27
laporan manajemen tata lingkungan akuakultur LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN OLEH : LA ODE TANDA I1A2 10 127 Laporan ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Kelulusan Mata Kuliah Manajemen Tata Lingkungan PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2014 HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aquaculture

Citation preview

Page 1: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

laporan manajemen tata lingkungan akuakultur

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN

OLEH :

LA ODE TANDAI1A2 10 127

Laporan ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Kelulusan Mata Kuliah Manajemen Tata Lingkungan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

HALAMAN PENGESAHAN

Page 2: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Judul : Laporan Praktikum Manajemen Tata Lingkungan

Laporan Lengkap : Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Manajemen Tata Lingkungan

Nama : LA ODE TANDA

Nomor Stambuk : I1A2 10127

Kelompok : 3 (Tiga)

Program Studi : Budidaya Perairan

Laporan lengkap iniTelah diperiksa dan disetujui oleh :

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

Oce Astuti, S.Pi., M.Si Oce Astuti, S.Pi., M.SiNIP. 19760515 200212 2 001 NIP. 19760515

200212 2 001

Mengetahui :Koordinator Mata Kuliah

Ir. Abdul Rahman Nurdin, M.Si NIP. 19690418 199403 1001

Kendari, .... Juni 2014 Tanggal Pengesahan

Page 3: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Lengkap Praktikum

Manajemen Tata Lingkungan dengan baik dan tepat pada

waktunya.

Dengan selesainya penyusunan laporan lengkap ini, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada

koordinator mata kuliah Manajemen Tata Lingkungan ini serta

seluruh asisten yang telah membimbing dalam pelaksanaan

praktikum, yang telah banyak memberikan saran dan petunjuk

dalam pembuatan laporan ini dan tidak terkecuali pada teman-

teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan

lengkap ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan

saran dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat serta

petunjuk kepada semua yang telah banyak membantu penulis

sehingga laporan lengkap ini dapat terselesaikan, amin.

Page 4: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Kendari, Juni 2014

Penulis

Page 5: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................vi

DAFTAR TABEL...................................................................vii

I.                   PENDADULUAN

A.    Latar Belakang.......................................................1

B.     Tujuan dan kegunaan............................................2

II.                TINJAUAN

PUSTAKA..............................................................................

3

III.            METODELOGI PRAKTIKUM

A.       Waktu dan Tempat................................................5

B.       Alat dan Bahan......................................................5

C.       Prosedur Kerja......................................................5

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan...............................................................7

B.  Pembahasan........................................................................8

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan.............................................................12

B.     Saran......................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

.......................................................................................... 14

LAMPIRAN

Page 6: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1               Gambaran Umum

Lokasi..........................................................................7

Page 7: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1        Alat dan Bahan beserta kegunaannya

………………………………………..5

2        Hasil pengamatan pratikum Manajemen Tata

Lingkungan………...………...7

 

BAB I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan

tumbuh optimal. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat

mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan kematian.

Page 8: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Untuk itu pertimbangan atau faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan perairan

adalah penting untuk diperhatikan karena kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi

semua jenis organisme yang hidup di air.

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat

untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Kegiatan budidaya

tambak yang terus menerus menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, yang ditandai

dengan menurunnya kualitas air. Kendala lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan

budidaya diantaranya penataan wilayah atau penataan ruang pengembangan budidaya

yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akibat pengelolaan yang tidak tepat,

sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan dengan segala aspek komplikasinya

dalam kurun waktu yang panjang (Kordi dan Tancung. 2007).

Kegagalan panen yang seringkali banyak dialami petani tambak Ikan Bandeng

(Chanos chanos) maupun udang merupakan salah satu petunjuk telah terjadinya

degradasi kualitas lahan dan air pendukung usaha budidaya, kegagalan terjadi akibat dari

diabaikannya daya dukung atau kemampuan dari tambak sebagai media kegiatan

budidaya.

Seperti yang dijelaskan oleh Paez Ozuna dkk (1998), bahwa apabila dalam suatu

lingkungan terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja

yang mampu bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat

pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan

kondisi kualitas lingkungan tersebut maka petani tambak harus melakukan kegiatan

budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air tambak rutin

secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial tambaknya yakni proses

persiapan tambak seperti pemupukan dan pengapuran.

Kegiatan Praktikum Manajemen Tata lingkungan perlu dilakukan untuk

mengetahui kondisi lingkungan kaitannya dengan penurunnya kualitas lahan dan air serta

kemampuan tambak dalam mendukung kegiatan budidaya agar sesuai dengan hasil yang

diharapkan bagi para petani tambak yang terdapat di Kota Kendari.

B.     Tujuan dan Kegunaan

Page 9: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Adapun yang menjadi tujuan dari pratikum Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

ini adalah untuk mengatahui kendala lingkungan kaitannya dengan menurunnya kualitas

lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan.

Sedangkan kegunaan dari pratikum ini adalah agar mahasiswa yang memprogram

mata kuliah ini dapat mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

menurunnya kualitas lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan, sehingga

kedepannya dapat dilakukan pencegahan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Paez Ozuna dkk (1998), menyatakan bahwa apabila dalam suatu lingkungan

terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu

bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran

atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi

kualitas lingkungan tersebut maka petani tambak harus melakukan kegiatan budidayanya

secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air tambak rutin secara berkala

Page 10: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

serta lebih memperhatikan dalam manajerial tambaknya yakni proses persiapan tambak

seperti pemupukan dan pengapuran.

Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991) yang menyatakan bahwa

tanah liat dan lumpur berpasir merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap

karena banyak mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bagi ikan.

Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu

optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran

tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC,

konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih

bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya

bagi ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan. Berdasarkan

pernyataan Ahmad dan Cholik (2001), bahwa ikan Bandeng masih hidup normal pada

suhu 35ºC. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau

konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi.

Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan

sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta

berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju

metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan

suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.

Menurut Boyd (1989), salinitas adalah kadar seluruh ion – ion yang terlarut dalam

air. Komposisi ion – ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion –

ion tertentu seperti klorida, karrbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium, magnesium

(Mc Lusky, 1971 dalam Kordi, 1996).

Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas,

akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air asin harus mampu

menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini

memerlukan banyak energi yang dipeeroleh dari makanan dan digunakan untuk

keperluan tersebut. Menurut Liao 1986 dalam Saenong, (1992) bahwa tekanan osmotik

cairan tubuh ikan Bandeng dan tekanan osmotik lingkungan akan seimbang (isosmotik)

pada salinitas 28 ppt.

Page 11: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Raswin, (2003) menyatakan bahwa DO optimum untuk budidaya ikan Bandeng

(C. chanos) ialah >3 mg/L sudah cukup baik. Oksigen terlarut berperan dalam

mendekomposisi limbah organic di badan air, Boyd et al., (1998) menyatakan bahwa

oksigen terlarut dibutuhkan untuk mendekomposisi limbah organik dalam perairan.

Tambak memerlukan kondisi air yang subur untuk mendukung pertumbuhan

pakan alaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantjara dkk. (2007) menjelaskan bahwa

nitrat dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam tambak. Selanjutnya

Utojo (2010) menambahkan bahwa untuk tambak tradisional konsentrasi nitrat diperlukan

untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut sebagai pakan alami utama

ikan.

Alifuddin (2003), menjelaskan bahwa pH air tambak sangat penting karena

mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung pada organisme budidaya dan

plankton. Menurut Raswin (2003) menjelaskan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya

ikan berkisar antara 6,5 hingga 9, selanjutnya Achmad (2001) dalam Hardjowigeno dan

Widiatmaka (2001) menjelaskan bahwa khusus untuk udang nilai pH yang baik adalah

antara 7-9, sedangkan pH > 10 tidak baik untuk pertumbuhan udang.

BAB III. METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilaksanakan pada Hari Kamis Tanggal 29 Mei 2014 dan bertempat

di Tambak Masyarakat kawasan Teluk Kendari, Kelurahan Anduonuhu Kota kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan analisis kualitas air dilaksanakan di

Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu

Oleo Kendari.

B.     Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum Manajemen Tata

Lingkungan Akuakultur dapat dillihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Alat dan Bahan Pratikum Manajemen Tata Lingkungan

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Page 12: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

1. Alat-       pH Meter - Alat untuk mengukur pH-       DO Meter mg/l Alat untuk mengukur DO-       Thermometer 0C Alat untuk mengukur suhu-       Refraktometer ppm Alat untuk mengukur salinitas-       Gelas aqua - Untuk menyimpan sampel pH-       Botol aqua - Menyimpan sampel Sampel Nitrat

2. Bahan -       Sampel air Tambak - Sebagai bahan uji

-       Tissu - Untuk membersikan alat

-       Sampel Nitrat - Sebagai bahan uji

C.    Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam pratikum ini adalah sebagai berikut :

1.      Kualitas Air

1.1. Pengukuran Suhu Air

·      Memasukkan termometer ke dalam air sungai dengan kedalaman tertentu.

·      Mengamati perubahan yang terjadi pada termometer kemudian mencatat

perubahan suhu yang terjadi.

1.2. Pengukuran Salinitas

·      Mengabil sampel air dengan menggunakan pipet tetes

·      Meneteskan air tersebut dipreparat Refraktometer dan kemudian

mengamati perubahan

·      Mencatat Hasilnya

1.3. Pengambilan Sampel DO

·      Memasukkan botol sample ke dalam perairan dalam keadaan tertutup.

·      Membuka penutup botol di dalam air dan memasukkan air ke dalam botol

·      Mengangkat botol dari dalam air dan memastikan tidak ada gelembung air

di dalam botol dengan cara mengguncang botol sample

1.4. Pengukuran Nitrat

·      Mengambil sampel tahah pada dasar tambak

·      Kemudian melakukan analisa di Laboratorium

1.5. Pengukuran pH air

·      Memasukan pH meter ke dalam air kurang lebih 1 menit

Page 13: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

·      Mengankat pH meter dan melihat hasil (angka digital) yang tertera

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1.      Parameter yang Diamati

Adapun hasil pengamatan yang kami lakukan dalam praktek Manajemen Tata

Lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil pengamatan pratikum Manajemen Tata Lingkungan

No. Parameter Hasil1.2.3.4.5.6.7.

Suhu Air Salinitas

DONitrat

pHTopografi

Tektur tanah

27 0 C9 ppt

4,1 mg/l 0,0036 mg/l

7Dataran rendah

Lumpur berpasir

2.   Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Gambaran Umum Lokasi Praktek

Praktek Manajemen Tata Lingkungan kali ini dilakukan di Tambak Masyarakat

di kawasan Teluk Kendari, Kelurahan Anduonuhu, Kota kendari. Di bagian selatan

tambak tempat pengambilan sampel berbatasaan dengan jembatan yang merupakan

Muara Sungai, bagian utara berbatasaan dengan Muara Sungai Teluk Kendari, bagian

timur berbatasan dengan Ruko, Rumah makan dan Jalan Raya dan bagian barat

berbatasan Tambak Warga lainnya. Tambak tersebut dekat dengan pemukiman warga,

Page 14: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

maka secara tidak langsung degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari

limbah buangan rumah tangga tidak bisa dihindari.

B.  Pembahasan

Dalam Manajemen Tata Lingkungan perairan ada beberapa hal atau faktor yang

mempengaruhi kualitas lahan maupun kualitas air yang disebabkan karena adanya

pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan

kondisi kualitas lingkungan tersebut maka perlu dilakukan manajemen dalam melakukan

penataan kondisi lahan maupun lingkungan perairan. Dalam pratikum kali ini ada

beberapa indikator yang diamati mengenai manajemen lahan dan lingkungan perairan

adalah suhu, salinitas, DO, nitrat, pH, topografi dan tekstur tanah.

1.    Suhu Perairan

Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu

optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran

tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC,

konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih

bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya

bagi ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan (Ahmad

dkk.,1998).

Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan

sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta

berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju

metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan

suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di lokasi pratikum kisaran suhu

air yang didapatkan adalah sebesar 27°C, keadaan ini menunjukan bahwa tambak tersebut

dalam kondisi yang optimal untuk kehidupan organisme. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Buwono (1993), suhu yang ideal untuk kehidupan ikan maupun udang

berkisar antara 25-30°C. Ikan Bandeng masih hidup normal pada suhu 35ºC. Secara

teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau konsentrasi oksigen

terlarut cukup tinggi (Ahmad dkk.,1998).

2.    Salinitas

Page 15: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas,

akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air yang bersalinitas

tinggi harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya.

Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang diperoleh dari makanan dan digunakan

untuk keperluan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi pratikum nilai salinitas

yang didapatkan yaitu 9 ppt, nilai ini masih layak untuk kehidupan organisme budidaya

khususnya ikan bandeng maupun udang. Hal ini sesuai dengan pendapat Mintardjo et al.,

(1985), yang menyatakan bahwa Salinitas yang baik untuk kegiatan budidaya ikan dan

udang adalah 10-25 ppt.

3.      DO

Biota air membutuhkan oksigen terlarut guna pembakaran makanan untuk

menghasilkan aktivitas seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain. Oleh

karena itu, ketersediaan oksigen bagi biota air menentukan lingkaran aktivitasnya,

konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen, dengan

ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum. Karena itu, kekurangan oksigen dalam

air dapat mengganggu biota air, termasuk kepesatan pertumbuhannya. Kandungan

oksigen terlarut dalam tambak di lokasi pratikum yaitu 4,1 mg/l, termasuk konsentrasi

yang cukup baik untuk pertumbuhan ikan bandeng maupun udang. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Kordi dan Tancung (2007), bahwa kandungan oksigen terlarut untuk

pertumbuhan optimal ikan Bandeng yaitu berkisar 4-7 mg/l. Sedangkan pertumbuhan

optimal untuk Udang Windu yaitu berkisar 5-10 mg/l.

4.      Nitrat

Nitrat dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam tambak,

konsentrasi nitrat diperlukan untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut

sebagai pakan alami utama ikan. Kosentrasi nitrat dalam tambak di lokasi pratikum yaitu

0,0036 mg/l. Wardoyo (1982) dalam Resti (2002) mengatakan bahwa alga khususnya

fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,09-3,5 mg/l. Pada

konsentrasi dibawah 0,01 mg/l atau diatas 4,5 mg/l nitrat dapat merupakan faktor

pembatas. Ditinjau dari kandungan nitrat tambak di lokasi pratikum tergolong memiliki

tingkat kesuburan rendah.

5.      Derajat Keasaman (pH)

Page 16: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan khususnya tambak karena

mempengaruhi kehidupan jasad renik. Nilai pH pada tambak budidaya mempunyai

pengaruh yang besar terhadap organisme budidaya sehingga seringkali dijadikan petunjuk

untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Perairan asam akan kurang produktif,

bahkan dapat menyebabkan kematian pada hewan budidaya. Pada keasaman yang tinggi

(pH rendah) kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal sebaliknya terjadi pada

perairan basa. Berdasarkan hasil pengamatan nilai pH di tambak lokasi pratikum yaitu

sekitar 7. Dari data hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa pH dalam

tambak ini cukup normal bagi kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Khordi dan Tanjung (2007), yang menyatakan bahwa hubungan antara pH air dan

kehidupan ikan budidaya, apabila pH <4,5 air bersifat racun bagi ikan, pH 5-6,5

pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri parasit, pH yang

terbaik dalam budidaya dalah 6,5 – 9,0 dan kisaran optimum adalah pH 7,5- 8,7.

6.      Tekstur Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi

tanah tambak yang kami amati baik untuk proses budidaya, yaitu secara umum

mengandung banyak liat dan lumpur berpasir seperti halnya yang diungkapkan oleh

Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991), yang menyatakan bahwa tanah liat

dan lumpur merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap karena banyak

mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bandeng.

7.      Topografi

Secara keseluruhan Tambak tempat pengambilan sampel yang menempati pesisir

daratan serta kondisi wilayah pada umumnya merupakan dataran rendah, demikian pula

tingkat kemiringan tanah berada pada klasifikasi rendah.

8.      Manajemen Tata Lingkungan

Dalam kegiatan Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk

mempertahankan kondisi kualitas lahan budidaya (tambak) maupun kualitas air yang

diakibatkan oleh degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga. Kondisi

lahan budidaya baik internal (tekstur tanah) maupun eksternal (lingkungan sekitar

tambak) sudah tidak layak dijadikan areal budidaya. Hal ini disebabkan karena tambak

Page 17: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

tersebut dekat dengan pemukiman warga, maka secara tidak langsung degradasi

lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah buangan rumah tangga tidak bisa

dihindari.

Adapun kondisi kualitas air dari beberapa parameter yang kami amati di tambak

masyarakat kawasan Teluk Kendari seperti suhu perairan, salinitas, DO, nitrat, derajat

keasaman dan tekstur tanah dapat disimpulkan bahwa kondisi kualitas air secara

keseluruhan masih layak dijadikan sebagai areal budidaya, hanya kandungan nitrat

tambak di lokasi pratikum tergolong memiliki tingkat kesuburan rendah. Berdasarkan

pernyataan Khardi dan Tanjung (2007), hal tersebut disebabkan karena terdapat sisa-sisa

ganggang yang mati, sisa pakan dan kotoran biota budidaya itu sendiri serta

pengoperasian lahan tambak dilakukan terus-menerus tanpa istirahat dan penggunaan

bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.

Namun apabila dilakukan manajemen yang baik, seperti pengelolaan dasar

tambak seperti pemberian pupuk, peristrahatan tambak, pengeringan, pergantian air dan

pencucian sehingga tanah dasar tambak menjadi subur, gembur dan membuat koloid

tanah menjadi stabil, disamping itu guna mengoksidasi bahan-bahan organik dan

substansi-substansi yang tersisa pada lapisan tanah dasar tambak.

Page 18: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas saya sebagai penulis ada

beberapa hal yang dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut :

1.      Secara keseluruhan gambaran umum tambak tersebut baik internal maupun ekternal

telah mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah

buangan industri rumah tangga.

2.      Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi

kualitas lahan budidaya (tambak) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh

degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga.

3.      Parameter yang kami amati di tambak masyarakat kawasan Teluk Kendari seperti

suhu perairan, salinitas, DO, nitrat, derajat keasaman dan tekstur tanah dapat

disimpulkan bahwa kondisi kualitas air secara keseluruhan masih layak dijadikan

sebagai areal budidaya, hanya kandungan nitrat tambak di lokasi pratikum tergolong

memiliki tingkat kesuburan rendah.

Page 19: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

4.      Kondisi tanah tambak yang kami amati masih baik untuk proses budidaya, karena

secara umum mengandung banyak liat dan lumpur berpasir.

5.      Kondisi topografi tambak tempat pengambilan sampel pada umumnya merupakan

dataran rendah, demikian pula tingkat kemiringan tanah berada pada klasifikasi

rendah.

B.     Saran

Saran saya untuk praktikum lapang selanjutnya sebaiknya juga dilakukan di

perairan laut maupun tawar agar praktikan dapat melihat perbandingan secara langsung

disetiap tipe perairan dalam melakukan Manajemen Tata Lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1991. Teknik Pembuatan Tanah Tambak. Kanisius. Yogyakarta.

Ahmad, T., M. Tjaronge. and F. Cholik. 2001. The Use of Mangrove Stands For Shrimp Pond Waste-water Treatment. Indonesian Fisheries Research Journal. 7(1):9-16.

Alifuddin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng. Modul Penyiapan Tambak. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 34 hal.

Boyd, C.E., Massaut, L. and Weddig, L.J. 1998. Towards Reducing Environmental Impacts of Pond Aquaculture. Info Fish International 2(98): 27-33.

Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.

Paez Ozuna, F., Guererro-Galvan. and Ruiiz-Fernandez, S.R. 1998. The Enviromental Impact of Shrimp Aquaculture and The Coastal Pollution. Marine Pollution Bulletin 36(1): 65-75.

Pantjara, B., M. N. Nessa., W. Monoarfa. dan I. Djawad. 2007. Upaya Peningkatan Produktivitas Tambak di Tanah Sulfat Masam dengan Mengurangi Unsur Toksik dari Pematang. Jurnal Riset Akuakultur. 2(2):257-269.

Raswin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng, Modul Pengelolaan Air Tambak. Pdf. http://zonaikan.wordpress.com/2009/10/06/kualitas-air-tambak bandeng/. Diakses pada tanggal 3 Juni 2014.

Page 20: Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

Utojo, A. Mustafa., dan Hasnawi. 2010. Model Kesesuaian Lokasi Pengembangan Budidaya Tambak di Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Jurnal Riset Akuakultur. 5(3):465-479.

Yunus. 1975. Kualitas Air untuk Akuakultur. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.