41
1 PERILAKU PASIEN DENGAN PENYAKIT DM A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi (Soegondo S, dkk. 2010). Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes (Soegondo S, dkk. 2010). Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan penyakit yang bersifat kronis baik dari

Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

1

PERILAKU PASIEN DENGAN PENYAKIT DM

A. Latar BelakangDiabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada

keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes

seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7

tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini

terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi (Soegondo S, dkk. 2010).

Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan

terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular,

penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada

mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan

dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat dicegah, atau

setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara hidup

berperan dalam perjalanan penyakit diabetes (Soegondo S, dkk. 2010).

Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan penyakit

yang bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya

rendah. Dan penelitian terhadap penyandang diabetes mendapatkan 75 %

diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai

dosis yang salah, dan 80 % tidak mengikuti diet yang tidak dianjurkan.

(Endang Basuki dalam Sidartawan Soegondo, dkk 2004).

Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan

kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola

makan dan berkurangnya aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor

penyebab terpenting. Oleh karenanya, DM dapat saja timbul pada orang tanpa

riwayat DM dalam keluarga dimana proses terjadinya penyakit memakan

waktu bertahun-tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun

penyakit DM dapat dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan

baik dan mewaspadai perubahan gaya hidup kita (Elvina Karyadi, 2006).

Page 2: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

2

Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang

menderita diabetes mellitus sudsh mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan

dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang.

WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar 366

juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka tadi merupakan

negara-negara berkembang, yang mengalami kenaikan penderita diabetes

mellitus 150 % yaitu negara penderita diabetes mellitus terbanyak adalah India

(35,5 juta orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang),

Rusia (9,7 juta orang), dan Jepang (6,7 juta orang).

WHO menyatakan, penderita diabetes mellitus di Indonesia diperkirakan akan

mengalami kenaikan 8,4 juta jiwa pada tahun 2000, menjadi 21,3 juta jiwa

pada tahun 2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan Indonesia

menduduki ranking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina

(Depkes RI, 2004).

Pada tahun 2006, sedikitnya 350 ribu orang atau 5 persen dari jumlah

penduduk Lampung terserang diabetes. Penyakit ini juga bisa menyerang

siapa saja mulai balita hingga orang tua. Berdasarkan survei, penyakit ini

teryata membunuh lebih banyak manusia dibandingkan HIV/AIDS

(ebdosama.blogspot.com).

Data tingkat kepatuhan terapi jangkapanjang pada penderita DM hanya

mencapai sekitar 50%, penderita DMsalah mengunakan obat 58%, tidak

menjalankan diet 75% dan 80%menyuntikkan insulin dengan cara yang salah.

Penderita DM dapat menjalanikehidupan normal jika mengikuti terapi yang

tepat (Suyono, 2005).

Kepatuhan diet pasien merupakan suatu perubahan perilaku yang positif dan

diharapkan, sehingga proses kesembuhan penyakit lebih cepatdan terkontrol.

Pengaturan diet yang seumur hidup bagi pasien DM menjadi sesuatu yang

sangat membosankan dan menjemukan, jika dalam diri pasientidak timbul

pengertian dan kesadaran yang kuat dalam menjaga kesehatannya. Perubahan

perilaku diet bagi pasien DM yang diharapkanadalah mau melakukan

perubahan pada pola makannya dari yang tidak teratur menjadi diet yang

Page 3: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

3

terencana (Perkeni, 2006). Olehnya itu, makalah ini akan membahas

Kepatuhan perilaku pasien dengan penyakit diabetes mellitus.

B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pasien DM.

2. Mengetahui apa itu definisi DM?

3. Mengetahui tindakan yang tepat untuk pasien DM.

C. Tujuan

1. Umum

Setelah dilakukan penelitian diharapkan pasien dengan penyakit DM dapat

memahami tentang penyakit DM dan cara penanganannya.

2. Khusus

a. Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien

DM

b. Mampu menguasai konsep dasar tentang penyakit DM

c. Mampu melakukan tindakan secara mandiri dalam penanganan

penyakit DM

Page 4: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

4

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu sindrom klinik yang khas

ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau

penurunan efektifitas insulin. Ganggua n metabolik ini

mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, air dan

elektrolit. Gangguan metabolisme tergantung pada adanya kehilangan

aktivitas insulin dalam tubuh dan pada banyak kasus, akhirnya

menimbulkan kerusakan selular, khususnya sel endotelial vaskular pada

mata, ginjal dan susunan saraf (Soegondo, 2004).

Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes melitus adalah

suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar glukosa

darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) dengan diagnosa kadar gula

darah sewaktu >> 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa >> 120

mg/dl, yang terjadi oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau keduanya. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang

dikonsumsi. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas,

mengendalikan kadar kadar glukosa dalam darah dengan mengatur

produksi dan penyimpanannya. Pada penderita diabetes kemampuan

tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurunkan atau pankreas

dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Oleh karena itu terjadi

gangguan jumlah insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah

menjadi tidak stabil.

2. Jenis-Jenis Diabetes Melitus

Secara umum, diabetes melitus dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau DM Tipe-1)

Kebanyakan diabetes tipe-1 adalah anak-anak dan remaja

yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakitnya

diketahui mereka harus langsung memakai insulin. Pankreas sangat

Page 5: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

5

sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin

(Soegondo, 2004).

Diabetes melitus tipe-1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil

insulin pada Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan

insulin pada tubuh. Sampai saat ini, diabetes tipe-1 tidak dapat

dicegah. Diet dan olahraga tidak bisa menyembuhkan ataupun

mencegah diabetes tipe-1. Kebanyakan penderita diabetes tipe-1

memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai

diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap

insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama

pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe-1

adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta

pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya

infeksi pada tubuh. Saat ini diabetes tipe 1 hanya dapat diobati

dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti

terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian

darah (Mirza, 2008).

b. Diabetes Mellitus Tipe-2 atau Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)

Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecacatan

dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau

berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang melibatkan reseptor

insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling

utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap insulin, yang

ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada

tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat

anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin

atau mengurangi produksi gula dari hepar, namun semakin parah

penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan

insulin kadang dibutuhkan.

Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya

jaringan tubuh terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin,

Page 6: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

6

kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk

kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin

relatif (Mirza, 2008).

DM Tipe-2 biasanya terjadi pada usia > 40 tahun. Penderita DM

Tipe-2 lebih sering dijumpai dari pada DM Tipe-1, proporsinya

mencapai 90% dari seluruh kasus diabetes. Pasien-pasien yang

termasuk dalam kelompok DM Tipe-2 biasanya memiliki berat

badan yang berlebih dan memiliki riwayat adanya anggota keluarga

yang menderita DM, 25% dari pasien DM Tipe-2 mempunyai

riwayat adanya anggota keluarga yang menderita DM. Kembar

identik dengan DM Tipe-2, pasangan kembarnya akan menderita

penyakit yang sama (Noer, 1996).

c. Diabetes Melitus Gestasional (Diabetes Kehamilan)

Diabetes melitus gestasional melibatkan suatu kombinasi dari

kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak

cukup, yang meniru DM Tipe-2. Jenis diabetes ini terjadi selama

kehamilan dan bisa juga meningkat atau lenyap. Meskipun

kejadiannya sementara, namun diabetes jenis ini bisa merusak

kesehatan janin dan ibu.

Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) terjadi sekitar 2-5 % dari

semua kehamilan. Diabetes ini sifatnya sementara dan harus

ditangani dengan baik, karena jika tidak, bisa menyebabkan masalah

dalam kehamilan seperti makrosomia, cacat janin, penyakit jantung

sejak lahir, gangguan pada sistem saraf pusat, dan juga cacat otot.

Bahkan ada dugaan bahwa hiperbillirubinemia juga diakibatkan oleh

binasanya sel darah merah akibat dari meningkatnya gula dalam

darah. Bahkan dalam kasus yang parahm hal ini bisa mengakibatkan

kematian. Karena itulah, hal ini harus mendapat pengawasan medis

yang seksama selama kehamilan.

3. Gejala Diabetes Melitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM

atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar

Page 7: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

7

gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai

160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang

mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau

dikerubuti semut (Mirza, 2008).

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala

dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1) Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2) Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4) Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5) Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6) Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7) Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8) Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9) Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10) Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan

seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala

kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam

hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita

penyakit Diabetes Mellitus Tipe-1. Lain halnya pada penderita Diabetes

Mellitus Tipe-2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala

diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita

kencing manis.

4. Determinan Diabetes Melitus

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diabetes melitus terdiri dari:

a. Genetik

Diabetes melitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap penyakit diabetes melitus, yang disebabkan oleh karena

kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan

insulin dengan baik. Individu yang mempunyai riwayat keluarga

penderita diabetes melitus memiliki resiko empat kali lebih besar jika

Page 8: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

8

dibandingkan dengan keluarga yang sehat.

Jika kedua orang tuanya menderita diabetes melitus, insiden pada

anak- anaknya akan meningkat, tergantung pada umur berapa orang

tuanya mendapat diabetes melitus. Resiko terbesar bagi anak-anak

untuk mengalami diabetes melitus terjadi jika salah satu atau kedua

orang tua mengalami penyakit ini sebelum 40 tahun. Walaupun

demikian, tidak lebih dari 25 % dari anak-anak mereka akan

menderita penyakit diabetes melitus dan gambaran ini lebih rendah

pada anak-anak dari orang tua dengan diabetes melitus yang

timbulnya lebih lanjut (Waspadji, 1997).

b. Umur

Bertambahnya usia mengakibatkan mundurnya fungsi alat tubuh

sehingga menyebabkan gangguan fungsi pankreas dan kerja dari

insulin. Pada usia lanjut cenderung diabetes melitus tipe 2 (Noer,

1996).

c. Pola Makan dan Obesitas

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran pola makan

di masyarakat, seperti pola makan di berbagai daerah pun berubah

dari pola makan tradisional ke pola makan modren. Hal ini dapat

terlihat jelas dengan semakin banyaknya orang mengkonsumsi

makanan cepat saji (fast food) dan berlemak. Kelebihan

mengkonsumsi lemak, maka lemak tersebut akan tersimpan dalam

tubuh dalam bentuk jaringan lemak yang dapat menimbulkan

kenaikan berat badan (obesitas).

Kelebihan berat badan atu obesitas merupakan faktor resiko dari

beberapa penyakit degeneratif dan metabolik termasuk diabetes

melitus. Pada individu yang obesitas banyak diketahui terjadinya

retensi insulin. Akibat dari retensi insulin adalah diproduksinya

insulin secara berlebihan eleh sel beta pankreas, sehingga insulin

didalam darah menjadi berlebihan (hiperinsulinemia). Hal ini akan

meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran

natrium oleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma neropineprin.

Page 9: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

9

Insulin diperlukan untuk mengelola lemak agar dapat disimpan ke

dalam sel- sel tubuh. Apabila insulin tidak mampu lagi mengubah

lemak menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh, maka lemak akan

tertimbun dalam darah dan akan menaikkan kadar gula dalam darah

(Noer,1996).

d. Kurangnya Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik seperti pergerakan badan atau olah raga yang

dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk

menghindari kegemukan dan obesitas. Pada saat tubuh melakukan

aktivitas atau gerakan maka sejumlah gula akan dibakar untuk

dijadikan tenaga, sehingga jumlah gula dalam tubuh akan berkurang

sehingga kebutuhan hormon insulin juga berkurang. Dengan

demikian, untuk menghindari timbulnya penyakit diabetes melitus

karena kadar gula darah yang meningkat akibat konsumsi makanan

yang berlebihan dapat diimbangi dengan aktifitas fisik yang

seimbang, misalnya dengan melakukan senam, jalan jogging,

berenang dan bersepeda. Kegiatan tersebut apabila dilakukan

secara teratur dapat menurunkan resiko terkena penyakit diabetes

melitus, sehingga kadar gula darah dapat normal kembali dan cara

kerja insulin tidak terganggu (Soegondo, 2004).

e. Kehamilan

Diabetes melitus yang terjadi pada saat kehamilan disebut Diabetes

Melitus Gestasi (DMG). Hal ini disebabkan oleh karena adanya

gangguan toleransi insulin. Pada waktu kehamilan tubuh banyak

memproduksi hormon estrogen, progesteron, gonadotropin, dan

kortikosteroid, dimana hormon tersebut memiliki fungsi yang

antagonis dengan insulin. Untuk itu tubuh memerlukan jumlah

insulin yang lebih banyak. Oleh sebab itu, setiap kehamilan bisa

menyebabkan munculnya diabetes melitus. Jika seorang wanita

memiliki riwayat keluarga penderita diabetes melitus, maka ia akan

mengalami kemungkinan lebih besar untuk menderita Diabetes

Melitus Gestasional (Waspadji, 1997).

Page 10: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

10

5. Upaya Pencegahan Diabetes Melitus

Mengingat jumlah pasien yang semakin meningkat dan besarnya biaya

perawatan pasien penderita diabetes melitus yang terutama disebabkan

oleh karena komplikasi, maka upaya yang paling baik adalah

pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada

penderita diabetes melitus ada 3 tahap, yaitu :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah suatu upaya yang ditujukan pada orang-

orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang

belum menderita diabetes melitus, tetapi berpotensi untuk

menderita diabetes melitus. Pencegahan ini merupakan suatu

cara yang sangat sulit karena yang menjadi sasarannya adalah

orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat sehingga

cakupannya menjadi sangat luas (Noer, 1996).

Yang bertanggung jawab dalam hal ini bukan hanya profesi

tetapi semua pihak, untuk mempromosikan pola hidup sehat dan

menghindari pola hidup beresiko, seperti : kampanye makanan sehat

dengan pola tradisional yang mengandung lemak rendah atau pola

makan seimbang, menjaga berat badan agar tidak gemuk dengan

olah raga secara teratur. Cara tersebut merupakan alternatif terbaik

dan harus sudah ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak taman

kanak-kanak. Hal ini merupakan salah satu upaya pencegahan

primer yang sangat murah dan efektif (Noer, 1996).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan atau menghambat

timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan

pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan tes

penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Menurut WHO

(1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan

tersebut memerlukan biaya yang sangat besar (PERKENI, 2002).

Pada pencegahan sekunder penyuluhan tentang perilaku terhadap

sehat seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan ditambah

Page 11: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

11

dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat

pelayanan kesehatan, disamping itu juga diperlukan penyuluhan

kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai

penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.

c. Pencegahan Tertier

Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya

terdiri dari 3 tahap, antara lain :

1) Mencegah timbulnya komplikasi.

2) Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi kegagalan

organ.

3) Mencegah terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ atau

jaringan.

Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan

dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter

yang terkait dengan komplikasinya. Dalam hal ini peran

penyuluhan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi

pasien untuk mengendalikan diabetesnya (Soegondo, 2004).

6. Pengelolaan Diabetes Melitus

Tujuan pengelolaan diabetes melitus dibagi atas tujuan jangka pendek

dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya

berbagai keluhan/ gejala diabetes sehingga penderita dapat menikmati

hidup sehat dan nyaman. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah

tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh darah maupun pada

susunan syaraf sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas

(Waspadji, 1997).

a. Edukasi / Penyuluhan

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai

pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes yang

diberikan kepada setiap penderita diabetes. Disamping kepada

penderita, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarga

penderita dan kelompok masyarakat yang beresiko tinggi. Tim

kesehatan harus senantiasa mendampingi pasien dalam menuju

Page 12: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

12

perubahan perilaku. Makanya dibutuhkan edukasi yang komprehensif,

pengembangan keterampilan dan motivasi (Waspadji, 1997).

Beberapa hal yang perlu dijelaskan pada penderita diabetes melitus

adalah apa penyakit diabetes melitus itu, cara perencanaan makanan

yang benar (jumlah kalori, jadwal makan dan jenisnya), kesehatan

mulut (tidak boleh ada sisa makan dalam mulut, selalu berkumur

setiap habis makan), latihan ringan, sedang, teratur setiap hari dan

tidak boleh latihan berat, menjaga baik bagian bawah ankle

joint (daerah berbahaya) seperti : sepatu, potong kuku,

tersandung, hindari trauma dan luka (Waspadji, 1997).

b. Diet Diabetes

Tujuan utama terapi diet pada penderita diabetes melitus adalah

menurunkan atau mengendalikan berat badan disamping

mengendalikan kadar gula atau kolesterol. Semua ini dilakukan

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah paling

tidak menunda terjadinya komplikasi akut maupun kronis.

Penurunan berat badan pasien diabetes melitus yang mengalami

obesitas umumnya akan menurunkan resistensi insulin. Dengan

demikian, penurunan berat badan akan meningkatkan pengambilan

glukosa oleh sel dan memperbaiki pengendalian glukosa darah

(Mirza, 2008).

c. Latihan Fisik

Diabetes melitus akan terawat dengan baik apabila terdapat

keseimbangan antara diet, latihan fisik secara teratur setiap hari dan

kerja insulin. Latihan juga dapat membuang kelebihan kalori,

sehingga dapat mencegah kegemukan juga bermanfaat untuk

mengatasi adanya resistensi insulin pada obesitas (Noer, 1996).

Meskipun latihan teratur itu baik untuk penderita diabetes

melitus, tetapi syarat yang harus dipenuhi adalah persediaan insulin

di dalam tubuh harus cukup. Apabila latihan dikerjakan oleh

penderita diabetes melitus yang tidak cukup persediaan insulinnya,

maka latihan akan memperburuk bagi penderita tersebut. Beberapa

Page 13: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

13

kegunaan dari latihan teratur setiap hari pada penderita diabetes

melitus antara lain :

1) Meningkatkan kepekaan insulin apabila dikerjakan setiap 1,5

jam sesudah makan dapat mengurangi resistensi insulin dan

meningkatkan sensitivitas insulin pada reseptornya.

2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.

3) Meningkatkan kadar kolesterol HDL yang merupakan faktor

protektif untuk penyakit jantung koroner.

4) Glikogen otot dan hati menjadi kurang, maka selama latihan akan

dirangsang pembentukan glikogen baru.

5) Menurunkan total kolesterol dan trigliserida dalam darah, karena

terjadi pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

d. Intervensi Farmakologis

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah

normal belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan fisik.

Dalam pengelolaan diabetes melitus yang memakai obat

hipoglikemia ini ada dua macam obat yang diberikan yaitu

pemberian secara oral dan secara injeksi. Obat yang diberikan secara

oral/hipoglikemia yang umum dipakai adalah Sulfonilurea dan

Binguanid. Sedangkan yang diberikan secara injeksi adalah insulin

(Waspadji, 1997).

B. Perilaku

1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku

merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat

pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun akt if

(melakukan tindakan) (Sarwono, 2003).

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari

Page 14: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

14

manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas

mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi.

Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang

dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo,

2007).

Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme

tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku

manusia. Faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk

perkembangan perilaku makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan

lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku

tersebut.

Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku

yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar.

Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia adalah

perilaku kesehatan. Becker, 1979 membuat suatu konsep tentang

perilaku dalam 3 kelompok yaitu:

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, minuman dan lingkungan. (Notoatmodjo, 2007).

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang

perilaku kesehatan yang terdiri dari:

a. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya

atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya yang mencakup antara lain:

Makan dan menu seimbang (appropriate diet)

Olahraga teratur

Tidak merokok

Tidak minum-minuman keras dan narkoba

Istirahat yang cukup

Page 15: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

15

Mengendalikan stress

Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,

misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

b. Perilaku sakit (IIInes behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan

penyebab penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang

sakit,yang harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun

orang lain (terutama keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku

peran sakit (the sick role) yang meliput i:

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana

pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.

Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan,

memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban

orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain

terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan

penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya

perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,

melainkan diperluka n contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat,

tokoh agama, dan para petugas terutama petugas kesehatan dan

diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat

perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).

3. Perilaku Sakit

Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada lima macam reaksi

dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit yaitu:

Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari

medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun

tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan

Page 16: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

16

mengobati yang sesuai harapan.

Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas

kesehatan pada lokasi yang sama.

Procastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu

gejala sakit dirasakan.

Self Medication atau mengobati sendiri dengan berbagai

ramuan atau membelinya diwarung obat.

Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan

pengobatan).

Dari skema diatas, dapat dilihat bahwa perilaku manusia mempunyai

kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar.

Sebab disamping berpengaruh langsung terhadap kesehatan, juga

berpengaruh tidak langsung melalui lingkungan terutama lingkungan

buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Faktor

perilaku ini juga berpengaruh terhadap faktor keturunan. Karena perilaku

manusia terhadap lingkungan dapat menjadikan pengaruh yang negatif

terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka fasilitas

kesehatan disalah gunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh

terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

4. Bentuk-Bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau

ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif

(affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain),

meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang

jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan

tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga

domain perilaku tersebut yang terdiri dari:

a. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan

Page 17: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

17

(knowledge).

b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan

yang diberikan (attitude).

c. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik

sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori

Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkut an.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar

atau observable behavior.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di

dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

a. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari

luar diri seseorang.

Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya,

ekonomi maupun politik.

b. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri

seseorang.

Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari

luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi,

sugesti dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor

Page 18: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

18

yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku

manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana

seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007).

C. Kepatuhan penderita diabetes mellitus

Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) yang mengutip dari Lewin perilaku

kepatuhan pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi

terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan pasien yang rendah

tentang pengobatan dapat menimbulkan kesadaran yang rendah

yang akan berdampak dan berpengaruh pada pasien dalam

mengikuti cara pengobatan, kedisiplinan pemeriksaan yang

akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut. Upaya pendidikan

kesehatan pada pasien diabetes mellitus akan meningkatkan

pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya, menurut Redhead

( 1993 ) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif

pada pasien diabetes mellitus merupakan dasar dari kontrol

metabolisme yang baik dimana dapat meningkatkan hasil klinis

dengan jalan meningkatkan pengertian dan kemampuan pengelolaan

penyakit diabetes mellitus.

2. Sikap adalah reaksi tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek.

3. Ciri – ciri individu meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan

dan status sosial ekonomi.

4. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam

membantu pasien melaksanakan perawatan dan pengobatan.

Sikap pasien diabetes mellitus tehadap penyakit yang dideritanya akan

meningkat cukup berarti setelah pemberian intervensi pendidikan

kesehatan yang berpengaruh pada program untuk menjalankan terapi

diit. Pasien diabetes mellitus pada saat berinteraksi dengan orang lain

selalu ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk

pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan

Page 19: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

19

perilaku terhadap dirinya (Anwar, 2002).

Pandangan dan perasaan seseorang sangat dipengaruhi oleh ingatannya

pada masa lalu, tentang apa yang diketahui dan kesannya terhadap apa

yang sedang dihadapi saat ini. Pengalaman seseorang pada masa lalu

membawa sikap dan perilaku terbuka dan tertutup terhadap dorongan

diri orang lain ( Nurjanah, 2001 ).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien dalam mengambil suatu

tindakan untuk pengobatan seperti diit, kebiasaan hidup sehat dan

ketepatan berobat. Sarwono menyatakan bahwa sikap dan perilaku

individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi petugas tanpa

kerelaan untuk memberikan tindakan dan sering menghindar, hukuman

jika pasien tidak patuh. Kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam

melaksanakan program pengobatan dapat ditingkatkan dengan

mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan

pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal pemeriksaan dan

rekomendasi hasil penyelidikan ( Murphy, 1997 ).

Perilaku kepatuhan adalah perilaku yang harus dilakukan seorang

pasien untuk melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang ditentukan

oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan

penyakit diabetes mellitus yang dideritanya. Terbentuknya perilaku

kepatuhan ditentukan pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai – nilai

yang dimiliki pasien diabetes mellitus serta ketersediaan atau

keterjangkauan fasilitas kesehatan dan dorongan dari petugas atau dari

keluarga pasien.

Kesimpulan dari pengertian diatas adalah kepatuhan penderita diabetes

Mellitus merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh penderita

diabetes mellitus untuk melaksanakan terapi terapi diit diabetes

mellitus yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan yang dapat

memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit yang dideritanya antara

lain dengan penendalian asupan nutrisi / diit dan berolahraga secara

teratur.

D. Sikap Pasien Diabetes Mellitus

Page 20: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

20

Menurut Agustina (2009), salah satu faktor yang meyebabkan

kekambuhan dan ketidak efektifan penanganan adalah diet diabetes,

karena walaupun mereka sudah mengetahui tentang makanan apa yang

harus dimakan, tetapi mereka sering mengalami kesulitan untuk menaati

diet diabetes. Penanganan penderita Diabetes Mellitus meliputi diet makanan,

latihan (gerak), dan obat-obatan yang terdiri dari agent hipoglikemiks dan

insulin.

Dalam menangani efektivitas diet penderita Diabetes Mellitus perlu

diperhatikan sikap pasien diabetes terhadap dietnya, karena perilaku untuk

mematuhi suatu aktivitas tidak hanya memerlukan pengetahuan belaka,

tetapi juga didukung oleh beberapa faktor yang meliputi lingkungan yang

mendukung system nilai yang dianut, sosial budaya dan support sis tem, oleh

karena itu diperlukan tindakan yang tepat dalam pengelolaan pada pasien

Diabetes Mellitus (Agustina, 2009).

E. Perilaku Pasien Diabetes Mellitu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desi Purnama Sari (2013),

menunjukkan bahwa hanya 17,3% responden patuh dalam mengkonsumsi

jumlah kalori, sedangkan 78,1% responden tidak patuh dalam mengkonsumsi

jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhannya. Penderita DM harus

tidak boleh lebih ataupun kurang dari jumlah kalori yang seharusnya.

Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi yang disebabkan

hiperglikemi dan hipoglikemi. Hiperglikemia dapat merusak saraf dan

pembuluh darah yang menuju jantung. Kondisi tersebut menyebabkan

penderita DM dapat meningkatkan serangan jantung, stroke, gagal ginjal,

serta komplikasi lain. Selain itu efek jangka panjangnya adalah terjadinya

kerusakan retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan bahkan

kebutaan (Wijayakusuma, 2008).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 9 responden (31,%) yang tepat

dalam jenis bahan makanan, sedangkan 20 responden (69%) tidak t epat

jenis bahan makanannya. Bahan makanan yang harus dihindari oleh

seorang penderita DM adalah segala macam makanan yang mengandung

Page 21: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

21

gula murni, yaitu gula pasir, gula jawa, gula batu, permen, coklat manis, selai,

kue-kue manis, roti manis, kue tar, es kr im, minuman ringan (soft drink), susu

kental manis dan berbagai jenis buah seperti sawo, mangga, jeruk,

rambutan, durian, dan manggis. Buah-buahan yang manis ini seringkali

mengacaukan perawatan dan harus dilarang diberikan kepada diabetisi, boleh

dimakan tapi dalam jumlah yang sedikit dan sesekali saja.

Sedangkan untuk bahan makanan yang dianjurkan untuk dibatasi adalah bahan

makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi, roti, kentang, jus

buah, kelapa, susu segar, susu krim, buah alpukat, dan umbi-umbian

(Tjokroprawiro, 2007).

Seluruh responden (100%) tidak ada yang patuh jadwal sesuai dengan

yang dianjurkan untuk penderita DM. Kepatuhan jadwal makan ini penting

untuk dilakukan karena seorang penderita DM harus menjaga agar glukosa

darahnya tidak meningkat secara drastis dan mencegah terlalu besarnya

rentangan kadar gula darah sehingga tidak dianjurkan untuk makan dengan

porsi yang besar. Oleh karena itu porsi yang kecil dengan frekuensi

yang sering akan membantu penderita Diabetes Mellitus untuk tetap

mempertahankan kadar gula darahnya. Selain itu, apabila telat makan

dapat meyebabkan terjadinya hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah)

(Wijayakusuma, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang patuh

terhadap aktifitasnya yaitu 10 responden (34,5%) sedangkan yang tidak

patuh yaitu 19 responden (65,5%). Kegiatan jasmani yang kurang

merupakan salah satu resiko penyebab terjadinya DM tipe 2. Kurangnya

kegiatan jasmani dapat mempengaruhi kerja insulin pada tingkat reseptor yang

dapat mengakibatkan terjadinya resistensi insulin sehingga timbul DM tipe 2.

Hasil dari banyak studi membuktikan bahwa aktivitas fisik menurunkan

angka kejadian hipertensi, kegemukan, stoke, osteoporosis, kencing manis,

dan PJK (Riskesdas, 2007).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, responden yang patuh minum obat

sebanyak 13 responden (44,8%) sedangkan yang tidak patuh yaitu 16

responden (55 ,2%). Pemberian obat kepada pasien sesuai petunjuk dokter

Page 22: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

22

merupakan suatu tindakan/ praktek kesehatan yang dilakukan dalam rangka

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan sebagai bagian dari perilaku

seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan (yang dalam hal ini

adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit DM yang diderita

seseorang). Kemudian dalam proses selanjutnya akan melaksanakan atau

mempraktekkan sesuai apa yang diketahuinya dan disikapi/ dinilainya

baik untuk dilakukan (Sale, 2010). Diketahui bahwa derajat kepatuhan

penderita beragam antara lain dikatakan tapi tidak didengar, didengar

tapi tidak diterima, diterima tapi tidak dilaksanakan, dan dilaksanakan

tapi tidak kontinyu. Maka untuk meningkatkan kepatuhan pasien, perlu

adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan, keyakinan terhadap

kesehatan, serta tujuan yang sama antara pasien dan dokternya (Kaluku, 2012)

F. Penanganan

1. Diit Diabetes Mellitus

Diet merupakan kebiasaan dalam jumlah dan jenis makanan dan minuman

yang dimakan seseorang dari hari kehari, terutama makanan yang telah

dirancang untuk memperbaiki kebutuhan individu yang spesifik mencakup

atau tidak mencakup makanan tertentu. Diet diabetik merupakan diet yang

dianjurkan bagi penderita diabites biasanya terbatas jumlah gulanya atau

karbohidrat yang mudah diserap.

Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan

olahraga yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam

hal makanan misalnya, penderita diabetes harus memperhatikan takaran

karbohidrat.

Dalam penatalaksanaan diet Diabetes Mellitus, perencanaan makanan

merupakan pilar yang sangat penting. Perencanaan makanan perlu pada

semua jenis penderita Diabetes Melltus baik yang terkendali hanya dengan

terapi diit maupun bagi yang menggunakan obat atau insulin. Tujuan diet

diabetes mellitus adalah :

1) Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal

2) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal

3) mencapai berat badan normal

Page 23: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

23

4) Mencegah komplikasi kronik

5) Meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat melakukan pekerjaan

sehari-hari seperti biasa.

a. Prinsip diabetes mellitus

Contoh diit diabetes mellitus antara lain :

a. Bahan Makanan yg dianjurkan

1) Sumber Karbohidrat :Nasi,roti,mi, kentang, singkong

2) Sumber Protein rendah lemak :Ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,

tempe, tahu, kacang- kacangan.

3) Sumber  lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang

mudah cerna. Makanan diolah dengan cara mengukus, panggang,

rebus, di bakar 

b. Makanan yang tidak dianjurkan

1) Gula pasir, gula jawa, sirop, jam, jelli, buah – buahan yg diawetkan

dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, ice cream

2) Makanan yg mengandung lemak : cake, makanan siap saji, goreng

– gorengan.

3) Makanan banyak natrium seperti : ikan asin, telur asin, makanan di

awetkan.

2. Pola Kebiasaan

Gaya hidup yang tidak sehat memiliki banyak faktor resiko antara

lain pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, niat, referensi dan sosial

budaya, sehingga masyarakat tidak sadar dan tidak tahu jika kegemukan

dan mengkonsumsi makanan atau kalori yang berlebihan tanpa diikuti

olah raga yang cukup merupakan kebiasaan yang tidak sehat, karena

pankreas tidak mampu lagi mengontrol kadar gula dalam darah pada

batas normal. Jika penderita diabetes mellitus tidak mampu mengontrol

kadar gula dalam darah, akibatnya kadar gula dalam darah selalu

tinggi. Hal ini akan berpotensi terhadap terjadinya komplikasi diabetes

mellitus seperti stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan bahkan harus

menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka yang darahnya

tidak bisa mengering (Setyobakti, 2006).

Page 24: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

24

Sebagai langkah pencegahan dan penatalaksanaan dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Pada penderita diabetes mellitus tipe I, diit dan

olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah. Oleh karenanya

harus diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang

teliti terhadap kadar gula darah. Sedangkan pada diabetes mellitus

tipe II, diit dan latihan fisik memegang peran utama dalam pengobatan

diabetes mellitus tipe II (Smeltzer dan Bare, 2008).

Pengaturan pola makan seperti ini kelihatannya mudah, namun jika

diterapkan ternyata banyak penderita diabetes mellitus yang gagal.

Mengingat hal ini maka petugas perlu memberikan bimbingan teknis

kepada pasien mengenai pola makan tepat jumlah, jadwal dan jenis dengan

berbagai contoh menu beserta ukuran jumlah kalorinya.

Page 25: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

25

Sumber :

Soegondo, S, dkk., 2010. Buku Panduan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

di Layanan Kesehatan Primer di Indonesia. Departemen Ilmu

Kedokteran Komunitas. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta.

Suyono, S., dkk., 2005. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.

Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Bagi Dokter

Maupun Edukator. Jakarta : FKUI.

Perkeni, 2006. Empat Pilar Pengelolaan Diabetes.

Soegondo S. 2004. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini.

Dalam:Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta

Sarwono, S. 2003, Hidup Bahagia Bersama Diabetes Melitus, Jurnal Keseshatan

Kedokteran. FKUI/RSUPN-CM, Jakarta

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.

Jakarta: Rineka Cipta

Andari, P.N., 2006. Pengaruh Konseling Menopause Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Sikap Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause.

Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Airlangga.

Asti, T., 2006. Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi.

Majalah infopom.

Azwar, S., 2003. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wijayakusuma, Hembing. 2008. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta :

Puspaswara

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes

Melitus. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 26: Perilaku Pasien Dengan Penyakit Dm

26

Riskesdas, 2007. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) Laporan Provinsi

Sulawesi Selatan.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.