Upload
rizky-cahya-putra
View
68
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Praktikum Biokimia : Protein
Pendahuluan
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan
peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P
dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang biasa
dijumpai pada protein.
Gambar 1 Struktur molekul asam amino
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu
gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino
dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino
mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang
mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino
juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Lehninger 1988).
Protein merupakan biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel
maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa
senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. (Hawab 2004).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar
dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,
Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada
gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin.
Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat
yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada,
dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri
oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya
(Rismaka 2009).
Tujuan
Percobaan ini bertujuan memahami sifat dan stuktur asam amino dan protein melalui uji-
uji kualitatif serta mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah penangas air, tabung reaksi, pipet tetes, pipet mohr 10
mL, bulb merah dan hitam, kertas saring, corong, gelas piala 100mL dan 250 mL, pembakar
Bunsen, korek api, kaki tiga, gegep kayu, kertas saring, tisu, botol semprot dan kasa asbes.
Bahan yang digunakan ialah albumin 2% dan 0.02%, gelatin 2% dan 0.02%, kasein 2%
dan 0.02%, pepton 2% dan 0.02%, fenol 2% dan 0.02%, pereaksi millon, pereaksi biuret, pereksi
ninhidrin, NaOH 10% dan pekat, Pb-asetat 5%, HNO3 pekat, CuSO4 0.1%, aquades, HgCl2 2%,
AgNO3 5%, HCl 0.1 M, NaOH 0.1 M, buffer asetat pH 4.7, kristal ammonium sulfat dan etanol
95%.
Prosedur Kerja
Pada uji Millon, sebanyak 5 tetes pereaksi Millon ditambahkan ke dalam 3 mL larutan
albumin 2%. Campuran selanjutnya dipanaskan di dalam penangas air selama 5 menit. Hal yang
sama juga dilakukan terhadap larutan gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Pada uji Ninhidrin sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan ke dalam 3 mL
larutan albumin 2%, lalu dipanaskan selama 15 menit, perubahan warna yang terjadi diamati. Uji
dilakukan terhadap larutan gelatin 2%, kasein 2%, fenol 2% , dan pepton 2%.
Pada uji Belerang, sebanyak 2 mL larutan albumin 0.02% ditambah 5 mL NaOH 10%,
dan dipanaskan selama 10 menit. Kemudian ditambah 2 tetes larutan Pb-asetat 5%, pemanasan
dilanjutkan beberapa menit, diamati warna yang terjadi. Uji dilakukan terhadap larutan gelatin
2%, kasein 2%, fenol 2%, dan pepton 2%.
Pada uji Xantoproteat, sebanyak 2 mL larutan albumin 2% ditambahkan 1 mL HNO3
pekat, dicampur, kemudian dipanaskan, diamati timbulnya warna kuning tua. Tabung reaksi
kemudian didinginkan, ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat sampai larutan menjadi
basa. Perubahan yang terjadi diamati. Uji yang sama dilakukan terhadap larutan gelatin 2%,
kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Pada uji Biuret, sebanyak 3 mL larutan albumin 2% ditambah 1 mL NaOH 10%
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok. Sebanyak 1-3 tetes larutan CuSO4 0.1%
ditambahkan dalam larutan protein tersebut. Perubahan warna yang terjadi diamati. Uji yang
dilakukan terhadap larutan gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Pada pengendapan protein oleh logam, sebanyak 3 ml albumin ditambahkan dengan 5
tetes larutan HgCl2 2%, percobaan diulangi dengan larutan Pb-asetat 5%, dan AgNO3 5%.
Pengendapaan oleh garam, sebanyak 10 ml larutan protein dijenuhkan dengan kristal
amonium sulfat atau (NH4)2SO4 yang ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk hingga
mencapai titik jenuh dan disaring. Lalu diuji kelarutannnya dengan ditambahkan air, untuk
endapan diuji dengan pereaksi Millon dan filtrat dengan pereaksi Biuret.
Pada uji Koagulasi sebanyak 2 tetes asam asetat 1 M ditambahkan ke dalam tabung yang
berisi 5 ml larutan albumin, kemudian tabung tersebut diletakkan dalam air mendidih selama 5
menit. Endapan diambil dengan batang pengaduk dan dibagi menjadi dua, untuk endapan
pertama diuji kelarutannya dengan air , sementara endapan kedua dengan pereaksi Millon.
Pengendapan oleh alkohol, sebanyak 4 tabung reaksi disiapkan dan tabung pertama diisi
campuran sebagai berikut ; 5 ml larutan albumin, 6 ml etanol 95 %l dan 1 ml HCl 0,1 M. Pada
tabung kedua dimasukkan 5 ml larutan albumin, 6 ml etanol 95% dan 1 ml NaOH 0,1 M. Ke
dalam tabung ketiga 5 ml larutan albumin, 1 ml buffer asetat ph 4,7 ,dan 6 ml etanol 95% dan
untuk tabung terakhir diisi dengan 2,5 ml larutan albumin dan 3 ml etanol 95%.
Pada percobaan denaturasi protein siapkan 3 tabung reaksi, tabung reaksi pertama diisi
4,5 ml larutan albumin dan 0,5 ml HCl 0,1 M, tabung reaksi kedua 4,5 ml larutan albumin dan
0,5 ml NaOH 0,1 M dan kedalam tabung reaksi ketiga ditambahkan 4,5 ml albumin dan 0,5 ml
buffer asetat pH 4,7,tabung 4 diisi dengan 4,5 ml albumin sebagai blanko.
Data Pengamatan
Tabel 1 Hasil Uji Millon
Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan
Albumin - Kuning muda
Gelatin - Kuning muda
Kasein - Tak berwarna
Pepton - Jingga
Fenol - Tak berwarna
Keterangan : (+) = terdapat tirosin
(-) = tidak terdapat tirosin
1 2 3 4 5
Gambar 1 Albumin hasil uji Millon
Keterangan : 1 = Albumin 4 = Pepton
2 = Gelatin 5 = Fenol
3 = Kasein
Tabel 2 Hasil Uji Ninhidrin
Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan
Albumin + Biiru tua
Gelatin + Ungu kebiruan
Kasein + Kuning(mengandung prolin)
Pepton + Ungu kebiruan
Fenol - Tak berwarna
Keterangan : (+) = dalam sampel terdapat protein
(-) = dalam sampel tidak terdapat protein
1 2 3 4 5
Gambar 1 Albumin hasil uji Ninhidrin
Keterangan : 1 = Albumin 4 = Pepton
2 = Gelatin 5 = Fenol
3 = Kasein
Tabel 3 Hasil Uji Belerang
Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan
Albumin - Tidak berwarna
Gelatin - Tidak berwarna
Kasein + Kuning
Pepton - Kuning
Fenol - Tidak berwarna
Keterangan : (+) = dapat membentuk garam PbS
(-) = tidak dapat membentuk garam PbS
1 2 3 4 5
Gambar 3 Albumin hasil uji belerang
Keterangan : 1 = Albumin 4 = Pepton
2 = Gelatin 5 = Fenol
3 = Kasein
Table 4 Hasil Uji Xantoproteat
Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan
Albumin + Oranye
Gelatin + Oranye ke kuningan
Kasein + Kuning muda
Pepton + Oranye
Fenol + oranye
Keterangan : (+) = mengandung inti benzena
(-) = tidak mengandung inti benzena
1 2 3 4 5
Gambar 3 Albumin hasil uji Xantoproteat
Keterangan : 1 = Albumin 4 = Pepton
2 = Gelatin 5= Fenol
3 = Kasein
Tabel 4 Hasil Uji Biuret
Bahan Uji HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan
Albumin + Sedikit berwarna ungu
Gelatin + Ungu seulas
Kasein + Ungu seulas
Pepton + Ungu seulas
Fenol - Tidak berwarna
Keterangan : (+) = Dalam sampel terdapat ikatan peptida
(-) = Dalam sampel tidak terdapat ikatan peptide
1 2 3 4 5
Gambar 4 Albumin hasil uji Biuret
Keterangan : 1 = Albumin 4 = Pepton
2 = Gelatin 5 = Fenol
3 = Kasein
Table 5 Hasil Uji Pengendapan Albumin Oleh Logam Berat
Logam Berat HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan
HgCl2 + Larutan keruh, ↙ putih
Pb-asetat ++ Larutan keruh, ↙ putih
AgNO3 +++ Larutan keruh, ↙ putih
Keterangan : (+) = Protein sedikit terendapkan oleh logam
(++) = Protein sebagian terendapkan oleh logam
(+++) = Protein banyak terendapkan oleh logam
1 2 3
Gambar 5 hasil uji pengendapan albumin oleh logam berat
Keterangan: 1 = Ag 2 = Pb 3 = Hg
Table 6 Tabel Hasil Uji Pengendapan Albumin Oleh (NH4)2SO4
Uji Hasil Pengamatan Perubahan Warna/ Kelarutan
Uji kelarutan + Larut dalam air
Uji Millon + Kuning
Uji Biuret + Biru ungu seulas
Keterangan: (+) = mengandung garam anorganik dengan persentasi tinggi
(-) = tidak mengandung garam anorganik dengan persentasi tinggi
1 2 3
Gambar 6 hasil uji kelarutan pada pengendapan albumin oleh garam
Keterangan: 1 = + Air 2 = + Pereaksi Millon 3 = +Pereaksi Biuret
Tabel 7 Hasil Uji Pengaruh Pemanasan Terhadap Albumin
Uji HasilPengamatan Perubahan Warna/ Kelarutan
Uji Kelarutan - Ungu, larut
Uji Biuret - Ungu, larut
Keterangan: (+) = terdapat endapan
(-) = tidak terdapat endapan
Gambar 7 hasil uji kelarutan Gambar 8 hasil uji Biuret pada
pada uji koagulasi albumin uji koagulasi albumin
Table 8 Hasil Uji Pengendapan Albumin oleh Alkohol
Tabung HasilPengamatan Perubahan Warna Larutan
1 HCl ++ Keruh
2 NaOH - Tidak berwarna
3 Buffer asetet pH 4,7 ++ Keruh
4 Etanol 95% +++ Keruh,↙ putih
Keterangan : (-) = Tidak ada endapan
(++) = Endapan cukup banyak
(+++) = Endapan banyak
(++++) = Endapan sangat banyak
1 2 3 4
Gambar 8 hasil uji pengendapan albumin aleh alkohol
Keterangan: 1 = albumin + HCl dan etanol
2 = albumin + NaOH dan etanol
3 = albumin + Buffer Asetat 4.7 dan etanol
4 = albumin + etanol
Tabel 9 Hasil Uji Denaturasi albumin
Tabung
Hasil Pengamatan
sebelum
penambahan Buffer
asetat
Hasil Pengamatan
Setelah Penambahan
Buffer Asetat
Intensitas
endapan
1 HCl - (tidak berwarna)+,larutan keruh,↙
putih
+++
2 NaOH -(tidak berwarna)+,larutan keruh,↙
putih
+
3 Buffer Asetat +(keruh)+,larutan keruh,↙
putih
++++
4 albumin -(tidak berwarna)+,larutan keruh,↙
putih
++
Keterangan : (-) = Tidak ada endapan
(+) = Endapan sedikit
(++) = Endapan cukup banyak
(+++) = Endapan banyak
1 2 3 4
Gambar 9 albumin hasil denaturasi protein
Keterangan: 1 = albumin + HCl
2 = albumin + NaOH
3 = albumin + Buffer Asetat pH 4.7
4 = albumin
Pembahasan
Keistimewaan dari protein adalah strukturnya yang mengandung N,disamping C,H,O
(seperti karbohidrat dan lemak), S dan kadang-kadang P,Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks
dengan protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk
menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada
dalam bahan makanan atau bahan lain. Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang
tersusun oleh matarantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu
atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang salah satunya
terletak pada atom C (Hamdan 2007).
Albumin merupakan protein terpenting yang disintesis oleh hati dan hati adalah satu-
satunya tempat sintesis protein. Albumin merupakan unsur utama yang terdapat pada putih telur.
Albumin mempunyai berat molekul tinggi (66000) dan mengandung 584 asam amino. Produksi
albumin yang normal dalam rentang 120-200 mg per kg per hari (Sabiston 1987).
Gelatin ialah protein hewani yag tidak lengkap, diambil dari jaringa hewani, seperti
tulang dan jaringan ligament. Dapat dijumpai dalam beberapa sari daging dan dalam beberapa
kaldu. Juga didapati dalam sayuran tertentu, sebuah contoh ialah agar-agar yang digunakan
dalam pembuatan jeli dan kaldu (Pearce 2009).
Kasein merupakan senyawa fosfo-gliko protein berbentuk misela (diameter 0,1 mikro),
berikatan dengan kalsium fosfat dan sitrat yang meliputi 75% protein dalam susu sapi.Kasein
alami terdiri atas protein 94%, kalsium (Ca) 35%, fosfor (P) 2,2%, asam sitrat (0,5%) dan
magnesium (Mg 0,1%). Kasein mengandung lysine, kekurangan sistin (0,4%), tetapi kaya akan
metionin (kira-kira 3%) dan dapat dihidrolisis menjadi oligopeptida yang larut dan mudah
dicerna (Djarir 2002).
Fenol merupakan senyawa aromatic dengan satu atau beberapa gugus hidroksil yang
terikat secara langsung pada cincin benzene. Senyawa tersebut mudah mengalami oksidasi.
Senyawa fenol terdiri atas fenol (C6H5OH), kresol, xylenol, klorfenol, katekol, hidroquinon,
timol, naftol, dan sebagainya. Senyawa fenol dihasilkan dari proses pemurnian minyak, industry
kimia, tekstil, plastic, dan lain-lain (Effendi 2003).
Protein derivat merupakan hasil pemecahan protein alam sebelum menjadi asam alfa
amino. Pemecahan protein umumnya melalui hidrolisis. Hidrolisis berat diperoleh protein
derivate sekunder, salah satunya ialah pepton. Struktur kimia pepton jauh lebih sederhana
daripada proteosa. Pepton ikut larut dalam air dan tak menggumpal apabila dipanaskan
(Sumardjo 2006).
Uji millon berfungsi untuk mengetahui adanya gugus phenol dalam protein. Pereaksi
Millon terdiri dari merkuri nitrit (HgNO2) dan merkuri nitrat (Hg(NO3)2). Protein yang
mengandung gugus hidroksil Phenil (-OH) dapat bereaksi dengan larutan mercuri nitrat dapat
menghasilkan larutan atau endapan berwarna putih kemudian berubah warna menjadi merah
setelah dipanaskan (Sutresna 2008).
Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan
membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan diketahui bahwa
albumin, gelatin, kasein, dan fenol tidak mengandung tirosin, sedangkan pepton mengandung
tirosin. Seharusnya fenol, albumin, dan kasein positif dalam uji millon karena tirosin memiliki
molekul fenol pada gugus R-nya dan albumin serta kasein mengandung tirosin sebagai salah satu
asam penyusunnya, namun pada percobaan tersebut tidak dihasilkan hasil positif. Penyimpangan
tersebut terjadi karena kesalahan kerja pada praktikan, bahan yang telah terkontaminasi (Handini
2009).
Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas
akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji tersebut bersifat umum
untuk semua asam amino dan menjadi dasar penentuan kualitatif asam amino. Uji ninhidrin akan
positif jika senyawa tersebut mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan asam amino bebas
atau alfa asam amino maupun gugus hidroksil. Uji yang positif akan ditandai dengan
terbentuknya warna biru ungu dan untuk prolin,hidroksiprolin berwarnakuning. Berdasarkan
hasil percobaan, hasil positif ditunjukkan oleh albumin, gelatin, kasein, pepton. Pada percobaan
albumin, gelatin, dan pepton membentuk warna biru ungu karena dapat bereaksi dengan
Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas.
Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini
juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara
kuantitatif dan fenol menunjukkan hasil yang negatif serta kasein menunjukkan hasil yang positif
dengan membentuk warna kuning Karena kasein mengandung gugus prolin atau hidroksiprolin.
Ninhydrin merupakan oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari asam
amino yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang rantainya lebih pendek 1 C dari asam
amino asalnya. Ninhydrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk
senyawa kompleks berwarna biru dengan absorpsi warna maksimum pada panjang gelombang
570 nm (Hamdan 2007).
Uji belerang dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam bahan-bahan yang diujikan
terdapat asam amino sistein atau metionin atau tidak. Sistein dan metionin merupakan asam
amino yang mengandung S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam amino tersebut akan
membentuk endapan berwarna hitam atau kelabu. Penambahan NaOH dalam percobaan tersebut
ialah untuk mendenaturasi protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus
oleh Pb-asetat dan membentuk garam PbS. Berdasarkan hasil percobaan albumin dan kasein
yang berwarna gelap atau kuning gelap, sehingga kasein dan albumin megandung metionin atau
sistein. Reaksi yang terjadi ialah
SH-CH2-CH(NH3)+-COO- + NaOH Na2S
Na2S + Pb(CH3COO)2 PbS (hitam) (Handini 2009).
Uji Xantoproteat digunakan untuk mengetahui adanya inti benzene dalam dalam
molekul-molekul asam aminonya. Inti benzene dapat ternitrasi oleh asam pekat menghasilkan
turunan nitrobenzene. Fenilalanin, triptofan, dan tirosin yang mengandung inti benzene pada
molekulnya juga mengalami reaksi denga HNO3 pekat, Albumin, kasein, gelatin, pepton dan
fenol seluruhnya menunjukkan hasil yang positif karena semua bahan mengandung inti benzene
pada molekulnya (Handini 2009). Berikut contoh struktur bangun protein yang berinti benzena :
—CH2CHCO2OH│
NH2
Feinilanalina
Uji Biuret semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret
bereaksi membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam
protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada
molekulnya. Dalam suasana basa, Cu bereaksi dengan beberapa jenis protein dan menghasilkan
senyawa kompleks, reaksi biuret dapat terjadi pada molekul yang mengandung dua gugus
yang terikat pada 1 atom karbon / atom nitrogen / terikat
langsung. Senyawa yang
mengandung gugus diganti dengan gugus
atau gugus -CH2NH2 juga positif dalam uji biuret. Uji test ini diberikan nama
berdasarkan nama senyawa biuret .
, yang memberikan uji positif. Uji Biuret merupakan uji karateristik dari protein.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada
albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3, HgCl2, dan Pb-asetat. Senyawa-senyawa
logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk
endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan
konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam
anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga
berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang diperoleh dari
hasil penyaringan dapat larut kembali dalam air dan filtrat yang direaksikan dengan biuret
berwarna biru muda. Hal ini berarti protein yang mengendap secara reversible atau dapat balik
jika ditambahkan garam.
Protein juga dapat mengendap bila terdapat garam anorganik dengan konsentrasi yang
tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik
mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan
protein untuk mengikat air. Berdasarkan hasil percobaan, albumin larut dalam air, endapan yang
direaksikan dengan pereaksi Millon menghasilkan warna kuning, dan filtrate yang diujikan
dengan biuret berwarna biru ungu. Hal tersebut menandakan terdapat sebagian protein yang
mengendap setelah ditambahkan garam (Handini 2009).
Albumin yang dipanaskan dan ditambahkan asam asetat pada uji koagulasi tidak
menghasilkan endapan apapun, begitu pula tanpa penambahan asam asetat juga tidak
menghasilkan endapan. Setelah keduanya direaksikan dengan biuret, maka menghasilkan warna
ungu, akibat pembentukan senyawa kompleks Cu2+ gugus –CO dan –NH dari rantai peptide
dalam suasana basa.
Hanya tabung-tabung yang ber-pH rendah atau mengandung asam yang menunjukkan
pengendapan protein pada uji pengendapan protein oleh alkohol. Tabung 2 yaitu penambahan
dengan NaOH 0,1 M, tidak menghasilkan endapan atau kekeruhan karena sifatnya adalah basa.
Tabung yang paling banyak mengandung endapan seharusnya ialah tabung 3 karena sudah
langsung penambahan dengan buffer asetat pH 4,7 , bukan pada tabung 4. Kesalahan yang
mungkin terjadi ialah pengamatan dari mata praktikan yang sulit membedakan banyaknya
kekeruhan. Sebelumnya tabung 1, 2, dan 4 belum ditambahkan buffer asetat pH 4,7
menunjukkan kekeruhan yang kecil, setelah ditambahkan buffer asetat kekeruhannya semakin
banyak yang mengindikasi adanya endapan. Sehingga penambahan buffer asetat sangat
berpengaruh pada semakin asamnya pH dan semakin banyaknya pengendapan. Seluruh tabung
menghasilkan endapan, hal tersebut dikarenakan ujung C asam amino yang terbuka dapat
bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan
ester tersebut ditunjukkan dengan adanya endapan yang terbentuk (Handini 2009).
Protein yang dipengaruhi oleh pemanasan, sinar ultra violet, gelombang ultrasonic,
pengocokan yang kuat, atau bahan-bahan kimia tertentu dapat mengalami proses denaturasi.
Denaturasi protein ialah suatu proses perubahan konfigurasi tiga dimensi molekul protein tanpa
menyebabkan kerusakan ikatan peptide (Sumardjo 2006).
Protein akan terdenaturasi atau mengendap apabila berada pada titik isolistriknya, yaitu
PH dimana muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya. Protein yang ditambahkan
buffer asetat ph 4,7 menghasilkan endapan. Protein yang dilarutkan dengan HCl dan NaOH tidak
menghasilkan endapan dan tidak berwarna, namun setelah ditambahkan buffer asetat seluruhnya
terbentuk endapan dan berwarna keruh. Tabung yang paling banyak kekeruhannya ialah tabung 3
karena telah langsung ditambahkan buffer asetat. Hal tersebut menunjukkan bahwa protein
albumin mengendap pada titik isolistriknya yaitu sekitar PH 4,7 (Handini 2009)
Simpulan
Berdasarkan data dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa uji millon
menunjukkan hasil positif pada pepton. Uji ninhidrin menunjukkan hasil positif pada albumin,
gelatin, kasein, dan pepton. Uji belerang positif terhadap albumin dan kasein. Uji xantoproteat
positif terhadap albumin, gelatin, kasein, pepton, dan fenol. Uji biuret positif terhadap albumin,
gelatin, kasein, dan pepton. Pengendapan oleh logam dan pengendapan oleh garam positif
terhadap albumin. Uji koagulasi negative seluruhnya terhadap albumin. Pengendapan oleh
alcohol tidak menghasilkan endapan pada penambahan NaOH. Denaturasi protein positif
seluruhnya terhadap albumin atau membentuk endapan.
Daftar Pustaka
James Joyce. 2002. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Retno Indah, penerjemah. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Science for Nurses (Halaman : 66)
Sudjadi Bagod. 2006. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Jakarta : Yudhistira Ghalia Indonesia (Halaman :
16)
Sunarso. 2002. Manajemen Pakan. [terhubung berkala].
nutrisi.awardspace.com/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf [24 September 2011, 18:31]
Hamdan Ali. 2007. Buku Biokimia Laboratorium Dasar Universitas Trunojoyo, [terhubung berkala]
http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf [24 September 2011, 18:43]
Sabiston David. 1987. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Andrianto Petrus, penerjemah. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Dari : Essentials of Surgery (halaman : 73)
Sutresna Nana. 2008. Get Succes Kimia. Jakarta : Grafindo Media Pratama (Halaman : 174)
Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri, penerjemah. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Anatomy and Physiology for Nurses (halaman :
200)
Makfoeld Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (halaman :
169)
Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius (halaman : 207)
Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta :
Penerbit Buku Kedoktern EGC (halaman : 180)
Handini. 2009. Karbohidrat Pada Uji Kualitatif. [terhubung berkala]
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-amino.html. [1 Oktober
2011,02:40]