23
Tindakan tersebut menimbulkan penyakit sosial, seperti miras, judi, narkoba, HIV/Aids, ... Teori Konflik (Karl Marx) Menurut Karl Mark, books.google.co.id/books?isbn=6020000710... id.answers.yahoo.com/question/index?qid melaku-kan suatu teori yang disebut "teori konflik ..... seperi miras, judi maupun hasil sweeping senjat Dibeberapa kawasan Kota Pontianak aktivitas judi togel masih ... Tak ubah seorang Paspampres dalam ring satu ketika presiden berkunjung ke daerah konflik. ... Dengan gaya ilmuan yang sedang merumuskan suatu teori yang Jadi, teori Max Weber tidak bisa diterapkan kepada Jepang. ... Jepang dipenuhi dengan porno, dilimpah dengan tempat judi, orang Jepang suka sekali ... dan aman (setidak-tidaknya tidak terjadi konflik antar agama) daripada Indonesi Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit sosial. Perjudian sudah ada di muka bumi ini beribu-ribu tahun yang lalu. Dalam bermain pun kadang-kadang kita tanpa sadar telah melakukan perbuatan yang mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan. Misalnya, dalam bermain kelereng, lempar dadu, bermain kartu, dan sebagainya siapa yang menang akan mendapatkan hadiah tertentu, yang kalah akan memberikan atau melakukan sesuatu sesuai kesepakatan. Semua itu menunjukkan bahwa dalam permainan tersebut ada unsur perjudian. Ada sesuatu yang dipertaruhkan dalam permainan itu. Perjudian merupakan penyakit sosial yang sangat buruk. Kemenangan yang dihasilkan dari perjudian tidak akan bertahan lama justru akan berakibat pada pengrusakan karakter individu dan akan merusak kehidupannya. Banyak sudah fakta menceritakan bahwa

Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

Tindakan tersebut menimbulkan penyakit sosial, seperti miras, judi, narkoba, HIV/Aids, ... Teori Konflik (Karl Marx) Menurut Karl Mark,

books.google.co.id/books?isbn=6020000710...

id.answers.yahoo.com/question/index?qid

melaku-kan suatu teori yang disebut "teori konflik ..... seperi miras, judi maupun hasil sweeping senjat

Dibeberapa kawasan Kota Pontianak aktivitas judi togel masih ... Tak ubah seorang Paspampres dalam ring satu ketika presiden berkunjung ke daerah konflik. ... Dengan gaya ilmuan yang sedang merumuskan suatu teori yang

Jadi, teori Max Weber tidak bisa diterapkan kepada Jepang. ... Jepang dipenuhi dengan porno, dilimpah dengan tempat judi, orang Jepang suka sekali ... dan aman (setidak-tidaknya tidak terjadi konflik antar agama) daripada Indonesi

Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit SosialPerjudian merupakan salah satu bentuk penyakit sosial. Perjudian sudah ada di muka bumi ini beribu-ribu tahun yang lalu. Dalam bermain pun kadang-kadang kita tanpa sadar telah melakukan perbuatan yang mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan. Misalnya, dalam bermain kelereng, lempar dadu, bermain kartu, dan sebagainya siapa yang menang akan mendapatkan hadiah tertentu, yang kalah akan memberikan atau melakukan sesuatu sesuai kesepakatan. Semua itu menunjukkan bahwa dalam permainan tersebut ada unsur perjudian. Ada sesuatu yang dipertaruhkan dalam permainan itu.Perjudian merupakan penyakit sosial yang sangat buruk. Kemenangan yang dihasilkan dari perjudian tidak akan bertahan lama justru akan berakibat pada pengrusakan karakter individu dan akan merusak kehidupannya. Banyak sudah fakta menceritakan bahwa pemenang judi tidak selalu memiiki hidup yang sejahtera, sebagian besar mengalami kemiskinan yang begitu parah dan mengalami alianasi (lketerasingan) dari keluarga dan masyarakat. Kehidupan yang semestinya dapat diperoleh dan dinikmati dengan keluarga dapat berubah menjadi keburukan. Benar adanya bilamana Allah dalam al-Quran surat al-Maidah [5]:90-91 menfirmankan bahwa judi adalah perilaku syaitan, bila tidak dijauhi maka akan menimbulkan permusuhan dan kebencian. Konflik ditimbulkan akan merusak keharmonisan keluarga, dan masyarakat akhirnya kehidupan yang bermakna sebagai hamba Tuhan tidak akan diperoleh.Kreativitas memodifikasi judi dapat kita lihat diberbagai tempat, Jenis judi pun bermacam-macam dari yang bersifat sembunyi-sembunyi sampai yang bersifat terbuka. Yang sembunyi-sembunyi misalnya Togel (totohan gelap), adu ayam jago, permainan kartu dengan taruhan sejumlah uang. Sedangkan judi yang terbuka, misalnya kuis dengan SMS dengan sejumlah hadiah uang atau barang yang dilakukan oleh berbagai media baik cetak maupun elektronik.Perbuatan judi merupakan perilaku yang melanggar terhadap kaidah-kaidah, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pelanggaran ini tidak saja hanya pada adat dan

Page 2: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

kebiasaan masyarakat, tetapi juga melanggar norma hukum. Bagi individu atau kelompok yang melakukan perjudian, maka akan mendapat sanksi baik oleh masyarakat maupun berupa sanksi hukum. Sanksi masyarakat misalnya dikucilkan oleh masyarakat, dipergunjingkan, tidak dihargai dan lain sebagainya. Sedangkan secara hukum perjudian merupakan pelanggaran terhadap hukum posistif seperti yang termaktuk dalam KUHP pasal 303 dengan selama-lamanya dua tahun delapan bulan (2 tahun 8 bulan) atau denda sebanyak-banyknya sebesar Rp600.000,-Karena menjadi penyakit sosial masyarakat, maka untuk memberantasnya diperlukan kerjasama yang terintegtasi dan konstruktif antara berbagai komponen baik masyarakat, aparat penegak hukum, dan pemerintah, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahadiyan (2009) dan Kantor LITBANG Bandung (2005) hasil penelitian mereka menyimpulkan perlu dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait untuk melakukan upaya pencegahan secara preventif, represif dan persuasif. Diperlukan sosialisasi secara masif untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat dengan pendekatan para tokoh agama setempat. Pengendalian Sosial Upaya Mencegah dan Merehabilitasi Patologi SosialPengendalian sosial adalah upaya atau cara yang dilakukan masyarakat untuk menertibkan anggotanya masyarakatnya yang menyimpang, melanggar, atau membangkang terhadap nilai, aturan dan norma. Pengendalian ini dilakukan untuk mencegah munculnya penyimpangan sosial dan penyakit sosial. Pengendalian sosial dilakukan agar masyarakat mau mematuhi aturan dan norma yang berlaku. Di samping itu, pengendalian sosial dimaksudkan agar terwujud keserasian bermsayarakat, tercipta ketertiban dalam kehidupan, memperingatkan para pelaku untuk tidak berperilaku menyimpang dan bertentangan dengan nilai, norma dan aturan.Lalu bagaimana cara pengendalian sosial, bagaimana bentuk pengendalian sosial dan lembaga apa saja yang dapat berperan dalam pengendalian sosial dan merehabilitasi patologi sosial? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, cermati uraian berikut ini. Paling tidak ada empat cara untuk pengendalian sosial, yaitu persuasif, koersif, penciptaan situasi yang dapat mengubah sikap dan perilaku, dan penyampaian nilai norma dan aturan secara berulang-ulang.a. PersuasifCara ini dilakukan dengan penekanan pada usaha membimbing atau mengajak berupa anjuran. Contoh, penertiban PKL (Pedagang Kaki Lima) dengan memindahkan ke lokasi- lokasi tertentun yang sudah disiapkan.b. KoersifMestinya langkah ini ditempuh setelah langkah persuasif telah dilakukan. Apabila dengan anjuran, bujukan tidak berhasil, tindakan dengan kekerasan bisa dilakukan. Contoh polisi pamong praja, membongkar paksa lapak (termpat berjualan) PKL yang menurut informasi masyarakat sering dialkukan tempat perjudian. Aparat kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diduga melakukan praktek-praktek perjudian, menangkap bandar judi Togel dan sabung ayam untuk kemudian diproses ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tindakan seperti itu, bertujuan untuk menerapi pelaku agar merasakan sanksi ketika berperilaku menyimpang sehingga ada efek jera yang dirasakan, diharapakan dengan efek tersebut pelaku akan sadar. c. Penciptaan Situasi yang Dapat Mengubah Sikap dan Perilaku (kompulsif)Pengendalian sosial sangat tepat bila dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang. Misalnya, ketika para penjudi melakukan perjudian sabung ayam tanpa mau mengindahkan ketentuan pemerintah, pemerintah, penegak hukum (kepolisian), dan para tokoh agama memberikan sosialisasi berupa himbauan-himbauan secara intensif berupa implikasi negatif terhadap kehidupa individu dan keluarga, melalui media-

Page 3: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

media efektif seperti radio atau tempat yang efektif (misalnya; balai desa, tempat ibadah, atau datangi rumah warga). d. Penyampaian Nilai, Norma dan Aturan Secara Berfulang-ulang (vervasi).Pengendalian sosial juga dapat dilakukan dengan cara penyampaian nilai, norma, aturan secara berulang-ulang. Penyampaian inii bisa dengan cara ceramah maupun dengan dibuatkannya papan informasi mengenai aturan, nilai dan norma yang berlaku. Dengan cara demikian diharapkan nilai, norma dan aturan dipahami dan melekat pada diri individu anggota masyarakat.Metode lain yang dapat dilakukakan, untuk mengendalikan dan mencegah penyakit atau penyimpangan sosial, maka bentuk-bentuk pengendalian sosial dapat dilakukan melalui cara-cara; menolak perilaku tersebut, teguran, pendidikan, agama, pengucilan, dan meminta pihak lain menanganinya.Menolak. Seseorang yang melanggar nilai, norma dan aturan mendapat cemoohan atau ejekan dari masyarakatnya, sehingga ia malu, sungkan, dan akhirnya meninggalkan perilakunya. Teguran. Orang yang melanggar nilai, norma dan aturan diberikan teguran, nasehat agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar nilai, norma dan aturan.Pendidikan. Melalui pendidikan seorang individu akan belajar nilai, norma dan aturan yang berlaku. Dengan demikian ia dituntun dan dibimbing untuk berperilaku sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Agama. Agama memiliki peran yang sangat besar dalam pengendalian sosial. Orang yang memiliki agama akan memahami bahwa melanggar nilai, norma dan aturan di samping ada hukuman di dunia juga ada hukuman di akherat. Dengan pemahaman ini maka, individu akan terkendali untuk tidak melanggar nilai, norma dan aturan yang berlaku.Menurut Papu (2002) menyikapi perilaku berjudi dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang krusial untuk diperhatikan: 1. Mengingat bahwa perjudian amat sulit untuk diberantas, maka hal pertama yg perlu diperhatikan untuk melindungi anggota keluarga agar tidak terlibat dalam perjudian adalah melalui penanaman nilai-nilai luhur di mulai dari keluarga, selaku komunitas terkecil dalam masyarakat. Kalau orangtua dapat menanamkan nilai-nilai luhur pada anak-anak sejak usia dini maka anak akan memiliki kontrol diri dan kontrol sosial yang kuat dalam kehidupannya, sehingga mampu memilih alternatif terbaik yang berguna bagi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Penanaman nilai-nilai bukan hanya sekedar dilakukan dengan kata-kata tetapi juga lebih penting lagi melalui keteladanan dari orangtua. 2. Mengingat pula bahwa perilaku berjudi sangat erat kaitannya dengan pola pikir seseorang dalam memilih suatu alternatif, maka sangatlah perlu bagi orangtua, pendidik dan para alim ulama untuk mengajarkan pola pikir rasional. Pola pikir rasional yang saya maksudkan adalah mengajarkan seseorang untuk melihat segala sesuatu dari berbagai segi, sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak alternatif yang ditawarkan. Dengan memiliki kemampuan berpikir rasional seseorang tidak akan dengan mudah untuk mengambil jalan pintas. 3. Bagi anda yang merasa sudah sangat sulit untuk meninggalkan perilaku berjudi, sebaiknya anda tidak segan-segan untuk meminta bantuan orang-orang professional seperti psikiater, psikolog, konselor atau terapist. Bekerjasamalah dengan mereka untuk melepaskan diri dari masalah perjudian. 4. Jika memang tidak memiliki pengendalian diri yang tinggi maka jangan sekali-kali anda mencoba untuk berjudi, sekalipun itu hanya perilaku berjudi tingkat pertama. Jangan pula menjadikan judi sebagai pelarian dari berbagai masalah kehidupan anda sehari-hari. Jika

Page 4: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

memang memiliki masalah mintalah bantuan pada orang-orang professional, bukan pergi ke tempat-tempat perjudian. 5. Perkuat iman kepada Tuhan dan perbanyak kegiatan-kegiatan yang bersifat religius. Dengan meningkatkan iman dan selalu mengingat ajaran agama, sesuai dengan keyakinan masing-masing maka kemungkinan untuk terlibat perjudian secara kompulsif akan semakin kecil.

Orang Madura yang melakukan tindakan kekerasan, dalam bentuk carok untuk membela harga diri dan kehormatan, baik kerena dipicu oleh kasus-kasus di atas atau yang sejenisnya akan dinilai, dan dipandang memiliki keberanian sebagai seorang blater. Orang Madura yang mengambil jalan ‘toleran’, bukan tindakan carok ketika dihadapkan dengan kasus-kasus pembelaan harga diri seperti di atas akan dipandang oleh masyarakat Madura sebagai orang atau keluarga yang tidak memiliki  jiwa keblateran. Banyak kasus menunjukkan di dalam masyarakat, yakni seseorang yang sebelumnya dipandang bukan sebagai golongan blater, disebut sebagai blater oleh warga lainnya karena berani melakukan carok. Apalagi menang dalam adu kekerasan carok itu. Jadi penyebutan masyarakat atas sosok blater dalam hal ini sangat erat kaitanya dengan keberanian melakukan carok dalam menghadapi konflik dan permasalahan di dalam lingkungan masyarakat. Di sini carok dijadikan sebagai arena legitimasi untuk mengukuhkan status sosial seseorang sebagai seorang blater. Jadi identitas keblateran dapat merujuk pada sifat pemberani, angkuh dan punya nyali menempuh jalur kekerasan dalam penyelesaian konflik harga diri. Meskipun carok bukanlah satu-satunya arena untuk melegitimasi status seseorang menjadi blater. Masih banyak arena sosial lainnya yang membentuk dan memproses seseorang menjadi blater. Misalnya, kedekatan seseorang dengan tradisi kerapan sapi, sabung ayam, jaringan kriminalitas dan remoh blater. Begitulah antara lain reproduksi kultural blater di masa kini. Dinamika yang berlangsung menciptakan kultur dan komunitas tersendiri di dalam masyarakat Madura. Tak heran bila seseorang sudah memiliki identitas dan status sosial sebagai seorang blater eksistensinya memiliki posisi sosial tertentu di dalam masyarakat Madura. Sosok blater selalu disegani dan dihormati secara sosial. Sangat jarang sekali ditemukan seseorang yang sudah dikategorikan sebagai blater dipandang rendah secara sosial.

Dari sudut pandang sosial, blater dapat muncul dari strata dan kelompok sosial manapun di dalam masyarakat Madura. Apakah itu di dalam lingkungan dengan latar belakang sosial keagamaan yang ketat (baca: santri), atau lingkungan sosial blater. Tak jarang ditemukan pula, seseorang yang sebelumnya pernah menjadi santri di pondok pesantren dalam perjalanan hidupnya berubah menjadi seorang blater. Blater yang memiliki latar belakang santri, umumnya pandai mengaji dan membaca kitab kuning. Bagi masyarakat Madura sendiri bukanlah sesuatu yang aneh bila seorang blater pandai mengaji dan membaca kitab kuning karena dalam tradisi masyarakat Madura, pendidikan agama diajarkan secara kuat melalui langgar (musolla), surau, masjid dan lembaga pesantren yang bertebaran di hampir setiap kampung dan desa. Konteks ini pula yang membuat blater dengan latar belakang santri memiliki jaringan kultural dan tradisi menghormati sosok kiai.

Peran agama (islam) begitu sentral dalam dinamika kehidupan masyarakat Madura. Berbagai ritus sosial selalu dikaitkan dengan spirit keagamaan dengan kiai sebagai aktor utama. Dinamika sosial ini membuat agama memiliki akar dalam struktur sosial dan kultural masyarakat sehingga mengalami proses penyatuan identitas. Dalam proses inilah agama islam menjadi bagian dari martabat dan harga diri orang Madura. Ketika agama sudah menjadi bagian dari harga diri dan martabat itulah maka adanya gangguan atau sesuatu yang berbau melecehkan agama, disepandankan dengan melecehkan harga diri dan identitas kemaduraan. Dengan demikian, adanya gangguan atau pelecehan atas nama agama dapat menimbulkan resistensi. Proses kultural ini dipersepsikan sebagai bentuk dari religiusitas kemaduraan. Dinamika kultur kekerasan dan religiusitas di dalam masyarakat Madura sama-sama memiliki aktor utama, yakni blater dan kiai. Keduanya dapat dipandang sebagai rezim kembar yang memiliki kekuatan dalam mereproduksi wacana, kultur, tradisi dan jejaring kuasa di tengah masyarakat. Blater dengan legitimasinya sebagai pengendali dan pengelola mesin-mesin kekerasan kerapkali menghegemoni masyarakat. Banyak media dan ritus sosial blater untuk menghegemoni masyarakat, seperti kebiasaan remoh, sabung ayam, media pencak silat, kerapan sapi dan ritus kekerasan dan kriminalitas lainnya. Media sosial ini membentuk subkultur sendiri dalam masyarakat Madura. Begitu pula dengan kiai, dengan kapasitas dan kemampuannya dalam menafsirkan wacana agama mampu menghegemoni struktur terdalam di ruang batin, pikiran dan perilaku masyarakat. Media-media keagamaan yang bertebaran di Madura dengan sendirinya membuat kiai semakin signifikan dalam dinamika masyarakat Madura. Kedua aktor ini dalam praktek sosialnya, terkadang saling berseberangan paham dan visi. Namun dalam konteks tertentu tak jarang pula saling menjalin relasi kultural, ekonomi dan politik kuasa. (Rozaki;2004). Dalam konteks inilah citra simbolik kekerasan dan religiusitas saling berkelindan dan berdialektika dalam ruang-ruang sosial masyarakat Madura.

Page 5: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

Pendekatan Teoritis Pembuatan Hukum Ada beberapa perspektif teoritis yang digunakan untuk menganalisis pembuatan hukum dalam masyarakat (Chambliss, 1976:66-67). Empat perspektif yang telah digunakan dalam literatur sosiologis dalam hal proses-proses dimana hukum dibuat dan dikalahkan (made and defeated) – model rasionalistik, pandangan fungsional, teori konflik, dan tesis “pengusaha moral“ (moral entrepreneur).

Menurut model rasionalistik, hukum terutama hukum pidana, dibuat sebagai alat rasional untuk melindungi anggota-anggota masyarakat dari kerugian sosial (social harm). Dalam pandangan ini, kejahatan (crimes) dipandang sebagai cacat sosial. Ini adalah teori pembuatan hukum yang paling banyak diterima (Goode 1978: 143). Salah satu kesulitan dalam pandangan ini adalah pembuat hukum yang mendefinisikan aktivitas-aktivitas apa yang mungkin merugikan bagi kesejahteraan masyarakat. Penilaian terhadap nilai (value judgement), preferensi, dan pertimbangan lainnya jelas masuk ke dalam proses definisi (misalnya, mengapa tipe-tipe perilaku tertentu, seperti prostitusi dan judi – yang akan didiskusikan dalam bab-bab selanjutnya – diberi label kriminal ?).

Pandangan fungsional dari pembuatan hukum, seperti dirumuskan oleh Paul Bohannan (1973), terutama membahas bagaimana hukum dibangun. Bohannan berargumen bahwa hukum adalah jenis khusus dari “adat yang dilembagakan kembali“. Adat adalah norma atau aturan tentang cara bagaimana orang harus berperilaku jika lembaga sosial akan melaksanakan fungsinya dan masyarakat akan berlangsung. Pembuatan hukum adalah pernyataan kembali dari beberapa adat (misalnya yang berhubungan dengan transaksi ekonomi, properti, atau perilaku menyimpang) sehingga mereka dapat ditegakkan oleh institusi hukum.

Dari pandangan fungsionalis, hukum diundangkan karena mereka menggambarkan suara rakyat. Hukum adalah kristalisasi dari adat, dari aturan normatif yang ada. Walaupun ada konflik dalam masyarakat, hukum itu secara relatif marjinal, dan tidak meliputi nilai-nilai dasar. Dalam pandangan ini, konflik dan kompetisi antar kelompok dalam sebuah masyarakat sebenarnya berfungsi sebagai kontribusi terhadap perekatan (kohesi).

Dalam pandangan konflik, mengutip lingkup struktural (structural cleavage) dari suatu masyarakat atau organisasi sebagai penentu dasar dari hukum. Khususnya, asal dari hukum dilacak dari timbulnya sebuah kelas elit. Elit-elit, dapat disimpulkan, menggunakan mekanisme kontrol sosial seperti hukum untuk menonjolkan posisi mereka sendiri di dalam masyarakat. Dalam hal adanya konflik terhadap sebuah norma, para pakar teori konflik akan berargumen bahwa kelompok kepentingan yang dekat dengan interest dari kelompok elit kemungkinan besar akan memenangkan konflik tersebut. Untuk mendefinisikan siapa elit dan kelompok kuat dari masyarakat, para pakar teori konflik sering menggunakan petunjuk kekuasaan. Sebagai contoh, William J. Chambliss (1964), mengklaim bahwa kelompok-kelompok di Inggris yang mempunyai kekuasaan besar untuk membuat hukum (vagrancy laws) adalah yang mewakili interest ekonomi dominan pada waktu itu.

Teori pengusaha moral (moral entrepreneur) menghubungkan kejadian-kejadian penting dengan kehadiran dari individu atau kelompok yang sedang berusaha (berdagang). Aktivitas mereka disebut pengusaha moral (moral enterprise), karena mereka mengusahakan pembuatan fragmen

Page 6: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

baru dari konstitusi moral dalam masyarakat, yaitu aturan (code) tentang benar dan salah (Becker, 1963: 146). Peranan pengusaha moral dalam pembuatan hukum secara jelas digambarkan oleh telaahan Howard S. Becker (1963: 121-146) tentang pengembangan hukum pidana yang dirancang untuk menekan penggunaan marijuana. Dia mencatat bahwa Undang-Undang Pajak Marijuana 1937 telah berdasarkan undang-undang hukum pidana lama seperti Undang-Undang Volstead (tentang alkohol) dan Undang-Undang Harrison (tentang opium dan derivatifnya). Sebagai akibatnya, lembaga ini bertindak sebagai pengusaha moral dengan cara mendefinisikan kembali penggunaan marijuana sebagai bahaya sosial. Sebagai contoh, Biro Narkotik memberikan informasi kepada media massa tentang baha

Judi Dan Togel Ditinjau Oleh Sosiologi

PENGERTIAN

PERJUDIANBerdasarkan pustaka dari Microsoft Encarta 2008, pengertian perjudian adalah suatu

permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Di sebagian besar jenis perjudian di dunia memiliki peraturan persis seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun banyak juga jenis perjudian yang memliki peraturan tersendiri namun intinya sama, yang kalah kehilangan uang, yang menang mendapat uang. Pada beberapa perjudian, terdapat seseorang yang menjadi Bandar Judi. Setiap pemain bertaruh pada Bandar, jika kalah uang akan mengalir ke tangan Bandar namun jika menang Bandar akan mengalirkan sejumlah uang yang telah dilipatgandakan kepada pemenang.

Salah satu contoh sederhana yang sering kita jumpai di sekitar kita adalah undian. Undian dapat dipandang sebagai perjudian dimana aturan mainnya adalah dengan cara menentukan suatu keputusan dengan pemilihan acak. Undian biasanya diadakan untuk menentukan pemenang suatu hadiah.Contohnya adalah undian di mana peserta harus membeli sepotong tiket yang diberi nomor. Nomor tiket-tiket ini lantas secara acak ditarik dan nomor yang ditarik adalah nomor pemenang. Pemegang tiket dengan nomor pemenang ini berhak atas hadiah tertentu.

 TOGEL (TOTOAN GELAP)Berdasarkan sumber yang pernah saya wawancarai, banyak hal yang dapat saya ketahui

mengenai togel. Di Indonesia, banyak jenis perjudian yang telah dikenal masyarakat. Mulai perjudian tingkat atas seperti kasino hingga judi kartu. Namun yang paling marak di Indonesia

Page 7: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

dan yang paling dikenal adalah Togel atau totoan gelap. Togel mulai marak di Indonesia kira-kira sejak tahun 2000an. Jenis perjudian ini sangat diminati oleh semua kalangan, tua muda, anak – anak dewasa, karena perjuadian ini relatif murah namun bila menang akan mendapat uang yang berlipatganda. Selain itu karena togel ini sudah merakyat, banyak para penjual togel berkeliaran di sekitar kita dan mempermudah para pembeli yang ingin memasang taruhannya. Dengan kemudahan dan harga yang relatif murah, jenis perjuadian ini sangat populer di Indonesia.            Di dalam jaringan togel Indonesia, terdapat Bandar besar yang berpusat di Singapura namun juga banyak sekali bandar-bandar kecil atau biasa disebut penjual togel berkeliaran di sekitar kita. Dalam jaringannya, bandar-bandar akan terbagi menurut wilayahnya, bandar di desa-desa,  bandar di kota, provinsi, hingga sampai ke bandar pusat. Biasanya para pembeli hanya memasang taruhannya kepada para bandar di desa dan jika menang mereka akan mengambilnya dari bandar di desa itu pula. Dalam taruhannya, togel terbagi menurut abnyaknya digit nomer yang dipasang, 2 angka, 3 angka dan 4 angka. Semakin banyak digit angkanya, semakin besar nilai lipat ganda dari uang taruhannya.

ASPEK HUKUMBanyak negara yang melarang perjudian sampai taraf tertentu, Karena perjudian

mempunyai konsekwensi sosial kurang baik, dan mengatur batas yurisdiksi paling sah tentang undang-undang berjudi sampai taraf tertentu. Di Amerika Serikat pada tahun 2004, tercatat sebanyak 10.916 kasus yang berhasil diciduk. Beberapa Negara-negara Islam melarang perjudian, hampir semua negara-negara mengatur itu. Kebanyakan hukum negara tidak mengatur tentang perjudian, dan memandang sebagai akibat konsekwensi masing-masing, dan tak dapat dilaksanakan oleh proses yang sah sebagai undang-undang. Dengan begitu organisasi kriminal sering mengambil alih penyelenggaraan dari hutang perjudian besar, kadang-kadang menggunakan metoda yang kejam.

REALITA SOSIAL DAN FENOMENA SOSIAL PERJUDIAN            Arti dari realita sosial sendiri adalah segala kejadian yang terjadi pada masyarakat yang disebabkan oleh pola-pola hubungan antar masyarakat yang mencakup berbagai bidang kehidupan termasuk bidang ekonomi. Perjudian juga bisa dimasukkan ke dalam realita sosial. Perjudian merupakan suatu penyakit masyarakat yang pada awalnya mungkin merupakan tindakan yang tidak disengaja ataupun juga suatu keterpaksaan. Misalnya kemiskinan, menurut data yang telah diambil pada masyarakat, sebagian besar masyarakat melakukan perjudian atas dasar ingin mendapatkan keuntungan yang besar. Keinginan itu didasarkan atas keadaan ekonominya yang relatif rendah sehingga membuat seseorang terpaksa untuk melakukan perjudian.

Sedangkan arti dari fenomena sosial adalah segala kejadian yang ada pada masyarakat yang sifatnya luar biasa atau sangat up to date dan membawa dampak yang begitu luas baik berupa perubahan gaya hidup dan memicu timbulnya masalah sosial. Perjudian bukanlah hal

Page 8: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

yang baru di Indonesia melainkan sudah menjadi penyakit masyarakat yang sudah mengakar pada masyarakat. Walaupun perjudian menimbulkan banyak masalah-masalah sosial, namun dengan belajar pada kejadian-kejadian sebelumnya masalah-masalah tersebut bisa diatasi. Jadi Perjuadian bukanlah fenomena sosial yang tidak up to date.

MASALAH SOSIAL PERJUDIANBEBERAPA MASALAH DALAM PERJUDIAN :

Beberapa orang akan menjadi ketagihan. mereka tidak dapat berhenti berjudi, dan kehilangan banyak uang.

Kadang-kadang judi tidaklah adil. jika anda menang atau kalah, anda harus membayar sejumlah uang.

Dari beberapa masalah dalam perjudian di atas, timbul banyak masalah sosial pada berbagai bidang kehidupan salah satunya bidang ekonomi, antara lain :

Karena ketagihan dan tidak punya uang, biasanya penjudi berbuat nekat demi mendapat uang kembali seperti mencuri, merampok. Ini merupakan tindakan kriminal

Karena terus-terusan kalah judi, penjudi banyak kehilangan uang sehingga dapat mengakibatkan kemiskinan

Pada psikologis, besar kemungkinan penjudi yang kalah main akan mengalami stress ataupun kegilaan karena telah banyak kehilangan uang

Pada bidang biologis, perjuadian membuat para penjudi memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Ini dikarenakan biasanya perjudian dilakukan pada malam hari hingga pagi hari. Seseorang yang terlalu banyak menghirup udara malam, sangatlah tidak baik bagi kesehatan

Di bidang kebudayaan. Perjudian membuat penjudi menjadi malas bekerja sehingga tidak dapat menghidupi dirinya dan keluargnya. Selain itu agama juga melarang perjudian.

PENYEBAB MARAKNYA PERJUDIAN            Jika kita mendengar kata perjudian, seketika itu kita langsung berpikir pada uang yang dibuat judi. Mengapa kita langsung beranggapan demikian? Di pikiran kita telah tertanam suatu pemikiran bahwa perjudian adalah tempat untuk mencari uang tapi dengan cara haram. Hampir semua masyarakat berpikiran bahwa kemiskinan lah satu-satunya penyebab maraknya perjudian. Memang benar, kemiskinan lah yang menjadi penyebab utama maraknya perjudian. Atas dasar kemiskinan itu banyak orang berkeinginan untuk berjudi, mendapatkan uang dengan hanya duduk dan bermain kartu. Namun selain itu juga banyak penyebab lainnya yang membuat perjudian semakin marak. Tipisnya keimanan dan kondisi psikis seseorang juga merupakan penyebabnya. Jika kondisi psikis seseorang dalam keadaan kacau, kemungkinan besar untuk mengatasi rasa kacau tersebut dituntaskan dengan bermain judi. Keadaan kacau tersebut bisa disebabkan oleh banyak masalah seperti PHK, perceraian, hutang dan sebagainya. Tipisnya rasa iman membuat seseorang tidak punya pegangan hidup, dia tidak takut akan berbuat dosa. Sehingga seseorang tersebut akan mudah untuk bermain judi tanpa adanya rasa takut akan tuhan.

SOLUSI UNTUK MENGURANGI PERJUDIAN

Page 9: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

            Dari penyebab maraknya perjudian yang telah diuraikan di atas, dapat dibuat suatu solusi untuk mengurangi perjudian.

Solusi pertama yang paling penting adalah mempertebal keimanan seseorang. Dengan ini, seseorang akan mempunyai tuntunan hidup mengenai mana yang baik mana yang tidak baik. Selain itu akan ada rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Memperbanyak lapangan pekerjaan sehingga banyak pengangguran yang akan mempunyai penghasilan. Dan dengan mempunyai penghasilan tetap, kemungkinan besar seseorang tidak akan mudah terpancing untuk berjudi

Mengurangi PHK terhadap karyawan swasta. Ini perlu dilakukan agar karyawan swasta tetap memiliki penghasilan tetap dan mencegah mereka masuk ke dalam kemiskinan

Mejaga keharmonisan rumah tangga. Dengan ini, diharapkan tidak akan lagi pertengkaran dalam rumah tangga yang dapat mengakibatkan keadaan psikis seseorang menjadi down

Album Sabung Ayam  

"Memadankan" ayam dalam bon oleh tuannya masing-masing perlu diperhati oleh Nai Bon.

Ayam-ayam yang hendak berlaga di"padankan" dahulu di dalam bon secara dipegang dan diletakkan menghadapi satu sama lain.

Juara ialah orang yang membawa ayam masuk ke dalam bon untuk berlaga.

Sebelum upacara perlagaan yang sebenar dialankan, juara ayam akan mengadakan perlagaan cubaan selama dua atau tiga minit. Percubaan ini dipanggil "jum".

Page 10: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

Selepas upacara "berpadan" ayam-ayam diambil semula oleh juaranya untuk dimandikan.

Sebelum berlaga ayam-ayam dibasah dan dibasuh dengan air menggunakan sehelai kain basah, digosok-gosok dan diurut.

Sebelum berlaga, bulu-bulu syaap dan ekor ayam digosok dengan air hingga basah kuyup.

Setelah dilepas ke dalam bon ayam-ayam akan mengukur keupayaan masing-masing sebelum menyerbu dan menerkam.

Ayam di dalam bon akan menyerang lawannya bermati-matian selama 15 minit sebelum berhenti rehat selama 15 minit juga.

Setimba air disediakan untuk kegunaan juara-juara membasuhkan ayam sebelum perlagaan.

Page 11: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

Selepas berlaga setiap pusingan ayam-ayam akan didemah luka dan bengkaknya dengan "minyak angin" dan air akar kayu. Waktu rehat ialah 15 minit juga.

Selepas berlaga selama satu "air" iaitu 15 minit, juara atau tuan ayam akan membasuh dan mengurut ayam masing-masing.

Selepas enam pusingan atau tertentu kalah menang, perlagaan diberhentikan. Ayam yang kesakitan akan menjerit atau "kiok" dikira kalah dan perlagaan dihentikan.

Ayam yang dipelihara untuk berlaga diberi makan padi, gandum, daging dan pil kalsium.

Perlagaan ayam pernah berlangsung sampai salah seekornya lari, menjerit kesakitan atau jatuh mati.

Rupa reban atau "lau" memelihara ayam untuk berlaga.

Page 12: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

 

Rupa reban atau "lau" memelihara ayam untuk berlaga. 

INDONESIA MALAYSIA MAIN SABUNG AYAM

Akhir akhir ini hubungan Indonesia dan Malaysia semakin memanas, Pasalnya adalah masalah-masalah klasik, soal seni budaya,TKI, Pulau Terluar, dan saling ejek, mungkin disini saya akan lebih fokus dalam hal seni budaya.

Dalam kasus seperti ini saya analogikan sebagai SABUNG AYAM, antara dan (maaf sebelumnya jika menyinggung) saling hantam. Lalu pertanyaanya adalah Siapa Pengadu, Bandar, Penoton dan yang paling penting Ayam Aduannya, hayoo tebak!!! Kalian pikir aja sendiri,

Pada mulanya(akhir-akhir ini )Tari pendet di klaim Malaysia, sebelunya Wayang, Batik,lagu, Reog, angklung, Rendang padang, kemudian penyiksaan TKI. Saya rasa tidak benar-benar mengKlaim itu.. tapi saya yakin 100% semua ini adalah salah paham, Mengapa saya sebut salah paham?... ya karena ada paham yang salah telah dianut kedua belah pihak, OKE daripada kalian juga salah paham dengan saya maka saya akan menjelaskan argumentasi saya.

Salah Paham, Paham Yang SalahNasionalisme

Cinta tanah air dan tanah kelahiran adalah suatu hal yang manusiawi,tapi ketika kita sendiri terpecah karena nasionalisme , itulah kesalahannya, Rasullullah bisa mempersaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshor. Bangsa cina juga mencintai dimana ia berada mau dia di Indonesia, Malaysia, India, amerika, pasti dia mengaku sebagai bangsa itu, dan juga mencintai masyarakatnya, Musa bias membebaskan budak dari mesir ketanah mereka yang baru, tapi coba bayangkan Indonesia dengan Malaysia itu berSaudara serumpun, sama-sama negeri yang bermayoritas Islam(ukhuwah islamiyah)punya keserupaan budaya, bahasa yang

Page 13: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

berakar sama, tapi karena masalah ini kita anggap mereka musuh, mari berpikir objektif dan bukan subjektif, hal ini mungkin akan dimurkai tuhan,Seharusnya kita bias memamandang manusia sebagai manusia sama seperti kita, gak semua orang jahat, juga gak semua orang jahat juga, toh di sendiri,Plagiator banyak, banyak terjadi juga penyiksaan pembantu rumah tangga.

Seni budayaSaya merasa aneh sebagai Putra Ibu Pertiwi , hanya sendiri Negara yang tidak suka jika budaya local berkembang di Negara lain. Seolah kita hanya ingin budaya itu berasal dari kita, oleh kita, dan untuk kita, Katanya mau mengembangkan kebudayaan kok kayak gitu..coba kita lihat dan contoh Negara lain dalam menyebarluaskan budayanya, saya ambil contoh bangsa cina sebagai pengaruh terbesar budaya dunia, Makanan mie adalah masterpiece bangsa cina yang menyebar luas di berbagai Negara, semua orang bebas mengelola, mengkreasi, dan menyangkan itu adalah original buatan mereka, tapi sejarah akan tahu jika mie itu asalnya dari cina, Cina menang satu point. Asal namanya gak diganti. Cuma Italia yang sebut mie sebagai spaghetti, gk ada masalah ??Jadi apa saja product budaya jika namanya tidak berubah gak akan jadi masalah, bahkan walau berubah pun, karena seluruh dunia akan tahu juga siapa pewari sah budaya itu. angklung, pendet, batik, wayang berasalah dari bahasa daerah yang jelas.Kita tahu jika suatu etnik tinggal disuatu tempat, pasti mereka akan menjaga identitas mereka, akan tetap melestarikan budaya nenek moyang mereka kecuali jika mereka telah menjadi masyarakat non clan identity dan manusia yang hilang identitas rasialnya. Seprti itu juga yang terjadi dengan barongsai, tari pendet, dan reog Ponorogo. Bahkan jika budaya itu hidup dan berkembang di Negara lain, baguskan (kabarnya musik dandut mulai digandrungi di Amerika, seneng nggak,,), itu artinya budaya kita di apresiasi dengan baik disana.Saya merasa sedih saat ini, ketika pemudanya mulai lupa dengan budaya sendiri, Lihat warisan Agung Budaya jawa”Wayang” sekarang pertunjukan wayang sudah jarang kita saksikan di Televisi, jika ada di TVRI, siapa yang mau Nonton hah??dalangnya??atw Sindennya? Padahal sudah ada translate dari bahasa jawa ke bahasa , dan ketika wayang muncul di TV Negara lain, dan dilestarikan disana. KITA MARAH?? Dan kita sebut itu klaim budaya.??Sebaliknya saya merasa di hargai ketika saya search di wikipedia, dan mencari kata wayang&Malaysia , yang saya dapat adalah, wayang di Malaysia terbagi menjadi dua ada wayang Jawa dan wayang siam, Wayang Siam sungguh berbeda dengan wayang Indonesia dari segi bentuk dan hanya ditampilkan di kalangan rakyat biasa saja.Sedangkan Wayang Jawa di hanya di tampilkan di kalangan kerajaan Kelantan saja. Walau bahasa pengantar wayang itu adalah bahasa melayu. Apa nggak elit tuh wayang kita disana??(mungkin kalo saya bertemu dengan Manohara atau Tengku Fachri saya mau bertanya soal itu)Paham yang Salah menimbulkan Sikap yang SalahKetika harga diri bangsa seperti di injak masyarakat akan lebih dulu bersikap, aksi demonstrasi, saling serang dan caci maki menjadi sikap awal dan disini dimulainya sabung ayam. Kita bias mengamati itu di media masa dan jejaring

Page 14: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

social, tapi harus diketahui bahwadalam sebuah konflik akan muncul Efek Teori Archimedes semakin di tekan(press) maka semakin vesar pula air perlawanan yang tumpah,(jika kita keras terhadap orang lain orang itu akan keras pula pada kita)Mungkin bias diwajari sikap dari pihak Malaysia yang menghina indonesia dengan memelintir syai dari Lagu Indonesia Raya yak arena sebelumnya kita pun telah mencoba menjatuhkan bangsa Malaysia dengan memperdebatkan lagu kebangsaan mereka “Negaraku” juga tradisi khas sebagian rakyat Indonesia jika tidak menyukai sesuatu yaitu Bakar Poster dan Bendera.Seharusnya kedua Bangsa bias menyelesaikan masalah ini dengan cara yang Tepat dan Cepat, bukan demonstrasi ingin putus hubungan diplomatic,caci maki, saling sindir, TOLONG TUNJUKKAN JIWA SANTUN KITA DONG..Kedua belah bangsa harus bias belajar dari iniDan Bangsa harus bisa mengambil hikmah dari peristiwa ini, seharus nya hal ini bias kita manfaatkan, usul saya coba pelajari bagaimana budaya suatu bangsa bias menjadi budaya Transnasional seperti eropa, cina, arab dan amerika,Mungkin jika ada warga yang membaca tulisan ini sebaiknya mengambil pelajaran pula,Kita harus bias belajar bagaimana memanusiawikan manusia, dengan tidak saling tikam dan saling perbudak,Bangsa yang Besar adalah bangsa yang berpola pikir besar, santun, arif, bijak, memanfaatkan peluang dengan baik, mementingkan perdamaian dan kemanusiaan

Artikel Asli Berjudul Aji Supeno Bagus Syam: INDONESIA MALAYSIA MAIN SABUNG AYAM http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ch2KGAVnv0IJ:ajisupenobagussyam.blogspot.com/2009/08/indonesia-malaysia-main-sabung-ayam.html+teori+konflik+budaya+sabung+ayam&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a#ixzz13uDrvKPg http://ajisupenobagussyam.blogspot.com Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

Pada tulisan Geertz tentang sabung ayam atau adu ayam pada masyarakat Bali, kita akan menemukan banyak hal menarik tentang sabung ayam yang dikaitkan dan terkait dengan struktur sosial dan kehidupan masyarakat Bali sehari-hari, khususnya kaum pria. Sabung ayam bagi masyarakat Bali telah merupakan bagian dari gaya hidup mereka ( “The Balinese Way of Life” ). Sabung ayam biasanya diadakan di salah satu sudut desa yang jarang dilewati oleh orang banyak dan tempatnya dirahasiakan oleh masyarakat sekitar. Arena sabung ayam mewakili Bali atau indentik dengan Bali, sama seperti Amerika yang indentik dengan permainan bola basket . Pada arena adu ayam yang terlihat bertarung adalah ayam, tetapi ayam-ayam tersebut merupakan perwakilan dari kaum pria di Bali.

Page 15: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial

Identifikasi psikologi yang mendalam tentang kaum pria di Bali dengan ayam mereka tidak dapat dipisahkan. Bateson dan Mead mengatakan jika dikaitkan dengan konsepsi masyarakat Bali tentang tubuh sebagai satu bagian terpisah dari kehidupan, maka ayam di gambarkan sebagai bagian terpisah alat ambulant genital dengan kehidupan mereka sendiri. Pada kenyataannya ayam-ayam tersebut merupakan simbol dari kemaskulinan mereka.

Seorang pria yang penuh rasa percaya diri dan prilakunya sesuai dengan apa yang dia katakan, dibandingkan dengan ayam berekor yang ekornya besar, kuat dan spektakuler. Seorang pria yang mudah menyerah dikaitkan dengan ayam yang hampir mati dan telah membuat suatu keputusan, yang pada akhirnya akan menyeret orang tersebut dalam kehacuran. Seorang pria pelit, yang menjanjikan akan menjanjikan banyak tapi memberi sedikit dibandingkan dengan seekor ayam yang di pegang ekornya, yang memfokuskan pada satu orang tanpa berusaha membahagiakan orang tersebut.

Tempat pengadilan, perang, kontes politik, warisan budaya dan percakapan sehari-hari semuanya dibandingkan dengan sabung ayam. Seorang pria yang yang mempunyai minat dan ketertarikan terhadap ayam dapat menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersama ayam-ayam tersebut. Ke’gilaan’ terhadap ayam mempunyai beberapa dimensi yang dapat dicermati, yaitu bahwa selain ayam merupakan simbol ekspresi dan magnifikasi dari pemiliknya sendiri, ego narsistik pria. Ayam juga merupakan ekspresi dari penghargaan masyarakat Bali terhadap estetika, moral, dan metafisika dari status manusia ; animality .

Dalam setiap arena pertarungan biasanya selalu ada taruhan, terutama dalam bentuk uang. Begitu pula pada arena sabung ayam pada masyarakat Bali, namun bukan taruhan yang membuat sabung ayam ini berarti, melainkan apa akibat muncul dari taruhan tersebut, yaitu adanya migrasi status hirarki masyarakat Bali pada tubuh atau bagian dari sabung ayam. Ayam-ayam itu merupakan perwakilan dari kepribadian pemiliknya, tetapi sabung ayam sendiri merupakan simulasi dari matriks sosial, sistem sosial, kelompok-kelompok kerjasama, kelompok irigasi, dan kasta.

Sabung ayam lebih tepat merupakan gambaran dari masyarakat Bali yang mereka gambarkan tentang diri mereka sendiri. Untuk mendapatkan gambaran dari sabung ayam sebagai teks adalah dengan cara memunculkan unsur-unsur yang terkait didalamnya. Menghadiri dan berpartisipasi dalam sabung ayam bagi masyarakat Bali merupakan pendidikan sentimental, apa yang dipelajari merupakan etos dari kebudayaannya dan aspek-aspek yang terkait.

Seperti yang telah dijelaskan diatas bawa sabung ayam merupakan refleksi dari masyarakat Bali tentang penampilan, kegunaan, kekuasaan, dan ketertarikan masyarakat dan hal ini terdapat pada hampir setiap level atau tingkatan hidup masyarakat Bali. Dalam sabung ayam, masyarakat Bali membentuk dan menemukan temperamen diri sendiri dan temperamen masyarakat sekitar pada saat yang bersamaan. Dan menemukan berbagai aspek yang berhubungan dengan penyediaan komentar kebudayaan pada status hirarki dan penghormatan diri di Bali.

Kebudayaan masyarakat merupakan teks yang mereka ciptakan sendiri, yang pada akhirnya disadari atau tidak merupakan perwujudan dari apa yang mereka pahami dan kerjakan selama ini dan telah menjadi bagian dari pola hidup masyarakatnya.

Page 16: Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial