Upload
dwi-pratiwi
View
46
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mmmnnn
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2000).
Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut pada mukosa
telinga tengah yang diikuti dengan pembentukan nanah (mukopus). Otitis
media akut paling banyak terjadi karena penyebaran infeksi lewat tuba
Eustachius (rinogen), karena infeksi saluran pernafasan atas mukosa tuba
Eustachius edema sehingga fungsinya terganggu. Keadaan inilah yang
mempermudah masuknya kuman ke telinga tengah (Rukmini Sri, 2000).
Otitis media akut atau infeksi telinga tengah banyak dijumpai
dimasyarakat, penyakit ini sangat berkaitan erat dengan infeksi saluran
pernapasan atas. Oleh karena itu otitis media banyak ditemukan pada bayi
dan anak. Hal ini disebabkan karena pada kelompok usia tersebut sangat
rentan terhadap infeksi saluran pernapasan atas, sehingga pertahanan tubuh
terganggu dan merupakaan masalah kesehatan yang utama. Karena lebih
sering ditemukan pada bayi dan anak-anak (Soepardi Efiaty Arsyad dan
Nurbaiti Iskandar, 2001).
Otitis media terjadi karena terjadi sumbatan tuba Eustachius. Karena
fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah juga terganggu., sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan (Soepardi Efiaty Arsyad dan Nurbaiti
Iskandar,2007).
Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut sebagian atau
seluruh periosteum telinga tengah yang paling banyak terjadi karena
penyebaran infeksi lewat tuba Eustachius (rinogen), karena infeksi saluran
pernafasan atas mukosa tuba Eustachius edema sehingga fungsinya
terganggu dan penyakit ini sering terjadi pada bayi dan anak anak.
2. Etiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis
media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu,
sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga.
Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling
sering.
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus
hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%),
Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,
dan Moraxella catarrhalis.
Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah
melalui tuba eustakius atau kadang juga melalui aliran darah.
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik
ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi
bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis,
hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( rhinitis alergika). Pada anak-anak,
makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis
media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
3. Pohon Masalah (Terlampir)
4. Klasifikasi
Berdasarkan gejalanya, OMA (Otitis Media Akut) dapat dibagi menjadi 5,
yaitu :
a) Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda adanya obstruksi tuba eustachius ialah gambaran retraksi
membaran timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga
tengah, akibat obstruksi udara. Kadang-kadang membrane timpani
tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi
muungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar di
bedakan dengan otitis media serosa yang di sebabkan karena virus atau
alergi
b) Stadium hiperemis
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar
pada membrane timpani atau seluruh membran timpani tampak
hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat uksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
c) Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum
timpani, menyebabkan membran timpani menonjol ke arah liang telinga
luar. Pada keadaan ini pasien sangat sakit, nadi dan suhu meningkat
serta rasa nyeri di telinga hebat apabila tekanan nanah di cavum timpani
tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-
kapiler, serta timbul trimboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan di tempat
ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan membrane timpani pada
stadium ini, maka kemungkinan membrane timpani akan rupture dan
nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan insisi membrane
timpani luka insisi akan menutup kembali sedangkan apabila terjadi
rupture, maka lubang telinga rupture tidak mudah menutup kembali.
d) Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambat pemberian antibiotic atau
virulensi kuman yang tinggi maka dapat terjadi rupture membrane
timpani dan nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak
yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan
anak dapat tertidur nyenyak.
e) Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane
timpani perlahan lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi
maka secret akan berkurang, dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh
baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun
tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap
dengan skret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat
menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila secret menetap
di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
5. Gejala Klinis
Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.
a. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan
menetap.
b. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
c. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam
sampai 39,5oC, gelisah, susah tidur, kejang
d. Gendang telinga berwarna merah karena mengalami peradangan.
e. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik
telinga pada anak yang belum dapat bicara.
f. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah
menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang
telinga robek).
g. Pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan
pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.
h. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang
telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang
gendang telinga dengan jelas).
b. Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan
warna gendang telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram,
serta cairan di liang telinga.
c. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk
melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk
menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.
Untuk melihat berkurangnya atau tidak ada sama sekali gerakan
gendang telinga.
d. Timpanogram : untuk mengukur kesesuaian dan kekuatan membran
timpani.
e. Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan timpano sintesis (aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membran timpani).
7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
a. Stadium Oklusi
1) Untuk membuka kembali tuba eustachius, agar tekanan negative di
telinga tengah hilang.
2) Obat tetes telinga HCl efedrin 0,5% (anak < 12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dalam fisiologis (anak > 12 tahun dan dewasa).
3) Antibiotik jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi.
b. Stadium Presupurasi
1) Diberikan antibiotik, (golongan penisilin / eritromisin) tetes
hidung, analgesik. Antibiotic yang dianjurkan adalah dari golongan
penisilin dan ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin
intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam
darah , sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
2) Pada anak diberikan ampisilin dengan dosis 50-100 mg/kg BB per
hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari.
c. Stadium Supurasi
1) Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala
cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Miringotomi adalah
tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi
drainase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang harus
dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan
dapat dikuasai sehingga membrane timpani dapat dilihat dengan
baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Untuk
tindakan ini harus memakai lampu kepala yang mempunyai sinar
cukup terang , memakai corong telinga yang sesuai dengan besar
liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan
berukuran kecil dan steril.
d. Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik adekuat
sampai 3 minggu. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat
menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
e. Stadium Resolusi
Bila tidak terjadi perbaikan/ pemulihan/ kesembuhan biasanya
akan tampak secret mengalir di liang telingaluar melalui perforasi di
membrane timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya
edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika
dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.
8. Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, Otitis Media Akut dapat menimbulkan
komplikasi , yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang berat
(meningitis dan abses otak). Sekarang, setelah ada antibiotika semua jenis
komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari Otitis Media
Supuratif Kronis (OMSK).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat
2) Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada
telinga, penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan
telinga
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang
berulang, riwayat alergi, riwayat OMA berkurang, riwayat
penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ), riwayat
operasi
4) Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah mengalami
penyakit telinga, sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan
luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetic
b. Pengkajian Persistem
1) Suhu meningkat, keluarnya otore
2) Nadi meningkat
3) Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo,
pusing, refleks kejut
4) Nausea vomiting
5) Malaise, alergi
c. Pengkajian Psikososial
1) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
2) Aktivitas terbatas
3) Takut menghadapi tindakan pembedahan
d. Pemeriksaan diagnostic
1) Tes audiometri : pendengaran menurun
2) Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan
mastoid
e. Pemeriksaan pendengaran
Tes suara bisikan, tes garputala
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan trauma, respon inflamasi, edema, dan
pembengkakan karena bakteri atau jamur.
b. Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
c. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan
pendengaran lebih besar setelah operasi.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi mengenai penyakitnya
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No.Diagnosa
KeperawatanTujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut yang
berhubungan
dengan trauma,
respon inflamasi,
edema, dan
pembengkakan
karena bakteri
atau jamur.
Pain Control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
menit, klien mengungkapkan
nyeri berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Mengenali gejala-gejala
nyeri
2. Menyatakan nyeri sudah
terkontrol
3. Mampu melaporkan
kepuasan dengan tingkatan
mandiri
4. Mampu mengekspresikan
kepuasan dengan kontrol
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
5. Kontrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Kurangi faktor presipitasi
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
8. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
10. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
12. Tingkatkan istirahat
2 Gangguan
persepsi sensori
pendengaran
berhubungan
dengan obstruksi,
infeksi di telinga
tengah atau
kerusakan di
syaraf
pendengaran
Kompensasi Tingkah Laku
Pendengaran
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
menit, gangguan persepsi
sensori pendengaran teratasi
dengan kriteria hasil :
1. Pasien bisa mendengar
dengan baik
2. Telinga bersih
3. Pantau gejala kerusakan
pendengaran
4. Posisi tubuh untuk
menguntungkan pendengaran
Communication Enhancement
: Hearing Deficit
1. Bersihkan serumen dengan
irigasi, suntion, spoeling atau
instrumentasi
2. Kurangi kegaduhan
lingkungan.
3. Ajari klien untuk
menggunakan tanda non
verbal dan bentuk
komunikasi lainnya.
4. Kolaborasi dalam pemberian
terapi obat
5. Beritahu pasien bahwa suara
5. Menghilangkan gangguan
6. Memperoleh alat bantu
pendengaran
7. Menggunakan layananan
pendukung untuk pendegaran
yang lemah
akan terdengar berbeda
dengan memakai alat bantu
6. Jaga kebersihan alat bantu
7. Mendengar dengan penuh
perhatian
8. Menahan diri dari berteriak
pada pasien yang mengalami
gangguan komunikasi
9. Dapatkan perhatian pasien
melalui sentuhan
3 Ansietas
berhubungan
dengan Ansietas
berhubungan
dengan prosedur
operasi, diagnosis,
prognosis,
anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi,
kemungkinan
penurunan
pendengaran lebih
besar setelah
operasi
Anxiety self-control
Anxiety level
Coping
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
menit, tidak terjadi infeksi
dengan kriteria hasil :
- Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
- Vital sign dalam batas
normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
1. pasien menunjukkan tidak
Anxiety Reduction
a. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
d. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
e. Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
f. Dorong keluarga untuk
menemani anak
g. Lakukan back / neck rub
h. Dengarkan dengan penuh
perhatian
i. Identifikasi tingkat
cemas, terbuka, menunjukan
prilaku tidak gelisah
kecemasan
j. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
l. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
4. Defisiensi
Pengetahuan
berhubungan
dengan kurangnya
pajanan informasi
mengenai
penyakitnya
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
menit, diharapkan pengetahuan
klien meningkat dengan kriteria
hasil :
1. Klien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
2. Klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
5 Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan gejala
terkait penyakit
Relaxation control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
menit, gangguan rasa nyaman
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien tidak mengeluh lemas
2. Klien tidak mengeluh pusing
3. Klien dapat meningkatkan
ADL
Relaxation Therapy
1. Anjurkan klien untuk
bernapas dalam ketika
merasa tidak nyaman
2. Anjurkan klien untuk
beristirahat
Environmental Management :
Comfort
1. Kaji ketidaknyaman yang
dirasakan klien
2. Berikan posisi yang nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhy.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Med Action
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Iskandar, Nurbaiti dan Soepardi. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT,
Kepala dan Leher. Jakarta : FKUI
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.