28
LAPORAN LENGKAP NUTRISI TANAMAN Oleh : Nama : ANGELINE LOISYE Nim : G11112259 Kelas : C Kelompok : 4 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP nutrisi.doc

  • Upload
    erwin

  • View
    30

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN LENGKAP

NUTRISI TANAMAN

Oleh :

Nama

: ANGELINE LOISYENim

: G11112259Kelas

: CKelompok

: 4PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA

: ANGELINE LOISYE W

NIM

: G111 12 259

KELAS

: C

KELOMPOK: 4Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melulusi mata kuliah.

Nutrisi Tanaman

(233G1123)Pada

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin

Makassar

MengetahuiKORDINATOR PRAKTIKUM

KORDINATOR ASISTEN

ABDUL MOLLAH JAYA, S.P., M.Si YOSIA TALAGANDEKATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Fisiologi Pasca Panen.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu pengambilan nilai individu pada mata kuliah Fisiologi Pasca Panen, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing, serta Koordinator Asisten penulis dalam Mata Kuliah ini yang telah mengajar dan membimbing penulis serta dukungan teman-teman yang membantu dalam proses pembuatan laporan ini.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis dan para pembaca Pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, semua itu tidak lepas dari kemampuan kami sebagai penulis yang hanya manusia biasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran konstruktif demi kesempurnaan laporan lengkap ini.

Akhirnya semoga Tuhan melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua. Semoga apa yang penulis sajikan dalam laporan individu ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Makassar,16 Mei 2014 ANGELINE LOISYE W

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

KUNJUNGAN PASARI.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Kegunaan

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Deskripsi buah Markisa

2.2.Deskripsi sayur Wortel

III. METODOLOGI PERCOBAAAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.2. Alat dan Bahan

3.3.Prosedur Kerja

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

INDEKS LIMBAHI.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Kegunaan

II.TINJAUAN PUSTAKAIII. METODOLOGI PERCOBAAAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Prosedur Kerja

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KERAPATAN JARINGANI.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Kegunaan

II.TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PERCOBAAAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Prosedur Kerja

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RESPIRASI DAN PUNCAK RESPIRASII.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Kegunaan

II.TINJAUAN PUSTAKAIII. METODOLOGI PERCOBAAAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Prosedur Kerja

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KUNJUNGAN MALLI.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Kegunaan

II.TINJAUAN PUSTAKAIII. METODOLOGI PERCOBAAAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Prosedur Kerja

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PELILINANI.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Kegunaan

II.TINJAUAN PUSTAKAIII. METODOLOGI PERCOBAAAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Prosedur Kerja

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

HALAMAN PERSEMBAHANLAMPIRAN

Dokumentasi proses pembuatan MOL

Penimbangan limbah Limbah sayur yangPenghalusan limbah

sayuran

telah dipotong-potong sayuran dengan blender

Limbah sayuran yang

Penyaringan limbah penuangan hasil saringan

telah dihaluskan

dengan kain saring pertama ke panci pemanas

Proses pemanasan limbah sayur Pemberian gula pasir Penuangan ke

dan limbah air beras

saat pemanasan limbahdalam botol

Pemberian plaster ke Penempelan lilinLimbah yang siap untuk

tutup botol

pada tutup botol

difermentasikanLAMPIRAN

Pertumbuhan Jagung, Shorgum, dan Tagetes setelah hari ke 7 setelah tanam

LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel Tanah Gambar 2. Penimbagan Tanah Gambar 3. Pelarutan Tanah Gambar 4. Pengadukan Larutan

Gambar 5. Pengendapan

Gambar 6. Penyaringan Gambar 7. Penuangan

Gambar 8. PenyimpananBAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilBerdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil pengamatan MOL sebelum difermentasi

Sebelum Difermentasikan

NoBahanWarnaAromaBusaEndapan

1Limbah rumah tangga:

Air cucian berasPutih PekatBau berasTidak adaTidak ada

2Limbah pasar :

Sayur-sayuranCoklat tuaBau menyengatTidak adaTidak ada

Tabel 5. Hasil pengamatan MOL setelah difermentasiSetelah Difermentasikan

NoBahanWarnaAromaBusaEndapan

1Limbah rumah tangga:

Air cucian berasPutih keruhBau tuakSedikitTerdapat endapan putih di dasar botol

2Limbah pasar :

Sayur-sayuranKuning kecoklatanBau busukSedikitTerdapat endapan berwarna cokelat di dasar botol.

Gambar 1. MOL dari air cucian berasGambar 2. MOL dari sayur4.2. Pembahasan

Dalam pembuatan MOL ini, penambahan gula pasir berfungsi sebagai makanan (sumber nutrisi) mikroba pengurai agar mikroba dapat berfungsi dengan baik dalam pembuatan MOL. Kemudian penambahan lilin/plastisin disekitar tutup botol betujuan untuk menutupi rongga yang ada agar tidak terdapat rongga untuk mencegah keluar masuknya udara yang dapat mengganggu proses fermentasi yang berlangsung selama waktu yang ditentukan.

Hasil penagamatan menunjukkan adanya aroma yang berbeda sebelum dan setelah pengamatan. Sebelum pengamatan aroma untuk masing-masing limbah memiliki aroma yang lazimnya beraroma seperti bahan yang digunakan. Setelah dilakukan pengamatan, ternyata kedua larutan memiliki aroma yang berbeda dari sebelumnya. Untuk botol berisi air cucian beras memiliki aroma yang mirip aroma tuak sedangkan untuk botol berisi campuran sayur memiliki aroma yang busuk. Hal tersebut menandakan bahwa pada kedua botol tersebut telah terjadi proses fermentasi selama beberapa hari hingga saat pengamatan.

Selain aroma dan endapan, warna juga memberikan efek yang berbeda sebelum dan setelah pengamatan. Warna yang terdapat pada botol berisi air cucian beras sebelum pengamatan memerikan warna putih pekat, dan setelah pengamatan menunjukkan warna putih keruh. Selain itu setelah diamati terdapat endapan putih di dasar botol. Sedangkan untuk botol berisi campuran sayur sebelum diamati larutan berwarna hijau tua dan setelah diamati menunjukkan warna kuning kecoklatan pada larutan dengan endapan berwarna cokelat di dasar botol.

Kemudian untuk busa, sebelum pengamtan baik untuk botol yang berisi air cucian beras maupun untuk botol yang berisi campuran sayur tidak terdapat busa. Setelah dilakukan pengamatan pada hari ke tujuh, terdapat busa yang berada di atas larutan namun dalam skala yang kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi proses fermentasi hingga dilakukan proses pengamatan. Busa tersebut merupakan gelembung-gelembung karbon dioksida (CO2) yang keluar dari hasil fermentasi, karena reaksi anerob dari gula yang terkandung didalam bahan-bahan yang diragikan dimana dalam praktikum ini digunakan gula pasir sebagai sumber energi untuk menunjang rekasi-rekasi yang akan terjadi selama proses fermentasi berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ishak (1985) dalam Manurung (1996), bahwa senyawa-senyawa yang dapat dipecahkan dalam prtoses fermentasi adalah karbohidrat, polisakarida (pati) terlebih dahulu dipecahkan menjadi gula sederhana sebelum difermentasikan.

Untuk menentukan berhasil tidaknya MOL yang dilakukan tidak hanya aroma, warna, dan endapan, terdapatnya busa atau gelembung yang banyak juga menjadi penentu keberhasilan pembuatan MOL yang dilakukan. Namun dalam pembuatan MOL kali ini terdapat busa atau gelembung yang sedikit. Hal itu dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti kurang rapatnya tutup botol atau terdapatnya celah/rongga udara yang memungkinkan keluar masuknya udara yang dapat menghambat proses fermentasi ketika sedang berlangsung, dan bisa saja juga berasal dari bahan sayur atau buah yang digunakan segai bahan dasar MOL. Hal ini sesiuai dengan pendapat Winarno dan Fardas (1989). Hasil-hasil fermentasi menurut Winarno dan Fardas (1989) terutama tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), macam mokroba dan kondisi sekitarnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman pada hari ke-7

Pot/WadahJenis Benih

JagungShorgumTagetes

110 cm6,5 cm1,5 cm

29,5 cm5,5 cm2 cm

37,5cm6 cm2,5 cm

48 cm5,5 cm1,5 cm

511,5 cm6,5 cm -

68,5 cm4 cm-

712,5 cm--

4.2. Pembahasan

Infeksi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kemampuannya memanfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman maka diperoleh tinggi tanaman yang berbeda-beda untuk tiap komoditi.

Pengaplikasian mikoriza dilakukan pada benih yang telah dikecambahkan. hal ini bertujuan agar penginfeksian jamur dapat berlangsung secara efektif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Falah (2011), yang menyatakan bahwa penggunaan MVA lebih efektif diaplikasikan pada saat pembibitan karena MVA akan segera menginfeksi jaringan akar yang relatif masih muda.Pada tanaman jagung, diperoleh tinggi tanaman yang berbeda-beda, namun perbedaan untuk tinggi tanaman tiap jagungnya tidak terlampau jauh. Terjadinya hal tersebut dapat disebabkan karena bibit yang digunakan memiliki viabilitas yang bagus. Selin itu sebelum penanaman juga telah dipilih benih yang memiliki kecambah yang bagus yang memungkinkan dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang ada. Tanaman yang bermikoriza biasanya lebih tahan kekeringan daripada yang tidak bermikoriza. Kekeringan yang menyebabkan rusaknya jaringan korteks, kemudian matinya perakaran pengaruhnya tidak akan permanen pada akar yang bermikoriza.

Pada tanaman shorgum, diperoleh juga tinggi tanaman yang berbeda-beda. Untuk tinggi tanaman shorgum diperoleh tinggi tanaman yang hampir tidak seragam, karena terlampau jauh perbedaan tinggi tanaman yang terdapat pada masing-masing pot/wadah. Hal tersebut dapat terjadi dapat dikarenakan benih shorgum sebelum dilakukan persemaian, proses perendaman benih tidak mencukupi waktu yang ditentukan untuk selanjutnya disemaikan. Sehingga dalam proses persemaiannya benih tersebut masih membutuhkan air yang cukup untuk perkecambahannya. Meskipun saat penanaman telah dipilih benih yang memiliki kecambah yang lebih baik dari benih yang lainnya. Pada bibit shorgum yang telah ditumbuhkan terdapat benih yang tidak tumbuh/mati. Bibit yang mati tersebut sebelumnya tumbuh dengan baik bersamaan dengan bibit yang lainnya, akan tetapi setelah hari ke-7 ternyata shorgum yang ditumbuhkan tersebut mati. Hal tersebut terjadi dikarenakan tanaman shorgum tersebut mengalami kekeringan. Hal tersebut dapat terlihat karena pada media tanamnya yang kering, sehingga tidak tersedia air yang cukup untuk kelangsungan proses metabolisme tanaman tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanaman shorgum harus memenuhi syarat media tanam yang baik untuk pertumbuhannya untuk menunjang daerah perakaran seperti tersedia air yang cukup dan gembur. Hal ini sesuai dengan pendapat Musa, dkk (2006) yang menyatakan bahwa tujuan pokok budidaya adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman, daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma.

Namun terdapat juga tanaman shorgum yang tumbuh dengan media tanam yang juga cukup kering. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sirappa (2003), yang menyatakan bahwa tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Selain itu akar tanaman yang bermikoriza akan cepat kembali pulih setelah periode kekurangan air berlalu. Hal ini disebabkan hifa cendawan masih mampu untuk menyerap air pada pori-pori tanah, pada saat akar tanaman sudah tidak mampu. Selain itu penyebaran hifa di dalam tanah sangat luas, sehingga dapat mengambil air relatif banyak (Imos et.al, 1989).Pada tanaman tagetes, untuk benih yang tumbuh diperoleh tinggi tanaman yang berbeda-beda. Pada tanaman tagetes yang ditumbuhkan terdapat juga beberapa bibit yang tidak tumbuh. Beberapa tanaman yang tidak tumbuh tersebut sebelumnya tumbuh dengan baik, namun setelah mencapai hari ke-7 ternyata mengalami kemunduran dan mati. Selain itu terdapat benih yang tidak tumbuh sama sekali sejak penagmatan dimulai. Hal tersebut terjadi karena dapat diakibatkan oleh bibit yang telah disemaikan sebelumnya memang tidak berkecambah, dan saat dipindahkan ke media tanam benih dalam keadaan tidak berkecambah. Tidak berkecambahnya beih tersebut dikarenakan oleh faktor genetis yang ada pada benih tersebut.