27
Laporan Praktikum Biokimia : Protein Pendahuluan Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang biasa dijumpai pada protein. Gambar 1 Struktur molekul asam amino Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Lehninger 1988). Protein merupakan biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim

Laporan Praktikum Biokimia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Biokimia

Laporan Praktikum Biokimia : Protein

Pendahuluan

Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan

peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P

dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang biasa

dijumpai pada protein.

Gambar 1 Struktur molekul asam amino

Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu

gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino

dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino

mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang

mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino

juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa

kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Lehninger 1988).

Protein merupakan biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel

maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa

senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. (Hawab 2004).

Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi

berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar

dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,

Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada

gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin.

Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat

yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada,

Page 2: Laporan Praktikum Biokimia

dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,

Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri

oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya

(Rismaka 2009).

Tujuan

Percobaan ini bertujuan memahami sifat dan stuktur asam amino dan protein melalui uji-

uji kualitatif serta mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan ialah penangas air, tabung reaksi, pipet tetes, pipet mohr 10

mL, bulb merah dan hitam, kertas saring, corong, gelas piala 100mL dan 250 mL, pembakar

Bunsen, korek api, kaki tiga, gegep kayu, kertas saring, tisu, botol semprot dan kasa asbes.

            Bahan yang digunakan ialah albumin 2% dan 0.02%, gelatin 2% dan 0.02%, kasein 2%

dan 0.02%, pepton 2% dan 0.02%, fenol 2% dan 0.02%, pereaksi millon, pereaksi biuret, pereksi

ninhidrin, NaOH 10% dan pekat, Pb-asetat 5%, HNO3 pekat, CuSO4 0.1%, aquades, HgCl2 2%,

AgNO3 5%, HCl 0.1 M, NaOH 0.1 M, buffer asetat pH 4.7, kristal ammonium sulfat dan etanol

95%.

Prosedur Kerja

            Pada uji Millon, sebanyak 5 tetes pereaksi Millon ditambahkan ke dalam 3 mL larutan

albumin 2%. Campuran selanjutnya dipanaskan di dalam penangas air selama 5 menit. Hal yang

sama juga dilakukan terhadap larutan gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.

Pada uji Ninhidrin sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan ke dalam 3 mL

larutan albumin 2%, lalu dipanaskan selama 15 menit, perubahan warna yang terjadi diamati. Uji

dilakukan terhadap larutan gelatin 2%, kasein 2%, fenol 2% , dan pepton 2%.

Pada uji Belerang, sebanyak 2 mL larutan albumin 0.02% ditambah 5 mL NaOH 10%,

dan dipanaskan selama 10 menit. Kemudian ditambah 2 tetes larutan Pb-asetat 5%, pemanasan

dilanjutkan beberapa menit, diamati warna yang terjadi. Uji dilakukan terhadap larutan gelatin

2%, kasein 2%, fenol 2%, dan pepton 2%.

Pada uji Xantoproteat, sebanyak 2 mL larutan albumin 2% ditambahkan 1 mL HNO3

pekat, dicampur, kemudian dipanaskan, diamati timbulnya warna kuning tua. Tabung reaksi

Page 3: Laporan Praktikum Biokimia

kemudian didinginkan, ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat sampai larutan menjadi

basa. Perubahan yang terjadi diamati. Uji yang sama dilakukan terhadap larutan gelatin 2%,

kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.

Pada uji Biuret, sebanyak 3 mL larutan albumin 2% ditambah 1 mL NaOH 10%

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok. Sebanyak 1-3 tetes larutan CuSO4 0.1%

ditambahkan dalam larutan protein tersebut. Perubahan warna yang terjadi diamati. Uji yang

dilakukan terhadap larutan gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.

Pada pengendapan protein oleh logam, sebanyak 3 ml albumin ditambahkan dengan 5

tetes larutan HgCl2 2%, percobaan diulangi dengan larutan Pb-asetat 5%, dan AgNO3 5%.

Pengendapaan oleh garam, sebanyak 10 ml larutan protein dijenuhkan dengan kristal

amonium sulfat atau (NH4)2SO4 yang ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk hingga

mencapai titik jenuh dan disaring. Lalu diuji kelarutannnya dengan ditambahkan air, untuk

endapan diuji dengan pereaksi Millon dan filtrat dengan pereaksi Biuret.

Pada uji Koagulasi sebanyak 2 tetes asam asetat 1 M ditambahkan ke dalam tabung yang

berisi 5 ml larutan albumin, kemudian tabung tersebut diletakkan dalam air mendidih selama 5

menit. Endapan diambil dengan batang pengaduk dan dibagi menjadi dua, untuk endapan

pertama diuji kelarutannya dengan air , sementara endapan kedua dengan pereaksi Millon.

Pengendapan oleh alkohol, sebanyak 4 tabung reaksi disiapkan dan tabung pertama diisi

campuran sebagai berikut ; 5 ml larutan albumin, 6 ml etanol 95 %l dan 1 ml HCl 0,1 M. Pada

tabung kedua dimasukkan 5 ml larutan albumin, 6 ml etanol 95% dan 1 ml NaOH 0,1 M. Ke

dalam tabung ketiga 5 ml larutan albumin, 1 ml buffer asetat ph 4,7 ,dan 6 ml etanol 95% dan

untuk tabung terakhir diisi dengan 2,5 ml larutan albumin dan 3 ml etanol 95%.

Pada percobaan denaturasi protein siapkan 3 tabung reaksi, tabung reaksi pertama diisi

4,5 ml larutan albumin dan 0,5 ml HCl 0,1 M, tabung reaksi kedua 4,5 ml larutan albumin dan

0,5 ml NaOH 0,1 M dan kedalam tabung reaksi ketiga ditambahkan 4,5 ml albumin dan 0,5 ml

buffer asetat pH 4,7,tabung 4 diisi dengan 4,5 ml albumin sebagai blanko.

Data Pengamatan

Tabel 1 Hasil Uji Millon

Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan

Page 4: Laporan Praktikum Biokimia

Albumin - Kuning muda

Gelatin - Kuning muda

Kasein - Tak berwarna

Pepton - Jingga

Fenol - Tak berwarna

Keterangan : (+) = terdapat tirosin

                      (-) = tidak terdapat tirosin

                                   

                                         1      2       3         4        5

                                   

Gambar 1 Albumin hasil uji Millon

Keterangan   :  1 = Albumin    4 = Pepton

                        2 = Gelatin      5 = Fenol

3 = Kasein

Page 5: Laporan Praktikum Biokimia

Tabel 2 Hasil Uji Ninhidrin

Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan

Albumin + Biiru tua

Gelatin + Ungu kebiruan

Kasein + Kuning(mengandung prolin)

Pepton + Ungu kebiruan

Fenol - Tak berwarna

Keterangan : (+) = dalam sampel terdapat protein

                      (-) = dalam sampel tidak terdapat protein

                                                                                       1          2        3         4        5

Gambar 1 Albumin hasil uji Ninhidrin

Keterangan   :  1 = Albumin    4 = Pepton

                        2 = Gelatin      5 = Fenol

3 = Kasein

Tabel 3 Hasil Uji Belerang

Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan

Page 6: Laporan Praktikum Biokimia

Albumin - Tidak berwarna

Gelatin - Tidak berwarna

Kasein + Kuning

Pepton - Kuning

Fenol - Tidak berwarna

Keterangan : (+) = dapat membentuk garam PbS

                      (-) = tidak dapat membentuk garam PbS

                                              

                                               1         2        3       4        5

Gambar 3 Albumin hasil uji belerang

Keterangan   :  1 = Albumin                4 = Pepton      

                        2 = Gelatin                  5 = Fenol

                        3 = Kasein      

                       

Table 4 Hasil Uji Xantoproteat

Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan

Albumin + Oranye

Page 7: Laporan Praktikum Biokimia

Gelatin + Oranye ke kuningan

Kasein + Kuning muda

Pepton + Oranye

Fenol + oranye

Keterangan : (+) = mengandung inti benzena

          (-) = tidak mengandung inti benzena

                                       

      1          2         3         4         5

Gambar 3 Albumin hasil uji Xantoproteat

Keterangan   :  1 = Albumin    4 = Pepton

                        2 = Gelatin      5= Fenol

                        3 = Kasein      

Tabel 4 Hasil Uji Biuret

Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan

Albumin + Sedikit berwarna ungu

Page 8: Laporan Praktikum Biokimia

Gelatin + Ungu seulas

Kasein + Ungu seulas

Pepton + Ungu seulas

Fenol - Tidak berwarna

Keterangan : (+) = Dalam sampel terdapat ikatan peptida

                      (-) = Dalam sampel tidak terdapat ikatan peptide

            1         2       3        4        5

Gambar 4 Albumin hasil uji Biuret

Keterangan   :  1 = Albumin                4 = Pepton

                        2 = Gelatin                  5 = Fenol

                        3 = Kasein

Table 5 Hasil Uji Pengendapan Albumin Oleh Logam Berat

Logam Berat HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan

HgCl2 + Larutan keruh, ↙ putih

Page 9: Laporan Praktikum Biokimia

Pb-asetat ++ Larutan keruh, ↙ putih

AgNO3 +++ Larutan keruh, ↙ putih

Keterangan : (+)      = Protein sedikit terendapkan oleh logam

                      (++)   = Protein sebagian terendapkan oleh logam

         (+++) = Protein banyak terendapkan oleh logam

                                   

                                                   1           2           3

Gambar 5 hasil uji pengendapan albumin oleh logam berat

Keterangan:     1 = Ag            2 = Pb             3 = Hg

Table 6 Tabel Hasil Uji Pengendapan Albumin Oleh (NH4)2SO4

Uji Hasil Pengamatan Perubahan Warna/ Kelarutan

Uji kelarutan + Larut dalam air

Uji Millon + Kuning

Uji Biuret + Biru ungu seulas

Keterangan: (+) = mengandung garam anorganik dengan persentasi tinggi

Page 10: Laporan Praktikum Biokimia

                     (-) = tidak mengandung garam anorganik dengan persentasi tinggi

                                                         1              2             3

Gambar 6 hasil uji kelarutan pada pengendapan albumin oleh garam

Keterangan:     1 = + Air         2 = + Pereaksi Millon              3 = +Pereaksi Biuret

Tabel 7 Hasil Uji Pengaruh Pemanasan Terhadap Albumin

Uji HasilPengamatan Perubahan Warna/ Kelarutan

Uji Kelarutan - Ungu, larut

Uji Biuret - Ungu, larut

Keterangan:     (+) = terdapat endapan

                        (-) = tidak terdapat endapan

Page 11: Laporan Praktikum Biokimia

                                                

Gambar 7 hasil uji kelarutan   Gambar 8 hasil uji Biuret pada

 pada uji koagulasi albumin            uji koagulasi albumin

Table 8 Hasil Uji Pengendapan Albumin oleh Alkohol

Tabung HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan

1 HCl ++ Keruh

2 NaOH - Tidak berwarna

3 Buffer asetet pH 4,7 ++ Keruh

4 Etanol 95% +++ Keruh,↙ putih

Keterangan : (-)        = Tidak ada endapan

                      (++)     = Endapan cukup banyak

                      (+++)   = Endapan banyak

                      (++++) = Endapan sangat banyak

Page 12: Laporan Praktikum Biokimia

                                                  1        2         3                     4

Gambar 8 hasil uji pengendapan albumin aleh alkohol

Keterangan:     1 = albumin + HCl dan etanol

                        2 = albumin + NaOH dan etanol

                        3 =  albumin + Buffer Asetat 4.7 dan etanol

                        4 = albumin + etanol

Tabel 9 Hasil Uji Denaturasi albumin

Tabung

Hasil Pengamatan

sebelum

penambahan Buffer

asetat

Hasil Pengamatan

Setelah Penambahan

Buffer Asetat

Intensitas

endapan

1 HCl - (tidak berwarna)+,larutan keruh,↙

putih

+++

2 NaOH -(tidak berwarna)+,larutan keruh,↙

putih

+

3 Buffer Asetat +(keruh)+,larutan keruh,↙

putih

++++

4 albumin -(tidak berwarna)+,larutan keruh,↙

putih

++

Keterangan : (-)      = Tidak ada endapan

                      (+)     = Endapan sedikit

                      (++)   = Endapan cukup banyak

Page 13: Laporan Praktikum Biokimia

                      (+++) = Endapan banyak

                                             1             2          3            4

Gambar 9 albumin hasil denaturasi protein

Keterangan: 1 = albumin + HCl

                     2 = albumin + NaOH

                     3 = albumin + Buffer Asetat pH 4.7

                     4 = albumin

Pembahasan

Keistimewaan dari protein adalah strukturnya yang mengandung N,disamping C,H,O

(seperti karbohidrat dan lemak), S dan kadang-kadang P,Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks

dengan protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk

menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada

dalam bahan makanan atau bahan lain. Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang

tersusun oleh matarantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu

Page 14: Laporan Praktikum Biokimia

atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang salah satunya

terletak pada atom C (Hamdan 2007).

Albumin merupakan protein terpenting yang disintesis oleh hati dan hati adalah satu-

satunya tempat sintesis protein. Albumin merupakan unsur utama yang terdapat pada putih telur.

Albumin mempunyai berat molekul tinggi (66000) dan mengandung 584 asam amino. Produksi

albumin yang normal dalam rentang 120-200 mg per kg per hari (Sabiston 1987).

Gelatin ialah protein hewani yag tidak lengkap, diambil dari jaringa hewani, seperti

tulang dan jaringan ligament. Dapat dijumpai dalam beberapa sari daging dan dalam beberapa

kaldu. Juga didapati dalam sayuran tertentu, sebuah contoh ialah agar-agar yang digunakan

dalam pembuatan jeli dan kaldu (Pearce 2009).

Kasein merupakan senyawa fosfo-gliko protein berbentuk misela (diameter 0,1 mikro),

berikatan dengan kalsium fosfat dan sitrat yang meliputi 75% protein dalam susu sapi.Kasein

alami terdiri atas protein 94%, kalsium (Ca) 35%, fosfor (P) 2,2%, asam sitrat (0,5%) dan

magnesium (Mg 0,1%). Kasein mengandung lysine, kekurangan sistin (0,4%), tetapi kaya akan

metionin (kira-kira 3%) dan dapat dihidrolisis menjadi oligopeptida yang larut dan mudah

dicerna (Djarir 2002).

Fenol merupakan senyawa aromatic dengan satu atau beberapa gugus hidroksil yang

terikat secara langsung pada cincin benzene. Senyawa tersebut mudah mengalami oksidasi.

Senyawa fenol terdiri atas fenol (C6H5OH), kresol, xylenol, klorfenol, katekol, hidroquinon,

timol, naftol, dan sebagainya. Senyawa fenol dihasilkan dari proses pemurnian minyak, industry

kimia, tekstil, plastic, dan lain-lain (Effendi 2003).

Protein derivat merupakan hasil pemecahan protein alam sebelum menjadi asam alfa

amino. Pemecahan protein umumnya melalui hidrolisis. Hidrolisis berat diperoleh protein

derivate sekunder, salah satunya ialah pepton. Struktur kimia pepton jauh lebih sederhana

daripada proteosa. Pepton ikut larut dalam air dan tak menggumpal apabila dipanaskan

(Sumardjo 2006).

Uji millon berfungsi untuk mengetahui adanya gugus phenol dalam protein. Pereaksi

Millon terdiri dari merkuri nitrit (HgNO2) dan merkuri nitrat (Hg(NO3)2). Protein yang

mengandung gugus hidroksil Phenil (-OH) dapat bereaksi dengan larutan mercuri nitrat dapat

menghasilkan larutan atau endapan berwarna putih kemudian berubah warna menjadi merah

setelah dipanaskan (Sutresna 2008).

Page 15: Laporan Praktikum Biokimia

Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.

Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan

membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan diketahui bahwa

albumin, gelatin, kasein, dan fenol tidak mengandung tirosin, sedangkan pepton mengandung

tirosin. Seharusnya fenol, albumin, dan kasein positif dalam uji millon karena tirosin memiliki

molekul fenol pada gugus R-nya dan albumin serta kasein mengandung tirosin sebagai salah satu

asam penyusunnya, namun pada percobaan tersebut tidak dihasilkan hasil positif. Penyimpangan

tersebut terjadi karena kesalahan kerja pada praktikan, bahan yang telah terkontaminasi (Handini

2009).

Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas

akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji tersebut bersifat umum

untuk semua asam amino dan menjadi dasar penentuan kualitatif asam amino. Uji ninhidrin akan

positif jika senyawa tersebut mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan asam amino bebas

atau alfa asam amino maupun gugus hidroksil. Uji yang positif akan ditandai dengan

terbentuknya warna biru ungu dan untuk prolin,hidroksiprolin berwarnakuning. Berdasarkan

hasil percobaan, hasil positif ditunjukkan oleh albumin, gelatin, kasein, pepton. Pada percobaan

albumin, gelatin, dan pepton membentuk warna biru ungu karena dapat bereaksi dengan

Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas.

Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini 

juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara

kuantitatif dan fenol menunjukkan hasil yang negatif serta kasein menunjukkan hasil yang positif

dengan membentuk warna kuning Karena kasein mengandung gugus prolin atau hidroksiprolin.

 Ninhydrin merupakan oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari asam

amino yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang rantainya lebih pendek 1 C dari asam

amino asalnya. Ninhydrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk

senyawa kompleks berwarna biru dengan absorpsi warna maksimum pada panjang gelombang

570 nm (Hamdan 2007).

Uji belerang dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam bahan-bahan yang diujikan

terdapat asam amino sistein atau metionin atau tidak. Sistein dan metionin merupakan asam

amino yang mengandung S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam amino tersebut akan

membentuk endapan berwarna hitam atau kelabu. Penambahan NaOH dalam percobaan tersebut

Page 16: Laporan Praktikum Biokimia

ialah untuk mendenaturasi protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus

oleh Pb-asetat dan membentuk garam PbS. Berdasarkan hasil percobaan albumin dan kasein

yang berwarna gelap atau kuning gelap, sehingga kasein dan albumin megandung metionin atau

sistein. Reaksi yang terjadi ialah

SH-CH2-CH(NH3)+-COO- + NaOH                Na2S

Na2S + Pb(CH3COO)2                  PbS (hitam) (Handini 2009).

            Uji Xantoproteat digunakan untuk mengetahui adanya inti benzene dalam dalam

molekul-molekul asam aminonya. Inti benzene dapat ternitrasi oleh asam pekat menghasilkan

turunan nitrobenzene. Fenilalanin, triptofan, dan tirosin yang mengandung inti benzene pada

molekulnya juga mengalami reaksi denga HNO3 pekat, Albumin, kasein, gelatin, pepton dan

fenol seluruhnya menunjukkan hasil yang positif karena semua bahan mengandung inti benzene

pada molekulnya (Handini 2009). Berikut contoh struktur bangun protein yang berinti benzena :

 

—CH2CHCO2OH│

                                                                 NH2

Feinilanalina

Uji Biuret semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret

bereaksi membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam

protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada

molekulnya. Dalam suasana basa, Cu bereaksi dengan beberapa jenis protein dan menghasilkan

senyawa kompleks, reaksi biuret dapat terjadi pada molekul yang mengandung dua gugus

 yang terikat pada 1 atom karbon / atom nitrogen / terikat

langsung. Senyawa yang

mengandung gugus                        diganti dengan gugus        

Page 17: Laporan Praktikum Biokimia

atau gugus -CH2NH2  juga positif dalam uji biuret. Uji test ini diberikan nama

berdasarkan nama senyawa biuret .          

, yang memberikan uji positif. Uji Biuret merupakan uji karateristik dari protein.

Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada

albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3, HgCl2, dan Pb-asetat. Senyawa-senyawa

logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk

endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan

konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam

anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga

berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang diperoleh dari

hasil penyaringan dapat larut kembali dalam air dan filtrat yang direaksikan dengan biuret

berwarna biru muda. Hal ini berarti protein yang mengendap secara reversible atau dapat balik

jika ditambahkan garam.

Protein juga dapat mengendap bila terdapat garam anorganik dengan konsentrasi yang

tinggi  dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik

mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan

protein untuk mengikat air. Berdasarkan hasil percobaan, albumin larut  dalam air, endapan yang

direaksikan dengan pereaksi Millon menghasilkan warna kuning, dan  filtrate yang diujikan

dengan biuret berwarna biru ungu. Hal tersebut menandakan terdapat sebagian protein yang

mengendap setelah ditambahkan garam (Handini 2009).

Albumin yang dipanaskan dan ditambahkan asam asetat pada uji koagulasi tidak

menghasilkan endapan apapun, begitu pula  tanpa penambahan asam asetat juga tidak

menghasilkan endapan. Setelah keduanya direaksikan dengan biuret, maka menghasilkan warna

ungu, akibat pembentukan senyawa kompleks Cu2+ gugus –CO dan –NH dari rantai peptide

dalam suasana basa.

Hanya tabung-tabung yang ber-pH rendah atau mengandung asam yang  menunjukkan

pengendapan protein pada uji pengendapan protein oleh alkohol. Tabung 2 yaitu penambahan

dengan NaOH 0,1 M, tidak menghasilkan endapan atau kekeruhan karena sifatnya adalah basa.

Tabung yang paling banyak mengandung endapan seharusnya ialah tabung 3 karena sudah

Page 18: Laporan Praktikum Biokimia

langsung penambahan dengan buffer asetat pH 4,7 , bukan pada tabung 4. Kesalahan yang

mungkin terjadi ialah pengamatan dari mata praktikan yang sulit membedakan banyaknya

kekeruhan. Sebelumnya tabung 1, 2, dan 4 belum ditambahkan buffer asetat pH 4,7

menunjukkan kekeruhan yang kecil, setelah ditambahkan buffer asetat kekeruhannya semakin

banyak yang mengindikasi adanya endapan. Sehingga penambahan buffer asetat sangat

berpengaruh pada semakin asamnya pH dan semakin banyaknya pengendapan. Seluruh tabung

menghasilkan endapan, hal tersebut dikarenakan ujung C asam amino yang terbuka dapat

bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan

ester tersebut ditunjukkan dengan adanya endapan yang terbentuk (Handini 2009).

Protein yang dipengaruhi oleh pemanasan, sinar ultra violet, gelombang ultrasonic,

pengocokan yang kuat, atau bahan-bahan kimia tertentu dapat mengalami proses denaturasi.

Denaturasi protein ialah suatu proses perubahan konfigurasi tiga dimensi molekul protein tanpa

menyebabkan kerusakan ikatan peptide (Sumardjo 2006).

Protein akan terdenaturasi atau mengendap apabila berada pada titik isolistriknya, yaitu

PH dimana muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya. Protein yang ditambahkan

buffer asetat ph 4,7 menghasilkan endapan. Protein yang dilarutkan dengan HCl dan NaOH tidak

menghasilkan endapan dan tidak berwarna, namun setelah ditambahkan buffer asetat seluruhnya

terbentuk endapan dan berwarna keruh. Tabung yang paling banyak kekeruhannya ialah tabung 3

karena telah langsung ditambahkan buffer asetat. Hal tersebut menunjukkan bahwa protein

albumin mengendap pada titik isolistriknya yaitu sekitar PH 4,7 (Handini 2009)

Simpulan

Berdasarkan data dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa uji millon

menunjukkan hasil positif pada pepton. Uji ninhidrin menunjukkan hasil positif pada albumin,

gelatin, kasein, dan pepton. Uji belerang positif terhadap albumin dan kasein. Uji xantoproteat

positif terhadap albumin, gelatin, kasein, pepton, dan fenol. Uji biuret positif terhadap albumin,

gelatin, kasein, dan pepton. Pengendapan oleh logam dan pengendapan oleh garam positif

terhadap albumin. Uji koagulasi negative seluruhnya terhadap albumin. Pengendapan oleh

alcohol tidak menghasilkan endapan pada penambahan NaOH. Denaturasi protein positif

seluruhnya terhadap albumin atau membentuk endapan.

Daftar Pustaka

Page 19: Laporan Praktikum Biokimia

James Joyce. 2002. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Retno Indah, penerjemah. Jakarta :

Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Science for Nurses (Halaman : 66)

Sudjadi Bagod. 2006. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Jakarta : Yudhistira Ghalia Indonesia (Halaman :

16)

Sunarso. 2002. Manajemen Pakan. [terhubung berkala].

nutrisi.awardspace.com/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf [24 September 2011, 18:31]

Hamdan Ali. 2007. Buku Biokimia Laboratorium Dasar Universitas Trunojoyo, [terhubung berkala]

http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf [24 September 2011, 18:43]

Sabiston David. 1987. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Andrianto Petrus, penerjemah.  Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Dari : Essentials of Surgery (halaman : 73)

Sutresna Nana. 2008. Get Succes Kimia. Jakarta : Grafindo Media Pratama (Halaman : 174)

Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri, penerjemah. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Anatomy and Physiology for Nurses (halaman :

200)

Makfoeld Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (halaman :

169)

Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.

Yogyakarta : Penerbit Kanisius (halaman : 207)

Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta :

Penerbit Buku Kedoktern EGC (halaman : 180)

Handini. 2009. Karbohidrat Pada Uji Kualitatif. [terhubung berkala]

http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-amino.html. [1 Oktober

2011,02:40]