29
TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi Femur Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas Caput Corpus dan collum dengan ujung distal dan proksimal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut (Syaifudin, B.AC 1995). Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang ini memiliki karakteristik yaitu: Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Dia terpisah dengan collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan ditutupi deengan tulang rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area pegerakan yang bebas. Bagian caput mengarah ke arah medial, ke atas, dan kedepan acetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah caput, dimana ligamentum teres menempel. Collum femur membentuk sudut 125 0 dengan corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut yang patologis masing –masing disebut deformitas coxa vara dan coxa valga. Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya terdapat trochanter major dan pada bagian posteromedialnya terdapat trochanter minor. Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric membatasi pertemuan antara corpus dan collum. Linea aspera adalah tonjolan yang berjalan secara longitudinal sepanjang permukaan posterior femur, yang terbagi, pada bagian bawah menjadi garis- garis suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir pada adductor tubercle.

LP Fraktur Femur 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fraktur femur

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA1. Anatomi FemurMerupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas Caput Corpus dan collum dengan ujung distal dan proksimal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut (Syaifudin, B.AC 1995). Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang ini memiliki karakteristik yaitu: Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Dia terpisah dengan collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan ditutupi deengan tulang rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area pegerakan yang bebas. Bagian caput mengarah ke arah medial, ke atas, dan kedepan acetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah caput, dimana ligamentum teres menempel. Collum femur membentuk sudut 1250 dengan corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut yang patologis masing masing disebut deformitas coxa vara dan coxa valga. Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya terdapat trochanter major dan pada bagian posteromedialnya terdapat trochanter minor. Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric membatasi pertemuan antara corpus dan collum. Linea aspera adalah tonjolan yang berjalan secara longitudinal sepanjang permukaan posterior femur, yang terbagi, pada bagian bawah menjadi garis- garis suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir pada adductor tubercle. Ujung bawah femur teridiri dari condilus femoral, medial dan lateral femur epicondilus medial. Bagian tersebut menunjang permukaan persendian dengan tibia pada sendi lutut. Lateral epycondilus lebih menonjol dari medila epycondilus, hal ini untuk mencegah pergeseran lateral dari patella. Kondilus kondilus itu didipisahkan bagian posteriornya dengan sebuah intercondylar notch yang dalam. Femur bawah pada bagian anteriornya halus untuk berartikulasi dengan bagian posterior patella. Anatomi normal osseus pada femur cukup jelas. Proyeksi normal x ray nya adalah AP dan lateral. Jika terdpat Fraktur femur sebenarnya sangat jelas, seperti yang biasa diperkirakan, mungkin saja frakturnya transversal, spiral, atau comminut fraktur, dengan variasi sudut dan bagian bagian yang tumpang tindih.

Gambar 2.1. Anatomi Femur

Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis. Epiphysis ProksimalisUjung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian disebelah lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crista intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula, maka disebelah medial trochantor major terdapat cekungan disebut fossa trochanterica. DiaphysisMerupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Mempunyai dataran yaitu facies medialis, facies lateralis, facies anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan labium laterale, labium medial sendiri merupakan lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal membentuk segitiga disebut planum popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium medial lateral disebut juga supracondylaris lateralis/medialis. Epiphysis distalisMerupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan os. patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis disebut linea intercondyloidea

2. Perbedaan fraktur femoral pada anak dan dewasa Fraktur femoral pada anak sembuh lebih cepat karena adanya periosteum yang aktif dan banyaknya vascular. Pembentukan kalus lebih cepat terjadi untuk menopang fraktur femoral pada anak. (Murugappan, 2011) Fraktur leher femur pada anak terjadi karena trauma yang besar, berbeda dengan dewasa yang terjadi karena trauma kecil, seperti jatuh ke lantai. (Murugappan, 2011) Pemisahan transepifisis merupakan cedera yang terjadi pada pembentukan tulang yang imatur. (Murugappan, 2011) Deformitas tulang dapat terjadi jika terjadi pertumbuhan yang abnormal karena kerusakan lempeng pertumbuhan. (Skinner, 2003) Permukaan sendi pada anak biasanya lebih tolerir terhadap iregularitas daripada orang dewasa. (Skinner, 2003)

3. Klasifikasi FrakturFraktur dapat terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu:1. Klasifikasi etiologis Fraktur traumatikYYang terjadi karena trauma yang tiba-tiba Fraktur patologisTerjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista tulang, osteomielitis dan sebagainya. Fraktur stresTerjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

2. Klasifikasi klinis Fraktur tertutup (simple fracture)Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur terbuka (compound fracture)Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.3. Klasifikasi radiologisKlasifikasi ini berdasarkan atas:a. Lokalisasi Diafisial Metafisial Intra-artikuler Fraktur dengan dislokasi

Gambar 2.2. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi. (A)Fraktur diafisis, (B)Fraktur metafisis, (C)Dislokasi dan fraktur, (D)Fraktur intra-artikule.

Konfigurasi Fraktur transversal Faktur oblik Fraktur spiral Fraktur Z Fraktur segmental Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur patela Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak Fraktur impaksi Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus Fraktur epifisis.

Gambar 2.3. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi. (A)Transversal, (B)Oblik, (C)Spiral, (D)Kupu-kupu, (E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi.

b. Menurut ekstensi Fraktur total Fraktur tidak total (fraktur crack) Fraktur buckle atau torus Fraktur garis rambut Fraktur green stick

Gambar 2.4. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur (A)Transversal, (B)Oblik, (C)Segmental, (D)Spiral dan segmental, (E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi

c. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4) Tidak bergeser (undisplaced) Bergeser (displaced)Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :a) Bersampinganb) Angulasic) Rotasid) Distraksie) Over-ridingf) Impaksi

Gambar 2.5Klasifikasi Fraktur Femur1. FRAKTUR PROXIMAL FEMUR Intracapsular fraktur termasuk femoral head dan leher femur Capital: uncommon Subcapital: common Transcervical: uncommon Basicervical: uncommon Gambar 2.6 Entracapsular fraktur termasuk trochanter Intertrochanteric Subtrochanteric

Gambar 2.7

Gambar 2.8 Klasifikasi dari fraktur femur proksimal pada anak, berdasarkan klasifikasi Colonna dan Delbet

2. Fraktur Leher FemurFrekuensi dan Mekanisme CederaFraktur disekitar sendi panggul merupakan akibat paksaan seperti trauma energi tinggi atau pada keadaan yang yang jarang yang sering dikaitkan dengan kondisi patologis. Fraktur leher femur pada gambaran yang tidak khas merupakan suatu kekerasan terhadap anak (child abuse) yang juga sering terjadi akhir akhir ini. insidensi secara keseluruhan pada fraktur leher femur pada anak anak adalah kurang dari 1%. Fraktur ini terjadi pada anak anak semua usia, tetapi insidensi tertinggi pada usia 11 tahun dan 12 tahun, dengan 60 70% terjadi pada anak laki laki. Pada Negara berkembang penyebab paling sering adalah kecelakaan lalu lintas sedangkan pada negara maju umunya penyebabnya adalah jatuh dari ketinggian seperti dari pohon dan atap rumah. 30% pasien pasien ini mengalami cedera yang berkaitan dengan dada, kepala, dan abdomen. Cedera pada ekstremitas seperti fraktur femur, tibia fibula, dan pelvik juga sering. Hal lain yang sering menyebabkan fraktur femur pada anak adalah child abuse. Pada neonatus, cedera lahir dapat menyebabkan pemisahan transipiphyseal.

Gambar 2.9 Fraktur Leher FemurTipeInsidensiPenyebabKarakteristik Penting

Tipe I8%Trauma energi tinggiChild abusePersalinan letak sungsang yag sulit 50% kasus terjadi dengan dislokasi kaput epifisis Risiko tinggi AVN (Avaskular Nekrosis) (20 100%) jika dikaitakan dengan dislokasi epifisis Diagnosis banding septik artritis, dislokasi panggul, lepasnya kaput femur epifisis.

Tipe II45%Trauma berat Variasi yang paling banyak 70 80% terjadi displace Risiko tinggi AVN (sampai 50%) Pada fraktur displace, hilangnya reduksi, malunion, non- union, deformitas varus,

Tipe III35%Trauma berat AVN 20 25% tergantung pada penempatan saat waktu cedera.

Tipe IV12%Trauma Nonunion dan AVN jarang

Prinsip penatalaksanaan termasuk di antaranya : Minimalkan komplikasi yang potensial pada avascular necrosis (AVN). Hindari cedera pada lempeng fisis. Reduksi fragmen fragmen secara anatomis Stabilisasi dengan pin atau sekrup mengakibatkan protesi dini menahan berat.Dekompresi terhadap hemarthrosis dan fiksasi internal stabil merupakan aspek penting terhadap treatment untuk semua fraktur dengan pergeseran. Fraktur yang tidak mengalami pergeseran dapat ditangani secara konservatif dengan cast immobilisasi menggunakan hip spica. Berdasarkan studi yang dilakukan pada 71 kasus dari British Orthopedic Association yang dilaporkan pada tahun 1962, Ratliff menyebutkan bahwa insidensi tinggi non union terjadi pada fraktur tipe II atau tipe III yang diterapi secara konservatif. Canale dan Bourland pada tahun 1974, melaporkan bahwa dengan operasi fiksasi yang diamati menunjukan hasil yang lebih baikMenurut Anil Arora (2006) penanganan fraktur leher femur traumatic pada anak didasari oleh tipe dan jumlah pergesaran akibat fraktur, dan maturitas skeletal pada anak. Untuk internal fiksasi pada fraktur leher femur tipe I, tipe II, dan tipe III, pin halus dapat digunakan pada infant, sekrup kanul 4.0 mm pada anak anak; sekrup kanul 6.5 mm pada remaja. Untuk fiksasi fraktur tipe IV, secara teori sekrip panggul pediatric (pediatric hip screw) lebih baik pada anak anak dan sekrup panggul dewasa untuk anak remaja. Hip spica cast yang digunakan untuk imobilisasi post operasi banyak terutama pada anak anak < 10 tahun. Untuk anak anak yang lebih tua, imobilisasi dengan pin lebih dianjurkan

3. Fraktur Batang Femur (Femoral Shaft Fracture)Frekuensi dan Mekanime CederaFraktur batang femur termasuk di antaranya subtrokanter dan suprakondilar yang berkisar 1.6% pada semua fraktur pada anak. Rasio anak laki laki dan perempuan adalah 2 : 1. Angka kejadian tahunan fraktur batang femur adalah 19 per 100.000 anak.Etiologi fraktur batang femur bergantung pada usia. Pada infant, diaman tulang femur relative lemah dan mungkin patah karena beban karena terguling. Pada usia anak taman kanak kanak dan usia sekolah, sekitar setengah dari fraktur batang femur disebabkan oleh kecelakaan berkecepatan rendah seperti terjatuh dari ketinggian, misalnya dari sepeda, pohon, tangga atau sesudah tersandung dan terjatuh pada level yang sama dengan atau tanpa tabrakan. Seiring dengan meningkatnya kekuatan tulang femur, dengan maturitas selanjutnya pada masa anak anak dan remaja, trauma berkecepatan tinggi sering mengakibatkan fraktur pada femur.Fraktur pada batang femur jarang terjadi akibat trauma kelahiran, dengan pengecualian tersebut, maka fraktur ini dapat juga disebabkan oleh arthrogryposis multiplex congenital, myelomeningocele, dan osteogenesis imperfect. Kontraktur yang kaku pada panggul dan lutut pada anak anak dengan arthtogrypotic dapat menyebabkan fraktur batang femur selama proses persalinan atau selama penanganan selanjutnya. Kelompok risiko lainnya adalah bayi baru lahir dengan penyakit neuromuscular seperti myelomeningocele, osteopenia. Dan osteogenesis imperfect yang menyebabkan fraktur multiple.Fraktur batang femur yang terjadi selama 12 bulan pertama kehidupan jarang terjadi. Kebanyakan 30 50% merupakan non accidental dari child abuse. Penyebab ini sering terlewatkan dan penilaian awal oleh dokter adalah perlindunagn terhadap anak merupakan hal yang penting.

KlasifikasiFraktur shaft femoralis pada anak anak antara lain spiral, oblik, atau transversal, fraktur ini umumnya dapat pecah atau tidak pecah, tertutup atau terbuka. Diagnosis termasuk perbedaan antara fraktur pada epifisis (E), metafisis (M), atau diafisis (D) menampilkan identifikasi yang khas pada anak. Klasifikasi pediatrik pada anak yang baru memungkinkan dokumentasi dan pembanding terhadap metode pengobatan pada praktek klinik yang sama dengan penelitian klinis prospektif PenatalaksanaanFratur batang femur diterapi menurut usia dan besar anak, seiring cedera cedera tersebut seperti cedera kepala atau politrauma, atau tampak adanya lesi terbuka dengan cedera pada pembuluh darah dan saraf. Penyesuaian dengan pengobatan dan faktor sosioekonomik harus dipertimbangkan.Traksi masih digunakan secara luas untuk fraktur batang femur pada anak anak pra sekolah dan anak tahun pertama sekolah. Hospitalisasi selama 4 6 minggu dirasakan sudah memadai. Traksi kulit overhead (overhead skin traction) memiliki risiko berupa efek yang merugikan pada sirkulasi ekstremitas.Traksi kulit sebaiknya dipilih bahan yang hipoalergenik (ex, Elastoplast) untuk pasien yang alergi dengan bahan yang biasa atau pada orang tua dimana kulitnya telah rapuh.

Gambar 2.3 Traksi KulitKontraindikasi traksi kulit yaitu bila terdapat luka atau kerusakan kulit serta traksi itu, itu, yang memerlukan beban > 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.Selain itu, traksi kulit-Bryan traksi juga menjadi pilihan terapi pada fraktur batang femur. Anak diposisikan dengan tidur terlentang di tempat tidur, kedua tungkai dipasang traksi kulit, kemudian kedua tungkainya ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

Gambar 2.4 Bryan traksiKomplikasi Bryan traksi adalah terjadi iskemik paralisis. Hal ini disebabkan karena terganggunya aliran darah pada tungkai yang ditinggikan.

4. Fraktur Distal FemurKlasifikasiKlasifikasi Shalter Harris (SH), yang mendriskipsikan dalam 5 (lima) tipe, yaitu : (Arora, 2006) SH I: Fraktur pada zona hipertropi kartilago fisis, memisahkan epifisis dan metafisis secara longitudinal; Prognosis baik, biasanya hanya dengan closed reduction, ORIF dapat dilakukan jika stabilitas tidak tercapai atau tidak terjamin. SH 2: Fraktur sebagian mengenai fisis dan fragmen segitiga metafisis; 75% dari semua fraktur fisis. SH 3: Fraktur pada fisis dengan diskontinuitas artikular. Mengenai sebagian fisis, epifisis, dan permukaan sendi. Sering memerlukan ORIF untuk memastikan realignment anatomis. SH IV: Fraktur berjalan oblik melewati metafisis, fisis, dan epifisis. SH V: Lesi kompresi pada fisis; sulit untuk mendiagnosis pada saat cidera. Tidak tampak garis fraktur pada awal rontgen; jarang terjadi; Risiko besar terjadi gangguan pertumbuhan.

Gambar 2.10. Fraktur Shelter Haris

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSISa. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:1. Syok, anemia atau pendarahan2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.b. Pemeriksaan Lokal1. Inspeksi (Look)2. Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka3. Palpasi (Feel)Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan4. Pergerakan (Movement)Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal cedera. 5. Pemeriksaan neurologis6. Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis.

c. Pemeriksaan radiologiMacam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan kelainan tulang dan sendi :1) Foto PolosDengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.Tujuan pemeriksaan radiologis : Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi Untuk konfirmasi adanya fraktur Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya Untuk menentukan teknik pengobatan Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.

Gambar 5.1. Fraktur batang femur

2) CT-ScanSuatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.

Gambar 5.2. Fraktur femur

3) MRIMRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.

Gambar 5.3. Fraktur collum femur.

5. Proses PenyembuhanTulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur, biasanya diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan yang kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka, sehingga dalam mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar tidak timbul komplikasi selama reposisi. Penggunaan fiksasi yang tepat yaitu dengan internal fiksasi jenis plate and screw. Dilakukan operasi terhadap tulang ini bertujuan mengembalikan posisi tulang yang patah ke normal atau posisi tulang sudah dalam keadaan sejajar sehingga akan terjadi proses penyambungan tulang, yang menurut (Appley, Ronald, 1995). Stadium penyembuhan fraktur melalui beberapa tahap antara lain dapat dilihat pada tabel:Tabel 2.1 Tahap-tahap atau proses penyembuhan tulangHematoma Proliferasi Kalsifikasi Konsolidasi Remodeling

TulangTulang patah mengenai pembuluh darah

Terbentuk hematoma di sekitar pepatahan

Hematoma dibentuk jaringan lunak di sekitarnya

Permukaan tulang yang patah tidak mendapatkan supplay

Berlangsung selama24 jam setelah terjadi perpatahan Sel-sel periosteum dan endosteum paling menonjol pada tahap proliferasi

Proliferasi dari sel-sel dalam periosteum yang menutupi fraktur, sel-sel ini merupakan tumbuhnya osteoblast

Akan melepaskan unsur-unsur intraseluler dan kemudian menjadi fragmen lainBerlangsung selama 3-4 hari Jaringan seluler yang keluar dari masing-masing fragmen yang sudah matang

Sel-sel memberi perlengkapan untuk osteoblast.

Condoblast membentuk callus yang belum masak dan membentuk jendolan.

Adanya rigiditas pada fraktur

Berlangsung selama 6-12 mingguCallus yang belum masak akan membentuk callus

Berlangsung bertahap dan berubah-ubah

Adanya aktivitas osteoblast menjadi tulang lebih kuat dan masa strukturnya berlapis-lapis

Berlangsung setelah 12-14 minggu Tulang menyambung atau membentuk baik dari luar maupun dari dalam canalis medularis.

Osteoblast mengabsorbsi pembentukan tulang yang lebih.

Berlangsung selama 24 minggu sampai 1 tahun

Tabel 2.2 Tahap-tahap atau proses penyembuhan ototPeradanganProliferasiRemodeling

Otot Radang adalah mekanisme pertahanan diri pada otot yang terluka.Reaksi radang menyebabkan musnahnya agen yang membahayakan dan mencegah penyebaran yang luas.Radang juga menyebabkan jaringan yang cidera diperbaiki atau diganti yang baru.Tanda-tanda radang: Bengkak (tumor), berwarna kemerahan (rubon), panas (kalor), gangguan gerak (fungsiolesi)Terjadinya perbaikan jaringan epitelium dan jaringan penghubung (connectifity).Epitelium adalah lapisan yang membentuk epidemis kulit dan lapisan permukan mukosa.Jaringan penghubung adalah jaringan yang terdapat pada jaringan ekstra selular.Fibriobrasi akan berguna pada daerah yang mengalami peradangan dengan membentuk fibrin, lalu akan membentuk jaringan parut yang akan menyokong tensil strength untuk perbaikan.Disaat yang bersamaan sel endotel baru berkembang.Setelah berlangsung selama 7 hari degenerasi protein miofibril akan berlangsung secara perlahan-lahan yang diikuti dengan serangan phagocytic.Sel-sel otot yang mati akan berpindah.Terjadi pembentukan matrik jaringan connective dan sebagai fase penguatan jaringan parut, jaringan kolagen dilepaskan oleh fibriosis serta jaringan connective masih bersifat lunak.Organisasi sejajar masih terbentuk pada permukaan luka sehingga akan memelihara tensil strength. Namun kekuatan maximum dari jaringan parut hanya 70% dari jaringan normal.

Tabel 2.3 Tahap-tahap atau proses penyembuhan kulitRadang Poliferasi Cicatrik

Kulit Pada 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang yang mendadak.Hal-hal di bawah merupakan kejadian hislogik yang terjadi 48 jam pertama penyembuhan luka.8 jam, meluasnya area jaringan yang mengalami nekrosis pada kedua sisi sayatan.16 jam epitelium yang terletak antara jaringan yang masih hidup dengan jaringan nekrotik mengalami penebalan 24 jam ke 2, epitel yang berasal dari jaringan epitel yang masih hidup dan berinvasi mendekatkan ke 2 ujungnya.40 sampai 48 jam kedua, epitel tersebut akan bertemu dan membuang nekrotik dari lapisan jaringan yang keraktiosa, lalu keduanya bergabung dan menyatu di bawah luka dengan memutuskan hubungan pada luka yang bertujuan mengeluarkan perompeng.Setelah 3-9 hari epitel akan menutup kembali keratin dan meluasnya permukaan luka yang berkembang.Epidermis yang berhubungan dengan selokan berkurang karena mutasi atau perpindahan, dari fibrobast dan terisi oleh jaringan granulasi, jaringan granulasi tersusun dari epitelialossel.Fibroblast yang melepaskan collagen yang digunakan untuk pembentukan bekas luka dan kapiler membantu terbentuknya jaringan parut yang kemerahan. Jarinan garnulasi akan terbentuk berdasarkan terjadinya luka.Sebelum permukaan epitel tersebut terbentuk, jaringan granulasi yang baru bergabung dengan fibroblast dan kapiler akan berangsur pulih.Lalu secara berangsur-angsur akan terjadi konstruksi pada luka dipermukaan epitelium.Merupakan fase pembentukan jaringan parut permanen jaringan parut tersebut akan berkonstruksi dan pembuluh darah yang terdapat didalamnya akan dilenyapkan, sehingga jaringan parut berubah putih, colagen menjadi kuat, bekas luka tidak bisa dihilangkan. Berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan

Tabel 2.4 Tahap-tahap atau proses penyembuhan jaringan lunakJaringan lunak

Peradangan Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi, ischemia, sekunder atau agen fisik.

Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses healing tidak terjadi sampai reaksi peradangan reda.

Dengan dimulainya respon peradangan maka siklus perlukaan telah terlihat

Dalam persendian dan struktur peri artikuler reaksi jaringan mengarah kepada reaksi yang berlebihan, synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan akhirnya proses ini tidak terlewati akan terjadi degenerasi.

Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah oedem dan kadang disertai hemorage.

Perubahan ini membuat peradangan mengarah pada nyeri dan protektif spastik

Pembekuan Dengan adanya luka yang diikuti pendarahan dan vasokontriksi pada pembuluh darah.Mekanisme pembekuan, biasanya selesai selama 5 menit tetapi dapat memakan 24 sampai 38 jam

Tromboplastin, tromboplastin (plasma protein) menjadi trombin dibantu enzim trombo plastin dan lonca trombin serta fibrinogen bergabung membentuk fibrin yang akhirnya fibrin bersama platelest menjadi bekuan darah.

Reconstitution of communty Dengan istirahat dan terapi yang adekuat akan mempercepat penanganan sehingga respon penyembuhan dapat terjadi.

Berpengaruh terhadap perbaikan, regenerasi, hypertrophy, pengurangan nyeri, pengembalian ROM, menjadikan jaringan normal, perbaikan kekuatan, perbaikan pola gerakan normal

Tabel 2.5 Tahap-tahap atau proses penyembuhan syarafSyarafJaringan lunak

Proses penyembuhan neufibril bagian proksimal cidera menuju distal.Pembentukan selubung myelin dari selubung chutan terus berkembang, neurofibril tumbuh di sekeliling protoplasma.Pertumbuhan ini terjadi 1 mm/hari.Bila selubung myelin sembuh sempurna maka fungsi syaraf akan pulih.Tanda awalnya bila disentuh akan terasa nyeri pada syaraf.Proses perbaikan syaraf tergantung dari:Panjang luas yang mengalami cidera, teknik pembedahan, lama waktu penyembuhan

DAFTAR PUSTAKAHarry J. Griffiths, M.D. Basic Bone Radiology. Associate Proffesor of Radiology and Orthopedics. The University of Rochester Medical Center Roschester, New York. 1997. Page 23 - 29 Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - proses penyakit Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. Hal 1365 Omar Faiz, David Moffat. Anatomy at Glance. Cardiff University, 2002. Page 93.Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.Fred A, Mettler, Jr., M.D., M.P.H. Essentials of Radiology. Univercity of New Mexico, 1996. Page 337Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda (editor), FK UI, Jakarta, 2006. Hal 31Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W. Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition. Mosby Elsevier. United States. 2007. Page 408-410Pradip R. Patel. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Penerbit Erlangga Medical Series, Jakarta, 2005. Hal 232P.E.S. Palmer., W.P. Cockshott., V. Hegedus., E. Samuel. Manual of Radiographic Interpretation for General Practitioners. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 108-109Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University, 2004. Page 140-143James E Keany, MD. Femur Fracture. [Online]. 2009. [Cited August 10]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showallAdnan, M. Tulang dan Sendi dalam: Diktat Radiologi IV. Bursa Buku Kedokteran Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1983. Hal 2.AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal Femoral Fracture. [online]. 2009. [Cited August 16]. Available from http://www2.aofoundation.org American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online]. 2009. [Cited August 16]. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00392The American Academy Of Orthopaedic Surgeons. Thigbone (Femur) Fracture.[online].2008. [Cited August 12]. Available from. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364Douglas F Aukerman. Femur injuries and Fractures.[online].2008.[Cited August 10]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/90779-overview