68
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Akuakultur berasal dari bahasa Inggris aquaculture (aqua = perairan; culture = budidaya) dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi budidaya perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena itu, akuakultur dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan (Effendi 2004). Menurut Crespi dan Coche (2008) pengertian akuakultur air tawar adalah budidaya organisme aquatik dimana produk akhir dihasilkan di lingkungan air tawar; tahap awal siklus hidup spesies yang dibudidayakan bisa saja di perairan payau atau laut. Akuakultur memberikan gambaran tentang pengelolaan ikan dalam budidaya dengan baik yang mencakup bagaimana kita mengenal jenis pakan dan intensitas pakan bagi organisme air, hama penyakit yang menyerang bagi ikan, tingkah laku dan sebagainya. Sistem budidaya ikan yang diterapkan di Indonesia adalah monokultur dan polikultur. Kegiatan monokultur ikan adalah memelihara ikan dari jenis yang sama. Sedangkan kegiatan polikultur ikan adalah memelihara ikan dari jenis yang berbeda dalam wadah yang sama. Ikan yang dipelihara bisa terdiri dari dua jenis atau lebih. 1

MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di

lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Akuakultur berasal

dari bahasa Inggris aquaculture (aqua = perairan; culture = budidaya) dan diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia menjadi budidaya perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena

itu, akuakultur dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk

meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang

dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan

(growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan (Effendi

2004).

Menurut Crespi dan Coche (2008) pengertian akuakultur air tawar adalah budidaya

organisme aquatik dimana produk akhir dihasilkan di lingkungan air tawar; tahap awal siklus

hidup spesies yang dibudidayakan bisa saja di perairan payau atau laut. Akuakultur

memberikan gambaran tentang pengelolaan ikan dalam budidaya dengan baik yang

mencakup bagaimana kita mengenal jenis pakan dan intensitas pakan bagi organisme air,

hama penyakit yang menyerang bagi ikan, tingkah laku dan sebagainya. Sistem budidaya

ikan yang diterapkan di Indonesia adalah monokultur dan polikultur. Kegiatan monokultur

ikan adalah memelihara ikan dari jenis yang sama. Sedangkan kegiatan polikultur ikan

adalah memelihara ikan dari jenis yang berbeda dalam wadah yang sama. Ikan yang

dipelihara bisa terdiri dari dua jenis atau lebih.

Nila merupakan salah satu komoditas penting budidaya perikanan air tawar di

Indonesia. Ikan ini merupakan ikan introduksi penting yang didatangkan secara bertahap ke

Indonesia. Nila disenangi tidak hanya karena rasa dagingnya yang khas, tetapi juga karena

laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang cepat. Ikan nila dikenal sebagai ikan yang

rakus, omnivora dan dapat hidup di mana-mana, baik dataran rendah maupun dataran tinggi,

di air tawar maupun di air payau (Asmawi, 1983). Ikan Nila merupakan spesies aktif

mencari makan pada saat siang hari (Diurnal), ikan ini cenderung sering muncul di

permukaan. Selain itu, Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat

hidup dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang

rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan dari jenis lain

tidak dapat hidup.

1

Page 2: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

B. Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara budidaya perairan tawar dan

bagaimana dalam memanajemennya, mulai dari tahap persiapan, pemupukan, pengapuran,

pengairan, penebaran bibit, pemeliharaan, penanganan terhadap hama dan penyakit,

pemanenan hingga penanganan pasca panen.

1. Persiapan Kolam

a. Memperbaiki kolam agar dapat menampung air dan menekan perembesan air.

b. Meningkatkan kondisi kolam untuk mendorong pertumbuhan makanan alami ikan dan

mencegah timbulnya hama dan penyakit ikan.

2. Pengairan Kolam

a. Mempertahankan level air kolam.

b. Menjaga kualitas air agar memenuhi syarat untuk pertumbuhan dan kehidupan ikan.

3. Benih Ikan dan Penebaran

a. Mempersiapkan, memilih, dan menebar ikan ke dalam kolam.

b. Mengetahui kondisi air bila sudah aman bagi ikan.

4. Pemupukan

Menyediakan pakan ikan alami di kolam.

5. PemberianPakan

Memberikan pakan yang langsung dimakan ikan.

6. Pengendalian Hama, Penyakit Ikan, dan Gulma Air

a. Menjaga ikan pemeliharaan tetap utuh dan sehat.

b. Menjaga lingkungan air bersih.

7. Pemenenan Ikan

a. Memanen ikan secara efisien dan produksi tinggi.

b. Mendapatkan hasil panen yang berkualitas .

8. Pengangkutan Ikan

Mengangkut ikan hasil panen ke sasaran masyarakat.

C. Manfaat

Pada praktikum Manajemen Akuakultur Tawar ini, manfaat yang dapat diharapkan

adalah memberikan wawasan tentang pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa

sebagai praktikan untuk dapat melakukan teknik budidaya mulai dari persiapan kolam,

pemilihan benih, penebaran, cara pemeliharaan, metode pemberian pakan, penanganan dari

2

Page 3: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

panen sampai pasca panen hingga analisis usaha budidaya ikan nila tersebut. Pengontrolan

kualitas air berfungsi untuk menjaga kestabilan kondisi kolam budidaya, pengawasan limbah

hasil ekskresi dan sisa pakan supaya tidak mencemari perairan di sekitar kolam budidaya

tersebut

Waktu dan Tempat

- Waktu pelaksanaan :

1. Persiapan Kolam

Tanggal : 17 Oktober 2014

Pukul : 13.00 – selesai

2. Penebaran Ikan

Tanggal : 24 Oktober 2014

Pukul : 13.30 – selesai

3. Sharing 1 + Pasang Jaring

Tanggal : 31 Oktober 2014

Pukul : 13.30 – selesai

4. Sampling 1

Tanggal : 7 November 2014

Pukul : 13.30 – selesai

5. Sharing 2

Tanggal : 14 November 2014

Pukul : 13.30 – selesai

6. Sampling 2

Tanggal : 21 November 2014

Pukul : 13.30 – selesai

7. Sharing 3

Tanggal : 28 November 2014

Pukul : 13.30 – selesai

8. Panen + Sampling Terakhir

Tanggal : 06 Desember 2014

Pukul : 07.00 – selesai

- Tempat pelaksanaan praktikum :

1. Kolam penelitian dan percobaan Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

3

Page 4: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

2. Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

II. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat

Bak fiber sebanyak 2 buah

Kolam ikan sebanyak 2 buah

Pipa paralon

Aerator

Ember

Seser

Timbangan

Penggaris

Plastik

Kalkulator

Tali tambang

Botol oksigen

Pipet ukur

Pipet tetes

Gelas ukur

Kempot

Erlenmeyer

Thermometer

pH meter

Alat tulis

Cangkul

jaring

Bahan

Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Ikan patin ( Pangasius pangasiu)

Pellet

Larutan titrasi DO (MnSO4, reagen O2, H2SO4 pekat, indikator amilum, 1/88

Na2S2O3)

Larutan titrasi CO2 (indicator PP, 1/44 NaOH)

Larutan titrasi alkalinitas (Indikator PP, Metyl Orange, 1/50 H2SO4)

Pupuk

Kapur

B. Cara Kerja

1. Persiapan Wadah Budidaya

4

Page 5: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

a. Persiapan Bak

Bersihkan bak dari lumut atau kotoran yang mungkin menempel di dasar dan dinding

bak.

Tutup pintu air keluar dengan benar jangan sampai ada kebocoran.

Isi air hingga penuh hingga ¾ bak.

Bak siap digunakan.

b. Persiapan Kolam

Keringkan kolam dan tutup pintu air masuk dengan benar jangan sampai ada aliran.

Bila ada rembesan air lewatkan melalui caren.

Melakukan perbaikan kolam, dimulai dengan pemotongan rumput dan akarnya

dengan arit pada sisi miring pemetang, mengumpulkan dan mengeringkan rumput di

atas pematang kolam.

Menggali lubang yang ada pada pemetang bila ada kebocoran air atau ada hama

bersembunyi, kemudian di tutup dengan tanah yang padat.

Membasahi tanah pematang yang akan diperbaiki dan tutup dengan tanah dari dasar

kolam.

Sisa tanah endapan pemeliharaan yang lalu sebaiknya dihabiskan untuk memperkuat

pematang.

Melakukan pengolahan tanah dasar kolam dengan mencangkul dan membalik tanah.

Menimbang kapur pertanian dengan ember plastik dan tebarkan dengan dosis 0,1 –

0,15 kg/m2. Kemudian kotoran ayam kering dengan dosis 0,5 kg/m2.

2. Pengairan Kolam

5

Page 6: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Tutup pintu air keluar dengan tanah yang padat sehingga terjamin tidak bocor.

Pasang saringan pada pintu air keluar dan pintu air masuk.

Pasang tongkat berskala di dekat air masuk sehingga angka 0 cm tepat pada

permukaan dasar kolam, dan apabila dibasa semakin keatas semakin dalam.

Isikan air kedalam kolam sampai kedalam 50 cm. Amati kedalaman air tiap hari dan

apabila air berkurang isikan kembali sampai kedalaman semula. Biarkan selama

beberapa hari sehingga ditumbuhi plankton.

Beri aerasi air berupa aliran air untuk menigkatkan DO.

Kolam kemudian dialiri air dan didiamkan selama 7 hari, sehingga tumbuh pakan

alami.

3. Penebaran Benih

a. Kolam

Sebelum ikan ditebar, dilakukan pengukuran panjang dan berat

Ikan yang di tebar:

Kolam 1 : Ikan Nila 100 ekor (Monokultur)

Kolam 2 : Ikan Lele 100 ekor (Monokultur)

Kolam 3 : Ikan Nila 70 ekor dan Ikan Lele 30 ekor ( Polikultur )

Dilakukan analisis terhadap kualitas air

(DO, CO2, alkalinitas, suhu air, suhu udara, pH, dan densitas Plankton)

b. Bak

Sebelum ikan ditebar, dilakukan pengukuran panjang dan berat

Ikan yang di tebar :

Bak 1 : Ikan Nila 30 ekor ( Monokulture)

Bak 2 : Ikan Lele 30 ekor ( Monokulture)

Bak 3 : Ikan Nila 20 ekor dan Ikan Lele 10 ekor ( Polikultur)

6

Page 7: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Dilakukan analisis terhadap kualitas air (DO, CO2, alkalinitas, suhu air, suhu udara,

pH, dan densitas plankton

4. Sampling , Menghitung Jumlah Pakan dan Pemberian Pakan

Mengambil ikan sebagai sampel dengan menggunakan seser atau jaring sebanyak

30% dari total populasi jenis ikan.

Letakkan pada ember yang telah berisi air.

Mengukur panjang dan berat masing – masing ikan sampel.

Menghitung berat pakan yang akan digunakan, yaitu dengan rumus:

Pemberian pakan dilakukan dengan cara adlibitum dengan pemberian 2x sehari

Apabila ada yang mati maka di catat panjang dan beratnya

5. Analisis Kualitas Air

a. DO

Sampel air diambil menggunakan botol oksigen, jangan sampai ada gelembung;

Tambahkan 1ml reagen O2 dan MnSO4;

Botol oksigen ditutup rapat dan digojok, dibiarkan hingga endapan mengendap

semua;

Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat, botol ditutup rapat dan digojok hingga semua

endapan hilang

Diambil 50 ml dan dipindahkan ke erlenmeyer

7

Page 8: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum, dan dititrasi dengan 1/80 N Na2S2O3.

b. CO2 bebas

Diambil sampel air dengan botol oksigen;

Dari botol oksigen diambil 50 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes, Jika berwarna merah muda berarti tidak

ada CO2 bebas. Apabila tidak berubah warna titrasi dengan 1/44 NaOH sampai

berwarna

c. Alkalinitas

Diambil sampel air dengan botol oksigen;

Dari botol oksigen diambil 50 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes. Jika berwarna merah muda titrasi

dengan 1/50 N H2SO4 sampai bening. Selanjutnya ditetesi dengan MO dan dititrasi

dengan 1/50 H2SO4.

d. Densitas plankton

Air diambil dengan ember dan dituang ke plankton net

Plankton yang tersaring diamati dengan menggunakan SR

Dihitung kepadatan plankton yang terdapat pada SR

6. Panen

a. Bak

Kuras air bak dengan membuka pintu keluar air.

Setelah air dangkal, mulai diambil ikan-ikan yang ada di dalam bak dan dimasukkan

ke dalam ember.

Hitung Berat Total seluruh ikan yang masih hidup selama pemeliharaan.

8

Page 9: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

b. Kolam

Kurangi air kolam secara bertahap.

Singkirkan lumpur yang berada dalam saluran atau caren dalam kolam.

Setelah air surut dan tinggal dalam saluran atau caren, air masuk di alirkan. Besarnya

aliran masuk seimbang dengan pengeluaran sehingga air dalam caren tetap dan

mengalir.

Memulai penangkapan ikan dengan hati – hati agar ikan tetap berada dalam caren.

Penangkapan dimulai dari dekat pintu pembuangan sampai habis, kemudian menuju

kearah dekat pintu masuk. Ikan langsung dipindah dalam kolam penampungan yang

sudah disiapkan atau ikan di letakkan dalam ember dan dilakukan sampling setelah

itu masukkan ikan dalam bak atau kolam yang sudah disiapkan.

7. Simulasi Pengangkutan

Perlakuan simulasi ada 2 cara yaitu ikan dimasukkan dalam kantong plastik dan

diberi oksigen, ikat kencang serta dimasukkan ke dalam jerigen/ drum tertutup.

Kantong – kantong tersebut diletakkan di lantai begitupula dengan jerigen atau

drumnya.

Goyang – goyangkan jarring dan jerigen tersebut selama 2 jam (diasumsikan sebagai

gerakan yang ditimbulkan selam pengangkutan).

III. HASIL PENGAMATAN

Terlampir

9

Page 10: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

IV. PEMBAHASAN

PEMBAHASAN UMUM

Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar dilakukan dengan menggunakan dua

macam perlakuan yaitu dengan pemeliharaan di bak dan di kolam. Metode budidaya yang

digunakan pada bak dan pada kolam adalah sama yaitu monokultur tetapi kepadatannya

berbeda. Menurut Khairuman (2011), benih pembesaran secara monokultur harus dipilihkan

yang seragam, jika tidak, maka akn tumbuh tidak seragam pula. Benih yang besar akan

tumbuh luar biasa, dan benih yang kecil akan tersisih karena tidak mendpatkan makanan.

Keuntungan pemeliharaan secara monokultur adalah pengontrolannya yang mudah,

pemberian pakan tambahan efisien dan penangganan bila terjadi gangguan hama/penyakit

lebih mudah. Monokultur adalah sistem pemeliharaan, dimana didalam satu kolam hanya

ada satu spasies saja yang dipalihara. Pemeliharaan secara monokultur ini banyak dilakukan

petani ikan di malaysia, Filipina, atau Taiwan (Avrianto dan Liviawaty, 1992).

Cara ini adalah sistem pemeliharaan ikan dengan menebar satu jenis ikan kekolam

atau empang. Sistem ini memiliki keuntungan :

1. Lebih mudah penanganannya karena hanya satu jenis dan lebih fokus.

2. Memudahkan penanggulangan hama penyakit

3. Pengelolaan air lebih mudah karena karakter ikan terhadap air berbeda dalam hal

kebutuhan Ph, Salinitas, kadar oksigen, kekeruhan dan ketinggian air.

4. Memudahkan pemberian ransum pakan karena setiap jenis ikan berbeda

kebutuhan nutrisi

5. Persaingan didalam kolam menjadi minimum baik “perebutan” pakan maupun

wilayah.

IKAN NILA

Nila merupakan salah satu komoditas penting budidaya perikanan air tawar di

Indonesia. Ikan ini merupakan ikan introduksi penting yang didatangkan secara bertahap ke

Indonesia. Nila disenangi tidak hanya karena rasa dagingnya yang khas, tetapi juga karena

laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang cepat.

Ikan nila dikenal sebagai ikan yang rakus, omnivora dan dapat hidup di mana-mana,

baik dataran rendah maupun dataran tinggi, di air tawar maupun di air payau (Asmawi,

1983). Klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984) adalah :

10

Page 11: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Kelas : Osteichthyes

Sub-kelas : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphi

Sub-ordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

Pertumbuhan ikan nila cepat pada ekologi yang baik dan bentuk tubuhnya relatif

lebih lebar. Tetapi karena terlalu sering berkembang biak, kebanyakan ikan 17 nila hanya

dapat mencapai berat antara 80 gram sampai 140 gram per ekor. Jika dibandingkan dengan

ikan-ikan lainnya, seperti ikan mas, ikan mujair dan tawes, dimana waktu dan cara

pemeliharaannya sama, ikan nila dapat mencapai berat dan ukuran yang lebih besar. Dalam

masa pemeliharaan 5 bulan ikan nila sudah mencapai berat 120 gram per ekor, sedangkan

ikan mas 90 gram dan ikan tawes 80 gram, tetapi ikan mujair jauh lebih lambat, yaitu hanya

40 gram per ekor (Asmawi 1983).

Morfologi :

Ikan nila mempunyai morfologi sebagai berikut:

1. Badan memanjang, bentuk tubuh pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatif kecil,

garis linea lateralis terputus dan terbagi dua yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5

buah sirip dengan rumus D.XVI.12; C.V.1.5; P.12 dan A.III.9. Perbandingan antara

panjang total dengan tinggi badan 3:1.

2. Sisik besar dan kasar berbentuk stenoid, mempunyai jumlah sisik pada gurat sisi 34

buah, terdapat 8 buah garis tegak pada kedua sisi tubuh.

3. Sirip punggung berwarna hitam, sirip dada menghitam. Pada sirip ekor terdapat 6

buah garis tegak, sedangkan pada sirip punggung 8 buah. Pinggir sirip punggung

berwarna abu-abu atau hitam.

4. Mata besar dan menonjol dengan tepi berwarna putih (Khairuman, 2011).

Habitat dan Kualitas Air Ikan Nila :

Habitat ikan nila adalah perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa,

tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline) sehingga dapat pula

hidup dengan baik di air payau dan laut. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap

lingkungan hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau

11

Page 12: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 14 –

38 derajat celcius. Dengan suhu terbaik adalah 25 –  300C. Hal yang paling berpengaruh

dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar

maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35%

namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik. Sedangkan pH air yang cocok

adalah 6 – 8,5, tetapi pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 5 – 11. ( Kordi, 2009)

Tehnik Pembesaran Ikan Nila :

Tahapan yang dilakukan dalam praktikum Manajemen Akuakultur Air Tawar ini

adalah

1. Persiapan wadah Budidaya dan Pengairan Bak

Bak dipilih berdasarkan kriteria praktikum dilihat apakah bak tersebut mengalami

kebocoran atau tidak, besarnya sesuai atau tidak, kemudian dilakukan pencucian bak agar

bak bersih dan terhindar dari penyakit yang berasal dari budidaya sebelumnya kemudian

bak terdiri dari 3 buah, yaitu bak I, bak II dan bak III. setelah itu sambil dicuci dilakukan

pengecekan pipa pembuangan yang terdapat dibawah bak. Selanjutnya bak di isi dengan air

hingga ¾ bak dan di beri aerasi untuk mengontrol dan mensuplai kadar oksigen didalam bak

tersebut.

Kolam

Persiapan kolam, pada tahap ini lebih kepada hal yang membuat kolam atau

lingkungan sekitar kolam tersebut. Hal-hal yang dilakukan untuk membuat kolam tersebut

siap adalah, pertama mebersihkan sekitar kolam, sepertri perbaikan pematang, dengan cara

merapikan rumput, perbaikan kemiringan kolam. Kolam di bagi menjadi 3 petak yaitu

Kolam I, Kolam II, Kolam III. Kolam yang digunakan adalah kolam permanen yaitu kolam

yang sudah dilapisi dengan semen baik dasar kolamnya ataupun dinding kolam. Tahap

selanjutnya adalah pengarian, inti dari tahap ini adalah mengisi air sampai level air kolam

dan terus menjaga level tersebut agar terus memenuhi syarat untuk pertumbuhan dan

kebutuhan ikan. Air yang dipergunakan dalam kolam tesebut juga tidak sembarang air, yaitu

air yang bebasa dari hama, dan kualitas airnya subur. Tahap yang terakhir adalah dilakukan

pemupukan, Pupuk yang diberikan dalam Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar adalah

pupuk kandang ( Kotoran ayam kering ) dengan dosis 6 kg untuk setiap kolam . Fungsi dari

pemupukan menurut Effendi (2004) adalah untuk meningkatkan kandungan hara bagi

kebutuhan fitoplankton untuk berfotosintesis. Setelah dari pemupukan dapat kita lihat

hasilnya yaitu adanya perubahan warna kolam menjadi kehijauan yang artinya terdapat

12

Page 13: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

peningkatan populasi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton dapat berfungsi sebagai pakan

alami ikan.

2. Penebaran Benih

Benih ikan yang akan di tebar di sampling terlebih dahulu dengan pengukuran

panjang dan berat. Jumlah ikan yang tedapat di tiap bak adalah sama, namun hanya proporsi

jumlah tiap ikan yang berbeda.

Kolam 1 dan Bak 1 : Ikan Nila 100 ekor (Monokultur)

Kolam 2 dan Bak 2: Ikan Lele 100 ekor (Monokultur)

Kolam 3 dan Bak 3 : Ikan Nila 70 ekor dan Ikan Lele 30 ekor ( Polikultur )

Pada awal pemberian air ke dalam bak dan kolam , Ambil sampel air yang ada di bak

untuk diukur DO, pH, CO2, dan alkalinitasnya untuk mengetahui nilai kualitas air awal.

Setelah air di ukur benih ikan dimasukkan kedalam bak dan kolam kemudian dilakukan

aklimatisasi agar ikan tidak stress. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan selama 2 bulan

hingga panen.

3. Pemberian Pakan

Pemeliharaan dan pembesaran dengan pemberian pakan yang dihitung dari kegiatan

sampling yang dilakukan tiap 2 minggu, kemudian rasio pelet dihitung 3 % dari total

biomassa hasil sampling. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pagi pukul 09.00 WIB

dan Sore pukul 16.00 WIB dengan metode ad libitum sampai sekenyangnya. Pemberian

pakan dilakukan dengan persentase biomassa, yaitu sebesar 3 % dari jumlah berat biomassa

ikan. Hal ini sesuai dengan teori pemberian pakan ikan nila menurut Suyanto (2004),

sebaiknya antara 2-3 % berat ikan per hari. Pemberian pakan dihitung berdasarkan berat ikan

yang disampling, sedangkan angka 3% adalah koefisiennya. Sehingga setiap minggunya

pakan ikan yang diberikan akan terus bertambah karena menyesuaikan dari pertambahan dari

berat tubuh ikan tersebut. Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan

pertumbuhan ikan. Pemberian pakan yang kurang baik (jumlah dan mutunya) akan

menimbulkan penyakit nutrisi pada ikan. Tanda-tanda pada ikan yang kekurangan nutrisi

adalah pertumbuhannya lambat, ikan tampak lemah dan tidak bergerak gesit. Pemberian

pakan yang kurang baik dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga ikan

menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Pemberian pakan yang berlebihan juga dapat

menyebabkan pencemaran (polusi) air kolam. Sisa-sisa makanan yang tidak terkonsumsi

menyebabkan polusi air kolam sehingga mengganggu kesehatan ikan karena kadar amoniak

menjadi tinggi. Menurut Djarijah (2006), pengukuran kualitas pakan dilakukan dengan

membandingkan jumlah pakan yang diberikan dengan (pertambahan) berat ikan yang

13

Page 14: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

dihasilkannya dan dinyatakan sebagai Food Convercy Ratio (FCR). Pakan buatan

merupakan salah satu prinsip untuk meningkatkan produksi dalam akuakultur, untuk

akuakultur intensif pakan buatan merupakan faktor pokok untuk ikan. Pakan sangat

berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan yang kurang

baik (jumlah dan mutunya) akan menimbulkan penyakit nutrisi pada ikan. Tanda-tanda pada

ikan yang kekurangan nutrisi adalah pertumbuhannya lambat, ikan tampak lemah dan tidak

bergerak gesit (Gusrina, 2008).

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit, Untuk menurunkan penyakit, parasit, pemangsa

dan pesaing maka petani ikan dapat melakukan pengeringan dan perawatan kontinyu

misalnya dengan mengalirkan air yang berkualitas baik kedalam kolam, memberantas hama

dan penyakit dengan pestisida organik dan anorganik. Penyakit tertentu dapat memusnahkan

seluruh komoditas yang diusahakan, terutama pada budidaya intensif. Padat tebar benih yang

tinggi, pencemaran air, dan tidak efisiennya kondisi budidaya dapat meningkatkan penyakit

ikan. Menurut Wirosaputro (2007),penyakit, parasit, pemangsa dan pesaing merupakan

faktor yang sangat merugikan karena menghambat produksi kolam. Penyakit yang dialami

pada saat Praktikum ini adalah ikan lele dan nila mengalami kematian pada saat awal

penebaran dikarenakan ikan stress pada saat penebaran benih dan mengakibatkan kematian

kemudian pada ikan lele selama pemeliharaan mengalami serangan penyakit yaitu ikan lele

menjadi lemas berada di dasar erairan tidak aktif warna tubuhnya berwarna putih terdapat

luka sekunder, kemudian dilakukan pemberian MB dan garam murni selama proses

pemeliharaan hasilnya ikan lele pada tahap pemeliharan akhir dapat sehat kembali

ditunjukan dengan pergerakkan yang aktif, luka sekunder yang sudah mulai pulih.

5. Panen

Pemanenan, Menurut Afrianto dan Liviawaty (2003), panen sebaiknya dilakukan

pada pagi hari sewaktu temperatur udara belum tinggi. Panen yang dilakukan setelah hari

terang, akan mengakibatkan ikan menjadi stress dan tidak tahan hidup dalam pengangkutan.

Sehingga dalam praktikum ini pemanenan dilakukan sekitar pukul 06.30 pagi. Kemudian,

saluran air keluar pada kolam dibuka dan ditutup dengan jaring agar ikan tidak lolos. Setelah

kolam mulai surut ikan diangkat dan ditampung ke dalam ember atau baskom untuk

dilakukan perhitungan biomassanya. Suyanto (2004), mengatakan bahwa wadah penampung

sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh dengan suhu dijaga 20°C dan diberi aerasi hal

tersebut dilakukan agar ikan dapat bertahan hidup dan tidak stress. Setelah proses

pemanenan selesai yang dilakukan adalah pengangkutan.

14

Page 15: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

6. Pengangkutan

Setelah proses perhitungan biomasa selesai yang dilakukan adalah pengangkutan.

Proses pengangkutan pada praktikum Manajemen Akuakultur Tawar hanya dilakukan

dengan simulasi yaitu dengan plastik yang telah oksigen dan simulasi pengangkutan

menggunakan drum. simulasi tersebut dilakukan selama dua jam. Pengangkutan pada

kantong plastik yang di oksigenasi dengan jumlah ikan nila sebanyak 150 ekor. Simulasi

pengangkutan menggunakan drum dilakukan dengan mengisi ikan nila sebanyak 150 ekor

dan digoyang-goyangkan selama 2 jam.

Menurut Zonneveld dkk (1991), pada setiap pengangkutan, ikan harus pada kondisi

dimana konsumsi oksigennya sekecil mungkin yaitu :

1. kondisi tidak makan (puasa)

2. suhu rendah (jika perlu didinginkan dengan es)

3. kondisi anestesia (mati-rasa).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah (Cahyono, 2000):

1. Wadah untuk mengemas ikan

Wadah untuk mengemas ikan hidup harus terbuat dari bahan-bahan yang ringan,

kuat, tidak meneruskan panas dan tidak mencemari air di dalamnya. Bahan-bahan yang dapat

digunakan untuk wadah ikan dalam pengangkutan adalah plastik, fiberglas, styrofoam,

jerigen plastik atau keranjang bambu.

2. Sistem pengangkutan

Pengangkutan ikan dapat dilakukan dengan dua macam yaitu pengangkutan tertutup

dan pengangkutan terbuka. Dalam pengangkutan tertutup, ikan diangkut dalam wadah

tertutup dan diberi oksigen murni dengan perbandingan 1 : 1. Selain itu, di dalam wadah

juga ditambah bahan kimia Na2HPO412H2O dengan dosis 1 – 1,5 g/liter air. Bahan kimia

tersebut untuk menstabilkan pH air selama pengangkutan. Pengangkutan ikan secara tertutup

biasanya menggunakan wadah dari kantong plastik, sedangkan dalam pengangkutan terbuka,

ikan diangkut dalam wadah atau bak terbuka tanpa diberi oksigen murni. Namun, untuk

pengangkutan jarak jauh, wadah diberi bahan kimia pembius agar ikan tidak mengalami stres

selama pengangkutan. Kepadatan ikan dalam simulasi pengangkutan 100 ekor dalam bak,

namun waktu simulasi dipersingkat menjadi 2 jam.

3. Kepadatan ikan dalam wadah

Kepadatan ikan dalam wadah tergantung pada ukuran ikan, sistem pengangkutan dan

lamanya pengangkutan. Kepadatan ikan di dalam wadah mempengaruhi kerusakan ikan dan

kematian ikan selama pengangkutan.

15

Page 16: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Analisis usaha pada suatu budidaya bermanfaat untuk mengukur sejauh mana potensi

ekonomi budidaya nila dan karpersecara polikultur dalam bak maupun kolam. Apakah

budidaya polikultur yang kita lakukan sudah dikelola dengan baik atau belum. Menurut

Wirosaputro (2007), Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) adalah rasio antara total nilai pendapatan

dengan biaya. Hasil perhitungan analisis usaha diperoleh B / C ratio sebesar 1,176. Maka

dengan demikian usah pembudidayaan ikan nila-lele ini layak untuk dijalankan walaupun

menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 149.000,00

PEMBAHASAN KHUSUS

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan berat atau panjang yang diperhitungkan selama

jangka waktu tertentu, sedangkan laju pertumbuhan adalah pertumbuhan yang kecepatannya

dihitung per satuan waktu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor luar

maupun dalam. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu suhu perairan, pakan,

penyakit, kadar oksigen terlarut, interaksi sosial dan lain-lain. Faktor dalam yang

mempengaruhi pertumbuhan yaitu umur, jenis kelamin dan jenis ikan itu sendiri

(Widaningroem, 2003). Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan ikan monokultur vs

polikultur selama pemeliharaan.

Grafik pertama adalah perkembangan pertumbuhan ikan lele bak monokultur vs

polikultur

Gambar 1. Hasil Pengamatan Perkembangan Pertumbuhan Ikan Lele Bak

Monokultur vs Polikultur

Pertumbuan berat merupakan bertambahnya berat ikan selama waktu tertentu (waktu

pemeliharaan). Berdasarkan hasil pengamatan dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa

16

Page 17: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

pertumbuhan ikan lele di dalam bak monokultur dan ikan lele di dalam bak polikultur

mengalami pertumbuhan. Berat total ikan lele monokultur pada saat pertama ditebar di bak

adalah 181,5 gram, pada saat pemanenan berat total ikan lele pertumbuhan menjadi 396

gram. Sedangkan berat total ikan polikultur pada saat pertama ditebar di bak adalah 270,5

gram, dan pada saat pemanenan beratnya mengalami pertumbuhan menjadi 1143 gram.

Berdasarkan pengamatan data yang didapat bahwa dalam periode waktu pemeliharaan yang

sama pertumbuhan berat yang terjadi pada ikan polikultur lebih terlihat dibandingkan

monokultur. Hal ini dapat terjadi karena dalam sistem polikultur prinsipnya adalah

memelihara berbagai jenis ikan (organisme air) yang membutuhkan jenis makanan yang

berbeda, mempunyai kebiasaan makan yang berbeda atau mencari makan-makan di daerah

yang berbeda serta menempati ruang hidup yang berbeda sehingga setiap jenis ikan tidak

akan bersaing dalam mencari makanan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).

Grafik kedua adalah perkembangan pertumbuhan ikan nila bak monokultur vs

polikultur

Gambar 1. Hasil Pengamatan Perkembangan Pertumbuhan Ikan Nila Bak

Monokultur vs Polikultur

Berdasarkan hasil pengamatan dari grafik tersebut bahwa pertumbuhan ikan nila di

dalam bak monokultur dan ikan di dalam bak polikultur mengalami pertumbuhan. Berat total

ikan nila monokultur pada saat pertama ditebar di bak adalah 253,5 gram, pada saat

pemanenan berat total ikan nila mengalami kenaikan menjadi 720 gram. Sedangkan berat

total ikan polikultur pada saat pertama ditebar di bak adalah 270,5 gram, dan pada saat

pemanenan beratnya mengalami kenaikan menjadi 1143 gram. Berdasarkan hasil

pengamatan data tersebut dapat disimpulkam bahwa dalam periode waktu pemeliharaan

yang sama, perkembangan pertumbuhan berat ikan polikultur lebih terlihat dibandingkan

monokultur. Dalam penerapan budidaya sistem polikultur pada praktikum ini ikan nila

dipelihara bersamaan dengan ikan lele, ikan nila merupakan ikan yang memiliki kebiasaan

makan di permukaan perairan, sedangkan ikan lele memiliki kebiasaan makan di dasar

17

Page 18: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

perairan. Sehingga perkembangan pertumbuhan ikan dalam bak polikultur akan lebih cepat

dikarenakan kedua spesies ikan yang dipelihara tidak akan bersaing dalam memperebutkan

makanannya. Hal ini berbeda dengan budidaya lele sistem monokultur, perkembangan

pertumbuhan berat lele cukup lambat karena dalam budidaya sistem monokultur hanya

memelihara satu spesies ikan, sehingga semua ikan akan saling bersaing dalam

memperebutkan makananya. Hal ini juga yang membuat perkembangan pertumbuhan ikan

nila di bak monokultur menjadi lambat karena sebagian energi dari ikan nila tersebut

digunakan untuk bersaing mendapatkan makanan dengan ikan yang lainnya.

Grafik ketiga adalah perkembangan pertumbuhan ikan lele kolam monokultur vs

polikultur

Gambar 3. Hasil Pengamatan Perkembangan Pertumbuhan Ikan Lele Kolam

Monokultur vs Polikultur

Berdasarkan hasil pengamatan dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa

perkembangan pertumbuhan ikan lele di dalam kolam monokultur dan ikan lele di dalam

kolam polikultur mengalami pertumbuhan. Berat sampling 30 % ikan lele monokultur pada

saat pertama ditebar di kolam adalah 234 gram, pada saat pemanenan berat sampling 30%

ikan lele meningkat menjadi 3571 gram. Sedangkan berat sampling ikan polikultur pada saat

pertama ditebar di kolam adalah 501 gram, dan pada saat dipanen beratnya ikan yang

disampling mengalami pertumbuhan menjadi 3368 gram. Berdasarkan hasil pengamatan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan pertumbuhan ikan yang di sampling lebih

besar pada kolam monokultur. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada saat proses praktikum

pengukuran berat ikan menggunkan metode random sampling, sehingga hasil yang

didapatkan tidak dapat mewakili total berat keseluruhan ikan. Namun berdasarkan berat

total, pertumbuhan berat ikan dalam periode waktu pemeliharaan yang sama pada kolam

polikultur lebih terlihat dari pada monokultur. Pada kolam lele monokultur pada saat

pertama ditebar berat totalnya adalah 780 gram, dan pada saat panen beratnya bertambah

18

Page 19: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

menjadi 4100 gram. Sedangkan pada kolam monokultur berat total ikan saat pertama ditebar

adalah 1523 gram, dan pada saat panen beratnya bertambah menjadi 6150 gram.

Grafik keempat adalah pertumbuhan ikan nila kolam monokultur vs polikultur

Gambar 4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Nila Kolam Monokultur vs

Polikultur

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ikan nila di dalam

kolam monokultur dan ikan di dalam kolam polikultur mengalami peningkatan. Berat

sampling 30 % ikan nila monokultur pada saat tebar di kolam adalah 535 gram, pada saat

dipanen berat sampling 30% ikan nila meningkat menjadi 2120 gram. Sedangkan berat

sampling ikan polikultur pada saat tebar di kolam adalah 501 gram, dan pada saat dipanen

beratnya ikan yang disampling mengalami peningkatan menjadi 3368 gram. Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ikan yang di sampling lebih besar pada

kolam polikultur. Hal ini sebanding dengan pengukuran berat total ikan.

Berat total ikan nila monokultur pada saat tebar di kolam adalah 1783 gram, pada

saat dipanen berat total ikan nila meningkat menjadi 5100 gram. Sedangkan berat total ikan

polikultur pada saat tebar di kolam adalah 1523 gram, dan pada saat dipanen beratnya

mengalami peningkatan menjadi 6150 gram. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui

bahwa dalam waktu pemeliharaan yang sama pertumbuhan berat ikan polikultur lebih

signifikan dari pada monokultur. Hal ini dapat terjadi karena dalam sistem polikultur

prinsipnya adalah memelihara berbagai jenis ikan (organisme air) yang membutuhkan jenis

makanan yang berbeda, mempunyai kebiasaan makan yang berbeda atau mencari makan

makan di daerah yang berbeda serta menempati ruang hidup yang berbeda sehingga setiap

19

Page 20: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

jenis ikan tidak akan bersaing dalam mencari makanan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).

Dalam penerapan polikultur pada praktikum ini ikan lele dipelihara bersamaan dengan ikan

nila, ikan lele memiliki kebiasaan makan dan aktif di dasar perairan sedangkan ikan nila

merupakan ikan yang memiliki kebiasaan makan dan aktif di permukaan perairan. Sehingga

pertumbuhan ikan dalam bak polikultur akan lebih cepat karena kedua spesies ikan yang

dipelihara tidak akan bersaing dalam memperebutkan makanannya. Hal ini berbeda dengan

sistem monokultur lele, pertumbuhan berat lele lambat karena dalam system monokultur

hanya memelihara satu spesies ikan saja, sehingga semua ikan akan saling bersaing dalam

memperebutkan makananya. Hal ini yang membuat pertumbuhan ikan lele di bak

monokultur menjadi lambat karena sebagian energy dari ikan lele tersebut digunakan untuk

bersaing mendapatkan makanan dengan lele yang lainnya.

Grafik kelima adalah pertumbuhan ikan lele kolam monokultur vs polikultur

Gambar 5. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan lele Monokultur Bak vs Kolam

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ikan lele

monokultur dalam bak dan ikan lele monokultur dalam kolam mengalami peningkatan.

Namun peningkatan partumbuhan ikan lele monokultur dalam kolam lebih signifikan dari

pada pertumbuhan ikan lele pada bak. Berat total ikan lele pada bak monokultur pada saat

ditebar adalah 181,5 gram dan pada saat dipanen berat totalnya meningkat menjadi 396

gram. Sedangkan berat tebar sampling 30 % ikan lele monokultur kolam adalah 234 gram

dengan berat total tebar adalah 780 gram, dan pada saat dipanen berat sampling 30% ikan

lele monokultur kolam mengalami peningkatan menjadi 3571 gram, dengan berat total 4100

gram. Berdasarkan data tersebut maka pertumbuhan ikan lele monokultur kolam lebih baik

dari pada pertumbuhan ikan lele monokultur di bak, ini dibuktikan dengan selisih berat total

ikan lele monokultur pada saat tebar dan panen lebih besar dari pada selisih berat ikan lele

monokultur di bak. Hal ini dapat terjadi karena pada persiapan kolam diberi perlakuan

20

Page 21: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

pemupukan yang berfungsi untuk menumbuhkan plankton, sehingga pakan yang didapat

oleh ikan lele monokultur dalam kolam tidak hanya dari pellet saja namun juga berasal dari

pakan alami.

Selain itu kualitas air pada kolam pemeliharaan lebih baik dari pada di bak

pemeliharan. Hal ini dibuktikan dengan warna air dalam kolam pemeliharaan yang

cenderung lebih hijau cerah dibandingkan dengan warna air dalam bak pemeliharan yang

cenderung coklat keruh. Persiapan kolam yang berupa pengeringan, pencangkulan,

pengapuran, dan pemupukan juga dapat membuat kualitas air dalam kolam budidaya

meningkat selain itu juga dapat membunuh pathogen atau parasit ikan serta juga dapat

menguapkan gas – gas beracun sehingga ikan yang dipelihara dalam kolam akan lebih sehat

dan nafsu makannya meningkat.

Grafik keenam adalah pertumbuhan ikan nila kolam monokultur vs polikultur

Gambar 6. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Nila Monokultur Bak vs Kolam

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ikan nila

monokultur dalam bak dan ikan nila monokultur dalam kolam mengalami peningkatan.

Namun peningkatan partumbuhan ikan nila monokultur dalam kolam lebih signifikan dari

pada pertumbuhan ikan nila pada bak. Berat total ikan nila pada bak monokultur pada saat

ditebar adalah 253,5 gram dan pada saat dipanen berat totalnya meningkat menjadi 720

gram. Sedangkan berat tebar sampling 30 % ikan nila monokultur kolam adalah 535 gram

dengan berat total tebar adalah 1783 gram, dan pada saat dipanen berat sampling 30% ikan

nila monokultur kolam mengalami peningkatan menjadi 3365 gram, dengan berat total 6150

gram. Berdasarkan data tersebut maka pertumbuhan ikan nila monokultur kolam lebih baik

dari pada pertumbuhan ikan nila monokultur di bak, ini dibuktikan dengan selisih berat total

ikan nila monokultur pada saat tebar dan panen lebih besar dari pada selisih berat ikan nila

monokultur di bak. Hal ini dapat terjadi karena pada persiapan kolam diberi perlakuan

21

Page 22: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

pemupukan yang berfungsi untuk menumbuhkan plankton, sehingga pakan yang didapat

oleh ikan nila monokultur dalam kolam tidak hanya dari pellet saja namun juga berasal dari

pakan alami.

Selain itu kualitas air pada kolam pemeliharaan lebih baik dari pada di bak

pemeliharan. Hal ini dibuktikan dengan warna air dalam kolam pemeliharaan yang

cenderung lebih hijau cerah dibandingkan dengan warna air dalam bak pemeliharan yang

cenderung coklat keruh. Persiapan kolam yang berupa pengeringan, pencangkulan,

pengapuran, dan pemupukan juga dapat membuat kualitas air dalam kolam budidaya

meningkat selain itu juga dapat membunuh pathogen atau parasit ikan serta juga dapat

menguapkan gas – gas beracun sehingga ikan yang dipelihara dalam kolam akan lebih sehat

dan nafsu makannya meningkat.

Grafik ketujuh adalah pertumbuhan ikan nila – lele kolam polikultur vs bak

polikultur

Gambar 7. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Nila – Lele Kolam Polikultur vs

Bak Polikultur

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ikan nila - lele

polikultur dalam bak dan ikan nila - lele polikultur dalam kolam mengalami peningkatan.

Namun peningkatan partumbuhan ikan nila - lele polikultur dalam kolam lebih signifikan

dari pada pertumbuhan ikan nila – lele polikultur pada bak. Berat total ikan nila – lele

(polikultur) pada bak saat ditebar adalah 270,5 gram dan pada saat dipanen berat totalnya

meningkat menjadi 1143 gram. Sedangkan berat tebar sampling 30 % ikan nila - lele

(polikultur) kolam adalah 501 gram dengan berat total tebar adalah 1523 gram, dan pada

saat dipanen berat sampling 30% ikan nila - lele (polikultur) kolam mengalami peningkatan

menjadi 3365 gram, dengan berat total 6150 gram. Berdasarkan data tersebut maka

22

Page 23: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

pertumbuhan ikan nila - lele (polikultur) kolam lebih baik dari pada pertumbuhan ikan nila -

lele (polikultur) di bak, ini dibuktikan dengan selisih berat total ikan nila - lele (polikultur)

pada saat tebar dan panen lebih besar dari pada selisih berat ikan nila - lele (polikultur) di

bak. Hal ini dapat terjadi karena pada persiapan kolam diberi perlakuan pemupukan yang

berfungsi untuk menumbuhkan plankton, sehingga pakan yang didapat oleh ikan nila - lele

(polikultur) dalam kolam tidak hanya dari pellet saja namun juga berasal dari pakan alami.

Ikan nila merupakan ikan yang memiliki kebiasaan makan dan aktif di permukaan perairan,

sedangkan ikan lele memiliki kebiasaan makan dan aktif di dasar perairan. Ikan lele lebih

suka memakan pakan alami yang tumbuh di dasar dan sesekali mengambil pakan dari pellet

yang diberikan sedangkan ikan nila yang aktif di permukaan lebih sering megambil pellet

sebagai pakan utamanya. Sehingga pertumbuhan ikan nila – lele dalam kolam polikultur

akan lebih cepat karena kedua spesies ikan yang dipelihara tidak akan bersaing dalam

memperebutkan makanannya.

b. FCR

Konversi pakan atau Feed Convertion Ratio (FCR) adalah suatu ukuran yang

menyatakan banyaknya pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan. Semakin

besar nilai FCR, maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg

ikan. Berikut ini merupakan grafik FCR secara keseluruhan ikan selama pemeliharaan:

Grafik 8. Hasil Pengamatan FCR ikan selam pemeliharaan

Berdasarkan hasil pengamatan grafik tersebut dapat diketahui bahwa FCR terbaik

terdapat pada bak polikultur, yaitu sebesar 0,75. Artinya dalam menghasilkan 1 kg ikan

dalam bak polikultur tersebut hanya membutuhkan 0,75 kg pakan. Sedangkan FCR tertinggi

terjadi pada bak lele monokultur yaitu sebesar 2,24, yang artinya untuk menghasilkan 1 kg

ikan lele dalam bak monokultur membutuhkan pakan sebesar 2,24 kg. Semakin kecil nilai

23

Page 24: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

FCR maka semakin baik pakan yang diberikan kepada ikan. Namun dalam praktikum ini

pakan yang diberikan adalah pakan yang sama, sehingga besarnya nilai FCR yang

didapatkan dipengaruhi oleh kualitas air pemeliharaan. Berdasarkan hasil pengamatan grafik

tersebut juga dapat diketahui bahwa nilai FCR pada bak lebih rendah dari pada nilai FCR

pada kolam, hal ini menunjukkan bahwa FCR pada bak lebih baik dari pada di kolam

pemeliharaan.

Bila dilihat dari FCRnya ikan nila dan lele monokultur dibanding polikultur pada

kolam dan bak menunjukan bahwa sistem budidaya monokultur tersebut pada kondisi tidak

baik.Hal ini ditunjukandengan grafik FCR ikan nila dan lele monokultur yang terus naik

begitu pula dengan polikultur FCR terus meningkat.Kondisi FCR terbaik adalah pada bak

polikultur karena FCR yang menurun dan hanya 0,75 .Berdasarkan FCR kolam dan bak ang

terbaik adalah pada budidaya di bak karena FCR rendah sehingga system budidayanya baik

dan sisa pakanminimum .Ikan yang dianggap memiliki kondisi tubuh yang sehat adalah jika

nilai FCR rendah yang menunjukkan semua komponen nutrien pada pakan bisa terkonversi

semua dan diserap tubuh ikan secara optimal.

24

Page 25: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Grafik 5 Lele Monokultur Vs Polikultur

Pada FCR ikan lele monokultur dibanding polikultur di kolam menunjukkan bahwa

ikan lele polikultur yang paling baik kondisinya.Hal ini ditunjukkan FCR ikan lele semakin

rendah di setiap minggunya hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberikan dapat

terkonversi dan dapat dicerna optimal oleh ikan lele dibandingkan dengan sistem mookultur.

Grafik 6 Nila Monokultur Vs Polikultur

FCR pada ikan nila monokultur dibanding polikultur, menujukan FCR yang lebih

baik adalah pada bak polikultur, sehingga juga dapat disimpulkan bahwa kondisi ikan nila

yang paling baik dengan ikan sistem budidaya polikultur.Ikan nila dapat mencerna secara

optimal pakan yang diberikan sehingga tingkat efisiensi pakan lebih tinggi dibandingkan

monokultur.

25

Page 26: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

FCR pada ikan lele dan nila monokultur terlalu tinggi hal ini menunjukan sistem

budidaya tersebut tidak dalam kondisi baik.Hal ini ditunjukkan dengan nilai FCR yang

tinggi.Efisiensi pakan yang rendah untuk kegiatan budidaya sangat merugikan pembudidaya

karena harus mengeluarkan banyak biaya untuk pakan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari nilai FCR yang paling baik polikultur bak.

Ditunjukkan dengan FCR yang rendah dibanding sistem yang lain. FCR yang rendah

menunjukkan keefisienan pakan yang dapat dicerna dan dikonversi secara optimal menjadi

energy untu pertumbuhan ikan. Semakin efisien pakan yang diberikan dengan tetap

mendapatkan hasil yang tinggi maka keuntungan yang didapatkan sangat tinggi.

Dikarenakan harga pakan sangat mahal jika dalam pemberian pakan FCR yang dihasilkan

tinggi maka pembudidaya akan merugi diakibatkan akan banyak biaya yang dikeluarkan

untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan.

c. Survival Rate

Survival Rate (SR) merupakan tingkat kelulushidupan ikan selama masa

pemeliharaan Menurut Cholik (1991), tingkat kelulus hidupan (SR) sangat mempengaruhi

berhasil tidaknya budidaya suatu ikan. Berikut ini merupakan grafik perbandingan nilai SR

selama pemeliharaan ikan pada semua perlakuan.

Gambar 16. Hasil Pengamatan FCR ikan nila bak monokultur vs nila kolam monokultur

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa, nilai SR pada semua perlakuan tergolong

baik. Nilai SR pada semua perlakuan berkisar antara 87 – 100 %. Nilai SR tertinggi terdapat

pada bak lele monokultur yaitu 100 %, yang artinya selama waktu pemeliharaan pada bak

monokultur tersebut tidak ada ikan lele yang mati. Hal ini dapat terjadi karena ikan lele

26

Page 27: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

merupakan ikan yang dapat bertahan hidup pada kualitas air yang rendah, sehingga ikan lele

mampu dengan mudah beradaptasi pada semua lingkungan. Berdasarkan grafik tersebut juga

dapat diketahui bahwa nilai SR terendah terdapat pada kolam lele monokultur yaitu 87 %.

Apabila dilihat berdasarkan parameter kualitas air, pada semua perlakuan memiliki nilai

kualitas air dengan kisaran yang sama. Rendahnya nilai SR pada kolam lele monokultur

terjadi karena ikan lele banyak mengalami kematian pada saat awal penebaran. Pada saat

awal penebaran pada kolam monokultur ikan lele belum mampu menyesuaikan diri,

sehingga ikan lele banyak mengalami stress dan menyebabkan ikan lele mengalami kematian

d. Kualitas Air

Pada praktikum ini parameter kualitas air yang diukur adalah DO, CO2, pH,

alkalinitas, suhu udara, suhu air, DO packing. Suhu air merupakan parameter yang sangat

mempengaruhi sifat kimia, fisik, dan biologi perairan. Menurut Pescod (1973) perubahan

suhu yang disebabkan oleh penambahan air untuk perairan yang mengalir sebaiknya tidak

lebih dari 2,8 °C dan untuk perairan tergenang tidak lebih dari 1,7 °C. Perubahan suhu yang

signifikan akan menyebabkan ikan stress. Peningkatan suhu air juga akan menyebabkan

peningkatan metabolisme ikan dan akhirnya akan meningkatkan frekuensi respirasi.

(Grafik 12. Oksigen terlarut/DO)

Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam budidaya ikan.

Konsentrasi minimum oksigen yang masih dapat diterima sebagian besar spesies ikan untuk

hiduo dengan baik adalah 5 ppm, dibawah konsentrasi tersebut ikan akan mengalami

penurunan nafsu makan atau tidak makan sama sekali sehingga pertumbuhannya akan

terhambat bahkan akan mengalami kematian bilamana konsentrsi oksigen terlarut didalam

air mencapai 0 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan dapat ditingkatkan

menggunakan aerator, meningkatkan intensitas pertukaran air, selain itu penggunaan

27

Page 28: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

KMnO4 (2-4 ppm) sebagai algisida diduga juga dapat mempercepat peningkatan konsentrasi

oksigen (Kordi, 2004). Hasil pengamatan pada DO kolam 1 sekitar 3,5-27,4 , pada kolam 2

sekitar 3-20,pada kolam 3 sekitar 4,8 – 35,4 pada bak1 sekitar 7,1 – 14,6 pada bak 2 sekitar

7-13 dan pada bak tiga sekitar 6-18,8. Hasil pengamtan DO berfluktuasi namun masih

tergolong normal. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai DO tersebut masih mendukung dalam

kegiatan budidaya.

(Grafik 13. CO2 bebas)

Karbondioksida (CO2) adalah komponen udara yang umum terdapat baik diair

maupun diudara. Gas ini dapat dihasilkan oleh proses respirasi maupun penguraian bahan

organik. Meningktanya konsentrasi gas ini padah tertutup selama pengangkutan ikan

merupakan masalah utama didaearah tropis (Afrianto dan Liviawaty, 1992; Kordi, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan CO2 pada kolam 1 berkisar 18-26 ppm, dan hasil tertinggi

yaitu 26 ppm pada minggu ke 6,kemudian pada kolam 2 berkisar 16-26 ppm yang tertinggi

pada minggu 4 yaitu 26 ppm. Pada kolam tiga berkisar 0-38 ppm yang tertinggi pada minggu

ke 6.Pada bak 1 sekitar 14-25 yang tertinggi minggu ke 6 .Pada bak 2 sekitar 20-38 dan yang

tertinggi minggu ke dua dan pada bak 3 sekitar 21-34 dan yang tertinggi pada minggu ke 6.

Menurut Effendi (2003) batasan kadar CO2 pada suatu perairan yang baik dalam mendukung

kehidupan organisme air di dalamnya adalah tidak melebihi 25 ppm.

28

Page 29: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

(Grafik 14. pH) (Grafik 15. Alkalinitas)

Tingginya nilai PH akan berbanding lurus dengan nilai sistem pembufferan dalam

air. Konsentrasi CO2 yang turun secara drastis akan membantu pembentukan senyawa

karbonat dan meningkatkan konsentarsi alkalinitas. Nilai pH kolam 1 menunjukan nilai pH

berkisar 6,9 – 7,1 kemudian pada kolam dua menunjukan 6,9-7,1 kemudian pada kolam tiga

menunjukan nilai pH berkisar 6,9-7,4.Pada bak 1 nilai pH berkisar 7,1-7,3 , Pada bak 2

berkisar 7,1-7,2 dan pada bak tiga berkisar 7-7,2. Pada pengamatan alkalinitas pada kolam 1

berisar 30-100 ppm , kemudian pada kolam duberkisar 60 – 120 ppm , pada kolam 3 berkisar

74-127 ppm kemudian pada bak 1 berkisar 63-166 kemudian pada bak 2 berkisar 65-174 dan

pada bak tiga berkisar 81-188 ppm. Pengukuran alkalinitas pada setiap pengukuran berbeda ,

hal ini dikarenakan alkalinitas digunakan untuk menjaga kestabilan nilai pH. Nilai pH sangat

mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada

pH yang rendah.

(Grafik 16. Suhu udara) (Grafik 17. Suhu air)Pada parameter Suhu udara pada kolam satu berkisar 26 – 31 C kemudian pada

kolam dua berkisar 26 – 35 C pada kolam 3 berkisar 26-35 C pada bak 1 berkisar 29-35 C

pada bak 2 berkisar 29 -35 C dan pada bak 3 berkisar 29-35 C Kemudain pada hasil

29

Page 30: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

pengamatan suhu air yaitu pada kolam 1 suhu air berkisar 28-36, pada kolam dua berkisar

28-37 C pada kolam 3 berkisar 28-36 C ,kemudian pada bak 1 berkisar 27-33 C pada bak 2

berkisar 27-33 C dan pada bak 3 berkisar 27-32 C. Menurut Cholik (1991), suhu antara 25-

30 C akan memberikan pertumbuhan dan perkembangbiakan yang optimal bagi ikan.

Dengan demikian, suhu yang rendah pada saat tebar tersebut dapat mengakibatkan kematian

ikan. Secara keseluruhan, suhu pada semua kelompok masih tergolong baik untuk

pemeliharaan ikan lele dan ikan nila. Dimana rentang suhu tersebut akan memberikan

pertumbuhan dan perkembangbiakan yang optimal bagi ikan. Diluar kisaran suhu tersebut

ikan akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan pada suhu yang terlalu rendah ikan

dapat mengalami kematian.

(Grafik 18. DO packing)Pada pengamatan DO packing, sebelum packing DO pada plastic yaitu 7,6 ppm dan

pada drum yaitu 7,6 ppm kemudia setelah packing menjadi 16 ppm pada plastic dan 0,6 pada

drum . Hali ini disebabkan pada plastik diberi perlakuan yaitu dengan menambah gas

oksigen sehingga meningkatkanoksigen terlarut pada air tersebut. Kemudian pada drum bisa

berkurang karena sumber oksigen tidak ada dan oksigen hanya dikonsumsi oleh ikan dan

terbang ke atas karena difusi.

e. Plankton

Plankton merupakan organisme mikroskopis yang organisme mikroskopis yang

berada di permukaan perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem perairan. Plankton

terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton yang menyerupai

tumbuhan, sehingga mampu melakukan fotosintesis dan merupakan pensuplai utama oksigen

terlarut di perairan, sedangkan zooplakton merupakan sumber makanan penting bagi nekton

30

Page 31: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

pada tingkat juvenil. Plankton sangat berperan sebagai produsen primer dan sekunder.

Plankton juga berperan sebagai sumber makanan bagi organisme yang hidup di perairan.

Grafik 15 densitas Planton Grafik 16 Diversitas

Densitas plankton pada bak, pada kelompok satu yaitu 86 indv/l, kelompok 2

87 ,kelompok 3 87 indv/l pada kolam kelompok 4 yaitu 91,kelompok 5 77 dan pada

kelompok6 yaitu 177 indv/l. Sehingga densitas tertinggi pada kelompok 6 dan disbanding

bak, kolam memiliki densitas plankton yang tinggi. Pada diversitas plankton tertinggi yaitu

pada kelompokkolam yaitu kelompok 5. Densitas dan diversitas plankton yang tinggi

menjadi indikasi perairan tersebut baik .Tingginya plankton pada kolam disebabkan pada

pemberian pupuk dan urea serta terjadi pengadukan unsur hara pada tanah.Kemudian jenis

plankton yang ditemukan terbanyak pada kelompok satu adalah Granatum var. rotundatum

yang merupakan zooplankton yang hidup diperairan tawar, memiliki cilia sebagai alat

gerak.kemudian pada kelompok dua ditemukan jenis plankton terbanyak yaitu Closteriopsis

longissima var. Tropica yang merupakan zooplankton yang hidup pada perairan tawar yang

digunakan sebagai indicator kesuburan perairan.Kemudian pada kelompok 3 didapatkan

plankton Spercocystis sp. Yang merupakan jenis plankton fitoplankton yang tumbuh

menghasilkan oksigen dari fotosinteis. Kemudian pada kelompok 4 didapatkan jenis

plankton Spheerocystis schercetari dan pada kelompok lima ditemukan jenis plankton

terbanyak yaitu jenis Leuvanis astans dan Conyaulax palustra yang merupakan jenis

zooplankton yang ada pada perairan tawar.

f. Hasil Terbaik

Berdasarkan hasil yang didapatkan selama praktikum, maka perlakuan terbaik

terdapat pada kolam polikultur. Pada kolam polikultur memiliki pertumbuhan yang paling

tinggi, pada awal tebar berat total ikan pada kolam polikultur adalah 1523 gram, dan pada

saat panen pertumbuhan beratnya meningkat menjadi 6150 gram. FCR ikan pada kolam

31

Page 32: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

polikultur juga cukup baik yaitu 1,62. Nilai FCR tersebut masih tergolong normal. Menurut

Mujiman (1984) konversi pakan yang cukup baik untuk pemeliharan ikan adalah antara 2,0 –

2,5. Selain itu nilai SR pada kolam polikultur juga cukup tinggi yaitu 94 %, yang artinya

selama pemeliharaan pada kolam polikultur hanya mengalami kematian sebesar 6 %.

Menurut Cholik (1991), tingkat kelulushidupan (SR) sangat mempengaruhi berhasil tidaknya

budidaya suatu ikan, Sehingga berdasarkan data SR tersebut, maka budidaya polikultur

tersebut cukup berhasil.

b. Packing

Pengemasan (packing) adalah suatu cara untuk membuat ikan dalam kondisi nyaman,

tidak rusak, mudah, praktis dan tidak mengganggu kondisi sekitarnya, yakni selama

pengangkutan atau pengiriman. Dalam praktikum ini packing yang dilakukan adalah

menggunkan plastic. Metode packing yang benar adalah Udara dalam kantong plastik

diganti dengan oksigen murni, kemudian Plastik ditutup rapat, sebelumnya kedua ujung

bawah plasting terlebuh dahulu di ikat hal ini dilakukan supaya tidak terbentuk sudut mati

dalam wadah, apabila terbentuk suduk mati maka ikan yang berada dalam sudut itu akan

terjebak dan tidak dapat bergerak selama pengangkutan. Dalam packing ini packing ini dapat

menggunakan satu plastic saja atau dua plastic secara langsung supaya lebih kuat dan dapat

mengantisipasi kebocoran. Kemudian plastic packing tersebut ditempatkan dalam wadah

terisolasi dan akhirnya ke dalam kotak kardus. Kemudian pengiriman ikan dapat lewat darat,

udara, ,maupun laut. Pengiriman menggunakan kantong plastik memiliki beberapa kelebihan

diantaranya ikan sangat kecil dan dapat rusak jika dikirim dengan tangki besar. Kedua,

karena jarak yang sangat jauh sehingga dapat menekan biaya pengiriman.

c. Pengangkutan

Pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama

dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Terdapat dua metode transportasi ikan hidup,

yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau

sistem kering. Transportasi sistem basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan)

terbagi menjadi dua, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sedangkan sistem kering,

pengkutan dilakukan tidak menggunkan media air, pada umumnya ikan dibuat pingsan selam

pengagkutan sistem kering ini. Pada praktikum ini simulasi pengangkutan dilakukan dengan

menggunakan sistem basah. Pada metode terbuka ikan diangkut menggunaka drum,

pengankutan sistem ini pada umumnya digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dan

membutuhkan waktu yang tidak begitu lama. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari sistem

ini. Kelebihannya antara lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat

32

Page 33: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

berlangsung, dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan

pergantian air sebagian selama perjalanan. Sementara kekurangannya dapat membahayakan

ikan dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang.

Metode kedua yang digunakan adalah metode pengangkuatan tertutup, yaitu ikan

diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah

diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Pada umumnya wadah yang

digunakan dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup. Metode ini dapat

dilakukan untuk pengangkutan berjarak jauh.. Kelebihannya antara lain media air tahan

terhadap guncangan selama pengangkutan, dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh

(dengan pesawat terbang), memudahkan penataan dalam pemanfaatan tempat selama

pengangkutan. Sementara kekurangannya antara lain adalah media air tidak dapat

bersentuhan dengan udara langsung (tidak ada difusi oksigen dari udara) sehingga tidak ada

suplai oksigen tambahan, tidak dapat dilakukan pergantian air, dan memerlukan kecermatan

dalam memperhitungkan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan. Berikut ini

merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan

diantaranya adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas

ikan (Berka, 1986).

d. Pengangkutan Terbaik

Berikut ini merupakan grafik kandungan DO sebelum dilakukan packing dan

simulasi pengangkutan serta DO setelah dilakukan packing dan simulasi pengangkutan

selama 2 jam.

Gambar 25. Hasil Pengamatan Kandungan DO Packing

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa, kandungan DO sebelum packing

dalam wadah plastic adalah 7.6 ppm namun sesudah packing kandungan DO dalam plastic

packing meningkat menjadi 16. Hal dapat terjadi karena dalam metode pengangkutan

menggunakan plastic ini udara dalam plastic di ganti dengan oksigen murni kemudian plastic

33

Page 34: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

ditutup rapat, sehingga tidak ada difusi oksigen dari luar. Penambahan oksigen murni ini ,

menyebabkan kandungan oksigen dalam plastic menjadi meningkat. Sedangkan kandungan

DO sebelum packing dalam wadah drum sebesar 7,6 ppm, namun setelah dipacking dan

simulasi pengangkutan 2 jam kandungan DO dalam wadah drum turun menjadi 0,6 ppm. Hal

ini dapat terjadi karena dalam metode pengangkutan menggunkan oksigen tidak diberi

perlakuan penambahan oksigen, sehingga penambahan oksigen hanya terjadi melalui difusi

dari udara langsung, sehingga dengan kepadatanikan yang cukup banyak dalam wadah

membuat suplay oksigen secara difusi tidak mencukupi kebutuhan ikan. Hal ini membuat

kandungan DO dalam drum menjadi menurun.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

34

Page 35: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Kesimpulan

1. Polikultur merupakan teknik budidaya yang digunakan untuk pemeliharaan ikan

berbeda dalam satu lahan dengan kesukaan dan kebiasaan makan yang berbeda

juga, sedangkan monokultur merupakan tekni budidaya hanya satu jenis ikan

2. Padat tebar sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan SR, semakin suatu

kolam padat tebarnya tinggi maka daya dukung kolam akan semakin sempit yang

menyebabkan pertumbuhan terhambat karena terjadi kompetisi nutrisi dan oksigen

yang berujung kematian ikan sehingga SR menjadi rendah.

3. Parameter yang mempengaruhi pertumbuhan dan survival rate ikan nila dan lele

yaitu pemberian pakan, FCR, tempat pemeliharaan, kualitas air yang meliputi

suhu air, suhu udara, kandungan DO, CO2, alkalinitas dan pH.

4. Panen lebih baik dilakukan di pagi hari sebelum ikan terkena sinar matahari agar

kondisi ikan tidak mudah stres, pengangkutan juga dilakukan di pagi hari dengan

terlebih dahulu ikan diberi suplai oksigen.

5. Pengangkutan dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan jerigen terbuka dan

penggunaan plastik dengan oksigen. Jerigen dapat digunakan untuk pengangkutan

ikan jarak dekat. Penggunaan plastic dengan oksigen digunakan untuk

pengangkutan ikan jarak jauh.

Saran

Menurut saya dalam kegiatan praktikum manajemen akuakultur tawar telah memberi

wawasan baru dalam pengembangan penanganan hasil perikanan, karena pengaruh

budidaya perikanan mempengaruhi kualitas daging ikan. Serta, hal yang perlu

ditingkatkan dalam praktikum ini perlu dijelaskan tentang proses penanganan setelah

pasca panen agar wawasan praktikan bertambah dalam proses penanganan hasil

perikanan.

DAFTAR PUSTAKA

35

Page 36: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama & Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Penerbit Kanisisus : Yogyakarta

Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2003. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Berka, R. 1986. The Transport of Live Fish. A Review. EIFAC Technology Paper FAO 48 : 52. FAO. Rome. Italy.

Crespi, V dan Coche, A. 2008. Glossary of Aquaculture. Food and Agriculture Organization. Rome.

Cholik, F. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Departemen Pertanian

Djarijah, A. S. 2006. Pakan Ikan Alami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan.

Kanisius. Yogyakarta

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Untuk SMK. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Khairuman dan Khairul Amri. 2011. 2,5 Bulan Panen Ikan Nila. Agromedia. Jakarta.

Kordi, K.M.G. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

Kordi, Ghufran. 2009. Budidaya Perairan : Buku Kedua. Citra Aditya Bakti : Bandung.

Pescod, MB. 1973. Investigation of Rational Efflent and Stream Standars for Tropical

Countries. AIT. Bangkok.59 p.

Suyanto, S. R. 2004. Nila. Penebar Swadaya. Yogyakarta.

Wirosaputro, S. 2007. Manajemen Budidaya Perairan. Jurusan Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Zonneveld, N. 1991. Prinsip – Prinsip Budidaya Ikan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

LAMPIRAN

36

Page 37: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Hasil Pengamatan Kualitas Air

Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar

Kandungan CO2 (ppm)

Tabel 1. Hasil Pengamatan CO2 (ppm)

  kolam 1 kolam 2 kolam 3 bak 1 bak 2 bak 3

Minggu 0 18 16 15 14 20 21

Minggu 2 25 18 27 16 38 23.6

Minggu 4 18 26 0 18 22 30

Minggu 6 26 20 38 25 26 34

Grafik 1. Hasil Pengamatan CO2 (ppm)

Kandungan DO (ppm)

Tabel 2. Hasil Pengamatan DO (ppm)

kolam 1 kolam 2 kolam 3 bak 1 bak 2 bak 3

Minggu 0 11 10 10.2 8 7 6

Minggu 2 11.6 11.2 14.6 8.8 9.2 7

Minggu 4 27.4 20 35.4 14.6 13 18.8

Minggu 6 3.5 3 4.8 7.1 8.2 6.4

37

Page 38: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Grafik 2. Hasil Pengamatan DO (ppm)

Kandungan Alkalinitas (ppm)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Alkalinitas (ppm)

  kolam 1 kolam 2 kolam 3 bak 1 bak 2 bak 3

Minggu 0 30 60 74 63 65 81

Minggu 2 34 113 127 164 174 188

Minggu 4 98 120 116 156 144 148

Minggu 6 100 120 100 166 150 148

Tabel 3. Hasil Pengamatan Alkalinitas (ppm)

Kandungan pH

Tabel 4. Hasil Pengamatan pH

  kolam 1 kolam 2 kolam 3 bak 1 bak 2 bak 3

Minggu 0 7 7 7.1 7.1 7.1 7

Minggu 2 7.1 7.1 7.3 7.2 7.2 7.1

Minggu 4 6.8 7.1 7.4 7.3 7.2 7.2

Minggu 6 6.9 6.9 6.9 7.2 7.2 7.2

38

Page 39: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Grafik 4. Hasil Pengamatan pH

Suhu Udara (ºC)

Tabel 5. Hasil Pengamatan Suhu Udara (ºC)

  kolam 1 kolam 2 kolam 3 bak 1 bak 2 bak 3

Minggu 0 31 31 31 30 30 30

Minggu 2 32 32 32 32 32 32

Minggu 4 35 35 35 35 35 35

Minggu 6 26 26 26 29 29 29

Grafik 5. Hasil Pengamatan Suhu Udara (ºC)

Suhu Air (ºC)

Tabel 6. Hasil Pengamatan Suhu Air (ºC)

  kolam 1 kolam 2 kolam 3 bak 1 bak 2 bak 3

Minggu 0 29 29 29 27 29 29

Minggu 2 35 34 35 33 33 32

Minggu 4 36 37 36 31 31 31

Minggu 6 28 28 28 28 27 27

39

Page 40: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Grafik 6. Hasil Pengamatan Suhu Air (ºC)

Kandungan DO Packing (ppm)

Tabel 7. Hasil Pengamatan Kandungan DO Packing (ppm)

  Plastik Drum

Sebelum packing 7.6 7.6

Sesudah packing 16 0.6

Grafik 7. Kandungan DO Packing (ppm)

Tabel 1. Pengamatan Plankton

40

Page 41: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Bak/ Kolam Kelompok Jenis Plankton Jumlah

Bak

1

Planktoshpaeria gelatinosa 12

Cyclotelia meneghiniana 2

Protococcus viridis 5

Sphaerocystia schrcetari 9

Asterococcus limaticus 1

Granatum var. rotundatum 23

Cosmarium phaseolus 3

Besmidium aptogonum 5

Epipyxis utriculus 1

Centropyxis acuilata 9

Latona setifera 3

Uroglenopsis americana 13

2

Stephanodiacus ilantzscait 24

Cyclotella meneghiniana 9

Spirulina major 1

Synedra ulna 1

Chrysocapsa planktonica 11

Melosira malagensis 8

Closteriopsis longissima var. Tropica 18

Gonatozygon aculeatum 3

Hatened larva 2

Melosira virrians 3

Pedisastrum simplex var. duodenarium 7

3 Staurastum smillini 12

41

Page 42: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Daphnia catawba 10

Volvox aureus 5

Spercocystis sp. 18

Pediastrum simplex var duodenarium 2

Tabellaria fenestrata var intermedia 10

Euglena sp. 2

Synedra ulna 11

Microspora sp. 9

Plagiocampa sp. 5

Kertella 3

Bak/ Kolam Kelompok Jenis Plankton Jumlah

Kolam 4 Stephanoptara gracillaria 1

Nitzchia nyassensis 12

Euglena deses var. tenuis 4

Suqlypha laevis 5

Pontigulassia vas 4

Synecaccystis aquatilis 2

Keratella serralatus 8

Chlorella variegatus 3

Surirella ovalis 9

Spheerocystis schercetari 16

Nostoc sphaericum 8

42

Page 43: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Cosmarium sp. 3

Franceia tuberculates 1

Oocyatis surgei 1

Gyrosigma attenuatum 1

Cyclotella meneghinianis 1

Daphnia sp. 1

Synedra ulna 5

Polycystia sp. 5

Pulmella 1

5 Aphanizomenon flos-aquae 4

Branchioecetes gamari 1

Chroococcus limotia 1

Clostarium sectaum 1

Closteriopsia congissima var.tropica 1

Closterium corcu var 3

Closterium moniliforme 1

Coelosphaerium kutsingla 3

Conyaulax palustra 11

Cycesteila kutzinglans 1

Cyclotella weneghinian 2

Epithemia angua var.alpestris 1

Euglena desses var.tenuis 1

Gonatozygon aculeatum 2

Leuvanis astans 11

Nitzachia nyasaensis 1

Nizzscnis netinastroides 1

43

Page 44: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Oocyetis sremosphaeria 1

Pelotyxa paluetris 11

Peridinium aciculita 1

Peridinium africanum 3

Peridinium palatina 2

Protococcus virio 1

Rectangularis 1

Schizogonium auraie 3

Schizomeriz lesbienni 1

Spirogira ahmedabadensis 1

Staurastum smillini 1

Staurastum wildemanii 2

Synedra ulna 1

Treubaria crasaispina 2

6 Alonella globuloan 1

Amoeba guttula 41

Boamana coregoni 10

Closteriopsia longissima var.tropica 3

Closterium gracila 15

Conchopthirus anodontae 68

Cxyurella longicaudia 12

Daphnia rosea 4

Gonatozygon sculeatum 1

Heleophera rosen 6

Trecneleuglypha dentata 16

44

Page 45: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Tabel 2. Densitas dan Diversitas Plankton

Kolam /Bak Kelompok Densitas (indv/L) Diversitas

Bak

1 86 3,09

2 87 2,92

3 87 3,19

Kolam

4 91 2,92

5 77 4,30

6 177 2,60

CONTOH PERHITUNGAN :Rumus diversitas plankton :

H= -Σ 2log = 2,92

Rumus densitas plankton :

D = ∑ individu ×

= 20 × : 50

= 91

45

Page 46: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Grafik 1. Densitas Plankton

Grafik 2. Diversitas Plankton

46

Page 47: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele - Nila

            Investasi

                        Peralatan                                                                     Rp.  30.000,-

            Biaya tetap

                        Sewa kolam/bak (Rp. 20.000,-/bln)                           Rp.   40.000,-

                        Listrik 450 watt (Rp. 15.000,-/bln)                            Rp.   30.000,-

Penyusutan alat                                                          Rp.    5000,-

                                                                                                           Rp.  105.000,-

            Biaya tidak tetap

                        Benih ikan lele (170 @Rp. 500,-)                              Rp. 85.000,-

                        Benih ikan nila (230 @Rp. 700,-)                             Rp. 161.000,-

                        Pakan (25 kg @Rp. 8.500,-)                                       Rp. 212.500,-

                        Pupuk (15 kg @Rp. 350,-)                                         Rp.    5.250,-

Rp. 463.750,-

                                                                                                           

            Total biaya (biaya tetap + biaya tidak tetap)                          Rp. 568.750,-

            Penerimaan

                        Panen lele (9 kg @Rp. 18.000)                              Rp. 162.000,-

Panen nila (17 kg @Rp. 22.000)                           Rp. 374.000,-

                                                                                                            Rp. 496.000,-

            Keuntungan    = penerimaan – biaya total

                                    = Rp. 496.000,- (-) Rp. 568.750,-

                                    = - Rp. 72.750,-

            Usaha tersebut mendapat

            B/C ratio         = pendpatan/biaya total

                                    = Rp. 496.000,-/ Rp. 568.750,-

                                    = 0,87

            B/C ratio < 1 menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Artinya: dari Rp. 1 yang dikeluarkan dapat menghasilkan keuntungan sebanyak Rp. 0,87

47

Page 48: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

  Break Event Point (BEP)

   1. BEP (Rp)               = Total biaya/total produksi

=  Rp 568.750/26 kg

= Rp. 21.875 / kg

 Artinya: Dengan jumlah produksi sebanyak  26 kg dan total biaya sebanyak Rp. 568.750 maka untuk mencapai titik impas harga jual paling minimal adalah Rp. 21.875,- / kg

48

Page 49: MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR.doc

DOKUMENTASI

49