Upload
subandri-oo
View
109
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
konstruksi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kerja Praktek
Dalam rangka mempersiapkan manusia untuk memecahkan persoalan yang terjadi dalam kehidupan dimasa kini
maupun dimasa yang akan datang, maka salah satu wahana yang digunakan adalah pendidikan. Oleh karena itu
sistem pendidikan yang dikembangkan oleh suatu masyarakat harus mampu membangun kompetensi manusia untuk
mempersiapkan kehidupan yang lebih baik.
Suatu sistem pendidikan yang baik harus disusun atas dasar kondisi lingkungan masyarakat baik kondisi masa kini
maupun antisipasi kondisi masa yang akan datang. Perubahan kondisi lingkungan adalah suatu tantangan dan
peluang yang harus direspon secara tepat sehingga memberikan suatu nilai tambah.
Dengan adanya berbagai tuntutan tersebut, maka perguruan tinggi, termasuk didalamnya antara lain Fakultas Teknik
dituntut untuk menyiapkan hasil didikannya yang memiliki kemampuan yang tanggap akan perkembangan teknologi
dan kebutuhan masyarakat.
Pada dasarnya sasaran pendidikan program sarjana dipandang dari kacamata konstruksi adalah pencapaian
kemampuan mobilitas profesional yang tinggi disertai kompetensi profesional yang cukup. Para sarjana dituntut
memiliki mobilitas profesional, keluwesan yang tinggi dan kemampuan menyesuaikan diri secara tepat pada tuntutan
pekerjaan, dilain pihak juga dituntut untuk memenuhi tugas barunya ditempat kerja secara efisien, yang pada
umumnya diperoleh dari pengalaman kerja praktek.
Orientasi praktis dan wawasan profesi yang memadai merupakan tuntutan dari industri, yang ditujukan pada
pendidikan program sarjana untuk itu kerja sama yang erat antara lembaga pendidikan dan industri konstruksi
merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Orientasi praktis untuk mahasiswa tersebut adalah
melakukan kerja praktek di industri konstruksi sebagai bagian dari program belajar.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai salah satu universitas yang ada di Yogyakarta, berusaha turut serta
dalam upaya menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan pada saat ini
sangat ketat, sehingga dibutuhkan kemampuan, keuletan dan kecakapan penguasaan bidang pekerjaan. Untuk itu
diperlukan latihan atau kerja praktek guna menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan di lapangan.
Secara tidak langsung dengan melakukan kerja praktek, maka akan terjadi penyesuaian diri dengan lingkungan
pekerjaan yang akan dihadapi kelak. Bagaimana kondisi yang sebenarnya di lapangan, hubungan kerja antar
pekerja, mekanisme kerjanya, manajemen proyeknya, serta penyediaan alat dan bahannya itu semua perlu diketahui
untuk bekal dalam bekerja.
Menghadapi era perdagangan bebas dimana para pekerja asing dapat masuk dan bekerja di Indonesia dengan
bebas, maka diperlukan keberanian dalam bersaing tanpa mengesampingkan keahlian yang dimiliki, karena keahlian
yang dimiliki merupakan modal utama dalam berkompetisi dengan para pekerja asing. Teori dibangku kuliah tidaklah
cukup, sehingga diperlukan lebih banyak praktek untuk menghasilkan suatu keahlian yang memadai. Dengan
dibangunnya laboratorium yang memadai diharapkan mahasiswa mampu menguasai dan mempraklekkan setiap
kegiatan praktikum. Dengan melakukan kerja praktek diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang seluk beluk
dunia kerja yang akan dihadapi kelak. Walaupun dengan melakukan kerja praktek bukan berarti semua informasi
yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia kerja telah didapat, paling tidak kita bisa tahu bahwa dunia kerja yang
nantinya akan kita hadapi.
B. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Adapun maksud dan tujuan dilaksanakan kerja praktek pada proyek Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah:
1. Menambah ilmu dan wawasan yang seluas-luasnya tentang proyek pembangunan gedung.
2. Menerapkan teori yang didapatkan di bangku kuliah pada proyek dilapangan.
3. Berperan aktif dalam menganalisa, mempelajari data perencanaan dan metode pelaksanaan pada
sebuah proyek konstruksi bangunan.
4. Memberikan gambaran pekerjaan di lapangan (melalui pengamatan terhadap jalannya suatu
proyek)
5. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
C. Gambaran Umum Proyek
Dibangun RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berada di dusun Bodeh, Jalan. Wates Km. 5,5
Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Rumah sakit yang direncanakan berjumlah empat lantai tersebut
akan digunakan untuk kerja peraktek Fakultas Kedokteran UMY dan pelayanan kesehatan lainnya. Dengan
dibangunnya rumah sakit tersebut dapat membantu di bidang pendidikan dan peraktek Fakultas Kedokteran
UMY ,serta membuka lapangan pekerjaan baru baik di bidang medis maupun dibidang lainnya dan juga diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit.
Proyek ini dikerjakan dengan sistem swakelola yang sebagian besar dananya dari FK UMY. Pelaksana pekerjaan ini
adalah Tim Swakelola Pengembangan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan ini belum dapat ditetapkan, karena belum ada jadwal yang pasti dari Tim Swakelola Pengembangan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tim Pengembangan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan pihak yang berwenang dalam
pemberian tugas kepada pelaksana dalam hal ini Tim Swakelola Pengembangan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta guna terealisasinya proyek. Sebagai konsultan perencana pelaksana dan pengawas, maka RS
Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta membentuk Tim Swakelola sebagai pelaksana pekerjaan.
D. Latar Belakang Pembangunan Gedung
Sekarang ini prasarana modern guna kepentingan kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat serta tempat
praktek FK UMY. Ini semua untuk mempermudah kerja praktek FK UMY, sehingga pembangunan sarana dan
prasarana kesehatan ini dapat membantu mempermudah dalam pendidikan serta peraktek, Sebagai prasarana
kesehatan,RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah yang akan dibangun selayaknya memiliki kriteria-kriteria sebagai
prasarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kriteria-kriteria tersebut antara lain :
1. Lokasi mudah dicapai
2. Memiliki fasilitas yang memadai
3. Memiliki lingkungan yang nyaman
4. Pencemaran akibat asap/kebisingan yang terjadi, sekecil mungkin
5. Memiliki tingkat pelayanan yang baik
6. Dapat membantu mahasiswa Fakultas Kedokteran
Kriteria-kriteria tersebut diatas yang melatarbelakangi dilaksanakannya proyek Pembangunan RS Pendidikan RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan dibangunannya gedung rumah sakit ini, diharapkan agar dapat
membantu FK UMY,serta memberi pelayanan kesehatan masyarakat.
E. Tujuan Pembangunan Gedung
Dibangun RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berada di dusun Bodeh, Jalan. Wates Km. 5,5
Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yang bertujuan untuk membantu FK UMY serta meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Rumah sakit yang direncanakan berjumlah empat lantai. Dengan dibangunnya rumah sakit tersebut dapat membuka
lapangan pekerjaan baru baik di bidang medis maupun dibidang lainnya dan juga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit.
F. Data Umum dan Data Teknis Proyek
l. Data umum:
a Nama Proyek Proyek Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit
PKUMuhammadiyah Yogyakarta
b. Nama Pekerjaan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit
PKUMuhammadiyah Yogyakarta
c. Pemilik Proyek
Rumah Sakit PKU MuhammadiyahYogyakarta,
Fakultas Kedokteran UMY
d. Konsultan Perencana
LKPT (Lembaga Konsultasi dan PelayananTeknik Fakultas
Teknik) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
E Konsultan Pengawas
Tidak ada Konsultan Pengawas secara resmi,melainkan Tim
Pelaksana berfungsi juga
sebagai Konsultan Pengawas yang akan
melaporkan pekerjaan kepada Pimpro.
F Kontraktor Tidak ada kontraktor pengerjaan Pembangunan RS
Pendidikan RS PKUMuhammadiyah Yogyakarta,
karena dikerjakan sendiri oleh Tim
Swakelola Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
G Dana Proyek -
H Waktu Pelaksanaan -
I Rangka Bangunan Beton Bertulang
J Rangka Kuda-kuda Baja
1. 2. Data Teknis Proyek
Proyek Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini memiliki luas
bangunan sebesar 5783,04 m2. Bangunan ini terdiri atas enam unit yang masing-masing unitnya terdiri dari empat
lantai. Masing-masing lantai terdiri atas ruang-ruang. Untuk penghubung antar lantai adalah berupa tangga plat
beton bertulang yang ditopang oleh balok yang menumpu pada kolom-kolom. Sedangkan untuk penghubung antar
gedung adalah mengunakan hall .
Proyek pembangunan ini terletak di dusun Bodeh Jalan Wates Km. 5,5 Ambarketawang, Gamping, Sleman
Yogyakarta dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Batas Timur : Dusun Deling Sari
b. Batas Barat : Dusun Bodeh
c. Batas Selatan : Jalan. Wates Km. 5,5
d. Batas Utara : Dusun Patukan
Gambar l. Denah Lokasi
Data umum arsitektur dan struktur dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Elevasi
Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta direncanakan terdiri dari 3
(tiga) lantai, adapun elevasi masing-masing lantai adalah sebagai berikut :
1) Lantai 1 dengan elevasi + 4,00 m, diukur dari lantai dasar.
2) Lantai 2 dengan elevasi + 8,00 m, diukur dari lantai dasar.
3) Lantai 3 dengan elevasi + 12,00 m, diukur dari lantai dasar.
b. Fungsi Bangunan
Secara umum bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
kerja praktek FK UMY serta pelayanan kesehatan .
c. Ruang Lingkup Pekerjaan
l) Pekerjaan Struktur Bagian Atas (Upper Structure Work)
Meliputi pekerjaan balok-kolom serta pekerjaan sub struktur yang dibagi menjadi beberapa zona selesai.
2) Pekerjaan Arsitektur (Architectural work)
Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan struktur selesai, yang mencangkup pekerjaan batu/dinding, plaster, lantai,
partisi, kusen, pintu, dan jendela, serta pengecetan.
3) Pekerjaan Listrik dan Mekanikal (Electrical and mechanical work)
Meliputi pemasangan AC (Air Conditioner), lift, jaringan listrik, jaringan telpon, perpipaan, dan sebagainya. Pekerjaan
ini dilakukan bersama-sama dengan pekerjaan arsitektur yang didahuluin dengan penyediaan salurannya selama
pekerjaan struktur berlangsung.
4) Pekerjaan Akhir
Merupakan pekerjaan akhir dari suatu proyek. Pada proyek pekerjaan ini meliputi penataan lingkungan di sekitar
proyek yang dapat berupa pemasangan paving serta pembuatan taman.
d. Ruang Lingkup Pengamatan
Adapun pekerjaan yang diamati selama kerja proyek meliputi :
1) Pengelolaan Proyek.
2) Pendataan fungsi serta pekerjaan tiap-tiap bagian yang ada atau terkait dalam kegiatan proyek,seperti :
a) Pemasangan perancah/schafolding
b) Febrikasi begisting dan tulangan
c) Pemasangan begisting dan perangkaian tulangan pada struktur
d) Pemasangan pipa mechanical dan electrical
e) Pengecoran struktur
3) Untuk tinjauan khusus, dilakukan satu bagian yang ada dalam kegiatan proyek untuk diuraikan lebih mendetail
tentang fungsi, tugas serta pekerjaan yang dilakukan.
4) Pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak termasuk dalam pengamatan hanya digambarkan secara umum dan tidak
mendetail.
G. Data Keuangan Proyek
Setiap pembangunan selalu membutuhkan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu dan
dari sumber dana yang tertentu pula. Sumber dana dari suatu proyek dapat berupa perorangan atau badan usaha
baik pemerintah maupun swasta. Penyusunan anggaran biaya proyek dipengaruhi oleh 2 faklor yaitu faktor teknis
dan non teknis. Faktor teknis antara lain berupa ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi
pelaksanaan pembuatan bangunan serta gambar-gambar konstruksi bangunan. Sedangkan faktor non teknis
meliputi harga bahan-bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Selain itu ada faktor lain yaitu peraturan-peraturan
pemerintah yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan suatu bangunan, pelimpahan pekerjaan dari pemilik
proyek ke perencana maupun pelaksana. Sumber dana dan biaya yang digunakan untuk membiayai Proyek
Pembangunan RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini adalah dari FK UMY dan PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Masa pemeliharaan belum ditetapkan, yang pasti diawali sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan, yaitu pada
waktu pelaksanaan proyek telah mencapai 100% yang dinyatakan dalam berita acara serah terima yang dilampiri
daftar prestasi pekerjaan. Setelah masa pemeliharaan berakhir, tanggung jawab pengelolaan sepenuhnya di
tanggung pemilik proyek.
BAB II
PERENCANAAN PROYEK
A. Umum
Pembangunan suatu proyek harus melalui beberapa tahap. Tahap awal dari pembangunan suatu proyek adalah
tahap perencanaan. Tahap perencanaan dilakukan oleh pihak arsitektur yang meliputi desain gedung berserta fungsi
tata ruang, interior, eksterior, lantai, dinding dan atap. Perancangan juga dilakukan oleh pihak sipil yang meliputi
desain gedung dari segi kekuatan strukturnya, pekerja-pekerja clearing (pembersihan)
dan grubbing (pembongkaran), jalan masuk proyek, grading (pemerataan), saluran pembuangan (drainasi),
pembuatan pagar dan pondasi.
Perencanaan ini dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu proyek, baik dari bidang sipil, arsetiklur,
mekanikal, perpipaan dan listrik semua harus terlibat dalam proses perencanaan agar didapatkan suatu hasil
rancangan yang memuaskan baik dari segi konstruksi, segi keindahan arsetiktur ataupun dari segi biaya.
Perencanaan adalah proses yang berusaha meletakan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala
sumber daya untuk mencapainya. Dalam hal ini berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan di masa yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga dapat diartikan
dari segi penggunaan sumber daya yaitu memberi pegang bagi pelaksana mengenai alokasi sumber daya untuk
melaksanakan kegiatan. Langkah selanjutnya dari perencanaan adalah studi kelayakan yang diperlukan untuk
mengetahui apakah bangunan tersebut layak atau tidak. Setelah dilakukan studi kelayakan maka selanjutnya
dilakukan survey lapangan dan penyeledikan tanah di lapangan dan di laboratorium.
Untuk proyek pembangunan RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini, tahapan-tahapan itupun
dilaksanakan dan perencanaannya dikaitkan dengan Master Plan dan UMY.
B. Studi Kelayakan
Sebelum diadakan suatu proses kegiatan dari suatu proyek maka setiap pihak harus mengetahui alasan dan latar
belakang suatu proyek yang akan dilaksanakan. Untuk itu perlu diadakan studi dari beberapa permasalahan-
permasalahan penting yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan dan juga akan
memberikan suatu solusi terhadap layak atau tidaknya proyek tersebut dilaksanakan.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya maka studi kelayakan suatu proyek lebih dominan kearah studi mengenai bahan
(material) dan alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek tersebut. Studi kelayakan bahan (material)
sebelum digunakan pada Proyek Pembangunan RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta harus
dilaksanakan pengujian-pengujian di laboratorium. Pengujian yang dilakukan terdiri dari pengujian kuat tarik baja
pengujian kuat desak beton dan pengujian beton polos/deformasi.
Studi kelayakan jika ditinjau dari segi peralatan yang akan dipakai, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan, volume
pekerjaan, intensitas, manfaat dan efisiensi dari alat-alat tersebut. Untuk itu pemilihan alat-alat yang dipakai harus
tepat hal ini berkaitan dengan prinsip ekonomi, yaitu : kualitas, kuantitas dan efektifitas.
Secara garis besar di dalam studi kelayakan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bangunan hendaknya fungsional, efesiensi, manarik dan nyaman digunakan.
2. Harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin terciptanya bangunan yang aman
bagi pemakai serta lingkungan sekitarnya.
3. Rancangan bangunan harus sedemikian rupa dengan mempertimbangkan hubungan antara
waktu, biaya pelaksanaan, perawatan, peraturan dan pedoman perencanaan daerah setempat dan
master plan yang ada.
4. Bangunan yang dibangun hendaknya turut serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya.
C. Survey Lapangan
Survey merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan sebelum dilaksanakan kegiatan pembangunan proyek.
Survey dilakukan intuk mengumpulkan data-data teknis yang diperlukan dalam suatu perencanaan proyek. Pada
proyek pembangunan gedung dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan data-data teknis yang ada di lapangan
atau lokasi proyek. Beberapa survei lapangan yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Survei Lokasi
Survei lokasi didasarkan atas jenis dan fungsi bangunan tersebut misalnya: bangunan gedung jembatan, jalan,
pelabuhan, bendungan dan bangunan sipil lainnya. Survei lokasi dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti situasi
dari lokasi yang akan dipakai untuk melaksanakan suatu proyek.
Dengan melakukan survey lokasi maka seorang perencana dapat mengetahui batas-batas lahan yang digunakan
untuk proyek tersebut menentukan tempat peletakan material, jaringan listrik dan lain sebagainya. Dengan survey
lokasi, perencanaan yang dibuat dapat benar-benar optimal sesuai dengan kondisi dan lokasi yang ada.
2. Survei Kondisi Tanah (Daya Dukung Tanah)
Penyelidikan tanah yang dilakukan mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan, jenis dan parameter-parameter
teknis tanah dasar bangunan. Data yang didapat akan digunakan untuk analisis penentuan kedalaman dan daya
dukung fondasi serta perkiraan penurunan (deformasi) yang mungkin terjadi, yang nantinya perencanaan dapat
menghasilkan produk dan apabila di implementasikan dapat menyebabkan angka aman, ekonomis dan
memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tujuan dari penyelidikan tanah adalah sebagai berikut:
1. Menentukan urutan, ketebalan dan jenis lapisan tanah
1. Memperoleh contoh-contoh tanah yang cukup mewakili untuk keperluan identifikasi dan
klasifikasi
2. Bahan uji laboratorium guna keperluan memperoleh parameter tanah
3. Identifikasi kodisi air tanah
4. Memberikan karakteristik tanah atau batuan
5. Memberikan informasi yang memadai
Penyeledikan tanah pada Proyek Pembangunan RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dilakukan di
Laboratorium Mekanika Tanah Program Diptoma Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Pekerjaan
penyelidikan tanah lapangan yang telah dilaksanakan pada seluruh lahan rencana, meliputi:
a. Pekerjaan sondir (sounding)
Penyondiran dengan menggunakan alat sondir kapasitas 20a kglcm2. Jumlah titik yang diambil berjumlah 5 titih
masing-masing tersebar diseturuh lokasi yang mewakili sesuai yang diusulkan oteh pihak perencana.
b. Pekerjaan pengeboran (bording)
Pengeboran dilaksanakan di dua tempat yaitu di dekat titik sondir S-4 dan S-5.
Maksud dari pengeboran ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang profil tanah sesungguhnya yang terdapat
di bawah permukaan tanah. Jenis bor yang digunakan adalah bor tangan (hand auger) dengan kapasitas mencapai
kedalaman l0 m. Adapun letak titik sondir dan pengeboran dapat dilihat pada lampiran.
c. Pekerjaan laboratorium
Penyeledikan laboratorium meliputi: uji kadar air, berat jenis, berat volume tanah distribusi ukuran butir dan uji geser
langsung. Pada setiap titik bor diambil satu sampel, sehingga jumlah sempel yang harus diuji adalah 2 buah dengan
macam pengujiannya seperti tersebut di atas. Hasil pengujian di laboratorium dapat dilihat pada lampiran.
Hasil analisis sondir menunjukkan bahwa kuat dukung tanah sangat menguntungkan dan relatif tidak dalam. Namun
perlu diperhatikan kekuatan tanah dibawahnya dan muka air yang tinggi (kemudahan pelaksanaan). Untuk beban
ringan dapat digunakan fondasirectangular atau cantirnus footing pada kedalaman – 1,0 m dari permukaan
tanah. Untuk beban yang berat, dapat digunakan fondasi tiang pancang atau sumuran. Tiang pancang dapat
berupa precast driven pile atau mini franki pile. Bila diperlukan untuk pembuatan konstruksi basement, dapat
digunakan fondasi rakit (raft fondasion) dengan memperhatikan sistem drainase dari bangunannya.
3. Data Kuat Tekan Beton Yang Akan Direncanakan
Data ini merupakan dasar yang harus dipenuhi dalam setiap bagian konstruksi yang akan dibangun. Apabila nantinya
dijumpai kuat tekan beton yang tidak sesuai dengan ketentuan maka harus diulang, sehingga beton tersebut
memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pengujian beton baik untuk konstruksi utama maupun untuk bagian-bagian
luar lain dari bangunan perlu dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton tersebut. Dari hasil pengujian tersebut
dapat diketahui apakah beton yang akan digunakan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak.
Sebelum pelaksanaan uji kuat tekan beton maka terlebih dahulu dilaksanakan uji slump.
Pengujian slump dilakukan guna mengetahui nilai slump adukan beton, sehingga dapat diketahui kekentalan beton
(apakah terlalu kental atau terlalu encer). Apabila nilai slump belum memenuhi yang disyaratkan, maka segera
dilakukan model campurannya, yaitu dengan menambah atau mengurangi jumlah bahan-bahan penyusun beton,
sehingga didapat nilai slump yang diinginkan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena nilai slump mempengaruhi
mutu beton itu sendiri.
4. Jumlah Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan harus diperhitungkan dengan cermat dan dipertimbangkan pengalaman kerja
dari tenaga kerja tersebut. Bila tenaga kerja ini tidak diperhitungkan dengan baik maka proyek ini akan mengalami
kegagalan dalam pencapaian target waktu yang ditentukan.
D. Analisis Dampak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan suatu bangunan. Bangunan yang
baik adalah bangunan yang sedikit sekali mempengaruhi lingkungan sekitar. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
akibat Pembangunan RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah adanya pencemaran udara
berupa debu-debu yang ditimbulkan oleh mobil-mobil proyek yang keluar masuk. Polusi suara lebih mendominasi
yaitu berupa kebisingan yang ditimbulkan dari alat-alat berat (pemancangan) atau suara mesin yang digunakan
dalam pembangunan proyek juga merupakan salah satu masalah yang timbul akibat Pembangunan RS Pendidikan
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Dengan adanya analisis dampak lingkungan ini diharapkan proyek Pembangunan RS Pendidikan RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta ini tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan rumah sakit dan luar rumah
sakit, baik sewaktu pelaksanaan maupun sesudah proyek tersebut selesai.
BAB III
PERANCANGAN PROYEK
A. Tinjauan Umum
Perancangan secara umum adalah kegiatan awal dari rangkaian fungsi manajemen. Inti dari sebuah perencanaan
adalah penyatuan pandangan serta pemikiran dari pemilik proyek (owner) dan perencanaan sehingga didapatkan
sebuah korelasi ide yang selaras, yang pada akhirnya diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Pada
tahap perencanaan ini segala sesuatu ditentukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari lapangan dan
berpedoman pada aturan-aturan yang berlaku.
Dalam perancangan ini perlu mendapat persetujuan dari pemilik proyek (owner). Seluruh konsep dasar berupa
master plan, gambar denah, gambar tampak dan potongan yang telah disetujui, maka dilanjutkan dengan
perancangan bagian-bagian bangunan yang lebih detail, antara lain:
1. Perancangan struktur perhitungan dimensi pelat lantai, balok, kolom, dan Pondasi.
2. Perancangan mechanical dan electrical, instalasi Plumbing, mechanical, generator listrik, sistem
penerangan, penangkal petir dan pekerjaan electrical.
B. Perancangan Konstruksi
1. Perancangan Arsitektur
Perancangan arsitektur merupakan dasar dari seluruh aspek perencanaan dalam proyek, yang dilakukan untuk
mendapat gambaran bangunan secara keseluruhan sebelum dilakukan hitungan struktur. Hasil dari perancangan
arsitektur berupa gambar kerja yang lengkap (tata ruang, interior, eksterior, lantai, dinding dan atap), sehingga
diperoleh gambaran jumlah volume pekerjaan yang nantinya akan dipakai sebagai dasar pelaksanaan. Beberapa
prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam perancangan arsitektur suatu proyek antara lain :
a. Perencanaan tata kota atau Master Plan.
b. Keamanan dan kenyamanan
c. Kegunaan dan fungsi bangunan.
d. Keindahan dan kekuatan konstruksi.
e. Dampak terhadap lingkungan
Perancangan Pembangunan RS.Pendidikan UMY secara umum merupakan arsitektur modern.
2. Perancangan Sipil dan Perancangan Struktur
Perencanaan sipil atau struktur merupakan kegiatan yang merencanakan hasil dari perencanaan arsitektur. Kegiatan
sipil ini merencanakan bagaimana bangunan yang telah direncanakan oleh arsitektur bisa direalisasikan. Dalam
perencanaan sipil ini harus diperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Kekuatan struktur bangunan harus memenuhi standar yang baik. Baik dari standar kekuatan
(strength), kestabilan (stabilitas), kekakuan (stiffites) dan ekonomis (optimum design).
2. Bangunan yang akan dibangun tidak hanya kuat, akan tetapi tidak boleh meninggalkan keindahan
arsitekturnya.
3. Struktur bangunan yang dibangun harus dibuat sedemikian rupa dengan memtimbangkan
masalah waktu, biaya, pelaksanaan dan perawatan serta pedoman daerah setempat.
Perencanaan struktur telah selesai maka dilakukan perancangan struktur, sebagai hasil dari perencanaan itu antara
lain : gambar-gambar struktur (gambar bangunannya, gambar detail-detail bangunannya dan gambar-gambar yang
lainya).
Berikut ini merupakan hasil perancangan sipil atau struktur:
a. Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bangunan bawah adalah konstruksi yang letaknya di bawah lantai/permukaan tanah yang ditetapkan
sebagai titik nol yang berfungsi sebagai konstruksi yang menerus beban dari bangunan di atasnya ke lapisan tanah
yang mendukung bangunan tersebut yang biasanya disebut fondasi. Fondasi harus direncanakan untuk tahan
terhadap faktor-faktor yang berpengaruh yang ada disekitarnya. Fondasi juga harus dapat menahan beban statis dan
respon statis terhadap beban dinamis serta penurunan (deformasi) yang diakibatkan dari jenis tanahnya dan beban
akibat adanya gempa. Faktor dan jenis tanah juga harus diperhitungkan untuk mencegah terjadinya penurunan
(settlement) dan miringnya gedung.
Penentuan jenis fondasi yang akan digunakan pada suatu bangunan dipilih berdasarkan data :
1) Susunan, tebal dan sifat tanah.
2) Beban yang harus didukung.
3) Besar, macam dan sifat khusus bangunan.
Sedangkan persyaratan yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu fondasi antara lain :
1) Tanah dasar mampu mendukung beban yang bekerja.
2) Penurunan tanah yang terjadi tidak terlalu besar.
3) Fondasi tidak mengalami gaya guling dan gaya geser.
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah di lokasi Proyek Pembangunan RS. Pendidikan UMY ini, maka dipakai satu
macam fondasi yang sesuai untuk bangunan yang telah direncanakan. Fondasi yang digunakan pada bangunan ini
adalah tiang pancang, tiang pancang ini diperkuat oleh balok-balok sloof, baik bujur sangkar maupun arah melintang.
1) Tiang Pancang
Perletakan tiang pancang pada setiap poer dapat dilihat pada lampiran. Tiang pancang yang digunakan adalah tiang
pancang jenis Precast dan Prestress, yang berbentuk segitiga sama sisi dengan lebar sisi 32 cm serta mempunyai
panjang tiang 3 m dan 6 m, setiap tiang pancang direncanakan untuk mendukung beban seberat 40 ton. Mutu beton
yang digunakan adalah 25 MPa dan mutu bajanya adalah 400 MPa.
2) Poer
Poer adalah bangian dari fondasi yang berfungsi untuk mendistribusikan beban dari kolom ke tiang pancang. Dasar
perancangan adalah sebagai berikut :
a) Mutu Beton 25 MPa.
b) Mutu Baja 400 MPa.
3) Sloof
Balok sloof adalah bagian dari suatu konstruksi banguanan yang harus berfungsi sebagai berikut:
a) Perata beban yang akan diteruskan oleh fondasi pada tanah dasar.
b) Menahan momen yang bekerja pada ujung-ujung bawah kolom, sehingga gaya yang akan diteruskan hanya
gaya aksial saja.
c) Mampu mencegah retak-retak pada dinding karena adanya deformasi tanah di bawah fondasi bangunan akibat
dari pembebanan yang terus-menerus dari struktur bangunan yang ada diatasnya.
d) Pengikat antar kolom satu sama lainnya.
e) Mencegah masuknya air dari fondasi ke dinding sehingga dinding selalu tetap dalam keadaan kering.
Pada Proyek Pembangunan RS. Pendidikan UMY ini menggunakan balok sloof dengan ukuran 40 cm x 60 cm. Balok
sloof menggunakan mutu beton 25 MPa seta mutu bajanya 400 MPa.
Gambar 2.2 Detail Sloof
Pada Momen Lapangan
a. Struktur Bagian Atas
Struktur bangunan atas adalah konstruksi yang terletak di atas permukaan tanah, yang biasanya terdiri dari dua
bangunan, yaitu : rangka gedung dan atap. Konstruksi ini merupakan bagian utama dari bangunan yang terdiri dari
kolom, plat lantai, balok, atap dan tangga yang terbuat dari beton bertulang serta dinding yang terbuat dari pasangan
batu bata.
Beton yang digunakan sebagai struktur pada proyek ini adalah beton dengan kuat tekan karakteristik yang
disyaratkan (fc’) tidak boleh kurang dari 25 MPa dan tulangan baja menggunakan baja dengan tegangan leleh (fy)
minimal sebesar 400 MPa.
Struktur atas pada bangunan ini antara lain :
1) Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil (SK SNI T-15-1991-03). Sebagai bagian
dari suatu kerangka bangunan, kolom menempati posisi penting dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom
akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya atau merupakan
batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan.
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban vertikal dan horizontal. Beban
vertikal adalah beban yang diterima dari balok dan kolom di atasnya sedangkan beban horizontal adalah beban
akibat beban angin dan gempa. Kolom pada umumnya digunakan dalam bentuk persegi dan bulat. Pada proyek
pembangunan ini menggunakan satu macam bentuk kolom, yaitu persegi.
2) Balok
Balok adalah batang horizontal dari rangka (frame) struktur yang menahan beban lentur akibat adanya momen yang
terjadi pada struktur bangunan. Balok juga menahan beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa : berat
balok itu sendiri, beban plat lantai, berat dinding dan juga beban hidup yang terdiri dari beban yang berpindah-
pindah, seperti orang yang berada di dalam bangunan. Adapun fungsi balok antara lain :
a) Meneruskan beban dinding ke kolom
b) Sebagai pengikat kolom
c) Menambah kekuatan lentur plat
d) Menambah kekuatan horizontal pada struktur
Bahan yang biasa digunakan adalah beton bertulang, tetapi dapat pula digunakan bahan lain, misalnya baja profil
yang dibungkus beton (balok komposit). Menurut letak dan fungsinya balok yang digunakan pada Proyek
Pembangunan RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari balok induk (balok struktur), balok
anak (diafragma) dan balok pendukung.
Balok terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Balok induk adalah balok utama yang penempatannya tepat pada kolom memanjang sebagai
panghubung antar kolom dan memiliki dimensi lebih besar. Balok induk adalah balok yang
dianggap satu kesatuan dengan kolom dalam perhitungan satu portal. Balok induk/balok utama
mempunyai fungsi menahan beban dari balok anak ke kolom
2. Balok anak adalah balok yang menyokong atau mendukung beban dan menghubungkan antar
balok induk biasanya dimensinya lebih kecil dibanding balok induk. Balok anak adalah balok yang
menghubungkan antar portal yang satu dengan yang lain. Balok anak mempunyai fungsi menahan
beban-beban dari lantai yang akan diteruskan ke balok induk dan balok anak ini terletak diujung-
ujung balok induk dan melintang ditengah-tengah balok induk.
3. Balok pendukungnya antara lain : ring balk, latei-L (balok yang tertumpu tanpa penyangga) dan
balok selasar. Ring balk adalah balok yang penempatannya pada ujung atas bangunan dan
melingkar mengikuti kontur bangunan, dimensinya lebih kecil dibanding balok anak. Terkadang
pada suatu bangunan ring balk tidak dipakai.
3) Pelat lantai
Pelat lantai adalah pelat yang terbuat dari beton bertulang. Pelat lantai ditumpu oleh balok. Tebal pelat lantai relatif
lebih tipis dibanding balok pengaku. Pada prinsipnya pelat lantai mempunlai fungsi untuk menopang beban-beban
yang ada di atas lantai tanpa ada menimbulkan lenturan akibat dari beban muatan dan beban pelat lantai itu sendiri.
Bagian atas pelat lantai merupakan bagian yang tertekan, sementara bagian bawahnya terjadi regangan.
Karakteristik dari beton adalah kuat terhadap desak yang terjadi. oleh karena itu apabila lantai terbuat dari beton
biasa tanpa tulangan akan mengalami retak di bagian bawah.
Pada pekerjaan Proyek Pembangunan RS Pendidikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan :
Tebal Pelat Lantai 120 mm
Tebal Lindungan Beton 20 mm
Diameter Tulangan l0 mm
Mutu Beton Fc’: 25 MPa
Mutu Baja Fy :400 Mpa
4) Dinding
Dinding berfungsi untuk memisahkan ruangan yang satu dengan ruangan yang lain, agar kegiatan diruang satu tidak
terganggu dan tidak mengganggu kegiatan yang lain. Permukaan dinding harus rata, tidak boleh ada benjolan dan
tidak kasar, Dinding pada proyek ini menggunakan dinding konvensional atau dinding yang menggunakan pasangan
batu bata merah dan di plester dengan adonan spesi I semen : 5 pasir dan ditambah kalsium, kemudian di aci
dengan adonan spesi semen ditambah kalsium.
5) Atap
Atap adalah batang tekan vertikal dan horizontal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari penutup
atap. Atap meneruskan beban dari atas ke struktur yang lebih bawah. Atap merupakan salah satu bagian struktur
utama dari suatu gedung. Oleh karena itu struktur atap harus diperhatikan dengan seksama baik perencanaan
maupun pelaksanaannya. Pada proyek gedung RS. Pendidikan UMY ini memakai rangka atap baja.
Bagian-bagian rangka atap sebagai berikut:
1. Rangka kuda-kuda yaitu rangka WF, dengan ukuran WF 250x125x6x9
2. Gordingnya pakai kanal, ukuran C 150x65x20x3.2
3. Batang tarik mengunakan Rangka WF,dengan ukuran WF 200x100x5.5×8
C. Penulangan
Dalam praktek pelaksanaan, sistem struktur beton bertulang untuk proyek bangunan gedung direncanakan dibuat
pendetailan penulangannya dan dipabrikasikan berdasarkan pada berbagai ketentuan yang diberikan dalam
peraturan-peraturan. Selain harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03,
harus pula mengikuti beberapa peraturan lainnya dari Departemen Pekerjaan Umum RI. Pekerjaan detail penulangan
terdiri atas persiapan gambar pemasangan tulangan, rencana detail penulangan, dan daftar kebutuhan berbagai
macam batang tulangan. Kesemuanya itu akan digunakan sebagai pedoman dalam pembelian, penjadwalan
pengadaan, maupun persiapan proses pabrikasi dan rencana pemasangan. Pekerjaan pabrikasi terdiri atas
pelaksanaan pekerjaan dalam bengkel untuk pekerjaan penulangan, seperti memotong menggunakan bar cutter,
membengkokan menggunakan bar bander, menguntai /merangkai menggunakan kawat bendrat, memberi tanda
pengenal, termasuk mengatur penimbunan sementara dalam gedung.
D. Mutu Beton yang Digunakan
Mutu beton yang digunakan adalah fc’ : 25 MPa untuk sloof, poer, kolom dan tangga sesuai standar SNI 1991.
Kualitas atau mutu beton harus dibuktikan dengan pengujian silinder beton sesuai SNI 1991 yang dilakukan oleh
laboratorium Pengujian Bahan Bangunan yang diakui oleh pemerintah.
Untuk mengetahui apakah beton tersebut sesuai dengan mutu, maka hasil uji beton harus dibuktikan dengan uji
tekan silinder beton di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik UGM. Ukuran silinder beton uji slump test adalah
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Banyaknya pengambilan silinder/benda uji beton pada waktu permulaan
pengecoran adalah 3 (tiga) buah sampel setiap pengecoran satu mobil mixer. Dari ketiga itu masing-masing
pengujiannya adalah sampel pertama diuji untuk 7 hari, kemudian sampel kedua diuji untuk 28 hari dan sampel yang
ketiga digunakan sebagai cadangan apabila salah satu sampel gagal dalam pengujian.
E. PeraturanPerancangan
Peraturan-peraturan yang digunakan dalam suatu perancangan bangunan dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas
bangunan yang telah ditetapkan baik secara nasional maupun internasional. Peraturan itu meliputi bidang keilmuan
teknik sipil antara lain peraturan mengenai struktur, sistim aliran air untuk bangunan gedung yang meliputi drainasi
dan plumbing. Hal ini berkaitan dengan faktor keselamatan pemakaian dan proses pelaksanaan perwujudan
perancangan itu sendiri.
Secara umum perancangan bangunan pada proyek ini menggunakan peraturan-peraturan sebagai berikut:
1. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia, 1941
2. Keputusan-Keputusan dari Majelis lndonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
3. Pembangunan Indonesia (DTPI)
4. Pedoman Beton 1989 (SK SM T-15-1991-03) / SNI 1992
5. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
6. Ketentuan Umum Tentang Plumbing, Pemipaan Air Bersih dan Pembuangan Air Kotor
7. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
8. Peraturan Semen Portland Indonesia SNI No. 08
9. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983
10. Standar Industri Indonesia (SII) yang berlaku
11. Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (PUBBD) 1982
12. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) tahun 1983
13. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung 1983
14. Peraturan/ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/instansi pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan pemerintah
15. Peraturan lain jika dianggap perlu (ASTM, JIS, BS, ACI, dll)
BAB IV
ORGANISASI PROYEK
A. Umum
“Organisasi adalah suatu wadah kegiatan kelompok manusia atau badan dengan pembagian tugas tertentu untuk
mencapai tujuan bersama dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki semaksimalkan mungkin. Kegiatan
tersebut dapat berupa jasa maupun lainnya sesuai tujuan fisik yang akan dicapai. Banyak sedikitnya kegiatan dapat
mempengaruhi jumlah orang yang dibutuhkan” (Djojowirono, I 984).
Keberhasilan suatu proyek sangat tergantung pada perilaku atau kegiatan satuan-satuan pendukung pelaksana
organisasinya yang dikoordinasikan dalam suatu sistem manajemen. Untuk itu, dituntut agar individu-individu atau
satuan-satuan organisasi pelaksana dapat bekerjasama secara terorganisir dalam mewujudkan keinginannya
(objectives), jadual kegiatan, anggaran keuangan, monitoring dan laporan kemajuan, serta segera mengambil
langkah-langkah perbaikan bilamana dibutuhkan konsep dan perangkat alat di dalam sistem manajemen proyek
memberikan tata cara kepada individu-individu dengan berlainan latar belakang (berlainan instansi, satuan organisasi
bidang pekerjaan), agar mampu bekerjasama secara komprehensif untuk mencapai tujuan proyek.
Di dalam keseluruhan kerangka sistem manajemen proyek, seseorang pemimpin proyek hanyalah salah satu unsur
pelaksana saja dimana merupakan penanggung jawab secara keseluruhan daripada mobilitas pelaksanaan proyek.
“Tidak ada satupun susunan organisasi baku yang dapat berlaku umum sehingga dapat berjalan dengan baik untuk
semua proyek. Tetapi tersedia sejumlah bentuk-bentuk pilihan dimana dapat dipilih bentuk yang paling sesuai
dengan proyek“ (Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Penerbit Kanisius Yogyakarta).
Organisasi proyek bertanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tujuan yang ditugaskan sesuai dengan batas atau
menurut spesifikasi sumber daya yang ada yaitu : Dana, Waktu, Peralatan, Teknologi, Manusia, dan Material untuk
mencapai standar kualitas yang disepakati atau yang telah ditentukan sehingga tercapai suatu keuntungan bagi
semua belah pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu maka diperlukan adanya manajemen, perhifungan,
perencaanaan, secara sistematis, dan tersusun rapi dalam wadah organisasi yang sesuai. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka dibuat suatu sistem hubungan kerja sesuai kondisi pekerjaan dengan berisikan aspek-aspek rencana
organisasi sebagai berikut ini :
1. Tugas pokok dari organisasi
2. Pengelompokan jenis-jenis kegiatan dalam suatu sistematika tertentu .
3. Pekerjaan dari tiap-tiap petugas organisasi itu.
1. Tanggung jawab dari tiap-tiap petugas dalam rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan
kepadanya
4. Kekuasaan atau wewenang dari tiap-tiap petugas.
5. Pelimpahan tanggung jawab kepada bagian-bagian dalam organisasi itu.
1. Ukuran-ukuran yang diperlukan di dalam menilai berhasil atau tidaknya pelaksanaan tugas
tiap-tiap petugas dalam organisasi .
Sedangkan ketentuan-ketentuan demi terjaminnya pelaksanaan organisasi adalah sebagai berikut :
1. Pemberian tanggung jawab yang tegas dan cermat kepada tiap-tiap petugas.
2. Pemberian tanggung jawab harus disertai dengan pelimpahan-pelimpahan yang wewenang yang
memadai.
3. Petugas dalam suatu jabatan tertentu hanya mengenal perintah dari seorang atasan saja.
4. Petugas dalam bagian-bagian tertentu sesuai luasnya tanggung jawab pekerjaan, perlu diberikan
tenaga pembantu yang diperlukan.
5. Petugas bagian tertentu hanya mempunyai bawahan secara langsung tidak lebih dari jumlah yang
dapat dikuasainya atau diawasinya.
6. Pembagian tugas harus didasarkan pada analisa tentang aktivitas-aktivitas pekerjaan yang harus
dilaksanakan dan kemudian dikelompokkan menjadi suatu tim.
B. Unsur-Unsur Pengelola Proyek
Pada pelaksanaan setiap proyek, terdapat beberapa unsur-unsur pengelola yang terbagi tugas dan tanggung
jawabnya didalam suatu organisasi pengelola proyek. Adapun unsur-unsur pengelola Proyek Pembangunan RS.
Pendidikan UMY adalah sebagai berikut :
l. Pemberi tugas / pemilik / owner.
2. Konsultan perencana (Consultan Engineering).
3. Konsultan pengawas.
4. Pelaksana / kontraktor.
Untuk lebih jelasnya tugas dan tanggung jawab masing-masing dapat kita uraikan seperti dibawah ini :
1. Pemberi Tugas / Pemilik / Owner
Pemilik/pemberi tugas owner adalah perorangan atau suatu badan usaha swasta yang memberikan tugas
(pekerjaan) dan berkedudukan sebagai pemilik proyek serta penyedia dana (biaya proyek). Pemilik bisa berupa
instansi pemerintah, badan usaha swasta maupun perseorangan. Adapun pemilik/pemberi tugas owner pada proyek
ini adalah Panitia Pembangunan RS. Pendidikan UMY. Dalam posisinya didalam proyek, pemilik proyek mempunyai
tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Mengambil keputusan terakhir tentang penunjukan kontraktor .
1. Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan proyek.
2. Menangani dan menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan Surat perjanjian dengan
kontraktor.
3. Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran yang harus diberikan kepada
kontraklor.
4. Menyetujui dan mengesahkan adanya pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang.
5. Menerima penyerahan pekejaan tahap I maupun akhir.
Sedangkan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tanggung jawab.
Pemilik menyetujui untuk menggariskan pertanggungiawaban yang dibebankan kepada segenap anggota tim
manajemen konstruksi
b. Memelihara hubungan kerja secara profesional.
Pemilik harus memberikan respek integritas profesional dari masing-masing pihak pengelola proyek.
c. Membuat keputusan yang tepat pada waktunya.
Bila dibutuhkan suatu keputusan oleh pemilik proyek, maka pemilik berhak mendapatkan hasil evaluasi dan
rekomendasi alternatif dari manajer serba pemilik berhak membuat keputusan rencana dan biaya proyek tepat waktu
dan tidak merugikan program.
2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah sekelompok orang yang bertugas membuat perencanaan secara keseluruhan meliputi :
arsitektur, struktur, serta mekanikal dan elektrikal. Konsultan perencana menerima pendelegasian pekerjaan dari
pemilik /owner dengan dua tahapan , yaitu :
a. Rekayasa dan desain awal.
Rekayasa dan desain meletakkan penekanan pada:
1) Konsepsi arsitektur.
2) Pengevaluasian alternatif-alternatif proses teknologi.
3) Keputusan-keputusan mengenai ukuran serta kapasitas.
4) Studi komperatif ekonomi.
5) Tahapan konsepssi dan kelayakan.
b. Rekayasa dan desain detal perincian
Melibatkan suatu proses penguraian analisa dan perancangan struktur serta komponennya secara berurutan
sedemikian sehingga sesuai dengan standar konstruksi dan memenuhi norma keamanan serta penyelenggaraan
pekerjaan sambil menyerahkan suatu desain dalam bentuk sekumpulan gambar yang jelas dan spesifik sehingga
dapat memberikan petunjuk kepada para pembangun /pelaksana bagaimana membangun skuktur di lapangan
dengan setepat-tepatnya.
Kegiatan-kegiatan konsultan perencana dalam pelaksanaan tahap rancang bangun meliputi :
1) Perencanaan anggaran dan biaya.
2) Konsep dan kriteria perencanaan.
3) Analisa perekayasaan.
4) Metode dan rancangan pelaksanaan.
5) Finalisasi perijinan.
5) Gambar detail dan gambar kerja.
7) Rencana kerja dan spesifikasi pelaksanaan.
Pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan diatas tidak terlepas dengan keterlibatan semua pihak pemilik. Selain itu
perencana mempunyai wewenang dan tanggung jawab yaitu :
1. Perencana berkewajiban memberikan jawaban atas pertanyaan peserta lelang dan memberikan
konsultasi mengenai hal-hal seperti struktur, mekanikal dan elektrikal, .jika terdapat pada
dokumen lelang dalam hal ini pada Proyek Pembangunan RS. Pendidikan UMY tidak diadakan
lelang karena dikerjakaan sendiri oleh tim ahli dari UMY yang tergabung dalam Tim Swakelola
proyek Pembangunan RS. Pendidikan UMY.
2. Meninjau lapangan secara berkala untuk untuk melihat kemajuan pekejaan serta kualitas
pekerjaan.
3. Menghitung dan merencanakan pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang.
1. Meminta pemeriksaan pekerjaan secara khusus apabila diperlukan untuk menjamin
pelaksanaan sesuai dengan isi dokumen kontrak.
2. Memberikan penjelasan lanjutan tentang isi dokumen apabila diperlukan sebagai instruksi
kepada kontraktor. Supaya mendapatkan hasil perencanaan seperti harapan, maka
perencanaan harus mempunyai tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu dengan kemampuan
dan pengalaman yang cukup memadahi dalam bidangnya masing-masing.
3. Konsultan Manajemen Konstruksi
Konsultan Manajemen Konstruksi adalah badan hukum yang ditunjuk secara tertulis oleh pemilik proyek untuk
mengawasi secara keseluruhan terhadap jalannnya pelaksanaan proyek agar sesuai dengan harapan. Penerapan
pengawasan adalah meminta pertanggungjawaban aspek perencanaan dalam pelaksanaan pekerjaan- Konsultan
Manajemen Konstruksi pada proyek RS. Pendidikan UMY.
Tugas dan kewajiban Konsultan Manajemen Konstruksi :
1. Meneliti dan memeriksa isi dokumen kontrak .
2. Memberi saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada pemilik serta melanjutkan semua
instruksi pemilik kepada pemborong.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kuantitas/kualitas pekerjaan di lapangan serta
menjaga kepentingan-kepentingan pemilik
4. Terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan merugikan, akibat kesalahan /
ketidaksempurnaan pelaksanaan .
5. Menyetujui atau menolak dokumen pembayaran yang diajukan kontraktor.
6. Memeriksa gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang dipersiapkan kontraktor.
7. Melakukan pemeriksaan dan merekomendasikan untuk serah terima pekerjaan, menerima surat-
surat jaminan dari kontraktor yang ditentukan dalam dokumen kontrak dan menerbitkan Berita
Acara Pembayaran.
4. Pelaksana Proyek (kontraktor/ Anemer)
Pelaksana merupakan unsur yang sangat penting di dalam sebuah proyek. Apabila suatu proyek tersebut berskala
besar maka keberadaan kontraklor pelaksanalah yang dibutuhkan, tapi untuk jenis proyek berskala kecil biasanya
sistem swakelola adalah merupakan jalan terbaik. Adapun Swakelola yang dimaksud disini adalah, bentuk
pelaksanaan proyek dengan keterlibatan langsung dari pemberi tugas dan tanpa adanya sistem pelelangan terlebih
dahulu tugas dan kewajiban pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab penuh terhadap owner atas pelaksanaan proyek sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku dan syarat-syarat serta waktu yang ditetapkan.
2. Mengadakan konsultasi dengan pengawas pekerjaan.
3. Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan bersifat khusus dalam bentuk time schedule.
4. Membuat laporan atau daftar mengenai jumlah buruh, bahan-bahan bangunan di tempat
pekerjaan maupun yang belum dipergunakan dan laporan mengenai volume pekerjaan.
Selain itu untuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan utama maka pelaksana
berkewajiban yaitu :
1. Membersihkan halaman kerja hal-hal yang dapat mengganggu pelaksanaan jalannya pelaksanaan.
2. Mengadakan sumber air untuk untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan maupun keperluan para
pekerja. Air pekerja ini harus memenuhi syarat -syarat air sehat.
3. Membuat gudang, los kerja dan kantor direksi pelaksanaan
4. Mengadakan penerangan listrik pada areal pekerjaan proyek
5. Membuat pagar halaman di sekeliling areal pekerjaan proyek.
6. Menyediakan sarana transportasi untuk kelancaran proyek dan direksi lapangan.
7. Mengadakan hal-hal lain yang dianggap perlu di dalam pelaksanaan pekerjaan.
C. Hubungan Kerja
Maksud dan hubungan kerja adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur pelaksana proyek didalam suatu
pekerjaan. Hubungan kerja menyangkut tugas dan kewajiban antara unsur-unsur pelaksana yang saling
berhubungan sehingga dapat hasil yang maksimal dari yang diharapkan untuk memperoleh keuntungan bagi semua
pihak. Di bawah ini akan diuraikan beberapa hubungan kerja antara unsur pengelola proyek adalah sebagai berikut:
1. Hubungan kerja antara Pemberi Tugas dan Perencana diikat oleh Surat Perjanjian Pekerjaan
Kontrak. Pihak perencana kepada pihak Pemberi Tugas akan menyampaikan karya Perencana dan
Pemberi Tugas akan diberi imbalan jasa atas karya Perencana.
2. Hubungan kerja antara Pemberi Tugas dan Tim pengawas diikat oleh surat Perjanjian Pengawas.
Pihak Tim Pengawas kepada Pemberi Tugas akan menyampaikan karya Pengawas, dan Pemberi
Tugas akan memberi pengawasan pekerjaan.
3. Hubungan Kerja antara Pemberi Tugas dan Pelaksana diatur dalam Surat Keputusan Tim
Pelaksana. Pihak Pemberi Tugas akan memberikan biaya pelaksanaan pekerjaan, dan pihak
Pelaksana akan memberikan hasil pelaksanaan pekerjaan.
4. Hubungan Kerja antara Pemberi Tugas dan Pimpro. Pihak Pemberi Tugas memberi penugasan
kepada Pimpro dan Pimpro bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya serta mewakili Pemberi tugas dalam memonitoring pada tahap pelaksanaan.
5. Hubungan Kerja antara Pimpro dengan Perencana Pengawasan dan Pelaksana berupa
memonitoring dan Pegawasan pekerjaan.
6. Pihak Perencana Pengawasan dan pelaksana melakukan pekerjaan yang telah diberikan sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Hubungan Kerja antara Perencana dan Pengawas berupa
konsultasi mengenai realisasi karya perencanaan.
7. Hubungan Kerja antara Pengawas dan Pelaksana diikat oleh Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan EKS,
gambar-gambar perencanaan dan risalah penjelasan pekerjaan). Pihak Pengawas memberikan
persyaratan Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan ke Pelaksana dan Pelaksana merealisasikan
Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan.
D. Struktur Organisasi Proyek
Proses organisasi dapat berjalan dengan baik dibutuhkan struktur organisasi yang jelas dan baik. Struktur ini akan
menggambarkan hubungan secara formal, tetapi tidak melukiskan hubungan informal yang timbul bila ada interaksi
sosial. Jadi struktur organisasi akan menunjukkan hal-hal berikut :
1. Macam pokok-pokok organisasi, dalam hal ini kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan
dan pengembangan Gedung RS. Pendidikan UMY.
2. Pembagian menjadi kelompok atau sub sistem.
3. Adanya hirarki, wewenag dan tanggung jawab bagi kelompok dan pimpinan.
4. Pengaturan kerjasama, jalur pelaporan dan komunikasi, meliputi jalur vertikal dan horizontal.
Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek umumnya dibedakan atas hubungan fungsional yaitu
pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal) yaitu pola hubungan
berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang ditetapkan dengan suatu
dokumen kontrak.
Secara fungsional ada tiga pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi yaitu : pemilik proyek,
konsultan dan kontraktor. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk organisasi (pendekatan
manajemen) dalam suatu proyek konstruksi adalah sebagai berikut:
1. Jenis proyek, misal : konstruksi rekayasa berat konstruksi industri, konstruksi bangunan gedung,
konstruksi bangunan pemukiman dan lainnya.
2. Keadaan anggaran belanja (derajat ketetapan yang diijinkan dan kecepatan pengembalian
investasi).
3. Keadaan dan kemampuan pemberi tugas (pemilik proyek) yang berkaitan dengan teknis
(knowledgeable/unknowledgeable owner).
4. Sifat proyek yaitu : tunggal, berulang sama jangka panjang dan lain- lain.
Susunan organisasi proyek Pembangunan RS. Pendidikan UMY adalah sebagai berikut :
1. Manager Proyek adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor yang merupakan pimpinan proyek,
yang mempunyai tugas dan wewenang tertentudalam pelaksanaan proyek.
2. Site manager merupakan seorang staf ahli untuk mewakili pekerjaan pimpinan tertinggi dalam
organisasi kontraktor yang mengerjakan proyek di lapangan. Oleh karena itu, site
manager bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek. Site managerdituntut untuk
memahami dan menguasai rencana proyek secara keseluruhan dan mendetail sehingga proyek
berjalan seperti apa yang direncanakan.
3. Pelaksana struktur bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan struktur seperti pekerjaan
penulangan dan pengecoran.
4. Pelaksana arsitektur bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan arsitektur.
5. Pelaksana Mekanikal dan Elektrikal bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan mekanikal dan
elektrikal seperti pemasangan instalasi listrik dan pekerj aan plumbing.
6. Logistik bertanggung jawab mengenai hal barang-barang dan peralatan yang diperlukan dalam
pelaksanaan proyek.
7. Surveyor adalah staf pembantu di lapangan dalam bidang survey/penelitian lapangan pada
pelaksanaan proyek.
8. Administrasi teknik adalah pembantu manajer proyek dalam menangani masalah pembukuan
proyek dan membantu bagian keuangan termasuk didalamnya pekerjaan dokumen hasil kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka struktur organisai Proyek Pembangunan Gedung RS. Pendidikan UMY dapat
didekatkan manajemen. Berdasarkan pendekatan manajemen, struktur organisasi pada Proyek Pembangunan
Gedung RS. Pendidikan UMY adalah organisasi yang memisahkan kegiatan perencanaan dengan kegiatan
pelaksanaan proyek. Dimana ciri-ciri dari bentuk organisasi proyek putar kunci adalah :
1. Pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan perencanaan berbeda dengan pihak yang
bertanggung jawab terhadap pengawasan.
2. Jenis kontrak yang digunakan pada bentuk organisasi seperti ini adalah : harga tetap, harga
maksimum bergaransi, atau kontrak desain dengan biaya tambah upah tetap.
E. Organisasi pelaksana proyek
Organisasi pelaksana proyek /organisasi lapangan adalah suatu kumpulan tim organisasi yang bertugas khusus
untuk menjamin kelancaran kegiatan lapangan, yang fungsi pokoknya adalah pengawasan, pelaksanaan, dan
administrasi. Bentuk organisasi ini disesuaikan dengan jenis konstruksi pekerj aan akaan dilaksanakan.
Oleh karena ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam menentukan bentuk organisasi yang akan digunakan
antara lain :
1. Perbedaan ragam kerja.
2. Kekhususan bidang keda.
3. Kondisi tenaga kerja.
4. Persoalan-persoalan yang dihadapi.
5. Mobilitas kerja di lapangan.
6. Faktor lain sebagai bahan pertimbangan rujukan.
Susunan struktur organisasi untuk proyek Pembangunan RS. Pendidikan UMY adalah sebagai berikut secara
lengkap dapat dilihat di gambar 3 :
1. Manajemen Konstruksi (Construction Manager)
Construction manager adalah seseorang staf ahli untuk mewakili pekerjaan kontraktor di lapangan dan berwenang
penuh untuk mengambil tindakan-tindakan berkaitan dengan pelaksanaan semua pembangunan serta bertanggung
jawab serta segala hal yang terjadi. Construction manager ini harus berada dilokasi pembangunan untuk
memimpin, mengikuti perkembangan, dan mengawasi secara langsung jalannya pekerjaan di lapangan.
Tugas dan wewenang Construction manager yaitu :
1. Menyerabkan joblist-joblist kepada pelaksana dilapangan untuk dilaksanakan dalam bentuk job
order.
2. Mengelola kegiatan operasi lapangan berdasarkan rencana-rencana yang telah disahkan.
3. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standard mutu yang ditetapkan.
4. Menolak transaksi-transaksi yang tidak sesuai rencana.
5. Mengkoordinir dan memimpin para staf dibawahnya.
6. Meneliti dan mengesahkan tagihan-tagihan dari supllier dan mandor yang berhubungan dengan
volume fisik lapangan dengan harga satuan, nota-nota pembelian alat dan bahan.
7. Menentukan metode kerja spesifikasi bahan dan pengendalian tenaga kerja.
8. Memantau realisasi pelaksanaan proyek mempelajari penyimpangan-penyimpangan terhadap
rencana semula.
9. Membuat rekapitulasi dari penyimpangan-penyimpangan, sebab-sebabnya serta tindakan yang
harus diambil.
2. Project Manager
Project Manager merupakan pimpinan tertinggi di dalam proyek, bertanggung jawab kepada kantor pusat atas
segala sesuatu sehubungan dengan proyek tersebut.
Tugas dan wewenang project manager adalah :
1. Bertindak sebagai wakil perusahaan dalam meengatasi masalah di dalam proyek.
2. Mengelola pelaksanaan pekerjaan phisik seeara efesien dan efektif sesuai spesifikasi dan RAP
yang ditentukan.
3. Mengelola tugas-tugas perencanaan teknis, pengendalian operasi serta pengawasan mutu dan
keselamatan kerja pada proyek.
4. Mengelola tugas-tugas pembelian material yang diperlukan proyek, pergudangan, dan peralatan-
peralatan yang diperlukan proyek sesuai spesifikasi dan RAP yang ditentukan.
5. Membuat laporan pertanggung jawaban secara berkala atas penggunaan uang dan bahan kepada
kantor pusat.
6. Mengadakan rapat koordinasi untuk membahas masalah-masalah yang timbul di dalam
pelaksanaan serta mengetahui kemajuan proyek.
7. Menyelesaikan masalah-masalah dengan pemberi tugas/kerja maupun pihak lain termasuk
kontrak-kontrak, SPK, Berita Acara maupun tagihan-tagihan.
8. Mengkoordinasi semua kegiatan di lapangan.
3. Site Manejer Struktur
Site manager struktur adalah pembantu tugas Construction manager dalam melaksanakan pekerjaan struktur
yang merupakan kepala pelaksana lapangan pekerjaan struktur dan bertanggung jawab langsung terhadap
pekerjaan.
Tugas dan wewenang site manejer struklur adalah :
1. Menyusun dan menyiapkan rencana dan metode pekerjaan, volume pekerjaan serta mengontrol
pelaksanaan untuk efisiensi.
2. Membuat estimasi terhadap pelaksanaan (bahan, peralatan dan tenaga kerja) serta
pengendaliannya.
3. Mengadakan koordinasi dengan bagian logistik tentang realisasi order material dan peralatan.
4. Menganalisis masalah teknik struktur yang berkaitan dengan konstruksi.
5. Mengkoordinir dan memimpin para superintendent.
6. Bertanggung jawab langsung kepada construction manager berhubungan dengan laporan-laporan
yang dibuat.
4. Site Manejer Arsitektur
Site manejer struktur adalah pembantu tugas Construction manager dalam melaksanakan pekerjaan arsitektur
yang merupakan kepala pelaksana lapangan pekerjaan struklur dan bertanggung jawab langsung terhadap
pekerjaan.
Tugas dan wewenang site manejer arsitektur adalah :
1. Menyusun dan menyiapkan rencana dan metode pekerjaan, volume pekerjaan serta mengontrol
pelaksanaan untuk efisiensi.
2. Membuat estimasi terhadap pelaksanaan (bahan,peralatan dan tenaga kerja) serta
pengendaliannya.
3. Mengadakan koordinasi dengan bagian logistik tentang realisasi order material dan peralatan
4. Menganalisis masalah teknik yang berkaitan dengan konstruksi arsitiktur.
5. Mengkoordinir dan memimpin para superintendent.
6. Bertanggung jawab langsung kepada construction manager berhubungan dengan laporan-laporan
yang dibuat.
5. Site Manejer Mekanikal dan Elektrikal
Site manejer mekanikal dan elektrikal adalah pembantu tugas Construction manager dalam melaksanakan ME
yang merupakan kepala pelaksana lapangan pekerjaan ME dan bertanggung jawab langsung terhadap pekerjaan.
Tugas dan wewenang site manejer ME adalah :
1. Bertanggung jawab atas beroperasinya alat dan kelistrikan yang dipakai sesuai dengan kebutuhan
dari pekerjaan proyek
2. Bertanggung jawab atas beroperasinya alat yang dipakai sesuai dengan kebutuhan dari pekerjaan
proyek dan perawatannya.
3. Bertanggung jawab langsung kepada construction manager berhubungan dengan laporan-laporan
yang dibuat.
6. Site Manejer Sanitasi dan Drainase
Site manejer sanitasi dan drainase adalah pembantu tugas Construction manager dalam melaksanakan sanitasi
dan drainase yang merupakan kepala pelaksana lapangan pekerjaan sanitasi dan drainase dan bertanggung jawab
langsung terhadap pekerjaan.
Tugas dan wewenang site manejer ME adalah :
1. Menyusun dan menyiapkan rencana dan metode pekerjaan, volume pekerjaan serla mengontrol
pelaksanaan untuk efisiensi.
2. Membuat estimasi terhadap pelaksanaan (bahan, peralatan dan tenaga kerja) serta
pengendaliannya.
3. Mengadakan koordinasi dengan bagian logistik tentang realisasi order material dan peralatan.
4. Menganalisis masalah teknik yang berkaitan dengan konstruksi sanitasi dan drainase.
5. Mengkoordinir dan memimpin para superintendent.
6. Bertanggung jawab langsung kepada construction manager berhubungan dengan laporan-laporan
yang dibuat.
7. Staf Gudang
Bagian staf gudang adalah orang yang mengurusi pengadaan barang, peralatan, dan material untuk pelaksanaan
proyek.
Tugas dan kewajiban staf gudang adalah :
a. Mengecek penerimaan /pengiriman barang sesuai order.
b. Mengatur lokasi pembongkaran material yang on site.
c. Membuat laporan gudang.
d. Mengkoordinasikan kondisi yang ada dengan koordinaator pelaksana.
8. Staf Peralatan
Bagian staf peralatan adalah merupakan bawahan dari construction manager yang mengelola alat-alat dan
kendaraan.
Tugas dan kewajiban staf peralatan adalah :
1. Merencanakan kebutuhan pemeliharaan dan reparasi bagi peralatan dan kendaraan yang ada
dipoyek.
2. Melakukan pencatatan-pencatatan berhubungan penyusutan, pemeliharaan, reparasi dan biaya
operasinya peralatan dan kendaraan proyek
3. Mengurus mobilisasi dan demobilisasi alat-alat yang digunakan.
9. Administrasi Teknik
Administrasi teknik adalah pembantu tugas project manager dalam menangani masalah keuangan dan
pembukuan proyek.
Tugas dan kewajibannya adalah :
1. Mempersiapkan laporan dan membuat laporan sesuai konsep-konsep dari, Site Manager.
2. Melaksanakan prosedur administrasi di lapangan.
3. Mengelola pembukuan proyek.
4. Mengelola keuangan proyek.
10. Drafter
Drafter adalah orang yang bertugas dalam hal penggambaran rencana-rencana kerja pekerjaan
Tugas Drafter adalah:
a. Membuat gambar-gambar kerja/pelaksanaan (shop drawing)
b. Membantu pelaksanaan mengecek volume pekerjaan.
c. Membuat As Built Drawing.
ll. Office Boy
Office Boy adalah orang yang membantu kegiatan di kantor lapangan, membersihkan kantor lapangan, membuat
minuman untuk staf lapangan dan keperluan lain.
12. Surveyor
Surveyor adalah orang yang bertugas membantu pelaksanaan pekerjaan bestek berdasarkan pengukuran-
pengukuraan untuk menentukan letak serta ukuran bangunan sesuai dengan gambar rencana. Di dalam melakukan
pengukuran dituntut kecermatan dan ketelitian karena ketidaktepatan pengukuran akan mempengaruhi terhadap
perencanan konstruksi dan juga merawat alat-alat pengukuran. Serta mengadakan kontrol dan pengecekan
pelaksanaan di lapangan.
13. Keamanan (security)
Keamanan proyek sangat dibutuhkan sekali karena pada suatu proyek kemungkinan besar terjadi gangguan-
gangguan yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka pada suatu proyek haruslah terdapat
penjaga keamanan.
Tugas daan kewajiban keamanan adalah :
1. Mengawasi orang-orang yang keluar masuk proyek.
2. Mengawasi barang-barang yang keluar masuk proyek .
3. Menjaga ketertibaan proyek.
1. Menjaga keamanan menciptakan situasi yang aman di lingkungan, proyek mengantisipasi
gangguan pencurian material, alat dan fasilitas lain di lingkungan proyek.
Stuktur organisasi pelaksana proyek pembangunan RS. Pendidikan UMY dapat dilihat pada gambar 3.
STRUKTUR ORGANISASI PANITIA
PROJECT
MANAJER
MANAJEMEN
TIM
Surveyo
draft
ADMINISTRASI
TEKNIK
LOGISTIK
SITE
MANAJER
Struktur &
Arsitektur
SITE
MANAJER
Mekanikal & Elektrikal
SITE
MANAJER
Stanitasi & Drainase
Peralatan
Guda
Konsultan
perencanaan
PEMBANGUNAN RS. PENDIDIKAN UMY
Konsultan
ahli
KEAMANAN
DIREKSI
BPH
SEKRETARIAT
BAB V
BAHAN, ALAT DAN TENAGA KERJA
A. Tinjauan Umum
Peralatan adalah sarana untuk mempermudah, memperlancar dan memperbesar intensitas pekerjaan, serta
menghindari pemborosan waktu, biaya dan tenaga kerja. Secara ringkas peralatan digunakan untuk efisiensi biaya
waktu dan tenaga kerja dalam suatu proyek sehingga proyek sangat tergantung pada peralatan yang tersedia.
Bahan bangunan adalah komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek. Bahan
bangunan sebagai penyusun dalam suatu konstruksi harus mendapat perhatian khusus, terutama pada proyek-
proyek yang berskala besar dimana standar mutu bahan yang tersedia harus memenuhi standar yang disyaratkan.
Penggunaan bahan yang tepat akan sangat mempengaruhi kualitas bangunan yang dikerjakan, demikian juga
penyediaan bahan yang sangat sesuai dengan jadwal akan sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Penyediaan bahan bangunan harus disesuaikan dengan item pekerjaan yang telah ditentukan
dalam time schedule. Bahan yang akan digunakan dalam suatu proyek harus melalui proses uji bahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peralatan dan bahan bangunan memegang peranan penting dalam
melaksanakan pekerjaan. Jika salah satu dari alat dan bahan rusak atau tidak tersedia maka dapat dipastikan jadwal
proyek akan terganggu.
B. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan sangat menentukan mutu dan hasil suatu pekerjaan. Oleh sebab itu, bahan
bangunan yang akan digunakan sedapat mungkin merupakan bahan yang terbaik, sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan persyaratan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), serta tidak terlepas dari
pertimbangan biaya yang ada.
Penggunaan bahan yang tidak sesuai baik dari segi kualitas maupun kebutuhan harus dihindari. Bahan yang dipakai
hendaknya menggunakan bahan yang masih baru dan masih terjaga mutunya. Penggunaan bahan yang kondisinya
tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan harus mendapat persetujuan dari pihak Pemberi Tugas atau dalam hal ini
adalah Tim Pengawas Lapangan yang dibentuk oleh Pemberi Tugas dengan penyesuaian yang telah disepakati.
Penyimpanan bahan bangunan perlu diperhatikan, sehingga bahan bangunan yang akan dipakai tetap dalam kondisi
layak pakai. Apabila selama penyimpanan bahan menjadi tidak layak pakai akibat dari pengaruh cuaca dan
pengaruh lainnya, maka apabila Pengawas memerintahkan Pelaksana Lapangan selaku penanggungiawab untuk
mengganti dan membeli kembali dengan bahan yang memenuhi syarat maka permintaan tersebut harus segera
dipenuhi. Bahan-bahan yang digunakan pada proyek ini antara lain:
l. Semen Portland
Semen portland adalah bahan ikat hidrolik yang sangat pekat terhadap air. Semen yang digunakan dalam proyek
ini adalah semen portland merk Cibinong dan Gresik, dan telah memehuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Peraturan semen portland Indonesia (NII- 8/ I 9 72).
2. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBIll982).
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SK SM-T- I 5- I 99 1 -03).
4. Memiliki sertifikat ijin.
5. Tipe I (ASTM).
Dalam satu satuan pekerjaan harus menggunakan semen satu merk saja agar didapat mutu beton yang seragam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam cara penyimpanan adalah:
1) Bangunan kondisinya harus baik terutama pada bagian atap agar air hujan tidak dapat membasahi semen. Pada
proyek ini tempat penyimpanan semen cukup baik dan atap bangunannya tertutup rapat.
2) Semen ditumpuk ke atas maksimal 10 kantong untuk menghindari mengerasnya semen pada bagian bawah.
3) Semen diletakkan di atas lantai yang dilapisi papan setinggi 30 cm untuk menghindari lembab.
4) Tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai, agar pemakaian semen sesuai dengan urutan pengiriman.
2. Air
Air digunakan sebagai bahan campuran adukan beton yang berfungsi sebagai bahan pengikat sehingga semen
dapat mengeras. Air yang digunakan dalam proyek ini berasal dari pengeboran di lokasi proyek. Cara
pengambilannya adalah air didistribusikan melalui selang dengan menggunakan pompa air.
Persyaratan air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton adalah tidak mengandung minyak tidak
asam, tidak bersifat alkali, tidak mengandung garam dan tidak mengandung bahan organik yang dapat mengurangi
atau merusak mutu beton. Sebaiknya air yang digunakan jernih, tawar, tidak berbau dan dapat dikonsumsi. Air yang
digunakan dalam Proyek Pembangunan RS. Pendidikan UMY telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
3. Pasir
Pasir merupakan salah satu campuran dari beton. Pada proyek ini pasir yang digunakan adalah pasir yang berasal
dari Kali Progo. Pada pelaksanaannya pasir cukup dicuci sebelum digunakan. Pasir yang digunakan harus
memenuhi syarat PBI 1971 (NI-2) pasal 3.3, 3.4, 3.5 atau SNI atau Peraturan Beton 1989, yaitu berbutir kasar,
bersih, kadar lumpur tidak lebih dari 5Yo (PBI 1971 (M-2) pasal 3.3), dan tidak mengandung bahan-bahan organik.
4. Kerikil
Agregat kasar (kerikil) yang digunakan adalah kerikil pecah dari batu yang diambil dari Kali Progo. Kerikil merupakan
bahan batuan berukuran besar, dapat berupa hasil disintegrasi alam dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari hasil pemecahan batu, baik dengan tenaga manusia maupun dengan alat pemecah batu. Pada proyek
ini kerikil didapat dari pemecahan batuan dengan menggunakan alat pemecah batu (stone cruiser machine). Kerikil
harus bersifat keras, tidak berpori, bersih, bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh perubahan cuaca dan
tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Disamping itu kerikil juga tidak boleh mengalami pembubukan
lebih dari 50% kehilangan berat menurut tes mesin Los Angeles.
5. Batu Kali
Batu kali yang digunakan harus memenuhi syarat PIIBI 1982 pasal 17. Batu kali atau batu belah yang digunakan
pada proyek ini berasal dari Krasak. Pada proyek ini batu kali digunakan untuk pondasi batu kali pada pagar dan
pada bagian-bagian sebagaimana ditunjukkan pada gambar kerja. Batu kali yang digunakan adalah batu kali dengan
mutu yang terbaik.
6. Baja Tulangan
Baja tulangan merupakan trahan yang digunakan sebagai tulangan pada konstruksi beton yang merupakan bahan
utama yang diperhitungkan untuk memikul kekuatan tarik pada konstruksi beton bertulang. Berdasarkan bentuknya
dibedakan atas besi tulangan ulir/deform (BJTD) dan besi tulangan polos (BJTP).
Syarat-syarat dari baja tulangan adalah:
1. Mutu dan jenis baja tulangan harus sesuai dengan PBI.
2. Tidak cacat seperti retak, lipatan, serpihan-serpihan atau berlapis-lapis.
3. Tidak kotor, karat, berminyak atau mengandung minyak dan bahan yang dapat mengurangi
kekuatan betonnya.
Dibawah ini adalah detail dari tulangan baja yang digunakan:
Diameter
Spesifikasi
(Mpa)
Æ 8 mm fy 240
Æ12 mm fy 240
Æ l9 mm fy 740
D 19 mm fy/ 400
D25 mm fy 400
Gambar 4.1. BajaTulangan
7. Kayu
Kayu merupakan bahan bangunan yang cukup penting di Indonesia, karena hampir semua jenis kayu yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan struktur bangunan. Pada proyek ini, kayu yang digunakan adalah kayu
bangkirai untuk usak. Keruing untuk bekisting dan Jati untuk reng
8. Beton read mix
Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat dipabrik batching plant milik PT Jaya Ready Mix.
Kualitas beton yang dipakai pada proyek ini adalah fc’ = 25 MPa. Alasan utama dipakai beton ready mix adalah mutu
beton yang dihasilkan sesuai dengan mutu beton yang direncanakan sehingga tidak meleset dari hasil hitungan,
disamping ini waktu yang digunakan akan lebih efisien.
9. Tiang Pancang
Tiang pancang yang digunakan sebagai fondasi pada proyek pembangunan RS. Pendidikan UMY dipesan dari PT.
Tonggak Ampuh. Tiang pancang yang digunakan adalah jenis precast prestress, yang berbentuk segitiga sama sisi
dengan lebar sisinya 32 cm serta mempunyai ukuran panjang 3 m dan 6 m. Setiap tiang direncanakan untuk
mendukung beban sebera 40 ton. Mutu beton yang digunakan adalah fc’ = 50 MPa dan mutu bajanya adalah fy =
400 MPa.
C. Alat yang digunakan
Pada suatu proyek pembangunan selalu diperlukan peralatan-peralatan untuk memudahkan pekerjaan proyek agar
dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek, baik itu alat berat maupun ringan bertujuan untuk menunjang
kelancaran pekerjaan proyek.
Beberapa tujuan secara umum:
1. Mempercepat penyelesaian pekerjaan
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan
3. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan
4. Menghemat biaya
Peralatan yang digunakan pada proyek pembangunan RS. Pendidikan UMY antara lain:
a. Truk Aduk Beton (Concrete Mixer Truck)
Truk aduk beton adalah truk beton yang dilengkapi dengan mesin gerak pengaduk beton (drum type concrete mixer)
yang terpisah dengan mesin truknya. Truk aduk beton ini berguna untuk mengangkut adukan beton ready mix pada
saat truk berjalan membawa adukan beton dari tempat percampuran sampai ke lokasi proyek, silinder berputar terus-
menerus searah jarum jam dengan kecepatan balapan sampai dua belas kali permenit. Untuk mengeluarkan adukan
didalamnya silinder diputar sedemikian rupa sehingga jika silinder diputar berlawanan dengan arah jarum jam,
adukan beton terangkat keluar.
Data Concrele Mixer Truck:
Merk : Isuzu
Type : Mixer Truck
Bahan bakar : Solar
Berat kosong : 10000 kg JBB : 22000 kg, JBB : 12000 kg
Kapasitas : 6 m3
Gambar 4.2. Truk Adukan Beton
b. Alat Pompa Beton (Concrete Pump)
Alat pompa beton adalah alat yang digunakan untuk memindahkan dalam penuangan adukan beton ke lokasi
pengecoran yang diinginkan. Truk pompa beton yang digunakan dengan merk lHl Corrcrete Pump.
Gambar 4.3. Concrete Pump
c. Gerobak Dorong (Angkong)
Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari bak penampungan ke tampat pengecoran dan
untuk pengangkutan material lainnya. Dengan menggunakan alat tersebut pengangkutan material dari satu tempat
ke tempat lain dapat lebih mudah dan lebih ringan. Gerobak dorong ini juga digunakan untuk mengangkut adukan
beton yang akan diuji dan mengangkut benda uji yang sudah keras untuk direndam dalam air.
Gambar 4.4. Gerobak Dorong
d. Mesin Getar (Vibrator)
Vibrator digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang telah dituangkan, sehingga tidak terjadi rongga-rongga
atau sarang kerikil. Dengan memakai alat ini kemungkinan keropos pada beton dapat dikurangi dibandingkan
dengan ditusuk-tusuk kayu atau batang baja tulangan saja. Pada tempat-tempat yang sulit seperti pada pertemuan
tulangan balok dan tulangan kolom yang tulangannya rapat, penggunaan vibrator sangat bermanfaat.
Mesin getar ini mempunyai fungsi pokok, yaitu mesin penggerak dengan pipa panjang elastis yang ujungnya terdapat
bagian yang dapat bergetar. Ujung batang yang bergetar inilah yang dimasukan kedalam adukan beton yang akan
dipadatkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini :
1) Ujung getar yang masuk kedalam adukan beton posisinya harus vertikal, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
pemisahan pada bahan-bahan susunnya, untuk keadaan khusus diperbolehkan miring 450
2) Jarum penggetar tidak boleh digetarkan dalam kedudukan mendatar karena akan menyebabkan terurainya
bahan-bahan susun adukan beton.
3) Pada proses pencoran yang berlapis-lapis, ujung getar harus melewati lapisan dibawahnya agar ikatan tiap
lapis lebih kokoh.
4) Ujung getar tidak boleh terlalu lama digetarkan pada satu tempat, hal ini akan menyebabkan pemisahan
terhadap bahan susun betonnya.
5) Jarak antar pemasukan ujung getar harus dipilih sedemikian sehingga daerah pengaruhnya saling menutup.
6) Ujung getar tidak boleh mengenai baja tulangan dan papan cetakan beton, karena akan mengganggu
kedudukannya.
7) Vibrator dapat ditarik dan dinyatakan selesai apabila permukaan beton sudah mengkilat menurut PBBI 1971 NI-
2.
Data Vibrattor
a. Merk : Yamaha, Robin dan Honda
b. Type : H150
c. Bahan Bakar : Bensin
‘
Gambar 4.5. Mesin Getar (Vibrator)
e. Alat Potong Baja Tulangan (Bar Cutter)
Alat potong baja tulangan yang dipakai pada proyek ini ada dua jenis yaitu alat potong manual dan alat potong
dengan mesin. Untuk alat potong yang memakai mesin adalah berupa pisau baja yang dapat bergerak vertikal. Baja
tulanganyang akan dipotong dimasukkan diantara rahang pisau. Dengan menarik tuas pemotong yang terdapat
dibagian atas, pisau yang diatas akan memotong baja tulangan. Pada proyek ini digunakan alat potong baja y ang
menggunakan mesin.
Data Bar Cutter:
Merk : Bar Outer
Kapasitas : 42mm
Buatan : China
Gambar 4.6. Mesin Potong Tulangan
f. Alat Pembengkok Baja Tulangan (Bar Bander)
Untuk membuat kait, bengkokan dan begel batang baja tulangan perlu ibengkokan. Alat pembengkok baja tulangan
digunakan untuk keperluan ini. Berdasarkan cara kerjanya alat pembengkok baja tulangan dibedakan menjadi dua
yaitu alat pembengkok manual dan alat pembengkok mesin. Alat pembengkok manual dipakai untuk membengkokan
baja tulangan yang berdiameter kecil (≤ 12),sedang untuk baja tulangan yang berdiameter besar (>16) dipakai alat
pembengkok mesin. Pada pembangunan Gedung Laboratorium Fakultas Eksakta Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta digunakan alat pembengkok baja tulangan manual dan yang bermesin. Cara kerja dari mesin
pembengkok baja adalah baja tulangan, yang akan dibengkokkan diletakkan antara poros tahan dan poros bengkok.
Ujung baja tulangan yang dekat poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok dan diputar sedemikian,
sehingga mendapat bentuk dengan sudut bengkokan yang dijalankan.
Data Barbender:
Merk : No Merk
Type : No Type
Buatan : Surabaya, Indonesia
Gambar 4.7. Mesin Pembengkok Baja Tulangan
g. Perancah (Schaffolding)
Struktur penunjang keberhasilan pekerjaan acuan beton adalah struktur perancah yang memiliki kekakuan dan
kekuatan untuk menahan berat hasil dari pengecoran. Pada proyek ini yang dipaki sebagai alat perancah adalah
Schafolding- Schaffolding dibuat dari bahan-bahan yang berupa pipa-pipa baja yang dibentuk menjadi rangka
batang yang ujung-ujungnya dapat disambung. PenggunaanSchaffolding ini karena mudah dipasang dalam waktu
singkat, kuat dan aman dibandingkan menggunakan bambu, serta dapat digunakan berulang kali dengan biaya
perawatan yang rendah. Pada proyek ini digunakan Schafolding dengan ukuran 190 x 125 cm, 170 x 125 cm, dan 90
x 125 cm. Dalam pemasangan shcaffolding harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Perancah schaffolding harus dipasang sedemikian rupa, hingga mampu menahan beban adukan beton dan
beban kerja. Jarak masing-masing perancah maksimum 50 cm dihubungkan satu sama lain dengan papan hingga
merupakan satu kesatuan yang kokoh.
2) Untuk ditempat yang bertanah lunak dasar perancah harus diletakkan di atas landasan papan kayu dengan
ketebalan tertentu agar tidak terjadi penurunan saat Pengecoran.
Gambar 4.8. Schaffolding
h. Pembersih Lantai Kerja dan Bekisting
Pembersihan lantai kerja dan bekisting dalam proyek yang berskala besar biasanya digunakan Air Compresor. Air
Compresor adalah tabung angin bertekanan tinggi yang dilengkapi dengan mesin pemompa angin yang fungsinya
untuk membersihkan kotoran-kotoran seperti sisa kawat pengikat, kertas, potongan kayu kecil yang tertinggal pada
bekisting setelah pelaksanaan pekerjaan pembesian, karena kotoran ikut dalam adukan beton yang pada saat
pengecoran berlangsung, akan mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan.
Namun dalam pembangunan Gedung RS. Pendidikan UMY cukup menggunakan mesin pompa air dan besi berani
yang dipasang pada pegangan dari paralon untuk mengambil sisa kawat pengikat, sedangkan untuk kotoran lainnya
cukup diambil dengan tangan.
Gambar 4.9. Menggunakan mesin pompa air untuk membersikan
plat lantai dan balok dari kotoran
i. Lift kerja (Universal Lift)
Universal Lift terdiri dari menara profil baja, katrol, kotak pengangkut (bucket) dan tali baja yang yang dikendalikan
oleh operator dan penggerak diesel. Lift kerja ini digunakan untuk mengangkut material bangunan.
Keuntungan menggunakan lift kerja adalah :
1. Pekerjaan mengangkut material dari bawah ke lantai atas akan lebih ringan dibandingkan
menggunakan tenaga manusia
2. Waktu pelaksanaan pekedaan akan lebih singkat dengan menggunakan tenanga mesin, karena
tenaga mesin lebih besar daripada tenaga manusia.
3. Biaya yang dikeluarkan lebih sedikit bila dibandingkan tenaga manusia, karena biaya yang
dibutuhkan hanya untuk alat dan operator. Sedangkan hasil yang didapatjauh lebih besar.
Gambar. 4.10 Universal Lift
j. Alat Pembuat Benda Uji Beton dan Slump Test
Benda uji beton dibuat dari silinder besi berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, sedangkan untuk slump fesl digunakan
kerucut Abrams dengan diameter 10 cm untuk lubang atas, 2A cm untuk lubang bawah dan tingginya 30 cm.
Gambar 4.11. Benda Uji Beton (Silinder)
k. Alat Bantu
1. Gerinda Elektrik
2. Lampu Halogen
3. Peralatan Las
4. Ember
1. Cangkul dan sekop untuk membantu kerjaan adukan beton, galian dan urugan tanah.
2. Linggis, gergaji dan palu digunakan pada saat pekerjaan pembuatan begisting.
3. Catut untuk merangkai tulangan.
D. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pembangunan dan mutu hasil
pekerjaan yang diperoleh. Disamping itu, diperlukan pula suatu penempatan pekerja agar sesuai dengan
keahliannya sehingga mutu hasil pekerja dapat maksimal. Umumnya pelaksana sudah mempunyai rekanan dalam
menyelesaikan tenaga kerja mekanisme umum yang dilaksanakan dalam penyediaan tenaga tukang adalah sistem
borong. Bos borong mengajukan tawaran harga borongan pervolume pekerjaan pada pelaksanaan dan bos borong
atau mandor akan menyediakan tenaga tukang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diperlukan. . Beberapa
keuntungan sistem borongan yaitu pengadaan tenaga kerja, baik tukang maupun pekerjaan menjadi tanggung jawab
bos borong dan kecepatan pekerjaan dapat ditentukan secara optimal.
l. Jenis Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai pada proyek ini ialah tenaga kerja harian dan borongan. Ruang lingkup pekerjaan untuk
tenaga kerja harian bersifat ringan, artinya tidak memerlukan waktu lama untuk melaksanakan pekerjaannya
sedangkan tenaga kerja borongan sifat pekerjaannya bertahap sehingga untuk menyelesaikan pekedaannya
memerlukan waktu yang lama.
2. Status Tenaga Kerja
Pada proyek ini, status tenaga kerja adalah tetap dan tidak tetap. Status tetap artinya tenaga kerja tersebut akan
selalu dipakai dari tahap awal hingga tahap akhir proyek, sedangkan status tidak tetap artinya tenaga kerja hanya
mengerjakan hanya sebagian dari status dari suatu pekerjaan.
Berdasarkan statusnya tenaga kerja dalam suatu proyek mempunyai kedudukan yang berbeda-beda yaitu :
1. Tenaga kerja tetap, yaitu tenaga kerja atau pegawai yang diangkat oleh perusahaan dan
mendapat gaji tetap setiap bulan.
2. Tenaga kerja harian, yaitu tenaga kerja yang diadakan berdasarkan kontrak kerja dengan
perusahaan dan mendapatkan gaji sesuai hari kerja di proyek.
3. Tenaga kerja borongan, yaitu tenaga kerja yang diadakan berdasarkan kontrak tidak langsung
yang diwakili oleh mandor borong dan mendapatkan gaji berdasarkan jumlah pekerja dan prestasi
kerja yang dicapai.
3. Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan yang diterapkan pada proyek ini ada tiga macam:
1. Upah kerja tetap yaitu upah tetap setiap bulan yang ditentukan oleh tingkat lama kerja dan
tanggung jawab masing-masing.
2. Upah harian yaitu upah pekerja didasarkan pada jumlah jam tiap hari sehingga hasil yang dicapai
pada proyek tersebut kadang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan upah yang
dibayar tiap harinya. Upah yang dihitung secara harian yang biasanya dibayar secara mingguan,
yaitu setiap hari sabtu. Kelebihan dari sistem ini adalah upah pekerja sesuai dengan upah yang
berlaku pada saat pekerjaan itu berlangsung. Pada pekedaan ini kualitas proyek akan baik, karena
pekerja cenderung lambat dalam penyelesaian proyek.
3. Upah lembur yaitu yang dibayar untuk pekerjaan yang dikerjakan di luar jam keda atau pada hari
libur. Biasanya ditentukan oleh perjanjian sebelum pekerjaan dimulai.
4. Pengupahan borongan ,yaifu upah pekerjaan didasarkan pada volume pekerjaan tiap hari,
sehingga hasil yang dicapai pada proyek tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan- Dengan
upah yang dibayarkan secara borongan pemilik proyek dapat sedikit menghemat biaya Kelemahan
pada sistem ini adalah kualitas pekerjaan proyek dimana hasil kurang bagus karena para pekerja
biasanya bekerja secara terburu-buru dikejar oleh volume pekerjaan yang harus diselesaikan.
4. Waktu Kerja
1. Waktu kerja biasa yaitu pada hari senin sampai dengan sabtu dan tidak termasuk hari libur
nasional, waktu mulai pukul 08.00 s.d 12.00 WIB dan 13.00 s.d 16.00 WIB (interval waktu pukul
12.00 s.d 13.00 WIB digunakan untuk istirahat).
2. Waktu kerja lembur, yaitu waktu keda yang diperlukan selain waktu kerja biasa yang
diperhitungkan sebagai waktu lemur adalah waktu kerja di luar jam kerja biasa termasuk kerja
pada hari minggu (libur).
5. Keselamatan Kerja
Usaha yang dilakukan Tim Swakelola pelaksana untuk menjaga keselamatan baik pekerja pada proyek ini adalah
sebagai berikut :
1. Menyediakan obat–obatan standar dan kotak PPPK di proyek pengobatan di proyek ini adalah
sebagai pertolongan pertama.
2. Menentukan jenis asuransi senilai proyek pada asuransi yang ditunjuk dan Asuransi Tenaga Kerja
(ASTEK) bagi pekerja di proyek yang berlaku sejak mulai melaksanakan hingga selesai
pemeliharaan.
BAB VI
PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. Tinjauan Umum
Pelaksanaan adalah merupakan realisasi dari perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya, yang meliputi
berbagai macam pekerjaan, mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan pekerjaan finishing. Pelaksanaan
pekerjaan didukung beberapa faktor antara lain tersedianya bahan yang memenuhi syarat, tenaga kerja yang cukup,
peralatan yang memadai, biaya serta waktu yang cukup dan telah ditentukan sehingga menghasilkan bangunan
seperti yang telah direncanakan.
Tahap pelaksanaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka kontraktor harus membuat rencana cara
pelaksanaan (construction methode), Rencana Keria (time schedule) dan Rencana Lapangan.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan disebut juga sebagai pekerjaan awal, yaitu pekerjaan sebelum proyek itu sendiri dilaksanakan.
Pekerjaan persiapan meliputi :
a. Mobilisasi Bahan Dan Peralatan Proyek
Pekerjaan meliputi penyediaan, pengangkutan, peralatan, kendaraan serta pendatangan bahan atau material.
Keterlambatan dari salah satu tersebut di atas akan sangat berpengaruh terhadap waklu pelaksanaan pekerjaan,
sehingga perlu diupayakan pengkoordinasian yang baik.
b. Rencana Lapangan (Temporary Site Plan)
Merupakan suatu rencana perletakan bangunan-bangunan pembantu/sementara yang diperlukan sebagai sarana
pendukung pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta letak bahan-bahan bangunan dan peralatan, sehingga
pelaksanaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
c. Pembersihan Lapangan
Sebelum memulai suatu pekerjaan, maka tempat-tempat dari pekerjaan harus bersih dari segala tumbuh-tumbuhan
dan lain-lainnya, sehingga siap dilaksanakan pekerjaan selanjutnya.
Alat yang digunakan untuk membersihkan lapangan, antara lain :
1) Cangkul
2) Linggis
3) Gergaji
4) Kampak
5) Palu dan lain-lain.
d. Pemagaran Lokasi
Pelaksanaan pekerjaan pemagaran lokasi dimaksudkan untuk keamanan lokasi proyek selama pelaksanaan dan
juga memberikan pandangan yang tertib dan rapi dari luar proyek, serta memberi batasan lokasi sehingga tidak
mengganggu daerah disekitarnya waktu pelaksanaan pekerjaan dilakukan.
e. Pembuatan Bangunan Sementara
Bangunan sementara adalah bangunan yang dibuat untuk memperlancar jalannya pekerjaan. Bangunan ini berdiri
dan dipakai selama berlangsungnya pekerjaan, sehingga apabila bangunan sudah selesai dikerjakan, maka
bangunan ini harus dibongkar. Bangunan sementara ini terdiri atas: kantor Direksi Keet (tempat mengkoordinasi dan
mengawasi semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan lapangan), los bengkel (bengkel tempat melaksanakan
pekerjaan, seperti membuat begisting, pekerjaan besi dan lain-lain), gudang, gardu keamanan serta dilengkapi juga
dengan kamar mandi/WC dan ruang tempat Sholat.
f. Pengadaan Air Kerja dan Penerangan Listrik
Air merupakan sarana yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek. Baik sebagai bahan pencampur beton
maupun sebagai pembersih. Dalam proyek ini air kerja dan penerangan listrik diambil dari lokasi terdekat di komplek
pembangunan yaitu dari bekas gedung polsek Gamping untuk penerangan dan keperluan kantor serta sebagian dari
genset untuk tenaga mesin yang digunakan dalam pelaksanaan proyek.
g. Jalan Masuk
Tempat pekerjaan dan jalan masuk sementara ke tempat pekerjaan harus diadakan oleh Swakelola Pelaksana
bilamana diperlukan atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan lokasi proyek tersebut.
h. Pemasangan Bouwplank
Bouwplank adalah papan ukur untuk menentukan penil/duga lantai dengan as-as kolom yang akan dipikul oleh
pondasi. Pelaksanaan pemasangan bouwplank harus dilaksanakan dengan cermat, benar serta jelas:
l) Papan dengan ukuran 3/25cm
2) Kayu dengan ukuran 517 cm (ukuran tiang)
3) Meteran
4) Paku untuk menandai jarak
5) Cat warna merah untuk menadai as
2. Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan pengukuran ini dilaksanakan dari awal hingga seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, serta memerlukan
kecermatan, ketelitian, dan ketepatan, karena ketidaktepatan dalam pengukuran akan dapat mengakibatkan
berubahnya rencana dan perhitungan konstruksi. Pekerjaan ini disesuaikan dengan gambar rencana denah, tampak,
potongan dan detail. Pada proyek ini pekerjaan pengukuran meliputi :
a. Ketinggian Balok dan Plat
Pengukuran ini dilakukan dengan alat ukur Theodolite dan meteran, dengan cara menarik garis vertikal dari posisi as
dan elevasi lantai yang bersangkutan.
b. Kerataan Plat Lantai
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat Waterpass dan rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan setelah
selesai pembuatan plat lantai, dengan cara pembacaan rambu sama dengan titik yang dibaca pada kedua alat.
c. Posisi Vertikal Pada Kolom dan Balok
Pelaksanaan pada pengukuran dengan alat, theodolite, meteran, dan unting-unting, setelah terlebih dahulu as kolom
diluruskan dengan bantuan Theodolite dan meteran.
3. Pembuatan Tahu Beton
Tahu beton berfungsi untuk membuat jarak antara tulangan begisting. Sehingga setelah pengecoran akan didapat
tebal selimut sesuai dengan rencana. Kualitas tahu beton paling tidak harus sama dengan mutu beton yang akan
dicor, dengan campuran I Pc :2 Ps, sedangkan untuk tebal tahu beton disesuaikan dengan tebal selimut yang telah
direncanakan. Pada waktu mencetak, tahu beton diberi kawat bendrat pengikat. Pemasangan disyaratkan minimal 4
buah tiap meter persegi dan dibuta merata.
Gambar.5.1. Tahu Beton
4. Pekerjaan Struktur Atas
Pekeriaan struktur atas terdiri dari pekerjaan bekisting, penulangan, pengecoran, pembongkaran bekisting dan
perawatan beton untuk pelaksanaan pekerjaan plat lantai, balok, dan kolom dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Bekisting (Acuan)
Bekisting adalah cetakan beton, biasanya terbuat dari pasangan batako atau kayu yang fungsinya sebagai pencetak
dalam membuat beton bertulang supaya mempunyai bentuk dan ukuran yang dikehendaki. Bekisting juga berfungsi
sebagai penyangga sementara untuk semua beban sebelum struktur beton dapat berfungsi secara penuh. Pada
pelaksaaan pekerlaan bekisting ada tiga tahapan, yaitu fobrikasi, pemasangan dan pencopotan.
Gambar.5.2 .Bekisting Balok
b. Pekerjaan penulangan
1) Penulangan Kolom
Sebelum tulangan kolom dipasang terlebih dahulu ditentukan as kolom. Hal ini dimaksudkan agar letak kolom yang
akan dibuat sesuai dengan yang telah direncanakan. Titik tengah kolom terletak pada pertemuan dua benang yang
ditarik dari dua bouwplank yang saling tegak lurus. Kemudian dengan unting-unting, ditetapkan titik tengah kolom
pada fondasi. Selanjutnya dipasang satu begel pada as kolom diatas tulangan fondasi sebagai acuan untuk
menentukan letak tulangan kolom. Tujuan pengecekan tersebut adalah agar letak as kolom tetap menerus dan sama
disepanjang tinggi bangunan. Pengecekan dilakukan saat tulangan utama kolom serta begel terbawah telah
dipasang. Jika letak as kolom tidak bergeser lagi. Maksud pemasangan sebagian dari begel setelah pengecekan
letak as kolom adalah agar jika letak as kolom tidak tepat atau kolom tidak tegak lurus secara sempurna maka
penulangan kolom tersebut tidak berat dan sukar untuk digeser atau ditegakkan.
Sebelum pekerjaan bekisting dilaksanakan maka tulangan-tulangan pada kolom dirakit terlebih dahulu. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pekerjaan penulangan kolom adalah jumlah sengkang, jarak sengkang, dimensi tulangan
dan panjang penyaluran. Ikatan antar sengkang harus rapi agak tidak mengakibatkan penggeseran sengkang. Pada
kolom digunakan selimut beton (beton dekking) dengan tebal 5,00 cm yaitu campuran 1pc : 2ps dan digunakan
setelah berumur minimal 7 hati.
1) Untuk urutan pekerjaan penulangan kolom yang dilakukan adalah sebagai berikut :Mendirikan penyangga kolom,
untuk membantu agar tulangan kolom bisa berdiri tegak. Penyangga tulangan kolom berupa schaffolding.
2) Tulangan pokok dipasang dan diikatkan pada penyangga, sedangkan bagian bawah dibengkokkan dan diikat
dengan tulangan plat poer.
3) Begel dipasang dengan jarak tertentu dan diikatkan pada tulangan pokok dengan menggunakan kawat bendrat
pada simpul-simpul pertemuan. Pemasangan begel dengan cara memasukkan begel melalui ujung bagian atas
kolom dengan meregangkan begel. Pengukuran jarak antar begel dengan cara memberi tanda pada setiap jarak-
jarak tertentu
Gambar.5.3.Penulangan Kolom
2) Penulangan Balok
Penulangan balok diawali dengan memasang begisting balok bagian bawah yang terbuat dari multiplek dengan tebal
15 mm selebar ukuran balok. Penulangan balok meliputi penulangan balok induk dan penulangan balok anak, yang
terdiri dari penulangan pokok dan penulangan geser. Tulangan pokok menggunakan diameter 25 mm dan tulangan
geser menggunakan diameter 12 mm. pemasangan tulangan diawali dengan pemasangan tulangan pokok sesuai
dengan gambar rencana yang dibantu dengan pemasangan tulangan geser agar mudah dalam pengerjaan. Setelah
pemasangan tulangan pokok selesai dilanjutkan dengan pemasangan tulangan geser kemudian diikat dengan
menggunakan kawat bendrat pengikat
Gambar.5.4. Penulangan Balok
3) Penulangan Pelat Lantai
Penulangan pelat lantai meliputi penulangan arah memanjang dan penulangan arah melintang. Penulangan
dipasang sesuai gambar rencana. Tulangan arah memanjang dan arah melintang dipasang dengan jarak antar
tulangan 100 mm yang kemudian diikat dengan menggunakan kawat bendrat. Agar ketebalan dapat dikontrol maka
dipasang tahu-tahu beton, yaitu cetakan beton dengan ukrtran 5×5 cm dan tebalnya 2 cm, yang diletakkan pada
tempat tertentu dibawah tulangan bagian sebelah bawah. Setelah pemasangan tulangan pelat maka dilakukan
pekerjaan mechannical electrical dan pekerjaan sanitasi.
Gambar 5.5. Penulangan Pelat Lantai
c. Pekerjaan Pengecoran
Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu diperhatikan hal-hal berikut :
l) Pekerjaan Persiapan
a) Pembersihan pada semua acuan dari semua kotoran yang tersisa dengan menggunakan air compressor, atau
dengan cara lain yang memungkinkan.
b) Pemeriksaan mengenai jumlah, letak, diameter tulangan, dan kekuatan ikatan dengan sepengetahuan
pengawas.
c) Pekerjaan peralatan, alat bantu dan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan seperti vibrator, concrete mixer,
cetoh gerobak dorong, sekop, cangkul dan lainnya.
2) Pengadukan Beton
Komposisi adukan beton telah ditentukan dari bahan agregatnya, semen dan air maka sifatsifat spesi beton dapat
diperiksa. Pemeriksaan ini harus memakai spesimen yang diambil dari kilang beton (Beton Molen) atau silo beton.
Anggapan kelecekan spesi beton diuji dalam pengujian nilai slump dengan mernakai corong kerucut Abrants yang
diisi dengan tiga lapis, tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja. Setelah muka atas diratakan, spesi didiamkan
selama setengah detik dan kemudian corong kerucut ditarik vertikal keatas perlahan-lahan. Segera setelah itu
turunnya puncak kerucut terhadap tinggi awal disebut nilai slump.
3) Pengangkutan
Pengangkutan dari pabrik beton ke lokasi bangunan dapat memakai truk mixer dan isinya 6 m3. Isi dari truk mixer
sering dituangkan sementara dalam silo beton atau langsung dicor dalam bekisting. Spesi beton dapat diangkut ke
lokasi bangunan dengan beberapa cara :
a) Dengan alat beroda seperti: kereta dorong, bak beroda.
b) Talang cor miring: spesi beton mudah dan dapat dengan cepat dibawa ke tempat cor. Untuk menjarnin
kecukupan arus penuangan, talang cor harus dipasang agak curam dan spesi beton harus cukup plastis.
c) Pompa beton (Concrete Pump): spesi beton dilewatkan melalui pipa-pipa hantarnya dan selang-selang dengan
bantuan pompa mekanis ke tempat yang dituju.
4) Pengecoran
Pengisian acuan dengan beton harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, karena hal ini merupakan suatu
pekerjaan yang kritis. Ketika pengecoran harus dilakukan penjagaan yang cukup, karena apabila terjadi suatu
kesalahan maka tindakan biaya perbaikannya yang sangat tinggi dan besar serta kualitas pekerjaan beton juga
sangat mengecewakan. Pada pengecoran harus diperhatikan tinggi jatuh dari spesi beton yang dibatasi sampai 1,5
meter. Tinggijatuh yang sangat tinggi sangat diharuskan menggunakan talang cor pada saat pengecoran.
Kegiatan Pengecoran antara lain :
a) Pengecoran balok dan plat lantai
Untuk balok dan plat lantai menggunakan beton ready mix yang dipesan dari PT. Karya Beton. Untuk setiap mixer
truck kapasitasnya + 6 m3 dan pada setiap mixer truck tersebut diambil satu sampel untuk pengujian kuat desak
beton, dan pengujian slump dilakukan di proyek, untuk nilai slump l0 14 cm. Sebelum dilakukan pengecoran beton
terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi yang akan dicor dari segala macam kotoran, bubuk, serpihan kayu dan
sisa-sisa kawat dengan cara disemprot air, udara atau disapu. Sebelum mulai dicor dilakukan penyiraman dengan air
pada bekisting hingga menjadi jenuh.
Untuk mencegah rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil, adukan beton dipadatkan dengan mengunakan
vibrator, dan posisi jarum membentuk sudut minimal 450 terhadap arah horisontal. Agar diperoleh ketebalan yang
sama, sebelum beton mengering diratakan dengan alat berupa cetok, cangkul, dan alat perata yang lain.
Gambar.5.6. Pengecoran balok dan plat lantai
b) Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom memerlukan perhatian yang teliti sehingga sebelum pengecoran harus diadakan pemeriksaan
terhadap pemasangan tulangan, pemasangan sparing-sparing, pemasangan bekisting serta as kolom. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom adalah tinggi jatuh penuangan adukan beton tidak boleh lebih dari 1,5
meter untuk mencegah pemisahan bahan-bahan pencampurnya.
Pengecoran dihentikan + 60cm dibawah balok, untuk memberi tempat bagi panjang penyaluran tulangan balok,
disamping itu agar pertemuan antar balok, plat dan kolom menjadi satu kesatuan yang monolit. Penghentian ini untuk
pengecoran balok lantai yang menjadi satu dengan kolom.
Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan beton harus dipadatkan selama
pengecoran. Pemadatan adukan beton menggunakan ditusuk-tusuk dengan kayu dari.
Gambar.5.7. Pengecoran Kolom
c) Pekerjaan Perawatan dan Perbaikan Beton
Ketika beton mulai mengeras, maka diperlukan perawatan agar mendapatkan pengerasan yang optimal, untuk
menghindari dari :
1. Kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton pada jam-jam arval.
2. Penguapan airyang banyak pada pengerasan beton hari pertama.
3. Perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan retakan pada beton.
Retakan mengakibatkan tampak jelek, tetapi yang lebih berbahaya adalah akibat retakan ini kualitas permukaan
beton sangat berkurang, dan juga bahan-bahan perusak beton dapat masuk mencapai tulangan yang
mengakibatkan tulangan berkarat dan kekuatannya berkurang.
Penanggulangan kehilangan zat cair ;
a. Dibiarkan didalam bekisting.
b. Menutupi dengan lembar plastik.
c. Menutupi dengan goni basah.
d. Menggenangi dengan air (bagian datar).
e. Menyemprot dengan air secara terus menerus pada permukaan betonnya.
5) Pekerjaan Plumbing
Pekerjaan ini meliputi pengadan, pemasangan, penyetelan dan pemasangan dari semua peralatan dan material yang
telah disebutkan dalam spesifikasi pekerjaan, juga meliputi :
a. Pengadaan, pemasangan instalasi air termasukfixtures.
b. Pengadaan, pemasangan instalasi air bekas/kotor.
c. Pengadaan, pemasangan instalasi air limbah.
d. Pengadaan, pemasangan instalasi pipa vent
Pekerjaan instalasi plumbing ini dilakukan sebelum pengecoran dan dilaksanakan oleh Swakelola Mekanikal dan
Elektrikal.
Gambar.5. 8. Instalasi Listrik
6) Pekerjaan Atap
Pada Proyek Pembangunan RSU PKU Muhammadiyah II Yogyakarta ini atap yang digunakan adalah atap berbentuk
limasan dengan penutup atap dari genteng beton, sedangkan bahan atap itu sendiri menggunak an baja canel.
Pemilihan atap dengan menggunakan bahan baja pada proyek ini dikarenakan selain mudah dan cepat dalam
pengerjaannya baja sangat dorninan kuat tarik.
Gambar.5. 9. Rangka Atap
7) Pekerjaan Finishing
Pekerjaan finishing merupakan kegiatan akhir yang membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi, karena kerja pada
tahap ini yang akan tampak apabila pekerjaan selesai.
a. Pekerjaan Batu Bata
Batu bata yang digunakan berukuran standar (23 x 11 x 5 cm), dan telah memenuhi syarat (bermutu, matang, keras,
tidak retak-retak dan tidak mengandung batu serta tidak bergelornbang). Sebelum pemasangan, semua bata
dibasahi dengan air bersih sampai kenyang air. Semua pemasangan dibuat dapat terikat kuat dengan kolom,
dinding-dinding beton, balok atau plat-plat beton dan bagian-bagian akhir struktur lainnya.
Pemasangan batu-bata dilakukan secara bertahap dan tidak diperbolehkan lebih dari tinggi 1 meter per hari. Bata
dipasang dengan baik, rata dan horisontal serta dikerjakan dengan alat-alat pengukur datar ataupun tegak,
sambungan semua rata. Campuran spesi yang dipakai adalah I pc : 6 ps dan untuk trasrom 1 pc : 2 ps.
Gambar.5. I 0. Pekerjaan Pemasangan Batu-Bata
b. Pekerjaan Plesteran
Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pemasangan batu bata selesai. Campuran yang dipakai adalah 1 pc : 6 ps
untuk dinding biasa” selanjutnya diolesi dengan pasta semen. Pekerjaan plesteran dapat dimulai dengan membuat
acuan dari benang dengan paku yang ditancapkan ke dinding. Tebal plesteran diukur kira-kira 1,5 – 2 cm, dan
benang dibentang sebagai acuan plesteran, selanjutnya dibuat kepala plesteran sesuai tebal plesteran tiap beberapa
meter. Pekerjaan selanjutnya dapat berpedoman pada kepala plesteran tersebut dan untuk perantaranya digunakan
mistar perata.
Gambar.5. 1 1. Pekerjaan Pelesteran
BAB VII
PENGENDALIAN PROYEK
A. Umum
Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen sebagai kelanjutan dari fungsi perencanaan. Dalam kegiatan
ini selalu dipelihara agar jalannya pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan pada
tahap perencanaan. Bila ada penyimpangan maka pihak manajemen yang terkait segera melakukan upaya-upaya
penyesuaian. Dengan melakukan pengendalian yang baik, proyek dapat diselesaikan dengan biaya yang hemat,
mutu yang baik dan waktu yang tepat. Pada proyek pembangunan gedung RS. Pendidikan UMY tindakan
pengendalian yang dilakukan antara lain:
1. Pengendalian kualitas bahan.
2. Pengendalian waktu Proyek.
3. Pengendalian tenaga kerja.
4. Pengendalian logistik.
5- Pengendalian biaya.
Proses pengendalian tersebut dilakukan oleh owner dan Konsultan Manajemen Konstruksi. Owner yang diwakili oleh
pengawas melakukan pengendalian terhadap waktu dan kualitas pekerjaan serta pengendalian pelaksanaan di
lapangan.
Acuan pengendalian adalah sesuai pada gambar rencana dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), berupa
pengawasan atau pengujian terhadap semua pekerjaan yang meliputi bahan dan kualitas pekerjaannya. Hasilnya
digunakan sebagai bahan koreksi dan penilaian tahap-tahap pekerjaan untuk digunakan sebagai petunjuk
pelaksanaan pekerjaan pada tahap selanjutnya.
B. Pengendalian Kualitas Bahan
Pengawasan yang ketat sangat dibutuhkan agar bahan bangunan atau material yang digunakan mempunyai kualitas
yang baik dan sesuai dengan persyaratan mutu bahan. Bahan bangunan yang baik dibutuhkan agar struktur yang
dibuat kuat dan aman. Pengendalian kualitas bahan dilakukan dengan melakukan pengawasan terhadap:
1. Baja Tulangan
Semua baja yang digunakan untuk pembentukan beton bertulang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1. Bebas dari kotoran, karat lapisan minyak dan retak-retak atau pengelupasan.
2. Mempunyai tampang yang sama rata.
3. Ukuran disesuaikan dengan gambar.
1. Pemakaian baja beton dari jenis yang berbeda dengan ketentuan harus mendapat
persetujuan dari perencana dan pengawas.
2. Pemasangan baja tulangan dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat persetujuan
dari pengawas.
3. Tempat penyimpanan baja tulangan diusahakan tidak lembab dan terlindung dari air dan
kotoran.
Pengujian kualitas baja tulangan dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah baja yang digunakan sudah
benar-benar sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. Uji baja tulangan yang dilakukan terhadap sampel yang
diambil pada setiap pengiriman. I (satu) jenis sampel secara random dengan persetujuan Pengawas Manajemen
Konstruksi. Uji baja tulangan dilakukan di laboratorium Bahan Bangunan UGM. Contoh hasil pengujian kuat tekan
beton dan pengujian kualitas baja tulangan dapat dilihat pada lampiran.
2. Beton
Pemakaian adukan beton harus mendapat persetujuan dari pengawas. Pemeriksaan mutu material dalam
pembuatan adukan beton berada di bawah pengawasan Tim Manajemen Konstruksi. Pengujian yang dilakukan
terhadap adukan beton adalah :
a. Crushing Test/Uji Kuat Tekan Beton.
Pengujian silinder beton harus memenuhi syarat dalam SK SNI T-15-1991-03. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui kuat rancang beton rencana dari beton yang akan dipakai untuk pengecoran. Pengujian ini dilakukan
dengan membuat silinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang diambil secara random/acak dari truck
mixer sebanyak 2-3 sampel. kemudian disimpan di tempat yang lembab dan tidak boleh terkena sinar matahari
secara langsung agar pengerasan beton dapat merata dan kadar airnya tidak berkurang selama proses pengerasan..
Pengujian ini dilakukan terhadap satu buah sampel silinder beton pada umur 7 hari oleh Laboratorium Bahan
Bangunan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan apabila hasil pengujian di labolatorium ini tidak memenuhi spesilftasi
yang dikehendaki maka pengujian kuat tekan beton ini diujikan lagi dengan menggunakan 2 sampel lainnya pada
saat sampel silinder beton berumur 28 hari. Dari hasil pengujian tersebut, menunjukkan bahwa hasilnya memenuhi
syarat mutu beton K 350.
Gambar 6. Silinder beton
b. Hammer test
Hammer test adalah pengujian di lapangan dengan menggunakan alat yang berbentuk tabung kecil. Pengujian
dilakukan dengan cara menekan permukaan beton yang ingin diteliti sebanyak 10 titik tiap bagiannya. setiap selesai
penekanan dibaca kuat tekannya pada alat tersebut. Pengujian ini hanya dilakukan apabila pengujian desak beton
terhadap sampel silinder beton yang berumur 7 hari di laboratorium Bahan Bangunan Universitas Gadjah Mada
[UGM) tidak memenuhi spesifikasi yang direncanakan.
c. Perhitungan Kembali
Perhitungan ini dilakukan apabila pengujian desak beton terhadap sampel silinder beton yang berumur 7 hari dan 28
hari di Laboratorium Bahan Bangunan Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak memenuhi spesifikasi yang
direncanakan. Sehingga untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan diadakan analisa kembali
terhadap hasil pengujian dan data perencanaan proyek serta tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan perbaikan
mutu beton melalui treatment yang dapat dilakukan.
3. Bahan-bahan lainnya
Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain pasir, kayu, semen dan kerikil. Bahan-bahan tersebut diperiksa
kualitasnya secara langsung di lapangan. Bahan-bahan ini harus sesuai dengan persyaratan bahan bangunan baik
mutu bahan maupun tata can penyimpanannya.
C. Pengendalian Waktu Pelaksanaan
Salah satu aspek keberhasilan dalam suatu proyek adalah apabila proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang direncanakan.Untuk mencapai hal tersebut, upaya yang dilakukan adalah dengan pengendalian dan
pengontrolan waktu pelaksanaan.
Pengendalian waktu tersebut dilaksanakan dengan cara membandingkan antara rencana kerja fisik dengan
pekerjaan aktual yang telah dilaksanakan. Rencana kerja (time schedule) tersebut dapat disajikan dalam bentuk
diagram batang (bar chort) atau kurva S (S curve), keduanya menunjukkan kemajuan fisik dan waktu pelaksanaan.
Selain itu juga diadakan rapat-rapat yang diadakan secara berkala. Tempat yang digunakan untuk rapat adalah
kantor yang ada di proyek (site ffice). Rapat dihadiri oleh seluruh pihak yang terlibat di dalam proyek.
Rapat membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan seperti perubahan
gambar kerja, perubahan volume pekerjaan serta prestasi kerja.
Pengendalian pelaksanaan proyek dilakukan oleh Tim MK adalah dengan time schedule yang diusulkan dan dibuat
oleh Tim Swakelola Pelaksana dan pada urutan pelaksanaan pekerjaan agar dapat berjalan dengan lancar, efisien
dan tepat waktu. Beberapa jadual kerja yang disusun oleh Tim Swakelola Pelaksana untuk mengendalikan waktu
proyek antara lain :
1. Master schedule yaitu jadual pelaksanaan pekerjaan yang disusun dari saat proyek dimulai sampai
dengan proyek berakhir. Master schedule merupakan pedoman untuk membuat kurva ‘S’ aktual
(pelaksanaan pekerjaan), sehingga kemajuan pekerjaan dapat dinilai secara keseluruhan.
2. Monthly schedule yaitu jadual kerja yang disusun pada minggu terakhir tiap bulan yang berisi
rencana pelaksanaan berbagai pekerjaan yang akan di laksanakan pada bulan berikutnya.
3. WeeHy scledule yaitu jadual pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan dalam satu minggu.
4. 4. Daily schedule yaitu jadual rencana kerja harian yang disusun dengan mengacu pada weekly
schedule.
Pengendalian waktu proyek dapat juga dilakukan dengan membuat bar chart dan network planning. Sebelum
diagram network planningterbentuk, terlebih dahulu dibuat diagram batang yang berisi break down dan suatu
pekerjaan dan durasi dari pekerjaan tersebut. Kemudian berdasarkan rentetan kegiatan tersebut dibuatlah
neworlmya untuk menentukan critical pathnya yang tersusun dengan logika ketergantungan antara kegiatan satu
dengan yang lainnya.
Network planning menggambarkan jalur-jalur yang menghubungkan satu kegiatan dengan kegiatan lain dengan
durasi walctu paling awal atau paling akhir untuk memulai atau mengakhiri kegiatan tersebut. Dengan network
planning, dapat ditentukan kegiatan-kegiatan yang termasuk lintasan kritis (critical path), yaitu kegiatan yang
apabila mengalami keterlambatan akan mempengaruhi kegiatan yang lain. Untuk mengatasi keterlambatan pada
lintasan kritis ini, dilakukan program percepatan atau disebut crash progrome yang bertujuan untuk mengejar
keterlambatan dan mengembalikan kegiatan pada jadual kerja yang telah ditetapkan. Tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk crash programe adalah menambah jam kerja menambah peralatan ataupun dengan menambah
material walaupun risiko biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.
Time schedule merupakan produk dari network planning. Oleh karenanya merupakan suatu pedoman bagi
pelaksanaan. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pelaksanaan harus di evaluasi secara terus
menerus apakah sesuai dengan rencana atau sudah menyimpang. Menyimpang dapat diartikan sebagai berikut:
1. Dalam arti positif yaitu suatu pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dari rencana semula yang
dapat memacu semua kegiatan untuk lebih cepat dari rencana dan bisa meringankan kegiatan-
kegiatan berikut (ahead schedule).
2. Dalam arti negatif yaitu suatu kegiatan yang tidak dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
direncanakan, sehingga akan menyebabkan penyelesaian semrur kegiatan akan menjadi lambat
dari rencana atau bahkan memperberat kegiatan berikutnya (behind schedule).
Untuk penyimpangan dalam arti negatif ini perlu dilakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar waktu pelaksanaan
tersebut akan tetap terpenuhi. Dengan demikian rencana kerja tersebut perlu diatur kembali kegiatan-kegiatannya.
Apabila masih memungkinkan akhir masa penyelesaian tetap dipertahankan. Dalam pelaksanaan rencana kerja ini
dilengkapi dengan kurva S yang antara lain menunjukkan bobot kumulatif pekerjaan yang akan dicapai dalam
persentase (%) terhadap waktu.
Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi antar letak kurva S rencana dan kurva S
aktual, yaitu:
1. Kurva S akfual terletak di atas kurva S rencana, hal ini berarti kemajuan dilapangan lebih cepat
dibandingkan dengan rencana semula.
2. Kurva S aktual berhimpitan dengan kurva S rencana” hal ini berarti kemajuan dilapangan sesuai
dengan rencana
3. Kurva S aktual berada dibawah kurva S rencana” ini berarti kemajuan yang dicapai dilapangan
lebih lambat dari rencana semula.
Jika terjadi keterlambatan waktu penyelesaian proyek dari rencana semula, maka perlu kiranya diambil tindakan
untuk mempercepat waktu pelaksanaan pada sisa pekedaan. Waktu penyelesaian tersebut perlu dipercepat dalam
hal-hal sebagai berikut:
1. Jangka waktu pelaksanaan dalam kontrak ditentukan lebih kecil dari hasil perkiraan atau hitungan.
2. Dalam pelaksanaan proyek ada kegiatan-kegiatan kritis yang mengalami keterlambatan,
sedangkan perpanjangan waktu pelaksanaan tidak diinginkan.
3. Ada faktor-faktor dari luar yang memaksa karena berkaitan dengan proyek.
Untuk mempercepat waktu penyelesaian suatu proyek dengan penambahan sumber daya, yang berarti akan
menambah besarnya biaya proyek. Percepatan waktu pelaksanaan suatu proyek dapat dilakukan dengan
memperpendek waktu pelaksanaan (duration). Namun kiranya dipilih secara tepat kegiatan yang akan diperpendek
waktunya karena akan menyangkut besarnya biaya pelaksanaan.
Pada proyek ini, langkah-langkah untuk mempercepat waklu penye lesaian pekerjaan di lakukan dengan cara:
1) Melakukan kerja lembur.
2) Mempercepat persediaan bahan bangunan.
3) Mempercepat pembongkaran bekisting, balok pelat dan kolom yang tentunya dengan izin pengawas lapangan.
4) Menambah tenaga kerja pada pekerjaan yang merupakan lintasan kritis.
D. Pengedalian Tenaga Kerja
Pemakaian tenaga kerja dalam suatu pekerjaan harus disesuaikan dengan volume pekerjaan yang sedang
dilaksanakan, sehingga dapat dicapai kondisi yang optimal antarajumlah tenaga kerja yang ada dengan volume
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Tenaga tukang merupakan bagian besar dari pekerja pengelola teknik
lapangan. Pekerjaan tukang meliputi tukang kayu, tukang batu, tukang besi dan lain-lain. Kebutuhan tenaga tukang
harus ditambah dan dikurangi sesuai dengan volume pekerjaan yang sedang dilakukan. Selain tenaga tukang ada
juga tenaga staf ahli, yaitu tenaga yang berpengalaman dan berpendidikan dalam bidang konstruksi, aritektur dan
manajemen yang bertugas mengkoordinasi pekerja mengusulkan gambar-gambar revisi serta permasalahan lain
yang rata-rata tingkat pendidikannya adalah sarjana.
Penempatan tenaga kerja pada tempat yang tepat otomatis dapat meningkatkan produktifitas. Di samping itu
pemanfaatan tenaga kerja yang optimal juga merupakan hal penting dalam pengendalian proyek.
Pembagian jumlah tenaga kerja pada tiap-tiap bagian pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini untuk menghindari kurangnya tenaga pada pos tertentu yang berakibat keterlambatan proyek maupun kelebihan
tenaga kerja pada pos lainnya yang mengakibatkan pemborosan. Oleh karena itu diperlukan keahlian dari pelaksana
untuk mengatur jumlah tenaga kerja yang diperlukan.
E. Pengendalian Logistik
Pengendalian logistik yang dilakukan pada proyek pembangunan gedung RS. Pendidikan UMY antara lain:
1. Penyediaan Material
Jumlah material yang dibutuhkan dapat diketahui dari daftar volume pekerjaan (bill of quantity). Apabila kebutuhan
material telah diketahui, maka pihak pelaksana diwajibkan merencanakan penjadualan kedatangan material ke
proyek, karena antara pelaksana proyek dan pengadaan material mempunyai kaitan yang erat. Sebagai contoh,
apabila dalam pengadaan material terjadi keterlambatan, maka akan menyebabkan keterlambatan dalam
pelaksanaan proyek. Sebaliknya bila pengadaan material terlalu dini padahal penggunaannya pada pelaksanaan
proyek masih terlalu lama, maka akan menyulitkan penempatannya bahkan mungkin dapat mengurangi kualitasnya.
Penempatan material di lapangan harus dilakukan dengan perencanaan yang tepat agar dapat mempermudah
pelaksanaan pekerjaan. Material-material yang dibutuhkan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat pelaksanaan
supaya bisa langsung digunakan. Penempatan material juga tidak boleh terlalu dekat atau menghalangi jalan karena
dapat mengganggu kelancaran pekerjaan.
2. Penyediaan Peralatan
Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, terutama proyek-proyek yang cukup besar, peralatan atau mesin
sebagai alat bantu mutlak diperlukan. Untuk menentukan jenis peralatan dan jumlah yang diperlukan serta
bagaimana cara pengadaanya harus dengan perencanaan sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan serta
perhitungan yang matang, baik faktor teknis maupun non teknis. Pertimbangan faktor teknis adalah apakah suatu
pekerjaan masih layak pantas dan sanggup dikerjakan oleh tenaga manusia. Sedangkan pertimbangan faktor non
teknis adalah jangan sampai terjadi kekurangan peralatan di lapangan, karena dapat mengakibatkan keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan sebaliknya jangan sampai kelebihan sehingga mengakibatkan
pemborosan /tidak ekonomis.
3. Penyediaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah orang yang menjalankan pekerjaan di lapangan secara langsung dari waktu yang telah
ditentukan dengan mendapatkan imbalan upah yang diterima secara harian, mingguan maupun bulanan. Untuk
mengetahui berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan, perlu dilakukan terlebih dahulu perhitungan dari masing-
masing jenis pekerjaan disuatu proyek sesuai dengan pernyataan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
Setelah dimasukkan kedalam daftar volume pekerjaan (bill of quantity), sehingga jumlah tenaga kerja dan jumlah
material serta peralatan yang dibutuhkan dapat diketahui. Untuk meningkatkan kualitas para pekerja, perlu
diperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerja. Program yang diadakan untuk mendukung tuntutan di atas
adalah program K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang memberikan jaminan ganti rugi terhadap keselamatan
semua staf dan karyawan proyek, baik karena kecelakaan ringan maupun yang dapat menimbulkan korban jiwa.
Program tersebut akan membuat para pekerja merasa tenang dan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
F. Pengendalian Biaya
Bentuk pengendalian biaya pada proyek pembangunan gedung RS. Pendidikan UMY dengan menyesuaikan jenis
dan volume pekerjaan dengan biaya yang dikeluarkan. Jumlah dana yang dibatasi mengakibatkan perlunya
penjadualan pengadaan material, pengadaan tenaga kerja dan pelaksanaan pekerjaan dengan baik. Hal ini untuk
menghindari pemborosan akibat kelebihan jumlah tenaga kerja dibanding dengan jumlah atau volume pekerjaan
yang ada.
BAB VIII
TINJAUAN KHUSUS
PELAKSANAAN PEKERJAAN ATAP
A. Umum
Atap adalah batang tekan vertikal dan horizontal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari penutup
atap. Atap meneruskan beban dari atas ke struktur yang lebih bawah. Dalam kenyataannya. keruntuhan suatu atap
merupakan lokasi kritis yang menyebabkan runtuhnya (collapse) penutup atap vang bersangkutan dan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur atap. Atap merupakan salah satu bagian struktur utama dari suatu gedung.
Oleh karena itu struktur atap harus diperhatikan dengan seksama baik perencanaan maupun pelaksanaannya.
Dalam tinjauan khusus ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan pekerjaan struktur atap yang meliputi :
pelaksanaan pengukuran perletakan atap, pekerjaan pemasangan rangka atap, dan pekerjaan penutup
atap. Pekerjaan tersebut diatas merupakan bagian pekerjaan vang penting dan utama dalam proses terbentuknva
struktur atap.
B. Pelaksanaan Pengukuran Perletakan Atap
Pengukuran perletakan atap penting dilakukan, hal ini untuk menunjang sejajar atau tidaknya posisi rangka atap
terhadap ring balk dalam satu baris harus berimpit. Adapun tahap pelaksanaan pada pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengukuran dilakukan dengan bolak-balik untuk mendapatkan keakuratan. Diberi suatu tanda
lambang segitiga dimana posisi suatu as masing-masing rangka atap tersebut berada.
2. Dari kode atau tanda tadi ditempatkan angkur untuk mendapatkan corran kaki rangka atap.
Angkur dilas dengan tulangan ring balk agar kokoh.
3. Pemasangan angkur memakan waktu sekitar dua hari dan dilakukan oleh 3 tenaga kerja.
4. Pengecoran ring balok dilakukan setelah semua angkur terpasang.
Gambar 7.1 Pemasangan dan perletakan angkur
C. Pekerjaan Pemasangan Rangka Atap
Pada proyek ini rangka atap menggunakan WF dan gording C.
Adapun urutan pekerjaan pemasangan rangka atap adalah sebagai berikut :
1. Rangka WF dirakit terlebih dahulu dengan ketebalan las 5 mm dan dibaut dengan baut Æ 10 mm.
2. Rangka WF dilapisi zinc cromete sebanyak 2 lapis, agar rangka tidak mudah berkarat.
3. Rangka atap diangkat dengan menggunakan katrol dan dilakukan oleh 4 tenaga kerja.
4. Gording dipasang setelah rangka atap terpasang dengan dilas dengan ketebalan 5 mm.
1. Pemasangan rangka atap memakan waktu sekitar 1 minggu.
Pelaksanaan pekerjaan rangka atap sebagai berikut :
1. Pemasangan angkur
Angkur di pasang setelah tulangan ring balok selesai di pasang. Angkur dilas dengan tulangan ring balok agar kokoh.
Pengecoran ring balok dilakukan setelah semua angkur terpasang.
Gambar 7.2 Pemasangan angkur
1. Pengelasan dan pekerjaan rangka WF
Pengelasan ini dilakukan setelah rangka WF di bentuk seperti yang sudah di inginkan terlebih dahulu.untuk
mendapatkan hasil yang akurat,ketelitian pengukuran jarak serta kemiringan pada rangka WF sebelum pengelasan
sangat mempengaruhi.
Gambar 7.3 Pengelasan rangka WF
1. Pengecatan rangka WF dan gording C
Pengecatan dilakukan setelah rangka WF di bentuk ,pengecatan berfungsi untuk melindungi rangka WF dan gording
C agar tidak berkarat.bahan yang digunakan yaitu zinc cromete ,di lakukan dengan pengecatan 2 lapis.
Gambar 7.4 Pengecatan rangka WF dan gording C
1. Pemasangan Flendles
Pemasangan flendles dilakukan setelah rangka atap sudah siap untuk di pasang,flendles di pasang pada angkur
yang sudah ada,lalu di baut sama angkur dengan baut Æ 10 mm.
Gambar 7.5 Pemasangan Flendles
1. Pengangkatan rangka atap
Setelah rangka atap selesai dicat dan juga di rangkai,rangka atap di angkat dengan katrol.yang dilakukan dengan 5
orang pekerja.lalu di baut dengan baut Æ 10 mm pada flendles yang sudah terpasang.
Gambar 7.6 Pemasangan dan pengangkatan rangka atap
1. Pemasangan gording C
Gording C di pasang setelah rangka kuda- kuda telah terpasang.pemasangan gording C di kakukan oleh tiga orang
pekerja,
dua orang pekerja penaikan dan satu orang pekerja pengelasan,gording C di las dengan ketebalan 5 mm pada
rangka kuda-kuda.
Gambar 7.7 Pemasangan gording C
1. Pemasangan Trkstang dan Sagrot
Sagrot dan trkstang di pasang setelah gording C terpasang. Trkstang di pasang secara menyilang di bawah gording
C ,trkstang di las dengan pada rangka kuda-kuda.sedangkan sagrot di pasang secara vertikal dari gording ke
gording yang lain, di pasang 2 sagrot.sagrot di pasang pada lubang gording C lalu di baut.
Gambar 7.8 Pemasangan Trkstang dan Sagrot
1. Pemasangan sambungan rangka WF
Sambungan rangka WF dipasang sebagai penguat rangka atap dan berfungsi untuk menambah beban tarik pada
rangka WF tersebut.pemasangan sambungan rangka WF di pasang pada flendles lalu di baut dengan baut Æ 10
mm.
Gambar 7.9 Pemasangan sambungan rangka WF
D. Pekerjaan Penutup Atap
Penutup atap terdiri dari usuk Taso TS C75.80, reng Taso TR R32.45, dan genteng Canmori glasurre. Jarak antar
usuk 1 m dan jarak antar reng 1 m.
Penutup atap membutuhkan sekitar 300.000 buah genteng. Masalah ada pada pemasangan usuk dan reng, saat
dibor mata bor sering meleset. Untuk mengatasi hal itu, maka subkontrakor menggunakan plat L untuk
mempermudah pemasangan.
Gambar 7.10 Penutup atap
E. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab tinjauan khusus di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Tahap yang perlu dilaksanakan dalam pekerjaan rangka atap adalah mengukur perletakan rangka
atap dan di kasih tanda
2. Dalam pemasangan angkur harus ditempatkan pada tanda yang sudah ada,pemasangan angkur
harus di pasang dengan benar,agar pemasangan rangka atap tidak bermasalah. Angkur dilas
dengan tulangan ring balok agar kokoh.
3. Trkstang dan Sagrot berfungsi untuk menahan gording C agar tidak bergeser.
4. Pengecatan pada rangka WF dan gording C perlu di lakukan,agar tidak berkarat,pengecatan di
lakukan dengan 2 lapis.
5. Penaikan rangka atap di lakukan manual dengan cara pakai katrol,yang di lakukan oleh 5 orang
pekerja.
BAB IX
PENUTUP
A. Pembahasan
Berdasarkan pembahasan pada bab tinjauan umum maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Perencanaan adalah proses yang berusaha meleletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk
menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Sebelum dilakukan perencanaan harus
terlebih dahulu dilakukan kegiatan survey dilapangan.
2. Perencanaan adalah tahap awal dari pembangunan suatu proyek dan tahap perencanaan
dilakukan oleh pihak arsitektur dan tahap selanjutnya adalah perancangan yang dilakukan oleh
pihak sipil yang diantaranya meliputi desain gedung dari segi kekuatan strukturnya.
3. Pembangunan suatu proyek harus dilakukan secara terorganisasi karena akan mempermudah
dalam kegiatannya.
4. Bahan bangunan yang digunakan harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang digunakan
seperti yang tertera pada RKS.
5. Guna mendukung proyek tersebut harus adanya tenaga kerja, alat dan bahan sebagai komponen
yang mempunyai peranan penting.
B. Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman setelah melakukan kerja praktek pada proyek ini di lapangan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan antara lain :
1. Banyak para pekerja tidak mengutamakan keselamatan dalarn proses pekerjaan, seperti
penggunaan helm kerja dan sabuk pengaman.
2. Proyek ini dilaksanakan dengan cara bertahap (fast track) sehingga terkadang susah untuk
menentukan pelaksanaan berikutnya.
3. Pelaksanaan di lapangan terkadang tidak sesuai dengan RKS ( Rencana Kerja dan Syarat-syarat ).
C. Saran
Setelah melakukan kerja praktek pada proyek ini berdasarkan pengetahuan serta pengalaman penyusun yang masih
sangat terbatas, maka penyusun mencoba memberi beberapa saran, antara lain:
1. Perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan K3 (keselamatan, keamanan, dan kenyamanan)
kerja seperti: pemakaian helm, sabuk pengaman, sarung tangan dan lain-lain.
2. Dalam perencanaan proyek hendaklah dilakukan dengan cara terorganisasi dan terstruktur
sehingga dapat mengurangi resiko sampai tingkat minimum, mengamankan hasil-hasil yang telah
dicapai dengan biaya dan waktu yang minimum.
3. Sebaiknya diadakan pengawasan yang baik pada setiap pelaksanaan pekerjaan dilapangan,
terutama terhadap pelaksanaan pengecoran. Penambahan air di lapangan pada campuran beton
jangan sampai berlebihan untuk menghindari keroposnya beton.
4. Alangkah baiknya bila RKS sebagai acuan dalam bekerja supaya dapat digunakan di lapangan
sehingga tidak menyulitkan dalam pelaksanaan.
5. Sebaiknya untuk memudahkan pemantauan kemajuan kerja harus adanya time schedule yang
pasti dan bisa disediakan sebelum proyek dilaksanakan.