Upload
diara36
View
106
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas
tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data yang
diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil
pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan
pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka
semakin baik pula data yang dikumpulkan.
Penaksiran volume tegakan diminimalkan pada salah satu variabel
penting. Volume tegakan selalu ditaksir dengan mengukur sejumlah pohon dalam
petak ukur sebagai sampel. Parameter pohon yang diukur dalam setiap petak ukur
tersebut adalah diameter (setinggi dada), tinggi dan jumlah pohon.
Penaksiran volume pohon dari sampel lapangan dan dari tegakan
dilakukan melalui pengukuran dan pohon-pohon seperti diameter pada setinggi
dada dan pada ketinggian lainnya dari cabang (pada pohon yang telah ditebang).
Tinggi spesies pada ketinggian tertentu dari batang, atau panjang pada sepanjang
batang atau cabang-cabang dan tebal kulit.
Volume merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam
inventore secara obyektif. Sayangnya terlalu banyak dokumen inventore dimana
itu tidak ditetapkan secara jelas beberapa diameter setinggi dada minimum,
beberapa bagian dari pohon yang diperhitungkan, apakah volume dengan kulit
1
atau tanpa kulit, apakah volume bruto atau tidak memasukkan bagian-bagian yang
cacat, yang kriteriannya adalah untuk tidak menyertakan bagian-bagian yang
cacat.
Penaksiran volume kayu yang masih berdiri hanya merupkaan langkah awal
untuk menghitung hasil akhir dalam inventore hutan,.Target yang lebih penting
adalah menaksir volume tegakan merupakan jumlah volume pohon yang terdapat
disuatu areal hutan.Konsep ini berlaku bila sampel yang diambil merupakan
individu pohon. Untuk kepentingan pengelolaan hutan yang perlu diketahui bukan
hanya volume tegakan yang ada sekarang saja, tetapi jjuga pertimbangan tegakan
tersebut dimasa yang akan datang khususnya selama jangka waktu perencanaan.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
Untuk mengetahui volume total dan volume tinggi bebas cabang hutan
kampus, Jati Putih (Gmelina arborea), Kuku (Pericopsis mooniana), dan
Trambesi (Samanea saman).
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Diameter
Diameter adalah garis lurus yang melewati pusat sebuah lingkaran atau
bola dan bertemu pada tiap ujung permukaannya. Pengukuran diameter yang
paling umum dilakukan pada bidang kehutanan adalah pada batang utama pohon
yang berdiri, memotong bagian pohon serta bagian cabang. Pengukuran diameter
penting karena merupakan salah satu dimensi pohon yang secara langsung dapat
diukur untuk mengukur luas penampang, luas permukaan, dan volume pohon
(Husch et al. 2003).
Diameter merupakan salah satu peubah pohon yang mempunyai arti
penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan
pengelolaan. Dalam mengukur diameter, yang lazim dipilih adalah diameter
setinggi dada (Dbh), karena pengukurannya paling mudah dan mempunyai
korelasi yang kuat dengan peubah lain yang penting, seperti luas bidang dasar dan
volume batang (Samuel, 2003).
Di negara-negara yang menggunakan sistem metrik, diameter setinggi
dada (Dbh) biasanya diukur pada ketinggian batang 1,3 meter dari atas permukaan
tanah. Untuk pohon-pohon berbanir lebih dari 1,3 meter dari atas permukaan
tanah, pengukuran diameter dilakukan pada 20 cm di atas banir (Lemmens, 2002).
3
B. Cara Mengukur Tinggi
Selanjutnya jika kita ingin mengukur tinggi pohon, kita hanya memastikan
bahwa segitiga yang kita pegang itu posisinya tepat tegak lurus dengan tanah dan
sisi miringnya segaris antara mata dan puncak pohon. Berikutnya kita tinggal
menjumlahkan jarak kita pada pohon dengan tinggi kita maka akan diperoleh
tinggi pohonnya. Bagaimana dengan mengukur lebar sungai tanpa harus
menyeberanginya Silakan dipikirkan caranya jika menggunakan konsep seperti
ini. Dengan hanya menggunakan busur derajat (yang telah dimodifikasi) kita
dapat mengukur tinggi suatu objek yang jauh. Tidak hanya mengukur tinggi
pohon, bahkan tinggi gunung dapat kita ukur.
Setelah diameter, tinggi pohon adalah peubah lain yang mempunyai arti
penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan
untuk menaksir volume dan riap. Secara khusus peninggi tegakan diperlukan
untuk menentukan kelas kesuburan tanah atau bonita (Departemen Kehutanan
1992).
Tinggi adalah jarak linear sebuah objek yang normal ke permukaan bumi
atau beberapa bidang datum lainnya secara horisontal. Selain ketinggian tanah,
tinggi pohon adalah jarak vertikal utama yang diukur dalam pengukuran hutan.
Total tinggi pohon juga dapat diperkirakan dari pengukuran yang dilakukan
melalui foto udara (Lemmens, 2002).
Tinggi pohon umumnya mengikuti kurva sigmoid jika pohon tersebut
tumbuh dengan sinar matahari yang penuh. Pertumbuhan tinggi pohon lambat
pada saat pohon masih muda dan terlalu kecil untuk mengumpulkan energi untuk
4
pertumbuhan terus menerus yang cepat. Berdasarkan perkembangan ukuran pohon
dan peningkatan dedaunan mengakibatkan banyak energi yang diserap untuk
pertumbuhan secara terus menerus, sehingga terjadi pertumbuhan tinggi yang
pesat hingga mencapai pertumbuhan maksimum. Pada akhirnya pertumbuhan
melambat atas peningkatan tekanan akibat ketinggian yang ekstrim, pencahayaan,
atau ukuran mahkota yang sudah mencapai batasannya (Husch 2003).
C. Tinggi Total dan Tinggi Bebas Cabang
Tinggi total adalah tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai
puncak pohon. Tinggi pohon total yaitu jarak terpendek dari titik puncak pohon
dengan titik proyeksinya pada bidang datar. Tinggi total adalah gambaran tinggi
pohon dari pangkal pohon dari permukaan tanah sampai dengan puncak pohon
(Lemmens, 2002).
Tinggi bebas cabang adalah tinggi pohon dari pangkal batang. Tinggi
pohon bebas cabang yaitu jarak terpendek dari titk bebas cabang dengan titk
proyeksi pada bidang datar. Tinggi bebas cabang adalah ganbaran tinggi pohon
dari pangkal batang dari permukaan tanah sampai dengan cabang pertama
membentuk tajuk (Lemmens, 2002).
D. Hubungan Kegunaan Volume dalam Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini
belum ada keseragaman.Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen,
maka akan ditemukan bahwa istilahmanajemen mengandung tiga pengertian
yaitu: Manajemen sebagai suatu proses, 1. Manajemen sebagai kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, 2. Manajemen sebagai
5
suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science) Menurut
pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda
definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi
manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah
suatu proses dengan pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan
diawasi.
Kegunaannya dengan volume adalah ketika kita sudah mengetahui volume
pohon sama halnya kita sudah mengetahui riap pertumbuhan pohon sehinga kita
dapat mengetahui pertumbuhan pohon baik itu pertahunnya, rata-rata maupun
perperiode. Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk
mencapai tujuan yang sama.Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah
kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata
lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalamsuatu
badan tertentu disebut manajemen.Menurut pengertian yang ketiga, manajemen
adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai ini pun sesungguhnya
belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu.
Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya. Menurut
G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu
6
ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana
mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang
diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan manajemen (Spurr, 1998).
7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 16 juni 2013.
Bertempat di hutan kampus belakang Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo
Kendari.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tegakan pohon jati putih
(Gmelina arborea), Ki hujan (Samanea saman), dan Kuku (Pericopsis mooniana).
Alat yang diguanakan pada praktikum ini adalah Haga meter, Tally sheet,
Meteran pita, meteran rol gunting, parang, tali rafiah dan alat tulis menulis.
C. Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan pada praktikum ini adalah :
1. Membuat area petak ukur dengan ukuran 20 x 20 meter
2. Mengukur setiap jenis pohon pada area petak pengamatan
3. Menentukan tinggi total, tinggi bebas cabang, dan diameter pohon
4. Menghitung volume tinggi total, dan tinggi bebas cabang pohon.
8
D. Analisis Data
D = KLL/π
LBDS = ¼ X π X D2
TT = TMP + (JP X Tα)
TBC = TMP + (JP X Tα)
VTT = LBDS X TT X F
VTBC = LBDS X TBC X F
Ket :
D = Diameter
KLL = Keliling
π = 3.14
LBDS = Luas bidang dasar
TT = Tinggi Total
TMP = Tinggi Mata Pengamat
JP = Jarak Pengamat
TBC = Tingi Bebas Cabang
VTT = Volume Tinggi Total
F = Angka Bentuk
VTBC = Volume tiggi bebas cabang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9
A. Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran pada praktikum ini disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Hasil pengukuran di Hutan Kampus Universitas Haluoleo
No.
Jenis/Petak KLL(m)
Diameter(m)
LBDS(m2)
TMP(m)
tinggi (m) JP(m)
FVolume (m3)
TBC TT TBC TT1 Jati Putih (A1) 1.2 0.38 0.113 1.6 11.9 23 10 0.98 1.317 2.5372 Jati Putih (A2) 1.39 0.44 0.151 1.6 8.6 23 10 0.98 1.272 3.4033 Jati Putih (A3) 0.95 0.30 0.070 1.55 20.7 21.1 10 0.36 0.521 0.5314 Jati Putih (A4) 1,37 0.43 0.145 1.55 8.3 24 10 0.36 0.433 1.2525 Jati Putih (A5) 1.07 0.34 0.090 1.6 9.1 38.9 10 0.78 0.638 2.7306 Jati Putih (A6) 0.96 0.30 0.070 1.6 13.1 24 10 0.78 0.715 1.3107 Jati Putih (A7) 1.08 0.34 0.090 1.58 10.2 27.6 10 0.85 0.780 2.1118 Jati Putih (A8) 0.97 0.30 0.070 1.58 12.7 18.2 10 0.85 0.755 1.0829 Jati Putih (A9) 1.37 0.43 0.145 1.6 9.6 27.6 10 0.57 0.793 2.281
10 Jati Putih (A10) 1.37 0.40 0.125 1.6 13.1 27.6 10 0.57 0.933 1.96611 Jati Putih (A11) 1.17 0.37 0.107 1.55 16.4 23 10 0.53 0.930 1.30412 Jati Putih (A12) 1.19 0.37 0.107 1.6 10.9 19.6 10 0.11 0.128 0.23013 Jati Putih (A13) 0.89 0.28 0.061 1.6 10.6 21.2 10 0.09 0.058 0.11614 Kuku (B14) 1.43 0.45 0.158 1.6 5 24 10 0.45 0.355 1.70615 Kuku (B15) 1.18 0.37 0.107 1.58 3.9 22.1 10 0.63 0.262 1.42216 Kuku (B16) 0.79 0.25 0.049 1.58 5 14.3 10 0.05 0.012 0.03517 Ki Hujan (C17) 0.72 0.22 0.037 1.6 2.5 5 10 0.67 0.061 0.123
VOLUME TOTAL 0.586 1.419
VOLUME RATA-RATA 9.962 24.123
Analisis data
Diameter
=
KLL
=
1,2
= 0.38
M
Π3,
14
10
LBDS = 1 X π X (d)2
4
=1
X 3 X(0.38)
2
4
= 0.113
m 2
TT = TMP + (JP x Tg α)= 1,6 + (10 x Tg 65)= 23 m2
TBC = TMP + (JP x Tg α)= 1,6 + (10 x Tg 46)= 11.9 m2
Kerapatan Tegakan
Jumlah Populasi =Luas Petak
Jarak Tanam (kerapatan)
Jarak Tanam (kerapatan)
=Luas Petak
Jumlah Populasi
=400 m2
17 pohon= 23.53 m2
B. Pembahasan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel serta jaringan intraseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau
11
VTT = LBDS + TT + F= 0,113 + 23 + 0,98
= 2,537 m3
VTBC = LBDS + TBC + F= 0,113 + 11,9 + 0,98
= 1.317 m3
seluruhnya. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur
dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Dalam tegakkan
vegetasi pertumbuhan biasanya di tanda dengan bertambahnya ukuran tinggi,
volume dan juga diameter suatu tegakkan.
Tegakan adalah suatu unit-unit pengelolaan hutan yang cukup homogen,
sehingga dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan yang ada di sekitarnya.
Perbedaan itu disebabkan karena umur, komposisi, struktur atau tempat tumbuh.
Dalam hal ini kita kenal adanya tegakan pinus, tegakan jati, tegakan kelas umur
satu, dua, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan ciri dari vegetasi yang
menunjukkan adanya struktur jaringan hidup didalam vegetasi tersebut. Suatu
tegakan tanaman pasti memiliki batas tumbuh maksimal dimana batas tumbuh
tersebut menjadi patokan dalam hal pemanfaatannya. Dalam pertumbuhan
tegakkan suatu tanaman dikenal dengan istilah riap. Riap adalah pertumbuhan
dimensi pohon (diameter dan tinggi) hingga masak tebang.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum metode
penelitian kehutanan yaitu mengenai pengukuran tegakan vegetasi pohon sengon
yang ada di arboretum kehutanan didapatkan hasil bahwa pertumbuhan suatu
tegakan dengan tegakan yang lain akan bereda riap pertumbuhannya, hal ini di
lihat dari laju kecepatan tumbuh dari masing-masing jenis tegakan yang ada di
arboretum kehutanan. Hal-hal yang dilakukan dalam pengamatan ini adalah tinggi
total , tinggi bebas cabang, dan juga diameter suatu tanaman.
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 1 tersebut diketahui bahwa jumlah
tegakan pohon sengon yang berada di dalam arboretum kehutanan yaitu sebanyak
12
26 tegakan pohon dengan volume tinggi total dan tinggi bebas cabang yang
berbeda-beda. Pada tanaman sengon dengan kode A1 diketahui besar jumlah
volume tinggi totalnya yaitu 0.005 m3 dan tinggi bebas cabangnya yaitu 0.0028
m3, untuk tanaman dengan kode A2 volume tinggi totalnya yaitu 0.052 m3 dan
volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.0041 m3. Untuk tanaman dengan kode A3,
volume tinggi totalnya yaitu 0.034 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu
0.0143 m3, untuk tanaman dengan kode A4 volume tinggi totalnya yaitu 0.14 m3
dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.013 m3. Untuk tanaman dengan kode
A5 volume tinggi totalnya yaitu 0.29 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu
0.07 m3.
Pada tanaman dengan kode A6, volume tinggi totalnya yaitu 0.19 m3 dan
volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.03 m3, untuk tanaman dengan kode A7
volume tinggi totalnya yaitu 0.016 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu
0.002 m3, untuk tanaman dengan kode A8 volume tinggi totalnya yaitu 0.003 m3
dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.001 m3. Tanaman dengan kode A9,
volume tinggi totalnya yaitu 0.002 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu
0.001 m3, untuk tanaman dengan kode A10 volume tinggi totalnya yaitu 0.003 m3
dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.002 m3. Untuk tanaman dengan kode
A11 volume tinggi totalnya yaitu 0.003 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya
yaitu 0.001 m3, tanaman dengan kode A12 volume tinggi totalnya yaitu 0.003 m3
dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.001 m3
Tanaman dengan kode A13, volume tinggi totalnya yaitu 0.003 m3 dan
volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.002 m3, tanaman dengan kode A14 volume
13
tinggi totalnya yaitu 0.002 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.0007
m3. Pada tanaman dengan kode A15, volume tinggi totalnya yaitu 0.002 m3 dan
volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.001 m3, tanaman dengan kode A16 volume
tinggi totalnya yaitu 0.002 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.001 m3,
tanaman dengan kode A17 memiliki volume tinggi total yaitu 0.001 m3 dan volume
tinggi bebas cabangnya yaitu 0.0008 m3. Tanaman dengan kode A18 volume tinggi
totalnya yaitu 0.006 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.002 m3,
tanaman dengan kode A19 volume tinggi totalnya yaitu 0.008 m3 dan volume
tinggi bebas cabangnya yaitu 0.0008 m3, tanaman dengan kode A20 volume tinggi
totalnya yaitu 0.019 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.015 m3.
Pada tanaman dengan kode A21, memiliki volume tinggi total yaitu 0.1 m3
dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.006 m3, tanaman dengan kode A22
volume tinggi totalnya yaitu 0.08 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu
0.07 m3, tanaman dengan kode A23 volume tinggi totalnya yaitu 0.12 m3 dan
volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.06 m3, tanaman dengan kode A24 volume
tinggi totalnya yaitu 0.02 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya yaitu 0.002 m3,
tanaman dengan kode A25 volume tinggi totalnya yaitu 0.003 m3 dan volume
tinggi bebas cabangnya yaitu 0.001 m3, sedangan tanaman dengan kode A26
memiliki volume tinggi total yaitu 0.002 m3 dan volume tinggi bebas cabangnya
yaitu 0.0006 m3.
Berdasarkan hasil di atas, volume tinggi total yang tertinggi untuk jenis
tanaman sengon adalah tanaman dengan kode A5 dan yang terendah adalah
tanaman dengan kode A19, sedangkan untuk volume tinggi bebas cabang yang
14
tertinggi adalah tanaman dengan kode A5 dan A22 sedangkan yang terendah
adalah tanaman dengan kode A26. Perbedaan volume tinggi total tersebut
dipengaruhi oleh seberapa cepat jenis tanaman itu tumbuh didaerah itu dan
memperoleh unsur hara yang banyak, selain itu besar volume tinggi total
dipengaruhi oleh seberapa besar tanaman itu menerima cahaya matahari yang
cukup untuk melakukan fotosintesis. Sedangkan besar volume tinggi bebas
cabang dari tanaman sengon itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat kerapatan dari
tiap tanaman, karana semakin jarang tanaman ditanam maka jumlah besar volume
yang diperoleh semakin kecil sebab arah pertumbuhan akan tumbuh kesamping
dengan munculnya cabang-cabang baru. Selain itu pemangkasan juga
mempengaruhi besarnya volume yang akan dihasilkan.
Hasil yang diperoleh pada Tabel 2 menunjukan bahwa, besarnya volume
tanaman sengon dalam tiap 11 tahun berbeda-beda. Pada umur 6 tahun, volume
yang diperoleh yang nantinya akan digunakan sebagai kabutuhan sebesar 0.5043
m3, pada umur 17 tahun volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 1.4289 m3,
pada umur 28 tahun volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 2.3536 m3, pada
umur 39 tahun volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 3.2782 m3, pada umur
50 tahun volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 4.2028 m3, pada umur 61
tahun volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 5.1275 m3, pada umur 72 tahun
volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 6.0521 m3, pada umur 83 tahun
volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 6.9767 m3, pada umur 94 tahun
volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 7.9014 m3 dan pada umur 105 tahun
volume kayu yang akan dihasilkan sebesar 8.8260 m3.
15
Pertambahan volume kayu yang diperoleh dari data di atas menunjukan
bahwa besarnya volume kayu yang dihasilkan dan nantinya akan digunakan
ditentukan oleh pertambahan dari umur tanaman itu sendiri. Dari pertambahan
volume kayu tersebut, selisih untuk tiap pertambahan umur selama 11 tahun
sebesar 0.9246 m3.
Faktor penentu besarnya volume kayu yang akan dihasilkan ditentukan
oleh pemangkasan yang teratur pada tanaman setiap 3-4 tahun sekali.
Pemangkasan tersebut dilakukan pada percabangan yang muncul untuk
mengurangi persentase pada mata tunas yang terus tumbuh yang akan
mengakibatkan batang utama menjadi kurang nilai jualnya. Selain itu pemupukan
sangat penting dalam menunjang pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman yang
nantinya akan berpengaruh besar terhadap nilai volume yang didapatkan. Semakin
besar volume yang diperoleh maka semakin besar nilai jual yang akan didaptkan,
ataupun sebaliknya semakin kecil volume tersebut maka nilai jual akan semakin
berkurang.
V. PENUTUP
A. KesimpulaAdapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah:
Untuk mengetahui tinggi bebas cabang dan tinggi total suatu tegakkan
maka harus dilakukan pengukuran yang bertujuan untuk mendapatkan data dari
16
hasil pengamatan yang di lakukan dengan mencari nilai keliling, diameter, LBDS,
tinggi mata pengamat, dan juga jarak pengamat serta nilai bentuk suatu tegakkan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan pada praktikum ini adalah:
Agar para praktikan pada saat mengikuti praktikum agar bersungguh-
sungguh dalam melakukan praktek sehingga apa yang telah dijelaskan dan di
praktekkan dapat dimengerti dengan mudah tanpa ada masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat jendral (Ditjen) Kehutanan, 1976. Vademeccum. Kehutanan Indonesia
Departemen Pertanian. Jakarta
Husch. B., TW Beers, JA Kershaw, 2003. Forest Mensuration. John wiley
17
Lemmens, R.H.M.J. dan I. Soerianegara, 2002. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara No. 5 (1) Pohon Penghasil Perdagangan Utama. PT Balai
Pustaka Prosesa Indonesia. Bogor
Samuel, M.L dan J.A Witmer, 2003. Statistic For the LifeSciences Third Edition.
Pearson Education, Inc. New jersey
Spur, S.H, 1952. Forest Inventory. The Ronald. Press Company. New york
18