21
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA AKUT (OMA) A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2000). Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut pada mukosa telinga tengah yang diikuti dengan pembentukan nanah (mukopus). Otitis media akut paling banyak terjadi karena penyebaran infeksi lewat tuba Eustachius (rinogen), karena infeksi saluran pernafasan atas mukosa tuba Eustachius edema sehingga fungsinya terganggu. Keadaan inilah yang mempermudah masuknya kuman ke telinga tengah (Rukmini Sri, 2000). Otitis media akut atau infeksi telinga tengah banyak dijumpai dimasyarakat, penyakit ini sangat berkaitan erat dengan infeksi saluran pernapasan atas. Oleh karena itu otitis media banyak ditemukan pada bayi dan anak. Hal ini disebabkan karena pada kelompok usia tersebut sangat rentan terhadap infeksi saluran pernapasan atas, sehingga pertahanan tubuh terganggu dan merupakaan masalah kesehatan yang utama. Karena lebih sering ditemukan

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mmmnnn

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2000).

Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut pada mukosa

telinga tengah yang diikuti dengan pembentukan nanah (mukopus). Otitis

media akut paling banyak terjadi karena penyebaran infeksi lewat tuba 

Eustachius (rinogen), karena infeksi saluran pernafasan atas mukosa tuba

Eustachius edema sehingga fungsinya terganggu. Keadaan inilah yang

mempermudah masuknya kuman ke telinga tengah (Rukmini Sri, 2000).

Otitis media akut atau  infeksi telinga tengah banyak dijumpai

dimasyarakat, penyakit ini sangat berkaitan erat dengan infeksi saluran

pernapasan atas. Oleh karena itu otitis media banyak ditemukan pada bayi

dan anak. Hal ini disebabkan karena pada kelompok usia tersebut sangat

rentan terhadap infeksi saluran pernapasan atas, sehingga pertahanan tubuh

terganggu dan merupakaan masalah kesehatan yang utama. Karena lebih

sering ditemukan pada bayi dan anak-anak (Soepardi Efiaty Arsyad dan

Nurbaiti Iskandar, 2001).

Otitis media terjadi karena terjadi sumbatan tuba Eustachius. Karena

fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam

telinga tengah juga terganggu., sehingga kuman masuk ke dalam telinga

tengah dan terjadi peradangan (Soepardi Efiaty Arsyad dan Nurbaiti

Iskandar,2007).

Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut sebagian atau

seluruh periosteum telinga tengah yang paling banyak terjadi karena

penyebaran infeksi lewat tuba  Eustachius (rinogen), karena infeksi saluran

pernafasan atas mukosa tuba Eustachius edema sehingga fungsinya

terganggu dan penyakit ini sering terjadi pada bayi dan anak anak.

Page 2: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

2. Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis

media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu,

sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga.

Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling

sering.

Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus

hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%),

Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,

dan Moraxella catarrhalis.

Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah

melalui tuba eustakius atau kadang juga melalui aliran darah.

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik

ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi

bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh

infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis,

hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( rhinitis alergika). Pada anak-anak,

makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis

media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya

pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

3. Pohon Masalah (Terlampir)

4. Klasifikasi

Berdasarkan gejalanya, OMA (Otitis Media Akut) dapat dibagi menjadi 5,

yaitu :

a) Stadium oklusi tuba eustachius

Tanda adanya obstruksi tuba eustachius ialah gambaran retraksi

membaran timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga

tengah, akibat obstruksi udara. Kadang-kadang membrane timpani

tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi

muungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar di

Page 3: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

bedakan dengan otitis media serosa yang di sebabkan karena virus atau

alergi

b) Stadium hiperemis

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar

pada membrane timpani atau seluruh membran timpani tampak

hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih

bersifat uksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

c) Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum

timpani, menyebabkan membran timpani menonjol ke arah liang telinga

luar. Pada keadaan ini pasien sangat sakit, nadi dan suhu meningkat

serta rasa nyeri di telinga hebat apabila tekanan nanah di cavum timpani

tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-

kapiler, serta timbul trimboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis

mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat

sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan di tempat

ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan membrane timpani pada

stadium ini, maka kemungkinan membrane timpani akan rupture dan

nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan insisi membrane

timpani luka insisi akan menutup kembali sedangkan apabila terjadi

rupture, maka lubang telinga rupture tidak mudah menutup kembali.

d) Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambat pemberian antibiotic atau

virulensi kuman yang tinggi maka dapat terjadi rupture membrane

timpani dan nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak

yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan

anak dapat tertidur nyenyak.

e) Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane

timpani perlahan lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi

maka secret akan berkurang, dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh

Page 4: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun

tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap

dengan skret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat

menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila secret menetap

di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

5. Gejala Klinis

Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.

a. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan

menetap.

b. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

c. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam

sampai 39,5oC, gelisah, susah tidur, kejang

d. Gendang telinga berwarna merah karena mengalami peradangan.

e. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik

telinga pada anak yang belum dapat bicara.

f. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah

menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang

telinga robek).

g. Pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan

pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.

h. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang

telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang

6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

a. Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang

gendang telinga dengan jelas).

b. Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan

warna gendang telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram,

serta cairan di liang telinga.

Page 5: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

c. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk

melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk

menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.

Untuk melihat berkurangnya atau tidak ada sama sekali gerakan

gendang telinga.

d. Timpanogram : untuk mengukur kesesuaian dan kekuatan membran

timpani.

e. Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan timpano sintesis (aspirasi jarum

dari telinga tengah melalui membran timpani).

7. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.

a. Stadium Oklusi

1) Untuk membuka kembali tuba eustachius, agar tekanan negative di

telinga tengah hilang.

2) Obat tetes telinga HCl efedrin 0,5% (anak < 12 tahun) atau HCl

efedrin 1% dalam fisiologis (anak > 12 tahun dan dewasa).

3) Antibiotik jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi.

b. Stadium Presupurasi

1) Diberikan antibiotik, (golongan penisilin / eritromisin) tetes

hidung, analgesik. Antibiotic yang dianjurkan adalah dari golongan

penisilin dan ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin

intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam

darah , sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,

gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.

Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila

pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

2) Pada anak diberikan ampisilin dengan dosis 50-100 mg/kg BB per

hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari

dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari.

Page 6: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

c. Stadium Supurasi

1) Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan

miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala

cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Miringotomi adalah

tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi

drainase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang harus

dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan

dapat dikuasai sehingga membrane timpani dapat dilihat dengan

baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Untuk

tindakan ini harus memakai lampu kepala yang mempunyai sinar

cukup terang , memakai corong telinga yang sesuai dengan besar

liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan

berukuran kecil dan steril.

d. Stadium Perforasi

Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik adekuat

sampai 3 minggu. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat

menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

e. Stadium Resolusi

Bila tidak terjadi perbaikan/ pemulihan/ kesembuhan biasanya

akan tampak secret mengalir di liang telingaluar melalui perforasi di

membrane timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya

edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika

dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.

8. Komplikasi

Sebelum ada antibiotika, Otitis Media Akut dapat menimbulkan

komplikasi , yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang berat

(meningitis dan abses otak). Sekarang, setelah ada antibiotika semua jenis

komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari Otitis Media

Supuratif Kronis (OMSK).

Page 7: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama,

pendidikan,   pekerjaan, alamat

2) Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada

telinga, penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan

telinga

3) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang

berulang, riwayat alergi, riwayat OMA berkurang, riwayat

penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ), riwayat

operasi

4) Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah mengalami

penyakit telinga, sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan

luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetic

b. Pengkajian Persistem

1) Suhu meningkat, keluarnya otore

2) Nadi meningkat

3) Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo,

pusing, refleks kejut

4) Nausea vomiting

5) Malaise, alergi

c. Pengkajian Psikososial

1) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi

2) Aktivitas terbatas

3) Takut menghadapi tindakan pembedahan

d. Pemeriksaan diagnostic

1) Tes audiometri : pendengaran menurun

2) Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan

mastoid

e. Pemeriksaan pendengaran

Tes suara bisikan, tes garputala

Page 8: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan trauma, respon inflamasi, edema, dan

pembengkakan karena bakteri atau jamur.

b. Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di

telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran

c. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,

anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan

pendengaran lebih besar setelah operasi.

d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan

informasi mengenai penyakitnya

e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1 Nyeri akut yang

berhubungan

dengan trauma,

respon inflamasi,

edema, dan

pembengkakan

karena bakteri

atau jamur.

Pain Control

Comfort level

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 15

menit, klien mengungkapkan

nyeri berkurang dengan kriteria

hasil :

1. Mengenali gejala-gejala

nyeri

2. Menyatakan nyeri sudah

terkontrol

3. Mampu melaporkan

kepuasan dengan tingkatan

mandiri

4. Mampu mengekspresikan

kepuasan dengan kontrol

Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal

dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi

terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

4. Bantu pasien dan keluarga

untuk mencari dan

menemukan dukungan

5. Kontrol lingkungan yang

Page 9: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

nyeri dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

6. Kurangi faktor presipitasi

7. Pilih dan lakukan

penanganan nyeri

(farmakologi, non

farmakologi dan inter

personal)

8. Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan intervensi

9. Ajarkan tentang teknik non

farmakologi

10. Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

11. Evaluasi keefektifan kontrol

nyeri

12. Tingkatkan istirahat

2 Gangguan

persepsi sensori

pendengaran

berhubungan

dengan obstruksi,

infeksi di telinga

tengah atau

kerusakan di

syaraf

pendengaran

Kompensasi Tingkah Laku

Pendengaran

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 15

menit, gangguan persepsi

sensori pendengaran teratasi

dengan kriteria hasil :

1. Pasien bisa mendengar

dengan baik

2. Telinga bersih

3. Pantau gejala kerusakan

pendengaran

4. Posisi tubuh untuk

menguntungkan pendengaran

Communication Enhancement

: Hearing Deficit

1. Bersihkan serumen dengan

irigasi, suntion, spoeling atau

instrumentasi

2. Kurangi kegaduhan

lingkungan.

3. Ajari klien untuk

menggunakan tanda non

verbal dan bentuk

komunikasi lainnya.

4. Kolaborasi dalam pemberian

terapi obat

5. Beritahu pasien bahwa suara

Page 10: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

5. Menghilangkan gangguan

6. Memperoleh alat bantu

pendengaran

7. Menggunakan layananan

pendukung untuk pendegaran

yang lemah

akan terdengar berbeda

dengan memakai alat bantu

6. Jaga kebersihan alat bantu

7. Mendengar dengan penuh

perhatian

8. Menahan diri dari berteriak

pada pasien yang mengalami

gangguan komunikasi

9. Dapatkan perhatian pasien

melalui sentuhan

3 Ansietas

berhubungan

dengan Ansietas

berhubungan

dengan prosedur

operasi, diagnosis,

prognosis,

anestesi, nyeri,

hilangnya fungsi,

kemungkinan

penurunan

pendengaran lebih

besar setelah

operasi

Anxiety self-control

Anxiety level

Coping

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 15

menit, tidak terjadi infeksi

dengan kriteria hasil :

- Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas

- Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk

mengontol cemas

- Vital sign dalam batas

normal

- Postur tubuh, ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan

1. pasien menunjukkan tidak

Anxiety Reduction

a. Gunakan pendekatan yang

menenangkan

b. Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap pelaku

pasien

c. Jelaskan semua prosedur dan

apa yang dirasakan selama

prosedur

d. Temani pasien untuk

memberikan keamanan dan

mengurangi takut

e. Berikan informasi faktual

mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

f. Dorong keluarga untuk

menemani anak

g. Lakukan back / neck rub

h. Dengarkan dengan penuh

perhatian

i. Identifikasi tingkat

Page 11: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

cemas, terbuka, menunjukan

prilaku tidak gelisah

kecemasan

j. Bantu pasien mengenal

situasi yang menimbulkan

kecemasan

k. Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

l. Instruksikan pasien

menggunakan teknik

relaksasi

4. Defisiensi

Pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

pajanan informasi

mengenai

penyakitnya

Kowlwdge : disease process

Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 15

menit, diharapkan pengetahuan

klien meningkat dengan kriteria

hasil :

1. Klien dan keluarga

menyatakan pemahaman

tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program

pengobatan

2. Klien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

3. Klien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa

yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

Teaching : disease Process

1. Berikan penilaian tentang

tingkat pengetahuan pasien

tentang proses penyakit yang

spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari

penyakit dan bagaimana hal

ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala

yang biasa muncul pada

penyakit, dengan cara yang

tepat

4. Gambarkan proses penyakit,

dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan

penyebab, dengna cara yang

tepat

6. Sediakan informasi pada

pasien tentang kondisi,

Page 12: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

dengan cara yang tepat

7. Hindari harapan yang

kosong

8. Sediakan bagi keluarga

informasi tentang kemajuan

pasien dengan cara yang

tepat

9. Diskusikan perubahan gaya

hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang

akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi

atau penanganan

11. Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau

diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan

sumber atau dukungan,

dengan cara yang tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau

agensi di komunitas lokal,

dengan cara yang tepat

14. Instruksikan pasien

mengenai tanda dan gejala

untuk melaporkan pada

pemberi perawatan

kesehatan, dengan cara yang

Page 13: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

tepat

5 Gangguan rasa

nyaman

berhubungan

dengan gejala

terkait penyakit

Relaxation control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 15

menit, gangguan rasa nyaman

teratasi dengan kriteria hasil :

1. Klien tidak mengeluh lemas

2. Klien tidak mengeluh pusing

3. Klien dapat meningkatkan

ADL

Relaxation Therapy

1. Anjurkan klien untuk

bernapas dalam ketika

merasa tidak nyaman

2. Anjurkan klien untuk

beristirahat

Environmental Management :

Comfort

1. Kaji ketidaknyaman yang

dirasakan klien

2. Berikan posisi yang nyaman

Page 14: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhy.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis

Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Med Action

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :

EGC.

Iskandar, Nurbaiti dan Soepardi. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT,

Kepala dan Leher. Jakarta : FKUI

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta : EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta: EGC.