24
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN CA RECTI Juniartha Semara Putra LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN CA RECTI I. KONSEP MEDIS A. PENGERTIAN CARSINOMA RECTI Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya). B. ETIOLOGI Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti, seperti: polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis kolitis. Insiden keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada hubungannya dengan faktor lingkungan

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN CA RECTIJuniartha Semara Putra

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN CA RECTI

I.    KONSEP MEDIS

A.  PENGERTIAN CARSINOMA RECTI

            Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum.

Keganasan ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang

terbanyak adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari

jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa

inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah

adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan

lendir dan cairan lainnya).

B.  ETIOLOGI

                  Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang

belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya

kanker recti, seperti: polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi,

granulomatis kolitis. Insiden keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan

ternyata ada hubungannya dengan faktor lingkungan terutama kebiasaan makan

(diit). Masyarakat yang diitnya rendah selulosa tinggi protein hewani dan lemak

mempunyai insiden yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya masyarakat

yang diitnya banyak mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti rendah.

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor

risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada

keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan

daging serta rendah serat.

( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).

Page 2: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding

dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun

ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa

polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang

menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau

penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar

Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker 

colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu,

wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau

payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker

colorectal.

Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai

riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena

penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada

usia muda.

Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan

yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat

risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.

Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi  pada mereka yang berusia

lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini

didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

C.  PATOFISIOLOGI

Proses keganasan mulai dari dalam sel-sel yang melapisi dinding usus.

Tumor terjadi pada daerah yang berbeda-beda di dinding usus besar dalam

proposi perkiraan berikut 16% pada kolon asenden, 8% pada kolon transversal,

20% – 30% pada kolon desenden dan sigmoid, serta 40% – 50% pada rektum.

Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip ademotosa. Kanker

biasanya tumbuh tidak terdeteksi hingga gejala-gejala secara perlahan-lahan dan

Page 3: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

sifatnya berbahaya terjadi. Secara lokal kanker rektum biasanya menyebar lebih

kedalam lapisan-lapisan dinding perut, yang dimulai dari orang-orang lain yang

berdekatan. Kanker ini membesar atau menyebar melalui sistim sirkulasi yang

masuk dari pembuluh-pembuluh darah. Tempat-tempat metastase yang lain adalah

termasuk kelenjar-kelenjar adrenal, ginjal, kulit, tulang dan otot.

Disamping penyebaran secara langsung melalui sistim sirkulasi dan

lymphatik, kanker rektum juga menyebar melalui peredaran peritoneal.

Penyebaran terjadi ketika kanker diangkat dan sel-sel kanker berpisah dari kanker

dan menuju lubang peritonial. 

D. TANDA DAN GEJALA

              Adapun tanda yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti,

kembung, feses yang kecil atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar

pada fases.

             Gejala tergantung dari lokalisasi, jenis keganasan penyebaran dan komplikasi

yang terjadi. Jenis pertumbuhan adenocarsinoma rektum sangat lembat,

diperkirakan untuk mencapai dua kali lipat membutuhkan waktu 620 hari dan

biasanya bersifat asimlomatik. Kanker yang terletak pada rektum dapat

menimbulkan tenesmus dan keinginan defakasi yang terus menerus.

              Metastase besarnya kelenjar regional dahulu yang sulit diraba dari luar.

Metastase kehati menimbulkan pembesaran hati yang berbenjol-benjol, nyeri

tekan dan juga bisa terjadi ikterus. Metas tase ke paru-paru dapat menimbulkan

batuk, akan tetapi hal ini jarang terjadi.

E. JENIS KLASIFIKASI

Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:

1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau

rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal

Stadium 0.

2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.

Tumor belum tumbuh menembus dinding.

Page 4: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus

dinding kolon atau rektum.  Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan

di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah

bening,

4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di

sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.

5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya

hati atau paru-paru.

6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh

kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi.

Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di

bagian tubuh yang lain.

Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma

dibagi menjadi :

Kelas A        : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.

Kelas B        : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.

Kelas C        : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.

Kelas D        : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.

( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 )

F.  KOMPLIKASI

     Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :

a.   Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan

b.   Terjadinya perforasi pada usus

c.   Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.

Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau perdarahan,

menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus vagina (invasi) keseluruh

dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Adapun komplikasi selain terjadinya

obstruksi, perforasi yaitu pendarahan dan penyebaran ke organ yang berdekatan.

G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG

         Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Page 5: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil

1.   Pemeriksaan laboratorium:

  Tinja

  CEA (Carcino-embryonic anti-gen)

2.   Pemeriksaan radiologis

3.   Endoskopi dan biopsi

4.   Ultrasonografi

Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja (makroskopis/mikroskopis)Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat dalam mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan residif atau metastase.-Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast) untuk melihat gambaran lesi secara radiologis.-Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis.-Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis ke hati.

H.  PENATALAKSANAAN

1)   Pilihan utama pada kanker rektum adalah dengan jalan pembedahan

kolostomi

a.       Pengertian Colostomi

Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli melalui dinding abdomen ke

dalam kolom iliaka   atau asenden yang bersifat sementara atau permanen untuk

mengeluarkan feses.

Lubang yang dibuat melalui dinding abdoimen ke dalam kolon iliaka atau

asenden tempat untuk mengeluarkan fases.  Pembukaan sementara atau permanen

dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan tinja. Kolostomi adalah

tindakan pembedahan dimana sebagian usus besar dijahitkan pada dinding perut,

dimana lubangnya dibuat sedemikian rupa sehingga tinja terdorog untuk keluar.

Kolostomi adalah membuat lubang yang bersifat sementara atau tetap pada

usus besar menembus permukaan abdomen sebagai pemindahan jalan keluar

fecers. Lokasi anatominya pada colon cicenden, transversal atau sigmoid,

kolotomi dikerjakan pada penyakit peradangan, cacat bawaan, kanker, obser,

fistula, onstruksi dan perforasi.

b.      Jenis-jenis kolostomi

Page 6: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

                   kolostomi yang dilakukan ada 2 macam yaitu :

a)      Kolostomi Permanen

Jenis kolostomi dilakukan bila kolon atau rectum pasien dibuang, karena ada

kanker pada kolon atau rectum. Kolostomi ini disebut juga dengan kolostomi

ujung atau single barrel karena dilakukan pada salah satu ujung dari kolon dan

kolostomi ini mempunyai satu lubang.

b)      Kolom Temporer

Kolostomi ini bersifat hanya sementara dan dilakukan untuk mengalihkan facces,

untuk kemudian ditutup kembali. Kolostomi ini terdiri dari 2 lussing atau double

barrel.

c.       Indikasi dilakukan Kolostomi

Tindakan kolostomi seringdilakukan pada pasien dengan difertikulitis

yang sudah  komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi dan obses, sehingga

untuk mengalihkasn jalannya feces dilakukan kolostomi.

Kolostomi sering dilakukan pada pasien dengan karsinoma kolon.

Karsinima tersebut dapat memenuhi atau melingkari kolon menyebabkan

obstruksi pada kolon, akhirnya penderita mengalami kesulitan untuk buang air

besar atau kostipasi usus.

d.      Komplikasi Kolostomi

Suatu tindakan pada pembedahan yang dilakukan pada pasien tidak jarang

akan menimbulkan komplikasi.

a)      Obstruksi, terjadi karena perlengketan atau sumbatan oleh makanan.

b)      Infeksi pada luka, merupakan suatu komplikasi dari tindakan kolostomi yang

sering terjadi, karena terkontaminasi oleh tinja yang mengandung bakteri.

c)      Retraksi stoma penyekat antara kantong atau kolostomi bagian dengan stoma,

juga karena adanya jaringan sekat yang terbentuk disekitar stoma yang mengkerut

2)   Radiasi

       Radiasi pasca bedah diberikan jika:

a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria

b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional

Page 7: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

c.    masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis

jauh.

(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).

3)   Pemberian obat Sitostatika

a. inoperabel

b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika

muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.

Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:1.   Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.

Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6

siklus.

2.   Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan

3.   Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)

Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

II.                FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a)      Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang

perlu dikaji adalah:

1.      Aktivitas/istirahat:

Gejala:

a)      Kelemahan, kelelahan/keletihan

b)      Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.

c)      Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres

tinggi.

2.      Sirkulasi:

Gejala:

         Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas

Page 8: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

Tanda:

         Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3.      Integritas ego:

Gejala:

a)      Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres

(merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)

b)      Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)

c)      Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak

bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:

         Menyangkal, menarik diri, marah.

4.      Eliminasi:

Gejala:

         Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi

Tanda:

a)      Perubahan bising usus, distensi abdomen

b)      Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5.      Makanan/cairan:

Gejala:

a)      Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif

dan bahan pengawet)

b)      Anoreksia, mual, muntah

c)      Intoleransi makanan

   Tanda:

         Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6.      Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

         Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses

penyakit

7.      Keamanan:

Gejala:

Page 9: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

         Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

    Tanda:

         Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8.      Interaksi social

Gejala:

a)      Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

b)      Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status

kesehatan.

9.      Penyuluhan/pembelajaran:

         Riwayat kanker dalam keluarga

         Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

         Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.

         Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

b) Prioritas Keperawatan

1.   Dukungan proses adaptasi dan kemandirian

2.   Meningkatkan kenyamanan

3.   Mempertahankan fungsi fisiologis optimal

4.   Mencegah komplikasi

5.   Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

III.             DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus

sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

  Peningkatan bunyi usus/peristaltik

  Peningkatan defekasi cair

  Perubahan warna feses

  Nyeri/kram abdomen

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,

status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Page 10: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

Ditandai dengan:

  Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk

  Peningkatan bunyi usus

  Konjungtiva dan membran mukosa pucat

  Mual, muntah, diare

3.      Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status

kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang

simpatis (proses neoplasma)

Ditandai dengan:

  Eksaserbasi penyakit tahap akut

  Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan

  Iritabel

  Fokus perhatian menyempit

4.      Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui

ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri

hebat, sistem pendukung tak adekuat)

Ditandai dengan:

  Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas

  Menyatakan diri tidak berharga

  Depresi dan ketergantungan

5.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d

kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

Ditandai dengan:

  Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep

  Tidak akurat mengikuti instruksi

  Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

6.      Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau

suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen

terapi saraf kanker.

Ditandai dengan :   keluhan nyeri

Page 11: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

memfokuskan pada diri sendiri/ penyempitan fokus

distraksi/ perilaku berhati-hati

gelisah, respons autonomik

IV.       INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial

lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.   Bantu kebutuhan defekasi (bila

tirah baring siapkan alat yang

diperlukan dekat tempat tidur,

pasang tirai dan segera buang feses

setelah defekasi).

2.   Tingkatkan/pertahankan asupan

cairan per oral.

3.   Ajarkan tentang makanan-

minuman yang dapat

memperburuk/mencetus-kan diare.

4.   Observasi dan catat frekuensi

defekasi, volume dan karakteristik

feses.

5.   Observasi demam, takikardia,

letargi, leukositosis, penurunan

protein serum, ansietas dan

kelesuan.

6.   Kolaborasi pemberian obat-obatan

sesuai program terapi (antibiotika,

antikolinergik, kortikosteroid).

-Defekasi tiba-tiba dapat terjadi

tanpa tanda sehingga perlu

diantisipasi dengan menyiapkan

keperluan klien.

-Mencegah timbulnya maslah

kekurangan cairan.

-Membantu klien menghindari agen

pencetus diare.

-Menilai perkembangan maslah.

-Mengantisipasi tanda-tanda

bahaya perforasi dan peritonitis

yang memerlukan tindakan

kedaruratan.

-Antibiotika untuk

membunuh/menghambat

pertumbuhan agen patogen

biologik, antikolinergik untuk

menurunkan peristaltik usus dan

menurunkan sekresi digestif,

kortikosteroid untuk menurunkan

proses inflamasi.

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi

nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Page 12: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.   Pertahankan tirah baring selama

fase akut/pasca terapi

2.   Bantu perawatan kebersihan

rongga mulut (oral hygiene).

3.   Berikan diet TKTP, sajikan dalam

bentuk yang sesuai perkembangan

kesehatan klien (lunak, bubur

kasar, nasi biasa)

4.   Kolaborasi pemberian obat-obatan

sesuai indikasi (roborantia)

5.   Bila perlu, kolaborasi pemberian

nutrisi parenteral.

-Menurunkan kebutuhan metabolik

untuk mencegah penurunan kalori

dan simpanan energi.

-Meningkatkan kenyamanan dan

selera makan.

-Asupan kalori dan protein tinggi

perlu diberikan untuk mengimbangi

status hipermetabolisme klien

keganasan.

-Pemberian preparat zat besi dan

vitamin B12 dapat mencegah

anemia; pemberian asam folat

mungkin perlu untuk mengatasi

defisiensi karen amalbasorbsi.

-Pemberian peroral mungkin

dihentikan sementara untuk

mengistirahatkan saluran cerna.

3.         Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman

perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola

interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.   Orientasikan klien dan orang

terdekat terhadap prosedur rutin dan

aktivitas yang diharapkan.

2.   Eksplorasi kecemasan klien dan

berikan umpan balik.

3.   Tekankan bahwa kecemasan adalah

masalah yang lazim dialami oleh

banyak orang dalam situasi klien

saat ini.

-Informasi yang tepat tentang situasi

yang dihadapi klien dapat

menurunkan kecemasan/rasa asing

terhadap lingkungan sekitar dan

membantu klien mengantisipasi dan

menerima situasi yang terjadi.

-Mengidentifikasi faktor

pencetus/pemberat masalah

kecemasan dan menawarkan solusi

Page 13: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

4.   Ijinkan klien ditemani keluarga

(significant others) selama fase

kecemasan dan pertahankan

ketenangan lingkungan.

5.   Kolaborasi pemberian obat sedatif.

6.   Pantau dan catat respon verbal dan

non verbal klien yang menunjukan

kecemasan.

yang dapat dilakukan klien.

-Menunjukkan bahwa kecemasan

adalah wajar dan tidak hanya dialami

oleh klien satu-satunya dengan

harapan klien dapat memahami dan

menerima keadaanya.

-Memobilisasi sistem pendukung,

mencegah perasaan terisolasi dan

menurunkan kecemsan.

-Menurunkan kecemasan,

memudahkan istirahat.

-Menilai perkembangan masalah

klien.

4.         Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d

intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit

kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem

pendukung tak adekuat).

INTERVENSI

KEPERAWATANRASIONAL

1.   Bantu klien mengembangkan

strategi pemecahan masalah

yang sesuai didasarkan pada

kekuatan pribadi dan

pengalamannya.

2.   Mobilisasi dukungan emosional

dari orang lain (keluarga,

teman, tokoh agama, penderita

kanker lainnya)

3.   Kolaborasi terapi

medis/keperawatan psikiatri

bila klien mengalami

-Penderita kanker tahap dini dapat

hidup survive dengan mengikuti 

program terapi yang tepat dan dengan

pengaturan diet dan aktivitas yang

sesuai

-Dukungan SO dapat membantu

meningkatkan spirit klien untuk

mengikuti program terapi.

-Terapi psikiatri mungkin diperlukan

pada keadaan depresi/agresi yang

berat dan lama sehingga dapat

memperburuk keadaan kesehatan

Page 14: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

depresi/agresi yang ekstrim.

4.   Kaji fase penolakan-

penerimaan klien terhadap

penyakitnya (sesuai teori

Kubler-Ross)

klien.

-Menilai perkembangan masalah

klien.

5.         Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.   Kaji tingkat pengetahuan

klien/orang terdekat dan

kemampuan/kesiapan  belajar

klien.

2.   Jelaskan tentang proses penyakit,

penyebab/faktor risiko, dan

dampak penyakit terhadap

perubahan status kesehatan-sosio-

ekonomi, fungsi-peran dan pola

interaksi sosial klien.

3.   Jelaskan tentang terapi

pembedahan, radiasi dan

kemoterapi serta efek samping

yang dapat terjadi

4.   Tekankan pentingnya

mempertahan-kan asupan nutrisi

dan cairan yang adekuat.

-Proses pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan

mental klien.

-Meningkatkan pengetahuan klien

tentang masalah yang dialaminya.

-Meningkatkan partisipasi dan

kemandirian klien untuk mengikuti

program terapi.

-Penderita kanker yang mengikuti

program terapi yang tepat dengan

status gizi yang adekuat

meningkatkan kualitas hidupnya.

 

6.  Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf kanker.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL1.    Tanyakan pasien tentang nyeri. -Membantu dalam evaluasi gejala

Page 15: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan CA

Tentukan karakteristik nyeri. Buat

rentang intensitas pada skala 0 –

10.

2.    Kaji pernyataan verbal dan non-

verbal nyeri pasien

3.    Catat kemungkinan penyebab

nyeri patofisiologi dan psikologi.

4.    Dorong menyatakan perasaan

tentang nyeri.

5.    Berikan tindakan kenyamanan.

Dorong dan ajarkan penggunaan

teknik relaksasi

nyeri karena kanker. Penggunaan 

skala rentang membantu pasien

dalam mengkaji tingkat nyeri dan

memberikan alat untuk evaluasi

keefektifan analgesik, meningkatkan

control nyeri

-Ketidaksesuaian antar petunjuk

verbal/ non verbal dapat memberikan

petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/

keefektifan intervensi.

-Insisi posterolateral lebih tidak

nyaman untuk pasien dari pada insisi

anterolateral. Selain itu takut,

distress, ansietas dan kehilangan

sesuai diagnosa kanker dapat

mengganggu kemampuan

mengatasinya

-Takut/ masalah dapat meningkatkan

tegangan otot dan menurunkan

ambang persepsi nyeri.

-Meningkatkan relaksasi dan

pengalihan perhatian.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,

Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,

Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.