Upload
dasep-padilah
View
500
Download
312
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 1
BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME
“DEG-DEGAN….”
Tutor :
dr. Catharina Widiartini,M.Med.Ed
Kelompok 4
1. Lucky Mariam G1A009005
2. Muarif G1A009013
3. Rostikawaty Azizah G1A009022
4. Windy Nofiatri R. G1A009035
5. Wily Gustafianto G1A009058
6. Karina Adzani Herma G1A009059
7. Rahma Dewi A. G1A009081
8. Maulana Rizqi Yuniar G1A009089
9. Fawzia Merdhiana G1A009098
10. Nurul Arsy M G1A009120
11. Gesa Gestana A G1A009124
12. Angga Mintarsa G1A006077
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada pelaksanaan problem based learning yang pertama di blok endokrin dan
metabolisme ini, kami akan membahas tentang hipertiroidisme. Hipertiroidisme
adalah salah satu kelainan pada tiroid. Yaitu aktivitas berlebih dari hormon tiroid yang
beredar dalam sirkulasi. Banyak yang sulit membedakan antara
hipertiroidisme,tiroksikositoksis dan grave’s disease. Hipertiroidisme banyak terjadi
sebagian besar pada wanita dan rentang usia muda. Penyakit ini menyerang di bagian
kelenjar tiroid. Sedangkan fungsi dari kelenjar tiroid adalah menghasilkan hormon T3
dan T4 serta calcitonin.
Hipertiroidisme adalah penyakit yang banyak ditemui di negara kita. Beberapa
tanda dan gejala dari tiroidisme adalah eksoftalmus,palpitasi,kulit hangat dan lembab
lalu sering buang air besar dan mudah lapar. Kelainan hipertiroidisme kebanyakan
disebabkan oleh grave’s disease. Untuk menegakan diagnosis hipertiroidisme dan
sekaligus menhilangkan diagnosis banding perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
Ciri khas dari garve’s disease adalah meningkatnya kadar TSI atau TSH antibodi yaitu
suatu antigen yang menyerupai TSh dan membuat rangsangan terus menerus ke
galndula thyroidea sehingga T3 dan T4 meningkat. Dan pada problem based learning
kali ini kita akan membahas hipertiroidisme dari gejala awal sampai penatalaksanaan.
B. KASUS
INFORMASI 1
Seorang wanita berusia 45 tahun datang sendiri ke Puskesmas tempat anda
bertugas dengan keluhan utama dada berdebar-debar. Keluhan dirasakan sejak 1
bulan yang lalu, semakin lama semakin berat sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Pasien juga mengeluh tangannya sering gemetar, badan mudah lelah, sering
merasa kepanasan, gelisah, sulit berkonsentrasi dan sensitif (mudah marah).
Pasien menjadi mudah lapar hingga dapat makan 4-5x/hari, namun berat badan
tidak meningkat bahkan cenderung menurun. Frekuensi buang air besar pasien
meningkat (2-3x/hari) tanpa disertai perubahan jumlah maupun konsistensi
fesesnya. Pasien tidak merasakan adanya perubahan pada fungsi berkemih.
Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Sebelumnya pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit yang signifikan (penyakit berat yang perlu perawatan rumah
sakit seperti penyakit jantung), tidak sedang dalam pengobatan dan tidak ada
riwayat alergi. Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di daerah perkotaan dengan
seorang suami dan 2 orang anak. Pasien tidak merokok maupun minum alkohol.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan hasil :
KU : cemas, tidak tenang
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 51 kg
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Denyut nadi : 100-120x/menit bervariasi
Frekuensi napas : 20/menit
Temp. axiller : 37,4’C
Kulit hangat dan lembab
Kepala : tidak anemis
diplopia pada saat melirik ke kanan atas
eksoftalmus
Leher : teraba massa difus di leher depan tanpa benjolan diskret dan
dapat digerakkan
Thorax : disritmia cordis
Pulmo dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : tremor halus (+)
INFORMASI 2
Dari pemeriksaan penunjang diperoleh hasil :
Hb : 12 g/dl (N : 12-16 g/dl)
Leukosit : 7500 /µl (N : 4000-10.000 /µl)
Trombosit : 330.000 /µl (N : 150.000-450.000 /µl)
TSH : 0,04 mU/L
T3 : 10,5 µg/dl
T4 : 40,6 µg/dl
Antibody reseptor TSH : (+)
Urinalisis
Protein (-)
Glukosa (-)
βHCG (-)
PENUTUP
Pasien didiagnosis menderita Graves’ disease, kemudian diterapi dengan PTU
(propylthiural). Terjadi perbaikan klinis yang ditandai dengan berat badan naik,
rasa lemah hilang dan ukuran goiter berkurang. Fungsi tiroid dimonitor secara
rutin dan dosis PTU disesuaikan dengan keadaan euthyroid. Setelah 2 tahun
terapi, pasien stop mengkonsumsi PTU.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEJELASAN ISTILAH DAN KONSEP
NO. ISTILAH ARTI SITASI
1. Diplopia Persepsi adanya 2 bayangan dari 1
objek.
Dorland, 2002
2. Eksoftalmus Protrusio mata yang abnormal.
Protrusio : perluasan melebihi batas
yang biasanya, atau di atas
permukaan sebuah bidang.
Dorland, 2002
3. Tremor Gerakan involunter bolak-balik pada
anggota tubuh. Biasanya tidak
terlihat secara kasat mata.
Dapat diperiksa dengan pemeriksaan
tremor halus menggunakan kertas.
Uji dengan cara tangan
ditengadahkan menghadap ke atas.
Lalu diletakan selembar kertas
diatasnya. Bila kertas tersebut ikut
bergetar, berarti orang yang
bersangkutan mengalami tremor
Dorland, 2002
4. Disritmia cordis Gangguan irama jantung atau aritmia
merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium.
Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau.
Pierce, 2007
5. Difuse Tidak berbatas tegas / setempat;
menyebar luas / melalui jaringan /
substansi.
Lawan katanya sirkum scripta.
Dorland, 2002
6. Diskret Dibuat dari bagian yang terpisah /
ditandai dengan lesi yang tidak
berkelompok.
Dorland, 2002
B. MENETAPKAN DEFINISI DAN BATASAN PERMASALAHAN YANG
TEPAT
Identitas pasien
1. Usia : 45 tahun
2. Jenis kelamin : wanita
3. Status : menikah dengan 2 anak
Keluhan Utama : dada berdebar-debar
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Onset : 1 bulan, sub akut / kronis
Frekuensi : selalu berdebar, terus-menerus
2. Lokasi : thorax
3. Kualitas : -
4. Kuantitas / keparahan : debaran semakin lama semakin berat
5. Kronologis :
6. Faktor memperburuk : -
Faktor memperingan : -
7. Manifestasi : tangan sering gemetar, badan mudah lelah, merasa
kepanasan, gelisah, sulit berkonsentrasi, sensitif
(mudah marah), mudah lapar, berat badan turun,
frekuensi buang air besar meningkat
Riwayat Penyakit Dahulu : -
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Sosial dan Pribadi : -
Pemeriksaan fisik
KU : cemas, tidak tenang
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 51 kg
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Denyut nadi : 100-120x/menit bervariasi
Frekuensi napas : 20/menit
Temp. axiller : 37,4’C
Kulit hangat dan lembab
Kepala : tidak anemis
diplopia pada saat melirik ke kanan atas
eksoftalmus
Leher : teraba massa difus di leher depan tanpa benjolan diskret dan
dapat digerakkan
Thorax : disritmia cordis
Pulmo dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : tremor halus (+)
C. MENGANALISA PERMASALAHAN
1. Mengidentifikasi masalah yang didapatkan dari informasi 1.
2. Hipotesa penegakan diagnosis dengan pembandingnya
a. Hiperthyroidsm
1) Graves disease
2) Goiter nodular toxic
b. Thyrotoxicosis
c. Penyakit Jantung
3. Menentukan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dan
interpretasinya.
D. MENYUSUN BERBAGAI PENJELASAN MENGENAI PERMASALAHAN
1. Mengidentifikasi masalah yang didapatkan dari informasi 1.
Mekanisme keluhan :
a. keluhan utama dada berdebar-debar
peningkatan curah jantung yang disebabkan oleh efek kombinasi dari
hormone tiroid dan katekolamin pada jantung; peningkatan kontraksi
jantung karena hormone tiroid berikatan dengan myosin (otot jantung) dan
mengaktifkan kontraksi.
b. mengeluh tangannya sering gemetar dan gelisah
dikenal juga sebagai tremor, tremor pada hipertiroid biasanya adalah
tremor halus. Tremor ini disebabkan karena fungsi normal dari tiroid
adalah meningkatkan proses mental dengan mempengaruhi persarafan,
namun pada pasien hipertiroid, proses ini mental mengalami peningkatan
sehingga timbul kegelisahan (ansietas). Tremor juga merupakan efek dari
persarafan yang dipengaruhi oleh hormon tiroid, yaitu terjadinya reflex
regang yang sangat cepat (durasi reflex regang otot meningkat).
c. sulit berkonsentrasi dan sensitif (mudah marah)
akibat peningkatan proses mental (efek hormone tiroid pada persarafan)
d. badan mudah lelah
pengaruh hormone tiroid pada otot, terutama pada myosin otot yang
menyebabkan kontraksi; pemecahan lemak dan protein tubuh berlebihan
sehingga timbul kelelahan
e. sering merasa kepanasan
akibat hipermetabolisme jaringan tubuh
f. mudah lapar hingga dapat makan 5-6x/hari, namun berat badan tidak
meningkat bahkan cenderung menurun
kondisi ini bisa dikatakan hiperfagia (makan berlebih). Perasaan mudah
lapar timbul karena efek hipertiroid pada penghancuran lemak dan protein
tubuh secara berlebihan sehingga timbul mekanisme pemenuhan
kebutuhan akan lemak dan protein tadi, namun dalam kondisi ini berat
badan tidak meningkat bahkan cenderung menurun karena masukan
makanan (meskipun berlabihan) akan dihancurkan pula dengan cepat
(hipermetabolisme).
g. Frekuensi buang air besar pasien meningkat (2-3x/hari) tanpa disertai
perubahan jumlah maupun konsistensi fesesnya. Pasien tidak
merasakan adanya perubahan pada fungsi berkemih
hiperdefekasi
Interpretasi hasil pemeriksaan fisik :
a. KU : cemas, tidak tenang
Merupakan gejala hipertiroidisme, sebagai efek dari peningakatan proses
mental (pengaruh hormone tiroid pada persarafan)
b. Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 51 kg
RBW = (51/16,2)x(100%)=31,48
Interpretasi = kurus (<90%)
Pada pasien hipertirodisme, BMR berkisar antara +10 sampai +100
(ganong, 2003)
Sedangkan menurut Berat Masa Index tubuh,
IMT = BB (kg) : TB2 (m2) = 51 : (1,62)2 = 19,433 = Normal
c. Tekanan darah : 130/80 mmHg
Prehipertensi, mengalami peningkatan sistolik (curah jantung meningkat),
sebagai kombinasi hormone tiroid dengan katekolamin, serta peningkatan
kontraksi jantung karena ikatan hormone tiroid dengan myosin jantung.
d. Denyut nadi : 100-120x/menit bervariasi,
sebagai akibat peningkatan kontraksi dan curah jantung.
e. Frekuensi napas: 20/menit, normal
f. Temp. axiller : 37,4’C,
pada hipertirodisme biasanya mengalami peningkatan ringan suhu tubuh
karena adanya hipermetabolisme di berbagai jaringan tubuh (ganong,
2003)
g. Kulit hangat (hipermetabolisme tubuh) dan lembab (mekanisme
kompensasi peningkatan suhu tubuh sehingga terjadi vasodilatasi dan
terjadi pengeluaran keringat)
h. Kepala :
1) tidak anemis
2) diplopia pada saat melirik ke kanan atas
Diplopia terjadi karena keterlibatan saraf yang mempesarafi otot-otot
ekstraokuler. Pada jenis ini diplopia terjadi selama memandang ke
daerah kerja otot, yaitu palsi rektus lateralis kanan, menyebabkan
diplopia pandangan pada horizontal kanan (james, 2006)
3) eksoftalmus: mata menonjol ke depan (menonjol keluar),
karena pembengkakan otot-otot ekstraokuler sehingga mendorong
mata ke depan (ganong,2003), autoimun karena sitotoksik.
i. Leher : teraba massa difus di leher depan tanpa benjolan
diskret dan dapat digerakkan sebagai tanda khas pada penyakit
graves/goiter/gondokan akibat hipertirodisme yang menyebabkan hipertofi
tiroid karena kerja berlebih (ganong, 2003)
j. Thorax : disritmia cordis
Peningkatan kontraksi dan curah jantung akibat hormone tiroid yang
berkombinasi dengan katekolamin, serta ikatan hormone tiroid dengan
katekolamin (ganong, 2003)
k. Pulmo dalam batas normal
l. Abdomen : dalam batas normal
m. Ekstremitas : tremor halus (+),
Percepatan reflex regang otot, karena pengaruh hormone tiroid pada
system persarafan
2. Hipotesa penegakan diagnosis dengan pembandingnya
a. Hiperthyroidsm
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu
aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon
tiroid yang beredar dalam darah.
Sesuai dengan kasus yang ada. Hipotesis sementaranya adalah
hipertiroidisme. Karena sesuia dengan gejala dan tanda pada keadaan
hipertiroidisme yaitu
1. Lelah
2. Gelisah
3. Nafsu makan meningkat tapi berat badan menurun dan tidak naik
4. Tidak tahan panas
5. Keringat banyak
6. Kulit lembab
7. Palpitasi dan takikardi
8. Kelemahan serta atrofi otot.
(Sylvia, 2005)
Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk :
Graves disease
Penyebab protrusio mata adalah adanya pembengkakan pada jaringan
retro-orbita dan timbulnya perubahan degeneratif pada otot-otot
ekstraokuler. Faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan ini masih
diperdebatkan. Pada kebanyakan penderita, immunoglobulin bereaksi
dengan otot-otot mereka. Konsentrasi dari imunoglobulin biasanya paling
tinggi pada penderita dengan konsentrasi TSI yang tinggi (Guyton, 1997).
b. Thyrotoxicosis
Adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu kelebihan
hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat
disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon
tiroid atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid.
c. Penyakit Jantung
Dijadikan hipotesis karena yang menjadi keluhan utama dari pasien ini
adalah deg-degan atau jantung berdebar sehingga penyakit jantung masih
bisa dimasukkan dalam hipotesa,
Karena ketika hipotesa penegakan diagnosa prioritasnya adalah hipertiroid,
maka yang lebih ditekankan pembahasannya disini mengenai hipertiroid.
gejala dan tanda apakah seseorang menderita hipertiroid atau tidak juga dapat
dilihat atau ditentukan dengan indeks wayne atau indeks newcastle
Dengan menggunakan indeks newcastle tersebut maka di pastikan bahwa
pasien tersebut mengalami hipertiroid. Sehingga untuk tirotoksisitas dan
penyakit jantungpun dapat tereleminasi dengan sendirinya.berikut adalah
kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme adalah :
Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit
Graves maupun tiroiditis Hashimoto , namun TSH-R Ab (stim) lebih spesifik
pada penyakit Graves. Pemeriksaan ini berguna pada pasien dalam keadaan
apathetic hyperthyroid atau pada eksoftamos unilateral tanpa tanda-tanda
klinis dan laboratorium yang jelas. Untuk dapat memahami hasil-hasil
laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme umumnya, perlu
mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar
hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid
perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam
keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila
T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya
ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran
sel folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara
terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon
tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga
kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak terdeteksi.
Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling
sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive
(TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati
0,05mIU/L.
Dengan demikian cukup jelas bahwa pasien ini mengalami penyakit graves
namun, untuk memperkuat dan mengkonfirmasi mengenai kebenarannya
masih diperlukan adanya pemeriksaan lebih lanjut.
3. Menentukan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dan interpretasinya.
Dari pemeriksaan penunjang diperoleh hasil :
Hb : 12 g/dl (N : 12-16 g/dl)
Leukosit : 7500 /µl (N : 4000-10.000 /µl)
Trombosit : 330.000 /µl (N : 150.000-450.000 /µl)
TSH : 0,04 mU/L
T3 : 10,5 µg/dl
T4 : 40,6 µg/dl
Antibody reseptor TSH : (+)
Urinalisis
Protein (-)
Glukosa (-)
βHCG (-)
Kadar normal
Kadar normal T3 serum 80 – 60 nanogram/dl
Kadar normal T4 serum 4- 11 mikrogram/dl
Kadar TSH plasma 0,02 – 5,0 mikro U/ml
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat memastikan diagnosa penyakit ini
adalah :
a. TSH Test
Tes darah adalah tes yang paling sensitif fungsi tiroid yang tersedia. Uji
TSH dapat mendeteksi kadar TSH serendah 0,01 mili-internasional unit per
liter (mIU / L). Rentang normal TSH adalah antara 0,3 dan 4 mIU / L,
walaupun rentang bervariasi dari satu laboratorium yang lain.
b. T 4 Pengujian
T 4 adalah hormon tiroid pokok dan ada dalam dua bentuk T-4 yang terikat
dengan protein dalam darah dan disimpan dalam cadangan sampai tubuh
membutuhkannya, dan sejumlah kecil terikat atau "bebas" T 4 (FT 4), yang
merupakan bentuk aktif dari hormon dan tersedia untuk jaringan
tubuh. Rentang normal untuk T total 4-terikat dan bebas bersama-biasanya
sekitar 4,5-12,6 mikrogram per desiliter (mg / dL), meskipun rentang
bervariasi dari satu laboratorium yang lain. FT normal 4 rentang sekitar 0,7-
1,8 nanogram per desiliter (ng / dL).
T total Peningkatan 4 atau FT 4 menunjukkan hipertiroidisme, dan T jumlah
rendah 4 atau FT 4 menunjukkan hipotiroidisme.Kadang-kadang T
total 4 tingkat abnormal karena T-terikat protein 4 adalah abnormal tinggi
atau rendah karena atau rendah konsentrasi tinggi dari protein yang
mengikat T 4. Oleh karena itu, FT 4 harus dihitung secara terpisah.
c. T 3 Test
Hanya sekitar 20 persen dari T 3 beredar di dalam darah berasal dari
kelenjar tiroid, sementara semua dari T beredar 4berasal dari tiroid. 80
persen sisanya T beredar 3 berasal dari berbagai sel di seluruh tubuh di
mana T 4 dikonversikan ke T 3.T 3 jauh lebih aktif daripada T 4 dan, seperti
T 4, ada di kedua negara terikat dan bebas. Dalam beberapa kasus
hipertiroidisme, FT 4 adalah tetapi bebas T normal 3 (FT 3) yang ditinggikan,
sehingga pengukuran kedua bentuk ini berguna jika hipertiroidisme
diduga. FT normal 3 kisaran sekitar 0,2-0,5 ng / dL. T 3 uji tidak berguna
dalam mendiagnosa hipotiroidisme karena tingkat tidak berkurang sampai
hipotiroidisme sangat parah.
d. Thyroid-stimulating Immunoglobulin (TSI) Test
TSI adalah autoantibody hadir pada penyakit Graves ', penyebab paling
umum dari hipertiroid. TSI meniru TSH dengan merangsang sel-sel tiroid,
menyebabkan kelenjar tiroid untuk mengeluarkan hormon berlebihan. Uji
TSI mendeteksi TSI beredar dalam darah dan biasanya diukur dalam kasus
tertentu pada orang dengan Graves 'penyakit-bila diagnosis tidak jelas,
selama kehamilan, dan untuk menentukan apakah telah terjadi remisi.
e. Antibodi antitiroid Test
Antibodi antitiroid hadir pada penyakit Hashimoto, penyebab paling umum
dari hipotiroidisme. antibodi antitiroid adalah penanda dalam darah, dan
kehadiran mereka sangat membantu dalam mendiagnosis penyakit
Hashimoto. Dua jenis utama dari antibodi antitiroid adalah
1. anti-TG antibodi yang menyerang protein dalam thyroglobulin disebut
tiroid
2. anti-thyroperoxidase, atau anti-TPO, antibodi, yang menyerang enzim
dalam sel-sel tiroid disebut thyroperoxidase
Tabel 1. Khas hasil tes fungsi tiroid: Hipertiroidisme
MenyebabkanUji
TSH T 3 / 4 T TSI Raiu
Graves 'Penyakit ↓ ↑ + ↑
Thyroiditis (tahap awal) ↓ ↑ - ↑
Tiroid nodul (panas, atau beracun) ↓ ↑ - ↑ atau N
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan
TSH. Pada penderita graves disease dapat dijumpai adanya beberapa bahan
yang mempunyai kerja mirip dengan kerja TSH yang ada di dalam darah.
Umumnya bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan
dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor membran yang
mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivitas sistem cAMP
dalam sel terus-menerus sehingga timbul hipertiroidisme. Antibodi ini
disebut imunoglobulin perangsang-tiroid (TSI). Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Sehingga pada penderita graves
disease kadar TSH rendah, sedangkan T3/T4 meningkat dan dapat
ditemukan TSI disertai Raiu meningkat (Guyton, 1997).
E. MERUMUSKAN TUJUAN BELAJAR
1. Pentingnya pemeriksaan darah rutin
2. Fungsi pemeriksaan βHCG
3. Menjelaskan fisiologi pembentukan hormon T3 dan T4
4. Menjelaskan karakteristik hormon T3 dan T4
5. Menjelaskan fungsi hormon T3 dan T4
6. Menjelaskan hubungan hipotalamus, hipofisis, dan tiroid
7. Menjelaskan patogenesis terjadinya kelainan kelenjar tiroid
8. Menjelaskan patofisiologi tanda dan gejala yang muncul
9. Mengidentifikasi struktur makroskopis dan mikroskopis kelenjar tiroid dan
vaskularisasi beserta inervasinya
10. Menentukan penatalaksanaan gangguan kelenjar tiroid
11. Menjelaskan prognosis dan komplikasi pada gangguan kelenjar tiroid
F. BELAJAR MANDIRI SECARA INDIVIDUAL ATAU KELOMPOK
Sudah dilaksanakan
G. MENARIK ATAU MENGAMBIL SISTEM INFORMASI YANG
DIBUTUHKAN DARI INFORMASI YANG ADA
1. Pentingnya pemeriksaan darah rutin
Pentingnya pemeriksaan darah rutin dilakukan pada kasus ini antara lain :
a. Menegakkan diagnosis penyakit yang lebih jelas serta dapat mengeliminasi
kemungkinan adanya diagnosis pembanding penyebab terjadinya penyakit.
b. Mengeliminasi kemungkinan adanya efek samping sebagai pertimbangan
ketika akan dilakukan penatalaksanaan terapi pada pasien.
2. Fungsi pemeriksaan βHCG
Beta Hcg dapat meningkatkan sensitivitas katekolamin yang menyebabkan
peningkatan aktivitas saraf simpatis.
Menurut kasus yang sedang kita diskusikan, terdapat tanda-tanda atau gejala-
gejala yang dikeluhkan pasien pada orang tersebut menyerupai orang yang
sedang hamil atau hamil anggur (molahidatidosa). Pemriksaan tersebut
sebenarnya untuk mengeliminasi bahwa pada kasus tersebut pasien yang
bersangkutan tidak sedang hamil.
3. Menjelaskan fisiologi pembentukan hormon T3 dan T4
Hipotalamus mengeluarkan hormone TRH yang berfungsi untuk merangsang
pengeluaran TSH oleh hipofisis anterior. (Sherwood, 2001)
TRH di sekresikan oleh hypothalamus untuk menstimulasi adenohipofisis
untuk menghasilkan hormone TSH yang kemudian akan menuju kelenjar
thyroid dan kemudian TSH ini akan aktivasi pompa iodide dari luar kelenjar
thyroid dan mengaktifkan tiroglobulin.
1. Trapping
Pada proses ini ion-ion iodium yang berasal dari makanan kita yang
mengandung iodium masuk kedalam tubuh kemudian ketika sampai ke
kelenjar thyroid, iodium ini menjadi iodida dan akan terjebak masuk
kedalam kelenjar throid melalui proses pompa iodida. Pompa iodide ini
diaktivasi oleh stimulasi dari TSH.
2. Binding
TSH akan merangsang kelenjar throid untuk mengaktivasi tiroglobulin yang
dihasilkan reticulum endoplasma kasar. Pada proses ini iodida yang masuk
kedalam kelenjar thyroid akan berikatan dengan tiroglobulin.
3. Coupling
Pada proses ini tiroglobulin yang sudah mengalami proses binding dengan
iodida akan menjadi monoiodotirosin(MIT) & diiodotirosin (DIT). Lalu
DIT akan berpasangan dengan DIT dan berubah menjadi T4. Dan DIT juga
akan berikatan MIT menjadi T3.
4. Releasing
T4 dan T3 direlease dan akan masuk kedalam koloid dan disimpan. T4
berjumlah lebih banyak dan lebih aktif daripada T3. T4 akan jadi aktif saat
masuk ke darah perifer,sel target dan hati lalu akan berubah menjadi T3.
4. Menjelaskan karakteristik hormon T3 dan T4
Karakteristiknya adalah :
T3 T4
Produksi : 26-39 mg/hr 80-100 mg/hr
Kadar bebas: 0,25 % dari total 0,35 % dari total
Ikatan: kurang kuat Kuat
Efek hormone : k\uat Kurang kuat
Turn over: lebih cepat Lebih lambat
Waktu paruh: 24-30 jam 6 hari
Bentuk: hormone aktif Bisa dikonversi jadi T3
Aktivitas biologis lebih poten. Aaktivitas biologis kurang
5. Menjelaskan fungsi hormon T3 dan T4
a. Efek metabolic
1) Termoregulasi dan kalorigenik
2) Mengatur pertukaran zat metabolisme dalam tubuh / mengatur BMR
3) Metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid
4) Konversi provitamin A vitamin A di hepar
b. Efek fisiologik
1) Pertumbuhan fetus
2) Membantu proses eritropoesis dan produksi eritropoietin
3) Membantu motilitas usus
4) Membantu resorpsi tulang
5) penting untuk pertumbuhan dsan perkembangan tubuh serta fungsi
sistem saraf
6. Menjelaskan hubungan hipotalamus, hipofisis, dan tiroid
Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut
pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang
beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar
pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga
suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing
hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan
thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah
signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang
berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu
jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan
demikian berakibat pada hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari.
Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk
mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari
dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih
banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari
hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba
untuk mengurangi produksi hormon tiroid.
Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid
Mula-mula, hipotalamus sebagai pengatur mensekresikan TRH (Thyrotropin-
Releasing Hormone), yang disekresikan oleh ujung-ujung saraf di dalam
eminansia mediana hipotalamus. Dari mediana tersebut, TRH kemudian
diangkut ke hipofisis anterior lewat darah porta hipotalamus-hipofisis. TRH
langsung mempengaruhi hifofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran
TSH.
TSH merupakan salah satu kelenjar hipofisis anterior yang mempunyai efek
spesifik terhadap kelenjar tiroid:
1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel, dengan
hasil akhirnya adalah terlepasnya hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi
darah dan berkurangnya subtansi folikel tersebut.
2. Meningkatkan aktifitas pompa yodium, yang meningkatkan kecepatan
proses iodide trapping di dalam sel-sel kelenjar, kadang kala meningkatkan
rasio konsentrasi iodida intrasel terhadap konsentrasi iodida ekstrasel
sebanyak delapan kali normal.
3. Meningkatkan iodinasi tirosin untuk membentuk hormon tiroid.
4. Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid.
5. Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan dengan perubahan sel
kuboid menjadi sel kolumner dan menimbulkan banyak lipatan epitel tiroid
ke dalam folikel.
Efek Umpan Balik Hormon Tiroid dalam Menurunkan Sekresi TSH oleh
Hipofisis Anterio
Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi
TSH oleh hipofisis anterior. Hal ini terutama dikarenakan efek langsung
hormon tiroid terhadap hipofisis anterior.
Sistem porta hipothalamus – hipofisis
Sekresi hormon pelepas hipothalamus dan hormon penghambat ke
eminensia mediana.
Neuron-neuron khusus di dalam hypothalamus mensintesis dan mensekresi
hormone pelepas hypothalamus dan hormone penghambat yang mengatur
sekresi hormone hipofisis anterior. Neuron –neuron ini berasal dari berbagai
bagian hypothalamus dan mengirimkan serat – serat sarafnya nenuju ke
eminensia mediana da tuber sinerum , jaringan hypothalamus yang menyebar
menuju tangkai hipofisis. Bagian ujung serat – serat saraf ini berbeda dengan
ujung- ujung serat saraf umum yang ada di dalam system saraf pusat.dimana
funsi serat ini tidak menghantarkan sinyal – sinyal yang berasal dari neuron ke
neuron yang lain namun hanya mensekresi hormone pelepas dan hormone
penghambat hypothalamus saja ke dalam cairan jaringan. Hormone- hormone
ini segera diabsorbsi ke dalam kapiler system porta hypothalamus dan
hipofisis dan langsung diangkut ke sinu kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi hormon pelepas dan hormon penghambat dalam hipofisis
anterior.
Hormone –hormon pelepas dan hormone – hormone pnghambat berfungsi
mengatur sekresi hormone hipofisis anterior. Untuk sebagian besar hormone
hipofisis, yang penting adalah hormone pelepas, tetapi untuk
prolaktin ,mungkin sebagian besar hormone penghambat yang mempunyai
pengaruh paling banyak terhadap pengaturan hormone. Hormone – hormone
pelepas dan penghambat hypothalamus yang terpenting adalah :
1. TRH : hormone pelepas tiroid yang menyebabkab pelepasan hormone
perangsang tiroid.
2. Hormone pelepas kortikotropin(CRH) : menyebabkan pelepasan
adenokortikotropin.
3. Hormone pelepas hormone pertumbuhan (GHRH) : menyebabkan
pelepasan hormone pertumbuhan dan hormone penghambat hormone
pertumbuhan (GHIH) yang mirip dengan hormone somatostatin dan
menghambat pelepasan hormone pertumbuhan.
4. Hormone pelepas gonadotropin(GnRH) : menyebabkan pelepasan dari
dua hormone gonadotropik, hormone lutein dan hormone perangsang
folikel
5. Hormone penghambat prolaktin (PIH) : menghambat sekresi prolaktin.
Daerah-daerah spesifik dalam hipothalamus yang mengatur sekresi
faktor pelepas dan faktor penghambat hipothalamus yang spesifik.
Sebelum diangkut ke kelenjar hipofisis anterior , semua atau hamper semua
hormone hypothalamus disekresi ke ujung serat saraf yang terletak di dalam
eminensia mediana. Perangsangan listrik pada daerah ini merangsang ujung-
ujung saraf dan oleh karena itu pada dasarnya menyebabkan pelepasan semua
hormone hypothalamus. Akan tetapi badan sel neuron yang menyebar ke
eminensia mediana ini terletak di daerah khusus dalam hypothalamus atau
pada daerah yang berdekatan dengan bagian basal otak.
7. Menjelaskan patogenesis terjadinya kelainan kelenjar tiroid
Perjalanan penyakit hipertiroid biasanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Ada 3 autoantibody yang dapat dikenali yaitu TSI
(Thyroid stimulating imunoglobulins). TSI ini merupaka antibody (sebagian
besar IgG) yang bertindak sebagai LATS (Long Acting Thyroid Stimulants), ),
mengaktivasi sel dengan cara yang lebih panjang dan lambat daripada TSH,
menyebabkan peningkatan produksi hormone tiroid. TGI, thyroid growth
immunoglobulins. Antibody ini terikat secara langsung ke reseptor TSH dan
berimplikasi dalam pertumbuhan folikel tiroid. TB II, thyrotrophin Binding-
Inhibiting Immunoglobulins. Antibody ini menghambat ikatan normal TSH
dengan reseptornya. Sebagian akan bertindak seperti TSH yang terikat pada
reseptor dan menginduksi fungsi thyroid. Pada keadaan hipertirodisme
ini,TSH kadarnya menurun. (HSC 2008) Pada penyakit graves, hipertiroid
merupakan akibat dari antibodi reseptor thyroid-stimulating antibody (TSI)
yang merangsang aktivitas tiroid, sedangkan pada goiter multinodular toksik
berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri. Pada penyakit graves,
limfosit T menjadi peka terhadap antigen yang terdapat dalam kelenjar tiroid
dan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibody terhadap antigen-
antigen ini. Adanya antibodi dalam darah ini kemudian berkorelasi dengan
penyakit aktif dan kekambuhan penyakit yang diterapi dengan obat-obat
antitiroid.
Menjelaskan patofisiologi tanda dan gejala yang muncul
a. keluhan utama dada berdebar-debar
peningkatan curah jantung yang disebabkan oleh efek kombinasi dari
hormone tiroid dan katekolamin pada jantung; peningkatan kontraksi
jantung karena hormone tiroid berikatan dengan myosin (otot jantung) dan
mengaktifkan kontraksi.
b. mengeluh tangannya sering gemetar dan gelisah
dikenal juga sebagai tremor, tremor pada hipertiroid biasanya adalah
tremor halus. Tremor ini disebabkan karena fungsi normal dari tiroid
adalah meningkatkan proses mental dengan mempengaruhi persarafan,
namun pada pasien hipertiroid, proses ini mental mengalami peningkatan
sehingga timbul kegelisahan (ansietas). Tremor juga merupakan efek dari
persarafan yang dipengaruhi oleh hormon tiroid, yaitu terjadinya reflex
regang yang sangat cepat (durasi reflex regang otot meningkat).
c. sulit berkonsentrasi dan sensitif (mudah marah)
akibat peningkatan proses mental (efek hormone tiroid pada persarafan)
d. badan mudah lelah
pengaruh hormone tiroid pada otot, terutama pada myosin otot yang
menyebabkan kontraksi; pemecahan lemak dan protein tubuh berlebihan
sehingga timbul kelelahan
e. sering merasa kepanasan
akibat hipermetabolisme jaringan tubuh
f. mudah lapar hingga dapat makan 4-5x/hari, namun berat badan tidak
meningkat bahkan cenderung menurun
kondisi ini bisa dikatakan hiperfagia (makan berlebih). Perasaan mudah
lapar timbul karena efek hipertiroid pada penghancuran lemak dan protein
tubuh secara berlebihan sehingga timbul mekanisme pemenuhan
kebutuhan akan lemak dan protein tadi, namun dalam kondisi ini berat
badan tidak meningkat bahkan cenderung menurun karena masukan
makanan (meskipun berlebihan) akan dihancurkan pula dengan cepat
(hipermetabolisme).
8. Mengidentifikasi struktur makroskopis dan mikroskopis kelenjar tiroid dan
vaskularisasi beserta inervasinya
Gambar makroskopis
Pada penyakit gondok disertai hipersekesi karena TSI merangsang
pertumbuhan tiroid serta meningkatkan sekresi hormon tiroid. Karena kadar
T3 dan T4 meningkat maka memberi signal kepada TSH untuk menurunkan
kadarnya. (Sherwood ,2006)
Gambar mikroskopis
Pada gambaran secara histology, thyroid terdiri atas folikel-folikel yang
terdapat koloid didalamnya
Gambar hipertiroid
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal disertai hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
pembesaran kelenar (Guyton, 1997).
Vaskularisasi:
Ada tiga arteri dan tiga vena yang memperdarahi di glandula thyroidea yaitu:
- Arteri thyroidea superior cab a. carotis externa
- Arteri thyroidea inferior cab truncus thyrocervicalis
- Arteri thyroidea ima cab arcus aortae
- Vena thyroidea superior bermuara ke v. jugularis interna
- Vena thyroidea media bermuara ke v jugularis interna
- Vena thyroidea inferior bermuara ke v. baranchiocephalica
Inervasi :
Ada tiga ganglion yaitu:
Ganglion cervicale superius,medius dan inferius ( panduan anatomi, 2010).
9. Menentukan penatalaksanaan gangguan kelenjar tiroid
Terapi supportif (dengan memberikan terapi awal) Dirujuk ke dokter spesialis
Edukasi / Terapi kausatif
i. Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antiroid, seperti
propiltiourasil atau metimazol paling sedikit diberikan selama 1 tahun. Obat
ini menyekat sintesis dan pelepasan tiroksin.
ii. Penyekat β seperti propanolol diberikan bersamaan dengan obat-obat
antitiroid.
iii. Tiroidektomi (bedah tiroid) subtotal sesudah terapi propiltiourasil prabedah.
iv. Pengobatan dengan iodium radioaktif (RAI)
10. Menjelaskan prognosis dan komplikasi pada gangguan kelenjar tiroid
Krisis tiroid (Thyroid storm)
Merupakan eksaserbasi akut dari semua gejala tirotoksikosis yang berat
sehingga dapat mengancam kehidupan penderita.
Faktor pencetus terjadinya krisis tiroid pada penderita tirotoksikosis antara lain
:
1. Tindakan operatif, baik tiroidektomi maupun operasi pada organ lain
2. Terapi yodium radioaktif
3. Persalinan pada penderita hamil dengan tirotoksikosis yang tidak diobati
secara adekuat.
4. Stress yang berat akibat penyakit-penyakit seperti diabetes, trauma,
Infeksi akut, alergi obat yang berat atau infark miokard.
Manifestasi klinis dari krisis tiroid dapat berupa tanda-tanda
hipermetabolisme berat dan respons adrenergik yang hebat, yaitu meliputi :
1. Demam tinggi, dimana suhu meningkat dari 38°C sampai mencapai 41°C
disertai dengan flushing dan hiperhidrosis.
2. Takhikardi hebat , atrial fibrilasi sampai payah jantung.
3. Gejala-gejala neurologik seperti agitasi, gelisah, delirium sampai koma.
4. Gejala-gejala saluran cerna berupa mual, muntah,diare dan ikterus.
Terjadinya krisis tiroid diduga akibat pelepasan yang akut dari simpanan
hormon tiroid didalam kelenjar tiroid. Namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kadar T4 dan T3 didalam serum penderita dengan krisis
tiroid tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada penderita
tirotoksikosis tanpa krisis tiroid. Juga tidak ada bukti yang kuat bahwa krisis
tiroid terjadi akibat peningkatan produksi triiodothyronine yang hebat. Dari
beberapa studi terbukti bahwa pada krisis tiroid terjadi peningkatan jumlah
reseptor terhadap katekolamin, sehingga jantung dan jaringan syaraf lebih
sensitif terhadap katekolamin yang ada didalam sirkulasi. (2)
Hipertiroidisme dapat mengakibatkan komplikasi mencapai 0,2% dari seluruh
kehamilan dan jika tidak terkontrol dengan baik dapat memicu terjadinya
krisis tirotoksikosis, kelahiran prematur atau kematian intrauterin. Selain itu
hipertiroidisme dapat juga menimbulkan preeklampsi pada kehamilan, gagal
tumbuh janin, kegagalan jantung kongestif, tirotoksikosis pada neonatus dan
bayi dengan berat badan lahir rendah serta peningkatan angka kematian
perinatal
BAB III
KESIMPULAN
Hipertiroidisme yakni seuatu keadaan di mana kadar hormon yang diproduksi
oleh glandula tiroidea ada dalam jumlah yang tinggi akibat hiperaktivitas dari
kelenjar tiroid itu sendiri. Keadaan ini tdak disebabkan oleh gangguan axis
hypothalamus-hypophysis-tiroid, akan tetapi oleh akitivitas glandula tiroid itu
sendiri baik akibat keganasan atau proses autoimun. Untuk menegakkan
diagnosis hipertiroidisme ini dan sekaligus menghilangkan diagnosis banding
yang lain perlu adanya pemeriksaan penunjang yang dapat berupa
pemeriksaan kimi darah dengan hasil yang diharapkan adalah adanya
peningkatan kadar Free T4 (bisa juga dilengkapi dengan kadar T3) yang
meningkat dan kadar TSH yang menurun. Hasil ini adalah hasil spesifik untuk
diagnosis hipertiroidisme. Pemeriksaan kimia darah pun sekaligus dapat
digunakan untuk menentukan apakah pasien menderita hipertiroidisme akibat
autoimun atau keganasan. Untuk hal itu diperlukan adanya hasil berupa
peningkatan titer immunoglobulin (IgG) untuk mengekkan diagnosis
hipertiroidisme akibat autoimun dan kadar immunoglobulin yang rendah untuk
keganasan. Untuk lebih memastikan keganasan dapat dilakukan MRI atau CT-
scan glandula tyroid (tetapi hal ini hanya bersifat optional. Apabila
pemeriksaan kimia darah sudah dapat meyakinkan bahwa ini adalah keganasan
maka pemeriksaan MRI / CT scan tidak perlu dilakukan).
DAFTAR PUSTAKA
Despopoulos, Agamemnon; Stefan Silbernagl. 2000. Atlas Berwarna dan Teks
FISIOLOGI. Jakarta: Hipokrates
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; penerbit buku
kedokteran EGC.
Garna, Karnen. 2009. Imunologi Dasar Edisi VIII. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Guyton and hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13. Jakarta : EGC
Hayes, Peter C., Walter, Ronald S.Mac. 2009. Buku Saku pemeriksaan Klinik.
Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
James, Bruce., Chrew, Chris. Bron, Anthony. 2006. Lecture Note Oftalmologi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kumar., cotran., robbins. 2007. Buku ajar patologi. Jakarta: EGC
Lawrelee, Sherwood. 2006. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Nuswantari, Dyah., Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:
EGC.
Pierce, Sylvia. 2007. Patofisioogi dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine W. 2005. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
www.ClinicalTrials.gov .
Asosiasi Amerika ahli endokrin Klinis Internet: www.aace.com
American Thyroid Association Internet: www.thyroid.org
Society endokrin Internet: www.endo-society.org
Graves 'Penyakit Yayasan Internet: www.ngdf.org