26
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI A. Konsep Dasar Halusinasi Halusinasi adlah salah satu gejala ganguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008). Halusinasi adalah persepsi yang dijumpai tanpa adanya rangsangan dari luar. Walaupun tampak sebagai suatu yang”khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang”teresapi”(Yosep, 2010) B. Jenis – jenis Halusinasi 1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik) Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan kepercakapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASIA. Konsep Dasar HalusinasiHalusinasi adlah salah satu gejala ganguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008).Halusinasi adalah persepsi yang dijumpai tanpa adanya rangsangan dari luar. Walaupun tampak sebagai suatu yangkhayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yangteresapi(Yosep, 2010)

B. Jenis jenis Halusinasi1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan kepercakapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang membahayakan.2. Halusinasi Penglihatan (Optik,visual)Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometri, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenagkan atau menangkutkan seperti melihat monster, tanpa ada stimulus yang nyata.3. Halusinasi PenghiduMerupakan persepsi bau yang palsu. Umumnya halusinasi bau berupa bau busuk dan harum (bunga), tanpa ada stimulus yang nyata.

4. Halusinasi PengecapanKlien merasakan sesuatu seperti merasakan rasa manis,asam dan sebagainya yang tidak nyata.5. Halusinasi Perabaan (Taktil)Klien merasakan sesuatu pada kulitnya seperti ada yang mengelus elus tanpa ada stimulus yang nyata.6. Halusinasi KinistetikPenderita merasakn badanya bergerak gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya bergerak gerak.7. Halusinasi ViseralTimbulnya perasaan tertentu didalam tubuhnyaa. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom lobus parietalis. Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.b. DerealisasiAdalah suatu perasaan aneh tentang lingkunganya yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya seperti dalam impian.

C. Etiologia. Faktor PredisposisiMenurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah:1. Faktor PerkembanganTugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

2. Faktor SosiokulturalSeseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.3. Faktor BiokimiaMempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. 4. Faktor PsikologisTipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.5. Faktor Genetik dan Pola AsuhPenelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi1. PerilakuRespons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.Menurut Rawlins dan Heacock (dalam Yosep, 2009) mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :a. Dimensi FisikHalusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.b. Dimensi EmosionalPerasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.c. Dimensi intelektualDalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.d. Dimensi socialKlien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan conforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu.e. Dimensi spiritualSecara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk

D. Tanda Dan GejalaMenurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:1. Bicara sendiri.2. Senyum sendiri.3. Ketawa sendiri.4. Menggerakkan bibir tanpa suara.5. Pergerakan mata yang cepat6. Respon verbal yang lambat.7. Menarik diri dari orang lain.8. Berusaha untuk menghindari orang lain.9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.13. Sulit berhubungan dengan orang lain.14. Ekspresi muka tegang.15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.17. Tampak tremor dan berkeringat.18. Perilaku panik.19. Agitasi dan kataton.20. Curiga dan bermusuhan.21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.22. Ketakutan.23. Tidak dapat mengurus diri.24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang

E. Fase fase HalusinasiHalusinasi yang dialami oleh klien, bisa berbeda intensitasnya dan keparahannya. Stuart dan Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietasnya yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasinya, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase 1 : Comforting : Ansietas Sedang : halusinasi menyenangkan.Karakteristik : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasah bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani.Perilaku klien : a. Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai.b. Menggerakkan bibir tanpa suara.c. Pergerakan mata yang cepat.d. Respon verbal yang lambat jika sedang asyik.e. Diam dan asyik sendiri. Fase II : Condemning : Ansietas Berat : Halusinasi menjadi menjijikkan.Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.Perilaku Klien :a. Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah.b. Rentang perhatian menyempit.c. Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita. Fase III : Controlling : Ansietas berat : Pengalaman sensori menjadi berkuasaKarakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.Perilaku Klien :a. Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti.b. Kesukaran berhubungan dengan orang lain.c. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit.d. Adanya tanda-tanda fisik ansietas berat : berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah.

Fase IV : Conquering : Panik : Umumnya menjadi melebur dalam halusinasi.Karakteristik : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik.Perilaku Klien :a. Perilaku teror akibat panik.b. Potensi kuat suicide (bunuh diri) atau homicide (membunuh orang lain)c. Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, atau katatonia.d. Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks.e. Tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

F. Pohon Masalah Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan( Diri sendiri,oranglain,lingkungan,dan verbal) Core Problem Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

CauseIsolasi sosial : menarik diriHarga Diri Rendah

G. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi.3. Isolasi sosial : menarik diri4. Harga diri rendahH. Data Yang Perlu DikajiMasalah KeperawatanData Yang Perlu Dikaji

Perubahan persepsi sensori : HalusinasiSubjektif : Klien mengatakan mendengar sesuatu Klien mengatakan melihat bayangan putih Klien ngengatakan dirinya seperti disengat listrik Kluen mencium bau bauan yang tidak sedap, seperti feses Klien mengatakan kepalanya melang di udara Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinyaObjektif : Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji Bersikap seperti mendengarkan sesuatu Berhenti bicara ditengah tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu Disorientasi Konsentrasi rendah Pikiran cepat berubah ubah Kekacauan alur pikiran

I. Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanNoDiagnosa keperawatanTujuanKriteria evaluasiintervensi

Gangguan Sensori Persepsi HalusinasiPasien mampu :-- Mengenali halusinasi yang dialaminya- Mengontrol halusinasinya- Mengikuti program pengobatan

Setelah 2x pertemuan, pasien dapat menyebutkan :- Isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan-Mampu memperagakan cara dalam mengontrol halusinasi

SP I -Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)- Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik Tahapan tindakannya meliputi : * Jelaskan cara Menghardik Halusinasi *Peragakan cara Menghardik * Minta pasien Memperagakan Ulang *Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien *Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah 2x pertemuan, pasien mampu :-- Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.-- Memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

SP 2-- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)- Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul-- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah 2x pertemuan pasien mampu :-- Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan- Membuat jadwal kegiatan sehari-hari dan mampu memperagakannya.

SP 3-- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)- Latih kegiatan agar halusinasi tidak munculTahapannya :- Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi- Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien- Latih pasien melakukan aktivitas - Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)-- Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku pasien yang (+)

Setelah 2x pertemuan, pasien mampu :-- Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan-- Menyebutkan manfaat dari program pengobatan

SP 4-- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)-- Tanyakan program pengobatan-- Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa-- Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program-- Jelaskan akibat bila putus obat-- Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat-- Jelaskan pengobatan (5B)-- Latih pasien minum obat-- Masukkan dalam jadwal harian pasien

Keluarga mampu : Merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien

Setelah 1x pertemuan keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi

SP 1 -- Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien-- Jelaskan tentang halusinasi : - Pengertian halusinasi- Jenis halusinasi yang dialami pasien- Tanda dan gejala halusinasi- Cara merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat & pemberian aktivitas kepada pasien)-- Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau-- Bermain peran cara merawat-- Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah 1x pertemuan keluarga mampu :-- Menyelesaikan kegiatan yang sudah dilakukan-- Memperagakan cara merawat pasien

SP 2-- Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)-- Latih keluarga merawat pasien- RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah .x pertemuan keluarga mampu :-- Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan-- Memperagakan cara merawat pasien serta mampu membuat RTL

SP 3- Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)-- Latih keluarga merawat pasien- RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah .x pertemuan keluarga mampu : -- Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan-- Melaksanakan Follow Up rujukan

SP 4-- Evaluasi kemampuan keluarga-- Evaluasi kemampuan pasien- RTL Keluarga : - Follow Up - Rujukan

STRATEGI PELAKSANAAN IHALUSINASI

Pertemuan : ke 1Hari / Tanggal : 21 Januari 2014Waktu : A.Proses Keperawatan 1.Kondisi Klien DS : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya. DO :Klien tampak pasif,terlihat suka menyendiri,berbicara sendiri.2. Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori : halusinasi

3. Tujuan- Klien tampak mengenal halusinasi- Klien dapat menghardik halusinasi4. Tindakan Keperawatan Mengidentifikasi jenis halusinasi Mengidentifikasi isi halusinasi pasien Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi Mengajarkan pasien menghardik halusinasi Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

B.Srategi Komunikasi dan Pelaksanaan Halusinasi1. Orientasia. Salam TerapeutikAssalamualaikum Pak, Saya perawat yang akan merawat bapak.Perkenalkan nama saya .., biasa di panggil ., saya mahasiswi dariKeperawatan UNTAN Pontianak. Betul ini pak.? Kalau boleh tahu nama lengkapnya siapa? Senang dipanggil apa?b. Evaluasi ValidasiBagaimana perasaan pak hari ini? Ada keluhan yang bapak rasakan hari ini?c. KontrakTopik: Baiklah, saya dengar bapak sering mendengar suara-suara yang tak tampak wujudnya, benar begitu? bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara tersebut.Waktu : Berapa lama?? Bagaimana kalau 20 menit. Baiklah pak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang mengenai jenis halusinasi,respon terhadap halusinasi, dan kita akan belajar menghardik halusinasi, dan kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari pasien.Tempat : Dimana kita bisa bercakap-cakap?? Disini,di depan??2. Fase KerjaApakah pakmendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara tersebut? Apakah terus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering pakdengar? Berapa kali sehari? Biasanya pada keadaan apa suara itu muncul? Pak, saya punya beberapa cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan aktivitas yang sudah terjadwal, Keempat dengan minum obat yang teratur.Iya.. Bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan menghardik. Mau tidak mas?? Caranya begini : saat suara itu muncul, langsung pak bilang ,Saya tidak mau dengar. Pergi..!! Kamu suara palsu. Begitu di ulang-ulang terus sampai suara itu tidak terdengar lagi. Mengerti pak? Coba pakperagakan. Nah begitu, bagus. Coba lagi. Ya bagus, paksudah bisa.3. Fase Terminasia. Evaluasi subyektifBagaimana perasaan paksetelah latihan tadi??b. Evaluasi obyektifKalau suara itu muncul lagi, coba latihan yang tadi di terapkan. Coba bapak jelaskan jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu berhalusinasi, frekuensi, situasi yang menimbulkan halusinasi, respon dan cara menghardik halusinasi, Apakah Mas masih ingat??

4. Rencana Tindak LanjutJika hal tersebut (mendengar,melihat,mencium,merasa,mengecap) itu muncul?? tolong bapak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam jadwal harian bapak.5. KontrakTopik : Baikalah pak nanti kita akan bercakap-cakap lagi, kita akan diskusikan dan latihan mengendalikan dengan bercakap-cakap dengan orang lain.Waktu : Mau jam berapa pak? Ya baiklah jam 10.00 saja.Tempat: Tempatnya disini saja lagi ya pak. Sampai ketemu nanti pak. Assalamualaikum.

Stuart dan Laraia 2001. Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St. Louis Mosby Year Book.Yosep, I. 2012. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama : Jakarta.Damaiyanti dan Iskandar .2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Jakarta.