20
LAPORAN KASUS KANDIDIASIS KUTIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS Nama : Risky Septiana NIM : H1A 008 004 PEMBIMBING : dr. I Wayan Hendrawan, M.Biomed, Sp.KK DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Candidiasis pada DM

Citation preview

Page 1: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

LAPORAN KASUS

KANDIDIASIS KUTIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

Nama : Risky Septiana

NIM : H1A 008 004

PEMBIMBING :

dr. I Wayan Hendrawan, M.Biomed, Sp.KK

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2015

1

Page 2: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

KANDIDIASIS KUTIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

LAPORAN KASUS

Risky Septiana

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUP NTB/Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

PENDAHULUAN

Kandidiasis (atau dikenal juga sebagai kandisosis) adalah suatu infeksi

yang disebabkan oleh jamur Candida albicans atau oleh anggota genus Candida

lainnya. Infeksi biasanya terbatas pada kulit, kuku, membran mukosa, namun

dapat pula sistemik dan mengenai organ dalam.1

Penyakit ini di dapatkan di seluruh dunia dan dapat menyerang semua

usia, baik laki-laki maupun perempuan.1,2 Saat ini kasus kandidiasis kutis masih

banyak dijumpai. Pada poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr R. D. Kandou

Manado pada tahun 2009–2011 didapatkan 160 kasus dari 10003 pasien.2

Manifestasi klinis kandidiasis merupakan hasil interaksi antara

patogenisitas kandida dan mekanisme pertahanan tubuh, yang juga berkaitan

dengan faktor predisposisi.1,3 Aspek penting terapi kandidiasis adalah perbaikan

dari setiap faktor predisposisi dan pemberian antijamur baik topikal maupun

sistemik.3

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus

merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas

2

Page 3: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema

anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana

didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

Penyakit ini dapat menyerang banyak organ, salah satunya adalah kulit.4,5

Kondisi sel epitel dan mukosa pada penderita DM juga mengalami

peningkatan adhesi terhadap beberapa mikroorganisme patogen seperti Candida

albicans di mulut dan sel mukosa vagina serta Eschericia coli di sel epitel

saluran.6 Pada penelitian yang dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD

Dokter Soedarso Pontianak pada tahun 2012 didapatkan bahwa terdapat hubungan

antara kandidiasis intertriginosa dengan DM tipe 2. DM tipe 2 beresiko 2,621

lebih tinggi dibandingkan dengan orang tanpa DM tipe 2 untuk menderita

kandidiasis intertriginosa.7

Tujuan pembahasan laporan kasus ini adalah untuk memahami

gambaran klinis kandidiasis kutis pada pasien dengan faktor predisposisi DM dan

penatalaksanaannya.

KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. ID

Usia : 65 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Labuapi, Lombok Barat

No. RM : 026428

Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2015

3

Page 4: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

Anamnesis

Keluhan utama

Gatal pada sekitar buah zakar dan selangkangan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP NTB dengan

keluhan gatal pada sekitar buah zakar dan selangkangan sejak satu minggu yang

lalu. Gatal dirasakan terus menerus dan memberat pada malam hari dan saat

pasien berkeringat. Pasien juga mengeluh muncul bercak kemerahan pada daerah

yang gatal tersebut. Karena merasa terganggu dengan keluhan tersebut, penderita

berobat ke poli kulit dan kelamin RSUP NTB.

Pasien menyangkal sering menggunakan celana dalam yang ketat. Riwayat

minum dan mengoleskan sesuatu pada daerah selangkangan disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sering mengeluhkan hal ini sebelumnya sejak 2 tahun yang lalu dan sering

kambuh-kambuhan. Pasien juga menderita diabetes mellitus sejak ± 5 tahun yang

lalu. Pasien menyangkal memiliki riwayat asma ataupun rinitis.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien tidak memiliki keluarga dengan keluhan yang sama. Riwayat diabetes

mellitus, asma, dan rinitis pada keluarga di sangkal.

Riwayat pengobatan

Untuk keluhan ini, pasien biasanya berobat ke Poli Kulit dan Kelamin RSUP NTB

dan biasanya membaik setelah diberikan obat minum dan salep.

4

Page 5: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 120/80

Nadi : 88 kali per menit

Frekuensi napas : 20 kali per menit

Suhu : 36,5ºC

Kepala : normal

Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Toraks : jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : edema (-).

Status Dermatologi

Regio : skrotum dan selangkangan

UKK : makula eritema berbatas tegas disertai dengan

skuama tipis diatasnya.

5

Page 6: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

Diagnosis Banding

- Kandidiasis kutis

- Dermatitis kontak alergi

- Eritrasma

Pemeriksaan Penunjang

- Kerokan kulit dengan larutan KOH 10% : didapatkan pseudohifa.

6

Page 7: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

- Pemeriksaan kultur : tidak dilakukan

Diagnosis Kerja

Kandidiasis kutis dengan diabetes mellitus

Penatalaksanaan

- Ketokonazol tablet 200 mg dua kali sehari selama 10 hari

- Cetirizin tablet 10 mg satu kali sehari

- Ketokonazol cream 2% + mometason furoat cream 0,1% dua kali sehari

KIE

- Menjaga kebersihan dan kelembapan terutama pada daerah lipatan.

- Minum obat secara teratur.

- Kontrol ke Poli penyakit dalam untuk mendapatkan pengelolaan DM.

Prognosis

- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad sanam : dubia ad bonam

- Quo ad cosmeticum : bonam.

PEMBAHASAN

Kandidiasis (atau dikenal juga sebagai kandisosis) adalah suatu infeksi

yang disebabkan oleh jamur Candida albicans atau oleh anggota genus Candida

lainnya. Infeksi biasanya terbatas pada kulit, kuku, membran mukosa, namun

dapat pula sistemik dan mengenai organ dalam.1,9

Candida sp. adalah sel jamur tunggal, berbentuk bulat sampai oval.

Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17 diantaranya ditemukan pada manusia. Dari

semua spesies yang ditemukan pada manusia, Candida albicans lah yang paling

patogen. Candida sp. Memperbanyak diri dengan membentuk blastospora

7

Page 8: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

(budding cell). Blastospora akan saling bersambung dan bertambah panjang

sehingga membentuk pseudohifa. Bentuk pseudohifa lebih virulen dan invasif

daripada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih besar sehingga

lebih sulit difagositosis oleh makrofag. Selain itu, pseudohifa mempunya titik-itik

blastokonidia multipel pada satu filamennya sehingga jumlah elemen infeksius

yang ada lebih besar.8 Candida albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput

mukosa vagina, dan feses orang normal.1,3,9

Infeksi kandida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik

endogen maupun eksogen. Faktor endogen tersebut antara lain perubahan

fisiologik (kehamilan, kegemukan, iatrogenik, endokrinopati seperti diabetes

mellitus, penyakit kronik seperti lupus eritematous), umur, dan imunologik

(penyakit genetik). Faktor eksogen antara lain iklim, panas, dan kelembapan.1,9

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus

8

Page 9: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas

dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema

anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana

didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

Penyakit ini dapat menyerang banyak organ, salah satunya adalah kulit.4,5

Manifestasi kulit pada pasien DM berhubungan dengan perubahan

metabolik seperti hiperglikemia dan hiperlipidemia. Hiperglikemia dan

ketoasidosis mengurangi kemampuan kemotaksis, fagositosis, dan bakterisidal

dari leukosit.1 Abnormalitas sistem imun pada penderita DM dapat berakibat

meningkatnya kejadian infeksi kulit. Tingginya kadar glukosa darah

menyebabkan meningginya kadar glukosa kulit pada pasien diabetes melitus

sehingga mempermudah timbulnya manifestasi kulit berupa dermatitis, infeksi

bakterial , infeksi jamur, dan lain-lain.1,9 Kulit menjadi salah satu organ yang

sering terkena dampak dari DM. Manifestasi kulit berupa infeksi menjadi salah

satu komplikasi kronik yang sering terlihat pada pasien diabetes melitus. 1,6, 10

Berikut adalah beberapa manifestasi kulit pada penderita diabetes mellitus:

Infeksi pada kulit penderita DM sebanyak 22 % disebabkan paling

sering oleh candida.10 Kondisi sel epitel dan mukosa pada penderita DM juga

9

Page 10: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

mengalami peningkatan adhesi terhadap beberapa mikroorganisme patogen seperti

Candida.11

Candidiasis pada pasien diabetes secara umum lebih terlokalisir daripada

invasif atau menyebar. Vulvovaginitis kandida dan balanopostitis merupakan

suatu keadaan yang sering terjadi pada diabetes mellitus. Lokasi lain dari infeksi

Candida antara lain pada daerah lipatan seperti inframamaria, aksilari, inguinal,

lipatan intergluteal, dan sela-sela jari kaki dan tangan. Lesinya berupa plak

eritema yang dikelilingi oleh pustul dan papul satelit.11

Pada laporan kasus yang dipaparkan pada bab sebelumnya, diagnosis pada

penderita ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemerikaan kerokan

kulit dengan KOH 10%.

Pada anamnesis didapatkan penderita seorang laki-laki, umur 65 tahun.

Pada kepustakaan dikatakan infeksi kandida dapat menyerang semua usia, baik

laki-laki maupun perempuan.1,2 3,9 Pasien mengeluh gatal pada buah zakar dan

selangkangan sejak satu minggu yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus dan

memberat pada malam hari dan saat pasien berkeringat. Pasien juga mengeluh

muncul bercak kemerahan pada daerah yang gatal tersebut. Pada kepustakan

disebutkan bahwa penderita biasanya mengeluhkan timbul bercak merah yang

disertai rasa gatal.1,3,9 Pasien ini juga memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus

sejak lima tahun yang lalu. Pada kepustakaan disebutkan bahwa infeksi kandida

dapat terjadi apabila terdapat bfaktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.

Faktor endogen tersebut antara lain gangguan endokrin seperti diabetes

mellitus.1,3,6,9,12 Pada penelitian yang dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin

RSUD Dokter Soedarso Pontianak pada tahun 2012 didapatkan bahwa terdapat

hubungan antara kandidiasis intertriginosa dengan DM tipe 2. DM tipe 2 beresiko

2,621 lebih tinggi dibandingkan dengan orang tanpa DM tipe 2 untuk menderita

kandidiasis intertriginosa.7

Pada pemeriksaan fisik didapatkan makula eritema berbatas tegas disertai

dengan skuama tipis diatasnya pada regio skrotum dan selangkangan. Kandidiasis

10

Page 11: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

kutis biasanya mengenai daerah intertrigpo, sering mengenai daerah ketiak, lipat

payudara, lipat pahaa, pantat, dan interdigital. Lesi berupa makula eritema,

berbatas tegas, dan pada bagian tepi tampak lesi satelit berupa vesikel, pustul,

dimana bila vesikel pustul ini pecah akan meninggalkan erosi dengan dasar

eritema.1,3,9

Pada hasil pemeriksaan KOH dari selangkangan menunjukkan gambaran

pseudohifa. Pada kepustakaan disebutkan diagnosis infeksi kandida ditegakkan

melalui pemeriksaan KOH dan kultur dari kerokan kulit. Penemuan pseudohifa

dan blastospora pada pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH merupakan

diagnosis untuk infeksi kandida. 1,3,8,9

Diagnosis banding dengan dermatitis kontak alergika dapat disingkirkan

karena tidak dijumpai riwayat mengoleskan bahan kontaktan sebelumnya. Pada

dermatitis kontak alergi (DKA) gambaran klinik berkembang dalam waktu 24 jam

setelah terpapar alergen. Kadang-kadang DKA dapat berkembang segera dalam

waktu 8 sampai 12 jam setelah kontak atau mungkin lebih lambat dalam waktu 4

sampai 7 hari. Gejala yang timbul berupa gatal pada kulit pada kulit yangg

terpapar dan lesi pada tempat pajanan. Lesi akut berupa makula eritem berbatas

tegas, diikuti edema, papulovesikel, vesikel, sedangkan pada lesi kronik berupa

kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, fisura, dan berbatas tidak jelas.13,14

Eritrasma adalah pioderma yang disebabkan oleh bakteri Gram positif

Corynebacterium minittusimum. Tempat yang sering terkena adalah daerah

lipatan kulit. Lesi berupa makula-plakat merah kecoklatan berbatas tegas, tampak

skuama halus di atasnya. Diagnosis eritrasma dapat ditegakkan melalui

pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung. Pemeriksaan lampu Wood

memberikan flouresensi jingga sampai merah bata (coral red).15

Terapi kandidiasi pada pasien ini diberikan ketokonazol tablet 2 x 200 mg

selama 10 hari dan topikal krim ketokonazol 2%, serta anti inflamasi cetirizin 10

mg 1 x sehari untuk mengurangi gatal. Kepustakaan menyebutkan bahwa terapi

untuk kandidiasis mukokutan adalah golongan azol, karena manjur dan aman.

11

Page 12: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

Salah satu golongan azol yang dapat diberikan adalah ketokonazol 200-400 mg

per hari selama 10-14 hari, ataupun dikombinasi dengan azol topikal. Terapi

topikal diberikan 1 sampai 2 kali sehari dan pengobatan dilanjutkan sekurang-

kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Ketokonazol bekerja dengan

mengganggu sintesis ergosterol (sterol utama dari membran sel jamur) sehingga

meningkatkan permbeabilitas membran sel jamur, terjadi kebocoran unsur-unsur

intrasel jamur, sehingga terjadi kematian sel.1,3,9

Prognosis kandidiasis kutis baik bila faktor predisposisi dapat

diminimalkan.1,3,9,12 Pada pasien ini prognosis quo ad vitam ad bonam, quo ad

sanam dubia ad bonam, quo ad cosmeticum ad bonam.

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus kandidiasis kutis pada seorang laki-laki penderita

diabetes mellitus. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan kerokan KOH. Pasien diterapi dengan ketokonazol tablet 2 x 200 mg

selama 10 hari, ketokonazol cream 2% 2 kali sehari, dan cetirizin 10 mg.

Prognosis penderita ini quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam dubia ad bonam,

quo ad cosmeticum ad bonam.

12

Page 13: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

DAFTAR PUSTAKA

1. Kundu VR, Garg A. Yeast infection : candidiasis, tinea (pytriasis) versicolor

and Malassezia (Pityrosporum) folliculitis. Dalam : Fitzpatrick’s dermatology

in general medicine. Vol 2. 8th ed. New York: McGraw-Hill ; 2012

2. Rara SS, Pieter LS, Herry P. Profil kandidiasis kutis di Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2009-2011. Dalam :

Jurnal e-Biomedik (eBM). Vol. 1. Manado ; 2013

3. Scheinfeld SN. Cutaneus Candidiasis. Update 12 Januari 2015. Tersedia

online pada : http://emedicine.medscape.com/article/1090632-overview

4. American Diabetes Association. Dalam : Diabetes Care, vol. 33. USA :

American Diabetes Association, Inc ; 2010

5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Diabetes

Melitus di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI; 2006.

6. Galdeano F, Zaccaria S, Parra V. Cutaneus Manifestations of Diabetes

Mellitus. Argentina : Hospital Luis Lagomaggiore ; 2009.

7. Mardila F, Mustikaningsih R, Hadi DP. Hubungan Kandidiasis Intertriginosa

dan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dokter

Soedarso Pontianak pada Tahun 2012. Tersedia online pada :

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/viewFile/4162/4195

8. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, & Zinkernagel RM. Fungi as Human

Pathogens : Medical Microbiology. New York : Thieme Stuttgart ; 2005

9. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI ; 2010.

10. Baloch HG, Memon MN, Devrajani RB. Cutaneus Manifestations of Type II

Diabetes Mellitus. 2008. Tersedia online pada :

http://beta.lumhs.edu.pk/research/documents/publishedpaper/cutaneous_mani

festations.pdf

11. Shay BK. Infection in Diabetes Mellitus. 2007. Tersedia online pada :

http://www.apiindia.org/medicine_update_2013/chap48.pdf

13

Page 14: Lapsus Candidiasis Pada Pasien DM

12. Kalus AA, Chien AJ, Olerud EJ. Diabetes Mellitus and Other Endocrine

Diseases. Dalam : Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Vol 2. 8th

ed. New York: McGraw-Hill ; 2012

13. Johnson RA, Wolff K,. Allergic Contact Dermatitis. Dalam : Fitzpatrick’s

dermatology in general medicine. Vol 2. 8th ed. New York: McGraw-Hill ;

2012

14. Sularsito AS, Djuanda S. Dermatitis. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2010.

15. Soepardiman L. Penyakit Kulit Lain. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2010.

14