu fungsinya dalam meneruskan bayangan yang dilihat dari mata

ke otak dan digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda (vision).

Gangguan tersebut berupa rasa sakit (pusing) pada kepala secara terus-menerus,

pandangan kabur dan bergoyang, terutama pada tempat yang luas.

Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak,

biasanya terjadi pada usia lanjut. Penduduk yang berusia diatas 40 tahun di beberapa

negara, 2% diantaranya menderita Glaukoma. Di Indonesia, glaukoma merupakan

kebutaan yang tidak dapat dipulihkan.

Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau

gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan

segala akibatnya.Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan,

kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus, mentebabkan atrofi

saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan

dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya tanpa timbulnya

gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan

dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan kerusakan

organik bervariasi. Beberapa orang dapat menoleransi tekanan yang mungkin bagi

orang lain dapat menyebabkan kebutaan.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pasien dengan Glaukoma

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi Glaukoma

b. Mengetahui fisologi Glaukoma

c. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi Glaukoma

d. Mengetahui etiologi Glaukoma

e. Mengetahui manifestasi klinis Glaukoma

f. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada Glaukoma

Page 5: Lp Glaukoma

g. Menggambarkan asuhan keperawatan pasien tentang pengkajian, analisa data,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses/ hasil pada pasien

dengan Glaukoma.

Page 6: Lp Glaukoma

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang

paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang

atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian

visual.

1. Organ luar

a. Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.

b. Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.

c. Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.

2. Organ dalam

Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya

menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian

tersebut adalah:

a. Kornea Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari

sumber cahaya.

b. Sklera Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata

1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.

c. Pupil dan iris Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan

kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan

melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi

ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi

sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.

d. Lensa mata Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada

retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh

tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang

dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat

(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.

e. Retina atau Selaput Jala Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap

cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina,

cahaya diteruskan ke saraf optik.

f. Saraf optik Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju

ke otak.

Page 7: Lp Glaukoma

3. Palpebra

a. Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.

b. Tdd : Palpebra superior dan inferior

c. Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh

membran mukosa à conjunctiva.

d. Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.

e. sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.

f. Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus lacrimalis) dan

terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)

Page 8: Lp Glaukoma

4. Lapisan bola mata

Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3 lapisan :

a. Tunika fibrosa :  

1) Bagian posterior yang opak

2) Sclera

3) Bagian anterior yang transparan

4) Cornea

b. Tunika Vasculosa Pigmentosa :  

1) Choroidea

2) Corpus Cilliary

3) Iris dan pupil

4) Tunika Nervosa :  Retina

c. Otot-otot penggantung bola mata

d. Vaskularisasi bola mata

Page 9: Lp Glaukoma

Ada 2 sistem vaskularisasi bola mata :

1) Sistem arteri siliar, terdiri dari :

a) Arteri siliaris anterior (9)

b) Arteri siliaris posterior brevis (7)

c) Arteri siliaris longus (4)

2) Sistem arteri Sentralis

a) Retina (12)

e. Persarafan

Saraf yang bertangung jawab

terhadap mata manusia adalah

saraf optikus (Nervus II). Bagian

mata yang mengandung saraf

optikus adalah retina. Saraf

optikus adalah kumpulan jutaan

serat saraf yang membawa pesan

visual dari retina ke otak

Sedangkan saraf yang menggerakkan

otot bola mata adalah saraf okulomotoris

Page 10: Lp Glaukoma

(Nervus III), saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka

kelopak mata, dan mengatur konstraksi pupil mata.

Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang

merangsang dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar

Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan

air mata yang encer.

f. Sistem cairan mata - Intraokular

Mata diisi dengan cairan

intraokuolar, yang mempertahankan

tekanan yang cukup pada bola mata

untuk menjaga distensinya. Cairan ini

dibagi dua : Humor aqueous (anterior

lensa), Humor vitreus (posterior lensa

& retina).

Humor aqueous berperan sebagai

pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak

berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk

mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya

cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan

dalam bola mata/tekanan intra okuler.

g. Sirkulasi Aqueous Humor

Page 11: Lp Glaukoma

B. Definisi

Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Glaukoma, yaitu :

1. Long Barbara (1996)

Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan

tekanan intra okuler.

2. Chandler & Grant (1977)

Glaukoma adalah suatu keadaan pada mata, dimana ditemukan kenaikan

tekanan bola

mata yang sudah menyebabkan kerusakan/kelainan pada diskus optikus dan lapang

pandangan.

3. Arif (1999)

Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup besar

untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang pandang.

4. Sidarta Ilyas (2000)

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa

peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang

pandangan mata.

B. Etiologi

Penyebab glaukoma antara lain :

1. Primer terdiri dari :

a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma.

b. Kronik : Dapat disebabkan oleh keturunan keluarga.

2. Sekunder

Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, perubahan lensa, kelainan uvea,

pembedahan, pemakai steroid secara rutin misalnya : pemakai obat tetes mata yang

mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita

asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid

secara rutin lainnya.

3. Faktor Resiko

a. Umur

Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2%

dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah

dengan bertambahnya usia.

b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Page 12: Lp Glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma

mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma.Resiko terbesar

adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

c. Tekanan bola mata

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma.Meskipun

untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat

merusak saraf optik.Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan

dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.

d. Obat-obatan

Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang

mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk

penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang

memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda

pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri

anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.

C. Patofisiologi

Patofisiologi glaukoma dapat dijelaskan berdasarkan klasifikasi di bawah ini :

1. Glaukoma Sudut Terbuka

Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Glaukoma

sudut terbuka terjadi karena pembendungan terhadap aliran keluar aqueous humor,

sehingga menyebabkan penimbunan. Hal ini dapat memicu proses degenerasi

trabecular meshwork, termasuk pengendapan materi ekstrasel di dalam anyaman

dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm (Salmon, 2009).

Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan hubungannya

dengan tingginya tekanan intraokular masih belum begitu jelas. Teori utama

memperkirakan bahwa adanya perubahan-perubahan elemen penunjang struktural

akibat tingginya tekanan intraokular di saraf optikus, setinggi dengan lamina

kribrosa atau pembuluh darah di ujung saraf optikus (Friedman dan Kaiser, 2007).

Teori lainnya memperkirakan terjadi iskemia pada mikrovaskular diskus optikus

(Kanski, 2007). Kelainan kromosom 1q-GLC1A (mengekspresikan myocilin) juga

menjadi faktor predisposisi (Kwon et al, 2009).

2. Glaukoma Sudut Tertutup

Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila terbentuk sumbatan sudut kamera

anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran aqueous humor dan tekanan

intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan

Page 13: Lp Glaukoma

penglihatan yang kabur. Serangan akut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupil, yang

terjadi spontan di malam hari, saat pencahayaan kurang (Salmon, 2009).

3. Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan bola mata

dengan tiba-tiba akibat penutupan pengaliran keluar aqueous humor secara

mendadak. Ini menyebabkan rasa sakit hebat, mata merah, kornea keruh dan

edematus, penglihatan kabur disertai halo (pelangi disekitar lampu). Glaukoma

sudut tertutup akut merupakan suatu keadaan darurat (Salmon, 2009).

4. Glaukoma Sudut Tertutup Kronis.

Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar

tanpa gejala yang nyata, akibat terbentuknya jaringan parut antara iris dan jalur

keluar aqueous humor. Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat herediter dan

lebih sering pada hipermetropia. Pada pemeriksaan didapatkan bilik mata depan

dangkal dan pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea (Salmon,

2009).

5. Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang ditemukan.

Glaukoma ini disebabkan oleh kelainan perkembangan struktur anatomi mata yang

menghalangi aliran keluar aqueous humor. Kelainan tersebut antara lain anomali

perkembangan segmen anterior dan aniridia (iris yang tidak berkembang). Anomali

perkembangan segmen anterior dapat berupa sindrom Rieger / disgenesis

iridotrabekula, anomali Peters/ trabekulodisgenesis iridokornea, dan sindrom

Axenfeld (Salmon, 2009).

6. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya penyakit

mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara lain glaukoma

pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi lensa, fakolitik, uveitis,

melanoma traktus uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan peningkatan tekanan

episklera (Salmon, 2009).

7. Glaukoma Tekanan-Normal

Beberapa pasien dapat mengalami glaukoma tanpa mengalami peningkatan

tekanan intraokuli, atau tetap dibawah 21 mmHg. Patogenesis yang mungkin adalah

kepekaan yang abnormal terhadap tekanan intraokular karena kelainan vaskular

atau mekanis di kaput nervus optikus, atau bisa juga murni karena penyakit

vaskular. Glaukoma jenis ini sering terjadi di Jepang. Secara genetik, keluarga yang

memiliki glaukoma tekanan-normal memiliki kelainan pada gen optineurin

Page 14: Lp Glaukoma

kromosom 10. Sering pula dijumpai adanya perdarahan diskus, yang menandakan

progresivitas penurunan lapangan pandang (Salmon, 2009).

D. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala dari glaukoma adalah sebagai berikut :

1. Tekanan intraokuler (TIO) meningkat

Normal TIO berkisar antara 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). TIO dapat

menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung pada nilai TIO, tahapan glaukoma

secara umum (tahap awal atau lanjut). TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya

menyebabkan kerusakan dalam hitungan tahun. TIO 40-50 mmHg dapat

menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi

pembuluh darah retina.

2. Defek lapang pandang yang khas

3. Pembesaran mata

Terlihat jelas pada anak-anak, yakni buftalmus.

4. Penggaungan patologis papil saraf optik.

a. Glaukoma primer

Glaukoma sudut terbuka

- Kerusakan visus yang serius

- Lapang pandang mengecil

Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf

optik menimbulkan kerusakan dari saraf retina yang biasanya

menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma).

- Perjalanan penyakit progresif lambat

Glaukoma sudut tertutup

- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

- Timbulnya halo disekitar cahaya

Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian

cairan oleh sel-sel endotel. jika tekanan meningkat dengan cepat

(glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan

halo di sekitar cahaya.

- Pandangan kabur

- Sakit kepala

- Mual, muntah

- Kedinginan

Glaukoma sekunder

- Pembesaran bola mata

Page 15: Lp Glaukoma

- Gangguan lapang pandang

- Nyeri didalam mata

b. Glaukoma kongenital

Gangguan penglihatan

E. Klasifikasi

1. Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka menahun

Glaukoma sudut terbuka Primer adalah tipe yang yang paling   umum

dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada

riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang

perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.Seringkali tidak ada

gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan

terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk

deteksi dan penanganan dini. Glaukoma sudut terbuka primer biasanya

membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam

mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

b. Glaukoma sudut tertutup akut

Pada glaukoma ini ditandai dengan serangan akut meningginya tekanan

intraokuler selama beberapa jam.Tekanan ini biasanya bisa berlipat tiga, 4 kali

dari tekanan normal. Bila bola mata ditekan akan terasa empuk, tetapi pada saat

terjadi serangan maka bola mata teraba keras seperti batu dan aliran cairan mata

terhambat sama sekali. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan

karena keluhannya yang mengganggu.Gejalanya adalah sakit mata hebat,

pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.Beberapa pasien

bahkan mual dan muntah-muntah.Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk

yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang

singkat.

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak,

diabetes,trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau

tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata.

Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-

obatan tersebut. Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang

menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata

dapat diakibatkan oleh : perubahan lensa , Kelainan, uvea , Trauma bedah. Naiknya

Page 16: Lp Glaukoma

tekanan intraokular pada glaukoma ini karena terhambatnya aliran cairan air mata

yang melewati pupil atau ditempat keluarnya melalui kanal schlem.

3. Glaukoma Kongenital

Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan

trabekular.Glaukoma ini dapat dilihat dalam masa pertumbuhan bola mata anak

menjadi semakin besar karena tingginya tekanan intraokular.Dan terjadi pada tahun

pertama setelah lahir.Diturunkan secara autosomal resesif.Penyakit ini timbul akbat

dari salah tumbuh struktur sudut dan saluran keluar air mata.Pemisahan iris perifer

dari dinding korneosklera tidak sempurna.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan glaukoma

adalah:

1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau

vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina

atau jalan optik.

2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada

hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.

3. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau

hanya meningkat ringan.

4. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus

optikus macula dan pembuluh darah retina.

5. Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu

memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan

oblikkedalam tuberkulum dengan lensa khusus.

a. pengukuran tekanan okuler dengan tonometer : Nilai mencurigakan apabila

berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap patologi bila melebihi 25

mmHg (normal 11-21 mmHg). Pada glaukoma sudut terbuka kronis, TIO

biasanya sebesar 22-40 mmHg.pada glaukoma sudut tertutup TIO meningkat

hingga di atas 60 mmHg (Sidharta Ilyas, 2004).

b. Pemeriksaan sudut iridkornea dengan lensa gonioskopi untuk mengkonfirmasi

adanya sudut terbuka.

c. Pemeriksaan lempeng optik dan menentukan apakah mengalami cupping

patologis. Lempeng dinilai dengan memperkirakan cup to ratio. pada mata

normal. rasio ini biasanya tidak lebih besar dari 0,4. pada glaukoma kronis,

akson yang memasuki papil saraf mati.

Page 17: Lp Glaukoma

6. Perimetri  : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan

yangkhas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat

diperiksa dengan tes konfrontasi.

7. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi

8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK

9. Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.

10. Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat

digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi :

1. Terapi medikamentosa

Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat

sistemik (obat yang mempengaruhi seluruh tubuh)

2. Terapi obat-obatan

Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut.Terapi awal yang

diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan

metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin).Untuk mencegah

efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya

tidak boleh terlalu sering.Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan

antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya.

a. obat sistemik

- Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena

(acetazolamide 500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas

lambat 250mg 2x sehari.

- Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum

adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah

manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide

sudah tidak efektif lagi.

- Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.

b. obat tetes mata lokal

-  Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,

levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna

untuk menurunkan TIO.

- Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan

mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.

Page 18: Lp Glaukoma

- Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x dengan jarak 15

menit kemudian diberikan 4x sehari.Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai

pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi.

3. Terapi Bedah

a. Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang

dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran aqueus humor. Hal

ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.

b.  Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari

50% atau gagal dengan iridektomi.

c. Trabekulektomi (bedah filtrasi). merupakan prosedur pembedahan untuk

mengobati glaukoma dengan menurunkan tekanan mata (TIO). Dalam prosedur

ini, sepotong kecil dari dinding mata yang mungkin termasuk trabecular

meshwork (drainase alami) akan dihapus. pembedahan ini akan membuka

saluran baru dan menciptakan bypass ke trabecular meshwork untuk

mengurangi TIO.

Page 19: Lp Glaukoma

BAB III

ASKEP TEORI

A. Pengkajian

1. Data demografi :

a. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur kurang lebih 40 tahun

b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan paling sedikit 5 kali dibandingkan kulit

putih

c. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Aktivitas/istirahat

Perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan

3. Makanan/cairan

Mual, muntah (glaukoma akut)

4. Nyeri/kenyamanan

Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/berat,

menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut)

5. Neurosensori

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut)

6. Riwayat keluarga

Apakah terdapat keluarga yang juga mengalami glaukoma atau diabetes mellitus

7. Riwayat pasien

Mengalami trauma atau pembedahan mata atau pernah mendapat terapi

kortikosteroid jangka panjang. Apakah ada riwayat pengguanaan obat, misalkan

antidepresan trisiklik, antihistamin, (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya

dapat mengakibatkan glaukoma sudut tertutup primer), fenotiasin, inhibitor

monoamine oksidase (MAO), antikolinergik, antispasmotik dan antiparkinson.

8. Pemeriksaan fisik dan penunjang

a. Pemeriksaan dengan oftalmoskop : mengkaji kerusakan saraf optikus, untuk

mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. diskus optikus menjadi

lebih luas dan dalam pada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal,

aqueus humor keruh dan pembuluh darah dan menjalar keluar dari iris.

b. Pemeriksaan lapang pandang perifer

Pada kedaan akut, lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan kedaan

kronik akan menurun secara bertahap.

c. Pemeriksaan melalui inspeksi

Page 20: Lp Glaukoma

Untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh,

dilatasi pupil dan gagal bereaksi terhadap cahaya.

d. Pengukuran tonografi

Mengkaji TIO, normal11-21 mmHg

e. Pengukuran genioskopi

Membantu membedakan glaukoma sudut tertutup atau terbuka.

f. Tes provokatif

Digunakan alam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya

meningkat ringan.

g. Tes toleransi glukosa

Menentukan adanya diabetes mellitus (Suddarth, 2001).

B. Diagnosa Keperawatan1. Pre Operasi

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO

b. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut

saraf oleh karena peningkatan TIO.

c. Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang

pengetahuan tentang prosedur pembedahan

d. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang

2. Post operasi

a. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi

b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi

Page 21: Lp Glaukoma

DAFTAR PUSTAKA

Kanski, J. J. (2007). Glaucoma : Primary open-angle glaucoma (6 ed). Philadelphia :

Saunders

Kwon, et al. (2009). Mechanisms of disesase, promary open-angle glaucoma. N Eng J Med

360 : 1113-1124

Long, B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (3 ed.). Jakarta: EGC.

NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 -

2014. (M. Ester, Ed., M. Sumarwati, D. Widiarti, & E. Tiar, Trans.) Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa

medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2 ed.). Yogyakarta: Med Action Publishing.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit

(6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC.

Salmon, J. R. (2009). Galukoma. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury (17 ed). Jakarta :

EGC

Suddarth, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.

Page 22: Lp Glaukoma

C. PERENCANAAN

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri b.d

peningkatan

TIO

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24

jam diharapakan nyeri hilang/

berkurang dengan Kriteria

Hasil:

Klien dapat

mengidentifikasi penyebab

nyeri

Klien menyebutkan faktor-

faktor yang dapat

meningkatkan nyeri

Klien mampu melakukan

tindakan untuk mengurangi

nyeri.

a. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi

nyeri

b. Pantau derajat nyeri mata setiap 30

mentit selama masa akut

c. Pertahankan istirahat di tempat

tidur dalam ruangan yang tenang

dan gelap dengan kepala

ditinggikan 30° atau dalam posisi

nyaman

d. Berikan lingkungan yang nyaman

a. Mengenal berat ringannya nyeri dan

menentukan terapi

b. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpanan dari hasil yang diharapkan.

c. Mengurangi rangsangan terhadap syaraf

sensori dan mengurangi TIO

d. Stress dan sinar menimbulkan TIO yang

mencetuskan nyeri

e. Keadaan rileks dapat mengurangi nyeri.

f. untuk mengurangi nyeri

Page 23: Lp Glaukoma

e. Anjurkan tehnik relaksasi.

f. Kolaborasi tentang pemberian

analgesic

2. Penurunan

persepsi

sensori

visual /

penglihatan

b.d serabut

saraf oleh

karena

peningkatan

TIO

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24

jam diharapakan peningkatan

persepsi sensori dapat

berkurang dengan Kriteria

Hasil:

Klien dapat meneteskan

obat mata dengan benar

Kooperatif dalam tindakan

Menyadari hilangnya

pengelihatan secara

permanen

Tidak terjadi penurunan

visus lebih lanjut

a. Kaji dan catat ketajaman

penglihatan

b. Kaji tingkat deskripsi fugnsional

terhadap penglihatan dan perwatan

c. Sesuaikan lingkungan dengan

kemampuan penglihatan

d. Kaji jumlah dan tipe rangsangan

yang dpat diterima klien

e. Observasi TTV

f. Kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian terapi

a. Menentukan kemampuan visual

b. Memberikan keakuratan terhadap

penglihatan dan perawatan

c. Meningkatkan self care dan mengurangi

ketergantungan

d. Meningkatkan rangsangan pada waktu

kemampuan penglihatabn menurun

e. Mengetahui kondisi dan perkembangan

klien secara dini

f. Untuk mempercepat proses penyembuhan

Page 24: Lp Glaukoma

3. Cemas b.d

Penurunan

ketajaman

penglihatan,

Kurang

pengetahuan

tentang

prosedur

pembedahan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24

jam diharapakan Cemas klien

dapat berkurang dengan

Kriteria Hasil:

Berkurangnya perasaan

gugup

Posisi tubuh rileks

Mengungkapkan

pemahaman tentang

rencana tindakan

a. Hati-hati penyampaian hilangnya

penglihtan secara permanen

b. Berikan kesempatan klien

mengekspresikan

tentang kondisinya

c. Pertahankan kondisi yang rileks

d. Observasi TTV

e. Siapkan bel ditempat tidur dan

instruksikan klien memberikan

tanda bila mohon bantuan

f. Kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian terapi

a. Jika klien belum siap akan menambah

kecemasan

b. Mengekspresikan perasaan membantu Kx

mengidentifikasi sumber cemas

c. Rileks dapat menurunkan cemas

d. Untuk mengetahui TTV dan

perkembangannya

e. Dengan memberikan perhatian akan

menambah kepercayaan klien

f. Diharapkan dapat mempercepat proses

penyembuhan

4. Resiko cedera

b/d penurunan

lapang

pandang

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam

diharapakan Klien

tidak mengalami

cedera dengan Kriteria

a. Orietasikan klien terhadap

lingkungan ketika tiba.

b. Lakukan modifikasi lingkungan

untuk meindahkan semua bahaya:

Singkirkan rintangan pada

tempar lalu lalang

a. Mengurangi kecelakaan atau cidera

b. Menimalkan tingkat cidera yang berasal dari

gangguan ini

Page 25: Lp Glaukoma

Hasil:

Klien mampu

mendemontrasikan

tentang kewaspadaan

kecemasan

Klien meminta bantuan

petugas saat memenuhi

kebutuhan.

Sungkirkan gulungan dari kaki

Singkirkan barang-barang yang

mungkin dapat mencederai

klien.

c. Serahkan benda-benda termasuk

bel pemanggil, alat bantu

ambulasi kepada klien

d. Bantu klien dan keluarga

mengevaluasi lingkungan rumah

terhadap bahaya yang mungkin

terjadi.

c. Mengurangi resiko terjatuh

d. Mempertahankan yang aman setelah pulang.

Page 26: Lp Glaukoma