Laporan PKPA Badan POM-libre

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hh

Citation preview

  • LAPORANDI DIREKTORAT I

    KOSBADA

    JL. PERCE

    LAPORAN

    YISK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    AN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TR

    SMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMENDAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PU

    PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013

    AN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK

    ISKA NATHASA SITUMORANG, S.Farm. 1206313892

    ANGKATAN LXXVI

    FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

    DEPOK JUNI 2013

    EKER TRADISIONAL, N

    AN PUSAT

    EKER

  • LAPORANDI DIREKTORAT I

    KOSBADA

    JL. PERCE

    LAPORAN

    YISK

    ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    AN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TR

    SMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMENDAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PU

    PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013

    AN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK

    ISKA NATHASA SITUMORANG, S.Farm. 1206313892

    ANGKATAN LXXVI

    FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

    DEPOK JUNI 2013

    EKER TRADISIONAL, N

    AN PUSAT

    EKER

  • Laporan Praktek KerjNama/NPM Program Studi Judul Laporan

    Telah berhasil dipertbagian persyaratan yProgram Studi Apotek

    Pembimbing I : Dra.

    Pembimbing II : Prof.

    Penguji i:

    Penguji i:

    Penguji i:

    Ditetapkan di : Depo Tanggal :

    iii

    HALAMAN PENGESAHA

    erja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: : Yiska Nathasa Situmorang, S.Farm. / 120: Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univer:iLaporan Praktek Kerja Profesi Apoteke

    Inspeksi dan Sertifikasi Obat TradisionalProduk Komplemen Badan Pengawas ObJl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta PusFebruari 2013

    ertahankan di hadapan Dewan Penguji dan d yang diperlukan untuk memperoleh gelar teker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    ra. Kristiana Haryati, Apt. (..........

    of. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. (..........

    (..........

    (..........

    (..........

    pok

    206313892 versitas Indonesia eker di Direktorat nal, Kosmetik, dan Obat dan Makanan Pusat Periode 4-26

    diterima sebagai ar Apoteker pada ia.

    .........................)

    .........................)

    .........................)

    .........................)

    .........................)

  • iv Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

    dan karunia-Nya sehingga Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan

    Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI), khususnya di

    Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

    Komplemen pada tanggal 4 - 26 Februari 2013 dapat diselesaikan dengan baik.

    Praktek Kerja Profesi Apoteker di bidang pemerintahan dilaksanakan

    sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada :

    1. Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc., selaku Kepala Badan Pengawas Obat dan

    Makanan Republik Indonesia.

    2. Drs. Sukiman Said Umar, Apt., selaku Direktur Inspeksi dan Sertifikasi

    Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

    Komplemen Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

    3. Dra. Kristiana Haryati, Apt., selaku Ka. Sub. Dit. Sertifikasi Direktorat

    Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen,

    juga selaku pembimbing dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

    Indonesia.

    4. Seluruh staf dan karyawan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

    Indonesia, khususnya Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional,

    Kosmetik, dan Produk Komplemen Badan Pengawas Obat dan Makanan

    Republik Indonesia, yang telah memberikan bantuan dan perhatian selama

    pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

    5. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Indonesia sekaligus pembimbing PKPA di Badan POM RI.

    6. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

    Universitas Indonesia sekaligus pembimbing akademik.

    7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas

    didikan dan bantuannya selama perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.

  • v Universitas Indonesia

    8. Orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan semangat untuk

    menyelesaikan perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.

    9. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan 76 yang telah berjuang bersama-

    sama melaksanakan PKPA untuk mendapatkan gelar apoteker.

    10. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan PKPA yang tidak dapat

    disebutkan satu-persatu.

    Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan ini

    bukan merupakan hasil yang sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran

    yang membangun demi penyempurnaan laporan ini sangat diharapkan. Semoga

    ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama Praktek Kerja Profesi Apoteker

    di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, khususnya pada

    Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

    Komplemen ini dapat berguna sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat dalam

    rangka pengabdian profesi.

    Jakarta, Juni 2013

    Penyusun

  • vi Universitas Indonesia

  • vii Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................... 2 1. 3 Manfaat ................................................................................... 3

    BAB 2 TINJAUAN UMUM BADAN POM RI ........................................ 4

    2.1 iVisi dan Misi Badan POM RI ................................................. 4 2.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Badan iPOM RI ................................................................................ 4 2.3 Prinsip dan Kerangka Konsep SisPOM ................................. 5 2.4 Target Kinerja Badan POM RI .............................................. 7 2.5 Budaya Organisasi Badan POM RI ....................................... 7 2.6 Kebijakan dan Strategi Badan POM RI ................................. 8 2.7 Struktur Organisasi Badan POM RI ....................................... 13 2.8 Reformasi Birokrasi Badan POM RI ..................................... 22 2.9 Quality Management System (QMS) Badan POM RI ............ 26

    BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT INSPEKSI DAN

    SERTIFIKASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN ............................................................ 28 3.1 Struktur Organisasi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen.......... 28 3.2 Tugas dan Fungsi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen.......... 28 3.3 Sub Direktorat Sertifikasi ....................................................... 29 3.4 Sub Direktorat Inspeksi Produk I ........................................... 39 3.5 Sub Direktorat Inspeksi Produk II ......................................... 52

    BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 54

    4.1 Sub Direktorat Sertifikasi ....................................................... 54 4.2 Sub Direktorat Inspeksi Produk I dan II ................................. 56

  • viii Universitas Indonesia

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 58 5.1 Kesimpulan ............................................................................. 58 5.2 Saran ....................................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61 LAMPIRAN .................................................................................................... 63

  • ix Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan POM RI ............................................ 63 Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Badan POM RI ....................................................................................... 64 Lampiran 3. Alur Permohonan Surat Keterangan Impor (SKI)..................... 65 Lampiran 4. Alur Permohonan Surat Keterangan Ekspor (SKE)................... 66 Lampiran 5. Alur Pemeriksaan Industri ........................................................... 67 Lampiran 6. Alur Pemeriksaan Sarana Importir dan Sarana Usaha Perorangan/Badan Usaha yang Melakukan Kontrak Produksi ....................................................................................... 68 Lampiran 7. Alur Pemeriksaan Sarana Distribusi ............................................ 69 Lampiran 8. Alur Pengawasan Promosi dan Iklan ........................................... 70

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa perubahan-

    perubahan yang signifikan pada industri farmasi dan makanan di Indonesia.

    Dengan adanya peningkatan teknologi produksi, obat dan makanan dapat

    diproduksi dalam skala yang sangat besar. Ditambah lagi dengan adanya

    kemajuan teknologi transportasi yang memungkinkan produk-produk tersebut

    dapat terdistribusi dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam waktu

    singkat. Selain itu, pada era globalisasi sekarang ini, entry barrier perdagangan

    internasional antar negara dapat dikatakan tidak ada. Hal ini menyebabkan

    produk-produk kesehatan seperti produk obat, obat tradisional, kosmetika, produk

    komplemen, makanan dan perbekalan kesehatan rumah tangga lainnya dalam

    waktu yang singkat dapat menyebar ke berbagai daerah dan negara.

    Meresponi perkembangan teknologi tersebut, diperlukan suatu institusi

    dan infrastruktur pengawasan yang kuat, memiliki kredibilitas profesional yang

    tinggi serta kewenangan terhadap penegakan hukum. Berdasarkan Keputusan

    Presiden Republik Indonesia No.103 tahun 2001, dibentuklah Badan Pengawas

    Obat dan Makanan Republik Indonesia sebagai institusi pemerintah yang secara

    resmi mengawasi obat dan makanan di Indonesia. Badan POM ditetapkan sebagai

    Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada

    Presiden dan dikoordinasi oleh Menteri Kesehatan.

    Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.

    02001/SK/KBPOM, terkait pengawasan terhadap obat tradisional, kosmetika, dan

    produk komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan membentuk Deputi II

    Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen.

    Selanjutnya, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika, dan

    Produk Komplemen yang berada di bawah Deputi II memiliki tugas untuk

    melakukan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar,

    kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian,

  • 2

    Universitas Indonesia

    bimbingan teknis dan evaluasi di bidang inspeksi sarana produksi dan distribusi

    serta sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, dan proses

    produksi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

    Sebagai institusi yang melakukan pengawasan di bidang obat dan

    makanan, Badan POM RI memerlukan sumber daya manusia yang tepat dan

    sesuai dengan fungsinya. Terkait fungsi pengawasan terhadap produk-produk

    kesehatan terrmasuk obat , maka dibutuhkan sumber daya manusia yang

    memahami tentang ilmu kefarmasian, yaitu apoteker. Sebagai salah satu bentuk

    tanggung jawab sosial kepada masyarakat, apoteker dapat berperan dalam hal

    penyusunan kebijakan atau regulasi serta pelaksanaan pengawasan terhadap

    produk-produk kesehatan yang beredar di masyarakat. Hal tersebut dilakukan

    untuk melindungi masyarakat dari produk-produk kesehatan yang tidak memenuhi

    syarat.

    Oleh karena itu, untuk mengenalkan mahasiswa calon apoteker kepada

    tugas, fungsi, serta ruang lingkup kegiatan dari institusi pemerintah di bidang

    pengawasan obat dan makanan, maka diselenggarakan Praktek Kerja Profesi

    Apoteker di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia pada

    periode 4-26 Februari 2013.

    1.2 Tujuan

    Berikut ini adalah tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker

    yang diselenggaraka di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

    pada adalah :

    1. Tujuan Umum

    Peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat memahami dan menjelaskan

    peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

    2. Tujuan Khusus

    Peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat memahami dan menjelaskan

    kegiatan dari Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika,

    dan Produk Komplemen Badan POM RI.

  • 3

    Universitas Indonesia

    1.3 Manfaat

    Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Badan Pengawas

    Obat dan Makanan Republik Indonesia, diharapkan calon apoteker dapat lebih

    siap terjun ke dunia kerja, khususnya dalam bidang pemerintahan yang terkait

    dengan pengawasan obat dan makanan.

  • 4 Universitas Indonesia

    BAB 2 TINJAUAN UMUM BADAN POM RI

    2.1 Visi dan Misi Badan POM RI

    Berdasarkan hasil Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.

    04.01.21.11.10.10509 tahun 2010, Badan Pengawasan Obat dan Makanan

    Republik Indonesia (Badan POM RI) mempunyai visi menjadi institusi terpercaya

    yang diakui secara internasional di bidang pengawasan obat dan makanan untuk

    melindungi masyarakat.

    Adapun misi dari Badan POM RI adalah :

    1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional.

    2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.

    3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini.

    4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan

    makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

    5. Membangun organisasi pembelajar (learning organization)

    2.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Badan POM RI

    Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun

    2001, Badan POM RI merupakan lembaga pemerintah non departemen yang

    dibentuk untuk melaksanakan tugas kepemerintahan tertentu dari Presiden. Badan

    POM RI dikepalai oleh pejabat setingkat menteri.Tugas Badan POM RI adalah

    melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Dalam melaksanakan tugasnya Badan POM RI melakukan fungsinya yang

    meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut :

    1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat

    dan makanan.

    2. Pelaksanaaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.

    3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM.

  • 5

    Universitas Indonesia

    4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi

    pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

    5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

    perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,

    keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

    Dalam menyelenggarakan fungsinya, Badan POM RI memiliki

    kewenangan sebagai berikut :

    1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan

    makanan.

    2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk

    mendukung pengobatan secara makro.

    3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan.

    4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan makanan tambahan (zat aditif)

    tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengemasan peredaran obat

    dan makanan.

    5. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri

    farmasi.

    6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi dan pengembangan tanaman

    obat.

    2.3 Prinsip dan Kerangka Konsep SisPOM

    Di dalam Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.28.11.11.09219

    tahun 2011 disebutkan bahwa untuk menjalankan fungsi pengawasan, Badan

    POM RI memiliki prinsip Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM)

    sebagai berikut :

    1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional.

    2. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti

    ilmiah.

    3. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses.

    4. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.

    5. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.

  • 6

    Universitas Indonesia

    6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang

    berkolaborasi dengan jaringan global.

    7. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk

    Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi

    luas dan kompleks. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengawasan

    yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut

    beredar ditengah masyarakat.

    Untuk menekan sekecil mungkin risiko yang bisa terjadi, dilakukan

    SisPOM tiga lapis yakni:

    1. Sub-sistem pengawasan Produsen

    Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara

    produksi yang baik atau good manufacturing practices agar setiap bentuk

    penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara hukum

    produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang

    dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standar

    yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sanksi, baik administratif

    maupun pro-justisia.

    2. Sub-sistem pengawasan Konsumen

    Sistem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui peningkatan

    kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang

    digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan

    oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya

    masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan

    suatu produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang

    tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, di satu sisi dapat

    membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang tidak

    memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan sedang pada sisi lain akan mendorong

    produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya.

  • 7

    Universitas Indonesia

    3. Sub-sistem pengawasan Pemerintah/Badan POM

    Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi;

    penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar di

    Indonesia; inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk

    yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum.

    Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen

    terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk maka pemerintah juga

    melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.

    2.4 Target Kinerja Badan POM RI

    Berikut ini adalah target kinerja Badan POM RI menurut Keputusan

    Kepala Badan POM RI No. iHK.04.1.28.11.11.09219 tahun 2011 :

    1. Terkendalinya penyaluran produk terapetik dan NAPZA

    2. Terkendalinya mutu, keamanan dan khasiat/kemanfaatan produk obat dan

    makanan termasuk klim pada label dan iklan di peredaran;

    3. Tercegahnya risiko penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai akibat

    pengelolaan yang tidak memenuhi syarat;

    4. Penurunan kasus pencemaran pangan;

    5. Peningkatan kapasitas organisasi yang didukung dengan kompetensi dan

    keterampilan personil yang memadai;

    6. Terwujudnya komunikasi yang efektif dan saling menghargai antar sesama

    dan pihak terkait

    2.5 Budaya Organisasi Badan POM RI

    Untuk membangun organisasi yang efektif dan efisien, dalam Keputusan

    Kepala Badan POM RI No. iHK.04.1.28.11.11.09219 tahun 2011 disebutkan

    bahwa budaya organisasi Badan POM RI dikembangkan dengan nilai-nilai dasar

    sebagai berikut :

    1. Profesionalisme.

    Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

    komitmen yang tinggi.

  • 8

    Universitas Indonesia

    2. Kredibilitas.

    Memiliki kredibilitas yang diakui masyarakat luas, nasional dan internasional.

    3. Kecepatan.

    Tanggap dan cepat dalam bertindak mengatasi masalah.

    4. Kerjasama.

    Mengutamakan kerjasama tim.

    2.6 Kebijakan dan Strategi Badan POM RI

    Kebijakan dan strategi Badan POM RI ditetapkan dalam Keputusan

    Kepala Badan POM lRI No. HK.04.1.28.11.11.09219 tahun 2011.

    2.6.1 Sasaran Strategi Badan POM RI

    Sasaran strategis Badan POM RI selama lima tahun (2010-2014) adalah

    sebagai berikut :

    1. Pengawasan obat dan makanan terlaksana secara efektif untuk melindungi

    konsumen di dalam dan di luar negeri dengan sistim yang tergolong terbaik di

    ASEAN.

    2. Terwujudnya laboratorium pengawasan obat dan makanan yang modern

    dengan jaringan kerja di seluruh indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas

    terunggul di ASEAN.

    3. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul

    dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan.

    4. Diterapkannya sistem manajemen mutu di semua unit kerja Badan POM.

    2.6.2 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Badan POM RI

    2.6.2.1 Fokus Satu

    Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan keluarga berencana. Melalui

    upaya yang menjamin produk obat dan makanan yang memenuhi persyaratan

    keamanan dan mutu, yang digunakan dalam upaya peningkatan cakupan peserta

    KB aktif contohnya pemilihan makanan pemulihan bagi ibu hamil. Kekurangan

    Energi Kronik (KEK) serta pencapaian cakupan imunisasi yang tinggi, merata dan

    berkualitas pada bayi, anak sekolah dan Wanita Usia Subur (WUS).

  • 9

    Universitas Indonesia

    2.6.2.2 Fokus Dua

    Perbaikan status gizi masyarakat, melalui pengujian laboratorium terhadap

    sampel-sampel produk yang digunakan untuk upaya asupan zat gizi makro, mikro,

    dan lainnya, untuk memenuhi angka kecukupan gizi, surveilans pangan dan gizi,

    pemberian makanan pendamping ASI, fortifikasi, pemberin makanan pemulihan

    balita gizi-kurang, serta penanggulangan gizi darurat.

    2.6.2.3 Fokus Tiga

    Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti

    penyehatan lingkungan, melalui upaya pengawasan yang diarahkan untuk

    menurunkan proposi obat dan makanan bermasalah dipasar, sebagai salah satu

    faktor risiko timbulnya penyakit.

    2.6.2.4 Fokus Empat

    Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu, dan

    penggunaan obat, serta pengawasan obat dan makanan, yang dilaksanakan melalui

    kegiatan-kegiatan pengawasan produksi Produk Terapetik (PT) dan Perbekalan

    Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), pengawasan produk dan bahan berbahaya,

    pengawasan obat dan makanan di 31 Balai Besar/Balai POM, pemeriksaan secara

    laboratorium, pengujian dan penilaian keamanan, manfaat serta mutu obat dan

    makanan juga pembinaan laboratorium POM, standardisasi PT dan PKRT,

    penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran dibidang obat dan makanan

    inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik, dan produk komplemen,

    inspeksi dan sertifikasi makanan, pengawasan distribusi PT dan PKRT,

    pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif, penilaian produk

    terapetik dan produk biologi, penilaian obat tradisional, kosmetik, dan produk

    komplemen, penilaian makanan, riset keamanan, khasiat, mutu obat dan makanan

    serta pengembangan Obat Asli Indonesia (OAI).

  • 10

    Universitas Indonesia

    2.6.3 Arah Kebijakan Strategi Badan POM RI

    2.6.3.1 Memperkuat Sistim Regulatori Pengawasan Obat dan Makanan

    Sistim pengawasan obat dan makanan diperkuat dengan mekanisme

    operasional infrastruktur yang handal dengan kapabilitas berkelas dunia (world

    class) dengan menggunakan teknologi informasi yang modern regulatori dan

    seluruh fungsi pengawasan, dilakukan revitalisasi yang diterapkan secara

    terintegrasi dan menyeluruh (comprehensive).

    2.6.3.2 Mewujudkan Laboratorium Badan POM yang Handal

    Kapabilitas laboratorium BPOM ditingkatkan terunggul di ASEAN

    dengan jaringan kerja (networking) nasional dan internasional. Cakupan dan

    parameter pengujian laboratorium, serta kompetensi personil laboratorium

    pengawasan obat dan makanan ditingkatkan dengan menetapkan Good

    Laboratory Practices (GLP) secara konsisten mengembangkan sistim rujukan

    laboratorium nasional.

    2.6.3.3 Meningkatkan Kapasitas Manajemen Badan POM

    Institusi Badan POM dikembangkan secara knowledge and learning

    organization yang kredibel, inovatif dan unggul. Pengembangan institusi berfokus

    terutama pada penguatan kompetensi, profesionalitas, kapabilitas modal insani.

    Untuk itu dilakukan pendidikan dan pelatihan yang terstruktur dan berkelanjutan

    (continous training and education) yang dilaksanakan di dalam dan di luar negeri

    serta dengan membangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan POM (PPP

    Badan POM). Implementasi Sistim Pengawasan Obat dan Makanan serta layanan

    publik oleh Badan POM dimantapkan dengan meningkatkan kapasitas manajemen

    dengan mutu penyelenggaraan kepemerintahan yang efektif dan efisien. Untuk itu

    dilakukan penerapan standar Reformasi Birokrasi (RB) dan tata kelola

    pemerintahan yang baik secara menyeluruh dan konsisten.

    2.6.3.4 Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dan Memberdayakan Masyarakat

    Pengawasan Obat dan Makanan lebih diperkuat dengan memantapkan

    jejaring kerjasama lintas sektor terkait di dalam negeri dan kerjasama bilateral

  • 11

    Universitas Indonesia

    maupun multilateral dengan berbagai institusi di luar negeri. Melalui Komunikasi,

    Informasi, dan Edukasi (KIE) dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat luas

    agar mampu mencegah dan melindungi diri sendiri dari penggunaan obat dan

    makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

    2.6.4 Strategi Badan POM RI

    2.6.4.1 Strategi Pertama

    Peningkatan intensitas pengawsan pre market Obat dan Makanan, untuk

    menjamin, khasiat/manfaat dan mutu produk, diselenggarakan melalui fokus

    prioritas sebagai berikut :

    1. Penapisan penilaian produk obat dan makanan sebelum beredar sebagai

    antisipasi globalisasi, termasuk ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).

    2. Peningkatan pelayanan publik terkait pendaftaran produk obat dan makanan

    melalui online registration.

    3. Pengawasan pengembangan faksin baru produksi dalam negeri, untuk

    mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).

    4. Peningkatan technical regulatori advice untuk pengembangan jamu, herbal

    terstandar, dan fitofarmaka.

    5. Pengawasan Pengembangan Teknologi Pangan (PPRG), iradiasi, untuk

    perlindungan konsumen dan ketersedian pangan, peningkatan pemenuhan

    Good Manufacturing Practices (GMP) industri obat dan makanan domestik

    dalam rangka meningkatkan daya saing.

    2.6.4.2 Strategi Kedua

    Penguatan sistim, sarana, dan prasarana laboratorium obat dan makanan

    diselenggarakan melalui fokus prioritas sebagai berikut :

    1. Pemantapan penerapan Quality Management System (QMS) dan persyaratan

    Good Laboratory Practices (GLP) terkini.

    2. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium di pusat dan di daerah, sesuai

    dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

    3. Pemenuhan persyaratan laboratorium sesuai standar GLP terkini.

    4. Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) laboratorium.

  • 12

    Universitas Indonesia

    2.6.4.3 Strategi Ketiga

    Peningkatan pengawasan post market obat dan makanan, diselenggarakan

    memalui fokus prioritas sebagai berikut :

    1. Penetapan sampling dan pengujian obat dan makanan, berdasarkan risk based

    approaches.

    2. Intensifikasi pemberantasan produk ilegal, termasuk produk palsu.

    3. Perluasan cakupan pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS),

    melalui operasionalisasi Mobil Laboratorium (ML).

    4. Pengawasan sarana post market sesuai dengan Good Manufacturing

    Practices (GMP) dan Good Distribution Practices (GDP).

    5. Perkuatan pengawasan post market kosmetik melalui audit kepatuhan dan

    evaluasi keamanan kosmetik.

    2.6.4.4 Strategi Keempat

    Pemantapan regulasi dan standar di bidang pengawasan obat dan

    makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas sebagai berikut :

    1. Penyelarasan regulasi terkait dengan perubahan lingkungan strategis dibidang

    pengawasan obat dan makanan.

    2. Peningkatan penerapan standar obat dan makanan yang terharmonisasi.

    2.6.4.5 Strategi Kelima

    Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam bidang

    tindak pidana obat dan makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas sebagai

    berikut :

    1. Peningkatan kualitas dan kuantitas PPNS.

    2. Peningkatan pelaksanaan penyidikan obat dan makanan.

    3. Peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam rangkaian Criminal

    Justice System (CJS) untuk sustainable law enforcement tindak pidana obat

    dan makanan.

  • 13

    Universitas Indonesia

    2.6.4.6 Strategi Keenam

    Perkuatan Institusi diselenggarakan melalui prioritas sebagai berikut :

    1. Implementasi RB BPOM termasuk peningkatan pelayanan publik.

    2. Perkuatan sistim pengelolaan data Teknologi Informasi dan Komunikasi

    (TIK) termasuk strategi media komunikasi.

    3. Perkuatan human capital management BPOM.

    4. Restrukturisasi Organisasi (RO) untuk menjawab tantangan perubahan

    lingkungan strategis.

    5. Peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated Bottom

    Up Planning (IBUP) dan Quality System Evaluation (QSE).

    6. Perkuatan legislasi di bidang pengawasan obat dan makanan.

    2.6.4.7 Strategi Ketujuh

    Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor (KLS) terkait Pembagian Peran

    Badan POM (PPBP) dengan Lintas Sektor (LS) terkait, yang diselenggarakan

    melalui fokus prioritas sebagai berikut :

    1. Pemantapan koordinasi pengawasan obat dan makanan, pemantapan sistim

    kerjasama operasional pengawasan obat dan makanan.

    2. Peningkatan operasi terpadu pengawasam Obat Tradisional (OT), kosmetik,

    dan makanan.

    3. Perkuatan jejaring komunikasi.

    4. Pemantapan koordinasi pengembangan jamu brand Indonesia,

    pengintegrasian dengan pelayanan kesehatan.

    5. Pemberdayaan masyarakat melalui KIE.

    2.7 Struktur Organisasi Badan POM RI

    Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM mengatur

    struktur organisasi Badan POM RI. Bagan struktur organisasi Badan POM dapat

    dilihat pada Lampiran 1.

    2.7.1 Kepala Badan POM RI

    Organisasi Badan POM RI dipimpin oleh seorang Kepala yang bertugas :

  • 14

    Universitas Indonesia

    1. Memimpin Badan POM RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    2. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas

    Badan POM RI.

    3. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Badan POM RI yang

    menjadi tanggung jawabnya.

    4. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi yang

    lain.

    2.7.2 Sekretariat Utama Badan POM RI

    Sekretariat Utama yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama bertugas

    mengkoordinasikan perencanaan, pengendalian terhadap program, administrasi

    dan sumber daya lingkungan Badan POM RI.Sekretariat utama terdiri atas :

    1. Biro Perencanaan dan Keuangan.

    2. Biro Kerjasama Luar Negeri.

    3. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat.

    4. Biro Umum.

    5. Kelompok Jabatan Fungsional.

    Adapun fungsi dari sekretariat utama adalah :

    1. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi perencanaan, penganggaran,

    penyusunan pelaporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan

    pelatihan serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan Badan POM RI.

    2. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi penyusunan peraturan

    perundang-undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga

    kemasyarakatan dan bantuan hukum, terkait dengan tugas Badan POM RI.

    3. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata

    laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga.

    4. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan

    unit-unit pelaksana teknis di lingkungan Badan POM RI.

    5. Pelaksana tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang

    tugasnya.

  • 15

    Universitas Indonesia

    Sekretaris Utama Badan POM RI secara administrasi membina

    pelaksanaan tugas sehari-hari dari Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional,

    Pusat Penyidikan Obat dan Makanan, Pusat Riset Obat dan Makanan, dan Pusat

    Informasi Obat dan Makanan.

    2.7.3 Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika,

    Psikotropika dan Zat Adiktif

    Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika

    dan Zat Adiktif yang dikepalai oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan

    perumusan kebijakan di bidang pengawasan terapetik, narkotika, psikotropika dan

    zat adiktif. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika,

    Psikotropika dan Zat Adiktif terdiri dari lima Direktorat, yaitu :

    1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi.

    2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah

    Tangga (PKRT).

    3. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT.

    4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT.

    5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA).

    Deputi ini memiliki fungsi sebagai berikut :

    1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di

    bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

    2. Penyusunan rencana pengawas produk terapetik, narkotika, psikotropika dan

    zat adiktif.

    3. Pengawasan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang penilaian obat dan produk biologi.

    4. Pengawasan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang standardisasi produk terapetik dan PKRT.

    5. Pengawasan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

  • 16

    Universitas Indonesia

    bimbingan di bidang pengawasan produksi dan distribusi produk terapetik

    dan PKRT.

    6. Pengawasan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat adiktif

    (NAPZA).

    7. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang produk

    terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain.

    8. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produk terapetik dan

    narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

    9. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang

    tugasnya.

    2.7.4 Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

    iKomplemen

    Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

    komplemen yang dikepalai oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan penilaian

    dan registrasi obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan sebelum beredar

    di Indonesia, selanjutnya melakukan pengawasan peredaran obat tradisional,

    kosmetik dan produk komplemen, termasuk penandaan dan periklanan.

    Penegakan hukum dilakukan dengan inspeksi Cara Produksi Obat yang Baik

    (CPOB), Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), Cara Produksi

    Kosmetik yang Baik (CPKB), sampling, penarikan produk, public warning

    sampai pro justisia, didukung antara lain oleh Tim Penilai Obat Tradisional dan

    Tim Penilai Kosmetik. Deputi Bidang Pengawasan Obat tradisional, Kosmetika

    dan Produk komplemen terdiri dari empat Direktorat, yaitu :

    1. Direktorat Penilaian Obat Ttradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.

    2. Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen.

    3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

    Komplemen.

  • 17

    Universitas Indonesia

    4. Direktorat Obat Asli Indonesia.

    Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk komplemen

    ini memiliki fungsi sebagai berikut :

    1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang

    pengawasan obat tradisional, kosmetika dan produk komplemen.

    2. Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk

    komplemen.

    3. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang penilaian obat tradisional, suplemen makanan dan

    kosmetik.

    4. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk

    komplemen.

    5. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang obat asli Indonesia.

    6. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan

    produk komplemen.

    7. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

    obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

    8. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional, kosmetik

    dan produk komplemen.

    9. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang

    tugasnya.

  • 18

    Universitas Indonesia

    2.7.5 Deputi Bidang Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

    Deputi bidang Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya yang dikepalai

    oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan penilaian dan evaluasi keamanan

    pangan sebelum beredar di Indonesia dan selama peredaran seperti pengawasan

    terhadap sarana produksi dan distribusi maupun komiditinya, termasuk penandaan

    dan periklanan, dan pengamanan produk dan bahan berbahaya. Di samping itu,

    deputi ini melakukan sertifikasi produk pangan. Produsen dan distributor dibina

    untuk menerapkan sistem jaminan mutu, terutama penerapan Cara Pembuatan

    Makanan yang Baik (CPMB), Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP),

    Cara Distribusi Makanan yang Baik (CDMB) serta Total Quality Management

    (TQM). Di samping itu diselenggarakan Surveilance, penyuluhan informasi

    keamanan pangan serta pengawasan produk dan bahan berbahaya, yang didukung

    antara lain oleh Tim Penilai Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan

    Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya terdiri dari lima Direktorat, yaitu :

    1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan.

    2. Direktorat Standardisasi Produk Pangan.

    3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan.

    4. Direktorat Surveillance dan Penyuluhan Keamanan Pangan.

    5. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.

    Deputi ini memiliki fungsi sebagai berikut :

    1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di

    bidang pengawasan pangan dan bahan berbahaya.

    2. Penyusunan rencana pengawasan pangan dan bahan berbahaya.

    3. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang penilaian keamanan pangan.

    4. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang standardisasi keamanan pangan.

    5. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi produk pangan.

  • 19

    Universitas Indonesia

    6. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang survailan dan penyuluhan keamanan pangan.

    7. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

    prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

    bimbingan di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya.

    8. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

    keamanan pangan dan bahan berbahaya.

    9. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan

    bahan berbahaya.

    10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang

    tugasnya.

    2.7.6 Inspektorat Badan POM RI

    Inspektorat yang dikepalai oleh seorang Inspektur mempunyai tugas

    melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan Badan POM RI. Inspektorat

    memiliki fungsi :

    1. Penyiapan perumusan kebijakan, rencana, dan program pengawasan

    fungsional.

    2. Pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    3. Pengusutan mengenai kebenaran laporan dan pengaduan tentang hambatan,

    penyimpangan atau penyalahgunaan dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan

    oleh unsur atau unit di lingkungan Badan POM RI.

    4. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.

    Inspektorat terdiri dari :

    1. Kelompok Jabatan Fungsional.

    2. Sub-bagian Tata Usaha.

  • 20

    Universitas Indonesia

    2.7.7 Pusat Pengujian Obat dan Makanan

    Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional yang dikepalai oleh seorang

    Kepala mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan secara laboratorium,

    pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat

    adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan

    berbahaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

    melaksanakan pembinaan mutu laboratorium pengawasan obat dan makanan.

    Deputi ini memiliki fungsi sebagai berikut :

    1. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan.

    2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

    produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan,

    obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

    3. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN.

    4. Pelaksanaan sistem rujukan pengawasan obat dan makanan.

    5. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa pengujian.

    6. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan.

    7. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

    8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan pusat.

    2.7.8 Pusat Penyidikan Obat dan Makanan

    Pusat Penyidikan Obat dan Makanan yang dikepalai oleh seorang Kepala

    mempunyai tugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan

    melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat

    adiktif lain, obat tradisonal, kosmetik, produk komplemen dan makanan, serta

    produk jenis lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Penyidikan Obat dan

    Makanan mempunyai fungsi :

    1. Penyusunan fungsi rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat

    dan makanan.

    2. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan.

    3. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan

    obat dan makanan.

  • 21

    Universitas Indonesia

    2.7.9 Pusat Riset Obat dan Makanan

    Pusat Riset Obat dan Makanan yang dikepalai oleh seorang Kepala

    mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan

    pangan, dan produk terapetik serta mempunyai fungsi sebagai berikut :

    1. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan.

    2. Pelaksanaan riset obat dan makanan.

    3. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan.

    2.7.10 Pusat Informasi Obat dan Makanan

    Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan

    kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi keracunan dan teknologi

    informasi, serta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

    1. Penyusunan rencana dan program kegiatan pelayanan informasi obat dan

    makanan.

    2. Pelaksanaan pelayanan informasi obat.

    3. Pelaksanaan kegiatan informasi keracunan.

    4. Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi.

    5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan informasi obat dan makanan.

    6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan pusat.

    2.7.11 Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI

    Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI merupakan unit organisasi yang

    melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan di wilayah

    kerjanya, diatur dengan keputusan Kepala Badan POM RI, setelah mendapat

    persetujuan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab di bidang

    pendayagunaan aparatur negara. Fungsi pengawasan obat dan makanan di daerah

    dilaksanakan oleh Balai Besar dan Balai POM yang merupakan perpanjangan

    tangan dari Badan POM.

  • 22

    Universitas Indonesia

    2.7.12 Kelompok Jabatan Fungsional Badan POM RI

    Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

    sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku :

    1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari berbagai jabatan fungsional

    Pengawas Farmasi dan Makanan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan jabatan

    fungsional lain sesuai dengan bidang keahliannya.

    2. Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh seorang

    tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Sekertaris Utama.

    3. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud, ditentukan berdasarkan

    kebutuhan dan beban kerja.

    4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional, diatur berdasarkan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    2.9 Reformasi Birokrasi Badan POM RI

    Menurut Badan POM RI, 2010, dalam rangka tercapainya tata kelola

    pemerintahan yang baik, Badan POM diwajibkan melaksanaan Reformasi

    Birokrasi (RB) secara menyeluruh yang dilaksanakan bertahap 5 tahunan sampai

    tahun 2025. Berbagai peraturan sebagai landasan legal dan operasional untuk

    mempercepat pelaksanaan RB periode 20102014 telah dikeluarkan oleh

    pemerintah yaitu:

    1. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi

    Birokrasi (GDRB) yang berisi rancangan induk kebijakan reformasi birokrasi

    secara nasional untuk kurun waktu 2010-2025.

    2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

    Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map

    Reformasi Birokrasi (RMRB) berisi rancangan rinci program reformasi

    birokrasi berdasarkan dalam kurun waktu lima tahun 2010-2014.

    3. Sembilan Peraturan Menteri PAN dan RB sebagai pedoman operasional

    penyusunan dan penerapan program RB di Kementerian/Lembaga dan

    Pemerintah Daerah.

  • 23

    Universitas Indonesia

    Adapun visi RB 2025 adalah Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia,

    yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

    memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan

    yang demokratis. Operasionalisasi visi tersebut dilakukan melalui empat misi,

    yaitu :

    1. Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka

    mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

    2. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen

    sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan

    publik, perubahan mind set dan cultural set.

    3. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif.

    4. Mengelola sengketa administrasi secara efektif dan efisien.

    Fokus sasaran Reformasi Birokrasi pada 5 (lima) tahun pertama (2010-

    2014) adalah:

    1. Penguatan birokrasi pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan

    nepotisme.

    2. Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.

    3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

    Reformasi Birokrasi Badan POM RI dilakukan untuk mencapai tujuan

    umum dan tujuan khusus. Tujuan reformasi birokrasi di BPOM secara umum

    yaitu kinerja birokrasi Badan POM menjadi lebih efektif dan efisien melalui

    pendekatan yang sistematik untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik

    dan menciptakan aparatur negara yang bersih, professional dan bertanggung

    jawab. Sedangkan tujuan reformasi birokrasi di Badan POM secara khusus adalah

    terselenggaranya pelayanan publik yang prima dan perlindungan masyarakat

    melalui Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dan pengamanan produk ilegal

    secara konsisten dan menyeluruh.

    Sasaran yang ingin dicapai dari proses reformasi birokrasi yang akan

    dilakukan di Badan POM, secara umum adalah mengubah pola pikir (mind set),

    budaya kerja (culture set) dan sistem manajemen Badan POM dalam

    pelayanan publik. Di samping itu, secara khusus sasaran yang akan dicapai dari

  • 24

    Universitas Indonesia

    proses reformasi birokrasi yang akan dilakukan di Badan POM adalah sebagai

    berikut:

    1. Kelembagaan: Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

    2. Budaya organisasi: Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi.

    3. Ketatalaksanaan: Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif,

    efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

    4. Regulasi, deregulasi birokrasi: Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang

    tindih dan kondusif.

    5. Sumber daya manusia: SDM yang berintegrasi, kompetensi, professional,

    berkinerja tinggi dan sejahtera

    6. Pelayanan publik: Pelayanan publik yang mengedepankan ke empat belas

    aspek pelayanan serta mampu memberikan tingkat kepuasan masyarakat yang

    tinggi sehingga didapat kepercayaan publik pada Badan POM.

    7. Pengawasan dan Akuntabilitas: Keseluruhan proses pengawasan Obat dan

    Makanan dan seluruh proses pendukungnya mulai dari perencanaan,

    penganggaran, implementasi, administrasi keuangan dan pelaporan

    merupakan proses yang akuntabilitasnya terjaga dengan baik, bebas dari

    unsur-unsur korupsi, kolusi dan nepotisme

    Pola pikir pencapaian Reformasi Birokrasi Badan POM RI secara

    operasional diuraikan pada Gambar 2.1, yaitu dimulai dari penyempurnaan

    kebijakan nasional bidang aparatur yang mendorong terciptanya kelembagaan

    yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas fungsi Badan POM. Kebijakan

    dilaksanakan melalui penataan dan penguatan peraturan perundang-undangan,

    organisasi, tata laksana dan SDM serta didukung sistem pengawasan dan

    akuntabilitas yang mampu mewujudkan pemerintahan yang berintegritas. Melalui

    manajemen perubahan, implementasi hal-hal tersebut di Badan POM akan

    mengubah mind set dan cultural set birokrat Badan POM ke arah budaya yang

    lebih profesional, produktif, dan akuntabel.

  • 25

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.1. Pola Pikir Reformasi Birokrasi Badan POM RI

    Program Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan Badan POM meliputi:

    1. Program manajemen perubahan

    2. Program penataan peraturan perundangundangan

    3. Program penataan dan penguatan organisasi

    4. Program penataan tatalaksana

    5. Program penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

    6. Program penguatan pengawasan

    7. Program penguatan akuntabilitas kinerja

    8. Program peningkatan kualitas pelayanan publik

    9. Program monitoring, evaluasi dan pelaporan.

    Sebagai salah satu pilar utama yaitu penyelenggaraan pelayanan publik,

    Badan POM berupaya agar terjadi perbaikan terus menerus pada pelayanan publik

    yang dilakukan. Upaya yang telah dilakukan bahkan jauh sebelum arus utama

    reformasi birokrasi mengemuka adalah melaksanakan sistem pelayanan satu atap,

    upaya perbaikan yang akan dilakukan adalah single sign on serta upaya pelayanan

    registrasi online dan percepatan pelayanan. Semua hal tersebut didukung dengan

    perubahan pola pikir, perilaku serta internalisasi budaya kerja Badan POM. Upaya

    yang telah dilakukan untuk perubahan pola pikir dan perilaku adalah melakukan

    asesmen organisasi untuk berubah, namun sebelumnya, bahkan Badan POM telah

  • 26

    Universitas Indonesia

    menggulirkan learning organization serta telah pula mengidentifikasi aspek

    peningkatan kapasitas organisasi.

    Badan POM sebagai lembaga pemberi pelayanan publik perlu melakukan

    pembenahan terus menerus sesuai dengan peluang dan tantangan baik internal

    maupun eksternal. Hasil survey integritas sektor publik tahun 2009 oleh KPK,

    Evaluasi produk sebelum beredar termasuk lima belas unit layanan dengan skor

    integritas tertinggi. Standar minimal integritas yang ditetapkan oleh KPK dalam

    survey ini sebesar 6,00 dari skala 0 10,00, semakin besar nilai semakin baik

    integritasnya. Hasil survey integritas sektor publik tahun 2010 oleh KPK untuk

    layanan pendaftaran MD/ML Badan POM termasuk 10 (sepuluh) teratas unit

    layanan dengan nilai integritas 7,48 sedangkan untuk perizinan ekspor/impor yang

    termasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan memiliki nilai integritas 7,13.

    Dalam arus utama pemberantasan korupsi, Badan POM bertekad untuk

    mendukung seluruh kebijakan tersebut, salah satunya dengan meningkatkan

    transparansi dan akuntabilitas serta perkuatan sistem pengawasan internal. Hal

    yang sudah dilakukan antara lain adalah mengidentifikasi serta melakukan upaya

    perkuatan pengawasan pada titik-titik rawan korupsi serta pelaksanaan e-

    Procurement.

    2.9 i Quality Management System (QMS) Badan POM RI

    Menurut Keputusan Badan POM RI No. HK.04.1.28.11.11.09219 tahun

    2011, seluruh unit kerja di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan wajib

    menerapkan Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) Badan

    Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disebut QMS Badan POM. QMS

    Badan POM didokumentasikan dalam bentuk Dokumen QMS, terdiri atas:

    1. Level 1 berupa Manual Mutu

    Merupakan dokumen kebijakan menjelaskan kebijakan mutu dan sasaran

    mutu yang ditentukan oleh Badan Besar Pengawas Obat dan Makanan yang

    berisi struktur dan metode dalam menjalankan sistem manajemen mutu.

    Manual mutu merupakan merupakan acuan untuk pengembangan Dokumen

    QMS Level 2, Level 3 dan Level 4.

  • 27

    Universitas Indonesia

    2. Level 2 berupa Standard Operating Procedures

    Merupakan dokumen operasional dan digunakan untuk merinci siapa saja

    yang terlibat dalam suatu kegiatan mutu, kapan, dimana dan bagaimana

    melaksanakan serta acuan yang digunakan untuk menjamin pelaksanaan

    kegiatan mutu sesuai dengan ketentuan. Dokumen ini dibuat oleh sekretaris

    utama.

    3. Level 3 berupa Instruksi Kerja

    Instruksi kerja digunakan untuk menjelaskan lebih detil terhadap kegiatan/

    tugas yang belum dijelaskan secara terperinci dalam prosedur tetap sehingga

    dengan instruksi tersebut mutu hasil setiap tugas dapat dipastikan seuai yang

    dipersyaratkan, serta mengacu kepada prosedur tetap terkait. Dokumen ini

    dibuat oleh kepala unit kerja.

    4. Level 4 berupa Format dan Catatan yang dibentuk sesuai dengan

    input dari Dokumen QMS Level 2 dan Level 3.

    Merupakan dokumen pendukung untuk mengidentifikasi dan membuktikan

    pelaksanaan kegiatan mutu guna tercapainya persyaratan mutu yang telah

    ditentukan. Dokumen Mutu dikomunikasikan, dikoordinasikan,

    didistribusikan, dimengerti, diterapkan oleh semua personil dan

    dikembangkan. Termasuk dalam dokumen level IV ini adalah: Petunjuk

    Pelaksanaan (Juklak), Petunjuk Tekhnis (Juknis), Pedoman, Surat Edaran,

    dokumen eksternal dll. Dokumen ini dibuat oleh kepala unit kerja.

    Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.

    06.02.2.23.2.11.00903 tahun 2011, seluruh unit kerja di lingkungan Badan

    Pengawas Obat dan Makanan bertanggung jawab terhadap pengembangan

    sasaran mutu sebagai lampiran Dokumen QMS Level 1 dan pengembangan

    Dokumen QMS Level 2, Level 3 dan Level 4.

  • 28 Universitas Indonesia

    BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

    DIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN

    3.1 Struktur Organisasi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat

    Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen

    Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM

    tahun 2001, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan

    Produk Komplemen berada di bawah Deputi II Bidang Pengawasan Obat

    Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen. Direktorat ini dipimpin oleh

    seorang direktur yang bertanggung jawab langsung kepada deputi tersebut.

    Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

    Komplemen terdiri dari Sub Direktorat Inspeksi Produk I, Sub Direktorat Inspeksi

    Produk II, dan Sub Direktorat Sertifikasi. Struktur organisasi dari Direktorat

    Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen

    dilampirkan pada Lampiran 2.

    3.2 Tugas dan Fungsi Direktorat Inspeksi dan Sertikasi Obat Tradisional,

    iKosmetik, dan Produk Komplemen

    Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun

    2001, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

    Komplemen memiliki tugas untuk melakukan penyiapan perumusan kebijakan,

    penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan

    pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang inspeksi sarana produksi

    dan distribusi serta sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen,

    dan proses produksi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

    Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat

    Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen menjalankan berbagai fungsi,

    antara lain :

  • 29

    Universitas Indonesia

    1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar,

    kriteria, dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan,

    pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang inspeksi sarana produksi dan

    distribusi Produk I.

    2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar,

    kriteria, dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan,

    pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang inspeksi sarana produksi dan

    distribusi Produk II.

    3. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar,

    kriteria, dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan,

    pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang sertifikasi obat tradisional,

    kosmetik dan produk komplemen, dan proses produksi obat tradisional,

    kosmetik dan produk komplemen.

    4. Penyusunan rencana dan program inspeksi dan sertifikasi obat tradisional,

    kosmetik dan produk komplemen.

    5. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

    inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

    6. Evaluasi dan penyusunan laporan inspeksi dan sertifikasi obat tradisional,

    kosmetik dan produk komplemen.

    7. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Deputi

    Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat

    Adiktif.

    3.3 Sub Direktorat Sertifikasi

    Sub Direktorat Sertifikasi melakukan sertifikasi untuk produk I dan

    produk II (Obat Tradisional, Kosmetik, dan Suplemen Makanan). Keputusan

    Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM mengatur tugas, fungsi dan struktur

    organisasi Sub Direktorat Sertifikasi.

    3.3.1 Tugas Sub Direktorat Sertifikasi

    Sub Direktorat Sertifikasi memiliki tugas melaksanakan penyiapan bahan

    perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,

    evaluasi dan pelaksanaan sertifikasi obat tradisional, kosmetik, suplemen

  • 30

    Universitas Indonesia

    makanan, fasilitas produksi dan proses produksi obat tradisional, kosmetik, dan

    suplemen makanan.

    3.3.2 Fungsi Sub Direktorat Sertifikasi

    Dalam memenuhi tugasnya, Sub Direktorat Sertifikasi menjalankan

    beberapa fungsi, yaitu :

    1. Penyusunan rencana dan program sertifikasi obat tradisional, kosmetik,

    suplemen makanan.

    2. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

    pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan sertifikasi obat

    tradisional, fasilitas produksi dan proses produksi obat tradisional.

    3. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

    pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan sertifikasi

    kosmetik dan suplemen makanan, fasilitas produksi dan proses produksi

    kosmetik, dan suplemen makanan.

    4. Evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi obat tradisional, kosmetik,

    suplemen makanan.

    5. Pelaksanaan urusan tata operasional di lingkungan direktorat.

    3.3.3 Struktur Organisasi Sub Direktorat Sertifikasi

    Sub Direktorat Sertifikasi terdiri atas 3 seksi, yaitu Seksi Sertifikasi Obat

    Tradisional, Seksi Sertifikasi Kosmetik dan Suplemen Makanan serta Seksi Tata

    Operasional.

    3.3.3.1 Seksi Sertifikasi Obat Tradisional

    Seksi Sertifikasi Obat Tradisional mempunyai tugas menyiapkan bahan

    perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan

    pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta

    melakukan sertifikasi obat tradisional, fasilitas produksi dan proses produksi obat

    tradisional.

  • 31

    Universitas Indonesia

    3.3.3.2 Seksi Sertifikasi Kosmetik dan Suplemen Makanan

    Seksi Sertifikasi Kosmetik dan Suplemen Makanan mempunyai tugas

    menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan

    program, penyusunan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, evaluasi dan

    penyusunan laporan, serta melakukan sertifikasi kosmetik, dan suplemen

    makanan, fasilitas produksi dan proses produksi kosmetik, dan suplemen

    makanan.

    3.3.3.3 Seksi Tata Operasional

    Seksi Tata Operasional mempunyai tugas melaksanakan tata operasional

    di lingkungan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan

    Produk Komplemen.

    3.3.4 Business Process Sub Direktorat Sertifikasi

    Business Process pada Sub Direktorat Sertifikasi didapatkan berdasarkan

    Dokumen Quality Management System (QMS) Level 2 berupa Standar Prosedur

    Operasional untuk Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik,

    dan Produk Komplemen Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2011.

    Kegiatan Sub Direktorat Sertifikasi meliputi persetujuan denah bangunan,

    rekomendasi izin produksi, sertifikasi CPKB/CPOTB dan persetujuan fasilitas

    bersama serta penerbitan Surat Keterangan Impor (SKI) dan Surat Keterangan

    Ekspor (SKE).

    3.3.4.1 Persetujuan denah bangunan

    Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan persetujuan denah bangunan :

    1. Setelah menerima pengajuan permohonan persetujuan denah bangunan dari

    pemohon, Sub Direktorat Sertifikasi mengevaluasi dokumen pengajuan

    permohonan.

    a. Jika dokumen lengkap dan benar, maka akan diproses lebih lanjut.

    b. Jika dokumen belum lengkap dan belum benar, maka ditolak.

    2. Sub Direktorat Sertifikasi menerbitkan persetujuan denah bangunan.

    3. Sub Direktorat Sertifikasi menyerahkan persetujuan denah bangunan kepada

    pemohon.

  • 32

    Universitas Indonesia

    4. Sub Direktorat Sertifikasi melakukan rekapitulasi dan evaluasi persetujuan

    denah bangunan.

    3.3.4.2 Rekomendasi Izin Produksi

    Dalam proses penerbitan izin produksi, Badan Pengawas Obat dan

    Makanan berperan dalam memberikan rekomendasi izin produksi kepada

    Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Untuk lebih jelasnya,

    berikut ini diberikan alur permohonan izin produksi :

    1. Permohonan izin produksi diajukan oleh pemohon kepada Direktur Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala

    Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan

    Kepala Balai Badan Pengawas Obat dan Makanan setempat.

    2. Paling lama 7 hari kerja sejak menerima tembusan, Kepala Dinas Provinsi

    setempat melakukan evaluasi terhadap pemenuhan persyaratan administratif.

    3. Paling lama 7 hari kerja sejak menerima tembusan, Kepala Balai Badan

    Pengawas Obat dan Makanan setempat melakukan pemeriksaan terhadap

    kesiapan/pemenuhan CPKB atau CPOTB.

    4. Paling lama 14 hari kerja setelah evaluasi terhadap pemenuhan persyaratan

    administratif dinyatakan lengkap, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat

    wajib menyampaikan rekomendasi kepada Direktur Jenderal dengan

    tembusan kepada Kepala Badan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

    5. Paling lama 14 hari kerja setelah pemeriksaan terhadap kesiapan/pemenuhan

    CPKB/CPOTB dinyatakan selesai, Kepala Balai setempat wajib

    menyampaikan analisis hasil pemeriksaan kepada Kepala Badan Badan

    Pengawas Obat dan Makanan melalui Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat

    Tradisional, Kosmetik, Produk Komplemen kemudian akan diberikan kepada

    Sub. Direktorat Sertifikasi. Laporan analisi ini juga ditembuskan kepada

    kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktur Jenderal.

    a. Setelah Sub Direktorat Sertifikasi menerima laporan analisis hasil

    pemeriksaan, dilakukan tindak lanjut terhadap laporan analisis hasil

    pemeriksaan dan menyerahkan hasil analisis tersebut ke Deputi II Bidang

    Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen.

  • 33

    Universitas Indonesia

    b. Deputi Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan

    Produk Komplemen merekomendasi Izin Produksi.

    c. Paling lama 7 hari setelah menerima analisis hasil pemeriksaan, Kepala

    Badan Pengawas Obat dan Makanan menerbitkan rekomendasi izin

    produksi yang ditujukkan kepada Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan Kementerian Kesehatan.

    6. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

    Komplemen melalui Sub. Direktorat Sertifikasi melakukan rekapitulasi

    rekomendasi izin produksi.

    7. Apabila dalam 30 hari kerja setelah tembusan surat permohonan diterima oleh

    Kepala Balai Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas

    Kesehatan Provinsi setempat, tidak dilakukan pemeriksaan/evaluasi Pemohon

    dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi Kepada Direktur Jenderal

    dengan tembusan kepada Kepala Badan Badan Pengawas Obat dan Makanan,

    Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat danKepala Balai Badan

    Pengawas Obat dan Makanan setempat.

    8. Dalam jangka waktu 14 hari kerja setelah menerima rekomendasi dari Kepala

    Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Badan Badan Pengawas Obat dan

    Makanan atau setelah menerima surat pernyataan sebagaimana dimaksud

    pada No.g, Direktur Jenderal mengeluarkan surat keputusan yang menyetujui,

    menunda atau menolak Izin Produksi.

    3.3.4.3 Sertifikasi CPKB/CPOTB dan Persetujuan Fasilitas Bersama

    Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan sertifikasi sarana produksi

    (CPKB/CPOTB) dan persetujuan fasilitas bersama :

    1. Perencanaan Pemeriksaan

    a. Setelah menerima surat permohonan sertifikasi sarana atau fasilitas

    bersama dari pemohon, Sub Direktorat Sertifikasi mengevaluasi

    dokumen terkait permohonan sertifikasi/persetujuan fasilitas bersama.

    1) Jika memenuhi syarat, memberikan persetujuan terkait dokumen

    kelengkapan kepada industri.

  • 34

    Universitas Indonesia

    2) Jika tidak memenuhi syarat, maka pemohon diminta untuk

    melengkapi dokumen terkait melalui perbaikan dokumen fasilitas

    bersama

    b. Sub Direktorat Sertifikasi menyusun rencana pemeriksaan sarana

    produksi dalam rangka sertifikasi/persetujuan fasilitas bersama.

    2. Persiapan pemeriksaan

    a. Sub Direktorat Sertifikasi menetapkan tim sertifikasi sarana produksi

    dengan menggunakan surat tugas.

    b. Tim sertifikasi menyiapkan dokumen dan peralatan terkait pemeriksaan

    sarana produksi.

    c. Tim sertifikasi melaksanakan rapat persiapan pemeriksaan sarana

    produksi untuk menyusun aide memoir, agenda inspeksi, dan rencana

    pelaksanaan inspeksi, daftar hadir.

    3. Pelaksanaan Pemeriksaan

    a. Tim sertifikasi melakukan opening meeting bersama dengan pihak sarana

    produksi.

    b. Tim sertifikasi melaksanakan pemeriksaan yang meliputi site vist dan

    review dokumen.

    c. Tim sertifikasi menyusun Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan/atau

    daftar periksa serta menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP

    dan/atau daftar periksa oleh pemeriksa sarana dan pihak industri.

    d. Tim sertifikasi melakukan closing meeting bersama dengan pihak sarana

    produksi.

    4. Pelaporan Hasil Pemeriksaan

    Tim sertifikasi membuat laporan hasil pemeriksaan berdasarkan Berita Acara

    Pemeriksaan (BAP dan/atau daftar periksa kemuadia mengklasifikasikan temuan

    menggunakan form laporan hasil pemeriksaan.

  • 35

    Universitas Indonesia

    5. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi Obat tradisional dan/atau

    kosmetik.

    a. Tim sertifikasi melakukan tindak lanjut terhadap hasil pemriksaan sesuai

    instruksi kerja (IK) tindak lanjut.

    1) Jika hasil pemeriksaan memnuhi ketentuan, maka dibuat laporan

    hasil pemeriksaan sarana.

    2) Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi ketentuan, maka dibuat surat

    tindak lanjut perbaikan ke pemohon.

    b. Tim sertifikasi menyerahkan BAP dan/atau daftar periksa, daftar hadir,

    form laporan hasil pemeriksaan sarana kepada Direktorat Inspeksi dan

    Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen atau

    Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan.

    6. Melakukan Evaluasi Corrective Action Preventive Action (CAPA) dari sarana

    produksi

    a. Dalam rangka sertifikasi

    1) Sub Direktorat Sertifikasi menganalisis laporan CAPA dari sarana

    produksi.

    a) Sub Direktorat Sertifikasi mengeluarkan surat pemeriksaan

    dinyatakan selesai kepada industri jika hasil evaluasi CAPA

    memenuhi syarat.

    b) Sub Direktorat Sertifikasi mengirimkan surat evaluasi tindak

    lanjut terhadap sarana berdasarkan evaluasi CAPA jika tidak

    memenuhi syarat.

    2) Sub Direktorat Sertifikasi membuat laporan hasil pemeriksaan sarana

    kepada Ka Badan melalui Deputi II Bidang Pengawasan Obat

    Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen serta membuat surat

    perintah pembayaran dan surat pemberitahuan sertifikasi ke Balai

    Besar/BPOM setempat.

    3) Deputi II menganalisis laporan hasil pemeriksaan sarana.

    4) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan menyetujui laporan hasil

    pemeriksaan sarana.

  • 36

    Universitas Indonesia

    b. Dalam rangka fasilitas bersama

    1) Sub Direktorat Sertifikasi menganalisis laporan CAPA dari sarana

    produksi

    a) Sub Direktorat Sertifikasi mengeluarkan surat pemeriksaan

    dinyatakan selesai kepada industri bila hasil evaluasi CAPA

    memenuhi syarat.

    b) Sub Direktorat Sertifikasi mengirimkan surat evaluasi tindak

    lanjut terhadap sarana jika evaluasi CAPA tidak memenuhi

    syarat.

    2) Sub Direktorat Sertifikasi membuat dan menganalisis laporan hasil

    pemeriksaan sarana kepada Deputi II Bidang Pengawasan Obat

    Tradisional, Kosmetika, dan Produk Komplemen.

    3) Deputi II menyetujui laporan hasil pemeriksaan sarana.

    7. Penerbitan Sertifikat/Surat Persetujuan Fasilitas Bersama

    a. Sertifikat CPOTB/CPKB

    1) Sub Direktorat Sertifikasi mengusulkan penerbitan sertifikat CPOTB

    dan/atau CPKB kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

    melalui Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika,

    dan Produk Komplemen.

    2) Deputi II merekomendasi penerbitan sertifikat CPOTBCPKB kepada

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

    3) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan menerbitkan sertifikat

    CPOTB/CPKB.

    4) Sub Direktorat Sertifikasi melakukan rekapitulasi dan evaluasi

    sertifikat CPOTB/CPKB.

    b. Surat Persetujuan Fasilitas Bersama

    1) Sub Direktorat Sertifikasi mengusulkan penerbitan surat persetujuan

    fasilitas bersama kepada Deputi II Bidang Pengawasan Obat

    Tradisional, Kosmetika, dan Produk Komplemen.

    2) Deputi II menerbitkan surat persetujuan fasilitas bersama.

  • 37

    Universitas Indonesia

    3) Sub Direktorat Sertifikasi melakukan rekapitulasi dan evaluasi surat

    persetujuan fasilitas bersama.

    3.3.4.4 Peneribitan Surat Keteragan Impor (SKI) dan Surat Keterangan Ekspor i

    iii(SKE)

    Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penerbitan SKI :

    1. Pemohon melakukan registrasi onleine melalui aplikasi e-BPOM http://e-

    bpom.bpom.go.id atau//e-bpom.pom.go.id beserta data dukung registrasi

    INSW.

    2. Sub Direktorat Sertifikasi menerima dokumen permohonan registrasi (hard

    copy) dari pemohon dan melakukan pengecekan kelengkapan dan kebenaran

    dokumen.

    a. Jika dokumen lengkap dan benar, permohonan registrasi INSW disetujui.

    b. Jika dokumen belum lengkap dan benar, dikembalikan ke pemohon

    untuk dilengkapi.

    3. Sub Direktorat Sertifikasi melakukan verifikasi dokumen yang telah disetujui

    dengan data yang telah di entry oleh pemohon ke database pada portal e-

    bpom.

    a. Jika belum sesuai maka permohonan ditolak.

    b. Jika telah sesuai maka permohonan registrasi dapat disetujui dengan

    memberikan username dan password secara elektronik.

    4. Sub Direktorat Sertifikasi menerima pengajuan SKI dari pemohon dengan

    melampirkan bukti pembayaran PNBP (secara elektronik dan hardcopy).

    5. Sub Direktorat Sertifikasi memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen

    pengajuan permohonan SKI.

    a. Jika dokumen lengkap dan benar, maka akan diproses lebih lanjut dan

    jika diperlukan dibuat tanda terima pengajuan.

    b. Jika dokumen belum lengkap dan benar, dikembalikan ke pemohon

    untuk dilengkapi.

    6. Sub Direktorat Sertifikasi mencetak draft SKI (jika diperlukan).

    7. Sub Direktorat Sertifikasi melakukan evaluasi draft SKI dengan dokumen

    pemohon.

  • 38

    Universitas Indonesia

    a. Jika evaluasi disetujui, maka akan dilakukan rekomendasi.

    b. Jika evaluasi tidak disetujui, maka dokumen dikembalikan ke pemohon

    untuk dilengkapi.

    8. Jika diperlukan Sub Direktorat Sertifikasi melakukan verifikasi draft SKI ke :

    a. Direktorat Penilaian

    b. PIOM

    c. PPOMN

    d. Direktorat Standardisasi

    e. Instansi lain yang terkait : Dirjen Bea Cukai, Kementerian Kesehatan,

    kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian

    Perindustrian, Kementerian Pertahanan.

    9. Sub Direktorat Sertifikasi menerbitkan SKI dalam bentuk hard copy dan

    dalam soft copy ke portal INSW Bea Cukai.

    10. Sub Direktorat Sertifikasi menyerahkan hard copy SKI ke pemohon.

    11. Sub Direktorat Sertifikasi merekapitulasi pernerbitan SKI per bulan.

    Selanjutnya, berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penerbitan SKE :

    1. Sub Direktorat Sertifikasi menerima pengajuan SKE dari pemohon

    (hardcopy) dengan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dengan

    melampirkan bukti pembayaran PNBP.

    2. Sub Direktorat Sertifikasi memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen

    pengajuan permohonan SKE.

    a. Jika berkas permohonan lengkap dan benar, diproses lebih lanjut dan jika

    diperlukan dibuat tanda terima pengajuan.

    b. Jika dokumen belum lengkap dan benar, maka dikembalikan ke pemohon

    untuk dilengkapi.

    3. Sub Direktorat Sertifikasi mencetak draft SKE.

    4. Sub Direktorat Sertifikasi melakukan evaluasi draft SKE dengan dokumen

    pemohon.

    a. Jika evaluasi disetujui, maka akan dilakukan rekomendasi.

    b. Jika evaluasi tidak disetujui, maka dokumen dikembalikan ke pemohon

    untuk dilengkapi.

  • 39

    Universitas Indonesia

    5. Jika diperlukan Sub Direktorat Sertifikasi melakukan legalitas produk jadi

    dan penandaan yang disetujui ke Direktorat Penilaian.

    6. Sub Direktorat Sertifikasi menerbitkan SKE dalam bentuk hardcopy.

    7. Sub Direktorat Sertifikasi menyerahkan hardcopy SKE yang telah disahkan

    kepada pemohon.

    8. Sub Direktorat Sertifikasi penerbitan SKE per bulan.

    3.4 Sub Direktorat Inspeksi Produk I

    Sub Direktorat Inspeksi Produk I melakukan inspeksi untuk produk obat

    tradisional dan suplemen makanan. Keputusan Kepala Badan POM RI No.

    02001/SK/BPOM mengatur tugas, fungsi dan struktur organisasi Sub Direktorat

    Inspeksi Produk I.

    3.4.1 Tugas Sub Direktorat Inspeksi Produk I

    Sub Direktorat Inspeksi Produk I memiliki tugas melaksanakan penyiapan

    bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman,

    standar, kriteria dan prosedur, evaluasi serta pelaksanaan inspeksi sarana produksi

    dan distribusi Produk I.

    3.4.2 Fungsi Sub Direktorat Inspeksi Produk I

    Dalam menjalankan tugasnya, Sub Direktorat Inspeksi Produk I Badan

    POM RI menjalankan fungsi :

    1. Penyusunan rencana dan program inspeksi Produk I.

    2. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

    pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan inspeksi sarana

    produksi dan distribusi obat tradisional dan suplemen makanan.

    3. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

    pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan penandaan dan

    promosi obat tradisional dan suplemen makanan.

    4. Evaluasi dan penyusunan laporan inspeksi Produk I.

  • 40

    Universitas Indonesia

    3.4.3 Struktur Organisasi Sub Direktorat Inspeksi Produk I

    Sub Direktorat Inspeksi Produk I terdiri atas 2 seksi, yaitu Seksi Inspeksi

    Obat Tradisional dan Sumplemen Makanan serta Seksi Pengawasan Penandaan

    dan promosi Obat Tradisional dan Sumplemen Makanan.

    3.4.3.1iSeksi Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan

    Seksi Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan mempunyai

    tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan

    program, penyusunan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, evaluasi dan

    penyusunan laporan, serta melakukan inspeksi sarana produksidan sarana

    distribusi obat tradisional dan suplemen makanan.

    3.4.3.2 Seksi Pengawasan Penandaan dan Promosi Obat Tradisional dan

    Suplemen Makanan

    Seksi Pengawasan Penandaan dan Promosi Obat Tradisional dan

    Suplemen Makanan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan

    teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria,

    dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan pengawasan

    penandaan dan promosi obat tradisional dan suplemen makanan.

    3.4.4 Business Process Sub Direktorat Inspeksi Produk I

    Pada dasarnya, business process pada Sub Direktorat Inspeksi Produk I

    dan Produk II dapat dikatakan serupa dan hanya berbeda pada target yang

    diinspeksi. Sub Direktorat Inspeksi Produk I berfokus pada obat tradisional dan

    suplemen makanan sedangkan Sub Direktorat Inspeksi Produk II berfokus pada

    kosmetika. Berdasarkan Dokumen Quality Management System (QMS) Level 2

    berupa Standar Prosedur Operasional untuk Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

    Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Badan Pengawas Obat dan

    Makanan tahun 2011, kegiatan Sub Direktorat Inspeksi Produk I dan Produk II

    meliputi pelaksanaan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, pelaksanaan

    sampling, serta pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan sampling.

  • 41

    Universitas Indonesia

    3.4.4.1 Pemeriksaan Sarana Produksi dan Distribusi

    Pemeriksaan/inspeksi sarana produksi dan distribusi obat

    tradisional,/kosmetik/suplemen makanan dilakukan dalam rangka :

    1. Inspeksi/pemeriksaan rutin

    Inspeksi ini dilakukan untuk menilai pemenuhan ketentuan pokok di sarana

    produksi dan distribusi obat tradisional/kosmetik/ suplemen makanan secara

    berkesinambungan. Sasaran dalam inpeksi/pemeriksaan rutin adalah seluruh

    sarana produksi dan distribusi obat tradisional/kosmetik/ suplemen makanan

    yang berada di catchment area Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan

    Makanan masing-masing.

    2. Inspeksi/pemeriksaan dalam rangka tindak lanjut hasil pemeriksaan

    sebelumnya

    Inspeksi ini dilakukan untuk mengetahui perbaikan atas temuan pemeriksaan

    sebelumnya.

    3. Inspeksi/pemeriksaan dalam rangka investigasi dan penanganan kasus

    Inspeksi ini dilakukan dalam rangka melakukan penelusuran dan penanganan

    kasus tertentu berdasarkan laporan dari ULPK/LIK.

    Berikut ini adalah prosedur pemeriksaan sarana produksi dan distribusi

    obat tradisional/kosmetika/ suplemen makanan :

    1. Perencanaan inspeksi/pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat

    tradisional, kosmetika, dan suplemen makanan.

    a. Sub Direktorat Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan atau

    Sub Direktorat Inspeksi Kosmetika melakukan pengumpulan data hasil

    inspeksi/pemeriksaan sarana produksi/distribusi.

    b. Sub Direktorat Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan atau

    Sub Direktorat Inspeksi Kosmetika melakukan analisis resiko terhadap

    data hasil pemeriksaan sarana produksi/distribusi yang telah

    dikumpulkan.

    c. Sub Direktorat Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan atau

    Sub Direktorat Inspeksi Kosmetika menyusun usulan rencana

    inspeksi/pemeriksaan sarana produksi/distribusi.

  • 42

    Universitas Indonesia

    d. Direktorat Penilaian/ULPK/LIK sewaktu-wktu dapat mengirimkan

    permintaan inspeksi/pemeriksaan sarana produksi/distribusi kepada Sub

    Direktorat Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan atau Sub

    Direktorat Inspeksi Kosmetika

    2. Persiapan inspeksi/pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat

    tradisional, kosmetik, dan produk komplemen.

    a. Sub Direktorat Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan atau

    Sub Direktorat Inspeksi Kosmetika menetapkan tim inspeksi/pemeriksa

    sarana produksi/distribusi dengan menggunakan surat tugas.

    b. Tim inspeksi/pemeriksa sarana produksi/distribusi menyiapkan dokumen

    dan peralatan terkait inspeksi/pemeriksaan sarana produksi/distribusi.

    c. Tim inspeksi/pemeriksa sarana produksi/distribusi melaksanakan rapat

    persiapan inspeksi/pemeriksaan sarana produksi/distribusi untuk

    menyusun agenda inspeksi dan rencana pelaksanaan inspeksi.

    3. Pelaksanaan inspeksi/pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat

    tradisional, kosmetik, dan produk komplemen.

    a. Tim inspeksi/pemeriksa sarana prod