24
Laporan kasus Ny.E dengan appendiktomi di RS BLUD Tanjungpinang Laporan kasus kepada Nn.E dengan diagnosa medik Appendiksitis Tanggal pengkajian : 02 Februari 2011 Tanggal operasi : 02 Februari 2011 Tempat praktek : Ruangan OK RS BLUD 1. Pre opratif care Pada pukul 10.30 WIB klien Nn.E dibawa dari ruang perawatan dengan mengunakan brankar, identitas klien sebagai berikut : a. Identitas Nama pasien : Nn.E Jenis kelamin : Perempuan Usia : 26 Tahun Tempat tanggal lahir : Tanjung Uban 11 April 1985 Status perkawinan : Belum kawin Agama : Kristen Suku : Batak Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta Alamat rumah : Lobam Diagnose medic : Appendiksitis 2. Keluhan utama Klien mengatakan nyeri disekitar bagian perut kuadran 8. Klien mengatakan nyeri dirasakan terus-menerus, nyeri hilang timbuldalam waktu lama,nyeri berat(7 - 10). Klien juga mengatakan ada rasa mual dan muntah 3. Riwayat penyakit Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit. Pada tanggal 27 januari 2011 klien mengatakan nyeri berat di perut sebelah kanan bawah. Kemudian klien mengatakan susah mrnggerakkan kaki sebelah kanan dan susah berjalan. Klien juga mengatakan ada rasa mual dan muntah. Klien sebelumnya sudah pernah mendapat perawatan di Rumah Sakit Tg.Uban pada tanggal

LP Appendiks

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP Appendiks

Laporan kasus Ny.E dengan appendiktomi di RS BLUD Tanjungpinang

Laporan kasus kepada Nn.E dengan diagnosa medik Appendiksitis

Tanggal pengkajian                             : 02 Februari 2011Tanggal operasi                                   : 02 Februari 2011Tempat praktek                                   : Ruangan OK RS BLUD

1.      Pre opratif carePada pukul 10.30 WIB klien Nn.E dibawa dari ruang perawatan dengan mengunakan brankar, identitas klien sebagai berikut :

a.       IdentitasNama pasien                            : Nn.EJenis kelamin                           : PerempuanUsia                                         : 26 TahunTempat tanggal lahir               : Tanjung Uban 11 April 1985Status perkawinan                   : Belum kawinAgama                                     : KristenSuku                                        : BatakPendidikan                              : SMAPekerjaan                                 : SwastaAlamat rumah                                     : LobamDiagnose medic                      : Appendiksitis

2.      Keluhan utamaKlien mengatakan nyeri disekitar bagian perut kuadran 8. Klien mengatakan nyeri dirasakan terus-menerus, nyeri hilang timbuldalam waktu lama,nyeri berat(7 - 10). Klien juga mengatakan ada rasa mual dan muntah

3.      Riwayat penyakitKlien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit. Pada tanggal 27 januari 2011 klien mengatakan nyeri berat di perut sebelah kanan bawah. Kemudian klien mengatakan susah mrnggerakkan kaki sebelah kanan dan susah berjalan. Klien juga mengatakan ada rasa mual dan muntah. Klien sebelumnya sudah pernah mendapat perawatan di Rumah Sakit Tg.Uban pada tanggal 25 januari 2011. Kemudian klien dirujuk ke RS BLUD Tanjungpinang untuk dilakukan appendiktomi.

4.      Keadaan psikologisKlien tampak cemas dan selalu berdoa. Klien mengatakan rasa cemas jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Klien berharap operasinya akan berjalan lancar dan cepat. Klien juga berharap cepat sembuh dan dapat bekerja lagi.

5.      Informed concentInformed concent ditanda tangani oleh keluarga klien pada tanggal 27 januari 2011:Nama                           : Ny. STempat tanggal lahir   : Tanjung Uban 14 AprilAlamat                                    : LobamPekerjaan                     : Wiraswasta

Page 2: LP Appendiks

6.      Pemeriksaan fisikKeadaan umum           : klien tampak sakit sedangTingkat kesadaran       : compos mentisGCS                            :E         : 4                                     V        : 6                                     M        : 5Nilai normal GCS       : 15Inspeksi                       : kulit berwarna sawo matang, abdomen datar: klien terpasang infuse R/L 20 tetes per menit pada tangan sebelah    tangan kanan

Palpasi                         : Pada daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan : bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign).

Status lokalisa) Mc.burney :(1) Nyeri tekan (+)(2) Nyeri lepas (+) → rangsang peritoneum(3) Nyeri ketok (+)b) Defens muskuler (+) →m.rektus abdominis

c) Rovsing Sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra Mc Burney (kiri) terasa nyeri di Mc Burney karena tekanan tersebut merangsang peristaltik usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakan peritoneum sekitar appendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.d) Psoas sign (+) → m psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik Mc Burney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritoneum sekitar appendicitis yang juga meradang.e) Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m obturator internus, artinya appendiks di pelvis.

f) Peritonitis umum (perforasi) :(1) Nyeri di seluruh abdomen(2) Pekak hati hilang(3) Bising usus hilangg) Rectal touche : nyeri tekan pada jam 9 – 12

7.      Pemeriksaan penunjangPemeriksaan hematologiHB                              : 14,9 gr%Leukosit                      : 7500 mm3Eritrosit                       : 5,0 jt/mm3Trombosit                    : 340.000 mm3PCV                            : 43 V%

Pemeriksaan Urine     Eritrosit                       : 0-2   /LpLeukosit                      : 4-5   /LpEpitel                           : 5-10 /Lp

Gula darah acak          : 107 mg/dlRontgen                      : Tidak ada kelainan

Page 3: LP Appendiks

8.      Persiapan Kliena.       Klien dipakaikan baju OKb.      Bulu pubis dan di sekitar yang akan dilakukanc.       Puasa (mulai dari jam 1 malam)d.      Lavemene.       Hasil Pemeriksaan EKGf.       Hasil Pemeriksaan laboratoriumg.      Hasil Foto torakh.      Persediaan darah (1 kolf)

9.      Persiapan Instrumen dan Kamar OperasiKlem pean lurus                      : 2 buahKlem pean bengkok                : 2 buahCalpel no 4                              : 1 buahCalpel no 2                              : 1 buahGunting benang                      : 1 buahGunting jaringan                     : 1 buahDuk klem                                : 1 buahKlem koher                             : 7 buahLengan back sedang               : 4 buahPinset anatomis                       : 2 buahPinset sirugis                           : 2 buahBab cock                                 : 2 buahClem alles                                : 2 buahMickrolitz                                : 3 buahKanul suction                          : 1 buahPisau operasi no 2                   : 1 buahPeripare                                   : 1 buahNeedle holder                         : 1 buahKom kecil                                : 1 buahBengkok                                  : 1 buahSelang suction                         : 1 buah

Gaun OperasiDuck Besar                             : 2 buahPuck sedang                            : 4 buahJas operasi                               : 4 buahHand scone                             : 4 buah

Alat PenunjangDiatmi congulation                 : 1 buahOksimeter                                : 1 buahSuction pump surgery             : 1 buahMonitor                                   : 1 buahLampu operasi                         : 1 buahMeja instrument                      : 2 buahBenang 

Page 4: LP Appendiks

Cromic                                                : 1Plain                                        : 1, 2/0Silk                                          : 1, 2/0, 3/0Polypropylene                         : 3/0

Bahan Medis Habis PakaiMess no 24, kassa (6 bungkus)jarumalkohol 70 %(200 ml)betadin (500ml)hibiscrub (200 ml)hypafik (30 cm)sarung tangan 7,5 (4 bh)benang cromic 2/0benang plain 3/0benang side 2/0

10.  Pelaksana operasiOperator                      : dr. Robert.Sp.BAsisten                        : perawat Dame dan ShalehPerawat sirkulasi         : perawat Ainul dan DadangAhli anastesi                : dr.Eka dan perawat AidaJenis anastesi               : Anastesi SpinalObat anastesi               : Bupivacaine Spinal 5mg

11.  Persiapan di ruang penerimaanPukul 10:30 BBWI     : Klien berada di ruang transit untuk menunggu dilakukannya

  tindakan operasi oleh team operasi. Klien memakai baju operasi    yang telah disiapkan oleh perawat.

Pukul 10:31 BBWI     : Klien dibaringkan di brankar oleh perawatPukul 10:32 BBWI     : Perawat melakukan pengkajian pre operatif kepada klienPukul 10:35 BBWI     : Team operasi melakukan persiapan alat-alat untuk operasiPukul 10:37 BBWI     : Team operasi melakukan persiapan kamar operasi

Pukul 10:39 BBWI     : Team operasi melakukan persiapan personel untuk melakukan  tindakan Operasi

12.  Intra operasiPukul 10:40 BBWI     : Klien di naikkan ke meja operasi oleh perawat sirkulasi

Pukul 10:45 BBWI     : Perawat anastesi menyiapkan obat,posisi klien untuk dilakukan    tindakan anastesi

Pukul 10:45 BBWI     : Perawat anastesi melakukan injeksi lumbal (Bupivacaine Spinal  5mg)Pukul 10:46 BBWI     : Perawat anastesi melakukan injeksi IV bolus (Onasetron 8mg)Pukul 10:47 BBWI     : Operator dan asisten operasi mencuci tangan dengan

menggunakan antiseptic hybrid scrub dengan teknik steris lalu dibilas dengan alcohol 96%(scrubbing)

Pukul 10:48 BBWI     : Operator dan asisten operasi memakai jas operasi(gowning), selanjutnya memakai sarung tangan steril(gloving)

Pukul 10:49 BBWI     : Asisten operator mendesinfeksi daerah insisi dengan bethadine (iodium providone)10%. Dimana tubuh klien ditutup dengan kain steril yang dimulai dari kaki, bagian kepala samping kanan dan kiri, untuk membentuk batas tegas operasi atau daerah insisi.

Page 5: LP Appendiks

Pukul 10:50 BBWI     : Operator melakukan insisi, mulai dari bagian kulit kutis, sub kutis, fasia, otot selanjutnya peritoneum. Selanjutnya usus di eksplorasi sehingga appendik dapat dikeluarkan lalu dijepit dengan klem pean lurus selanjutnya diikat pada bagian pangkal appendik dengan benang silk 3/0. Selanjutnya appendik dipotong, bagian appendik yang telah dipotong lalu dijahit dengan benang silk 2/0. Setelah itu usus dimasukkan kembali ke dalam rongga peritoneum lalu dijahit dengan benang cromic1, otot:plain 1, fasia:silk 2/0, subkutis:plain 2/0 dan kutis :silk 3/0,1. Selanjutnya insisi di bersihkan dan ditutup oleh kasa steril yang sudah diberi bethadine10% lalu diplester. Operator dan asisten melepas jas operasi, mencuci tangan . Perawat instrument mencuci alat-alat dan membersihkan kamar operasi.

Pukul 11:20 BBWI     :Klien selesai operasi selanjutnya dipindahkan ke RR(Recovery Room)13.  Post operatif care

Klien dipindahkan ke ruang RR pukul 11:20 BBWI dengan kesadaran compos mentis, klien terpasang infuse R/L dengan 20 tetes. Hasil TTV yaitu:

a.       Tanda-tanda Vital (post-operasi)pukul 11:25 BBWITekanan Darah            : 117/79 mmHgNadi                            : 68 x/menitSuhu                            : 25,7 CPernafasan                   :  18x/ menitSaturasi                       : 98Tanda-tanda Vital (post-operasi)pukul 11:30 BBWITekanan darah             : 110/80 mmHgSuhu                            : 36, 2 CNadi                            : 86 x / menitPernafasan                   : 20 x / menit

b.      Instruksi dokterBedrest                        : totalDiit                              : bubur saring

c.       Terapi medisRemopain                    : 2x1Cedacilin                     : 2x1Ranitidine                   : 2x1Ketorolax                    : 2x1

Analisa data

No. Data Etiologi Problem1. Data subyektif

      Klien mengatakan lemas untuk bergerakData obyektif

      Klien tampak lemah      Klien terpasang infuse R/L

Tindakan operasi

Adanya Insisi bedah

Deficit perawatan diri

Page 6: LP Appendiks

Aktivitas terbatas

Kurang perawatan diri

2. Data subyektif      Klien mengatakan menggigil      Klien mengatakan kedinginan

Data obyektif      Klien tampak tremor      Klien memakai selimut dari kaki

hingga kepala      Suhu 36,5 C

Tindakan operasi

Pemberian anastesi

Pengaruh anastesi

Suhu ruangan

Perubahan suhu tubuh

Hipotermi

3. Data Subyektif      Klien mengatakan asupan nutrisi

berkurang      Klien mengatakan tubuhnya  lemah

Data Obyektif      Terdapat luka insisi P:5cm      Terdapat jahitan di perut

Asupan nutrisi berkurang

 

Daya tahan tubuh menurun

Infasi mikro organism

Resti infeksi

Resiko tinggi infeksi

14.  Diagnose keperawatanPost Operasi

1.      Hipotermi berhubungan dengan pengaruh anastesi2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan tubuh,insisi bedah.3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Rencana keperawatanNo. Diagnose Tujuan Intervensi Rasional

Page 7: LP Appendiks

keperawatan Kriteria hasil1. Hipotermi

berhubungan dengan terpapar lingkungan yang dingin

TujuanHipotermi dapat dikurangiKriteria Hasil

       Klien dapat beristirahat dengan nyaman

1.      Monitor TTV

2.      Berikan kompres hangat jika perlu

3.      Pantau adanya tanda-tanda sianosis dan raba akral

1.   Sebagai indicator untuk menetapkan intervensi

2.   Bisa menghangatkan suhu tubuh

3.   Sianosis dan akral yang dingin merupakan tanda hipotermi

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiriCriteria Hasil:Klien tampak bersih

1.      Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien.

2.      Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.

3.      Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

4.      Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

5.   Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.

1.      Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.

2.      Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman.

3.      Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene

4.      Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.

5.      Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan,luka insisi bedah, tidak

Tujuan : Tidak akan terjadi infeksiDengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post

1.      Kaji tanda-tanda inflamasi

2.      Bersihkan lapangan

1.      Sebagai indicator untuk penetapan intervensi

2.      Pengukuran dengan arah yang

Page 8: LP Appendiks

adekuatnya pertahanan tubuh

operatif (tidak lagi panas, kemerahan).

operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada.

3.      Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma

4.      Anjurkan klien mandi dengan sempurna

berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organism.

3.      Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar.Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkanruptura apendiks.

4.      Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme

  Implementasi KeperawatanNo. Diagnose keperawatan Implementasi Evaluasi1. Hipotermi berhubungan

dengan terpapar lingkugan yang dingin

1.      Melakukan Monitor TTV

2.      Memantau adanya tanda-tanda sianosis dan raba akral

S: klien mengatakan masih menggigil,kedinginanO: klien tampak tremor   :tanda-tanda vitalTD : 110/80 mmHgN   : 84x/menitRR : 20x/menitS    : 36CA: masalah hipotermi belum teratasiP: intervensi dilanjutkan

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang

1.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya perawatan diri kepada klien dan

S :klien mengatakan mengertiO: klien dan keluarga

Page 9: LP Appendiks

dirasakan keluarga2.      Menganjurkan keluarga untuk

membantu klien menjaga kebersihan tubuh

tampak mengertiA: masalah teratasi sebagianP : intervensi dilanjutkan

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan,luka insisi bedah, tidak adekuatnya pertahanan tubuh

1.      Menganjurkan klien menjaga kebersihan luka operasi

2.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang resiko infeksi kepada klien dan keluarga

S : klien mengatakan mengertiO : klien tampak mengertiA : masalah teratasi sebagianP : intervensi dilanjutkan

Daftar pustaka

1.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.2.Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Page 10: LP Appendiks

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE DAN POST OPERASI APPENDICTOMY

A. PENDAHULUAN1. Latar BelakangAppendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum.Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren. Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi.Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.

2. TujuanPenyusunan laporan pendahuluan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :a. Tujuan Umum Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy) melalui asuhan keperawatan yang komperhensif.b. Tujuan Khusus1) Mampu mengetahui secara medis tentang cidera kepala sehingga mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy).2) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa dan menemukan masalah keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy).3) Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang telah didapat pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy).4) Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy).5) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan optimal pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy).6) Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy).

B. TINJUAN TEORI1. PengertianAppendicitis adalah peradangan pada usus buntu (appendiks), atau radang pada appendiks vermiformis yang terjadi secara akut. Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh,

Page 11: LP Appendiks

tapi bukan merupakan organ yang penting. Appendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Appendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada appendiks). Di dalam appendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada appendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan endartery. Appendicitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

2. EtiologiPenyebab appendicitis belum sepenuhnya dimengerti. Pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah. Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan:a. Masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat fatal.b. Terbentuknya abses. c. Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan pada saluran yang bisa menyebabkan kemandulan.d. Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia), yang bisa berakibat fatal.3. Faktor Predisposisi / PresipitasiAda banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.4. Tanda Dan GejalaAda beberapa gejala awal yang khas yakni nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada appendicitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan disentuh daerah yang sakit. Nyeri yang bertambah saat terjadi pergerakan disebabkan karena adanya gesekan antara visera yang meradang sehingga menimbulkan rangsangan peritonium. Selain nyeri, gejala appendicitis akut lainnya adalah demam derajat rendah, mules, konstipasi atau diare, perut membengkak dan ketidakmampuan mengeluarkan gas. Gejala-gejala ini biasanya memang menyertai appendicitis akut namun kehadiran gejala-gejala ini tidak terlalu penting dalam menambah kemungkinan appendicitis dan begitu juga ketidakhadiran gejala-gejala ini tidak akan mengurangi kemungkinan appendicitis.Pada kasus appendicitis akut yang klasik, gejala-gejala permulaan antara lain :a. Rasa nyeri atau perasaan tidak enak disekitar umbilikus ( nyeri tumpul). Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan disekitar titik Mc Burney. Rasa sakit semakin meningkat, sehingga pada saat berjalan pun penderita akan merasakan sakit yang mengakibatkan badan akan mengambil sikap membungkuk pada saat berjalan. Nyeri yang dirasakan tergantung juga pada letak appendiks, apakah di rongga panggul atau menempel di kandung kemih sehingga frekuensi kencing menjadi meningkat. Nyeri perut juga akan dirasakan bertambah oleh penderita bila bergerak, bernapas dalam, berjalan, batuk, dan mengejan. Nyeri saat batuk dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra-abdomen.b. Muntah, mual ,dan tidak ada nafas umakan. Secara umum setiap radang yang terjadi pada sistem saluran cerna akan menyebabkan perasaan mual sampai muntah. Meskipun pada kasus appendicitis ini, tidak ditemukan mekanisme pasti mengapa dapat merangsang timbulnya muntah.c. Demam ringan ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah

Page 12: LP Appendiks

Proses peradangan yang terjadi akan menyebabkan timbulnya demam, terutama jika kausanya adalah bakteri. Inflamasi yang terjadi mengenai seluruh lapisan dinding appendiks. Demam ini muncul jika radang tidak segera mendapat pengobatan yang tepat.d. Diare atau konstipasi. Peradangan pada appendiks dapat merangsang peningkatan peristaltik dari usus sehingga dapat menyebabkan diare. Infeksi dari bakteri akan dianggap sebagai benda asing oleh mukosa usus sehingga secara otomatis usus akan berusaha mengeluarkan bakteri tersebut melalui peningkatan peristaltik. Selain itu, appendicitis dapat juga terjadi karena adanya feses yang keras (fekolit). Pada keadaan ini justru dapat terjadi konstipasi. Pada beberapa keadaan, appendicitis agak sulit didiagnosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih parah. 

5. PatofisiologiPatofisiologi appendicitis diawali dengan adanya sumbatan dan penyempitan lumen appendiks. Adanya sumbatan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk diantaranya : fekolith, hiperplasia jaringan limfoid submukosa, adanya parasit usus, corpua alenium, dan penyakit Crohn. Sekresi mukus dalam lumen appendiks yang terus menerus terjadi menyebabkan lumen appendiks distensi (tekanan intraluminar meningkat). Akibatnya akan memacu terjadinya iskemia jaringan, pertumbuhan bakteri berlebihan, inflamasi / peradangan transmural dan mungkin juga biasa terjadi perforasi. Peradangan mungkin juga bisa cepat menyebar ke peritoneum parietal dan struktur-struktur yang berdekatan. Pada appendicitis kronis obstruksi lumen bersifat partial, jika obstrukasi partial ini berubah menjadi total maka akan berkembang menjadi appendicitis akut.Appendicitis akut fokal :Nyeri viseral ulu hati karena regangan mukosa

Nyeri pada titik Mc BurneyPeritonitis lokal

Appendicitis Gangrenosa

Perforasi

Peritonitis umum6. KomplikasiKomplikasi paling serius adalah ruptur appendiks. Hal ini terjadi jika appendicitis terlambat didiagnosis atau diterapi. Kasus ini paling sering terjadi pada bayi, anak, atau orang tua. Bocornya appendiks dapat menyebabkan peritonitis dan pembentukan abses. Peritonitis adalah infeksi berbahaya yang terjadi akibat bakteri dan isi appendiks keluar mencemari rongga perut. Jika tidak diobati dengan cepat, peritonitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi cairan dan bakteri, biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir infeksi.7. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. a. Pemeriksaan laboratorium, yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga appendicitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.b. Pemeriksaan radiologi, yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga appendicitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya

Page 13: LP Appendiks

pelebaran dari saekum8. Penatalaksanaan MedisBila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif. Ada dua teknik operasi yang biasa digunakan :a. Operasi terbuka : satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan lebih besar jika appendicitis sudah mengalami perforasi.b. Laparoscopy : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya diseputar perut. Laparoscopy berbentuk seperti benang halus denagan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan appendiks, pembuluh darah, dan bagian dari appendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.C. Asuhan keperawatan1. Pre OperatifPemeriksaan diagnostika. Anamnesa1) Nyeri (mula-mula di daerah epigastrium, kemudian menjalar ke Mc Burney).2) Muntah (rangsang viseral).3) Panas (infeksi akut)b. Pemeriksaan fisik1) Inspeksi Pada appendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada inspeksi biasa ditemukan distensi perut.2) Palpasi Kecurigaan menderita appendicitis akan timbul pada saat dokter melakukan palpasi perut dan kebahagian paha kanan. Pada daerah perut kanan bawah seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign). Nyeri perut kanan bawah merupakan kunci dari diagnosis appendicitis akut.Status lokalisa) Mc.burney :(1) Nyeri tekan (+)(2) Nyeri lepas (+) → rangsang peritoneum(3) Nyeri ketok (+)b) Defens muskuler (+) →m.rektus abdominisc) Rovsing Sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra Mc Burney (kiri) terasa nyeri di Mc Burney karena tekanan tersebut merangsang peristaltik usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakan peritoneum sekitar appendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.d) Psoas sign (+) → m psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik Mc Burney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritoneum sekitar appendicitis yang juga meradang.e) Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m obturator internus, artinya appendiks di pelvis.f) Peritonitis umum (perforasi) :(1) Nyeri di seluruh abdomen(2) Pekak hati hilang(3) Bising usus hilangg) Rectal touche : nyeri tekan pada jam 9 – 123) Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk menentukan letak appendiks bila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan colok dubur kemudian terasa nyeri maka kemungkinan appendiks penderita terletak didaerah pelvis.c. Persiapan Operasi1) Puasa (mulai dari jam 1 malam)2) Lavemen3) Cukur4) Pemeriksaan EKG5) Pemeriksaan laboratorium6) Baju operasi

Page 14: LP Appendiks

7) Foto torak8) Persediaan darah (1 kolf)9) Inform concentd. Persiapan saat di ruang penerimaan1) Mengecek kelengkapan syarat-syarat operasi2) Mengecek kembali status klien untuk mencocokkan kembali nama pasien, diagnosa medis, tindakan operasi yang akan dilakukan dengan jadwal operasi.3) Memesan alat habis pakai yang akan dipakai utuk operasi.4) Memindahkan pasien dan mengantar dari ruang penerimaan ke kamar operasi5) Melakukan pemeriksaan TTV6) Mengeksplorasi perasaan klien saat akan menjalani operasie. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

f. Rencana KeperawatanNo Diagnosa Keperawatan NOC NIC1 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi. Control resiko Manajemen nyeri1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteritik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan3. Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan5. Kurangi faktor pencetus nyeriPemberian analgetik1. Tentukan lokasi karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi3. Pilih anakgesik yang iperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu4. Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri5. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal6. Pilihan rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi Control resiko Teaching perioperatif1. Informasikan pada klien dan keluarga tentang jadwal operasi, waktu dan lokasi pembedahan2. Informasikan pada klien berapa lama waktu operasi yang diharapkan3. Tanyakan pengalaman klien yang sebelumnya tentang operasi dan level pengetahuannya tentang operasi / pembedahan4. Minta klien untuk didampingi saat operasi agar cemas berkurang5. Jelaskan preoperaitf medikasi yang diberikan dan efeknya

2. Intra Operatifa. Persiapan perawat1) Mengekspresikan perasaan, memakai baju operasi, masker, topi dan celemek dengan benar.2) Memberi pengalas pada meja operasi dan mengatur meja operasi serta lampu operasi dengan benar3) Mengatur meja instrumen dan mengoleskan alkohol pada meja instrumen4) Menyiapkan basic set, duk steril dan baju operasi diatas meja instrumen5) Mengantar pasien memasuki kamar operasi6) Memasang grown couter dan menyiapkan alat suctin serta tempat sampah.b. Persiapan alat dan ruang1) Alat steril Jas operasi, kassa, duk operasi, basic set, couter, ajrum, benang, kom, infus set, bengkok, mess2) Alat tidak steril

Page 15: LP Appendiks

Lampu operasi, mesin couter, mesin anastesi, meja operasi, meja instrumen, tiang infuse, tempat sampah, bantal dan selimut.3) Bahan medis habis pakaiMess no 24, kassa (6 bungkus), jarum, alkohol 70 %, (200 ml), betadin (500ml), hibiscrub (200 ml), hypafik (30 cm), sarung tangan 7,5 (4 bh), benang cromic 2/0, benang plain 3/0, benang side 2/04) Set yang dipakai (instrumen yang digunakan)Basic set dan laparatom set yang teriri dari :Instrumen jumlah Ukuran Duk klemFosrep arteri bengkok panjangForsep arteti lurusForsep jaringan ellipsKocherGunting diseksi lurus (mayo)Gunting diseksi bengkok (mayo)Gunting diseksi metazenbaumRetractor langenbeck kecilNeddle holderTangkai scapelPinset anatomisPinset cirurgisKom 68424111241223 11 cm16 cm-15 cm-17 cm23 cm18 cm-15 cm----c. Prosedur operasi1) Klien dianastesi2) Pada stadium narkose, klien diposisikan dan dicuci daerah yang akan diinsisi dengan savlon.3) Operator, asisten operator, perawat instrumen dan asissten instrumen mencuci tangan, melakukan growning dan gloving4) Perawat instrumen mengecek jumlah instrumen dan kasa yang disediakan5) Pasien didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70 % dan bethadin pada area yang akan diinsisi6) Melakukan draping

Page 16: LP Appendiks

7) Memposisikan meja instrumen dekat dengaan instrumentator8) Memasang kabel couter9) Tim operasi siap dan berdoa bersama10) Insisi digaris lanz atau grid iron melewati titik mac burney , kemudian perdalam insisi lapis per lapis sampai dengan fasia muskulus oblikus eksternus.11) Fasia dibuka dengan mess diperlebar dengan gunting, dilakukan split terhadap muskulus oblikus eksternus, muskulus oblikus internus dan muskulus transvelsalis abdominis sesuai dengan arah masing-masing serat otot.12) Tampak peritonium, peritonium diangkat dengan pinset anatomis diterawang hingga tidak terdapat organ intra abdomen yang terikut, peritonium dibuka dengan gunting dan diperlebar sesuai dengan arah insisi kulit. 13) Identifikasi sekum (sekum tampak berwarna lebih putih seperti mutiara) ambil sekum dengan pinset anatomis panjang, sekum diluksir / dikeluarkan dengan cara menariknya ke media kaudal.14) Tangkap sekum dengan kasa basah. Cari appendiks, kemudian ambil dengan klem alis. Dilakukan appendiktomi dengan cara antegrad atau retrograd (tergantung posisi appendiks).15) Cek perdarahan dengan menggunakan sluber, masih adakah perdarahan dari arteri appendikularis dan pembuluh darah sekitarnya.16) Tutup peritonium dengan kromik 2/0, jahitan continous with locking. Aproksimasi muskulus dengan plan cut gut 2/0 secara simpel interupted. Jahit fasia dengan cromik 2/0 continus with locking. Jahit subkutan dengan plan 3/0 simpel interuptid. Jahit kulit dengan jahitan subkutikuler menggunakan monosin 4/0.17) Operasi selesai18) Pasien diantar ke RR d. Diagnosa Keperawatan1) Resiko cidera posisi operasi berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi2) Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan

e. Rencana KeperawatanNo Diagnosa Keperawatan NOC NIC1 Resiko cidera posisi operasi berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi Control resiko Positioning intraoperatif1. Cek sirkulasi perifer dan neurologis2. Cek keutuhan kulit3. Pastikan bed terkunci4. Kaji kebutuhan tenaga yang cukup utnuk memindahkan klien5. Lindungi IV line6. Gunakan alat bantu untuk melindungi ekstremitas7. Posisikan klien sesuai kebutuhan operasi8. Gunakan peralatan yang mendukung untuk melindungi ektremitas dan kepala9. Monitor posisi klien selama operasi10. Koordinasikan transfer pasien dengan stage anastesi dan level kesadaran.Surgical precaution1. Cek monitor ground2. Pastikan kelengkapan instrumen dan kasa sebelum dan sesudah operasi3. Hitung kasa dan tampon sebelum dan sesudah operasi4. Cek pemasangan negative diatermi5. Gunakan couter sesuai dengan kebutuhan6. Inspeksi kulit pasien setelah operasi7. Pindahkan perlatan yang membahayakan klien2 Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan Control resiko Infection control intraoperatif1. Jaga kebersihan kamar operasi2. Pertahankan suhu kamar operasi yang ideal3. Klasifikasi apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan4. Gunakan prinsip UP5. Amati keutuhan pak steril dan non steril

Page 17: LP Appendiks

6. Bukan dan persiapkan instrumen dengan tekhnik aseptik7. Pisahkan alat steril dan non steril8. Lakukan scrubing, growing dan gloving9. Inspeksi kulir yang akan disinfeksi dan drapping10. Amati tekhnik aseptic selama operasi berlangsung11. Bersihkan dan pisahkan set yang telah digunakan12. Lakukan dressing luka13. Persiapkan ruangan untuk pasien berikutnya

3. Post Operatifa. PengkajianOperasi selesai pada pukul 12.00 dan klien dipindahkan ke RR dengan menggunakan brankar dengan posisi aman. TTV : TD : 120/80 mmHg, R 22 x/mnt, N 82 x/mnt, S 36,8 C Aldredte scoreArea Pengkajian Poin NilaiPernafasan • Kemampuan untuk bernafas dengan dalam dan batuk• Upaya bernafas terbatas (dispneu atau membebat)• Tidak ada upaya spontanSirkulasi • > 80 % dari tingkat pra anastetik• 50 % - 80 % dari tingkat pra anastetik• < 50 % dari tingkat pra anastetikTingkat kesadaran• Respon secara verbal terhadap pertanyaan / terorientasi terhadap waktu• Terbangun ketika dipanggil namanya• Tidak memberi respon terhadap perntahWarna • Warna dan penampilan kulit normal• Warna kulit berubah : pucat, agak kehitaman, keputihan, ikterik• Sianosis Aktivitas Bergerak secara spontan atau atas perintah :• Kemampuan untuk menggerakan semua ekstremitas• Kemampuan untuk menggerakan 2 ekstremitas• Tidak mampu untuk mengontrol setiap ekstremitas 2

1

0

210

2

10

21

0

2

Page 18: LP Appendiks

10

b. Diagnosa Keperawatan1) Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post operasi

c. Rencana KeperawatanNo Diagnosa Keperawatan NOC NIC1 Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post operasi Control resiko Fall prevention1. Pindahkan klien dengan jumlah personal yang cukup2. Kunci roda bed3. Posiiskan klien di tempat tidur cukup terang4. Pasang side rail bed5. Awasi klien di RRPost anastesia general1. Monitor oksigenasi2. Monitor tingkat kesadaran

Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, EGC, Jakarta.

Carpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta. 

Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta.

Irga. 2007. Appendicitis Akut. www.irwanashari.blogspot.com.Markum. A.H.1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, St. Louis.

Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002, Philadelphia. .

Potter & Perry, 1999, Fundamental of Nursing ke Depan, EGC, Jakarta.Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth. EGC; Jakarta.Diposkan oleh Y.D. Hartanto S.Kep., Ns   di 19:43 Label: kumpulan-askep-yudh