54
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.gejalanya bervariasi. Gejala Diabetes Melitus dapat timbul secara berlahan – lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, BAK yang sering atau pun BB menurun. Diabetes Melitus jika tidak di tangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti Mata, Ginjal, Jantung, Pembuluh Darah Kaki, syaraf dll. Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh

Laporan Pasien DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hgy

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGDiabetes sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.gejalanya bervariasi. Gejala Diabetes Melitus dapat timbul secara berlahan lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, BAK yang sering atau pun BB menurun. Diabetes Melitus jika tidak di tangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti Mata, Ginjal, Jantung, Pembuluh Darah Kaki, syaraf dll.

Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang . Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara, jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes RI, 2006).Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selalu dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri, polidipsi atau polifagi. Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan sebagainya, umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh karena itu memerlukan konfirasi pemeriksaan fisik, kalau perlu pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, pasien diabetes yang timbul pada usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta tumbuhnya jamur pada tempat-tempat tertentu.

Oleh karena itu, Lansia dengan Diabetes Melitus memerlukan asuhan keperawatan yang baik untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Makalah ini menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes melitus.B. RUMUSAN MASALAH1. Apa definisi diabetes melitus?2. Apa saja etiologi diabetes melitus?3. Bagaimanakah klasifikasi diabetes melitus?4. Bagaimanakah manifestasi klinis diabetes melitus?5. Apa saja komplikasi diabetes melitus?6. Bagaimanakah patofisiologi diabetes melitus?7. Bagaimnakah pemeriksaan diagnostik diabetes melitus?8. Bagaimanakah penatalaksanaan diabetes melitus?9. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada pasien lanjut usia dengan diabetes melitus?C. TUJUAN1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan Diabetes Melitus

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui pengertian diabetes melitus

2. Mahasiswa mengetahui etiologi diabetes melitus

3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi diabetes melitus

4. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis diabetes melitus

5. Mahasiswa mengetahui komplikasi diabetes melitus6. Mahasiswa mengetahui patofisiologi diabetes melitus

7. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik diabetes melitus

8. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan diabetes melitus

9. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes melitus

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISIDiabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oelh pankreas. ( Baughman, 2000)Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang dikarakteristikkan oleh hiperglikemia, dandiakibatkan dari kerusakan produksi insulin, sekresi, atau penggunaan. Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel beta dari pulau langerhans pada pankreas. (Nettina, 2001)Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektivitas biologis dari insulin (atau keduanya). (Greenspan, 2000)Diabetes Melitus sesuai kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada rekomendasi ADA (American Diabetes Association,2004), yang tidak menunjukkan adanya pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DM dibuat setelah dua kali pemeriksaan gula darah puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnya puasa paling sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan tidak dalam kondisi infeksi aktif atau sakit akut dalam pemeriksaan ini. Atau gula darah acak > 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes. B. ETIOLOGI

DM disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. (Direktur Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2003) 1. DM type I atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

2. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.

Kegemukan atau obesitas salah satu faktor penyebab penyakit DM, dalam pengobatan penderita DM, selain obat-obatan anti diabetes, perlu ditunjang dengan terapi diit untuk menurunkan kadar gula darah serta mencegah komplikasi-komplikasi yang lain.

C. FAKTOR RESIKO

Adapun faktor resiko dari diabetes melitus: (American Diabetes Association, 2007)

1. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus 2. Obesitas 3. Gaya hidup dan kebiasaan fisik yang tidak aktif

4. Ras/etnis (African American, latin, native American, asian american, pacific islander)

5. Riwayat Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau melahirkan bayi dengan berat >4 kg

6. Hipertensi (140/90 mmHg)

7. Level kolesterol HDL 250 mg/dL (2.82 mmol/L)

8. Sindrom polikistik ovarium atau nigrikan akantotik

9. Riwayat penyakit vaskulerD. KLASIFIKASI

Klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:(Baughman, 2000)1. Tipe I : Insulin-Dependent-Diabetes Melitus (IDDM)

a. 5% sampai 10% penderita diabetic adalah tipe 1. Sel-sel beta dari pancreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.

b. Awitan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

2. Tipe II : Non-Insulin-Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

a. 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.

b. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia).

c. Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.E. MANIFESTASI KLINISAdapun manifestasi klinis dari Diabetes Melitus yaitu: (Baughman,2000)Diabetes Tipe I

1. Hiperglikemia berpuasa 2. Glukosuria, dieresis osmotic, poliuria, polidipsia, dan polifagia.3. Gejala-gejala lain termasuk keletihan dan kelemahan.4. Ketoasidosis diabetic (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala gejala nyeri abdomen, mual muntah, hiperventilasi, napas bau buah; jika tidak ditangani, perubahan tingkat kesadaran, koma, kematin.Diabetes Tipe II

1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.2. Gejala-gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lambat, infeksi vaginal, atau penglihatan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi).3. Komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak terdeteksi dalam waktu selama beberapa tahun (mis., penyakit mata, neuropati perifer, penyakit vascular perifer), yang mungkin telah terjadi sebelum diagnose actual ditetapkan.F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan sebagai akut dan kronis. (Baughman, 2000)1. Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah.

a. Hipoglikemia

b. Ketoasidosis diabetic (DKA)

c. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar non-ketotic (HHNK)

2. Komplikasi kronis

Umumnya terjadi 10-15 tahun setelah awitan.

a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar): mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral

b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil): mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular

c. Penyakit neuropati: mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kakiG. PATOFISIOLOGI

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan diagnostik Diabetes Melitus diantaranya: (Nettina, Sandra M. 2001. pedoman prktek keperawatan. Jakarta: EGC )1. Peningkat kadar serum glukosa

a. Sampel darah puasa (FBS) glukosa lebih dari 140mg/dl, pada dua kejadian memastikan DM.b. Sampel darah acak glukosa lebih dari 200mg/dl pada keberadaan gejala klasik (poliuria,polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan) memastikan DM.

c. Sampel darah dua jam post prandial mengevaluasi metabolisme glukosa, membantu kontrol.

2. Testoleransi glukosa ( OGTT ) mungkin di indikasikan :

a. FBS didapatkan sebelum mengkonsumsi 50 sampai 200g beban glukosa, dan sampel darah di ambil pada , 1,2,3 dan kemungkinan 4 dan 5 jamb. Nilai darah diagnostik adalah: FBS kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu nilai lain lebih dari 200mg/dl setelah beban glukosa 75g.

3. Hemoglobin glikosilat mengukur kontrol glikemik lebih dari periode 60 sampai 120 per hari; pengukuran assay fruktosamin mengontrol lebih dari 20 hari.

I. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan Diabetes melitus diantaranya: (Baughman, 2000)Tujuan utama dari pengobatan yaitu untuk mencoba menormalisasi aktivitas insulin dan kadar gula darah unuk menurunkan perkembangan komplikasi neuropati dan vaskuler.tujuan terapeuitk pada masing-masing tipe diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah (euglikemia) tanpa mengalami hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktifitas sehari-hari pasien dengan serius.Terdapat 5 komponen penatalaksanaan untuk diabetes: diit, latihan (olahraga), pemantauan, obat-obatan (sesuai kebutuhan), dan penyuluhan.

1. Farmakologis

Pengobatan farmakologis diantaranya: (Greenspan, 2000)Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya.a. Terapi obat hipoglikemik oral (OHO)Dibagi menjadi 4 golongan :

1) Golongan Obat yang bekerja memicu sekresi insulina) Sulfonilurea

Efek utama golongan ini meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal dan tiroid. Termasuk golongan ini :

(1) Khlorpropamid

(2) Glibenklamid

(3) Gliklasid

(4) Glikuidon

(5) Glipisid

(6) Glimepirid

b) Glinid

Merupakan obat generasi baru ,cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.

Golongan obat ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:(1) Repaglinid

(2) Nateglinid2) Penambah sensitivitas terhadap insulina) Biguanid

Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan terutama bekerja di hati dengan mengurangi hepatic glucose output dan menurunkan kadar glukosa dalam darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Contoh golongan ini adalah metformin.

b) Thiazolindion/glitazon

Thiazolindion berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR) suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Obat golongan ini memperbaiki sensitifitas terhadap insulin dengan memperbaiki transpor glukosa kedalam sel. Contoh golongan ini : pioglitazon (Actoz) dan Rosiglitazon (Avandia).3) Penambah alfa glukosidase / acarboseObat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan glikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.4) Golongan inkretina) Inkretin mimetik

(1)Jenis : suntikan, belum masuk pasaran indonesia.

(2)Mekanisme : menurunkan glukosa darah dengan cara merangsang sekresi insulin dan menghambat sekresi glucagon.

b) Penghambat DPP IV

(1)Mekanisme : Obat golongan baru ini mempunyai cara kerja menghambat suatu enzim yang mendegradasi hormon inkretin endogen yang berasal dari usus, sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin yang dirangsang glukosa, mengurangi sekresi glukagon dan memperlambat pengosongan lambung.

(2)Dosis: tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan monoterapi tetapi juga dapat dikombinasi dengan metformin, glitazon atau sulfonylurea.Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral :1) Diabetes sesudah umur 40 tahun

2) Diabetes kurang dari 5 tahun

3) Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari

4) DM tipe 2, berat normal atau lebih.b. Terapi InsulinAdapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :

1) Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.

2) Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya.

3) Aktivitas harian penuh penderita.

4) Kecekatan penderita dalam mempelajari dan mahami penyakitnya.

5) Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.

2. Non-Farmakologis Pengobatan non farmakologis diantaranya: ((Greenspan, 2000), (Jay, 2001)a. Perencanaan Makan (diet)1) Kelompokan semua unsur makanan yang penting (misalnya vitamin, mineral)

2) Pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal; pemenuhan kebutuhan energi

3) Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas; pertahankan sedekat dan seaman mungkin pada kadar gula darah normal

4) Kurangi kadar lemak darah, jika terjadi peningkatan

5) Pasian yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula darahnya harus mempertahakan konsistensi dalam jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan pada waktu makan yang berbeda

6) Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe 2) penurunan berat badan merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan faktor pencegahan utama untuk perkembangan diabetes

Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang DM

1) Kebutuhan KaloriKebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan Berat Badan ideal. Komposisi energi:

a) Karbohidrat: 45-65%

b) Protein: 10-20%

c) Lemak: 20-25%Makanan dibagi 3 porsi makanan utama: (pagi 20%), siang (30%), sore (25%) dan 2 kali makanan selingan (10-15%).Tabel Kebutuhan Kalori Penyandang DiabetesKalori/kg BB ideal

Status giziKerja santaiSedangBerat

Berat253035

Normal303540

Kurus354040-50

2) Kebutuhan zat gizi

a) Protein

Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006, kebutuhan protein untuk penyandang diabetes 10-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

b) Total lemak

Asupan lemak dianjurkan