14
Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 ) Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 ) BAB III PLANNING 3.1. LATAR BELAKANG PERENCANAAN 3.1.1. Pengertian High Rise Building Bangunan Tinggi adalah istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut. Contohnya bangunan apartemen tinggi atau perkantoran tinggi. Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m). Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter), sehingga jika suatu bangunan memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya memiliki 6 tingkat. Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi. Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok menara penghunian dibangun tanpa beton. Meskipun definisi tetapnya tidak begitu jelas, banyak lembaga mencoba mengartikan pengertian 'bangunan tinggi', antara lain:

Latar Belakang Perencanaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perencanaan

Citation preview

Page 1: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

BAB III

PLANNING

3.1. LATAR BELAKANG PERENCANAAN

3.1.1. Pengertian High Rise Building

Bangunan Tinggi adalah istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki

struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan untuk menambahkan fungsi dari

bangunan tersebut. Contohnya bangunan apartemen tinggi atau perkantoran tinggi.

Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan

bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan biasa

disebut sebagai bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m

hingga 150 m). Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut

sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter), sehingga jika

suatu bangunan memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya memiliki 6 tingkat.

Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan

besi. Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok menara

penghunian dibangun tanpa beton.

Meskipun definisi tetapnya tidak begitu jelas, banyak lembaga mencoba mengartikan

pengertian 'bangunan tinggi', antara lain:

International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan

bangunan tinggi sebagai "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar

terhadap evakuasi"

New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai

"bangunan yang memiliki banyak tingkat"

Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70

kaki (21 m)

Banyak insinyus, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya

mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23

m).

Page 2: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk pembangunan struktural

dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat memiliki faktor risiko

geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Tantangan yang tidak kalah besar lainnya

adalah bagaimana pemadam kebakaran bertugas selama keadaan darurat pada struktur tinggi.

Desain baru dan lama bangunan, sistem bangunan seperti sistem pipa berdiri bangunan,

sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning), sistem penyiram api dan hal lain

seperti evakuasi tangga dan elevator mengalami masalah seperti itu.

3.1.2. Karakteristik High Rise Building

Gedung high rise building, seperti namanya tentu memiliki karakteristik khusus.

Karakteristik tersebut dapat dijadikan pedoman dan bahan dalam merencanakan pelaksanaan

pada bangunan tersebut. Perencanaan dapat meliputi perencanaan pekerjaan struktur dan

finishing kulit luar maupun finishing dalam.

Sejauh mata memandang, Kota Jakarta telah sesak oleh gedung pencakar langit (high

rise building). Terlihat seolah gedung tersebut begitu gampang berdiri di tengah kota.

Gambar Gedung Sahid Sudirman Center Jakarta

Page 3: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

Gedung high rise building akhirnya dapat dikategorikan sebagai proyek dengan

kompleksitas yang tinggi. Disini akan dirangkum beberapa karakteristik struktur gedung high

rise building yang dapat berguna dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

1.   Tinggi Bangunan. Seperti julukannya, tentu saja gedung ini tinggi dan menjulang. Kita

dapat mengkategorikan ketinggian gedung berdasarkan jumlah lantainya. Walaupun tidak

sepenuhnya benar karena bisa saja jumlah lantai banyak tapi tinggi floor to floor rendah. Jika

dianggap tinggi floor to floor adalah 3.75 m (standart), maka suatu gedung dapat

dikategorikan high rise building apabila memiliki jumlah lantai di atas 20 lantai. Berdasarkan

pengamatan, umumnya gedung di Jakarta berada pada ketinggian 20 – 35 lantai. Di atas 35

lantai masih sedikit.

Gambar Gedung Sahid Sudirman Center Jakarta

Pada bangunan Sahid Sudirman Center ini memiliki ketinggian 52 lantai. Dimana

lantai 1 sampai dengan lantai 8 merupakan areal parkir dan sisanya merupak areal kantor

yang disewakan. Pada bagian atas bangunan terdapat rooftop yang berisikan areal Heliped

dan ruang MEP.

Page 4: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

2.   Luas per lantai. Tujuan gedung high rise building adalah menambah ruang dengan

keterbatasan lahan. Sehingga bangunan ini cenderung memiliki luas tapak bangunan yang

kecil. Umumnya memiliki luas per lantai berkisar pada 750 m2 – 1500 m2.

Gambar Denah per Lantai Sahid Sudirman Center

Untuk Bangunan Office Tower Sahid Sudirman Center ini memiliki luas per lantai

kurang lebih 718 m2.

3.   Type struktur. Type struktur ada tiga yaitu open frame, flat-slab, dan bearing wall

system. Dari ketiga jenis struktur tersebut, system open frame yang paling banyak dipakai,

diikuti oleh system flat-slab.

4.   Typical. Struktur pada gedung high rise building umumnya typical kecuali pada elemen

vertikal yang mengecil pada kenaikan lantai tertentu. Hal ini karena kondisi beban di tiap

lantai relatif sama. Gaya geser akibat gempa saja yang berbeda namun gaya tersebut ditopang

oleh elemen struktur shearwall. Kondisi yang typical akan memudahkan dalam perencanaan

dan pelaksanaan.

Page 5: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

5.   Keterbatasan lahan. Gedung high rise building umumnya menghadapi masalah

keterbatasan lahan baik dalam rangka perencanaan parking area dan landscape maupun

pelaksanaan sebagai tempat site installation.

Kawasan Sudirman

Kawasan Sudirman merupakan daerah yang padat akan gedung-gedung tinggi

sehingga lahan kosong mulai terbatas. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan bangunan yang

memiliki kapasitas besar perlu didirikan bangunan tinggi termasuk gedung perkantoran Sahid

Sudirman Center ini.

6.   Pengaruh angin dan gempa yang tinggi. Gedung ini, karena bentuk fisiknya yang

langsing dan tinggi, secara alamiah sangat terpengaruh oleh aspek angin dan goyangan

gempa.

Page 6: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

Gambar pemodelan pengaruh angin terhadap gedung

7.   Risiko tinggi. Pada pelaksanaan proyek ini, risiko yang mmungkin terjadi cukup banyak

dengan probability yang tinggi. Perlu antisipasi sejak awal pelaksanaan.

8.   Kompleksitas tinggi. Proyek gedung memiliki item pekerjaan yang banyak, melibatkan

banyak pihak, durasi pelaksanaan yang seharusnya lebih panjang, risiko yang tinggi,

ketidakpastian tinggi, serta melibatkan disiplin ilmu yang banyak. Gedung high rise building

bisa jadi salah satu bangunan yang memiliki kompleksitas yang tertinggi.

9.   Volume pekerjaan yang besar. Gedung high rise building memiliki jumlah lantai di atas

20 pada umumnya. Hal ini menyebabkan volume pekerjaan yang harus dilakukan dalam

jumlah yang besar.

10.   Schedule pelaksanaan ketat. Pada pelaksanaan proyek gedung high rise building,

schedule pelaksanaan sangat ketat. Cukup banyak proyek gedung mengalami keterlambatan

karena sebenarnya waktu yang dibutuhkan tidaklah memadai. Hal ini disebabkan oleh masih

cukup tingginya risiko dan ketidakpastian dalam pelaksanaannya serta ketergantungan

terhadap cuaca.

11.   Target biaya yang ketat. Target biaya hampir selalu ketat. Hal ini dapat disebabkan

oleh tingkat kompetisi yang tinggi oleh pengembang maupun kontraktor.

12.   Target mutu yang tinggi. Gedung high rise building adalah icon dan lambang prestise

bagi pemiliknya. Sehingga dituntut memiliki kualitas yang tinggi baik dari sisi spesifikasi

maupun pelaksanaannya.

Page 7: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

13.   Tuntutan safety yang tinggi. Gedung high rise building memiliki risiko bahaya

ketinggian. Semakin tinggi akan semakin bahaya. Sehingga tuntutan safety akan makin tinggi

jika ketinggian gedung bertambah.

14.   Ketergantungan alat TC dan PH. Diperlukan alat angkat dan transportasi yang

memadai pada gedung high rise building. Tanpanya maka pelaksanaan akan sangat sulit.

Gambar Tower Crane Saat Pelaksanaan Gedung Sahid Sudirman Center

15.   Bentuk arsitektural. Hal ini disebabkan bahwa gedung high rise building menjadi icon

lambang prestise sehingga diperlukan design arsitektur yang cantik.

Page 8: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

Gambar Gedung Sahid Sudirman Center dengan Design Arsitektur yang Menawan

16.   Nilai kontrak yang besar. Tingginya volume pekerjaan dan banyaknya item pekerjaan

membuat nilai kontrak pekerjaan gedung high rise building cukup besar.

Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen,

perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih

besar, sudah tentu memerlukan pendekatan berbagai disiplin ilmu perencanaan, fabrikasi

bahan, dan konstruksi bangunan.

Para ahli secara keseluruhan dalam tim tersebut harus menggunakan pendekatan

perencanaan bangunan sebagai suatu sistem yang menyeluruh dimana struktur penunjang

fisik sebagai bagian organik tumbuh bersama rancangan bangunan tersebut. Struktur tidak

boleh dipandang sebagai suatu tambahan yang tidak berhubungan dalam ruang fungsional

oleh perancangnya, karena skala bangunan tinggi pasti memerlukan sistem penunjang

struktur yang rumit dimana gaya-gaya fisik dan lingkungan merupakan penentu rancangan

yang penting. Dalam hal ini bangunan harus mampu menahan gaya-gaya vertikal gravitasi

dan gaya horizontal angin serta gaya gempa di bawah tanah.

Dalam perencanaan sebuah gedung, khususnya gedung bertingkat, harus

memperhatikan beberapa kriteria yang matang dari unsur kekuatan, kenyamanan, serta aspek

ekonomisnya. Kenyamanan yang diinginkan membutuhkan tingkat ketelitian dan keamanan

yang tinggi dalam perhitungan konstruksinya. Faktor yang seringkali mempengaruhi

kekuatan konstruksi adalah beban hidup, beban mati, beban angin, dan beban gempa. Oleh

karena itu, perlu disadari bahwa keadaan atau kondisi lokasi pembangunan gedung bertingkat

akan mempengaruhi pula terhadap kekuatan gempa yang ditimbulkan yang kemudian

berakibat pada bangunan itu sendiri.

Dalam hal ini, Perusahaan KSO Sahid Megatama Karya Gemilan yang sudah lama

berkecimpung di dunia Real Estate memiliki keinginan untuk membangun sebuah office

tower yang memiliki ketinggi paling tinggi di Indonesia yaitu 52 lantai dengan total

ketinggian 241,4 m. Bangunan Office Tower Sahid Sudirman Center ini berlokasi di pusat

perkantoran di daerah Jakarta Pusat, lokasi tepatnya ialah berada di Jendral Sudirman No. 56

Jakarta. Proyek ini berdiri di atas lahan yang memiliki luas site 10.163 m2 dengan KDB

39,45% dab KLB 5.5.

Page 9: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

Latar belakang owner ataupun pemilik bangunan ini mendirikan bangunan dengan

ketinggian tertinggi di Indonesia untuk menjadikan bangunan ini sebagai vocal point dari

bangunan tinggi lainnya yang ada di Jakarta, khususnya di daerah Sudirman. Daerah

Gambar. Peta Lokasi Sahid Sudirman Center

Page 10: Latar Belakang Perencanaan

Nama : Cokorda Widhiyani ( 1204205016 )

Nerissa Tiffany Wijaya ( 1104205047 )

Sudirman merupakan salah satu pusat perkantoran di daerah Jakarta dimana didalamnya

terdapat banyak bangunan tinggi yang memiliki fungsi sebagai office tower, sehingga

bangunan tersebut didesain dengan ketinggian tersebut sehingga membuat bangunan ini lebih

mencolok dan mudah diingat dibandingkan dengan bangunan tinggi lainnya yang ada di

daerah Sudirman itu sendiri.

Bangunan Sahid Sudirman Center ini dibangun dari ide pemilik atau owner yang

mengingkan untuk membangun sebuah gedung perkantoran dimana bentuk dasarnya diambil

dari filosofi kelopak bunga teratai. Bentuk kelopak bunga teratai itu bisa terlihat dari bagian

dasar dari bangunan Sahid Sudirman Center tersebut.

Gambar. Site Plan Sahid Sudirman Center