Upload
anggi-chelsea
View
363
Download
60
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas pkpa
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Industri farmasi merupakan salah satu industri yang menyangkut kesehatan manusia
dalam rangka perwujudan kesehatan nasional. Industri farmasi mempunyai tanggung
jawab untuk senantiasa menghasilkan produk obat yang memenuhi standar mutu,
khasiat, dan keamanan. Oleh karena itu, industri farmasi menjadi salah satu industri
yang dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) baik ditinjau dari segi perizinan, produksi, peredaran
maupun kualitas obat yang diedarkan.
Dalam pembuatan obat, industri farmasi harus memenuhi persyaratan CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik) seperti tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010. CPOB
merupakan pedoman pembuatan obat yang baik dan benar pada seluruh aspek
produksi yang bertujuan untuk memastikan bahwa sifat maupun mutu obat yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan
disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk
digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai
kebutuhan.
Salah satu tenaga inti dalam industri farmasi yang turut berperan dalam
menghasilkan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat adalah Apoteker. Kedudukan
Apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi,
pengawasan mutu, dan pemastian mutu sehingga seorang Apoteker dituntut untuk
mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam
mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya secara profesional agar dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di industri farmasi.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, calon Apoteker perlu mendapatkan
bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai yang salah satu caranya dapat
diperoleh melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu,
Universitas Pancasila bekerja sama dengan PT. Guardian Pharmatama
1
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pada PKPA ini, peserta
mendapat tugas untuk mengamati dan mempelajari langsung kegiatan yang
dilaksanakan di PT. Guardian Pharmatama. Dengan adanya praktek kerja ini
diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat mengambil manfaat dan ilmu sebanyak
mungkin agar nantinya dapat diaplikasikan dengan baik untuk kepentingan dunia
kesehatan.
B. TUJUAN
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama, memiliki
tujuan, yaitu :
1. Mengetahui peran, tugas dan fungsi apoteker dalam industri farmasi.
2. Mendapatkan gambaran ruang lingkup secara luas dari kegiatan industri farmasi di
PT. Guardian Pharmatama
3. Melihat secara langsung penerapan konsep CPOB serta managerial yang
diterapkan di PT. Guardian Pharmatama
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. INDUSTRI FARMASI
1. Pengertian Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin
dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat
maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan
mutu sebagai bahan baku farmasi.
Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau
bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan proses. Industri farmasi
yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat harus
berdasarkan penelitian dan pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Fungsi Industri Farmasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/PER/XII/2010, Industri Farmasi berfungsi sebagai berikut :
a. Pembuatan obat dan/atau bahan obat.
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Penelitian dan pengembangan
3. Izin Usaha Industri Farmasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/PER/XII/2010, pasal 8 mengenai pendirian industri farmasi wajib
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di
bidang tata ruang dan lingkungan hidup. Pada pasal tersebut menjelaskan bahwa :
a. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB.
3
b. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB.
c. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur
oleh Kepala Badan.
4. Persyaratan Izin Usaha Industri Farmasi
Setiap industri farmasi wajib memiliki izin industri farmasi dari Direktur Jenderal
Kementerian Kesehatan yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang pembinaan
kefarmasian dan alat kesehatan.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi sebagaimana yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes
/Per/XII/2010 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Berbadan usaha berupa perseroan terbatas (kecuali pemohon izin industri
farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia);
2) Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
3) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4) Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu;
5) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB, dibuktikan melalui
Sertifikat CPOB yang berlaku selama 5 tahun sepanjang memenuhi persyaratan.
Selain itu, industri farmasi wajib melakukan farmakovigilans. Apabila industri
farmasi menemukan obat dan/atau bahan obat hasil produksinya tidak memenuhi
standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu, industri farmasi wajib
melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan POM.
Untuk memperoleh izin industri farmasi, diperlukan persetujuan prinsip.
Pengajuan permohonan persetujuan prinsip disampaikan kepada Direktur Jenderal
Kementrian Kesehatan setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) dari Kepada Badan POM. Bila permohonan persetujuan prinsip
telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan,
4
pengadaan, pemasangan, instalasi peralatan, dan termasuk produksi percobaan dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat.
5. Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi
Pencabutan izin usaha industri farmasi dilakukan apabila industri yang bersangkutan
melakukan pelanggaran :
a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
perluasan tanpa izin.
b. Tidak menyampaikan informasi industri secara berturut-turut 3 kali atau dengan
sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
c. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri farmasi tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku yang tidak memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
B. PERANAN APOTEKER MENURUT CPOB DI INDUSTRI FARMASI
Berdasarkan Pedoman CPOB tahun 2012, terdapat tiga personil inti dalam sebuah
industri farmasi yang diduduki oleh apoteker, yaitu kepala bagian produksi, kepala
bagian pengawasan mutu, dan kepala bagian pemastian mutu.
1. Apoteker sebagai Penanggung Jawab Produksi
Seorang penanggung jawab produksi (Kepala Bagian Produksi atau Manajer
Produksi) adalah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang
pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugas secara profesional. Seorang penanggung jawab produksi
memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk:
a. Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
b. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat.
c. Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
Kepala Bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu)
5
d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi.
e. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
f. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil.
g. Di samping itu, Kepala Bagian Produksi bersama dengan Kepala Bagian
Pengawasan Mutu dan penanggung jawab teknik hendaklah memiliki tanggung
jawab bersama terhadap aspek yang berkaitan dengan mutu.
2. Apoteker sebagai Penanggung Jawab Pengawasan Mutu
Seorang penanggung jawab pengawasan mutu (Kepala Bagian Pengawasan Mutu
atau Manajer Pengawasan Mutu) adalah seorang apoteker yang terkualifikasi,
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai
dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tugas secara profesional. Seorang penanggung jawab
pengawasan mutu memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam
pengawasan mutu, termasuk:
a. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi.
b. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
c. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan contoh,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
d. Memberikan persetujuan dan memantau semua kontrak analisis.
e. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
f. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
g. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
3. Apoteker sebagai Penanggung Jawab Pemastian Mutu
Seorang penanggung jawab Pemastian Mutu atau Manajemen Mutu (Quality
Assurance) adalah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang
pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugas secara profesional. Penanggung jawab Pemastian Mutu atau
Manajemen Mutu memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam sistem
mutu, termasuk:
6
a. Memastikan penerapan (bila diperlukan, membentuk) sistem mutu.Ikut serta
dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan.
b. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala.
c. Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu.
d. Memprakarsai dan mengawasi audit eksternal (audit terhadap pemasok).
e. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.
f. Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Otoritas Pengawasan
Obat (OPO) yang berkaitan dengan mutu produk jadi.
g. Mengevaluasi/mengkaji catatan bets.
h. Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait.
B. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman cara pembuatan obat yang
bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan
dan tujuan penggunaan. Penerapan CPOB pertama kali didasarkan pada keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang CPOB, CPOB
pertama kemudian direvisi dengan keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan No.HK.00.05.3.02152 tahun 2001 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik. Pedoman CPOB edisi 2001 direvisi kembali menjadi pedoman CPOB
yang dinamis edisi tahun 2006, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan No.HK.00.06.0511, tanggal 24 Januari 2006. Pedoman CPOB edisi
2006 mengalami revisi menjadi pedoman CPOB tahun 2012, berdasarkan Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.
03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012, tanggal 21 Januari 2013.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/PER/XII/2010 pasal 8 tentang izin industri farmasi wajib memenuhi
persyaratan CPOB. Jadi, CPOB adalah suatu konsep yang ditetapkan dalam industri
farmasi mengenai langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dalam suatu industri
farmasi untuk menjamin mutu obat yang diproduksi dengan menerapkan “Good
Manufacturing Practices” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi. CPOB
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan mengadakan pengawasan baik sebelum,
selama, dan sesudah proses produksi berlangsung untuk memastikan mutu produk obat
agar memenuhi standart yang telah ditetapkan.
7
Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi menyebabkan perubahan-
perubahan dalam konsep CPOB terjadi karena semakin pesatnya perkembangan teknologi
farmasi. Konsep CPOB bersifat dinamis yang memerlukan penyesuaian dari waktu ke
waktu mengikuti tuntutan globalisasi di bidang farmasi.Berdasarkan Pedoman CPOB
2012, ada 12 aspek yang harus diperhatikan, yaitu manajemen mutu; personalia;
bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu;
inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali
produk dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak; kualifikasi dan validasi.
1. Manajemen Mutu
Manejemen mutu bertanggung jawab membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif melalui suatu
“Kebijakan Mutu”. Kebijakan mutu memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di
semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Pencapaian tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem
Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta
menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan
Manajemen Resiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor
efektivitasnya.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan
personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan
memadai. Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan
akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan
tersebut disebut Pemastian Mutu.
c. Konsep manejemen mutu berdasarkan CPOB, meliputi:
1) Pemastian Mutu
8
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari
obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang
dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
2) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.
3) Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, organisasi, dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan
relevan dan telah dilakukan. Bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Fungsi Pengawasan Mutu
hendaklah independen dari bagian lain dan hendaklah memiliki akses ke area
produksi untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila
diperlukan. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan
bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan
dapat diandalkan.
4) Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua
obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas
dan produk jadi. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan
tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian
ulang sebelumnya.
Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan
suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan.
Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui diselesaikan secara
efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk
9
manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas
prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat
dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut
jenis produk, misalnya sediaan padat, sediaan cair, produk steril dan lain-lain.
5) Manajemen Resiko Mutu
Manajemen resiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian dan pengkajian resiko terhadap mutu suatu produk.
Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif.
2. Personalia
Industri farmasi bertanggung jawab menyediakan personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak
dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan resiko terhadap mutu
obat.Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab dan memahami prinsip
CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Struktur organisasi yang jelas harus diperhatikan selain jumlah personil. Tugas
spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada
wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah
aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam
tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Unsur-unsur personil berdasarkan
CPOB:
a. Personil Kunci
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan
Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama
tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)/ kepala bagian Pengawasan Mutu
harus independen satu terhadap yang lain.
b. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian
produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh
orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang
10
memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi
yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan
tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau
finansial.
c. Pelatihan
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil di dalam
area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik,
perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat
berdampak pada mutu produk.
Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan
berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannya
hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang
disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan pelatihan hendaklah disimpan.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area
di mana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area
penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pengunjung
atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area
produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan,
hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene
perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan
ketat.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Penentuan rancangan bangunan dan
penataan gedung dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kegiatan lain untuk
menjamin mutu obat dan kelangsungan produksi. Tata letak dan desain ruangan harus
dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadi kekeliruan, pencemaran
silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan
yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau
11
kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Syarat-syarat bangunan
dan fasilitas menurut CPOB adalah sebagai berikut:
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran
dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta
dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai,
hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran
tersebut.
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat
sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca,
banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang
pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian
binatang pengerat dan hama.
c. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan bila
perlu didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan
disinfeksi hendaklah disimpan.
d. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur
dan diperbaiki jika perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas
hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu
obat.
e. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat
agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau
terhadap ketepatan/ ketelitian fungsi dari peralatan.
f. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :
1) Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di
dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan
2) Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau
produk selain yang sedang diproses.
g. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang tidak
berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan
mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak
12
bekerja di area tersebut. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang
ditentukan:
1) Penerimaan bahan
2) Karantina barang masuk
3) Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas
4) Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk
5) Pengolahan
6) Pencucian peralatan
7) Penyimpanan peralatan
8) Penyimpanan produk ruahan
9) Pengemasan
10) Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir
11) Pengiriman produk
12) Laboratorium pengawasan mutu
h. Tingkat kebersihan ruang/ area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan
sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap
kelas kebersihan sesuai tabel di bawah ini:
Ukuran partikel kelas
Non operasional OperasionalJumlah maksimum partikel /m2 yang diperoleh
≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µmA 3.520 29 3.520 20B 3.520 29 352.000 2.900C 352.000 2900 3.520.000 2.900D 3.520.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkanE 3.520.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
Catatan: Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan
produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk
nonsteril.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,
ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu
obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan
pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan
debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
Syarat-syarat peralatan yang ditentukan CPOB adalah sebagai berikut:
13
a. Desain dan konstruksi
1) Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai
dengan tujuannya.
2) Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
3) Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah
sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal,
produk antara ataupun produk jadi.
4) Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan
hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang
tidak tepat.
5) Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah
dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis
yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
6) Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar
tidak menjadi sumber pencemaran.
7) Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada
produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh
bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat mempengaruhi mutu dan
berakibat buruk pada produk.
8) Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan
kimia atau yang ditempatkan di area dimana digunakan bahan mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosif serta
dibumikan dengan benar.
9) Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan.
10) Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan
hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan
metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut
hendaklah disimpan.
11) Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak
melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh
14
digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus
yang tidak melepaskan serat.
12) Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah
berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.
b. Pemasangan dan Penempatan
1) Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah resiko
kesalahan atau kontaminasi.
2) Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan
kecampurbauran produk.
3) Semua sabuk (belt) dan pulley mekanis terbuka hendaklah dilengkapi dengan
pengaman.
4) Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang
sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah
diberi penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.
5) Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas.
Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk
menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut
kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja.
6) Peralatan yang rusak, hendaklah dikeluarkan dari area produksi dan pengawasan
mutu, atau setidaknya diberi penandaan yang jelas.
c. Perawatan
1) Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
2) Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan resiko
terhadap mutu produk.
3) Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lain seperti cairan alat penguji
suhu hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses formal.
4) Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.
5) Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama, hendaklah
dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk,
kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut.
15
Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat
ditulis dalam catatan bets.
6) Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu
disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari
proses sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk termasuk produk
antara di luar spesifikasi resmi atau spesifikasi lain yang telah ditentukan.
7) Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk antara yang sama
secara berurutan atau secara kampanye. Peralatan hendaklah dibersihkan
dalam tenggang waktu yang sesuai untuk mencegah penumpukan dan sisa
kontaminan (misal: hasil urai atau tingkat mikroba yang melebihi batas).
8) Peralatan umum (tidak didedikasikan) hendaklah dibersihkan setelah
digunakan memproduksi produk yang berbeda untuk mencegah kontaminasi
silang.
9) Peralatan hendaklah diidentifikasi isi dan status kebersihannya dengan cara
yang baik.
10) Buku log untuk peralatan utama dan kritis hendaklah dibuat untuk pencatatan
validasi pembersihan dan pembersihan yang telah dilakukan termasuk tanggal
dan personil yang melakukan kegiatan tersebut.
5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan wadahnya, bahan pembersih dan
desinfeksi, serta segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi
dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Syarat-syarat sanitasi dan higiene yang
ditentukan CPOB adalah sebagai berikut:
a. Higiene Perorangan
1) Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya.
2) Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian
pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area
produksi, baik karyawan purna waktu, paruh waktu atau bukan karyawan yang
16
berada di area pabrik, misal karyawan kontraktor, pengunjung, anggota
manajemen senior dan inspektur.
3) Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keselamatan
personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan
sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap
pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah
tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi.
4) Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap
berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah
mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan
pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara
ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan.
Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara
luas selama sesi pelatihan.
5) Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat
direkrut. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban bagi industri agar tersedia
instruksi yang memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat
mempengaruhi mutu produk diberitahukan kepada manajemen industri.
Setelah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan
kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala. Petugas pemeriksa
visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala.
6) Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik.
Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua
personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah
memperhatikan tingkat higiene perorangan yang tinggi.
7) Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat
merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan
pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai kondisi personil
tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan resiko.
8) Semua personil hendaklah diperintahkan dan didorong untuk melaporkan
kepada atasan langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personil) yang
menurut penilaian mereka dapat merugikan produk.
17
9) Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan
bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas
primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.
10) Personil hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci
tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Maka
diperlukan pemasangan poster yang sesuai.
11) Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan
makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya
diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium,
area gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
b. Sanitasi Bangunan dan Fasilitas
1) Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan
dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik.
2) Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi
yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari area
pembuatan.
3) Hendaklah disediakan sarana yang memadai untuk penyimpanan pakaian
personil dan milik pribadinya di tempat yang tepat.
4) Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman hendaklah
dibatasi di area khusus, misalnya kantin. Sarana ini hendaklah memenuhi
standar saniter.
5) Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Sampah hendaklah dikumpulkan di
dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar
bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan mengindahkan
persyaratan saniter.
6) Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh
mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang
diproses atau produk jadi.
7) Hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida,
fungisida, agens fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis
tersebut hendaklah disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran terhadap
peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan pengemas dan label
18
atau produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah tidak
digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait.
8) Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk
sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode,
peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan
sarana dan bangunan. Prosedur tertulis terkait hendaklah dipatuhi.
9) Prosedur sanitasi hendaklah berlaku untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor atau karyawan sementara maupun karyawan purnawaktu selama
pekerjaan operasional biasa.
10) Segala praktik tidak higienis di area pembuatan atau area lain yang dapat
berdampak merugikan terhadap mutu produk, hendaklah dilarang.
11) Persyaratan khusus untuk pembuatan produk steril dicakup dalam Pembuatan
Produk Steril.
c. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan
1) Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun
bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan
disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets
sebelumnya telah dihilangkan.
2) Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.
Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan bila
mungkin dihindarkan karena menambah resiko pencemaran produk.
3) Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan
penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilaksanakan dalam ruangan yang
terpisah dari ruangan pengolahan.
4) Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi peralatan
serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah dibuat,
divalidasi dan ditaati. Prosedur ini hendaklah dirancang agar pencemaran
peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini
setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan, jadwal, metode,
peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode
pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan
untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Jika perlu, prosedur
19
juga meliputi sterilisasi peralatan, penghilangan identitas bets sebelumnya
serta perlindungan peralatan yang telah bersih terhadap pencemaran sebelum
digunakan.
5) Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi
sebelum penggunaan peralatan hendaklah disimpan secara benar.
6) Disinfektan dan deterjen hendaklah dipantau terhadap pencemaran mikroba;
enceran disinfektan dan deterjen hendaklah disimpan dalam wadah yang
sebelumnya telah dibersihkan dan hendaklah disimpan untuk jangka waktu
tertentu kecuali bila disterilkan.
7) Validasi Prosedur Pembersihan dan Sanitasi
a) Prosedur tertulis hendaklah ditetapkan untuk pembersihan alat dan
persetujuan untuk penggunaan bagi produksi obat, termasuk produk antara.
Prosedur pembersihan hendaklah rinci supaya operator dapat melakukan
pembersihan tiap jenis alat secara konsisten dan efektif. Prosedur
hendaklah mencantumkan:
- Penanggung jawab untuk pembersihan alat
- Jadwal pembersihan, termasuk sanitasi, bila perlu
- Deskripsi lengkap dari metode pembersihan dan bahan pembersih yang
digunakan termasuk pengenceran bahan pembersih yang digunakan
- Instruksi pembongkaran dan pemasangan kembali tiap bagian alat, bila
perlu, untuk memastikan pembersihan yang benar
- Instruksi untuk menghilangkan atau meniadakan identitas bets
sebelumnya
- Instruksi untuk melindungi alat yang sudah bersih terhadap
kontaminasi sebelum digunakan
- Inspeksi kebersihan alat segera sebelum digunakan; dan
- Menetapkan jangka waktu maksimum yang sesuai untuk pelaksanaan
pembersihan alat setelah selesai digunakan produksi
b) Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan
dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi
persyaratan.
c) Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan pelaksanaan tindakan serta
bila perlu kesimpulan yang dicapai untuk pembersihan dan sanitasi,
20
termasuk juga hal-hal tentang personel termasuk pelatihan, seragam kerja,
higiene, pemantauan lingkungan dan pengendalian hama.
6. Produksi
Produksi mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB,
yang menjamin senantiasa menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan
mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Persyaratan mutu
tersebut harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan dari :
a. Bahan Awal
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan melibatkan staf yang
mempunyai pengetahuan khusus yang menyeluruh perihal pemasok. Pembelian
bahan awal dari pemasok yang telah disetujui yang memenuhi spesifikasi yang
relevan langsung dari produsen. Disarankan spesifikasi yang ditetapkan oleh
pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan dengan pemasok. Sangat
menguntungkan bila semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut
sangat menguntungkan termasuk persyaratan penanganan, pemberian label dan
pengemasan, prosedur penanganan keluhan dan penolakan.
b. Validasi Proses
Studi validasi untuk memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah
dicatat.
c. Pencegahan Pencemaran Silang
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Resiko pencemaran silang ini dapat terjadi akibat tidak
terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk
yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja
operator. Tingkat resiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan
produk yang tercemar. Pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang
dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung
mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi
tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan
parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan/atau sediaan yang
diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
d. Sistem Penomoran Bets/ Lot
21
Tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/ lot dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/ lot produk antara, produk ruahan atau
produk jadi dapat diidentifikasi.
e. Penimbangan dan Penyerahan
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi
dan diperlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian
terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi, gudang, area
penyerahan, atau antar bagian produksi, merupakan hal yang sangat penting.
f. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan
benar dan direkonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
g. Operasi PengolahanProduk Antara Dan Produk Ruahan
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum
dipakai.
h. Bahan Dan Produk Kering
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang dapat
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perlu perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan
peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau
metode lain yang sesuai.
i. Pencampuran dan Granulasi
Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan sistem
pengendali debu, kecuali digunakan sistem tertutup. Parameter operasional yang
kritis (misal: waktu, kecepatan dan suhu) untuk tiap proses pencampuran,
pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum dalam dokumen produksi
induk, dan dipantau.
j. Prosedur terperinci diperlukan agar tidak terjadi kontaminasi pada proses:
1) Pencetakan Tablet
2) Penyalutan
3) Pengisian Kapsul Keras
22
4) Penandaan Tablet Salut dan Kapsul
5) Produk Cair, Krim Dan Salep (Nonsteril)
6) Produk steril
7) Bahan Pengemas
Pengadaan, penanganan, pengawasan bahan pengemas primer dan bahan
pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama
seperti terhadap bahan awal.
- Kegiatan Pengemasan
Pada umumnya, proses pengisian dan penutupan hendaklah segera disertai
dengan pemberian label. Maka diterapkan prosedur yang tepat untuk
memastikan agar tidak terjadi kecampurbauran atau salah pemberian label.
- Pengawasan Selama Proses
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis
yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang
harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan
sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses
produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk
dalam proses.
k. Bahan Dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan Bahan dan
produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan
terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut
hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau bila dianggap perlu, diolah
ulang atau dimusnahkan. Langkah-langkah yang diambil hendaklah lebih dulu
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.
l. Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi
persyaratan mutu, dengan cara penggabungan ke dalam bets lain dari produk
yang sama pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotorisasi sebelumnya.
Pemulihan ini hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan setelah dilakukan evaluasi terhadap resiko yang mungkin terjadi,
termasuk kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk. Pemulihan ini
hendaklah dicatat.
m. Karantina dan Penyerahan Produk Jadi
23
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan
ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan
ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan
produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang
ditentukan.
n. Catatan Pengendalian Pengiriman Obat
Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa sehingga
distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah
penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan.
o. Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan
dan Produk Jadi .
Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah resiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang
Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu mencakup
pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan
telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan
untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang
fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.
Bagian pengawasan mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab,
antara lain adalah:
a. membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu
b. menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk
c. memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk
d. memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk
e. mengikuti investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk, dll
24
Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis,
dan dicatat di mana perlu.
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi
diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB
dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah
dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan
yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, pada situasi khusus,
misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang
berulang. Dimana saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur
dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak
lanjut yang efektif. Persyaratan inspeksi diri berdasarkan CPOB:
a. Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan standar
persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan
mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:
1. Personalia
2. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil
3. Perawatan bangunan dan peralatan
4. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi
5. Peralatan
6. Pengolahan dan pengawasan selamaproses
7. Pengawasan Mutu
8. Dokumentasi
9. Sanitasi dan higiene
10. Program validasi dan revalidasi
11. Kalibrasi alat atau sistem pengukuran
12. Prosedur penarikan kembali obat jadi
13. Penanganan keluhan
14. Pengawasan label
15. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan
25
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program
yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip pemastian
mutu.
b. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personil
perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri
yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB.
Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
c. Inspeksi diri dapat dilaksanakan perbagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu)
kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur
inspeksi diri.
d. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup:
1) Semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi.
2) Saran untuk tindakan perbaikan.
3) Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat.
e. Hendaklah ada program penindak-lanjutan yang efektif. Manajemen perusahaan
hendaklah mengevaluasi baik laporan inspeksi diri maupun tindakan perbaikan
bila diperlukan.
f. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit
mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu
juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
g. Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung
jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok
yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
h. Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan
pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan ditinjau ulang.
i. Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan ke
dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan
riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, audit
26
tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar
CPOB.
j. Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara teratur.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan
Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk
menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari
peredaran secara cepat dan efektif.
Penanganan keluhan, penarikan kembali produk dan produk kembalian diatur
dalam CPOB sebagai berikut:
a. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan
dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai
untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan
seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk.
b. Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak
lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk,
dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat.
c. Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari
penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan
dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait.
d. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan
disebabkan oleh pemalsuan.
e. Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang
mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh
dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah dilibatkan dalam
pengkajian masalah tersebut.
f. Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain
juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari
bets yang cacat hendaklah diselidiki.
27
g. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan
mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup:
1) tindakan perbaikan bila diperlukan
2) penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan
3) tindakan lain yang tepat
h. Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal
yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian
dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.
i. Badan POM hendaklah diberitahukan apabila industri farmasi
mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan kesalahan
pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius
mengenai mutu produk.
j. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh
staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai
dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap
bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala
operasi penarikan kembali.
k. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan
dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali.
l. Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap
saat.
m. Pelaksanaan Penarikan Kembali
1) Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan
2) Pemakaian produk yang beresiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah
dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali
dengan segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat
konsumen
28
3) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi,
hendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan
secara cepat, efektif dan tuntas
4) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat
untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan
dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi
n. Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan kembali
produk hendaklah didokumentasikan dengan baik.
o. Otoritas pengawas obat negara ke mana produk didistribusikan hendaklah
diinformasikan segera apabila akan dilakukan penarikan kembali karena cacat
atau dugaan cacat.
p. Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personil yang
bertanggung jawab terhadap penarikan kembali. Catatan distribusi hendaklah
berisi informasi yang lengkap mengenai distributor dan pelanggan yang dipasok
secara langsung (dengan alamat, nomor telepon, dan/atau nomor fax pada saat
jam kerja dan di luar jam kerja, nomor bets dan jumlah yang dikirim), termasuk
distributor di luar negeri untuk produk yang diekspor dan sampel medis.
q. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan terpisah
di area yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut.
r. Perkembangan proses penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat laporan
akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang
ditemukan kembali.
s. Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari waktu
ke waktu.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.Dokumentasi yang
jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah
tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi
lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode
dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.
29
Berdasarkan CPOB dokumen yang diperlukan, yaitu:
a. Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi
yang disahkan dengan benar dan diberi tanggal, hendaklah juga tersedia
spesifikasi bagi produk antara dan produk ruahan.
Spesifikasi Bahan Awal
Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
1) Deskripsi bahan, termasuk:
- nama yang ditentukan dan kode produk internal
- rujukan monografi farmakope, bila ada
- pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan
- standar mikrobiologis, bila ada
2) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
3) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan
4) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan
5) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali
Spesifikasi Bahan Pengemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
1) deskripsi bahan, termasuk :
- nama yang ditentukan dan kode produk internal
- rujukan monografi farmakope, bila ada
- pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan
- standar mikrobiologis, bila ada
- spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna
2) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
3) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan
4) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan
5) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali
Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila
produk tersebut dibeli atau dikirim apabila data dari produk antara
digunakan untuk mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi hendaklah mirip
dengan spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai keperluan.
Spesifikasi Produk Jadi
30
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup:
1) Nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk)
2) Formula/komposisi atau rujukan
3) Deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk
ukuran kemasan
4) Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
5) Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan
6) Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan
7) Masa edar/simpan
b. Dokumen Produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
1) Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk
dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran
bets. Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah
mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama
penyusun dan bagiannya, nama pemeriksa serta daftar distribusi dokumen
dan berisi hal sebagai berikut:
a) informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas
primer yang harus digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai
stabilitas produk, tindakan pengamanan selama penyimpanan dan
tindakan pengamanan lain yang harus dilakukan selama pengolahan dan
pengemasan produk
b) komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu
sampel ukuran bets
c) daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang
akan mengalami perubahan selama proses
d) spesifikasi bahan awal
e) daftar lengkap bahan pengemas
f) spesifikasi bahan pengemas primer
g) prosedur pengolahan dan pengemasan
h) daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan
pengemasan
i) pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan
j) masa edar/simpan
31
2) Prosedur Produksi Induk, terdiri dari :
Prosedur Pengolahan Induk
Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah
tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur
Pengolahan Induk hendaklah mencakup:
a) nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada
spesifikasinya
b) deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets
c) daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan dengan
menyebutkan masing-masing jumlahnya, dinyatakan dengan
menggunakan nama dan kode produk yang khusus bagi bahan tersebut,
hendaklah dicantumkan apabila ada bahan yang hilang selama proses
d) pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas
penerimaan, dan bila perlu, tiap hasil antara yang relevan
e) pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang
harus digunakan
f) metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk
mempersiapkan peralatan kritis (misalnya pembersihan, perakitan,
kalibrasi, sterilisasi)
g) instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan
awal, urutan penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu)
h) instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas
penerimaannya
i) bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah,
pelabelan dan kondisi penyimpanan khusus, di mana perlu
j) semua tindakan khusus yang harus diperhatikan.
Prosedur Pengemasan Induk
Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah
tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis
kemasan. Dokumen ini umumnya mencakup, atau merujuk, pada hal
berikut:
a) nama produk
b) deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu
32
c) ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume
produk dalam wadah akhir
d) daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets
standar, termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor
referen yang berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas
e) di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak
yang relevan dan spesimen yang menunjukkan tempat untuk mencetak
nomor bets dan tanggal daluwarsa bets
f) tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara
cermat area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line
clearance) sebelum kegiatan dimulai
g) uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang
signifikan serta peralatan yang harus digunakan
h) pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel
dan batas penerimaan
3) Catatan Produksi Bets, terdiri dari :
Catatan Pengolahan Bets
Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengolahan Induk yang berlaku. Metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat. Selama pengolahan,
informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan
dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab
untuk kegiatan pengolahan :
a) nama produk
b) tanggal dan waktu dari permulaan, dari tahap antara yang signifikan
dan dari penyelesaian pengolahan
c) nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses
d) paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan,
di mana perlu, paraf personil yang memeriksa tiap kegiatan ini
(misalnya penimbangan)
33
e) nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap
bahan awal yang ditimbang atau diukur (termasuk nomor bets dan
jumlah bahan hasil pemulihan atau hasil pengolahan ulang yang
ditambahkan)
f) semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan
utama yang digunakan
g) catatan pengawasan selama-proses dan paraf personil yang
melaksanakan serta hasil yang diperoleh
h) jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan
penting
i) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya
dengan tanda tangan pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap
Prosedur Pengolahan Induk
Catatan Pengemasan Bets
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang
dikemas. Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari
Prosedur Pengemasan Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan
ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi.
Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi
yang direncanakan akan diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan
pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas
dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan
untuk pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai
untuk penggunaannya.
Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat
pada saat tiap tindakan dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan
diberi tanggal dan ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang
bertanggung jawab untuk kegiatan pengemasan:
a) nama produk
b) tanggal dan waktu tiap kegiatan pengemasan
c) nama personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
pengemasan
d) paraf operator dari berbagai langkah pengemasan yang signifikan
34
e) catatan pemeriksaan terhadap identitas dan konformitas dengan
Prosedur Pengemasan Induk (PPI) termasuk hasil pengawasan selama
proses
f) rincian kegiatan pengemasan yang dilakukan, termasuk referensi
peralatan dan jalur pengemasan yang digunakan
g) apabila dimungkinkan, sampel bahan pengemas cetak yang digunakan,
termasuk spesimen dari kodifikasi bets, pencetakan tanggal
kadaluwarsa serta semua pencetakan tambahan
h) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya
dengan tanda tangan pengesahan untuk semua penyimpangan terhadap
Prosedur Pengemasan Induk (PPI)
i) jumlah dan kode produk atau identifikasi dari semua bahan pengemas
cetak dan produk ruahan yang diserahkan, digunakan, dimusnahkan
atau dikembalikan ke stok dan jumlah produk yang diperoleh untuk
melakukan rekonsiliasi yang memadai
4) Prosedur dan Catatan
1. Penerimaan
Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan penerimaan, penandaan
karantina internal serta penyimpanan untuk tiap pengiriman tiap bahan
awal, bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak.
2. Pengambilan Sampel
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengambilan sampel yang
mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode
dan alat yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala
tindakan pengamanan yang harus diperhatikan untuk menghindarkan
kontaminasi terhadap bahan atau segala penurunan mutu.
3. Pengujian
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengujian bahan dan produk
yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan
alat yang harus digunakan. Pengujian yang dilaksanakan hendaklah
dicatat.
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
35
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan
secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Dalam
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak terdapat 3 komponen penting, yaitu:
a. Pemberi Kontrak
1. Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima
Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan
memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.
2. Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yang diperlukan
kepada Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara
benar sesuai izin edar dan persyaratan legal lain. Pemberi Kontrak hendaklah
memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami sepenuhnya masalah yang
berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau pengujian yang dapat
membahayakan gedung, peralatan, personil, bahan atau produk lain.
3. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang diproses
dan bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu)
b. Penerima Kontrak
1. Penerima Kontrak harus mempunyai gedung
dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang
kompeten untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak
dengan memuaskan. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat
dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang
diterbitkan oleh Badan POM.
2. Penerima Kontrak hendaklah memastikan
bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
3. Penerima Kontrak hendaklah tidak
mengalihkan pekerjaan atau pengujian apa pun yang dipercayakan
36
kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga, tanpa terlebih dahulu
dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak. Pengaturan antara Penerima
Kontrak dan pihak ketiga mana pun hendaklah memastikan bahwa informasi
pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara yang
sama seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak.
4. Penerima Kontrak hendaklah membatasi diri
dari segala aktifitas yang dapat berpengaruh buruk pada mutu produk yang
dibuat dan/atau dianalisis untuk Pemberi Kontrak.
c. Kontrak
1. Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang
berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek teknis
dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten yang
mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi farmasi, analisis
dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan pembuatan dan
analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak.
2. Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan
diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
3. Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan,
pengujian dan pelulusan bahan, produksi dan pengendalian mutu, termasuk
pengawasan selama proses, dan penanggung jawab pengambilan sampel dan
fungsi analisis. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, kontrak hendaklah
menyatakan apakah Penerima Kontrak mengambil atau tidak mengambil
sampel di sarana pembuat obat.
4. Catatan pembuatan, analisis dan distribusi, serta sampel pertinggal
hendaklah disimpan oleh, atau disediakan untuk, Pemberi Kontrak. Semua
catatan yang relevan untuk penilaian mutu produk, bila terjadi keluhan atau
cacat produk, harus dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur
penanganan produk cacat dan penarikan kembali obat yang dibuat oleh
Pemberi Kontrak.
37
5. Kontrak hendaklah memuat izin Pemberi Kontrak untuk menginspeksi
sarana Penerima Kontrak.
6. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, Penerima Kontrak hendaklah
memahami bahwa dia merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Badan POM.
7. Kontrak hendaklah menguraikan penanganan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara dan ruahan, dan produk jadi bila bahan atau produk tersebut
ditolak. Kontrak hendaklah juga menguraikan prosedur yang harus diikuti
bila analisis berdasarkan kontrak menunjukkan bahwa produk yang diuji
harus ditolak.
12. Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat
memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
Unsur-unsur kualifikasi dan validasi yang diatur CPOB, meliputi:
a. Perencanaan Validasi
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.
b. Dokumentasi
Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi
yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci
langkah kritis dan kriteria penerimaan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu
pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil
yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan
rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan
dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
c. Kualifikasi
1) Kualifikasi Desain (KD)
38
Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain hendaklah memenuhi
ketentuan CPOB dan didokumentasikan.
2) Kualifikasi Instalasi (KI)
Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan
peralatan baru atau yang dimodifikasi.
3) Kualifikasi Operasional (KO)
KO hendaklah dilakukan setelah KI selesai dilaksanakan, dikaji dan
disetujui.
4) Kualifikasi Kinerja (KK)
KK hendaklah dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan
disetujui.
5) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah
Operasional. Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi
parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat. Selain
itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif
serta prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan.
d. Validasi Proses
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi
prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan,
validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi
konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi
retrospektif).
Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan hendaklah telah terkualifikasi
dan metode analisis hendaklah divalidasi. Personil yang melakukan validasi
hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai. Fasilitas, sistem, peralatan dan
proses hendaklah dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa fasilitas,
sistem, peralatan dan proses tersebut masih bekerja dengan baik. Validasi proses
terdiri dari 3 macam, yaitu:
1) Validasi Prospektif
Secara umum, 3 (tiga) bets berurutan yang memenuhi parameter yang
disetujui dapat diterima telah memenuhi persyaratan validasi proses. Ukuran
bets yang digunakan dalam proses validasi hendaklah sama dengan ukuran
bets produksi yang direncanakan. Jika bets validasi akan dipasarkan, kondisi
39
pembuatannya hendaklah memenuhi ketentuan CPOB, hasil validasi tersebut
hendaklah memenuhi spesifikasi dan sesuai izin edar.
2) Validasi Konkuren
Dalam kondisi khusus, dimungkinkan tidak menyelesaikan program validasi
sebelum produksi rutin dilaksanakan. Keputusan untuk melakukan validasi
konkuren harus dijustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Persyaratan dokumentasi untuk
validasi konkuren sama seperti validasi prospektif.
3) Validasi Retrospektif
Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah
berjalan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk,
prosedur pembuatan atau peralatan.
e. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur
pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih
dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang
terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan
diverifikasi.
Hendaklah digunakan metode analisis tervalidasi yang memiliki kepekaan
untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-masing metode
analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran
yang dapat diterima.
Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya untuk permukaan
alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Hendaklah dipertimbangkan juga
untuk bagian alat yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Interval waktu
antara penggunaan alat dan pembersihan hendaklah divalidasi demikian juga
antara pembersihan dan penggunaan kembali. Hendaklah ditentukan metode dan
interval pembersihan.
Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang serupa, dapat
dipertimbangkan untuk memilih suatu rentang yang mewakili produk dan proses
yang serupa. Studi validasi tunggal dapat dilakukan menggunakan pendekatan
kondisi terburuk dengan memerhatikan isu kritis.
Validasi prosedur pembersihan hendaklah dilakukan tiga kali berurutan
dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa prosedur
40
pembersihan tersebut telah tervalidasi. ”Uji sampai bersih” (test until clean)
bukan merupakan pilihan untuk melakukan validasi prosedur pembersihan. Untuk
produk yang beracun atau berbahaya dalam keadaan tertentu dapat disimulasikan
dengan produk lain yang mempunyai sifat fisika-kimia yang sama
f. Pengendalian Perubahan
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil jika ada
usul perubahan terhadap bahan awal, komponen produk, peralatan proses,
lingkungan kerja pabrik, proses produksi atau pengujian ataupun perubahan
yang berpengaruh terhadap mutu atau reprodusibilitas proses. Prosedur
pengendalian perubahan hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup
untuk menunjukkan bahwa proses perubahan yang diperbaiki akan
menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Semua perubahan yang dapat memengaruhi mutu produk atau
reprodusibilitas proses hendaklah secara resmi diajukan, didokumen-tasikan dan
disetujui. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem dan peralatan
terhadap produk hendaklah dievaluasi, termasuk analisis resiko. Hendaklah
ditentukan kebutuhan dan cakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi
ulang.
6) Validasi Ulang
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan hendaklah
dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada
perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti
bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang
ditetapkan akan kebutuhan revalidasi. Validasi Metode Analisis bertujuan
validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaannya. Perlu dipertimbangkan tabel mengenai
karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap impuritas dan
prosedur penetapan kadar.
C. PENGOLAHAN LIMBAH
Semua sarana termasuk daerah produksi, laboratorium, gudang, dan daerah sekitar
gudang sebaiknya dijaga agar senantiasa dalam keadaaan bersih dan rapi. Saluran
41
pembuangan sebaiknya berukuran layak, memiliki bak kontrol, saluran yang terbuka dan
dangkal agar mudah dibersihkan. Sumber pencemaran limbah farmasi antara lain :
1. Limbah Padat
Sumber pencemaran limbah padat berasal dari debu atau serbuk obat dari sistem
pengendali debu (dust collector), obat rusak, obat kadaluarsa, obat sub standart
(reject), kertas, karton, plastik bekas, botol, dan aluminium foil. Adapun yang
menjadi tolak ukur dampak limbah padat Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No.50/MENLH/1995 tentang baku mutu tingkat kebauan lingkungan pabrik yang
bersih, tidak berbau, tidak ada limbah B-3, sampah tertata rapi. Upaya pengelolaan
limbah padat :
a. Sampah domestik dibuatkan tempat sampah
b. Sisa-sisa kertas, karton, plastik, dan aluminium foil dikumpulkan kemudian dijual
ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah)
c. Debu/sisa serbuk obat, obat rusak/kadaluarsa dibakar di insenerator
2. Limbah Cair
Sumber pencemaran limbah cair berasal dari bekas cucian peralatan produksi,
laboratorium, kamar mandi/WC, bekas reagensia di laboratorium dan lain-lain.
Dengan selalu dilakukan pemantauan kualitas badan air permukaan inlet dan outlet
saluran limbah, yang meliputi COD, BOD, pH, TSS, N total serta parameter lain
termasuk indicator biologis, mikrobiologi, dan kualitas bahan sungai sebelum dan
sesudah outlet IPAL. Upaya pengelolaan limbah cair :
a. Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah
1) Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum
2) Saluran dari kamar mandi/WC langsung dialirkan ke septic tank
3) Saluran dari tempat pencucian alat-alat/sisa produksi dan laboratorium
dialirkan IPAL
b. Membuat Instalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL)
c. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan β-laktam sebelum dicampur
dengan limbah non β-laktam, sebaiknya ditambahkan NaOH untuk memecah
cincin β-laktam.
3. Limbah Gas
42
Sumber pencemaran limbah gas/udara berasal dari debu selama proses produksi, uap
lemari asam di laboratorium, pelarut uap, proses film coating, asap dari pemanas uap
(steam boller), generator listrik dan incinerator. Adapun yang menjadi tolak ukur
dampak limbah gas adalah Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No.13/MENLH/1995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak. Pemantauan
kualitas udara didalam dan diluar lingkungan industri, meliputi H2S, NH3, SO2, CO,
NO2, TPS (debu), dan Pb.
Upaya pengelolaan limbah gas :
a. Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong asap ± 6 m yang
dilengkapi dengan absorbent
b. Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system)
c. Debu disekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust collector unit
d. Asap dari genset dan insenerator dibuat cerobong asap ± 6 m
43
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PT. GUARDIAN PHARMATAMA
PLANT CITEUREUP
A. PROFIL PT. GUARDIAN PHARMATAMA
PT. Guardian Pharmatama merupakan Industri Farmasi yang didirikan pada bulan
September 1992 menggantikan Industri Farmasi Hasto Husodo, Kantor pusat PT.
Guardian Pharmatama terletak di Komplek Green Ville Maisonette Blok FA 18-19
Jakarta 11510, sedangkan pabriknya terletak di Jalan pahlawan No 25 RT 04 RW 07
Desa Tarikolot dan karang Asem Timur Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.
B. IZIN INDUSTRI FARMASI DAN SERTIFIKAT CPOB
PT. Guardian Pharmatama yang beralamat di Jalan Pahlawan No. 25 RT 04 RW 07 Desa
Tarokolot dan karang Asem Timur Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor hingga saat
ini sedang mengajukan izin industry dari Kementrian Kesehatan RI dan juga sedang
mengajukan sertifikat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk bentuk sediaan
sebagai berikut :
Untuk Area PG 1 :
No Bentuk Sediaan
1 Tablet biasa dan tablet salut non antibiotik
2 Tablet biasa dan tablet salut antibiotic
3 Kapsul keras non antibiotic
4 Kapsul keras antibiotic
5 Cairan oral non antibiotic
6 Cairan oral anibiotik
7 Cairan obat luar non betalaktam
8 Semi solid non betalaktam
44
Untuk Area PG 2
9 Tablet biasa non antibiotic (supplemen makanan)
10 Dry syrup antibiotika non betalaktam
Juga rencana penggunaan fasilitas bersama untuk
11 Suplemen makanan bentuk sediaan cairan oral
12 Suplemen makanan bentuk sediaan kapsul keras
13 Suplemen makanan bentuk sediaan tablet biasa dan tablet salut
C. AKTIFITAS PRODUKSI LAINNYA
Selain untuk produksi obat, fasilitas produksi obat PT. Guardian Pharmatamajuga
mengajukan izin dari Badan POM RI untuk digunakan juga dalam memproduksi
suplemen makanan dalam bentuk kapsul keres, cairan oral, serta tablet biasa dan tablet
salut.
D. JENIS PRODUK
Sediaan yang diproduksi oleh PT. Guardian Pharmatama berupa sediaan non steril yaitu
a. Sediaan padat berupa tablet dan kapsul
b. Sediaan cair
c. Sediaan semi solid
d. Dry syrup antibiotic non betalaktam
Sediaan yang diproduksi oleh Toll Manufacturer, berupa :
a. Sediaan steril
Injeksi volume kecil dengan sterilisasi akhir
Injeksi volume besar dengan sterilisasi akhir
Serbuk injeksi
b. Sediaan khusus dan berbahaya
Sefalosporin
Betalaktam
E. VISI DAN MISI
1. Visi
45
“ To be dominant in the health care industry by providing significant satisfaction
to our consumers and stakeholders through professional management. “
“ Menjadi Industri farmasi yang mendominasi di bidang kesehatan dengan cara
memberikan kepuasan kepada konsumen dan seluruh pemilik modal melalui
manajemen yang profesional.”
2. Misi
“To provide a better health for life through:
1. Products niche and continous improvement.
2. Delivering quality products.
3. Establishing strategic alliances. “
“Untuk menyediakan kesehatan yang lebih baik bagi kehidupann melalui
1. Menghasilkan produk yang khas dan terus melakukan peningkatan.
2. Mengirim produk yang berkualitas.
3. Mengembangkan hubungan kerjasama yang strategis.”
F. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi di PT. Guardian Pharmatama dipimpin oleh seorang Plant
Manager, dalam tugasnya Plant Manager membawahi R&D Manager, QC Manager,
QA Manager, TSS Manager, Production Manager, Production Planning and Inventory
Control (PPIC) manager, Ware House Manager, Engineering manager. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing Departemen.
1. Departemen QA ( Quality Assurance)
Depaetemen QA (Quality Assurance) PT. Guardan Pharmatama dipimpin oleh
seorang QA Manager membawahi Assistant QA Manager dan membawahi
langsung Spv. Pharmacovigilance, Spv. Document Controller, dan Spv. Trend
evaluator. Assistant QA Manager membawahi Inspektor QA, Spv Regulatory QA
dan Spv. Sistem Manajemen Mutu Tugas QA (Quality Assurance) pada PT.
Guardian Pharmatama diantaranya adalah :
a. Pelulusan produk jadi
Departemen QA bertanggung jawab dalam proses pereleasan produk sebelum
didistribusikan. Sebelum bets diluluskan untuk direlease dibutuhkan
pengawasan terhadap kelengkapan dokumen dan investigasi terhadap seluruh
hasil formulasi dan analisa dari sediaan tersebut yang tercantum dalam batch
file. Setelah mendapat persetujuan release dari departemen QA pada nota PDN
46
(Product Delivery Note), maka produk jadi pun bisa didistribusikan.
b. Penanganan penyimpangan batch
Seluruh penyimpangan yang terjadi di semua departemen akan dilaporkan ke
Departemen QA. Penyimpangan tersebut akan dianalisis resiko yang
disebabkan oleh penyimpangan tersebut kemudian diputuskan tindakan
koreksi terbaik untuk mencegah terjadinya resiko tadi.
c. Penanganan barang kembalian, penarikan produk, dan keluhan produk.
1. Penanganan keluhan produk
Biasanya keluhan terhadap produk berasal dari dokter, apotek maupun
pasien. Keluhan tersebut bisa terhadap kualitas produk, efek yang
merugikan ataupun efek terapeutik dari produk tersebut. Keluhan produk
tersebut diterima oleh marketing yang kemudian disampaikan kepada
departemen QA, kemudian, Departemen R&D Analisa-Registrasi dan QC
akan menganalisis produk yang dikeluhkan tersebut. Setelah itu, QA akan
memberikan surat jawaban ke Marketing yang berisi alasan dan tindak
lanjut terhadap keluhan tersebut.
2. Penanganan produk kembaliaan
Produk dapat dikembalikan dan digantikan atau di-CN atau dengan batch
baru, akan tetapi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:
a. Produk dengan ED ± 1 bulan, misal produk tersebut ED-nya bulan
Agustus maka produk tersebut dapat diganti jika dilaporkannya antara
bulan Juli sampai September.
b. Kemasan produk masih tersegel terutama untuk sediaan liquid/semi
solid
c. Untuk kondisi khusus, seperti terjadi bencana, produk yang
mengalami kecacatan fisik, seperti pecah atau bocor, label tidak ada,
tidak ada penandaan tanggal kadaluarsa, penanganannya dapat berupa
repack atau penggantian barang.
3. Penarikan kembali obat.
Penarikan kembali obat bisa dilakukan oleh Badan POM dan pabrik itu
sendiri.Penarikan yang dilakukan oleh Badan POM disebabkan dari hasil
pemeriksaan yang Badan POM lakukan. Contohnya adalah jika obat
tersebut mempunyai dampak yang membahayakan bagi kesehatan ataupun
jika berdasarkan uji stabilitas on going pada waktu tertentu akan terjadi
47
perubahan pada sediaan yang dapat membahayakan bagi pasien yang
mengkonsumsi obat tersebut dan bisa juga karena produk tersebut sudah
sampai pada masa expired date-nya maka berdasarkan inisiatif industri
sendiri akan ditarik dari peredaran. QA akan segera memberitahukan pada
marketing untuk menarik produk tersebut. Produk yang ditarik kembali
dari peredaran akan dimusnahkan dan dibuat berita acaranya.
4. Pengkajian produk tahunan (PPT)
Produk tahunan yang akan dikaji hanya untuk produk yang minimal
diproduksi 3 batch dalam tahun tersebut. Pengkajian tersebut meliputi
bahan baku, bahan kemas, sistem HVAC, pengawasan mutu, produksi,
pemantauan lingkungan, pengendalian perubahan, stabilitas, evaluasi
keluhan produk dan barang kembalian serta rekomendasi tindak lanjut.
Produk yang dikaji akan dimasukkan dalam laporan pengkajian produk
tahunan.
5. Penanganan Batchfile
Batch file merupakan suatu dokumen yang berisi seluruh rekaman proses
pembuatan suatu batch produk. Batch file dibuat oleh departemen
Research and Development (R&D) Formulasi yang kemudian diisi oleh
departemen Produksi, QC Bahan Awal dan QC Bahan Kemas. Batch file
akan disimpan sampai dengan bulan expired date tiap produk yang
ditambah 2 tahun dari bulan expired datenya. Batch file yang telah
melewati masa simpannya akan dimusnahkan dan dibuat berita acaranya.
6. Document Controller
Bertugas untuk mengatur distribusi Protap dan KTP (Kontrol Tehadap
Perubahan) dari tiap-tiap departemen. Distribusi protap dilakukan dengan
cara manual dan komputerisasi. Protap yang akan didistribusikan pada
setiap departemen diberikan cap controlled copy yang artinya tidak boleh
diperbanyak sembarangan. Protap berlaku selama 3 tahun kecuali ada
perubahan. Departemen QA akan mendata protap yang masa berlakunya
akan habis setiap bulan, kemudian Departemen QA akan mengirimkan
reminder ke departemen terkait. Semua perubahan harus ada KTPnya
seperti perubahan desain bahan kemas yang dapat mempengaruhi
registrasi yang berubah.
48
2. Departemen TSS ( Technical Support Services)
Departemen TSS (Technical Support Services) merupakan departemen pecahan
dari departemen QA (Quality Assurance). TSS dipimpin oleh Manager TSS yang
membawahi dua assisten manager yaitu Asisten Validasi dan Stabilitas Manager
serta Asisten GMP compliance. Tanggung jawab dan wewenang dari setiap
assistan manager berbeda-beda. Asisten Manager Validasi dan Stabilitas
membawahi Supervisor Validasi Proses dan Supervisor Validasi Pembersihan &
Stabilitas, masing-masing Supervisor membawahi dua orang analis. Supervisor
Validasi Proses membawahi analis validasi proses. Tugas Asisten Manager
Validasi dan Stabilitas diantaranya:
a) Validasi
TSS hanya menangani validasi proses dan validasi pembersihan, sedangkan
validasi metoda analisis dilakukan oleh bagian R&D An-Reg.
i. Validasi Proses
Validasi proses adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa
proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat
terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk
antara dan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pelaksanaan validasi proses
dibutuhkan suatu protokol validasi proses agar validasi yang dilakukan
dapat terjamin. Protokol validasi proses merupakan dokumen yang
menguraikan metode kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka
validasi suatu sistem atau proses, termasuk metode pengujian dan kriteria
penerimaan atas hasil validasi dengan kata lain protokol merupakan
dokumen kunci bagaimana validasi proses akan dilaksanakan. PT.
Guardian Pharmatama secara konsisten melakukan validasi ulang setiap 5
tahun sekali, namun jika terjadi perubahan seperti perubahan cara kerja
dan mesin yang digunakan pada proses pengolahan obat, perubahan
produsen bahan aktif dan bahan tambahan yang digunakan, perubahan
besar batchsize ≥ 10 kali dari batch sebelumnya, perubahan terhadap
parameter/spesifikasi obat serta perubahan komposisi formula maka
produk tersebut harus segera dilakukan revalidasi, sesuai pedoman yang
termuat dalam protokol revalidasi proses. Hal tersebut dilakukan untuk
49
memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memberikan khasiat
dan mutu yang konsisten. Validasi proses yang dilakukan mulai dari
proses pengolahan sampai proses pengemasan. Validasi proses
pengolahan merupakan tindakan pembuktian bahwa dengan prosedur
pengolahan yang digunakan akan senantiasa menghasilkan obat yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Pendekatan validasi yang digunakan adalah validasi konkuren dan
retrospektif.
ii. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan dilakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa
pembersihan yang dilakukan sudah sesuai dengan spesifikasi atau
tervalidasi. Validasi ini dilakukan setelah proses produksi selesai
dilaksanakan. Setiap alat memiliki product marker karena tidak semua
produk diuji. Parameter yang digunakan untuk memilih product marker
diantaranya adalah produk yang paling sulit dibersihkan, produk yang
paling toksik, kelarutan dalam air atau alkohol, zat aktif dengan dosis
kecil, produk yang paling sering diproduksi. Residu yang dianalisa yaitu
residu zat aktif dan adanya mikrobiologi (bakteri dan jamur).Penentuan
residu zat aktif dapat dilakukan secara fisik (visual) dan kimia
(HPLC).Selain penentuan residu zat aktif juga dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi. Sampel yang biasanya digunakan adalah:
i. Air bilasan: bilasan terakhir dengan menggunakan purified water. Air
bilasan tersebut diambil untuk di cek residu dengan HPLC dan Total
Organic Carbon (TOC)
ii. Usapan (swab): pada beberapa bagian alat yang sulit untuk
dibersihkan diusap dengan kapas pada area 5x5 cm. Hasil yang
didapatkan kemudian dikonversikan dengan keadaan (luas mesin)
yang sebenarnya. Pendekatan validasi yang digunakan untuk validasi
pembersihan adalah validasi konkuren.Validasi minimal dilakukan
terhadap 3 batch. Jika hasil validasi tidak memenuhi syarat, validasi
dapat diulang kembali. Jika hasil ulangan tersebut juga tidak
memenuhi syarat maka dapat diusulkan perubahan pada proses
pembersihan. Kriteria penerimaan proses pembersihan untuk mikroba
yaitu < 100 koloni/swab dan untuk jamur < 10 koloni/swab. Jika
50
prosedur pembersihan berubah, maka akan dilakukan revalidasi
pembersihan.
b) Stabilitas
Uji stabilitas untuk produk baru dilakukan oleh R&D analisa (2 batch pertama)
sampai dengan 24 bulan, selanjutnya dilakukan oleh TSS. Uji stabilitas yang
dilakukan oleh TSS meliputi stabilitas produk rework dan produk telah
dipasarkan (existing) serta produk existing dengan perubahan. Uji stabilitas
dari produk existing masing-masing produk diambil 1 batch pertahunnya.
Interval analisanya yaitu 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan, 48 bulan sampai ED+1
tahun dengan maksimal analisis 5 tahun namun jika produk memiliki ED 5
tahun berarti analisa hanya sampai 5 tahun. Khusus untuk produk rework,
interval analisa diperketat menjadi tiap 6 bulan karena produk tersebut
diluluskan untuk release dengan pengecualian. Kondisi untuk uji stabilitas
dilakukan disuhu 30ºC ± 2ºC, kelembaban 75% ± 5% dalam climatic chamber.
Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran produk yang sudah ada di
pasaran, memastikan produk yang ada di pasaran masih memenuhi syarat
sampai dengan waktu expired date dan dapat juga untuk memperpanjang
expired date untuk produk selanjutnya. TSS juga melakukan uji stabilitas post
market di mana sampel diambil langsung dari apotek oleh pihak marketing.
Uji stabilitas ini dilakukan untuk beberapa produk yang mengalami masalah di
stabilitas on going..
Assistant Manager GMP Compliance membawahi Supervisor GMP
Compliance yang membawahi inspektor GMP Compliance. Assistant Manager
GMP Compliance memiliki 4 tugas utama:
a. Kalibrasi dan kualifikasi
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membandingkan antara hasil pengukuran yang ada dengan standar.Standar
yang digunakan juga harus tertelusur dan memiliki alur penelusuran
kalibrasi alat yang berada pada lampiran. Kalibrasi dilakukan bagi alat
yang memiliki parameter ukur. Tujuan dari dilakukannya kalibrasi adalah
untuk menjaga kinerja dari alat tersebut. Biasanya kalibrasi dilakukan
setiap 6 bulan, tapi untuk alat-alat tertentu bisa lebih sering karena sering
digunakan, ataupun bisa lebih jarang dikalibrasi. Kalibrasi dapat dibagi 2,
yaitu kalibrasi internal (kalibrasi yang dilakukan oleh pihak dalam pabrik
51
yang telah mendapatkan pelatihan kalibrasi) menggunakan kalibrator yang
telah terkalibrasi dan tertelusur, serta kalibrasi eksternal (dilakukan oleh
laboratorium yang telah terakreditasi, contohnya; HPLC,
Spektrofotometer, timbangan, jangka sorong, dll). Proses kalibrasi
termasuk dalam dokumen kualifikasi operasional yang merupakan
persyaratan CPOB. Dalam laporan kalibrasi, harus dicantumkan standar
apa yang digunakan terakhir kali dan kapan terakhir dikalibrasi sehingga
dapat tertelusur.
TSS melakukan kualifikasi dalam hal perencanaan, penjadwalan,
persetujuan protokol dan laporan kualifikasi serta rekualifikasi.Sedangkan
pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing departemen yang
bersangkutan. Tahapan kualifikasi yang dilakukan adalah :
a) Kualifikasi design
Kualifikasi yang dilakukan sebelum pembelian alat.
b) Kualifikasi instalasi
Kualifikasi yang dilakukan ketika alat baru dating dan akan dilakukan
pemasangan.
c) Kualifikasi operasional
Kualifikasi yang dilakukan untuk melihat apakah alat tersebut dapat
berjalan dengan bener. Pada kualifikasi operasional, biasanya
dilakukan dalam kondisi ekstrim seperti contoh ketika alat tiba-tiba
dimatikan, apakah masih dapat berjalan dengan baik atau tidak.
d) Kualifikasi kinerja
Kualifikasi ini dilakukan dengan melihat hasil dari alat tersebut
apakah hasilnya sesuai dengan ekspektasi.
Selain terhadap peralatan, kualifikasi juga dilakukan terhadap sarana
penunjang lainnya, yaitu:
a. Sistem tata udara (HVAC)
Kualifikasi kinerja HVAC meliputi parameter suhu, kelembaban
relatif, pertukaran udara. Perbedaan tekanan antara ruang produksi
dan ruang penyangga serta jumlah partikel di udara. Untuk memantau
efektifitas kinerja, juga dilakukan pemeriksaan berkala, yaitu:
i. Pemeriksaan suhu dan RH yang dilakukan setiap hari
52
ii. Pemeriksaan perbedaan tekanan udara dan pertukaran udara
dilakukan setiap bulan
iii. Pemeriksaan bahan cemaran dilakukan setiap enam bulan.
b. Sistem pengolahan air
c. Sistem udara bertekanan (compressed air)
b. Mengadakan pelatihan bagi karyawan
Bertugas untuk membuat jadwal pelatihan bagi karyawan setiap akhir
tahun.Tiap bulan dilaksanakan realisasi pelatihan bekerjasama dengan
HRD. Departemen yang ingin melakukan pelatihan bagi karyawannya
dapat menulis pada surat yang diedarkan oleh TSS setiap akhir tahun.
Pelatihan untuk karyawan dapat dilakukan sendiri oleh bagian pihak
internal pabrik dan bisa trainner dari luar yang di datangkan ke pabrik.
c. Pengendalian perubahan
Pengendalian perubahan terutama berhubungan dengan mutu produk baik
langsung maupun tidak langsung. Departemen yang ingin melakukan
perubahan mengisi form KTP (Kontrol Terhadap Perubahan) yang berisi
perubahan yang dilakukan, alasan perubahan beserta dampak perubahan.
Kemudian diedarkan ke semua departemen yang terkait untuk minta
persetujuan perubahan. Siapapun yang mengusulkan perubahan akan
membuat KTP kemudian nanti akan dievaluasi. Jika disetujui maka
perubahan dapat dilakukan dan apabila sudah disetujui maka acuan yang
digunakan selanjutnya untuk proses kegiatan mengikuti hasil perubahan
tersebut.
d. Sertifikasi
Sertifikasi disini merupakan jalur untuk mendapatkan sertifikat CPOB dan
izin industri. Tahapan dari sertifikasi adalah :
a. Izin prinsip yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan sejalan
dengan RIP (Rancangan Induk Pembangunan) yang disetujui oleh
BPOM. Jika sudah disetujui maka baru diperbolehkan membangun
b. Pembangunan selama tiga bulan harus dilaporkan
c. Setelah jadi, siapkan sarana penunjang. Contoh: HVAC, air, udara
bertekanan, boiller, dan sarana yang dipersyaratkan oleh BPOM
d. Mengajukan untuk sertifikat CPOB
53
3. Departemen Researrch and Development (R&D)
A. Researrch and Development Formulasi
Research and Development Formulasi dikepalai oleh seorang Manager R&D
formulasi dan membawahi seorang Manager formulation, asisten Manager
produk baru solid dan produk BABE, empat orang supervisor formulasi
untuk produk baru dan dua orang supervisor formulasi untuk produk existing,
serta seorang asisten Manager packaging development. R&D formulasi
memiliki tanggung jawab dalam memastikan produk memenuhi spesifikasi
dari parameter yang digunakan yaitu efficacy (manfaat), quality (kualitas),
safety (keamanan), dan consumen satisfaction (kepuasan pelanggan).
Tanggung jawab lainnya adalah menerapkan CPOB yang berlaku saat ini. Di
PT. Guardian Pharmatama terdapat tiga bagian formulasi yaitu:
(1) Bagian Formulasi Produk Baru
Formulasi produk baru merupakan suatu trial atau pengembangan
obat baru yang diterima berdasarkan forecast marketing mengacu pada
kebutuhan masyarakat pada saat itu yang belum pernah diedarkan oleh
PT. Guardian Pharmatama. Produk baru akan dibuat berdasarkan dari
instruksi atau usulan produk baru yang belum diedarkan oleh PT
Guardian Pharmatama dari marketing PT Guardian Pharmatama kepada
plant Manager, selanjutnya ke R&D Manager Formulasi dan R&D
bagian analisa dan registrasi.Departemen R&D Formulasi akan mencari
formula yang tepat dengan cara studi literatur, studi produk innovator
yang memiliki bahan aktif yang sama kemudian menyusun estimasi
formula baha baku & bahan kemas kemudian akan dikirimkan kepada
finance untuk dilihat estimasi harga produksi produknya Setelah
perkiraan formula dan kemasan yang akan dipakai disetujui,
pengembangan produk baru dapat dilakukan. Kemudian R&D analisa
dan registrasi akan melakukan pemeriksaan bahan aktif yang akan
dipakai, apabila sudah direlease akan dipakai untuk formulasi.
Selanjutnya R&D formulasi akan melakukan trial skala laboratorium dan
formula yang diperoleh dari hasil studi literatur. Sampel trial skala
laboratorium yang telah memenuhi persyaratan fisik dilanjutkan ke
bagian analisa untuk diperiksa secara kimia, seperti kadar dan
disolusinya. Formula hasil trial skala laboratorium yang telah memenuhi
54
persyaratan fisik dan kmia, dilanjutkan untuk trial skala pilot dengan
jumlah sampel trial lebih banyak, yaitu 1/10 dari batch-size produksi.
Jumlah batch trial pilot adalah minimal 2 batch. Pada setiap tahap skala
pilot produk harus dianalisis terlebih dahulu oleh R&D analisa. Bulk
pada skala pilot dengan jumlah ukurannya adalah 10% dari batch size
produksi dan dilakukan dua kali atau secara duplo. Setelah skala pilot
memenuhi spesifikasi fisik dan kimia sampel akan dikirimkan ke
marketing untuk persetujuan bentuk, warna dan kemasan. Kemudian
dilanjutkan dengan uji stabilitas oleh bagian R&D analisa dan registrasi,
selanjutnya mulai membuat registrasi. Setelah mendapat nomor
registrasi, dilakukan proses produksi.
(2) Bagian Formulasi Produk existing
Formulasi produk existing adalah tahapan formulasi terhadap produk
yang sudah mempunyai NIE (Nomor izin edar) yang artinya sudah
diedarkan dan memiliki perubahan seperti pembesaran batch, perubahan
bahan baku, perubahan mesin, serta memperbaiki kualitas produk seperti
perbaikan disolusi. Usulan pengembangan terhadap produk existing
dapat muncul dari Departemen Produksi jika ada mesin yang diganti,
QA, QC, marketing maupun purchasing. Pada bagian ini akan dilakukan
tahapan studi literatur tapi tidak dari awal dan kemudian dilakukan trial
laboratorium, kemudian ke tahap pilot produksi lalu dilakukan stabilitas
dan jika hasilnya memenuhi syarat akan dilanjutkan pada registrasi
untuk diajukan registrasi variasi.
(3) Bagian Packaging Development
Bagian ini bertugas untuk mengkoordinasikan sirkulasi desain kemasan
yang diterima dari marketing. Desain kemasannya bisa untuk produk
baru, produk existing yang mengalami perubahan jenis bahan kemas
ataupun produk yang mengalami perpindahan mesin seperti perubahan
sealing roll pada mesin stripping, memeriksa desain bahan pengemas
yang akan dibuat meliputi desain untuk produk baru dan desain untuk
produk existing yang mengalami perubahan bahan pengemas dari
marketing. Pemeriksaan meliputi ukuran bahan pengemas, jenis material
bahan kemas, redaksi, tata letak, nomor registrasi, nomor kode dan
spesifikasi bahan pengemas dengan mengacu pada protap-protap yang
55
ada. Desain kemasan yang telah disetujui oleh departemen terkait yaitu
produksi, QC bahan kemas, registrasi, QA, plant manager dan
marketing, kemudian diteruskan ke purchasing untuk pemesanan
material bahan kemas.
Bagian Packaging Development juga bertanggung jawab untuk
menyiapkan FKB (formula pengemasan) dan PAD (Packaging
Direction) yang akan digunakan untuk keperluan produksi. FKB, PAD
harus disetujui oleh Departemen Produksi, QA, QC Bahan Kemas dan
plant manager.
B. Research and development Analisa dan Registrasi
1. Sub Departement Reasearch and Development Registrasi
Registrasi atau pendaftaran obat dilakukan untuk memperoleh nomor
izin edar.Izin edar tersebut berlaku selama jangka waktu 5 tahun.Bila
masa izin edar tersebut habis maka industri farmasi harus mendaftarkan
ulang izin edar dari produk tersebut. Berdasarkan peraturan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011, registrasi obat terdiri atas:
a. Registrasi baru
i. Kategori 1 : untuk obat baru, produk biologi, termasuk produk
biologi sejenis
ii. Kategori2 : obat copy
iii. Kategori3 : sediaan lain yang belum mengandung obat
b. Registrasi variasi
i. Kategori4 : variasi mayor
ii. Kategori5 : variasi minor yang memerlukan persetujuan
iii. Kategori6 : variasi minor dengan notifikasi
c. Registrasi ulang
Kategori7 : registrasi ulang
Obat yang mendapat izin edar harus memenuhi kriteria berikut:
(1) Khasiatnya pasti dan keamanannya memadai dibuktikan melalui
uji non klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan
status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
(2) Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi
sesuai cara pembuatan obat yang baik (CPOB), spesifikasi dan
56
metode analisis terhadap semua bahan yang digunakan serta
produk jadi dengan bukti yang sahih.
(3) Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap,
objektif dan tidak menyesatkan yang dapat menjamin
penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman.
(4) Sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
(5) Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan
dibandingkan dengan obat yang telah disetujui beredar di
Indonesia. Dan untuk kontrasepsi atau obat lain yang digunakan
dalam program nasional dapat dipersyaratkan uji klinik di
Indonesia.
Registrasi obat produksi dalam negeri dilakukan oleh pendaftar yang
harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin industri farmasi dan
memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan yang diregistrasi. Proses registrasi dimulai dengan
pendaftar mengajukan permohonan pra registrasi secara online (untuk
obat copy) atau secara tertulis kepada BPOM dengan tujuan untuk
menentukan jalur registrasi. Kepala Badan POM memberikan Hasil Pra
Registrasi (HPR). HPR berlaku selama satu tahun sejak tanggal
dikeluarkan. Setelah itu, kemudian baru dilakukan proses registrasi
dengan menyusun dan melengkapi dokumen registrasi.
BPOM akan memberikan suatu surat yaitu approvable letter.
Approvable letter adalah surat yang berisikan informasi NIE (nomor izin
edar) yang akan dicantumkan pada kemasan produk. Kemudian pihak
industri farmasi menyiapkan diri untuk produksi, dengan kemasan sudah
mencantumkan NIE. Jika industry farmasi sudah siap untuk produksi,
maka dilakukan konfirmasi terhadap BPOM untuk dilakukan audit in
situ. BPOM akan memeriksa langsung kesesuaian dalam proses produksi
obat tersebut dengan dokumen yang sudah dikumpulkan, dari awal yaitu
formulasi, raw data, hingga log book diperiksa. Jika ada penyimpangan,
maka BPOM akan meminta surat klarifikasi terhadap penyimpangan
tersebut. Jika semua proses sudah selesai, BPOM akan mengeluarkan
surat dari hasil inspeksinya. Jika dibutuhkan penambahan data maka
57
BPOM akan memberikan surat permintaan tambahan. Dokumen
registrasi terdiri dari:
a. Bagian I : Dokumen administratif, informasi produk dan penandaan
b. Bagian II : Dokumen mutu
c. Bagian III : Dokumen non klinik (untuk obat baru)
d. Bagian IV : Dokumen klinik (untuk obat baru)
Jika dokumen registrasi memenuhi syarat pendaftaran obat maka
BPOM akan memberikan nomor izin edar. Tahap registrasi dapat selesai
dalam jangka waktu 1-2 tahun. Izin edar terdiri dari 15 digit yaitu:
a. 1 Digit I : Obat dagang (D) atau generik (G)
b. 1 Digit II : Bebas (B), bebas terbatas (T), keras (K), narkotika (N),
psikotropika (P)
c. 1 Digit III : Lokal (L), ekspor (E), atau impor (I)
d. 2 digit IV dan V : periode tahun pendaftaran
e. 3 digit VI, VII, VIII : nomor urut pabrik yang disetujui masing-
masing pabrik (antara 100-1000)
f. 3 digit IX, X, XI : nomor urut obat yang disetujui masing-masing
pabrik
g. 2 digit XII dan XIII : Macam bentuk sediaan yang ada.
h. 1 digit XIV : urutan kekuatan dosis (contoh A untuk kekuatan
sediaan obat yang pertama disetujui dan B untuk kekuatan sediaan
yang kedua disetujui)
i. 1 digit XV : urutan kemasan yang didaftarkan (contoh 1 untuk
kemasan utama dan 2 untuk kemasan beda kemasan pertama).
2. Sub Departement Reasearch and Development Analisa
Manager R&D analisa membawahi lima orang supervisor, yaitu
supervisor trial produk jadi, supervisor trial bahan baku, supervisor
validasi bahan baku, supervisor stabilitas dan supervisor validasi produk
jadi. Supervisor tersebut masing-masing membawahi analis. Sub
departemen R&D analisa menerima free sampel dari Departemen
purchasing, kemudian dilakukan analisa terhadap sampel bahan baku
tersebut. Kemudian setelah melakukan analisa, R&D analisa
membuatkan rating manufacturer tersebut berdasarkan analisa bahan
58
baku. Rating tersebut dibuat berdasarkan kualitas dari bahan baku itu
sendiri serta hasil pembandingan hasil analisa dengan sertifikat analisis
(CoA). Rating tersebut akan masuk ke departemen terkait yang
kemudian akan ditentukan bahan baku yang dipilih. Jika sudah
ditentukan bahan bakunya akan dilakukan trial oleh R&D formulasi
nanti sediaan yang sudah dibuat oleh R&D formulasi akan masuk ke
R&D analisis dan registrasi.
Pengembangan metode analisa menjadi tugas dari supervisor
produk jadi. Pengembangan dilakukan dengan mengacu kepada literatur
resmi seperti USP, BP, EP, CP Jurnal, literatur lainnya, dan dari COA
bahan tersebut. Setelah trial dan error terhadap metode analisa
dilakukan, metode tersebut disimpan dulu sampai mencapai trial pilot
pada tahap produksi karena nanti sampelnya akan masuk kembali ke
R&D analisis dan registrasi. Kemudian metode tersebut akan divalidasi
meliputi persyaratan validasi pada CPOB dengan batch formula skala
pilot. Metode analisa yang telah divalidasi akan disusun dengan nomor
protap R&D dan didistribusikan ke laboratorium QC. Pada batch
pertama skala produksi, R&D analisa akan melakukan transfer metode
analisa ke laboratorium QC. Transfer metode meliputi pelatihan teknis
ke Departemen QC mengenai tahapan analisa dan verifikasi metode
antara laboratorium R&D dan laboratorium QC. Pada trial skala pilot
dan 3 batch pertama produksi, sampel produk jadi diambil untuk uji
stabilitas dipercepat pada suhu 40°C ± 1°C dan RH 75% ± 5% selama 6
bulan. Sedangkan uji stabilitas real time pada suhu 30°C ± 1°C dan RH
75% ± 5% minimal 2 (dua) tahun. Data yang diperoleh lewat uji
stabilitas tersebut digunakan sebagai data dalam menentukan expire date
(ED).
4. Departemen Quality Control Bahan Awal, Produk Jadi dan IPC
Departemen QC merupakan suatu departemen yang melakukan kontrol atau
pengawasa terhadap mutu suatu produk. Departemen QC terbagi menjadi dua
bagian, yakni QC bahan awal dan IPC serta bahan kemas.
A. Quality Control Bahan Awal
59
Departemen ini terdiri dari bagian bahan awal dan IPC. Untuk QC bahan
awal memeriksa dari bahan awal berupa zat aktif, zat tambahan, air, dan
limbah. Untuk bahan baku zat aktif dan zat tambahan yang baru datang akan
diterima dan diperiksa oleh pihak gudang (warehouse). Pihak gudang akan
memeriksa kelengkapan dokumen, antara lain berupa surat jalan, Purchasing
Order (PO), sertifikat analisis bahan (CoA) dari bahan awal tersebut serta
tampilan fisik atau kemasan luar, kesesuaian label dengan bahan, kesesuaian
dengan expired date dan kondisi bahan awal. Bila kelengkapan dokumen
telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah memenuhi syarat, maka
gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan Barang). BPB yang terdiri
dari 4 rangkap ini, setelah dikembalikan oleh QC akan didistribusikan ke
berbagai Departemen lainnya seperti QC, Warehouse, finance dan lain-lain.
Departemen QC akan melakukan analisa sementara Departemen Warehouse
akan menentukan nomor kontrol untuk setiap bahan awal. Pada nomor
kontrol terdapat kode RA (Raw Active) untuk zat aktif dan RT (Raw
Tambahan) untuk eksipien. Nomor kontrol itu sendiri merupakan urutan
bahan yang datang pada bulan tersebut. Setelah bahan awal dianalisa dan
mendapatkan status dari departemen QC, maka rangkap ketiga dari BPB
akan diberikan kepada departemen QC sedangkan 3 rangkap lainnya
dikembalikan ke Warehouse.
Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara BPB dengan
label bahan awal, kesesuaian antara CoA dengan label bahan awal dan
kesesuaian antara CoA yang datang dengan CoA pada kedatangan
sebelumnya. Data-data tersebut kemudian didokumentasikan pada form
checklist kedatangan barang. Jika disetujui, maka QC bahan awal
mengeluarkan form pengambilan sampel.
Bila dokumen yang telah lengkap tersebut diterima dan disetujui, maka
pihak QC akan melakukan analisa mutu terhadap bahan tersebut. Jika
terdapat temuan, maka pihak QC bahan awal membuat surat keluhan yang
akan diberikan kepada departemen purchasing yang nantinya akan diteruskan
ke pihak supplier. Pihak supplier memiliki kewajiban untuk memberikan
tanggapan atau jawaban terhadap surat tersebut dan berdasarkan jawaban
tersebut dapat diterima atau tidak oleh pihak QC. Follow up kepada pihak
60
supplier dilakukan setiap awal minggu. Penyimpangan didokumentasikan
sebagai resume untuk masing-masing supplier nantinya.
Sampel yang diambil oleh pihak QC bahan awal digunakan untuk
analisis kimia dan analisis mikro (pada bahan awal tertentu). Jumlah
sampling ditentukan berdasarkan:
1) Pola n
Pola ini digunakan untuk bahan baku existing atau hanya jika bahan
yang akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari
pemasok yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari
wadah namun umumnya pada bagian atas, dimana rumus pola n sebagai
berikut.
N = 1 + √n
dimana N adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil; n adalah jumlah
wadah yang diterima. Apabila n ≤4 maka sampel diambil tiap wadah.
2) Pola p
digunakan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui
dan tujuan utama adalah pengujian identitas. Rumusnya yaitu:
P = 0,4 √n
dimana P adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan
pembulatan keatas; n adalah jumlah wadah yang diterima.
3) Pola r
digunakan untuk bahan yang diperkirakan tidak homogen dan/atau
diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan
untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. Rumusnya
yaitu:
R = 1,5 √n
dimana R adalah jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan
pembulatan ke atas; n adalah jumlah wadah yang diterima/dambil
sampel. Analisa kimia yang dilakukan terdiri dari analisa secara manual
seperti titrasi dan analisis dengan menggunakan instrument analisis
seperti HPLC atau spektrofotomeri. Pengujian ulang (retest) dilakukan
pada sampel dengan mengacu kepada surat/ keterangan dari pemasok
bahan awal yang bersangkutan. Untuk bahan awal yang dibutuhkan oleh
produk yang diproduksi diluar (produk makloon) analisa dilakukan oleh
61
kedua pihak. Sampel yang dianalisa oleh QC PT. Guardian Pharmatama
disampling oleh perusahaan yang bersangkutan.
Bahan awal dibakukan menggunakan baku pembanding dimana baku
pembanding tersebut telah dibakukan dengan baku pembanding primer.
Dua data hasil analis tersebut kemudian dibandingkan, dengan
simpangan deviasi < 1%. Analisa terhadap bahan awal dilakukan sesuai
dengan protap yang telah tersedia, kemudian hasil dari analisa tersebut
dilaporkan dalam HPBA (Hasil Pemeriksaan Bahan Awal). Waktu
pemeriksaan maksimum dari bahan awal adalah 7 hari. Jika tidak ada
permasalahan dan semuanya memenuhi spesifikasi maka bahan awal
dapat diberi status release. Sedangkan jika terdapat masalah atau sampel
tidak memenuhi spesifikasi maka bahan awal akan diberi status reject.
QC bahan awal juga bertanggung jawab terhadap penanganan
penyimpangan bahan awal. QC bahan awal juga bertanggung jawab
untuk memantau pelaksanaan dan menyetujui analisa limbah cair.
Limbah cair yang terdapat di pabrik PT. Guardian Pharmatama terdiri
dari 2 macam, yaitu:
a) Limbah laboratorium
Limbah ini terdiri dari limbah sisa analisa kimia baik pelarut, fase gerak,
maupun limbah sisa analisis obat jadi serta limbah sisa destruksi
mikrobiologi. Limbah ini dimusnahkan di pihak ketiga dengan beberapa
klasifikasi keamanan.
b) Limbah domestik dan produksi
Limbah ini adalah limbah dari ruang produksi wastafel dan toilet.Limbah
ini diolah dalam waste water treatment oleh Departemen Engineering.
Limbah ini dianalisis 1 minggu sekali di 3 titik yaitu titik inlet (awal),
titik bak anaerob dan titik outlet (akhir), serta setiap 1 bulan sekali pada
minggu pertama dilakukan analisi keluar. Titik inlet dan titik bak
anaerob diperiksa setiap hari senin sementara titik outlet diperiksa setiap
hari kamis. Pemerikasaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
pemerian, suhu, pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen demand), DO (Dissolved Oxygen). Hasil
pemeriksaan harus memenuhi spesifikasi Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup yang berlaku..
62
Selain melakukan analisa terhadap bahan awal dan limbah, bagian
QC bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan
dan memberikan persetujuan terhadap kualitas purified water yang
digunakan untuk produksi. Departemen QC dalam melakukan analisa
dibantu oleh departemen Engineering sebagai departemen yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan pengolahan purified water
untuk produksi tersebut. Adapun parameter yang harus dianalisa oleh
departemen QC terhadap purified water tersebut adalah :
1) Setelah Raw Water Tank, berupa pemerian, kesadahan, total koloni
dan E.coli.
2) Setelah Raw Water Tank dengan penambahan klorin, berupa
pemerian, klorin ≤ 0,5 mg/L, total klorin dan E. coli.
3) Setelah Multimedia filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas,
klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total,
karbon dioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
4) Setelah carbon Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon
dioksida, kesadahan total mikroba dan E. coli.
5) Setelah Softener, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total,
karbondioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
6) Setelah Reverse Osmosis, berupa pemerian, pH, konduktivitas,
klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total,
karbondioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
7) Setelah Ultra Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon
dioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
8) Setelah Ultra Violet, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon
dioksida, TOC (Total Organic Carbon), logam berat, ammonia, total
mikroba dan E. coli.
9) Setelah Purified Water tank, berupa pemerian, pH, konduktifitas,
klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total,
63
karbon dioksida, TOC (Total Organic Carbon), logam berat,
ammonia, total mikroba dan E. coli.
10) Ruang Emulsifier, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon
dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
11) Ruang Mix Liquid, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon
dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
12) Ruang cuci botol, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon
dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
Ruang cuci, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida,
TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
B. Quality Control/Produk Jadi dan IPC
Quality Control IPC berjalan dibawah tanggung jawab seorang asisten
manager. Bagian ini terdiri dari 3 sub bagian, yaitu QC pengolahan, QC
analisa, dan QC mikrobiologi. Masing-masing bagian tersebut dikepalai oleh
supervisor yang membawahi analis. QC IPC bertanggung jawab dalam
pengendalian kualitas produk dari produk awal (ketika proses produksi masih
berjalan) hingga produk ruahan. Pada kegiatan ini yang melakukan sampling
pada saat proses produksi adalah operator dari departemen produksi. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisir intensitas orang keluar masuk dari ruang
produksi yang dapat menyebabkan cross contamination. Setelah produk
dinyatakan release oleh IPC, sampel diambil oleh operator Lab untuk
selanjutnya diserahkan kepada pihak analis QC IPC yang akan membawanya
ke QC untuk dianalisa lebih lanjut. Analis IPC melakukan analisis parameter
fisik seperti kekerasan, ketebalan, diameter, kerapuhan, keseragaman bobot
tablet dan dimensi tablet pada awal, tengah dan akhir proses produksi untuk
solid, dan untuk semi solid dilakukan pemeriksaan dari pemerian, pH,
viskositas, kehalusan, dan homogenitas. Analisis secara kimia dilakukan oleh
analis QC di laboratorium seperti penentuan kadar, disolusi dan keseragaman
kandungan tablet. Analisa dan pengujian ini dilakukan terhadap produk
64
antara dan produk ruahan.Metode Metode analisa yang digunakan oleh pihak
QC mengacu kepada protap yang telah ditetapkan oleh R&D Analisa yang
kemudian berubah menjadi protap QC setelah dilakukan transfer metode.
Sampel yang diterima didokumentasikan pada buku ekspedisi.Produk antara
akan dilanjutkan proses pembuatannya bila telah release oleh departemen QC
berdasarkan hasil uji yang didapatkan (telah memenuhi spesifikasi).
Parameter yang dianalisa oleh IPC terdapat pada form HPOJ (Hasil
Pemeriksaan Obat Jadi) termasuk spesifikasi dan hasilnya.
Pada saat proses sampling terdiri dari 3 titik sampling yaitu atas,
tengah dan bawah. Namun terkadang titik sampling bisa mencapai 5 titik
bahkan 10 titik hal ini disesuaikan dengan produk yang diperiksa. Untuk
tablet dengan bobot dibawah 250 mg maka diambil sepuluh titik, bobot 250
mg – 500 mg diambil lima titik, dan bobot diatas 500 mg diambil tiga titik.
Analisa dilakukan maksimum dalam 6 hari dan apabila terjadi perubahan
metode analisa, maka metode analisa tersebut harus divalidasi kembali oleh
departemen R&D.
Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau
pihak ketiga. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka seluruh
departemen akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk
tersebut sepertiproduksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya,
atau QC bahan awal meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk
produksi batch tersebut.Kemudian berdasarkan evaluasi tersebut departemen
QA akan memutuskan tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang
terjadi.
5. Departemen Quality Control Bahan Kemas
Pada awalnya QC bahan kemas berada di bawah departemen Quality
Control, bersama dengan QC bahan awal, IPC dan produk jadi. Namun pada
tahun 2012, QC bahan kemas dipisah dari departemen lainnya membentuk
departemen QC Bahan Kemas. Tugas Departemen QC Bahan Kemas, antara lain:
1) Incoming control packaging material
Pengambilan pada kedatangan sampel bahan kemas selain menggunakan
tabel dari AQL (Acceptable Quality Level) yang diadaptasi dari ANSI
(American National Standarization Inspection) juga digunakan pola N. Pada
65
AQL terdapat special inspection dan general inspection. Cara pengambilan
jumlah box sampel adalah dengan pola N yaitu √n + 1. Sampel yang telah di
sampling diberikan label “Telah Disampling”. Bahan kemas yang telah
memenuhi spesifikasi diberi labe “Release” dan yang tidak memenuhi
spesifikasi diberikan label “Reject”. Hasil analisa dari bahan kemas dicatat
didalam HPBK atau Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas.
2) IPC pengemasan primer dan sekunder.
IPC dilakukan setiap tiga jam sekali selama proses pegemasan primer
(blistering, dan stripping) sedangkan pada proses filling, liquid san semisolid
dilakukan pada saat awal, tengah, dan akhir dari proses filling. IPC
pengemasan sekunder (coding, dan packing) dilakukan setiap tiga jam sekali
dan diperiksa kelengkapannya dalam setiap kemasan produk jadi.
3) Verifikasi visual larutan injeksi
Dilakukan oleh personel yang terlatih.Dilakukan dalam ruangan gelap,
dilakukan pengamatan di bawah lampu visual dengan kekuatan minimal
10000 lux dengan menggunakan latar hitam untuk melihat partikel asing
berwarna putih dan menggunakan latar putih untuk melihat partikel asing
berwarna hitam.
4) Penyimpanan retained sample
Diambil sebanyak kebutuhan tiga kali pemeriksaan lengkap.Disimpan
pada suhu yang sesuai dengan yang tertera pada etiket, terdapat dua suhu
penyimpanan yakni suhu 15-250C dan suhu 25-300C.Penyimpanan produk
jadi dilakukan dalam kemasan utuh (kemasan primer dan kemasan sekunder).
Penyimpanan dilakukan selama dalam rentang daluarsa ditambah satu tahun
(ED + 1).
5) Audit pemasok bahan kemas
Dilakukan pemeriksaan terhadap kriteria penerimaan, jika supplier
memenuhi kriteria penerimaan dapat dimasukkan dalam daftar suplier tetap.
Untuk suplier baru pihak purchasing akan menilai kesesuaian harga terlebih
dahulu sebelum melakukan pemesanan bahan kemas. Audit terhadap supplier
bahan kemas dilakukan oleh QC. Bahan Kemas bekerja sama dengam QA
dan purchasing packaging. Audit terhadap suplier bahan kemas dilakukan
setiap tiga tahun.Hal-hal yang diperiksa meliputi fasilitas, mesin, bangunan,
dan pengawasan mutu dari pemasok tersebut.
66
Bahan kemas terdiri atas dua macam, yakni printed dan non printed. Bahan
kemas non printed contohnya botol volume 60 ml, vial, dan ampul. Bahan
kemas printed merupakan bahan kemas yang memberikan penandaan dan ciri
khas tertentu kepada suatu produk hasil produksi suatu pabrik (artwork).
Spesifikasi dari bahan kemas tersebut telah ditentukan oleh R&D formulasi.
Kemudian untuk desain bahan kemas printed akan dibuat oleh artwork
designer yang berada di bawah departemen bussines and development.
Desain tersebut disosialisasikan kepada semua bagian dan dilakukan
konsultasi antara R&D formulasi dengan marketing untuk merampungkan
desain kemasan menjadi Final Artwork (FA). FA akan diteruskan ke bagian
purchasing untuk dicarikan supplier pembuat kemudian suplier tersebut akan
mengirimkan proof print sebagai contoh. Proofprint merupakan berkas yang
dibuat oleh suplier untuk memastikan bahwa suplier mampu memproduksi
bahan kemas sesuai dengan kualitas yang diminta oleh PT. Guardian
Pharmatama.Selain dikirimkan kepada Departemen purchasing FA juga
dikirimkan ke Departemen QA dan QC bahan kemas yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan Spesifikasi Bahan Kemas (SPBK)
dan Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas (HPBK). Kemudian HPBK dan
proofprint menjadi acuan dalam penerimaan bahan kemas.Kesesuaian antara
HPBK dan proofprint merupakan indikator penerimaan (masuk dalam
spesifikasi).Apabila bahan kemas yang didapat dari pemasok tidak
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, pihak PT. Guardian Pharmatama
maka dinyatakan adanya penyimpangan.
Penyimpangan itu sendiri terbagi 3 yaitu:
a) Minor, penyimpangan yang dapat diabaikan.
b) Mayor, penyimpangan yang masih bisa diterima tapi cukup mengganggu
dan PT. Guardian Pharmatama melayangkan surat keluhan kepada
suplier.
c) Kritikal, penyimpangan tidak dapat ditoleransi dan bahan kemas tersebut
di tolak.
6. Departemen Warehouse
Struktur organisasi dari gudang pabrik PT. Guardian Pharmatama dikepalai oleh
seorang Manager yang membawahi seorang asisten manager dan tiga orang
67
supervisor yaitu Supervisor Bahan Awal, Supervisor Bahan Kemas dan
Supervisor Produk Jadi. Adapun tanggung jawab di gudang diantaranya:
a. Menangani penerimaan bahan baku dan bahan kemas yang datang dari
pemasok, dan produk jadi dari bagian produksi.
b. Menjaga kondisi dan mengontrol stok barang sesuai dengan system
FEFO(First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).
c. Menyimpan dan menyediakan barang yang dibutuhkan untuk produksi.
d. Menangani pengeluaran barang untuk kebutuhan produksi, penerimaan
sisabarang dari produksi.
e. Mendistribusikan produk jadi ke distributor sesuai dengan Delivery Order.
Sebelum barang masuk ke gudang bahan baku atau gudang bahan kemas,
sebelumnya disimpan di ruang karantina untuk di sampling oleh QC. Setelah hasil
analisa keluar, maka akan ditentukan barang tersebut akan di reject atau di release
(masuk ke gudang masing-masing). Gudang dapat dibagi menjadi 3 bagian besar:
1) Gudang Bahan Baku
Terdapat 3 kondisi penyimpanan bahan baku:
a) Suhu 2-8 C, biasanya untuk tempat penyimpanan flavour seperti minyak
ikan.
b) Suhu 15-25 C, misalnya untuk penyimpanan soft capsule, cangkang
kapsul, vitamin E dan vitamin C.
c) Suhu < 30C, misalnya untuk penyimpanan gliserin, sorbitol, sukrosa dll.
Gudang bahan baku terbagi atas beberapa bagian:
a. Bahan baku psikotropika dan prekursor
Bahan baku ini disimpan pada suhu 25-30 C. Penyimpanannya didalam
tempat khusus yang terkunci. Setiap penggunaannya dicatat dan
dilaporkan ke Badan POM setiap bulannya oleh departemen produksi.
b. Bahan baku beta laktam
Bahan baku beta laktam disimpan di ruangan yang terpisah dari bahan
baku lainnya, yaitu di tempat makloon dari produk tersebut.
c. Bahan additional
Bahan baku ini disimpan pada suhu 15-25C, kecuali untuk bahan baku
yang di COAnya mensyaratkan untuk disimpan pada suhu 2-80C.
d. Bahan baku yang mudah terbakar
Bahan baku yang mudah terbakar seperti alkohol disimpan terpisah dari
68
gudang bahan baku lainnya dan Badan POM mensyaratkan gudang ini
terletak di ruangan terbuka.
2) Gudang bahan kemas
Gudang bahan kemas dibagi menjadi dua yaitu gudang bahan kemas primer
dan gudang bahan kemas sekunder. Penyimpanan barang dilakukan terpisah
dari masing-masing batchnya, serta menggunakan sistem FIFO. Pada
masing-masing rak ditempelkan nama-nama bahan yang ada pada rak
tersebut. Bahan kemas primer merupakan bahan kemas yang berkontak
langsung dengan produk seperti PLCN, PVC, alufoil, botol, ampul, dll
biasanya disimpan pada suhu 15-25 C, sedangkan bahan kemas sekunder
bahan pengemas sekunder seperti box dan shipper yang disimpan pada suhu
25-30 C. Untuk leaflet dan label disimpan di dalam ruangan khusus yang
terdapat pada gudang bahan kemas sekunder.
3) Gudang produk jadi (finishing goods)
Sebelum produk jadi di release oleh QA, produk jadi tersebut disimpan di
ruang karantina produksi, setelah dinyatakan release maka akan dipindahkan
ke gudang produk jadi. Untuk produk jadi tersebut ada 5 ruangan, yaitu:
a. R. Psikotropika
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi yang mengandung
obat psikotropika.Ruangan ini terkunci dan dikondisikan pada suhu 25-
30C.
b. R. Produk Jadi
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu
<300C.Sebagian besar produk jadi disimpan disini.
c. R. Cool Room
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C. Produk jadi yang
biasanya disimpan disini berupa injeksi, krim, salep, soft capsule,dll.
d. R. Beta laktam
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk
menyimpan produk beta laktam dan derivatnya.
e. R. Cephalosporin
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk
produk cephalosporin dan derivatnya.
f. R. Prekursor
69
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk
produk prekursor.
Produk jadi yang telah dipasarkan dapat dikembalikan maupun ditarik
kembali untuk kemudian di evaluasi tindak lanjutnnya. Untuk itu disediakan
2 ruangan, yaitu:
a. R. Return Goods
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk yang
dikembalikan oleh distributor yang dikondisikan pada suhu 15-250C.
Pengaturan suhu dan kelembaban pada setiap ruangan di gudang
dilakukan setiap hari secara rutin pada jam 8 pagi dan jam 3
sore.Kelembaban ruangan diatur < 75%. Pembersihan rak-rak di gudang
dilakukan secara rutin setiap dua hari sekali.Perawatan di gudang dari
pest dilakukan, berkerjasama dengan PT. Etos yang menangani pest
control terhadap tikus, rayap, nyamuk dan serangga lainnya.
b. R. Rejected Goods
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk kembalian
yang telah berstatus reject (ditolak). Kemudian produk tersebut
dipisahkan dari kemas primernya. Setelah dikumpulkan, kemasan
dihancurkan dan produk-produk tersebut ditimbang dan dipindahkan ke
gudang penampungan sementara dan menunggu proses pemusnahan dari
pihak ketiga.
A. Prosedur Penerimaan Bahan Baku dan Bahan Kemas.
Bagian PPIC mengirimkan permintaan pembelian (PP) ke bagian
Purchasing. Kemudian bagian pembelian akan mengirimkan Purchasing
Order (PO) ke supplier, sedangkan copy dari PO akan dikirimkan ke bagian
gudang. Pada saat pengiriman barang dari pemasok, surat jalan yang
dibawa oleh supplier diperiksa kesesuaiannya oleh pihak gudang dengan
PO yang berisi jenis, jumlah dan tanggal kebutuhan barang dan suplai yang
disetujui. Jika sesuai, maka barang yang diterima akan disimpan di gudang
karantina dan diberi label karantina yang berwarna kuning dan dibuatkan
Bukti Penerimaan Barang (BPB) yang mencamtumkan nama barang, nomor
kontrol, nomor kode, jumlah barang dan nama pemasok. BPB terdiri dari 4
rangkap, yang asli diberikan kepada bagian Accounting untuk proses
pembayarannya. BPB juga diserahkan ke bagian QC, setelah QC menerima
70
BPB dari gudang, maka QC akan melakukan sampling dan menganalisa
sampel. Setelah itu baru didapatkan hasil apakah barang yang masuk
tersebut akan direlease (berwarna hijau) yang kemudian disimpan di gudang
bahan baku atau bahan kemas atau direject (berwarna merah) yang
kemudian disimpan di ruang tertentu sebelum diberitahukan dan
dikembalikan kepada pemasok untuk mendapat gantinya.
B. Prosedur Keluar Masuk Barang ke Ruang Produksi
Bagian PPIC akan mengeluarkan FPB (formula Pengolahan Batch) untuk
meminta bahan baku dan FKB (Formula Pengemasan Batch) untuk
meminta bahan kemas sebelum memproduksi suatu batch. Setelah itu
bagian gudang akan melakukan penimbangan sesuai dengan FPB tadi. Hasil
penimbangan tadi kemudian akan di crosscheck (pemeriksaan silang)
dengan bagian produksi untuk memastikan hasil penimbangan pada saat
serah terima barang. Jika bagian produksi kekurangan bahan dan ingin
meminta bahan baku diluar FPB, maka produksi akan mengeluarkan surat
permintaan berupa SIV (Store Issue Voucher) yang disetujui oleh Manager
produksi dan diterima oleh manager gudang serta didokumentasikan oleh
bagian akuntansi. Seandainya setelah produksi ternyata terdapat kelebihan
bahan, maka bagian produksi akan mengeluarkan surat pengembalian SRV
(Store ReturnVoucher) yang disetujui oleh Manager produksi dan diterima
oleh manager gudang serta didokumentasikan oleh bagian akuntansi.
Permintaan bahan dari bagian lain seperti R&D dan QC harus menyertakan
nota Bon Permintaan Barang (PB) dan Bon pengembalian (BP) jika ada
sisa.
C. Prosedur keluar Barang ke Distributor.
Jika pihak distributor membutuhkan kiriman produk, maka distributor akan
membuat Purchasing Order (PO) dan marketing akan membuat Delivery
Instruction Note (DIN) yang berisi nomor kode, nama produk, satuan dan
tujuan pengiriman. DIN yang telah disetujui oleh departemen accounting ini
kemudian dikirim ke Departemen Warehouse. Berdasarkan DIN tersebut,
gudang akan mengeluarkan Delivery Order (DO) untuk diberikan kepada
distributor beserta barang yang dipesan.
D. Prosedur Penerimaan Barang Kembalian
Prosedur penerimaan barang kembalian diawali dengan Departemen QA
71
akan menentukan disposisi barang yang harus disetujui oleh pihak
management. Jika barang akan di repack, maka bagian produksi akan
mengeluarkan SIV. Setelah produk selesai direpack maka bagian produksi
akan mengeluarkan SRV untuk disimpan kembali di gudang produk jadi.
7. Departemen Produksi
Departemen produksi dikepalai oleh seorang Manager Produksi Solid yang
membawahi Asisten Manager produksi solid yang secara langsung membawahi
supervisor stripping & blistering, leader dan peutgas sanitasi juga membawahi.
Asisten manajer produksi liquid dan semisolida membawahi supervisor packing
liquid dan semisolida, supervisor packing solid, administrator toll manufacturing
dan administrator produksi.
Departemen ini bertanggung jawab terhadap proses pengolahan obat sejak
bahan baku mulai ditimbang oleh departemen gudang hingga pengemasan produk
ruhan yang kemudian akan disimpan ke gudang finished good. Proses pengolahan
tersebut dilaksanakan sesuai dengan jadwal produksi bulanan yang telah disusun
oleh departemen PPIC. Jika jadwal tersebut telah disetujui oleh departemen
produksi, maka jadwal itu akan dipecah menjadi jadwal produksi perminggu.
Alur proses produksi diawali dengan proses penimbangan oleh departemen
gudang hingga proses pengemasan.
A. Proses Produksi Tablet Biasa.
Metoda pembuatan tablet yang digunakan di PT. Guardian Pharmatama ada
dua metoda yaitu metoda langsung dan granulasi basah. Proses pembuatan
tablet dengan metoda granulasi basah diawali dari penimbangan terhadap
bahan baku kemudian dilakukan mixing dengan menggunakan mixer.
Sebelum itu, bahan harus diayak terlebih dahulu dengan mesh
tertentu.Pencampuran pada mesin Mixer dilakukan dengan penambahan
bahan pengikat yang sebelumnya telah dilarutkan. Kemudian massa yang
dihasilkan dikeringkan. Massa granul yang telah kering kemudian diayak
dengan ukuran mesh tertentu menggunakan Hammer Granulator. Selanjutnya
dilakukan lubrikasi dalam double cone mixer dengan penambahan bahan
pelincir. Setelah semua selesai, dilakukan proses pencetakan tablet.
Sementara itu, untuk proses kempa langsungmembutuhkan waktu yang lebih
singkat, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga, alat dan ruang produksi.
72
Pada proses kempa langsung, bahan baku yang sudah ditimbang dilakukan
mixing dengan menggunakan mixer. Seteleh dilakukan mixer, massa
langsung dicetak sehingga menjadi tablet.
Proses kempa langsung diawali dengan penimbangan bahan baku yang
dilakukan oleh petugas gudang. Kemudian dilanjutkan dengan proses mixing
dengan menggunakan v-mixer, lalu hasil mixing tersebut dicetak dengan
menggunakan mesin pencetak tablet JCMCO atau CADMACH.
B. Proses Produksi Tablet Salut
Penyalutan yang digunakan di PT. Guardian Pharmatama adalah penyalutan
film. Tablet inti yang akan disalut harus telah lulus uji dari departemen QC.
Pemeriksaan yang dilakukan pada tablet inti seain sesuai dengan persyaratan
umum untuk tablet, juga perlu diperhatikan hal-hal lainnya, yaitu
permukaannnya halus, berbentuk cembung, bebas debu dan kerapuhannya
serendah mungkin. Proses penyalutan dilakukan dalam ruang coating
menggunakan mesin “Narong Rama Cota”.
C. Proses Produksi Kapsul
Setelah bahan baku ditimbang, bahan baku kemudian dicampur, kemudian
diperiksa kadar air dan kadar zat aktif oleh departemen QC. Bila telah
dinyatakan lulus uji, maka dilakukan proses pengisian dengan mesin filling
kapsul (Chin Yi tipe ACF-52) atau mesin filling semi otomatis Chuan Yung.
Kapsul yang telah diisi kemudian dimasukkan ke dalam mesin polishing
kapsul untuk membersihkan kapsul dari debu yang menempel dan agar
kapsul menjadi mengkilap.
D. Proses Produksi Sirup
Proses produksi sirup diawali dengan pencucian botol dengan purified water
yang selanjutnya dibilas dengan alkohol 70%. Bahan-bahan yang telah lulus
uji oleh departemen QC kemudian ditimbang dan dilarutkan dengan
menggunakan purified water (PW). Setelah itu baru dilakukan pencampuran
semua bahan dalam tangki pencampuran dan dilakukan penambahan PW
hingga volume yang dikehendaki.Pencampuran dan pengadukan dilakukan
hingga homogen.Sirup yang telah jadi, kemudian disaring dan selanjutnya
dikarantina sambil menunggu hasil pemeriksaan dari bagian QC.
Pemeriksaan pada sirup meliputi kadar zat aktif, pH, viskositas, berat jenis
dan cemaran mikroba. Jika telah dinyatakan lulus uji kemudian dilakukan
73
pengisian sirup ke dalam botol. Pengisian dilakukan menggunakan mesin LF
Avanty atau CVC dan dilanjutkan dengan penutupan botol dengan
capperrmachine.Hasil pengisian ini kemudian diperiksa lagi oleh departemen
QC, yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume dan kekerasan segel
atau kebocoran.
E. Proses Produksi Suspensi
Proses pembuatan suspensi hampir sama dengan pembuatan sediaan sirup,
hanya saja pada suspensi menggunakan suspending agent agar dapat
menghasilkan suspensi. Pada mulanya, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pembuatan suspensi ditimbang terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan sirup dalam Homogenizer hingga dihasilkan larutan sirup yang
homogen dan jernih.Sementara itu juga dibuat larutan suspensi dengan
mendispersikan bahan aktif dan suspending agent dalam PW, dan dilanjutkan
dengan penghalusan larutan suspensi dengan menggunakan Thorax
Homogenizer.Sirup simpex dan larutan suspensi kemudian dicampur dalam
Vacuum Emulsifier mixer. Suspensi yang telah jadi kemudian diperiksa berat
jenisnya, pH, kadar zat aktif dan viskositas, serta cemaran mikrobanya. Jika
telah dinyatakan lulus uji, suspensi akan diisikan ke dalam botol, kemudian
diperiksa lagi oleh QC yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume,
kekerasan segel dan kebocoran.
F. Proses Produksi Sediaan Semi Solid
Tahapan dalam proses pembuatan salep atau krim diawali dengan
penimbangan bahan baku salep atau krim. Kemudian dilanjutkan dengan
proses pelelehan dan pencampuran. Proses pencampuran diawali dengan
pelelehan dan pencampuran fase air dan fase minyak sehingga menjadi basis
krim. Setelah basis salep atau krim jadi, baru dilakukan pencampuran bahan
aktif dalam basis tersebut. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin
vacuum emulsifier mixer. Fungsi dari vakum disini adalah untuk mengurangi
timbulnya buih atau busa saat proses berjalan. Salep atau krim yang telah jadi
kemudian dimasukkan ke dalam tube alumunium menggunakan mesin
Kentex. Mesin ini juga melakukan pelipatan pada ujung tube dan penomoran
batch dengan emboss pada lipatan tersebut. Selama proses produksi setengah
padat, dilakukan pengawasan selama proses (IPC) yang meliputi
74
homogenitas pada saat pelehan dan pencampuran, pemeriksaan kadar zat
aktif dan pemeriksaan keseragaman bobot pada saat pengisian tube.
Proses produksi dilakukan di ruang kelas E. Kondisi ruang kelas E ada
PT. Guardian Pharmatama adalah sebagai berikut:
a. Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai
dan langit-langit) licin, menggunakan cat epoxy, mudah dibersihkan dan
tidak membentuk sudut.
b. Bebas dari retakan dan sambungan.
c. Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara HVAC (Heating
Ventilation Air Conditioning) yang mendukung persyaratan untuk ruang
kelas E.
Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam
ruang kelas E harus memiliki persyaratan:
a. Menggunakan pakaian pelindung, penutup kepala, sarung tangan,
masker dan sepatu khusus untuk ruang kelas E.
b. Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori dan kosmetika yang
berlebihan.
c. Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang
didukung dengan data medical check up secara periodik.
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan mengeringkannya sebelum
memasuki ruang kelas E.
Ruangan yang terdapat pada ruangan kelas E:
a. Ruang timbang
Ruang ini digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan
digunakan dalam proses produksi. Letak ruang timbang berdekatan
dengan gudang bahan baku. Tiap bahan yang akan masuk ke ruang
timbang harus melewati ruang antara. Di dalam ruang timbang tersebut
terdapat alat timbang, baik untuk kapasitas besar maupun kecil. Selain
itu terdapat juga dust collector untuk menyedot debu yang ada pada
ruangan tersebut.
b. Ruang Staging
Ruang ini digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang telah
ditimbang dan menunggu untuk diolah pada proses produksi.
c. Ruang Solid Compound
75
Ruangan ini digunakan untuk proses pencampuran bahan-bahan yang
telah ditimbang. Ruangan ini digunakan pada proses pencampuran untuk
pembuatan sediaan solid yang menggunakan metode granulasi basah.
Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin Diosna
mixer.
d. Ruang drying
Pada ruangan ini terjadi proses pengeringan granul menggunakan Fluid
Bed Dryer (FBD).
e. Ruang granulator
Ruangan ini digunakan untuk proses granulasi banas ataupun kering
menggunakan mesin hammer granulator.
f. Ruang mix dry
Ruangan tersebut terdapat alat double cone mixer dan V-mixer untuk
mencampur granulat dengan bahan lubrikan atau bahan pelincir.
Doublecone mixer lebih sering digunakan untuk mixing terakhir pada
proses granulasi basah, sedangkan V-mixer lebih sering digunakan untuk
mixing pada proses cetak lansung dan pada pembuatan kapsul.
g. Ruang cetak tablet
Granul yang telah mendapat status release dari QC selanjutnya akan
dicetak menjadi tablet atau kaplet. Pencetakan dilakukan dengan
menggunakan mesin JMCO atau CADMACH.
h. Ruang coating
Ruang coating merupakan tempat penyalutan tablet. Jika tablet
memerlukanpenyalutan film, maka tablet akan disalut menggunakan
mesin penyalutNarong Rama Cota.
i. Ruang filling kapsul
Ruangan ini digunakan untuk melakukan pengisian granul ke dalam
cangkang kapsul.Pengisisan dilakukan dengan menggunakan mesin Chin
Yi tipe ACF-52 atau mesin filling semi otomatis Chuan Yung.
j. Ruang Stripping
Ruangan ini digunakan untuk mengemas tablet, kaplet, kapsul dalam
bentukstrip dengan menggunakan mesin ACCEDE, Kung Long atau
Chuan Yung.
k. Ruang Blistering
76
Ruangan ini digunakan untuk mengemas kaplet dalam bentuk blister
menggunakan mesin Lenze atau Ulhmann.
l. Ruang Liquid Compound
Ruangan ini digunakan untuk pencampuran semua bahan yang
digunakan untuk pembuatan sediaan cair. Proses pencampuran dilakukan
dengan menggunakan mesin Thorax Homogenizer.
m. Ruang filling liquid
Ruangan ini digunakan untuk melakukan proses pengisian sediaan cair
ke dalam botol sekaligus menutup botol dengan cap. Pengisian sediaan
cair dalam botol dilakukan dengann menggunakan alat LF Avanty atau
CVC, sedangkan untuk penutupan botol (capping) dilakukan dengan
cappermachine.
n. Ruang compound setengah padat
Ruang ini digunakan untuk membuat sediaan setengah padat. Proses
pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin Vacuum
Emulsifiermixer.
o. Ruang filling tube
Ruang ini digunakan untuk memasukkan sediaan setengah padat ke
dalam tube alumunium.Filling dilakukan dengan menggunakan mesin
Kentex.
p. Ruang clean bottle
Pada ruang ini terdapat oven double door yang menghubungkan ruang
kelas E dan kelas F. Botol-botol yang akan digunakan dicuci dengan PW
dan kemudian dibilas dengan alkohol 70%. Pencucian botol ini
dilakukan di ruang kelas F. Botol yang telah dicuci kemudian
dimasukkan ke dalam oven double door dari ruangan kelas F. Botol
kemudian disterilisasi pada suhu 120°C selama 3 jam, setelah botol
kering kemudian diambil dan disimpan diruang kelas E.
q. Ruang WIP
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk antara dan produk
ruahan yang menunggu untuk proses selanjutnya.
r. Ruang IPC (In Process Control)
Ruangan ini digunakan untuk mengawasi dan mengontrol kualitas
produk selama proses produksi. Dalam ruangan ini terdapat alat
77
timbangan, disintegration test, hardness tester sekaligus alat pengukur
dimensi tablet dan friability tester.
s. Ruang washing
Ruangan ini digunakan untuk mencuci alat yang telah digunakan untuk
proses produksi.
t. Ruang equipment
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan alat atau spare part dari mesin.
u. Ruang R&D
Ruangan ini digunakan oleh bagian R&D untuk melakukan trial dalam
pilot project. Dalam ruangan ini terdapat alat super-mixer mini, FBD
mini, thorax homogenizer mini, mesin cetak tablet mini dan alat uji tap
density. Pengontrolan ruang kelas E dilakukan dengan sedemikian rupa
agar senantiasa memenuhi persyaratan untuk ruang kelas E.
Pengendalian hama atau pest control dilakukan dengan bekerja sama
dengan pihak ketiga. Pengendalian dilakukan terhadap serangga,
nyamuk dan tikus. Pengendalian dilakukan dengancara fogging setiap 1
bulan sekali, sedangkan pengendalian terhadap partikel dan mikrobiologi
udara dilakukan dengan pemasangan HEPA (High Efficacy Particulate
Air) filter dengan efisiensi 99,95% pada sitem AHU (Air Handling Unit)
dan melakukan desinfeksi udara (air borne desinfectan).
Desinfeksiterhadap udara dalam ruang proses produksi dilakukan 2
bulan sekali. Desinfektan yang digunakan merupakan derivate
formaldehid. Ruangan produksi disemprot menggunakan cairan
desinfektan (aplikasinya selama ± 5 menit tergantung volume ruangan
dan kecepatan penyemprotan), kemudian udara yang ada di ruang
produksi ditarik keluar menggunakan blower. Sisa residu di udara dapat
diantisipasi dengan mengosongkan ruangan selama 3 jam (tidak ada
aktifitas dan tidak ada personil)
Alur Proses Pengemasan
Pengemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi
produk jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan.
Kemasan suatu produk berfungsi untuk memberikan identitas yang
berupa nama produk, isi dan kekuatan, nomor batch, nama pabrik
78
pembuat, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran
Tertinggi (HET). Kemasan juga dapt melindungi produk dari hal-hal
yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat, melindungi dari
kerusakan fisik dan kontaminasi.
Proses pengemasan dilakukan di ruang kelas E dan F. Pengemasan
primer dilakukan ada ruang kelas E sedangkan pengemasan sekunder
dan tersier dilakukan di ruang kelas F. PT. Guardian Pharmatama
melakukan pengkodean yang meliputi HET, waktu kadaluarsa dan
nomor batch dilakukan dengan 2 cara, yaitu emboss (cetak timbul
langsung pada kemasan primer) dan ink jet. Pencetakan dengan sistem
emboss dilakukan di ruang kelas E, sedangkan system ink jet dilakukan
di ruang kelas F pada stiker label untuk kemasan botol, pada bagian luar
kemasan yang telah melewati proses stripping, blistering, dan fillingtube
alumunium.
Ruang kelas F di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 2 ruang,
yaitu ruang secondary packaging preparation dan ruang
packaging.Ruang secondary packaging preparation digunakan untuk
melakukan coding pada stiker label/etiket, dos, strip, blister dan
tube.Coding yang dilakukan pada ruang ini menggunakan sistem ink
jet.Ruang packaging digunakan untuk penempelan etiket pada botol atau
labeling, pengemasan sekunder, pengemasan tersier serta penimbangan
hasil pengemasan.In Process Control (IPC) pada proses pengemasan
dilakukan oleh QC.
Pemeriksaan pada saat pengemasan sekunder meliputi uji
kebocoran kemasan dan estetika. Pada penyelesaian proses pengemasan
produk, dilakukan pemeriksaan akhir oleh QC. Pemeriksaan meliputi
kelengkapan kemasan, adanya etiket, leaflet, sendok takar, nomor batch,
waktu kadaluarsa, jenis dan nama produk serta segel pada box (kemasan
sekunder) dan shipper (kemasan tersier). Setelah produk diperiksa,
produk dikemas dalam shipper.Shipper yang telah disegel kemudian
ditimbang dan disimpan dalam ruang karantina produk jadi sebelum
akhirnya dikirim dan disimpan dalam gudang finishing goods setelah
ditetapkan release oleh QA.
79
8. Deparemen Engineering
Departemen Engineering dipimpin oleh seorang Manager Engineering yang
bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager. Supervisor Engineering dan
membawahi dua bagian, yaitu maintenance manager dan utility manager.
Maintenance manager membawahi supervisor mintenance, planner, dan
production. Utility manager membwahi supervisor utility dan HVAC.
Manager mengontrol tugas yang dikerjakan oleh staf dibawahnya agar sesuai
dengan syarat dan peraturan yang berlaku. Supervisor bertugas menangani
masalah administrasi (membuat laporan bulanan, jadwal preventif, logbook),
dokumentasi, penanganan masalah mendesak yang berhubungan dengan QC dan
proses produksi, serta persiapan audit internal (tiap 6 bulan sekali). Staf bertugas
menangani permasalahan yang berkaitan dengan subdivisi mereka.Akan tetapi,
staf antar divisi saling berintegrasi dalam menangani masalah peralatan yang ada
dalam divisi mereka.
A. Maintenance
Maintenance merupakan suatu fungsi di dalam perusahaan manufacture yang
sama pentingnya dengan produksi. Konsep dasar yang dimiliki oleh
maintenance adalah pemeliharaan, yaitu aktivitas yang diperlukan untuk
menjaga atau mempertahankan peralatan/ mesin agar selalu dalam kondisi
seperti awal. Maintenance manager bertanggung jawab pada supervisor
maintenance, planner, dan production.Bagian planner bertanggung jawab
mengatur jadwal perawatan maupun pemeliharaan.Bagian production
merupakan jembatan antara departemen produksi dengan engineering.Bagain
tersebut berkaitan langsung dengan protokol terutama alat baru, training
mesin, dan analisis trouble setting.Bagain maintenance bertanggung jawab
pada perawatan mesin untuk menghilangkan corrective dan melakukan
preventif.
Maintenance dilakukan bertujuan sebagai berikut.
a. Peralatan atau mesin dapat beroperasi memenuhi kebutuhan sesuai
dengan perencanaan produksi (troubleshooting)
b. Menjaga kualitas peralatan atau mesin
c. Memperpanjang umur peralatan atau mesin akibat usia pakai
(preventive)
d. Menjaga modal investasi perusahaan
80
e. Mengurangi line stop atau downtime pada proses produksi.
Konsep pemeliharaan yang diterapkan pada PT. Guardian Pharmatama
adalah TPM (Total Productive Maintenance). TPM merupakan yang diikuti
oleh seluruh karyawan yang terlibat dalam suatu perusahaan untuk
menghilangkan breakdown, mengurangi down time, serta memaksimalkan
utilisasi, produksi, dan kualitas produksi yang dihasilkan. Faktor yang
menyebabkan TPM perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Makin ketatnya persaingan antara dunia usaha
b. Tuntutan konsumen akan kualitas semakin tinggi
c. Makin menguatnya tuntutan waktu pengiriman yang singkat dan
kebutuhan konsumen yang bervariasi
d. Lingkungan kerja yang manusiawi, memperpendek jam kerja, dan
mengarah ke industri negara berkembang
Preventivemaintenance salah satunyadengan melakukan pencucian
system HVAC setelah fogging. Sanitasi total dilakukan untuk pembasmian
sisa hasil fogging. Selanjutnya departemen QC melakukan pengecekan
mikroba. Sanitasi tidak dilakukan terhadap mesin produksi karena
merupakan tugas dari bagian produksi. Selain dengan melakukan fogging,
tindakan preventive yang dilakukan juga meliputi monitoring unit sirkulasi
dan unit motor fresh air, pelumasan, monitoring pendingin baling-baling
yang ada di sistem HVAC, memeriksa tekanan liquid, serta instalasi listrik.
B. Utility
Bagian Utility bertugas menangani mesin-mesin pendukung (seperti Genset,
dust collector, compressor) dan juga bertanggung jawab terhadap pengolahan
limbah pabrik yang bekerja sama dengan departemen QC, kelancaran sarana
penunjang, perawatan bangunan pabrik termasuk HVAC (operator).
Lingkup kegiatan di bagian Engineeringmeliputi :
a. Pengontrolan mesin dan sistem HVAC di area produksi
HVAC system di PT Guardian Pharmatama terbagi menjadi 2 zona,
yaitu zona A, dengan ruang lingkup proses produksi sediaan tablet,
kaplet, dan kapsul, dan zona B, dengan ruang lingkup proses produksi
sediaan solid dan semi solid. Penggunaan 2 zona ini dimaksudkan untuk
memperketat pencegahan kontaminasi. HVAC system dilengkapi dengan
3 filter khusus, yaitu washable filter (efisiensi penyaringan 80-85%),
81
medium filter (efisiensi penyaringan 95%), dan High Efficiency
Particulate Air (HEPA) filter (efisiensi penyaringan 99,997%). Pada tiap
unit HVAC, terdapat unit sirkulasi dan fresh air. Pengontrolan mesin-
mesin dilakukan dengan cara menginspeksi jalannya pengontrolan
dengan acuan sesuai dengan ketetapan CPOB seperti :
i. perbedaan tekanan antara ruang bagian dalam tempat produksi
dengan bagian luar ruangan koridor antara 5-20 Pascal,
ii. pertukaran udaranya 5-20 kali tiap jam untuk ruangan produksi,
iii. suhu ruangan antara 20-27ºC,
iv. Relatif humidity maksimal 70%.
b. Kalibrasi mesin
Alat-alat yang dikalibrasi antara lain thermometer, termograf, pressure
grid, vacuum grid, timer pengukuran rpm. Semua alat dikalibrasi
menggunakan kalibrator yang telah tersedia.
c. Sistem Pengendalian Udara
Sistem pengendalian udara dilakukan dengan menggunakan unit AC
sentral yang dialirkan ke ruang-ruang yang memerlukan sirkulasi udara
(seperti ruang produksi) melalui saluran pipa (ducting) mencegah
terjadinya kondensasi (lapisan air yang menempel di saluran pipa AC
sentral).Saluran (ducting) tersebut didistribusikan ke ruangan-ruangan
melewati atap ruangan (ductingsupply).
Perbedaan tekanan udara antara ruang produksi dengan koridor
diukur antar 10-15 Pa dengan suhu 20-27 ºC dan kelembapan (RH)
maksimal 70%. Pertukaran udara dalam ruangan sebanyak 5-20 kali per
jam. Sistem udara di ruang produksi menganut sistem koridor bersih,
yaitu sistem dengan tekanan koridor lebih tinggi daripada tekanan di
ruangan.Udara dari sistem HVAC masuk dari atas koridor dan keluar
dari bawah. Hal ini dimaksudkan agar seluruh partikel dapat tersaring.
Pengawasan jumlah partikel dilakukan oleh bagian produksi dan TSS.
d. Purified Water System
Merupakan suatu sistem pengolahan air yang digunakan untuk proses
produksi. Pada proses pengolahan air ini, air yang digunakan adalah air
yang terdapat pada sumur penampungan air. Kemudian air tersebut
diproses dengan menggunakan sistem pemurnian air atau yang dikenal
82
dengan Purified Water System. Adapun proses yang dilalui dalam
pengolahan air tersebut adalah:
1) Pretreatment
Proses ini digunakan untuk menyisihkan mineral-mineral yang
terlarut yang terjadi didalam R/O (Reverse Osmosis) dapat lebih
optimum dan membrane R/O tidak cepat rusak. Proses yang dilalui
dalam fase pretreatment adalah:
i. Klorinasi
Air sumur dipompakan masuk ke raw meter storage tank yang
terlebih dahulu telah diinjeksi dengan Na Hipoklorida. Na
Hipoklorida ini dalam raw water storage tankakan melepaskan
klorin. Klorin akan memutuskan ikatan organik, mengoksidasi
besi dan oksidan lainnya dan sekaligus sebagai desinfektan
untuk membunuh bakteri yang ada.
ii. Multimedia filter
Berisi anthracite dan silica gravel sebagai media pendukung.
Fungsi dari filter ini adalah mengurangi kotoran dan partikel-
partikel yang terdapat dalam air. Proses penyaringan ini akan
berjalan secara terus-menerus. Bila terjadi perbedaan tekanan
pada multimedia filter, hal ini menandakan adanya
penumpukan kotoran/partikel di atas media filter. Maka pada
saat ini perlu dilakuka pencucian terhadap filter. Proses
pencucian filter terdiri dari dua tahap yaitu backwash (cuci
balik) dan rinsing (pembilasan).
iii. Activated carbon filter
Fungsi dari filter ini adalah menyerap bau, warna organik dan
sisa klorin yang ada pada air saat melalui media filter. Prinsip
penyerapan klorin pada air ini dengan cara absorbsi. Media
utama Activated Carbon Filter adalah karbon aktif dan silica
gravel sebagai media pendukung. Mekanisme kerja dari filter
ini adalah air akan mengalir dari bagian atas filter, melewati
media filter dan pori filter, keluar dari bagian bawah filter,
sehingga menyebabkan partikel-partikel dalam air akan
tertahan pada filter bagian atas. Hingga nantinya air yang
83
keluar melalui filtertersebut akan jernih dan pada saat yang
sama media carbon active menyerap sisa klorin yang masih
terdapat pada air. Namun, adanya kotoran yang tertahan pada
pori tersebut akan menyebabkan naiknya tekanan masuk dan
menghambat penyerapan klorin, sehingga proses penyaringan
dan pengabsorbsian tidak berlangsung dengan tidak baik.
Pada saat ini lah perlu dilakukan pencucian terbalik atau
backwash terhadap filter. Aliran yang seharusnya berjalan dari
atas kebawah diubah menjadi dari bawah ke atas. Sehingga
partikel yang melekat pada filter dapat dilepaskan dan pada
saat yang sama klorin yang terkandung didalam air dapat
membunuh bakteri yang mulai tumbuh pada bagian bawah
filter. Kemudian filter dibilas dengan tujuan untuk membuang
sisa kotoran dan sisa klorin yang terdapat didalam tabung
filter. Proses ini dilakukan secara berkala untuk menghindari
kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme pada media filter.
iv. Water softener
Pada water softener proses yang terjadi adalah
pertukaran ion. Kandungan hardness (kesadahan) yang
terdapat dalam air sumur (Ca hardness dan Mg hardness) ini
akan diikat oleh resin kation. Sedangkan resin kation akan
melepaskan Na+ ke dalam air. Proses pertukaran ion Ca2+ dan
Mg2+ dengan Na+ akan berlangsung terus menerus selama
proses sehingga muatan Na+ akan berlangsung terus menerus
selama proses, sehingga muatan Na+ dalam resin habis. Pada
saat inilah softener memerlukan proses pengaktifan kembali
(regenerasi). Pada waktu regenerasi, ion kalsium dan
magnesium yang terikat di dalam resin akan dilepas dan
ditukar kembali dengan ion Na+ dan NaCl sebagai regeneran,
sehingga resin aktif kembali dan siap untuk mengikat ion
kalsium dan magnesium.
2) Reverse osmosis
Setelah proses pretreatment dilakukan, air telah diolah sudah
memenuhi standar sebagai air baku untuk sistem R/O.
84
i. Antiscalant Dosing System
Pendosisan anti scalant dilakukan untuk membantu menjaga
agar membran tidak mudah rusak oleh adanya oksidator yang
masuk kedalam membran dan mengurangi kecenderungan
terjadinya pengendapan pada permukaan membran.
ii. Cartridge filter
Berfungsi untuk menyaring sisa partikel yang berukuran diatas
5 mikron yang masih terdapat di dalam air sehingga tidak
mengakibatkan penyumbatan pada membran R/O.
iii. Reverse osmosis membrane
Sistem penyaringan air dengan menggunakan membran
semipermeable dengan tekanan tinggi (sesuai spesifikasi).
Membran semi permeabel ini mempunyai pori yang sangat
kecil (sekitar 0,0001 mikron) sehingga dapat memisahkan zat-
zat yang terlarut, logam berat, organik, pirogen, koloidal dan
bakteri. Pencemaran ini akan terkonsentrasi dan harus
disalurkan sebagai konsetrat atau reject. Proses ini akan
menghasilkan air dengan kandungan mineral yang rendah.
Concentrate outlet harus disambungkan ke saluran
pembuangan atau ditampung dalam tangki penampung untuk
digunakan bagi keperluan lain yang tidak memerlukan kualitas
air yang tinggi. Saluran konsetrat ini tidak boleh tertutup rapat
sehingga air dapat megalir dengan lancer tanpa adanya
penghambat aliran.
iv. Reverse osmosis circulation system
Sistem sirkulasi digunakan untuk mencegah tumbuhnya
biofilm di dalam membran R/O karena tidak terjadinya aliran
air pada saat reverse osmosis tidak bekerja. Tangki
penampungan dan pompa sirkulasi yang berfungsi untuk
menampung air R/O terlebih dahulu dan kemudian digunakan
untuk keperluan sirkulasi dan juga digunakan pada saat
chemical cleaning untuk pembersihan mebran R/O.
v. Reverse osmosis storage
85
Tangki penampungan air produksi reverse osmosis sebelum
dilakukan proses mixed bed polisher dan ultrafiltration untuk
menghasilkan purified water sesuai standar USP. Tangki R/O
ini juga berfungsi untuk sirkulasi pada mixed bedfilter untuk
mencegah terjadinya biofilm, mempertahankan konduktivitas
air sehingga siap untuk pengisian ke purified water storage
tank apabila diperlukan.
3) Polisher
i. Mixed Bed Exchanger
Mixed bed exchanger merupakan ion removal polisher
untuk mendapatkan kualitas akhir air murni yang tinggi
dengan daya hantar listrik dibawah 1,3 microsimens/cm2.
Kolom mixed bed exchanger ini berisi resin kation dan anion
yang tercampur secara merata untuk mendapatkan kualitas air
yang tinggi.
Resin kimia yang terjadi pada kolom ini dengan cara
menukar ion-ion yang terkandung dalam air, ion positif diikat
oleh resin kation sedangkan resin kation akan melepaskan ion
hydrogen dan ion negatif diikat oleh resin anion sedangkan
resin anion melepaskan ion hidroksida.
Jika ion hydrogen dan ion hidroksida yang terdapat
pada resin telah habis tertukar dengan ion-ion positif dan
negatif yang terkandung dalam air yang dialirkan ke dalam
kolom mixed bed exchanger. Perlu dilakukan regenerasi untuk
mendapatkan hasil kualitas yang baik lagi.
Proses regenerasi terdiri dari beberapa tahapan sebagai
berikut:
a) Backwash
Dilakukan untuk membuang kotoran sekaligus terjadi
proses pemisahan resin kation dan anion. Resin kation akan
berada pada bagian bawah dan resin anion akan berada
pada bagian atas karena adanya perbedaan berat jenis. Saat
pemisahan ini akan terbentuk rongga antara resin menjadi
lebih besar sehingga proses regenerasi dapat berlangsung
86
dengan baik. Pada tahap ini, air mengalir dari bawah ke
atas lalu keluar menuju saluran buangan umum.
b) Settle
Pada tahap ini tidak ada aliran dalam kolom, sehingga resin
kation akan turun keagian bawah dan resin anion akan
berada pada bagian atas.
c) Regenerasi resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari atas ke
bawah (concurrent) melewati resi anion dan keluar melalui
kolektor tengah menuju bak penampungan limbah.
d) Pembilasan resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran air dari atas ke bawah
dan keluar dari kolektor tengah menuju tangki penampung
limbah tanpa adaya regeneran masuk.
e) Regenerasi resin kation
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari bawah
ke atas (counter current) melewati resin kation lalu keluar
dari kolektor tengah menuju bak penampungan lumbah
untuk dinetralkan tanpa adanya regeneran yang masuk.
f) Fast rinse
Proses pembilasan ini berlangsung dengan aliran air dari
atas dan dari bawah bersamaan melewati resin anion dan
kation lalu keluar melalui kolektor tengah menuju tangki
penampungan limbah tanpa adanya regeneran yang masuk.
g) Drain down
Tahap ini merupakan persiapan pencampuran resin kation
dan resin anion dengan membuang sebagian air yang ada
pada tabung mixed bed hingga diatas permukaan resin agar
dapat melakukan proses pencampuran dengan baik.
h) Pencampuran
Tahap ini merupakan tahap pencampuran kembali resin
kation dan resin anion yang telah diregenerasi dengan
menggunakan udara yang bebas dari minyak dengan
kapasitas aliran dan tekanan tertentu untuk mendapatkan
87
hasil yang maksimal. Pada proses ini udara bertekanan
dialirkan dari bagian bawah resin agar resin kation dapat
tercampur dengan anion secara merata.
i) Pembilasan akhir
Pada tahap ini air mengalir dari bagian atas ke bagian
bawah lapisan resin yang telah tercampur lalu keluar dari
bagian bawah.
i. Cartridgefilter
Filter yang digunakan untuk menjaga agar tidak ada
partikel resin yang lolos pada saat mixed bedfilter
bekerja (dapat juga disebut resin trap). Bagian ini harus
diganti secara berkala untuk memperoleh hasil yang
maksimal.
ii. Ultra filter
Merupakan filter akhir sebelum air masuk kedalam
ultraviolet sterilizer. Ukuran porinya sangat kecil 1,1-
0,01 micron yang digunakan untuk memastikan bahwa
partikel kotoran yang terkontaminasi dalam tangki
penampungan tersaring dengan baik dan ultraviolet
sterilizer dapat bekerja maksimal.
iii. Ultra violet sterilizer
Sinar ultra violet telah dikenal dapat membunuh
mikroorganisme.Sinar UV dapat mebunuh kelompok
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, alga dan
protozoa. Ketika mikroorganisme dihadapkan ke sinar
ultra violet, asam nuklida dari mikroorganisme
menyerap energi dan akan merusak DNA dari
mikroorganisme dan menghambat reproduksi dari
mikroorganisme tersebut. Intensitas penyinaran dari
sistem ini adalah 30.000 microwatt detik/cm2 dimana
standar pemakaian sinar UV untuk air minum 16.000
microwatt detik/cm2. Selain intensitas penyinaran yang
besar, sistem ini juga perlu didukung filter untuk
menyaring suspended solid yang kemungkinan dapat
88
digunakan sebagai tempat berlindung bagi
mikroorganisme saat dipaparkan dengan UV. Setelah
dilewatkan dalam UV sterilizer ini, air diharapakn
benar-benar telah memenuhi persyaratan secara fisik,
kimia dan biologi untuk digunakan sebagai air baku
sesuai standar USP
e. Pengolahan Limbah
Sistem pengolahan air limbah di PT. Guardian Pharmatama dilakukan
terhadap pengolahan limbah cair yang berasal dari produksi (pencucian
alat produksi) dan limbah domestik.Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) PT. Guardian Pharmatama didesain pada kapasitas 15 m3
/hari.Ada beberapa parameter pemeriksaan air limbah di PT Guardian
Pharmatama.
1) BOD5 (Biological Oxygent Demand)
BOD5 adalah senyawa-senyawa pencemar yang dapat diurai secara
ilmiah oleh mikroorganisme pengurai.
2) COD (Chemical Oxygent Demand)
COD meliputi semua pencemar yang mengonsumsi oksigen dan dapat
dioksidasi seperti garam-garam mineral serta sebagian besar senyawa
organik.
3) TSS (Total Suspended Solid)
4) Total Nitrogen
Nitrogen merupakan zat yang berguna bagi tumbuhan.Akan tetapi
nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan jumlah
mikroorganisme di dalam sistem.
5) Fenol Total
Fenol merupakan zat beracun yang dihasilkan dari pemecahan zat-zat
karboksil.
6) pH
pH normal yang dapat diterima di lingkungan adalah 6-7.
Proses yang terdapat dalam pengolahan limbah adalah proses fisika dan
kimia sebagai berikut.
1. Proses penyaringan (screening)
89
Air limbah yang berasal dari limbah pencucian alat-alat produksi
masuk ke penyaringan I, sedangkan air limbah domestik masuk ke
penyaringan II. Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan air
limbah dengan benda padat terapung seperti daun, plastik, tutup
botol, dan lainnya.Dengan tersaringnya benda-benda padat yang
mengapung ini dapat menjaga keawetan peralatan seperti pompa,
mixer dan lain-lain.
Fasilitas Desain, yaitu berupa bak saringan terdiri atas 2 bak
yang dilengkapi dengan saringan stainless steel. Ukuran bak 1,5 m,
1,4 m, dan 2 m (panjang x lebar x kedalaman). Masing-masing bak
disekat.
2. Proses Equalisasi
Proses equalisasi yaitu proses penyeragaman karakteristik parameter
air limbah seperti COD, BOD, TSS, pH dan parameter lainnya.
Biasanya air limbah yang masuk ke bak equalisasi ini fluktuatif
kandungan parameternya dari setiap pencucian. Pencucian pertama
kali akan lebih tinggi dibanding pencucian kedua (pembilasan). Air
limbah ini berasal dari bak screening atau bak penyaringan sebagai
alat penyalur dengan menggunakan pompa penyalur.
3. Proses Kimia (Koagulasi, Flokulasi dan Netralisasi)
Air yang berasal dari bak equalisai pertama (penampungan hasil
cucian alat produksi) masuk ke bak pengolahan kimia. Pada proses
ini disertai penambahan kapur hingga pH mencapai 9-11 kemudian
ditambahkan PAC (Poly Alumunium Chloride) dengan kecepatan
100-140 rpm atau reducer kontrol berada di angka nol. Setelah 5-10
menit baru ditambahkan dengan bahan kimia polimer (flokulen)
dengan kekentalan seperti minyak, Kecepatan pengaduk pada proses
flokulasi ini yaitu 40-70 rpm, kebutuhan PAC 400-600 ml/m3
sedangkan flokulan 300-700 mL/m3, dan pH pada proses ini dijaga
pada angka 7-8.
4. Bak netralisasi
Air limbah yang sudah diolah dengan proses kimia akan terbentuk
agregatagregat yang lebih besar, sehingga apabila diendapkan akan
lebih mudah mengendap. Proses pengendapan ini juga terjadi pada
90
koagulasi, flokulasi yang didiamkan kira-kira 15-30 menit.
Lumpurnya dialirkan ke drying bed, sedangkan air yang beningnya
dialirkan ke bak sedimentasi, di bak sedimentasi inilah terjadi
pengendapan yang lebih sempurna. Sistem pengalirannya dengan
cara gravitasim yaitu dengan cara membuka valve di drying bed
pertama atau kedua. Setelah lumpurnya dialirkan ke drying bed
seluruhnya kemudian katup ditutup dan dibuka
valve ke bak sedimentasi untuk mengalirkan air limbah yang
beningnya.
Untuk mengatur supaya pH mencapai netral 7 (tujuh),maka
dilakukan penambahan kapur. Pada dasarnya air limbah yang
didapat pHnya sudah mendekati 7. Namun karena terjadi proses
koagulasi (terjadi penurunan pH bersifat asam), sehingga pH bisa
turun drastis. Oleh sebab itu terlebih dahulu pH dinaikkan menjadi
9-11 (dengan kapur), kemudian dengan penambahan PAC pH akan
kembali normal 7-8. Penanmbahan kapur ini juga akan
mempermudah proses sedimentasi (pengendapan).
5. Proses Aerasi
Air limbah yang berasal dari equalisasi dua (limbah domestik),
langsung mengalir ke bak aerasi I, kemudian masuk ke bak aerasi II.
Pada tahap ini terjadi penambahan oksigen ke dalam air dengan
menggunakan blower.Bak ini dilengkapi dengan difuser sehingga
oksigen yang dimasukkan ke dalam limbah dapat merata. Pada
proses ini juga dimanfaatkan bakteri / lumpur aktif untuk mengurai
bahan organik limbah, sehingga dapat menurunkan BOD5 dan COD
hingga mencapai 90%.
6. Proses Clarifier (Pengendapan Biologi)
Air limbah yang sudah melalui proses aerasi kemudian lumpur
aktifnya diendapkan di clarifier. Dari clarifier ini lumpur aktif ini
ada yang di recycledan ada juga yang akan dibuang melalui drying
bed. Secondary clarifier berfungsi untuk menjaga tersedianya
konsentrasi lumpur aktif dalam jumlah yang cukup pada bak aerasi,
sehingga derajat pengolahan yang diperlukan dapat dipenuhi
dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.
91
7. Proses filtrasi
Proses filtrasi ini berfungsi untuk menyaring endapan yang terbawa
dan menurunkan kadar besi dan mangan serta menghilangkan bau.
8. Drying Bed
Drying Bed adalah bak pengering lumpur, bak ini menyaring lumpur
yang berasal dari proses kimia. Pada bak ini dilengkapi media batu
kali, batu koral, pasir, ijuk, dan karung goni.Bak ini diatapi oleh atap
transparan sehingga cahaya matahari dapat menembus lumpur.Air
saringannya dialirkan ke bak sedimentasi kimia.
9. Bak Stabilisasi
Bak stabilisasi merupakan bak indikator dari hasil pengolahan air
limbah. Indikator yang digunakan merupakan ikan mas dan lele.
Jika hasil pengolahanlimbah baik, maka ikan akan tetap hidup. Jika
hasil pengolahan buruk, maka ikan akan mati.
10. Flow Meter
Agar hasil pengolahan limbah lebih sempurna maka instalasi
pengolahan air limbah ini dilengkapi dengan flow meter berukuran 2
inchi sehingga air limbah yang diolah setiap harinya dapat
terukur.Penambahan zat-zat kimia ke dalam limbah dilakukan secara
manual. Limbah baik hasil pengolahan yang berbentuk padat, akan
dikirimkan ke PT Wastek untuk mengalami pengolahan lebih lanjut.
Sedangkan limbah cair dibuang ke lingkungan setelah memenuhi
parameter yang digunakan.
9. Departemen Information System
Information System merupakan sistem pendukung proses transaksi yang
terjadi di industri farmasi. Departemen ini bertanggung jawab terhadap semua
sistem komputer yang ada di PT. Guardian Pharmatama untuk menjaga integritas
jaringan dan database, sehingga semua data dari setiap departemen dapat diproses
dengan baik agar dapat memberikan informasi yang diperlukan.
Departemen IS ini dikepalai oleh seorang Manager IS yang membawahi
assistant manager technical support dan assistant manager programmer.
Masingmasing asisten membawahi supervisor dan staff.
Tugas dan tanggung jawab dari departemen IS antara lain;
92
a. Maintanance yaitu merawat atau menjaga hardware dan software computer
yang digunakan di pabrik.
b. Development yaitu mengembangkan sistem komputer yang telah ada dipabrik.
c. Trouble shooting yaitu memperbaiki kesalahan yang terjadi di pabrik baik
hardware maupun software. Serta membantu user menyelesaikan masalah
yang ada di komputer.
d. Backup data yaitu membuat copy dari databse terakhir, sehingga jika terjadi
kerusakan pada database yang digunakan, backup data dapat digunakan.
e. Mengatur jaringan lokal agar setiap komputer yang masuk dalam jaringan
PT. Guardian Pharmatama memiliki suatu aplikasi program khusus yang lain.
membantu jalannya beberapa transaksi di pabrik yaitu GIS Application dan GIS
report.
10. Departemen PPIC
Departemen PPIC di PT. Guardian Pharmatama dikepalai seorang manager yang
membawahi dua orang assistant manager PPIC, yaitu PPIC I untuk sediaan solid
dan liquid juga PPIC II untuk sediaan semi solid dan makloon (toll
manufacturing), dimana masing-masing membawahi satu orang supervisor
inventory control.
A. Production Planning
Marketing mengeluarkan forecast berdasarkan pada data penjualan
selama 3 bulan terakhir. Dengan mempertimbangkan lewat stok finished
goods yang ada di gudang dan produk WIP (work in process) yang masih
belum masuk gudang dan lead time dari produk tersebut, maka produk yang
perlu diproduksi dapat dikalkulasi dan ditentukan. Lead time merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk mengolah suatu produk yaitu sejak bahan awal
keluar dari gudang untuk ditimbang hingga produk jadi masuk gudang. Lead
time untuk suatu produk berbeda-beda.
Rencana produksi dibuat pertama kali lewat estimasi rencana produksi
6 bulanan, kemudian akan dibuat lebih spesifik lagi yaitu rencana produksi
bulanan dan kemudian rencana produksi per minggu sesuai dengan lead time
dari masing masing produk. Rencana produksi bulanan memiliki ketepatan
93
sekitar 80-90% untuk dijalankan pada proses produksi. Rencana produksi
bulanan ini dikeluarkan satu minggu sebelum bulan berjalan. Rencana
produksi per minggu tersebut akan dibuat semakin spesifik lagi oleh
departemen produksi yaitu rencana produksi harian oleh scheduler dengan
mempertimbangkan lead time produk, satuan batch size, dan tanggal butuh
masuk gudang. Rencana packing bulanan merupakan sebagai penandaan akhir
yang digunakan sebagai panduan barang memasuki gudang dan diberikan
setiap awal bulan. Rencana produksi mingguan memiliki tingkat ketepatan
99% untuk dijalankan sebagai proses produksi. Rencana produksi mingguan
ini disesuaikan dengan kedatangan material yang biasanya dikeluarkan setiap
hari kamis.
Untuk batch file formula pengolahan batch, formula pengemasan
batch, manufacturing direction, dan packaging direction dibuat oleh
departemen R&D formulasi dan salinannya diberikan ke PPIC. Copy MFD
dan PAD diberikan kepada bagian produksi 1 hari sebelum penimbangan dan
FPB dan FKB dibuat 3 salinan yaitu untuk bagian accounting, gudang dan
melekat pada batch file.Batchfile ini dikeluarkan sesuai dengan schedule
harian yang ditentukan oleh bagian produksi (scheduler). Departemen PPIC
bertanggung jawab dalam mengendalikan tenggat waktu proses produksi
dengan tanggal butuh. Tanggal butuh merupakan waktu deadline ketika
produk jadi harus masuk ke gudang.Informasi tersebut diberikan oleh
departemen PPIC ke departemen produksi berupa rencana packing bulanan.
Rencana produksi bulanan akan direkap selama 1 tahun ke dalam GIS
(Guardian Information System).
B. Inventory Control
Pengendalian stok bahan yang ada di gudang dilakukan oleh supervisor
inventory control.Setiap produk yang diproduksi PT. Guardian Pharmatama
telah memiliki bill of material tersendiri.Bill of material adalah dokumen yang
mengandung informasi bahan-bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan
untuk proses produksi utnuk setiap produk. Berdasarkan bill of material
tersebut dibuat suatu laporan yang mengandung informasi tentang jenis bahan
yang akan dibeli (laporan requirement), jumlah dari bahan tersebut dan waktu
disaat bahan tersebut dibutuhkan. Laporan requirement material tersebut
kemudian diberikan ke departemen purchasing. Laporan tersebut akan ditinjau
94
oleh purchasing dan akan dibuat ratingnya berdasarkan kualitas dan harga dari
bahan. Hasil tinjauan tersebut akan diberikan kembali ke departemen PPIC dan
berdasarkan hasil rating maka PPIC akan membuat permohonan pembelian
(PP) dan purchasing akan membuat Purchasing Order (PO) ke pemasok.
Laporan material requirement dibuat berdasarkan pertimbangan :
a. Jumlah bahan yang ada di gudang.
b. Outstanding PP atau bahan yang telah dipesan tapi belum sampai.
Supervisor IC juga bertanggung jawab atas review outstanding PP
yaitu jika sales dari produk turun, maka outstanding PP dapat diundur atau
dibatalkan Kemudian supervisor IC juga bertugas untuk memonitor
outstanding PP yaitu memastikan jadwal kedatangan bahan baku sama dengan
waktu kedatangan yang sesungguhnya. Materi atau bahan baku yang
dibutuhkan per produk mengacu pada FPB (Formula Pengolahan Batch) dan
FKB (Formula Pengemasan Batch) yang telah dibuat oleh departemen R&D
(Research and Development). Sedangkan jadwal produksi mempertimbangkan
MFD (Manufacturing Direction) dan PAD (Packaging Direction).
95
BAB IV
PEMBAHASAN
PT. Guardian Pharmatama sebagai industri farmasi yang telah mendapatkan izin dari
Menteri Kesehatan untuk melakukan kegitan pembuatan bahan obat atau obat. Pengendalian
secara menyeluruh pada pembuatan obat merupakan hal yang sangat esensial untuk
menjamin bahwa konsumen menerima produk obat yang bermutu tinggi. Produk jadi harus
lulus dari serangkaian pengujian, juga mutu dapat dipertanggungjawabkan hingga dikonsumsi
oleh konsumen. Mutu obat tersebut bergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses
produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan personil yang
terlibat. Oleh sebab itu, industri farmasi membutuhkan pedoman sebagai dasar
pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. Pedoman ini mencakup seluruh kegiatan
penerimaan bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan
mutu, pelulusan, penyimpanan, dan distribusi obat serta pengawasan terkait.
Selama pelaksanaan, proses, hingga terbentuknya bahan obat maupun produk obat,
PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek yang telah diatur dalam pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Adapun aspek CPOB yang telah diterapkan oleh PT.
Guardian Pharmatama meliputi aspek menejemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas,
peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu,
penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian,
dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi, dan validasi.
PT. Guardian Phamatama memproduksi obat-obat ethical dan Over the Counter
(OTC). PT. Guardian Pharmatama memproduksi obat dalam bentuk sediaan solid, semisolid,
maupun liquid. Untuk produk steril, antibiotik dan sirup kering, PT. Guardian Pharmatama
melakukan kerjasama dan/atau makloon dengan perusahaan farmasi lainnya. Produk yang
diproduksi oleh PT. Guardian Pharmatama diklasifikasikan bedasarkan efektivitas
farmakologinya antara lain golongan obat anti alergi, anti piretik dan analgetik, antibiotik,
obat kulit, obat saluran pencernaan, obat serebrovaskular, suplemen, vitamin, dan lain-lain.
Kualitas obat yang diproduksi oleh suatu perusahaan farmasi dapat terjamin dan ditingkatkan
kualitasnya melalui penerapan CPOB. Hal tersebut telah dibuktikan dan diterapkan oleh PT.
Guardian Pharmatama yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan ini.
96
1. Manajemen Mutu
Sebagai industri farmasi, PT. Guardian Pharmatama harus memproduksi obat
dengan cara yang telah ditetapkan agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakan bagi pasien yang menggunakannya. Untuk mengatasi hal tersebut,
manajemen PT. Guardian Pharmatama bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan
tersebut melalui suatu “Kebijakan Mutu”. Untuk mencapai tujuan mutu secara
konsisten diperlukan sistem manajemen mutu yang sesuai dengan CPOB sebagai
pedoman.
Manajemen mutu memiliki unsur-unsur seperti infrastruktur atau sistem mutu
yang mencakup organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, juga tindakan
sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi. Sesuai dengan hal tersebut PT. Guardian Pharmatama sebagai industri
farmasi yang berpedoman tehadap CPOB memiliki personil yang berkompeten,
bangunan, sarana, serta peralatan yang memadai dalam menjalankan sistem pemastian
mutu.
2. Personalia
Suatu sumber daya manusia yang berkompeten dapat mendukung suatu
organisasi berjalan dengan baik. PT. Guardian Pharmatama sebagai suatu industri
farmasi berusaha untuk menyediakan personil yang terampil dan terkualifikasi sesuai
dengan keahlian masing-masing.. Karyawan tesebut berasal dari berbagai tingkat
pendidikan.
Berdasarkan CPOB, sebuah industri farmasi sekurang-kurangnya memiliki
tiga orang apoteker, yaitu sebagai manajer produksi, manajer pemastian mutu, dan
manajer pengawasan mutu. Sesuai dengan persyaratan dari CPOB tersebut PT.
Guardian Pharmatama sebagai sebuah industri farmasi telah memenuhi
persyaratannya, walaupun lebih 3 apoteker yang ada di dalam industri tersebut. Hal
ini diperuntukan agar lebih dapat menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan. PT.
Guardian Pharmatama terdiri dari sebelas departemen, yaitu Quality Assurance,
Quality Control Bahan Awal & IPC, Quality Control Bahan Kemas, Technical
Support Service (TSS), Research and Development Analisa dan Registrasi, Research
and Development Formulasi, Production Planning and Inventory Control (PPIC),
Production, Warehouse, Information System, dan Enginering.
97
PT. Guardian Pharmatama juga menerapkan pelatihan mengenai CPOB untuk
karyawan. Kecakapan setiap karyawan selalu dimonitor oleh masing-masing manajer
pada tiap departemen terkait sehingga kesalahan yang dilakukan oleh karyawan dapat
ditelusuri dan segera diatasi.
3. Bangunan dan Fasilitas
PT. Guardian Pharmatama memiliki bangunan dengan letak, desain dan
konstruksi yang memadai. Desain dan konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga
memperkecil resiko terjadinya kekeliruan maupun pencemaran silang. Letak
bangunan dibuat sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan
sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, dan air serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan.
Bangunan ruang produksi dibuat saling berhubungan yang dipisahkan dengan
sekat dari kaca bening dan tertutup, sehingga menghindari kontaminasi silang. Pada
lantai, dinding, dan langit-langit di bagian ruang produksi memiliki permukaan yang
rata, halus, kedap air, dan tidak memiliki celah atau sambungan, dan juga sudut tiap
ruangan dibuat melengkung (coving) sehingga debu ditak mudah menumpuk pada
sudut ruangan dan agar debu tersebut lebih mudah dibesihkan. Jalur barang dan jalur
personil juga dipisahkan untuk mencegah kontaminasi.
Area produksi pada PT. Guardian Pharmatama terpisah dengan area
penyimpanan, area pengawasan mutu, dan area pemastian mutu. PT. Guardian
Pharmatama hanya memiliki dua area produksi, yaitu area kelas E (Grey area) dan
area kelas F (Black area) sehingga PT. Guardian Pharmatama hanya dapat
memproduksi sediaan non steril, baik solid, semisolid, maupun liquid. Sedangkan,
sediaan steril dan antibiotika ß-laktam diproduksi dengan cara bekerja sama dengan
perusahaan lain (Toll Manufacturing).
Area penyimpanan di PT. Guardian Pharmatama juga mempunyai mempunyai
kapasitas yang memadai untuk menyimpan berbagai macam bahan kemas, bahan awal
dan produk jadi. Kondisi penyimpanan disesuaikan dengan kebutuhan dan kestabilan
produk, baik suhu maupun kelembaban. Untuk penyimpanan produk psikotropik dan
prekursor disimpan pada ruangan yang terpisah dari produk lain dan dikunci.
4. Peralatan
Peralatan di PT. Guardian Pharmatama telah didesain dan dikonstruksikan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Peralatan mempunyai ukuran yang memadai
serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat terjamin seragam
98
dari batch ke batch. Peralatan telah dikualifikasi, baik kualifikasi instalasi, kualifikasi
operasional, kualifikasi kinerja, serta dikalibrasi. Kalibrasi peralatan dilakukan secara
berkala sesuai dengan jadwal atau terprogram untuk menjamin keseragaman produk
yang dihasilkan. Pembersihan dan perawatan peralatan untuk mencegah kontaminasi
silang dan penumpukan debu atau kotoran turut menentukan mutu produk yang
dihasilkan. Perawatan alat-alat yang digunakan bekerjasama dengan Departemen
Enginering dimana dibuatkan Program Preventive Maintenance untuk mengatur
jadwal dari perawatan alat-alat yang digunakan.
Peralatan yang digunakan PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi
persyaratan CPOB, yaitu terbuat dari stainless steel 316L, kaca, atau bahan inert
untuk mencegah terjadinya reaksi kimia. Peralatan di desain sedemikian rupa
sehingga mudah untuk dibersihkan sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi silang. Selain itu peralaan juga didesin agar kontak antara produk dengan
personil seminimal mungkin. Peralatan produksi ditempatkan dalam ruang produksi
yang sesuai dan dalam satu ruangan hanya digunakan untuk pengolahan satu macam
produksi pada satu waktu, sehingga resiko tercampur antara komponen obat ataupun
terjadi komunikasi silang dapat dihindarkan. Setiap peralatan mempunyai prosedur
tetap pengoperasian, pembersihan, dan kalibrasi sebagai pedoman untuk
menghasilkan produk obat yang terjamin dari batch ke batch.
5. Sanitasi dan Higiene
Obat digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh, sehingga obat tersebut harus
bebas dari segala pencemaran. Sumber pencemaran dapat dibagi dua, yaitu partikulat
asing dan mikroba. Untuk menjaga higienitas tersebut, maka setiap orang yang
memasuki daerah produksi dan laboratorium harus menaati peraturan sanitasi,
termasuk tamu, teknisi, untuk perbaikan dan perawatan, staf manajemen, pemerintah
dan inspektur mutu, tenaga lepas, dan personalia instruktur.
PT. Guardian Pharmatama telah memberikan pelatihan untuk sanitasi dan
higiene dari karyawan. Sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan atau
ruangan, dan peralatan. Pada personalia, higiene diterapkan pada semua karyawan
yang bekerja dalam pabrik, mulai dari adanya pemeriksaan kesehatan sebelum dan
sesudah diterima bekerja sebagai karyawan pabrik secara berkala. Pemeriksaan arutin
yang dilakukan satu tahun sekali meliputi pemeriksaan hematologi, foto torax, serta
pemeriksaan mata khusus untuk karyawan yang memiliki tugas yang berhubungan
99
dengan visual atau penglihatan dilakukan tes buta warna, karyawan yang memiliki
penyakit infeksi pernafasan, penyakit kulit atau luka tidak boleh bekeja di are
produksi kelas E serta tidak diperbolehkan menangani bahan baku, bahan pengemas,
dan proses pembuatan obat sampai penyakit atau luka sembuh.
Setiap karyawan sebelum memasuki area produksi harus dipastikan telah
mandi dan memakai pakaian kerja yang bersih sesuai dengan tugasnya. Karyawan
produksi pada saat memasuki ruang produksi harus mencuci tangan dengan
desinfektan dan menggunakan pakaian khusus yang bersih dilengkapi dengan penutup
rambut dan sepatu khusus. Untuk tamu disediakan pakaian khusus, kain penutup
rambut, dan sepatu khusus. Karyawan yang akan melakukan proses pengolahan
produk harus menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung antara
tangan dengan bahan baku maupun produk yang dihasilkan.
Sanitasi untuk bangunan atau ruangan, misalnya pada ruangan produksi
dilakukan setiap kali proses produksi berlangsung yang meliputi kebersihan ruang dan
peralatan setiap kali selesai digunakan. Setiap akan memulai proses produksi maka
peralatan dan ruangan harus dilengkapi dengan label bersih dari departemen QC.
Prosedur pembersihan untuk mesin telah tervalidasi. Validasi dilakukan terhadap
produk marker pada setiap mesinnya dan pemeriksaannya dilakukan secara kimia dan
mikrobiologi. Sanitasi ruangan produksi dilakukan setiap hari sesuai dengan prosedur
tetap sanitasi. Guna menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang
penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara grey area dan black area. Alur
barang yang akan masuk ruang produksi harus melalui ruang penyangga yang terpisah
dengan ruang penyangga personil. Sistem pest control juga dilakukan dalam rangka
pemeliharaan bangunan untuk menghindari adanya binatang kecil, tikus, lalat, semut,
cicak, atau binatang lainnya dalam bangunan pabrik.
6. Produksi
Departemen produksi di PT. Guardian Pharmatama melaksanakan produksi
sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat oleh PPIC berdasarkan forecast bagian
marketing dan stok produk jadi yang tersedia. Produk obat yang dihasilkan oleh PT.
Guardian Pharmatama adalah berupa sediaan non steril antara lain sediaan tablet,
tablet salut selaput, kaplet, kapsul, krim, sirup, suspensi, balsem, dan shampo; serta
sediaan injeksi, produk yang mengandung ß-laktam dan sefalosporin dikerjakan di
tempat toller.
100
Pelaksanaan produksi di PT. Guardian Pharmatama ini mengikuti prosedur
yang tecantum dalam manufacturing direction dan packaging direction yang memuat
semua catatan yang berhubungan dengan produksi seperti penimbangan, prosedur
pengolahan sampai dengan pengemasan. Proses produksi dilakukan dalam ruang dan
kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB, juga system serta peralatan yang
senantiasa divalidasi. Saat produksi skala pabrik pertama kali untuk satu produk,
depatemen R&D, QC, dan produksi bekerja sama untuk menentukan parameter-
parameter untuk mengoptimalkan pembuatan produk tersebut
Proses produksi dilaksanakan oleh operator produksi yang telah mengalami
training terlebih dahulu dan diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan
dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina pengambilan sampel,
penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, hingga distribusi
dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan dilakukan dokumentasi
dengan pencatatan. Pada saat proses, dilakukan pemeriksaan hasil produk yang
dikenal dengan in process control (IPC) untuk memastikan keseragaman bets dan
keutuhan obat. Prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian,
atau pemeriksaan yang dilakukan selama proses pada setiap bets produk, PT.
Guardian Pharmatam melaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh
kepala bagian Pemastian Mutu. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau
hasil dan memvalidasi kinerja operator dari poses produksi yang memungkinkan
menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam proses.
7. Pengawasan Mutu atau Quality Control (QC)
Bagian pengawasan mutu di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari bagian
pengawasan mutu bahan awal, bahan kemas dan IPC. Bagian pengawasan mutu bahan
awal telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan melakukan pengujian terhadap
bahan awal sesuai dengan spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruangan dan
produk jadi. Obat yang diproduksi olah PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi
beberapa kriteria yang dipersyaratkan dalam CPOB 2012 yaitu:
a. Mengandung bahan aktif sesuai yang dipersyaratkan
b. Bebas dari zat asing
c. Ketersediaan hayati (Bioavaibilitas)
d. Bekerja atau mempunyai efek sesuai yang diinginkan.
101
Bagian pengawasan mutu memiliki wewenang antara lain untuk meluluskan
bahan awal, produk antara, produk ruahan yang sesuai dengan spesifikasinya, atau
menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya termasuk bila tidak dibuat
sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan. Namun, untuk
pelulusan akhir suatu produk untuk dijual menjadi tanggung jawab Quality
Assurance. Bagian pengawasan mutu juga berwenang dalam melakukan
pengambilan contoh atau sampel barang yang akan diuji serta dalam hal proses
pengujiannya.
Personil yang bertugas dalam pengambilan sampel memiliki kompetensi dan
pengalaman serta memperoleh pelatihan awal dan berkelanjutan secara teratur
tentang cara pengambilan sampel yang benar. Saat proses produksi berlangsung,
dilakukan In Process Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Bagian
pengawasan mutu PT.Guardian Pharmatama telah sesuai dengan CPOB 2012
dimana telah memiliki otoritas tunggal untuk meluluskan atau menolak bahan awal
dan produk jadi tersebut. Selain itu, karena tidak merupakan bagian dari
departemen produksi, maka dapat dipastikan bahwa departemen pengawasan mutu
ini telah berdiri sendiri atau independen. PT. Guardian Pharmatama menggunakan
metode analisis yang dianjurkan dalam FI, USP, GP, BP, JP, dan EP serta
disesuaikan dengan fasilitas analisa yang ada dalam laboratorium dalam hal
pengendalian mutu baku, bahan pengemas, dan produk yang dihasilkan. Metode
analisis tersebut sebelumnya telah divalidasi atau diverifikasi oleh bagian analitical
research and development. Setiap perubahan atau modifikasi pada metode tersebut
harus divalidasi kembali. Alat-alat analisa dikalibrasi secara berkala sesuai dengan
prosedur yang telah baku. Hal yang diharapkan dari pelaksanaan tersebut adalah
bahwa setiap metode setiap metode dan analisa memberikan hasil yang sensitif,
teliti, dan akurat sehingga dapat memberikan data yang sesungguhnya. Maka mutu
bahan baku, bahan kemas, dan produk yang dihasilkan selalu dapat dikontrol sesuai
spesifikasi yang ditentukan.
Secara aspek bangunan, laboratorium pengawasan mutu PT. Guardian
Pharmatama telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
2012. Ruangan laboratorium untuk pengujian dibuat terpisah dari ruangan produksi
dan telah dilengkapi dengan perlengkapan yang memadai untuk menunjang
pemeriksaan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi terhadap produk yang diuji.
Semua peralatan laboratorium dikalibrasi sesuai dengan periode yang ditetapkan
102
dan prosedur yang disetujui. Status kalibrasi ditempelkan pada tiap instrument dan
peralatan laboratorium. Secara aspek personel, tiap karyawan berkewajiban untuk
memakai pakaian pelindung, yaitu jas laboratorium dan alat pengaman seperti
masker dan sarung tangan yang sesuai dengan keperluan tugasnya.
8. Inspeksi diri atau Audit Mutu
Inspeksi diri dau audit mutu merupakan aspek yang penting untuk dilakukan
oleh setiap industri termasuk industri farmasi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu suatu
perusahaan farmasi telah memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) 2012 atau belum. Inspeksi diri dan audit mutu dapat mencegah maupun
memperbaiki kekeliruan serta ketidak disiplinan proses produksi sedini mungkin. PT.
Guardian Pharmatama telah melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu sesuai dengan
ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 2012 secara rutin. Program
kegiatan inspeksi diri PT. Guardian Pharmatama dirancang dan dilaksanakan dengan
melibatkan semua pihak yang terkait baik proses produksi, maupun fasilitas dan
infrastrukturnya. Inspeksi diri mencakup aspek manusia, perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) serta mencakup sistem manajemennya.
9. Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk, dan produk
kembalian
Untuk penanganan keluhan produk biasanya keluhan terhadap produk berasal
dari dokter, apotek, maupun pasien. Keluhan tersebut bisa terhadap kualitas produk,
efek yang merugikan, maupun efek terapeutik dari produk tersebut. Keluhan produk
tersebut diterima oleh marketing kemudian disampaikan kepada departemen QA,
kemudian dengan bantuan R&D akan menganalisa produk yang dikeluhkan. Setelah
itu, QA akan memberikan surat jawaban ke marketing yang berisi alasan dan tindak
lanjut terhadap keluhan tersebut. Secara garis besar, pelaksanaan penanganan keluhan
adalah berupa: pendataan (asal keluhan); investigasi, sampel dan sampel pertinggal;
investigasi batch lain; dan kemungkinan pemalsuan.
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi.
Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi
syarat kualitas atau atas dasar penimbangan adanya efek samping yang tidak
103
diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi
tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi
yang bersangkutan.
PT. Guardian Pharmatama membagi produk kembalian menjadi dua jenis,
yaitu obat kadaluarsa dan obat yang cacat atau rusak. Produk kembalian diterima PT.
Guardian Pharmatama melalui melalui distributor-distributornya. Pabrik akan
menerima melalui gudang obat jadi. Obat yang diterima akan diperiksa
kelengkapannya, kemudian bagian pengawasan mutu akan melakukan pemeriksaan
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Barang yang diterima diperiksa jumlahnya,
nomor batch, dan dibandingkan dengan retained sample (contoh pertinggal). Jika obat
tersebut sudah kadaluarsa maka akan dimusnahkan, sedangkan jika dikembalikan ke
PT. Guardian Pharmatama tiga bulan sebelum tanggal kaadaluarsanya, maka produk
akan diganti dengan produk yang baru. Obat kembalian yang masih memenuhi
spesifikasi dapat dimanfaatkan atau dikembalikan sebagai stock. Jika yang rusak
hanya kemasannya saja, maka akan dilakukan proses pengemasan ulang. Prosedur
pemusnahan harus dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
kemungkinan dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen untuk
perencanaan, pelaksanaan atau penerapan, penyelidikan atau penerapan dan evaluasi
dalam seluruh aktivitas pembuatan produk/ obat. Dokumentasi merupakan bagian
penting dalam suatu sistem informasi untuk menunjukan bahwa seluruh prosedur dan
persyaratan telah dilaksanakan dengan baik. Sistem dokumentasi harus
menggambarkan secara lengkap dan terperinci bahwa seluruh prosedur, metode,
spesifikasi, instruksi, perencanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian
kegiatan pembuatan obat telah dilaksanakan dengan baik, sehingga apabila terjadi
masalah dapat memudahkan dalam proses penelusuran produk tersebut.
Seluruh dokumen dalam rangkaian tahap produksi baik itu dokumen produksi,
dokumen laboratorium mulai dari bahan awal dan bahan kemas, penimbangan, proses
produksi, hasil laboratorium, serta pelaksanaannya dan hal-hal yang menyimpang
dikumpulkan dalam batch record yang disimpan oleh Departemen QA. Seluruh
kegiatan kalibrasi alat dan validasi yang dilakukan selalu didokumentasikan.
Penanganan semua dokumentersebut dilakukan oleh departemen QA.
104
Dokumentasi di PT. Guardian Pharmatama dilakukan secara manual dan
elektronik. Dokumen elektronik menggunakan program GIS ( Guardian Information
System). Dokumen di PT. Guardian dilihat dari segi pengendalian dibedakan menjadi
dua yaitu dokumen dikendalikan dan dokumen tidak dikendalikan. Semua dokumen
yang berasal dari luar dan semua dokumen elektronik memiliki “master” yang
disimpan oleh pengendalian dokumen. Penggandaan dokumen berasal dari “master”
dokumen.
11. Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak
tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas
menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang
menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian pemastian mutu. PT. Guardian
Pharmatama melakukan kontrak pembuatan produk dengan beberapa perusahaan
untuk produk steril, preparat hormon, antibiotik betalaktam dan sefalosporin serta
produk lainnya yang fasilitasnya belum ada di PT. Guardian Pharmatama.
12. Kualifikasi dan Validasi
PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan CPOB dalam setiap kegiatannya,
salah satunya adalah melaksanakan validasi. Validasi merupakan suatu tindakan
pembuktian yang sesuai dengan prinsip-prinsip CPOB bahwa prosedur, proses,
peralatan, bahan-bahan, aktivitas, atau sistem telah berfungsi sesuai yang
dipersyaratkan. Validasi ini digunakan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek
kritis dari kegiatan yang dilakukan. Selain itu, validasi juga bertujuan untuk menjamin
bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang konsisten. Oleh karena itu,
diperlukan serangkaian kegiatan untuk melakukan validasi terhadap prosedur tersebut
sehingga proses produksi dapat menghasilkan produk yang berkualitas secara terus
menerus dan reproducible. Setiap enam bulan bagian tim validasi menyusun rencana
validasi induk (RIV). Rencana induk validasi ini mencakup informasi tentang
vasilitas, peralatan atau proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa format
protokol, laporan validasi dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi, acuan
105
dokumen yang digunakan dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan
validasi tersebut.
Selain melakukan validasi proses, PT. Guardian Pharmatama juga melakukan
validasi pembersihan dan validasi metode analisa. Validasi metode analisa dilakukan
oleh bagian R&D analisa. Selain validasi, PT. Guardian Pharmatama juga melakukan
kualifikasi alat. Kualifikasi alat di PT. Guardian Pharmatama dilakukan oleh masing-
masing departemen. Kualifikasi yang dilakukan diantaranya adalah kualifikasi
instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut
memastikan bahwa alat yang dipasang dapat dioperasikan dengan baik serta telah
mencapai kinerja yang diinginkan.
106
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan selama PKPA di PT. Guardian
Pharmatama, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Mahasiswa PKPA telah mengetahui tentang peran, fungsi, dan posisi apoteker dalam
industri farmasi khususnya di PT Guardian Pharmatama yang telah sesuai dengan
CPOB 2012.
2. Mahasiswa PKPA telah dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman bekerja di
Departemen RnD Analisis dan Registrasi serta Departemen TSS (Technical Support
Service) yang dapat menjadi bekal untuk terjun sebagai tenaga professional.
3. PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan seluruh aspek CPOB yang meliputi
aspek manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan
higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan
keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian;
dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan selama PKPA di PT. Guardian
Pharmatama, maka disarankan beberapa hal berikut:
1. Regenerasi personil sebaiknya dilakukan sejak dini (khususnya yang
membutuhkan keterampilan khusus) agar saat personil yang lama berhenti, maka
penggantinya dapat langsung tersedia.
2. Untuk mahasiswa PKPA selanjutnya, sebaiknya ditempatkan di berbagai bagian
secara bergantian selama waktu PKPA (tidak hanya 1 bagian saja selama waktu
PKPA) sehingga dapat benar-benar mengetahui dengan baik mengenai peran dan
tugas apoteker di semua bagian.
107