22
A. TUJUAN PENELITIAN 1) Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perubahan perilaku remaja berkaitan dengan penyakit menular seksual. 2) Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual (PMS) berdasarkan tingkat pendidikan 2) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual (PMS) berdasarkan sumber informasi 3) Untuk mengetahui perubahan perilaku remaja berkaitan dengan penyakit menular seksual berdasarkan adaptasi Psikoseksual 4) Untuk mengetahui perubahan perilaku remaja berkaitan dengan penyakit menular seksual berdasarkan adaptasi hubungan sosial remaja. 1.Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan remaja diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo , 2003). Menurut Istiarti T. (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya

Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

A. TUJUAN PENELITIAN

1) Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perubahan perilaku remaja berkaitan dengan

penyakit menular seksual.

2) Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual

(PMS) berdasarkan tingkat pendidikan

2) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual

(PMS) berdasarkan sumber informasi

3) Untuk mengetahui perubahan perilaku remaja berkaitan dengan penyakit menular

seksual berdasarkan adaptasi Psikoseksual

4) Untuk mengetahui perubahan perilaku remaja berkaitan dengan penyakit menular

seksual berdasarkan adaptasi hubungan sosial remaja.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan remaja diperoleh melalui pendidikan,

pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan

(Notoatmodjo , 2003).

Menurut Istiarti T. (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

pengalaman yang berasal dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber,

misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,petugas kesehatan, media poster,

kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga

seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni : (Notoatmodjo, 2003).

1) Kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tersebut bagi dirinya. Hal ini

berarti sikap responden sudah lebih baik.

Page 2: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

4) Mencoba (trial), yakni subjek telah mulai mencoba untuk melakukan perilaku yang

baru.

5) Mengadopsi (adoption), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obejk yang diketahui dan mampu menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) dan mampu menggunakan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada

kaitannya antara satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau

objek pengukuran dan pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

respon ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau yang kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003)

Page 3: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

2. Perubahan Perilaku

- Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.

Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap

objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah

memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena api dan terasa panas. Seorang

ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena

penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut belum pernah memperoleh

imunisasi polio.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak

kesulitan waktu melahirkan.

c. Sikap

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio-Budaya

Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Keinginan

Kehendak

Motivasi

Niat

Perilaku

Page 4: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.

Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu

tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain.

1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin membawanya ke

puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepeserpun sehingga ia

gagal membawa anaknya ke puskesmas.

2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada

pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit

keras ke rumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap RS,

sebab ia teringat akan anak tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari

di RS.

3. Sikap diikuti atau diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB dengan alat

kontrasepsi IUD mengalami pendarahan. Meskipun sikapnya sudah positif

terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB dengan alat

kontrasepsi apapun.

4. Nilai (value)

Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi

pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.

Misalnya, gotong-royong adalah suatu nilai yang selalu hidup di masyarakat.

d. Orang penting sebagai referensi

e. Sumber-sumber daya (resources)

f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan.

Dapat diilustrasikan sebagai berikut,

B = f(TF,PR,R,C)

Page 5: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

1. FENOMENA PADA MASA REMAJA

Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid

sebagai batasan untuk pengategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada

akhir usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun.

Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas, tetapi

tidak berarti otomatis sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan siap mengahadapi dunia orang

dewasa.

Pada kenyataannya masih banyak remaja yang belum siap untuk menghadapi dunia nyata

orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita

yang perkembangannya jelas terukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang

pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang

diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi di lain waktu dituntut untuk bersikap mandiri

bagaikan orang dewasa.

Menurut Hurlock (1980) batasan usia remaja ialah mereka yang berada pada usia 12-18

tahun. Monks, dkk (2000) mengatakan batasan usia remaja ialah 12-21 tahun. Adapun

Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) menyebutkan batasan usia remaja ialah usia 12-23

tahun. Berdasarkan batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa

remaja relatif sama, tetapi berakhirnya bervariasi sehingga muncul istilah usia remaja yang

diperpanjang dan diperpendek.

Paradigma Masa Remaja

Sebagai Masa Peralihan

Disebut sebagai masa peralihan karena ada peralihan dari masa pubertas menuju

dewasa. Peralihan berarti terputusnya atau berubah dari apa yang pernah terjadi

sebelumnya. Peralihan berkaitan dengan perkembangan dari setiap tahap. Apa yang

pernah tertinggal pada suatu tahap berdampak ke tahap-tahap berikutnya. Oleh sebab

itu, selama masa peralihannya banyak remaja mengalami perubahan fisik, psikologis

atau sosial.

Sebagai Masa Mencari Identitas Diri

Dikatakan sebagai masa mencari identitas diri karena dia merasa sudah tidak puas lagi

dengan kehidupan bersama-sama dengan teman sebayanya. Tujuan mencari identitas

diri remaja ialah untuk menjelaskan siapa dirinya dan peranannya sehingga dia

Page 6: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

mendapatkan sense of individual identity, meliputi keputusan, standart tindakan dan

harga diri.

Sebagai Masa yang Menakutkan dan Unrealistic

Dikatakan sebagai masa yang menakutkan karena stereotip masyarakat yang

berdampak buruk pada perkembangan remaja. Bentuk stereotip negatif masyarakat

berupa pandangan bahwa remaja adalah orang yang kurang bertanggung jawab, tidak

mampu kerjasama dengan orangtua atau orang dewasa, kurang simpatik, tidak rapi,

sulit dipercaya dan berperilaku merusak.

Sementara itu, dikatakan sebagai fase unrealistic karena remaja selalu melihat

kehidupan menurut pandangan dan penilaian pribadinya, bukan menurut fakta-fakta,

terutama dalam pemilihan cita-cita. Pada umumnya cita-cita para remaja cenderung

tidak realistis yang kerap menyebabkan ketegangan emosi. Semakin tidak realisitis

cita-citanya, semakin mudah dia marah, sakit hati, frustasi dan bahkan depresi, seperti

tingginya angka bunuh diri sebagai akibat kegagalan mengeliminasi cita-citanya.

Sebagai Masa Gelisah dan Meningginya Emosi

2. FENOMENA PSIKOLOGIS USIA REMAJA

Berdasarkan teori perkembangan, maka usia remaja ialah saat terjadinya perubahan-

perubahan yang cepat, termasuk perubahan fendumental dalam aspek kogntitif ,emosi, sosial

dan pencapaian ( Fagan, 2006 ) . sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik ,

dan pada beberapa remaja lain kondisi bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis ,

fisiologis, dan sosial.

Ciri-ciri remaja yang mampu beradaptasi secara psikologis ialah menyadari potensi dan

kualitas dirinya, memiliki kreativitas postif , mampu mengontrol emosinya, jarang

menggunakan mekanismen pertahanan diri dalam dunia pribadinya, percaya diri dan berani

sekalipun dia berada jauh dari keluarga nya.

Adaptasi Inteletual

Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Namun,

kemampuan mengerti terhadap masalah-masalah kompleks semakin berkembang secara

bertahap. Idealnya para remaja telah memiliki pola pikir sendiri sebagai usaha memecahkan

masalah-masalah kompleks dan abstrak. Kemampuan berfikir ini berkembang sedemikian

rupa sehingga mereka mudah membayangkan alternatif lain dalam memecahkan masalah

beserta kemungkinan akibat (hasilnya).

Page 7: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Kini para remaja tidak semata menerima informasi apa adanya , tetapi memprosesnya dan

mengadaptasikan dengan pemikiran sendiri . dia telah mampu mengintegrasikan pengalaman

masa lalu dan sekarang untuk ditransformasilkan menjadi konklusi , predikasi, dan rencana

untuk masa depan dan mengadaptasikannya sesuai kebutuhan lingkungannya .

Menurut Elkind (dalam Papalia, 2008 ) karakteristik dari ketidakdewasaan pemikiran remaja

ialah :

Idealisme dan kekritisan , ketika remaja membayangkan dunia ideal lalu dia

menyadari bahwa betapa jauhnya dengan dunia nyata sehingga mendorong dia

untuk berfikir kritis dengan cara menyerang figure public dengan kata-kata

satire atau prodi , dia yakin mampu menjalankan dunia ketimbang orang

dewasa. Bahkan dia sering kali mengkritik cara-cara orangtuanya .

Argumentatif . remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba dan

menunjukan kemampuan penalaran formal baru. Sikap argumentatif remaja

muncul karena dia berusaha untuk membuktikan atau mencari penyebab

sesuatu hal dengan cara mengumpulkan fakta

Ragu-ragu, para remaja dapat menyimpan berbagai alternatif dalam pikirinnya

pada waktu yang sama, tetapi karena kurangnya pengalaman membuat mereka

menjadi kurang memiliki strategi efektif untuk memilih keputusan.

Menunjukkan hypocrisy. Remaja sering kali tidak menyadari perbedaan antara

pengekspresian yang ideal dan pengorbanan yang dibutuhkan untuk

mewujudkan sesuatu.

Kesadaran diri. Meskipun remaja sudah mampu berfikir tentang dirinya

sendiri dan orang lain, namun mereka mengasumsikan bahwa apa yang

dipikirkan orang lain adalah sama dengan apa yang pikirannya sehingga dia

sering menjadi seorang pengamat (imaginary audience)

Kekhususan dan ketangguhan. Bentuk pemikiran ini merupakan salah satu

bentuk pikiran egosentrisme remaja, yang menilai apa yang dipikirkan dan

dirasakan hanya dia yang mengetahuinya, orang lain tidak mengetahuinya.

Pemikiran seperti ini sering menjadi pemicu terjadinya self destructive.

Page 8: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Adaptasi Hubungan Sosial Remaja

Masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah meliputi motivasi, cara belajar, penyesuaian diri terhadap pola pendidikan, penyesuaian diri dengan norma-norma sekolah, pemilihan jurusan, pemilihan teman, atau pola hubungan dengan guru. Sementara masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat, meliputi ketidakmampuan remaja untuk beradaptasi dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

VARIABEL YANG MENYANGKUT PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN PERILAKU REMAJA BERKAITAN DENGAN PENYAKIT MNULAR SEKSUAL

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diebrikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arahb suatu cita-cita tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2001).

Hubungan dengan keluarga

Masalah relasi dengan orang tua

saudara

Penyesuaian norma-norma dalam keluarga

Konflik dengan tuntutan orang tua

Page 9: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

2. Sumber InformasiInformasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bias juga berupa

putusan-putusan yang dibuat. Informasi dapat bermakna ganda : bisa bohong, atau bisa merupakan kejadian yang sebenarnya. Informasi bisa mengurangi ketidakpastian tetapi juga bisa menambah kebingungan. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) memubutuhkan informasi, sekaligus menghasilkan informasi. Sebagai konskuensi logis perkembangan dibidang ilmu pengetauan dan teknologi yang sangat cepat dewasa ini, informasi pun menjadi berkembang sangat cepat dewasa ini, informasi pun menjadi berkembang sangat cepat sehingga orang sering mengatakan bahwa adanya ledakan pengetuan menimbulkan ledakan informasi.

3. Perubahan Perilaku

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.

Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap

objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

g. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah

memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena api dan terasa panas. Seorang

ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena

penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut belum pernah memperoleh

imunisasi polio.

h. Kepercayaan

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio-Budaya

Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Keinginan

Kehendak

Motivasi

Niat

Perilaku

Page 10: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak

kesulitan waktu melahirkan.

i. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.

Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu

tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain.

5. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin membawanya ke

puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepeserpun sehingga ia

gagal membawa anaknya ke puskesmas.

6. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada

pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit

keras ke rumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap RS,

sebab ia teringat akan anak tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari

di RS.

7. Sikap diikuti atau diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB dengan alat

kontrasepsi IUD mengalami pendarahan. Meskipun sikapnya sudah positif

terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB dengan alat

kontrasepsi apapun.

8. Nilai (value)

Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi

pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.

Misalnya, gotong-royong adalah suatu nilai yang selalu hidup di masyarakat.

j. Orang penting sebagai referensi

k. Sumber-sumber daya (resources)

l. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan.

Page 11: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Dapat diilustrasikan sebagai berikut,

4. Adaptasi Psikoseksual

Adaptasi perkembangan seksual remaja berkaitan erat dengan sejauh mana

remaja melihat dirinya sendiri sebagai makhluk seksual, mengenal orientasi seksnya

sendiri, menerima gejolak seks dan membentuk keterikatan seksual atau hubungan

romantis.

Seperti yang dikatakan Papalia (2008) bahwa kesadaran tentang seks

merupakan aspek penting dalam pembentukan identitas dan sangat memengaruhi

image diri dan hubungannya dengan orang lain, sehingga orientasi seksual masa

remaja menjadi isu penting, apakah remaja itu akan konsisten secara romantis, secara

seksual dan penuh kasih sayang kepada lawan jenisnya (heteroseksual), kepada jenis

kelamin yang sama (homoseksual) atau kepada keduanya (biseksual).

Namun, sayangnya informasi tentang seks bagi remaja sangat minim, apalagi

untuk negara kita Indonesia mengenai pendidikan dan pengajaran seks formal bagi

remaja masih jauh dari harapan meskipun dampak buruknya setiap tahun terus

meningkat.

Dampak buruk dari aktivitas dan perilaku seks bebas yang paling banyak

terjadi pada remaja ialah terkena penyakit sexual transmitted desease (PMS-Penyakit

Menular Seks), seperti gonorrhea, Chlamydia, HIV dan AIDS. Di seluruh dunia

diperkirakan sekitar 1/3 orang menderita HIV berusia 15-24 tahun, dan sebagian besar

tinggal di negara-negara berkembang (WHO, 2001). Dari 5 juta infeksi HIV

diperkirakan ada 60% penderitanya adalah remaja yang berusia 15 tahun (Summer,

dkk, 2002).

B = f(TF,PR,R,C)

Page 12: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

5. Adaptasi Hubungan Sosial Remaja

Masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah meliputi motivasi, cara belajar, penyesuaian diri terhadap pola pendidikan, penyesuaian diri dengan norma-norma sekolah, pemilihan jurusan, pemilihan teman, atau pola hubungan dengan guru. Sementara masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat, meliputi ketidakmampuan remaja untuk beradaptasi dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan dan Perubahan Perilaku Remaja berkaitan dengan Penyakit Menular Seksual di desa Binjai.

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Independen yaitu pendidikan, Sumber Informasi, Adaptasi Psikoseksual, Adaptasi Hubungan Sosial Remaja.

Hubungan dengan keluarga

Masalah relasi dengan orang tua

saudara

Penyesuaian norma-norma dalam keluarga

Konflik dengan tuntutan orang tua

1. Pendidikan2. Sumber Informasi3. Perubahan Perilaku4. Adaptasi Psikoseksual5. Adaptasi hubungan Sosial

Remaja

Pengetahuan dan Perubahan Perilaku Remaja berkaitan dengan Penyakit Menular Seksual

Page 13: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

A. DEFENISI OPERASIONAL

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diebrikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arahb suatu cita-cita tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2001).

2. Sumber InformasiInformasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bias juga berupa

putusan-putusan yang dibuat. Informasi dapat bermakna ganda : bisa bohong, atau bisa merupakan kejadian yang sebenarnya. Informasi bisa mengurangi ketidakpastian tetapi juga bisa menambah kebingungan. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) memubutuhkan informasi, sekaligus menghasilkan informasi. Sebagai konskuensi logis perkembangan dibidang ilmu pengetauan dan teknologi yang sangat cepat dewasa ini, informasi pun menjadi berkembang sangat cepat dewasa ini, informasi pun menjadi berkembang sangat cepat sehingga orang sering mengatakan bahwa adanya ledakan pengetuan menimbulkan ledakan informasi.

3. Adaptasi Psikoseksual

Adaptasi perkembangan seksual remaja berkaitan erat dengan sejauh mana

remaja melihat dirinya sendiri sebagai makhluk seksual, mengenal orientasi seksnya

sendiri, menerima gejolak seks dan membentuk keterikatan seksual atau hubungan

romantis.

Seperti yang dikatakan Papalia (2008) bahwa kesadaran tentang seks

merupakan aspek penting dalam pembentukan identitas dan sangat memengaruhi

image diri dan hubungannya dengan orang lain, sehingga orientasi seksual masa

remaja menjadi isu penting, apakah remaja itu akan konsisten secara romantis, secara

seksual dan penuh kasih sayang kepada lawan jenisnya (heteroseksual), kepada jenis

kelamin yang sama (homoseksual) atau kepada keduanya (biseksual).

Page 14: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

Namun, sayangnya informasi tentang seks bagi remaja sangat minim, apalagi

untuk negara kita Indonesia mengenai pendidikan dan pengajaran seks formal bagi

remaja masih jauh dari harapan meskipun dampak buruknya setiap tahun terus

meningkat.

Dampak buruk dari aktivitas dan perilaku seks bebas yang paling banyak

terjadi pada remaja ialah terkena penyakit sexual transmitted desease (PMS-Penyakit

Menular Seks), seperti gonorrhea, Chlamydia, HIV dan AIDS. Di seluruh dunia

diperkirakan sekitar 1/3 orang menderita HIV berusia 15-24 tahun, dan sebagian besar

tinggal di negara-negara berkembang (WHO, 2001). Dari 5 juta infeksi HIV

diperkirakan ada 60% penderitanya adalah remaja yang berusia 15 tahun (Summer,

dkk, 2002).

4. Adaptasi Hubungan Sosial Remaja

B.POPULASI DAN SAMPEL

1. POPULASIPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang bertinggal di desa Binjai sebanyak 350 orang.

2. SAMPELMenurut Ari Kunto 2012 jika populasi kurang dari 100 orang maka sebaiknya diambil keseluruhannya, sedangkan apabila sampelnya besar dapat diambil sebesar 10-15 %, 20-25 %, atau lebih.

Hubungan dengan keluarga

Masalah relasi dengan orang tua

saudara

Penyesuaian norma-norma dalam keluarga

Konflik dengan tuntutan orang tua

Page 15: Hubungan Pengetahuan Dan Perubahan Perilaku Remaja Berkaitan Dengan Penyakit Menular Seksual

METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN PERILAKU REMAJA BERKAITAN DENGAN PENYAKIT

MENULAR SEKSUAL

D

I

S

U

U

N

Oleh:

DESSY REBECCA ANIKE CICILIA

P07524111046

III-B

Dosen Pembimbing :TUMIAR SIMANJUNTAK,SST,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

PRODI D-III KEBIDANAN

2013