Upload
dera-fakhrunnisa-rukmana
View
180
Download
3
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PBL 5
BLOK NEUROLOGY AND SPECIFIC SENSE SYSTEMS
“Pusing Tujuh Keliling...”
Tutor : dr. Agung Saprasetya D.L, MSc. PH
Disusun Oleh:
Kelompok 1
G1A009016 Bunga
G1A009020 Dera Fakhrunnisa
G1A009033 Bagus Sanjaya H.
G1A009037 Ayu Astrini P. S.
G1A009059 Karina Adzani Herma
G1A009073 Rahmi Laksita Rukmi
G1A009078 Amrina Ayu Floridiana
G1A009084 Titiyan Herbiyanto Nugroho
G1A009094 Suryo Adi Kusumo B.
K1A006112 Widhitiya S. P.
G1A008115 Andhita Chairunnisa
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
RPS
Tn.S berusia 30 tahun datang ke IGD RSMS diantar adiknya dengan keluhan kepala terasa
pusing berputar. Keluhan dirasakan mendadak sebelum masuk rumah sakit. Pusing
dirasakan terutama pada saat perubahan posisi. Awalnya pasien sedang tiduran di tempat
tidur kemudian pada saat pasien mencoba untuk duduk pasien merasakan sensasi pusing
berputar selama ± 15 menit setelah diam beberapa lama pusing mulai berkurang hingga
menghilang. Tn. S juga mengeluh adanya mual dan muntah serta keringat dingin pada
saat terjadi pusing. 4 hari sebelum sakit pusing berputar, Tn. S mengalami demam, batuk
dan pilek tetapi kemudian merasa sembuh setelah minum parasetamol dan istirahat.
Keluhan pendengaran berkurang, telinga terasa penuh, disangkal oleh Tn. S. Pasien juga
menyangkal pernah terbentur pada daerah kepala, kejang dan juga menyangkal adanya
pandangan ganda. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
Informasi 1 :
1. RPD
a. Riwayat penyakit yang sama pernah diderita
b. Riwayat penyakit jantung disangkal
c. Riwayat penyakit DM disangkal
d. Riwayat penyakit hipertensi disangkal
2. RPK
a. Riwayat penyakit yang sama disangkal
b. Riwayat penyakit jantung disangkal
c. Riwayat penyakit DM disangkal
d. Riwayat hipertensi disangkal
Informasi 2 :
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
Interpretasi : Normal
3. Kuantitatif : GCS E4 M6 V5
Interpretasi : Normal
4. Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit, reguler
RR : 20x/menit
Suhu : 36,3°C
Interpretasi : Hipotensi, nadi normal, RR normal, suhu normal
5. Kepala : Mesosefal, tanda trauma (-)
Interpretasi : Dalam batas normal
6. Mata :
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+, pupil isokor diameter 2
mm/2mm
Interpretasi : Dalam batas normal
7. Leher : Dalam batas normal.
8. Jantung : Dalam batas normal
9. Paru : Dalam batas normal
10. Abdomen : Dalam batas normal
Informasi 3
Pemeriksaan Neurologis
1. Tanda rangsang meningeal (-)
2. Nervus cranialis : Nervus VIII
3. Fungsi vestibuler :
a. Nylen Barany test : Positif
Interpretasi : Terdapat gangguan sistem keseimbangan
b. Romberg test : Positif
Interpretasi : Terdapat gangguan sistem keseimbangan
c. Tandem Gait : Baik
d. Past Pointing test : Baik
4. Pemeriksaan sensibilitas: Dalam batas normal
5. Refleks fisiologis : + normal
6. Refleks patologis : -
Interpretasi : Menunjukkan kelainan perifer/vestibular
Informasi 4
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Tabel 1. Interpretasi Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Interpretasi
Hb 14 gr/dl Normal
Leukosit 10.000/mm3 Normal
Trombosit 200.000/mm3 Normal
Hematokrit 42 vol % Normal
GDS 157 mg/dl Normal
Kolesterol total 190 mg/dl Normal
HDL 40 mg/dl ↓
LDL 175 mg/dl ↑
Trigliserida 152 mg/dl Normal
Ureum 23 mg/dl Normal
Kreatinin 0,7 mg/dl Normal
Kalium 4 meq/dl Normal
Natrium 140 meq/dl Normal
Klorida 101 meq/dl Normal
Informasi 5
Pemeriksaan Penunjang Lain
Head CT Scan : Dalam batas normal
Rontgen thorax : Dalam batas normal
EKG : Dalam batas normal
Diagnosis
Benign paroxysmal positional vertigo
Diagnosis banding
Sindrom meniere
Neuritis Vestibular
Lesi CNS
Informasi 6
Tata Laksana
1. Farmakologi
a. IVFD Ringer laktat 20 tpm
b. Ondansentron 2 x 1 ampul
c. Flunarizin 5 mg 2 x 1 tablet
d. Betahistine 3 x 8 mg
2. Non Farmakologi
a. Terapi Semont’s manuver
b. Eppley Manuver
Prognosis
Dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
A. KLARIFIKASI ISTILAH
Tidak ada istilah yang diklarifikasi dalam skenario PBL kasus 1 info 1.
B. BATASAN MASALAH
Identitas
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 30 tahun
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Kepala terasa pusing berputar
Onset : Mendadak sebelum masuk rumah sakit
Kuantitas : -
Kualitas : Pusing seperti berputar
Faktor memperberat : Perubahan posisi
Faktor memperingan : -
Gejala penyerta : mual, muntah dan keringat dingin
Kronologi : Saat pasien mencoba untuk duduk pasien merasakan sensasi
pusing berputar selama ± 15 menit setelah diam beberapa
lama pusing mulai berkurang hingga menghilang.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. 4 hari sebelum sakit pusing berputar mengalami demam, batuk dan pilek tetapi
kemudian merasa sembuh setelah minum parasetamol dan istirahat.
2. Pendengaran berkurang dan telinga terasa penuh disangkal pasien.
3. Trauma daerah kepala disangkal pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.
C. ANALISIS MASALAH
1. Anatomi Sistem Keseimbangan
2. Fisiologi Sistem Keseimbangan
3. Regulasi Keseimbangan
4. Pemeriksaan Keseimbangan
5. Kelainan Sistem Keseimbangan
6. Hipotesis Sementara
D. PENJELASAN MENGENAI PERMASALAHAN
1. ANATOMI SISTEM KESEIMBANGAN
2. FISIOLOGI SISTEM KESEIMBANGAN
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin
membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin
tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang
endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih
tinggi daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran
yang terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri
dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior
(superior) dan kss posterior (inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan
sakulus (Bashiruddin, 2008).
Gambar 1. Anatomi Labirin
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vesti¬buler di labirin, organ visual dan
proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di
SSP, sehingga menggam¬barkan keadaan posisi tubuh pada saat itu (Bashiruddin,
2008).
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang ber¬hubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan
se-luruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula (Bashiruddin,
2008).
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan
silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan
masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolari-sasi dan akan
merangsang pelepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan
impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas
silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi (Bashiruddin, 2008).
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat per-cepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung
(Bashiruddin, 2008).
Informasi gerakan tubuh yang berlangsung berjalan menuju sistem saraf pusat
dan bersinap pada neuron inti vestibularis di batang otak. Selanjutnya neuron
vestibularis menuju kebagian lain dari otak, sebagian langsung menuju motoneuron
yang mensarafi otot-otot ekstraokular dan motoneuron spinalis yang lain menuju
formatia retikularis batang otak, serebelum dan lainnya (Ballenger, 1997).
Serebelum melekat ke belakang bagian atas batang otak, terletak di bawah
lobus oksipitalis korteks. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang scara fungsional
Impuls dari sacullus dan utriculus berupa informasi posisi kepala
Pons
Nukleus vestibularis
Cerebellum Thalamus Nuklei N. III,N. IV N.VI
Orientasi kesadaran dalam ruang
Koordinasi gerakan kepala dan mata
berbeda. Bagian bagian ini memiliki rangkaian masukan dan keluaran dan, dengan
demikian memiliki fungsi yang berbeda beda (Snell, 2006) :
1. Vestibuloserebellum penting untuk untunk mempertahankankeseimbangan dan
mengontrol gerak mata.
2. Spinoserebelum mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang terampil dan
terkoordinasi.
3. Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktifitas volunter
dengan memberikan masukan ke daerah daerah motorik korteks. Bagian ini juga
merupakan daerah serebelum yang terlibat dalam ingatan prosedural.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang
timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi
atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin (Bashiruddin, 2008).
Gambar 2. Fisiologi Keseimbangan
3. REGULASI KESEIMBANGAN
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur
oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem
regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh
mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan
faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang
dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain
bergerak (Ballenger, 1997).
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah:
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur,
mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan
keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau
dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang
lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk
mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai
jarak pandang (Bashiruddin et al, 2008).
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi
terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja
otot yang sinergis untuk memepertahankan keseimbangan tubuh (Bashiruddin et
al, 2008).
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris
vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi
kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini
disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan
posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular,
mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi
ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri (Bashiruddin et
al, 2008).
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular
menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang
menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural (Bashiruddin et al, 2008).
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-
kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis
medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum,
tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan
thalamus (Bashiruddin et al, 2008).
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat
indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan
ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain ,
serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang
(Bashiruddin et al, 2008).
4. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Pemeriksaan keseimbangan banyak sekali jenisnya, berikut adalah beberapa
pemeriksaan keseimbangan yang sering dilakukan :
a. Tes Romberg
Pada pemeriksaan ini penderita diminta dengan kedua tumit saling merapat.
Pertama kali dengan mata terbuka kemudian penderita diminta menutup matanya,
pemeriksa menjaga jangan sampai penderita jatuh tanpa menyentuh
penderita.Hasil positif didapatkan apabila penderita jatuh pada satu sisi ( Duss,
1996).
Gambar 3. Romberg Test
b. Tandem Gait
Tes tandem gait merupakan tes untuk menilai keseimbangan pasien. Cara
melakukan tes ini adalah pasien diminta untuk berjalan lurus dengan tumit kaki
kiri/ kanan ditegakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri secara bergantian pada
mata terbuka dan mata tertutup. Hasil positif apabila Pada kelainan vestibular
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebelar penderita akan
cenderung jatuh (Lumbantobing, 2008).
Gambar 4. Tandem Gait Test
c. Manuver Nylen-Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan
gangguan sistem vestibular dapat dilakukan manuver Nylen-Barany. Pada tes ini
pasien disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia rebahkan sampai
kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut sekitar 30 derajat di bawah horison.
Selanjutnya kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala
melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita
disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat sekitarnya muncul
nistagmus. Perhatikan kapan nistagmus mulai muncul, berapa lama berlangsung
serta jenis nistagmus. Kemudian kepada penderita ditanyakan apa yang
dirasakannya. Apakah ada vertigo yang dialaminya pada tes ini serupa dengan
vertigo yang pernah dialaminya (Lumbantobing, 2012).
Gambar 5. Manuver Nylen Barany
d. Past Pointing
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk
pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengganya tingg-
tinggi (sampai vertikal) dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan
vestibular, didapatkan salah tunjuk (deviasi), demikian juga dengan gangguan
selebelar. Tes ini dilakukan dengan lengan kanan dan kiri, dapat pula dilakukan
dengan menurunkan lengan bawah sampai vertikal dan kemudian kembali ke
posisi semula (Lumantobing, 2012).
Gambar 6. Past Pointing Test
e. Unterberger Test
Penderita berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke
arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah
lesi (Wreksoatmojo, 2004).
Gambar 7. Unterberger Test
f. Babinsky-Weil Test
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan
lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler
unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang (Wreksoatmojo,
2004).
Gambar 8. Babinsky-Weil Test
5. DIAGNOSIS KELAINAN SISTEM KESEIMBANGAN
Kelainan keseimbangan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kelainan
keseimbangan sentral dan kelainan keseimbangan perifer. Untuk membedakan
diagnosis kelainan keseimbangan tersebut bisa dilihat dari manifestasi klinis yang
timbul yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Penegakan Diagnosis Kelainan Keseimbangan Sentral dan Perifer
Gambaran Sentral Perifer
Awitan Bervariasi Mendadak
Sifat-sifat / gambaran Tidak stabil Berputar / membalik
Lamanya Konstan, bervariasi Episodik, terkait gerakan <
2-3 hari
Dapat melelahkan Jarang Ya
Efek visual Menutup mata tidak
mengubah gejala
Menutup mata memperburuk
gejala
Gejala visual Penglihatan ganda, bintik buta Penglihatan kabur
Nistagmus Horizontal/rotatorik/vertikal Horizontal/rotatorik
Nyeri kepala Ada Tidak ada ( hanya rasa penuh
dalam telinga)
Tinnitus Jarang Sering
Efek sistemik Tak ada Mual, muntah
Hasil ENG Sakade abnormal, kesulitan
mengikuti sasaran
Uji kalori unilateral menurun
Tes Kalori Normal Non reaktiv
Test Romberg Jatuh ke sisi lesi, menuju
komponen cepat nistagmus
Jatuh ke sisi lesi, menjauhi
komponen cepat nistagmus
Test Nylen Barany
Latensi
Arah nistagmus
Pengulangan
Tidak ada
Independen
Konsisten
3-45 detik
Tetap
Tidak konsisten
6. HIPOTESIS SEMENTARA
Tabel 2. Hipotesis Sementara pada Kasus Vertigo
Penyakit Onset Durasi Perjalanan Pendengaran Tinitus Gejala Lain
BPPV Mendadaksaat berpindah
Singkat,beberapadetik,
Bertahanselamabeberapa
Tidak terpengaruh
Tidak ada
Nausea, vomitus
posisi hinggabeberapamenit
minggu;dapattimbulkembali
Labirintus akut
Mendadak Beberapajam hinggabeberapahari,sampai 2minggu
Dapattimbulkembalisetelah 12-18 bulan
Tidak terpengaruh
Tidak ada
Nausea,vomitus
Sindrom Meniere
Mendadak Beberapajam hinggabeberapahari
Kambuhan Tuli sensorineural
Ada, berflutuasi
Nausea,vomitus,penuh dalamrasa tertekanatau telingayang sakit
Tumor Insidius Bervariasi Terganggu; pada salah satu sisi
Terganggu pada salah satu sisi
Ada Gejala karenapenekananNervusKranialis V,VI, VII
Dari informasi yang diberikan dihubungkan dengan tabel tersebut dapat dilihat
kemungkinan diagnosis kerja yaitu Benign Paroxysmal Positional Vertigo.
E. PERUMUSAN SASARAN BELAJAR
1. Definisi Benign Paroxysmal Positional Vertigo
2. Epidemiologi Benign Paroxysmal Positional Vertigo
3. Gejala dan tanda Benign Paroxysmal Positional Vertigo
4. Faktor risiko Benign Paroxysmal Positional Vertigo
5. Hasil Pemeriksaan penunjang Benign Paroxysmal Positional Vertigo
6. Patogenesis Benign Paroxysmal Positional Vertigo
7. Patofisiologi Benign Paroxysmal Positional Vertigo
8. Penatalaksanaan Benign Paroxysmal Positional Vertigo
9. Prognosis dan komplikasi Benign Paroxysmal Positional Vertigo
F. BELAJAR MANDIRI
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ballenger, John Jacob. 1997. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jilid
2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Bashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Arsyad E,
Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008.
Duss p: 1996. Diagnosis Topik Neurologi, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC ;Jakarta
Lumbantobing, S.M. 2012. Neurologi Klinik : Pemeriksaan Fisik dan Mental. Badan Penerbit
FKUI: Jakarta
Snell, Richard S. 2006. Neuroanatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Wreksoatmodjo, Budi Riyanto. 2004. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran.
No. 144, 2004; Hal. 41 – 46.