32
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 – 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat aborsi diperkirakan pada tahun 2003 adalah 28 per 1.000 wanita usia subur. Di Selatan Asia Tengah, tingkat aborsinya adalah 27 per 1.000 wanita usia subur. Asia Tenggara merupakan daerah dengan tingkat aborsi tertinggi pada tahun 2003 yaitu 39 per 1.000 wanita usia subur. Tingkat aborsi paling rendah di Asia Barat yaitu 24 per 1.000 wanita usia subur Pada tahun 2000, diperkirakan bahwa sekitar 2 juta aborsi terjadi di Indonesia. Perkiraan ini adalah angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi per 1.000 perempuan usia reproduksi (15 – 49 tahun). Apabila dibandingkan dengan negaranegara lain di Asia, dalam skala regional sekitar 29 aborsi per 1.000 perempuan usia reproduksi, ternyata perkiraan ini cukup tinggi. Kebanyakan aborsi di Indonesia dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih dan banyak juga (yang jumlahnya tidak diketahui) yang mengupayakan penguguran kandungan sendiri. Akibatnya, angka dari komplikasi medis dan kematian maternal dari aborsi yang tidak aman dapat

LP Askep Abortus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kjhkh

Citation preview

Page 1: LP Askep Abortus

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003

dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 – 44 tahun. Di Asia

Timur, tingkat aborsi diperkirakan pada tahun 2003 adalah 28 per 1.000

wanita usia subur. Di Selatan Asia Tengah, tingkat aborsinya adalah 27 per

1.000 wanita usia subur. Asia Tenggara merupakan daerah dengan tingkat

aborsi tertinggi pada tahun 2003 yaitu 39 per 1.000 wanita usia subur. Tingkat

aborsi paling rendah di Asia Barat yaitu 24 per 1.000 wanita usia subur Pada

tahun 2000, diperkirakan bahwa sekitar 2 juta aborsi terjadi di Indonesia.

Perkiraan ini adalah angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi per 1.000

perempuan usia reproduksi (15 – 49 tahun). Apabila dibandingkan dengan

negaranegara lain di Asia, dalam skala regional sekitar 29 aborsi per 1.000

perempuan usia reproduksi, ternyata perkiraan ini cukup tinggi. Kebanyakan

aborsi di Indonesia dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih dan banyak juga

(yang jumlahnya tidak diketahui) yang mengupayakan penguguran kandungan

sendiri. Akibatnya, angka dari komplikasi medis dan kematian maternal dari

aborsi yang tidak aman dapat diperkirakan cukup tinggi. Setiap tahunnya

sekitar 2 juta aborsi yang diinduksi terjadi di Indonesia dan di Asia Tenggara,

kematian yang disebabkan karena aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14 –

16% dari semua kematian maternal.

Menurut WHO, tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan,

sepsis, dan unsafe abortion. Upaya pencegahan terjadinya unsafe abortion

adalah sangat penting bila Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari

Millennium Development Goal untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan

menurunkan angka kematian ibu.

Berdasarkan Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007,

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran

hidup. Menurut Report on the Achievement of the Millennium Development

Goals Indonesia 2010, angka kematian ibu ini masih tinggi dan target yang

Page 2: LP Askep Abortus

2

diharapkan dapat dicapai tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102

per 100.000 kelahiran hidup.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Pendahuluan ini agar kita

sebagai mahasiswa keperawatan mengetahui tentang Abortus dan cara

penanganan pada klien dengan masalah system reproduksi “Abortus”.

1.3. Manfaat

Laporan Pendahuluan ini bermanfaat sebagai panduan atau pedoman

bagi mahasiswa keperawatan untuk melakukan penulisan Asuhan

Keperawatan secara baik dan benar tanpa mengalami kesulitan terutama pada

klien dengan masalah system reproduksi “Abortus”.

Page 3: LP Askep Abortus

3

BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Abortus

Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya

kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan

penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya

telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada

20 minggu (Sastrawinata, 2005)

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang

terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat

badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang

dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka

abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai

berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo S, 2009).

2.2 Etiologi

Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.

Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan

janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat

menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya

menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.faktor-faktor yang

menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.

a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus

spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan

kromosom seks.

b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium

disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-

zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

Page 4: LP Askep Abortus

4

c. Pengaruh dari luar.Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat

mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya

dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

2. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan menyebabkan oksigenasi

plasenta terganggu ,sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

kematian janin.keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya

karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu

Penyakit mendadak,seperti pmeumonea,typis abdominalis, pielonefritis,

malaria dan lain-lain yang menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus,

atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga

menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia

berat, keracuanan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun

seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis juga dapat

menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

4. Kelainan traktus genitalis

Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat

menyebabkan abortus.tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion uteri

gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan

penting. Sebab lain abortus dalam trimester II ialah serviksin kompeten

yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi

serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang

tidak dijahit.

Secara umum abortus disebabkan oleh :

1. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri,

misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis : Sifilis,

biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru,

aktif, pneumonia.

2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.

3. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat

penyakit jantung : toxemia gravidarum.

Page 5: LP Askep Abortus

5

4. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.

5. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia serviks.

Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan seksual

yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan

abortus.

6. Kelainan alat kandungan.

7. Gangguan kelenjar tiroid.

8. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan bawaan.

9. Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.

10. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.

2.3 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan

nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan

dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,

villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat

dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan

sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan

menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin

dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam

bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas

bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,

fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Page 6: LP Askep Abortus

6

2.4 Pathway

Factor kromosom (genetik)

Belum maturRahim belum pulih dengan baik

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kehamilan usia tua (>30th)

Endometrium belum siap menerima hasil

konsepsi

Kehamilan usia dini (<20th)

Radiasi, rokok, alcohol, obat-obatan

Pendeknya jarak kehamilan

Factor endometrium

Penyakit kronik

Gg. pembentukan pembuluh darah pada plasenta

Fungssi organ menurun

System transfer plasenta belum efisien

Perdarahan dalam desidua basalis (plasenta) dan nekrosis jaringan sekitar

Factor ibu: anemia berat, infeksi toxoplasmosis, diabetes

Kelainan plasenta

Hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas

Page 7: LP Askep Abortus

7

Isi rahim keluar

Kekurangan volume cairan

Nyeri akutUterus berkontraksi

Abortus insipienAbortus iminens

AnsietasAbortus

Abortus kompletAbortus inkomplet

Perdarahan per vaginam

Semua hasil konsepsi dikeluarkan

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi

Hasil konsepsi masih di dalam uterus disertai

dilatasi serviks

Hasil konsepsi masih di dalam uterus tanpa

dilatasi serviks

Page 8: LP Askep Abortus

8

2.5 Manifestasi Klinis

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran

menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau

cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil

konsepsi.

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang

akibat kontraksi uterus.

2.6 Jenis-Jenis Abortus

1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.

a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran

kehamilan biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa

kehamilan membahayakan bagi ibunya sebelum usia kandungan 28

minggu.

b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya

alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.

2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya

abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel

sperma.

Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:

a. Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama

sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di

dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks)

b. Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari

20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis

ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di

dalam rahim.

c. Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih

berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan,

Page 9: LP Askep Abortus

9

jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol

dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa

hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.

d. Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi

dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal

kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit

dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami

abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika

datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa

jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.

e. Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri

eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis

servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan

dindingnya menipis.

f. Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah

mati sebelum minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2

bulan atau lebih setelah janin mati.

g. Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang

telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x

berturut-turut.

h. Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi

beberapa hari hingga beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut

rahim masih menutup.  Jika perdarahan berhenti biasanya kehamilan

akan dapat terus berlanjut, walaupun ada risiko terjadi kelahiran

prematur, atau berat lahir bayi rendah.  Namun perdarahan seperti ini

tidak menyebabkan kecacatan pada janin.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah

mati

2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih

hidup

Page 10: LP Askep Abortus

10

3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data

laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit

4. kultur darah dan urine

5. Pemeriksaan Ginekologi:

a. Inspeksi vulva

1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak

2) Adakah disertai bekuan darah

3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian

4) Adakah tercium bau busuk dari vulva

b. Pemeriksaan dalam speculum

1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri

2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka

3) Apakah tampak jaringan keluar ostium

4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.

c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina

1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup

2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri

3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia

kehamilan

4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang

5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa

6) Adakah terasa tumor atau tidak

7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

2.8 Penatalaksanaan

1. Abortus iminens.

a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang

mekanik berkurang.

b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak

panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.

c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan

sudah mati.

d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens

Page 11: LP Askep Abortus

11

belum pada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak

menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui bahwa harus ditentukan

dahulu adanya kekurangan hormone progesteron. Apabila difikirkan

bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi

dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor, maka

pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.

e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan

apakah masih janin hidup.

f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan

preprat hematinik misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.

g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.

2. Abortus insipiens.

a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan

tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.

b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai

perdarahan, ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret

vacum atau cunam abortus disusul kerokan memakai kuret tajam.

Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.

c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU

dalam dekstrose 5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai

kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.

d. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan

pengeluaran plasenta secara manual.

3. Abortus incomplit

a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis

atau Ringer Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.

b. Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan

ergometrin 0,2 mg IM.

c. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan

pengeluaran plasenta secara manual.

d. Berikan antibiotic.

Page 12: LP Askep Abortus

12

4. Abortus komplit

a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.

b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.

c. Berikan antibiotik.

d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.

5. Missed abortion

a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi

dengan cunam ovum lalu kuret tajam.

b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat

sebelum mengeluarkan konsepsi.

c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan

gagang laminaria selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator

hegar kemudian ambil hasil konsepsi dengan cunam ovum dan kuret

tajam.

d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg

infus oksitosin 10 IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20

tetes permenit kemudian naikkan dosis sampai uterus berkontrasi

e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi

keluarkan dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum

uteri dinding perut.

6. Abortus serfikalis

Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan

untuk mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.

7. Abortus habitualis

penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian

makanan yang sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus

dan olah raga, terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormone

tiroid dan lainnya mungkin mempunyai pengaruh psikologis karena

penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.

8. Abortus infeksiosus (Septik)

a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami

banyak perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.

Page 13: LP Askep Abortus

13

b. Pasien segera diberi antibiotika

c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat

dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus

mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan yang nekrotis.

Yang bertindak sebagai medium pembiakan bagi jasad renik.

Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak ada lagi selama

2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.

d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis

yang lebih tinggi.

2.9 Komplikasi

Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :

1. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu

ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus

ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing.

Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama

pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan

tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan

tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih

besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi

perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan

seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan

suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan

meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi

percobaan dengan segera.

2. Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat

timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka

pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah

perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan

vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent

cerviks.

Page 14: LP Askep Abortus

14

3. Pelekatan pada kavum uteri

Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan

miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan

terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya

kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut

dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

4. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola

hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu

hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon

kasa ke dalam uterus dan vagina.

5. Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka

bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat

menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.

Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada

saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.

6. Lain-lain

Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl

hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga

peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala

konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau

hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada

pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.

Page 15: LP Askep Abortus

15

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI PADA KASUS ABORTUS IMINENS

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2001)

1. Data subyektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian (Nursalam, 2001)

2. Data objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2001)

3.1.1 Pengumpulan data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data sebagai informasi

tentatang pasien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup data tentang

biopsikososial dan spiritual atau data yang berhubungan dengan

masalah pasien serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah pasien (Hidayat, A.A, 2006)

1. Identitas pasien meliputi nama pasien, tempat dan tanggal lahir,

suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, tanggal dan

waktu datang ke Rumah sakit (Hidayat, A.A, 2006)

2. Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis kelamin, alamat,

pekerjaan, hubungan dengan klien.

Page 16: LP Askep Abortus

16

3.1.2 Riwayat keperawatan

1. Riwayat keperawatan sekarang

Riwayat keperawatan sekarang adalah faktor-faktor yang

melatarbelakangi atau hal-hal mempengaruhi atau mendahului

keluhan.

2. Keluhan utama

Keluhan utama, apa yang menyebabkan pasien berobat.

3. Lama keluhan

Lama keluhan, seberapa lama pasien merasakan keluhan.

4. Riwayat penyakit saat ini

Riwayat penyakit saat ini, merupakan penyakit yang

dirasakan pasien pada saat dikaji (Hidayat, A.A, 2006).

5. Riwayat keperawatan sebelumnya

Riwayat keperawatan sebelumnya adalah riwayat atau

pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang

pernah di alami (Hidayat, A.A, 2006).

6. Riwayat keperawatan keluarga

Riwayat keperawatan keluarga adalah riwayat kesehatan

atau keperawatan yang dimiliki oleh salah satu anggota

keluarga, apakah ada yang menderita penyakit yang seperti

dialami pasien (Hidayat, A.A, 2006).

7. Riwayat lingkungan

Apakah keadaan lingkungan keluarga / klien sudah

memenuhi syarat kesehatan.

Page 17: LP Askep Abortus

17

3.1.3 Pola Fungsi Kesehatan (Calista Roy)

1. Fungsi fisiologi

Berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy

mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus

dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi

dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5

kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks

terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Oksigenasi

b. Nutrisi

c.  Eliminasi

d. Aktivitas dan istirahat

e. Proteksi / perlindungan

f. The sense / perasaan

g. Cairan dan elektrolit

h. Fungsi syaraf / neurologis

i. Fungsi endokrin

2. Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan

penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.

Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis

antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep

diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self

dan the personal self.

Page 18: LP Askep Abortus

18

a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya

berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.

Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa

kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang

kemampuan seksualitas.

b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal

diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,

hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam

area ini.

3. Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial

seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang

dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya

pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat

sesuai kedudukannya .

4. Mode interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang

dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling

memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling

menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara

ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk

dirinya.

Page 19: LP Askep Abortus

19

3.2 Diagnosa yang mungkin muncul (Nanda, 2012)

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2001).

1. Kekurangan volume cairan

2. Nyeri akut

3. Ansietas

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan

Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output

dalam rentang normal

No Intervensi Rasional

1 Kaji kondisi status

hemodinamika

Pengeluaran cairan pervaginal

sebagai akibat abortus memiliki

karekteristik bervariasi

2 Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari

jumlah kebutuhan harian ditambah

dengan jumlah cairan yang hilang

pervaginal

3 Berikan sejumlah cairan

pengganti harian

Tranfusi mungkin diperlukan pada

kondisi perdarahan massif

4 Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara

harian melalui pemeriksaan fisik

2. Nyeri akutKriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya berkurang

No Intervensi Rasional

1 Kaji kondisi nyeri yang dialami

klien

Pengukuran nilai ambang nyeri

dapat dilakukan dengan skala

maupun dsekripsi.

Page 20: LP Askep Abortus

20

2 Terangkan nyeri yang diderita

klien dan penyebabnya

Meningkatkan koping klien dalam

melakukan guidance mengatasi

nyeri

3 Kolaborasi pemberian

analgetika

Mengurangi onset terjadinya nyeri

dapat dilakukan dengan pemberian

analgetika oral maupun sistemik

dalam spectrum luas/spesifik

3. Ansietas

Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah

No Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit

Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

2 Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit

3 Bantu klien mengidentifikasi

penyebab kecemasan

Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien

4 Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama

Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan

5 Terangkan hal-hal seputar

aborsi yang perlu diketahui

oleh klien dan keluarga

Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

3.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001).

Page 21: LP Askep Abortus

21

3.5 Evaluasi

Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan

berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan

pedoman pembuatan SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak

terselesaikan atau teratasi sebagian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2011). Kejadian abortus spontan dengan usia ibu di ambil di http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/chapter%20ii.pdf pada tanggal 21 maret 2013 jam 16.00 wita

Herdman, TH. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.

Hidayat, A.A. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba medika: Jakarta

Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika: Jakarta

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo: jakarta.

Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta

Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc : jakarta

Wilkinson, judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta