Upload
teriany-widjaya
View
222
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
uji nyala
I. Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
II. Identifikasi Gugus Fungsi
Nama: Privella HarlimKelas: XII IPA IINo. Absen: 25
2 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
I. Judul percobaan 6: Uji Nyala pada Alkali dan Alkali Tanah
II. Tujuan:
Mengamati warna nyala logam alkali dan alkali tanah.
III. Dasar Teori:
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam
udara kering. Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk
oksida atau hidriksida. Barium melebur pada 710°C. pada uji kering (pewarnaan
nyala) , garam – garam barium bila dipanaskan pada nyala Bunsen yang tak cemerlang
(yakni kebiru-biruan), memberi warna hijau-kekuningan kepada nyala. Karena
kebanyakan garam barium, kecuali kloridanya, tak mudah menguap, kawat platinum
harus dibasahi asam klorida pekat sebelum dielupkan ke dalam zat itu. Sulfat mula-
mula direduksi, lalu sibasahi asmklorida pekat, dan dimasukkan kembali ke dalam
nyala.
Stronsium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Stronsium
melebur pada 771°C. sifat – sifatnya serupa dengan barium senyawa – senyawa
stronsium yang mudah menguap, terutama kloridanya, memberi warna merah-karmin
yang khas pada nyala Bunsen yang tak cemerlang.
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia melebur pada 845°C. Ia
terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab; pada reaksi ini terbentuk kalsium
oksida dan/atau kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk
kalsium hidroksida dan hidrogen. Pada uji kering atau pewarnaan nyala senyawa –
senyawa kalsium yang mudah menguap, memberi warna merah-kekuningan kepada
nyala Bunsen.
Kalium adala logam putih –perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5°C. ia
tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara
lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam itu menguraikan air
dengan dahsyat, sambil melepaskan hidrogen dan terbakar dengan nyala lembayung :
2K+ + 2H20 2K+ + 2OH- + H2
3 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam – garam kalium
mengandung kation monovalen K+. Garam-garam ini biasanya larut dalam membentuk
larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna.pada uji kering (pewarnaan
nyala) senyawa-senyawa kalium, sebaiknya kloridanya, mewarnai nyala Bunsen yang
tak cemerlang menjadi lembayung (nila). Nyala kuning yang dihasilkan oleh natriun
dalam jumlah sedikit, mengganggu warna lembayung itu, tetapi dengan memandang
nyala melalui dua lapisan kaca kobalt yang warna biru, sinar-sinar natrium yang kuning
akan diserap sehingga nyala kalium yang lembayung kemerahan jadi terlihat. Larutan
tawas krom (310 ℓ-1) setebal 3 cm, juga merupakan penyaring yang baik.
Natrium adalah logam putih-perak yang lunak, melebur pada 97,5°C. natrium
teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab,maka harus dismpann terendam
seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air. Untuk
uji kering (pewarnaan nyala) nyala Bunsen yang tak cemerlang akan diwarnai kuning
kuat oleh uap garam natrium. Warna ini tak terlihat bila di pandang melalui dua
lapisan lempeng kaca kobalt yang biru. Garam natrium dalam jumlah sedikit sekali
memberi hasil posotif pada uji ini, dan hanya warna natrium terdapat dalam jumlah
yang berarti (Setiono, 1990)
Telah diketahui bersama bahwa akan dihasilkan warna jika suatu campuran
yang mengandung logam diuapkan dalam nyala api. Seperti pada
percobaan pembakaran garam Na dengan nyala Bunsen akan dihasilkan nyala kuning,
pembakaran garam Ca akan menghasilkan nyala api merah bata dan pembakaran
garam Ba akan menghasilkan nyala api hijau. Warna nyala api dari setiap unsur
tersebut memiliki panjang gelombang tertentu. Dengan perkembangan mekanika
kuantum dapat diketahui bahwa garis dan pita dari transisi elektronik adalah spesifik
dari setiap atom atau molekul. Sebagai contoh nyala api Na yang memberikan nyala
api kuning sebagai hasil dari sepasang garis pada panjang gelombang 588,995 nm dan
589,592 nm yang dipancarkan oleh atom Na (Anonim, 2006)
4 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
IV. Alat dan Bahan:
Alat Bahan
- Tabung reaksi - Kristal NaCl
- Kaca arloji - Kristal LiCl
- Kawat nikrom - Kristal CaCl2
- Pembakar bunsen - Kristal SrCl2
- Gelas kimia - KristalBaCl2
- Gelas ukur - Kristal KCl
- HCl pekat
V. Cara Kerja:
1. Menyiapkan Kristal NaCl pada kaca arloji.
2. Menyiapkan 2tabung reaksi, lalu mengisinya masing-masing dengan 1 ml HCl pekat.
3. Menyelupkan ujung kawat nikrom ke dalam tabung reaksi I, kemudian bakar dalam
api bunsen sampai bersih (tidak memberi warna nyala lain).
4. Menyelupkan kawat nikrom tersebut ke dalam tabung reaksi II, selanjutnya ke dalam
kristal NaCl pada kaca arloji agar NaCl tersebut melekat pada kawat nikrom.
5. Membakar ujung kawat tersebut ke dalam pembakar bunsen, lalu mencatat hasil
pengamatan yang ada.
6. Mengulangi langkah 3-5 di atas untuk kristal logam yang lain.
VI. Data Penagamatan:
No. Unsur Warna nyala
1. NaCl Kuning
2. LiCl Merah
3. CaCl2 Jingga kemerahan
4. SrCl2 Merah
5. BaCl2 Hijau
6. KCl Ungu
VII. Pembahasan:
5 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
Suatu unsur memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda seperti halnya untuk
logam-logam golongan alkali dan golongan alkali tanah yang memberikan warna-warna yang
khas bila dibakar karena salah satu hal yang mempengaruhi adalah konfigurasi atom-atom
tersebut sebab setiap atom memiliki konfigurasi yang berbeda-beda serta karakteristik atau
sifat-sifat khas dari golongan tersebut. Ion dengan konfigurasi gas mulia (kulit luar terdiri
dari 18 elektron) atau konfigurasi ”18 + 2” tidak mempunyai peralihan electron pada daerah
energi cahaya, sehingga larutannya tidak berwarna. Seperti ion logam alkali dan alkali tanah.
Pemisahan medan kristal tingkat energi tinggi d, menghasilkan perbedaan energi (Z) yang
berhubungan dengan warna ion kompleks. Kenaikan sebuah electron dari yingkat energi
rendah ke tingkat energi tinggi menyebabkan penyerapan komponen cahaya putih dan
cahaya yang di lewatkan berwarna.
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang terdapat
dalam senyawa. Sebagai contoh, sebuah ion Na dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki
struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa
berpindah ke orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi – sebagai contoh,
berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak
energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala.
Karena sekarang elektron-elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak
stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level dimana
sebelumnya mereka berada – tapi tidak musti sekaligus.
Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke sebuah orbital pada level 7 misalnya,
bisa turun kembali ke level 2p sekaligus. Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah energi
yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna tertentu.
Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih) dari tingkat
sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke level 2. Masing-
masing perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan
sebagai energi cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu.
Sebagai akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna
akan dihasilkan. Warna yang anda lihat adalah kombinasi dari semua warna individual.
Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion logam ke
6 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki pola garis-
garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda pula.
VIII. Jawaban Pertanyaan:
1. Kesimpulan apa yang anda dapat dari uji nyala unsur logam alkali dan alkali tanah?
Unsur – unsur kimia pada uji nyala terutama golongan alkali dan golongan alkali
tanah memberikan warna nyala yang berbeda Natrium (Na) memberikan warna
nyala kuning keemasan, Kalium (K) memberikan warna nyala lembayung (nila),
Kalsium (Ca) memberikan warna nyala merah bata (merah kekuningan), Strinsium
(Sr) memberikan warna nyala merah tua agak keunguan, dan Barium (Ba)
memberikan warna nyala hijau kekuningan.
2. Mengapa suatu unsur dapat memberi warna nyala tertentu?
Pada dasarnya, apabila suatu senyawa kimia dipanaskan, maka akan terurai
menghasilkan unsur-unsur penyusunnya dalam wujud gas atau uap. Kemudian,
atom-atom dari unsur logam tersebut mampu menyerap sejumlah energi tinggi
(keadaan tereksitasi). Pada keadaan energi tinggi, atom logam tersebut sifatnya
tidak stabil sehingga mudah kembali ke keadaan semula (berenergi rendah) dengan
cara memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk cahaya. Besarnya energi
yang diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam bersifat khas. Hal
ini dapat ditujukkan dari warna nyala atom-atom logam yang mampu meneyerap
radiasi cahaya didaerah sinar tampak.
3. Mengapa sebelum digunakan, kawat nikrom dicelupkan ke dalam HCl pekat baru
dipanaskan?
karena HCl dapat melarutkan pengotor-pengotornya /zat pengganggu yang mungkin
menempel pada kawat nikrom sehingga pengotor tersebut akan mudah menguap
dari kawat, sehingga kawat benar-benar bersih.
pembakaran HCl tidak memberikan warna sehingga tidak mempengaruhi atau
mengganggu warna nyala logam alkali dan alkali tanah ketika diamati.
HCl digunakan untuk membuat sampel menjadi kental sehingga mudah menempel
dalam kawat nikrom.
7 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
Karena ketika dibakar, garam-garam klorida ini mampu mengeluarkan warna yang
spesifik.
IX. Kesimpulan:
1. Uji nyala api dilakukan dengan cara memanaskan kawat nikrom yang telah
disterilkan dengan HCl, kemudian senyawa Na, Ca, Ba dan Sr dipanaskan
menggunakan bunsen.
2. Unsur – unsur kimia pada uji nyala terutama golongan alkali dan golongan alkali
tanah memberikan warna nyala yang berbeda Natrium (Na) memberikan warna
nyala kuning keemasan, Kalium (K) memberikan warna nyala lembayung (nila),
Kalsium (Ca) memberikan warna nyala merah bata (merah kekuningan), Strinsium
(Sr) memberikan warna nyala merah tua agak keunguan, dan Barium (Ba)
memberikan warna nyala hijau kekuningan.
3. Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang
terdapat dalam senyawa.
X. Daftar Pustaka:
- http://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/06/kumpulan-praktikum-2/
- http://reishita-indardhati.blogspot.com/2010/06/uji-nyala-pada-alkali-dan-alkali-
tanah.html
- http://robiahadawiyah.wordpress.com/2011/05/15/kimia-analitik-uji-nyala/
8 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
I. Judul Percobaan 7: Identifikasi Gugus Fungsi
II. Tujuan:
- Mengenal beberapa senyawa organik dan gugus fungsinya
- Mengetahui beberapa sifat kimia dari senyawa tersebut
III. Dasar Teori:
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok
senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai
kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada pengelompokan senyawa.
Pengertian Aldehid
Aldehid sebagai senyawa karbonil. Aldehid senyawa-senyawa sederhana yang mengandung
sebuah gugus karbonil - sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid termasuk senyawa yang
sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH
atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil - seperti yang bisa
ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
9 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
Contoh-contoh aldehid:
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya bersama
dengan salah satu dari gugus berikut:
atom hidrogen lain
atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil atau
gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan menyinggung tentang aldehid yang mengandung
cincin benzen.
Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung molekul yang sama
persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat.
Jika kita menuliskan rumus molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus
aldehid (gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen) selalunya dituliskan sebagai -CHO -
dan tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu, penulisan rumus molekul aldehid
terkadang sulit dibedakan dengan alkohol. Misalnya etanal dituliskan sebagai CH3CHO dan
metanal sebagai HCHO.
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam
rantai terpanjang - termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada
gugus samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus
karbonil harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.
Sifat-sifat Aldehide
1) Senyawa-senyawa aldehide dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat
10 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehide dengan jumlah atom C lebih dari 5
sukar larut dalam air.
2) Aldehide dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya
3) Aldehide dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol primernya.
Contoh :
a) CH3–CHO + H2 -----------> CH3–CH2–OH
Etanal Etanol
b) CH3–CH2–CHO + H2 -------> CH3–CH2–CH2–OH
Proponal Propanol
Kegunaan Aldehide
Senyawa aldehide yang paling banyak digunakan dalam kehidupan adalah Formal
dehide dan Asetaldehide, antara lain sebagai berikut :
1) Larutan formaldehide dalam air dengan kadar ± 40% dikenal dengan nama formalin. Zat
ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dalam laboratorium musium.
2) Formaldehide juga banyak digunakan sebagai :
a) Insektisida dan pembasmi kuman
b) Bahan baku pembuatan damar buatan
c) Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit dan Bakelit
3) Asetaldehide dalam kehidupan sehari-hari antara lain digunakan sebagai :
a) Bahan untuk membuat karet dan damar buatan
b) Bahan untuk membuat asam aselat (As. Cuka)
c) Bahan untuk membuat alkohol
REAKSI-REAKSI ALDEHIDA
Aldehida adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-CHO. Beberapa
reaksi yang terjadi pada aldehida antara lain:
a. Oksidasi
11 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-oksidator lemah.
Perekasi Tollens dan pereaksi Fehling adalah dua contoh oksidator lemah yang merupakan
pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam
karboksilat. Pereaksi Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat
dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit demi sedikit
hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi Tollens dapat dianggap
sebagai larutan perak oksida (Ag2O). aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga
membebaaskan unsur perak (Ag).
Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis sebagai berikut
Bila reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang terbentuk akan melapisi
bejana, membentuk cermin. Oleh karena itu, reaksi ini disebut reaksi cermin perak.
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Reaksi Aldehida dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.
Pereaksi Fehling dipakai untuk identifikasi adanya gula reduksi (seperti glukosa) dalam air
kemih pada penderita penyakit diabetes (glukosa mengandung gugus aldehida).
b. Adisi Hidrogen (Reduksi)
Ikatan rangkap –C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi oleh gas hidrogen membentuk
suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan penurunan bilangan oksidasi atom
karbon gugus fungsi. Oleh karena itu, adisi hidrogen tergolong reduksi.
12 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
Keton
Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu gugus karbonil, tetapi
keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus karbonilnya. Identifikasi
keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji Rothera.
- Uji Rothera
Larutan aseton dicampur dengan natrium nitropusid atau Na2Fe(CN)6NO, ammonium
klorida dan ammonia. Setelah beberapa terbentuk warna violet dan intensitas warna
tergantung kadar aseton yang dianalisis. Aldehida dan keton adalah keluarga besar dari
senyawa organik yang dicirikan oleh adanya gugus karbonil terhubung dengan dua atom
karbon lain.
Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas dari senyawa organik yang
terdiri dari kelompok karbonil (<=0). Sebuah keton mempunyai dua kelompok alkil dan
satu atom hidrogen yang tersusun menjadi karbon-karbon.
Karbonil keton aldehid
Keton : 2 kelompok alkil tersusun kelompok karbonil.
Aldehid : 1 kelompok alkil dan 1 atom hidrogen menyusun kelompok karbonil.
Keton dan aldehid memiliki kesamaan dalam strukturnya dan mereka mempunyai
sifat. Disini terdapat suatu perbedaan bagaimana partikel didalam reaksinya terhadap
agen-agen oksidasi dan terdapat dalam inti nukleus.
Pereaksi Tollens
13 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
Sering juga disebut perak amoniakal yang merupakan campuran AgNO3 dan amonia
yang berlebihan. Jika bereaksi dengan monosakarida yang mengandung gugus aldehid
akan menghasilkan cermin perak.
Fehling A
Fehling A berisi larutan CuSO4, bersifat cair, berwarna biru, titik didih 99,9 ºC, titik
lebur -0,1 oC, larut dalam air, dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, tidak mudah
terbakar.
Fehling B
Fehling B berisi larutan NaOH dan KNa tartrat, tidak berwarna, berbau, titik didih 103 oC, titik lebur -10 oC.
ALDEHID DAN KETON
Identifikasi adanya gugus aldehid dan keton dapat dilakukan dengan pereaksi fehling
atau benedict dan dengan reaksi adisi nukleofilik. Proses yang dilakukan untuk menguji
adanya gugus aldehid dengan pereaksi fehling yaitu larutan formaldehid dan glukosa
dalam tabung reaksi yang berbeda ditambah dengan campuran fehling A dengan fehling B
dengan perbandingan 1:1. Kemudian kedua tabung reaksi tersebut dipanaskan. Metode
yang digunakan untuk menguji aldehid dan keton dengan reaksi adisi nukleofilik adalah
dengan cara menambahkan aseton ke dalam larutan jenuh natrium bisulfit yang telah
didinginkan dalam air es. Kemudian dilanjutkan dengan memulai penghabluran dengan
menambahkan etanol. Metode pengujian ini diakhiri dengan meneteskan asam klorida
pekat pada hablur yang telah di saring.
Dari uji dengan pereaksi fehling diperoleh hasil yaitu pada larutan formaldehid
setelah ditambahkan campuran fehling A dan fehling B menjadi berwarna ungu keruh
kebiruan, kemudian setelah dipanaskan larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan
berwarna merah bata. Sedangkan pada glukosa setelah ditambah campuran fehling A dan
fehling B menjadi berwarna ungu bening kebiruan, kemudian setelah dipanaskan larutan
berwarna merah bata dan terdapat endapan berwarna merah bata. Sementara dengan uji
adisi nukleofilik menunjukkan bahwa hablur yang terbentuk karena proses penambahan
14 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
beberapa larutan pada natrium bisulfit melarut kembali dan menimbulkan asap saat di
tetesi asam klorida pekat.
Reaksi:
Aldehida lebih kuat mengurangi agen dari keton dan mengurangi ion logam dan dioksidasi
dalam proses yaitu RCHO + [O] ==> RCOOH
(a) Penurunan perak (I) menjadi ion logam perak
RCHO + 2Ag + + H2O ==> RCOOH + 2Ag + 2H+
(b) Pengurangan dari tembaga (II) dengan tembaga (I) yaitu larutan biru kompleks
perubahan Cu2+ ke merah bata/ warna coklat, tembaga larut (I) oksida Cu2O.
RCHO + 2Cu2 + + 2H2O ==> RCOOH + Cu2O + 4H+
Identifikasi aldehid juga dapat menggunakan asam kromat oksidasi. Tes ini membedakan
antara aldehid dan keton. Aldehida bereaksi untuk memberikan endapan hijau langsung,
namun keton tidak. Langkah pertama adalah pembentukan ester kromat, diikuti oleh
reaksi eliminasi.
IV. Alat dan Bahan:
Alat Bahan
Tabung reaksi Fehling A dan Fehling B
Rak tabung reaksi Formaldehid
Pipet tetes Aseton
Penjepit tabung reaksi Larutan AgNO3 0,5M
Gelas ukur NaOH 2M
Gelas kimia NH3 1M
Pembakar bunsen Reagen Tollens
V. Cara Kerja:
Membedakan aldehid dengan keton:
A. Uji Fehling:
15 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
1. Menyediakan 2 buah tabung reaksi dan mengisinya masing-masing dengan 2 ml
larutan Fehling A dan Fehling B.
2. Lalu ke dalam tabung pertama, menambahkan 6 tetes larutan formaldehid, dan
ke dalam tabung kedua 6 tetes aseton, kemudian mengaduknya sampai rata.
3. Meletakkan kedua tabung reaksi tersebut ke dalam bejana air mendidih, tidak
lebih dari 10 menit.
4. Mengamati apa yang terjadi. Terjadinya endapan Cu2O yang berwarna merah-
kuning merupakan uji yang positif.
B. Uji Tollens:
1. Memasukkan 2 ml larutan AgNo3 0,5M dan 1 tetes larutan NaOH 2M ke dalam 1
tabung reaksi.
2. Menambahkan 2,5 ml larutan NH3 1M, lalu menambahkannya lagi setetes demi
setetes sambil diaduk, sampai hanya tinggal sedikit partikel Ag2O. (hindari
pemakaian NH3 berlebih). Campuran tadi merupakan reagen tollens.
3. Ke dalam tabung pertama, masukkan 2 tetes formaldehid dan ke dalam tabung
kedua masukkan 2 tetes aseton.
4. Mengaduk larutan tersebut hingga rata dan mendiamkannya pada suhu kamar
selama 10-15 menit.
VI. Data Pengamatan:
Aldehid dan Keton
Zat Fehling Tolllens
Formaldehid + (endapan merah bata) + (endapan perak dan cermin perak)
Aseton - (tetap biru) - (tidak berubah)
VII. Pembahasan:
Dari hasil percobaan yang kami lakukan ini, kami mendapati bahwa dari uji dengan
pereaksi fehling diperoleh hasil yaitu pada larutan formaldehid setelah ditambahkan
campuran fehling A dan fehling B menjadi berwarna ungu keruh kebiruan, kemudian setelah
dipanaskan larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan berwarna merah bata.
Sedangkan pada aseton setelah ditambah campuran fehling A dan fehling B menjadi
16 Laporan Praktikum Kimia XII IPA II
February 15, 2012
berwarna ungu bening kebiruan, kemudian setelah dipanaskan larutan tidak mengalami
perubahan.
Sedangkan dari uji Tollens yang kami lakukan dengan menggunakan NaOH dan NH3,
diperoleh hasil bahwa ketika diteteskan dengan formaldehid lalu didiamkan selama 10
menit, terdapat endapan perak dalam larutan tersebut. Sedangkan pada aseton, sama skali
tidak berubah.
VIII. Jawaban pertanyaan:
Zat-zat mana yang positif pada uji Fehling dan Tollens?
Zat yang positif terhadap uji Fehling dan Tollens, keduanya adalah formaldehid,
Sedangkan Aseton tidak menghasilkan perubahan apa-apa.
IX. Kesimpulan:
- Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya alkohol
(memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus karbonil), asam
karboksilat (memiliki gugus karboksil), dan ester.
- Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu. Senyawa
aldehid reaktif dengan pereaksi tollens dengan menghasilkan endapan perak, dan
fehling menghasilkan endapan merah bata. Sedangkan keton tidak bereaksi dengan
Fehling dan Tollens.
X. Daftar Pustaka:
- http://materismansa.blogspot.com/2011/05/uji-identifikasi-gugus-fungsi.html
- http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/senyawa-aldehida.html