16
I. PENGERTIAN DEFEK PENGLIHATAN WARNA (COLOR BLINDNESS) Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Pada retina manusia normal terdapat 2 jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Yaitu sel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah dan sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya intensitas tinggi / terang. Sel kerucut ini yang membuat kita dapat melihat warna dan membedakan warna. Pada kondisi normal sel kerucut mempunyai spectrum terhadap 3 warna dasar yaitu merah, hijau, biru. Orang normal sel kerucutnya sensitive untuk 3 jenis warna ini. Pada orang tertentu mungkin hanya 2 atau 1 atau bahkan tak ada sel krucut yang sensitive terhadap warna-warna tersebut. Pada kasus ini orang ini akan menderita buta warna. Jadi buta warna biasanya menyangkut warna merah, biru, hijau. Meski demikian ada juga orang yang sama sekali tak bisa melihat warna, atau hanya tampak sebagai hitam dan putih. Namun kasus seperti ini jarang terjadi. Buta warna dapat terjadi karena faktor keturunan atau karena memang kita mengalami kelainan pada retina, saraf optic dan mungkin juga pada otak kita. Sifat penurunannya bersifat X- linked recessive. Artinya diturunkan melalui khromosom X. Hal ini menjelaskan bahwa buta warna selalu ditemukan pada lelaki, sedangkan perempuan berfungsi sebagai carrier (pembawa sifat tapi tidak terkena). Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel– sel batang dan sel kerucut– yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel 1

Jehan Laporan Fisio Nss

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jehan Laporan Fisio Nss

I. PENGERTIAN DEFEK PENGLIHATAN WARNA (COLOR BLINDNESS)

Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Pada

retina manusia normal terdapat 2 jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Yaitu sel batang

(rod cell) yang aktif pada cahaya rendah dan sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya

intensitas tinggi / terang. Sel kerucut ini yang membuat kita dapat melihat warna dan

membedakan warna.

Pada kondisi normal sel kerucut mempunyai spectrum terhadap 3 warna dasar yaitu

merah, hijau, biru. Orang normal sel kerucutnya sensitive untuk 3 jenis warna ini. Pada orang

tertentu mungkin hanya 2 atau 1 atau bahkan tak ada sel krucut yang sensitive terhadap

warna-warna tersebut. Pada kasus ini orang ini akan menderita buta warna. Jadi buta warna

biasanya menyangkut warna merah, biru, hijau. Meski demikian ada juga orang yang sama

sekali tak bisa melihat warna, atau hanya tampak sebagai hitam dan putih. Namun kasus

seperti ini jarang terjadi.

Buta warna dapat terjadi karena faktor keturunan atau karena memang kita mengalami

kelainan pada retina, saraf optic dan mungkin juga pada otak kita. Sifat penurunannya

bersifat X-linked recessive. Artinya diturunkan melalui khromosom X. Hal ini menjelaskan

bahwa buta warna selalu ditemukan pada lelaki, sedangkan perempuan berfungsi sebagai

carrier (pembawa sifat tapi tidak terkena).

Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel– sel

batang dan sel kerucut– yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel

batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti

cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel

batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa

hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan

membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut

berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan

beraneka warna.

Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin)

yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah,

hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-

masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian

1

Page 2: Jehan Laporan Fisio Nss

mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan

warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita

dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel

kerucut di retina berdampak langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta

warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.

II. KLASIFIKASI DEFEK PENGLIHATAN WARNA

Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos

(ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.

1. Anomalous trichromacy

Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh

faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy

memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas

terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat

berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering

ditemukan adalah:

a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru

ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut

akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau

lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada

anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.

b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middlewavelenght (green).

Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan

lebih banyak daripada warna hijau.

c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-

wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah.

Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihat campuran

warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami penglihatan yang

2

Page 3: Jehan Laporan Fisio Nss

buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah

membedakan warna merah dan hitam.

2. Dichromacy

Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau

tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang

menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.

Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:

a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya

photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna

merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan

yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering

dikenal dengan buta warna merah – hijau.

b. Deuteronopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya

photoreceptor retina hijau. Pada penderita deuterunopia, penglihatan terhadap warna

hijau tidak ada.

c. Trinopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya

photoreceptor retina biru.

3. Monochromacy

Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah

pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu

pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat

membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta

warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat

autosomal resesi

III. DIAGNOSIS DEFEK PENGLIHATAN WARNA

Diagnosis defek penglihatan warna dibuat berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan

penunjang, anamnesis yang sesuai seperti terdapat riwayat buta warna di dalam keluarga atau

3

Page 4: Jehan Laporan Fisio Nss

terdapat riwayat trauma kranial yang menyebabkan kelainan saraf atau makula. Pemeriksaan

penunjang yang dilakukan dengan menggunakan Buku Ishihara.

Pada Penelitian ini digunakan Buku Ishihara edisi 38 plate. Plate 1-25 bergambar

angka (numeral) yang sebaiknya dijawab dalam waktu tidak lebih dari 3 detik, jika anak

tersebut tidak mampu membaca angka, digunakan plate 26 – 38 yang diminta untuk

menghubungkan menjadi garis diantara 2 ‘x’ yang harus diselesaikan dalam waktu 10 detik.

Pada penelitian dilakukan tes menggunakan 38 plate atau 6 plate, yang mana plate 2,3,4,5

bisa diwakilkan satu plate, plate 6,7,8,9 bisa diwakilkan satu plate, plate 10,11,12,13 bisa

diwakilkan satu plate, demikian pula dengan plate 14,15,16,17 dan plate 18,19,20,21.

Penggunaan seluruh plate (38 plate) dilakukan bila dtemukan ketidaksesuaian dengan

menggunakan 6 plate tersebut. Pembacaan plate 1-21 menentukan normal atau anak tersebut

mengalami defek penglihatan warna. Jika anak tersebut mampu membaca 17 plate atau lebih

dengan benar, anak tersebut memiliki penglihatan warna yang normal. Bila hanya mampu

membaca 13 plate atau kurang dari 13 plate dengan benar, anak ini tergolong mengalami

penurunan penglihatan warna (color vision deficiency) yang di dalam penelitian ini disebut

sebagai defek penglihatan warna, keadaan ini bisa juga dilihat jika anak tersebut lebih mudah

membaca plate 18,19,20,dan 21 sebagai 5,2,45,dan 73 dibandingkan dengan plate

14,10,13,17.

Buku ishihara dapat mendiagnosa defek penglihatan warna dengan klasifikasi red-

green deficiency, buta warna total, protanopia atau strong protanomaly, protanomaly,

deuteranopia atau strong deuteranomaly , dan deuteranomaly. Kelainan tritanomaly tidak

dapat dilihat disini. Tes Ishihara digunakan untuk mendiagnosis defek penglihatan warna

congenital, untuk mengetahui penyebab yang didapat (saraf, kelainan macula, trauma kranial)

perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

Metode Ishihara

Menurut Guyton (1997) Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan

dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik,

seperti gambar 1. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai

bermacam-macam warna. Pada gambar 1. orang normal akan melihat angka “74”, sedangkan

penderita buta warna merah-hijau akan melihat angka “21”.

4

Page 5: Jehan Laporan Fisio Nss

gambar 1

Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan

berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran.

Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat

perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism). Dalam tes buta

warna ishihara ini digunakan 38 plate atau lembar gambar. Dimana gambar-gambar tersebut

memiliki urutan 1 sampai 38.

Yang perlu diperhatikan saat pemeriksaaan tes buta warna adalah ruangan pemeriksaan harus

cukup pencahayaan serta lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar

maksimal 10 detik.

Buta warna terjadi karena retina penangkap cahaya tidak dapat menangkap panjang

gelombang warna tertentu sehingga pasien sulit membaca atau membedakan warna. Persepsi

warna merupakan respon otak atas stimulus yang diterima oleh retina.

5

Page 6: Jehan Laporan Fisio Nss

Kesimpulan Tes Pengambilan Kesimpulan

Buta warna total 1. Jika gambar 1 salah dan jawaban gambar

lain diabaikan

Buta warna parsial 1. Jika gambar 1 benar, gambar 2 sampai

gambar 16 ada salah lebih dari 3 atau

2. Jika gambar 1 benar, gambar 22 sampai

gambar 24 jawaban hanya benar pada salah

satu gambar atau

3. Jika gambar 1 benar, jika gambar 18

sampai gambar 21 terlihat angka.

Normal 1. Jika gambar 1 sampai gambar 17 benar,

atau gambar 1 harus benar dan lebih dari 13

gambar dijawab benar.

2. Gambar 22 sampai gambar 24 benar atau 2

gambar benar.

Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :

1) Normal

2) Buta warna Parsial

a. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.

b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau lebih jelas

dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.

c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan:

a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang normal, akan terbaca

dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut diatas secara lengkap (dua rangkap).

Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu angka pada tiap-tiap plate tersebut

diatas.

6

Page 7: Jehan Laporan Fisio Nss

b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Untuk

orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta warna parsial dapat

menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya.

3) Buta warna total

Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya alur,

sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi

ke sisi yang lainnya.

Baik yang normal dan mereka dengan semuajenis defisiensi penglihatan warna me

mbacanya sebagai 12.

Normal membaca ini sebagai 8. Mereka yang kekurangan  merah - hijau  membaca

ini  sebagai  3. Mereka yang  buta warna total tidak bisa membaca  angka  apapun.

7

Page 8: Jehan Laporan Fisio Nss

Normal membaca ini sebagai 29.

Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca ini sebagai 70.

Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.

Normal membaca ini sebagai 3.

Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca ini sebagai 5.

Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.

8

Page 9: Jehan Laporan Fisio Nss

Normal membaca ini sebagai 42. Dalamprotanopia dan Protanomalia kuat hanya 2ismembaca

, dan dalam kasus Protanomaliaringan angka itu dibaca, tapi 2 lebih

jelasdaripada 4. Dalam deuteranopia danDeuteranomalia kuat hanya 4 dibaca, dandalam

kasus kedua angka Deuteranomaliaringan dibaca tetapi 4 lebih jelas daripada 2.

Normal membaca ini sebagai 26. Dalamprotanopia dan Protanomalia kuat hanya 6dibaca, dan 

dalam kasus Protanomaliaringan angka itu dibaca, tetapi 6 lebih

jelasdaripada 2. Dalam deuteranopia danDeuteranomalia kuat hanya 2 dibaca, dandalam

kasus kedua angka Deuteranomaliaringan dibaca tetapi 2 lebih jelasdibandingkan dengan 6.

Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, normal menelusuri garis kebiruan-

hijau, tapi sebagian besar dari mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat

mengikuti garis atau mengikuti garis yang berbeda dari yang normal.

9

Page 10: Jehan Laporan Fisio Nss

Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, mayoritas dari mereka yang

kekurangan merah-hijau jejak sepanjang garis, tapi mayoritas normal dan mereka yang buta

warna total tidak mampu mengikuti garis.

Baik normal dan mereka dengan semua jenis defisiensi penglihatan warna dapat

menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X

Orang normal justru tak bisa melihat apapun, namun jika kamu buta warna justru

terlihat angka 5 yang sangat jelas

10

Page 11: Jehan Laporan Fisio Nss

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

1. Buta warna diklasifikasikan menjadi buta warna yang diperoleh dan buta warna

yang diturunkan.

2. Buta warna genetic disebabkan penerimaan mutasi gen pada kromosom X

3. Tes buta warna disebut dengan Ishihara Test

4. Belum ditemukan penatalaksanaan yang tepat untuk penyakit buta warna

11

Page 12: Jehan Laporan Fisio Nss

II. SARAN

Saya sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran – saran dan

kritikan bagi para pembaca yang saya hormati guna untuk membangun pada masa yang

akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang

semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang saya laksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2010. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: Jakarta.

12