87
LAPORAN HASIL FIELD TRIP SOSIOLOGI PERTANIAN DI DESA BULUKERTO, DUSUN KELIRAN, KOTA BATU Oleh: 1. Nurul Fauziah (105040101111062) 2. Agustin Dwi P. (1050401011110) 3. Sayyidah Satya Anggun A. (1050401011110) 4. Vioryza Balgies P. (105040101111095) 5. Setyo Bayu Handiawan (1050401011110) Asissten : Dhanang Adhi P. Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 2010

laporan SOSPER lengkap

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan SOSPER lengkap

LAPORAN HASIL FIELD TRIP SOSIOLOGI PERTANIANDI DESA BULUKERTO, DUSUN KELIRAN, KOTA BATU

Oleh:1. Nurul Fauziah (105040101111062)2. Agustin Dwi P. (1050401011110)3. Sayyidah Satya Anggun A. (1050401011110)4. Vioryza Balgies P. (105040101111095)5. Setyo Bayu Handiawan (1050401011110)

Asissten : Dhanang Adhi P.

Program Studi AgribisnisJurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya Malang

2010

Page 2: laporan SOSPER lengkap

KATA PENGANTAR

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang memiliki ciri-ciri khasnya

sendiri antara lain adalah bahwa para ahlinyta dituntut untuk memiliki suatu visi,

suatu perspektif teori yang merupakan total pangkal kerja mereka. Oleh karenanya

ilmu sosiologi penting dianjurkan bagi mereka yang mempelajari sosiologi dan juga

menekuni sejarah sosiologi.

Makalah ini berisi tentang laporan fieldtrip sosiologi pertanian di desa

Bulukerto pada tanggal 4 – 5 Desember 2010. Dan dalam proses pembuatan makalah

ini banyak terdapat kendala dan kekurangan yang dialami penulis. Namun, penulis

telah berusaha mencari referensi yang benar dan dengan berdiskusi.

Penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayah – Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang mendukung

pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna kepada semua pihak dan digunakan dengan

sebaik – baiknya. Atas saran dan kritik saudara, penulis ucapkan terima kasih.

Malang, 10 Desember 2010

Penulis

Page 3: laporan SOSPER lengkap

Daftar Pustaka

Hlmn.

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

1.4. Manfaat

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab III Metodologi Pelaksanaan

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.2 Metode Penentuan Tempat

Bab IV Pembahasan

4.1 Keadaan Wilayah

4.2 Rumusan Masalah

Bab V Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 4: laporan SOSPER lengkap

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sosiologi menurut tradisi studi Eropa daratan dan Anglo-Amerika

lahir sekitar akhir abad ke 19, melalui suatu proses yang cukup panjang

dalam sejarah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan yang dinamis-

dialektis dan akumulatif. Sosiologi ialah ilmu yang mempelajari tentang

hubungan masyarakat antara individu satu dengan individu yang lainnya,

antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, dan antara individu satu ke

kelompok lainnya.

Dalam pertanian mempelajari sosiologi juga sangat dibutuhkan, karena

kita juga berinteraksi dengan masyarakat yang berhubungan dengan

Page 5: laporan SOSPER lengkap

pertanian. Adanya masyarakat petani dalam suatu desa pasti menjadi factor

penting terjadinya interaksi. Dengan begitu pasti akan ada masalah-masalah

sosial yang terjadi.

Yang dapat kita pelajari dari masyarakat petani yaitu mulai dari

budaya petani, cara-cara bertani atau berladang yang kental dengan budaya

desa pasti ada yang berbeda dari setiap petani-petani yang ada di tiap-tiap

desa. Stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat pertanian, adanya

perbedaan kelas petani yang ada dalam masyarakat juga perlu dibahas atau

dikaji, mulai dari buruh tani, petani sedang, dan petani sukses. Selain itu

kelembagaan yang ada dalam masyarakat pertanian juga perlu dibahas,

adanya kelompok tani yang membantu dalam masalah pertanian mulai dari

peminjaman modal dan bibit untuk petani akan dibahas dalam makalah ini.

Jaringan sosial yang ada dalam masyarakat pertanian yang ada di desa

berhubungan erat dengan sosiologi karena adanya kerjasam antara petani

dengan pihak luar. Hal penting lainnya yang harus dibahas juga yaitu adanya

globalisasi dalam pertanian, mulai dari perubahan yang terjadi di masyarakat

dengan adanya teknologi baru yang masuk dalam dunia pertanian dan

kebiasaan-kebiasaaan lama yang masih ada di masyarakat petani desa.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa saja kebudayaan yang ada dalam masyarakat pertanian di desa

Bulukerto?

2. Bagaimana stratifikasi sosial yang terjadi di desa Bulukerto?

3. Apa saja kelembagaan yang terdapat di desa Bulukerto?

4. Apakah ada jaringan sosial yan terjadi di desa Buluketo?

5. Bagaimana globalisasi yang terjadi di desa Bulukerto?

Page 6: laporan SOSPER lengkap

6. Bagaimana usaha tani yang ada di desa Bulukerto dusun Keliran-

Batu?

1.3. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengerti tugas akhir

praktikum sosiologi pertanian. Selain itu juga untuk menganalisis

kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, jaringan sosial, dan globalisasi

serta usaha tani para petani di desa Bulukerto.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa dan

masyarakat terkait sebagai bahan acuan untuk memperbaiki pertanian di

daerah tersebut agar lebih berpengalaman dalam mengatasi masalah-masalah

pertanian khususnya untuk petani-petani apel.

Melalui makalah ini petani atau pihak yang terkait dapat mengacu

masalah-masalah seperti kebudayaan yang ada seperti adanya selamatan

setiap malam tahun baru hijriah, selain itu adanya kerjasama antar warga

kampung juga perlu dilestarikan. Sehingga keunikan dari desa tersebut tetap

terjaga dengan tetap memperhatikan lingkungan dan peraturan yang berlaku.

Selain itu dalam makalah ini juga membahas tentang stratifikasi

sosial, masyarakat dapat melihat pembagian kelas yang ada dalam desa

tersebut. Jika ada yang tidak sesuai masyarakat dapat mengganti sesuai

dengan kemajuan zaman yang ada seperti sekarang ini, apakah diperlukan

penggolongan kelas atau tidak.

Adanya kelembagaan yang dibahas juga bermanfaat bagi mahasiswa

atau penduduk setenpat. Pihak yang terkait dapat memperhatikan apakah

manfaat adanya beberapa lembaga itu bermanfaat atu tidak bagi petani apel

untuk meningkatkan produksi apel.

Page 7: laporan SOSPER lengkap

Dengan membahas jaringan sosial juga memberikan pengetahuan

bagi petani apel, hubungan kerjasama dengan pihak luar apakah ada efek

dengan peningkatkan produksi apel di desa tersebut. Adanya jaringan sosial

juga berhubungan erat dengan globalisasi. Manfaat teknologi baru yang

masuk dalam desa tersebut sudah bermanfaat atau tidak bagi masyarakat di

sana.

Analisis usaha tani yang ada di desa Bulukerto, dusun Keliran ini juga

dapat dilihat dalam makalah ini, sehingga bisa menjadi acuan beberapa petani

untuk usaha tani tanaman apelnya.

Diharapakan petani apel dapat menganalisis masalah yang ada dalam

makalah ini sehingga petani dapat menanggulangi masalah-masalah yang

ada, dan produksi apel dapat meningkat sesuai dengan permintaan.

Page 8: laporan SOSPER lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebudayaan

2.1.1 Pengertian Kebudayaan

Budaya atau Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan

politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,

sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia

sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika

seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan

menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan

luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur

sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Kebudayaan

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari

buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata

Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai

mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai

"kultur" dalam bahasa Indonesia.

2.1.2 Unsur-unsur Kebudayaan

Kebudayaan memiliki unsur-unsur universal, antara lain:

1. Sistem religi dan kehidupan kerohanian yang meliputi sistem kepercayaan

dan keyakinan, sistem upacara keagamaan, kesusastraan suci, komuniti

keagamaan, ilmu gaib, sistem nilai dan pandangan hidup.

2. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia yang meliputi alat-alat

produksi, alat-alat distribusi dan transportasi, wadah dan tempat untuk

Page 9: laporan SOSPER lengkap

menaruh, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung

dan perumahan.

3. Sistem mata pencaharian hidup yang meliputi berburu dan meramu,

perikanan, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam menetap, peternakan,

perdagangan.

4. Sistem kemasyarakatan yang meliputi sistem kesatuan hidup setempat,

asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan.

5. Sistem pengetahuan yang meliputi pengetahuan mengenai alam sekitar,

pengetahuan mengenai alam flora, pengatahuan mengenai alam fauna,

pengetahuan mengenai tubuh manusia, pengathuan mengenai kelakuan

manusia.

6. Bahasa yang meliputi bahasa Lisan dan bahasa Tulisan

7. Seni yang meliputi seni patung, seni pahat, seni lukis dan seni gambar, seni

rias (seni merias dan seni menghias), seni suara atau seni vokal, seni

instrumental, seni sastra, dan seni drama.

2.1.3 Kebudayaan Indonesia

Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai hasil cipta rasa dan karsa manusia

yang sudah sejak lama ada. Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah

perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya

upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa,

serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional

dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional

merupakan pembangunan yang berbudaya. Dalam perjalanannya kedepan (abad 21),

sebagai bangsa besar, Indonesia seperti sebuah “kapal induk” yang sedang oleng di

tengah badai. Perjalanan hidup bangsa Indonesia bukan saja seperti kapal induk tanpa

peta navigasi, melainkan juga seperti kapal induk yang kehilangan energy untuk

menggerakkan seluruh system navigasinya. Dikaitkan dengan cita-cita awal pendirian

nagara, seharusnya bangsa Indonesia memiliki daya imortalitas yang tinggi. Dari

awal yang dibangun founding fathers adalah semangat atau jiwa bangsa, bukan

bangunan material. Gejala yang mengarah pada “kematian” bangsa Indonesia akhir-

Page 10: laporan SOSPER lengkap

akhir ini dapat diidentikkan dengan semakin memudarnya atau tereliminasinya roh,

jiwa atau semangat bangsa. Upaya penemuan kembali nilai-nilai bangsa Indonesia

yang telah memudar atau nyaris hilang bukan saja bisa dipandang sebagai upaya

menghindarkan bangsa Indonesia tereliminasi dari pergaulan masyarakat dunia,

melainkan juga untuk memberi pencerahan ke depan agar Indonesia bisa menjadi

bangsa besar di awal abad 21.

Upaya menemukan kembali nilai-nilai untuk membangun kehidupan bangsa

Indonesia ke depan saat ini mendesak dilakukan. Diharapkan aktualisasi penemuan

kembali nilai-nilai untuk membangun kehidupan bangsa ini bisa dijadikan semacam

plant form atau bagian dari visi utama rencana strategis Depdagri di masa yang akan

datang. Sejalan dengan itu dalam waktu dekat diharapkan dapat dibuat panduan

langkah-langkah kongkrit untuk pengembangan konsep “Pembangunan Berbasis

Nilai-Nilai” yang bisa dioperasionalkan oleh kabinet.

Dalam rangka pengembangan konsep yang dimaksud dikemukakan langkah-

langkah penting yang perlu ditempuh, yaitu: pertama, perlunya melakukan eksplorasi

terhadap nilai-nilai ideal dari khasanah agama-agama yang ada di Indonesia. Kedua,

perlu ada gagasan awal tentang rumusan niali-nilai yang dianggap mampu

merepresentasikan persyaratan agar suatu bangsa dapat mencapai kemajuan secara

meyakinkan dalam waktu relative cepat. Ketiga, pemetaan kesenjangan antara nilai-

nilai ideal dan penerapan atau aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Keempat,

agar strategi pengembangan nilai social-budaya efektif perlu ditelaah faktor

pendukung apa saja yang dibutuhkan.

2.2 Stratifikasi Sosial

2.2.1 Pengertian stratifikasi sosial

Stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya

pembedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara

bertingkat. Misalnya dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang, dan

strata rendah. Pembedaan dan/atau pengelompokan ini didasarkan pada adanya suatu

simbol-simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai, baik berharga atau

Page 11: laporan SOSPER lengkap

bernilai secara sosial, ekonomi, politik, hokum, budaya maupun dimensi lainnya

dalam suatu kelompok sosial. Simbol-simbol tersebut misalnya, kekayaan,

pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan pekerjaan. Dengan kata lain,

selama dalam suatu kelompok sosial pasti ada sesuatu yang dianggap berharga atau

bernilai, maka selama itu pula aka nada stratifikasi sosial dalam kelompok sosial

(komunitas) tersebut.

2.2.2 Lapisan Sosial

Tiap kelompok sosial bersifat berlapis-lapis yang mencerminkan adanya

kelompok tertentu berada di atas yang lain karena keadaan dan hal-hal tertentu yaitu

sesuatu yang pada tempat dan waktu tertentu dihargai dan dipandang dapat

menentukan kehidupan kelompok yang bersangkutan. Mereka yang memiliki sesuatu

yang berharga akan dipandang oleh masyarakat sebagai kelompok yang terhormat.

Benda atau kemampuan yang dihargai di dalam suatu kelompok bisa berupa kharisma

seseorang, benda-benda bernilai ekonomi seperti tanah dan barang berharga lain yang

dalam perwujudannya bisa berupa kekuasaan seseorang, ilmu pengetahuan, kekayaan

dan mungkin juga berada dalam lapisan tertentu karena keturunan. Dalam sejarah

ditemukan contoh-contoh mengenai lapisan terjadi karena adanya kelompok yang

dipandang berada pada lapisan atas. Sebagai contoh, pada system kekastaan Hindu,

seperti Brahmana Ksatria, Waisya, Sudra dan seterusnya.

Paparan mengenai pelapisan sosial atau social stratification adalah pelajaran

mengenai cara-cara dengan mana kelompok-kelompok manusia mengalokasikan

kekuasaan dan hak-hak serta akibat-akibat daripadanya. Ini adalah pelajaran

mengenai siapa yang mendapat apa, kapan, mengapa, dan bagaimana. Hal-hal

tersebut akan dipaparkan dalam butir-butir sebagai berikut:

a. Sistem-sistem kepangkatan.

Untuk maksud-maksud analitis, maka relevanlah untuk mengakui

bahwa jabatan-jabatan atau posisi-posisi social dimana kekuasaan diletakkan,

diatur ke dalam serangkaian hierarkhi sosial. Hierarkhi-hierarkhi jabatan

sosial ini akan dinamakan sistem-sistem pangkat atau rank system. Suatu

system pangkat dapat didefinisikan sebagai suatu pengaturan hierarkhi atas

Page 12: laporan SOSPER lengkap

jabatan-jabatan sosial yang dapat diperbandingkan atas dasar variasi-variasi

dalam tingkatan kekuasaan yang diletakkan dalam jabatan-jabatan itu oleh

kelompok.

b. Sistem-sistem kelas.

Bermacam-macam sistem pangkat ada di dalam setiap masyarakat.

Oleh karena itu salah satu dari persoalan-persoalan penting yang harus

diperhatikan di dalam memperlajari suatu masyarakat adalh adalah persoalan

mengenai tingkatan dimana beberapa sistem pangkat membentuk satu susunan

tunggal. Perubahan-perubahan dalam sistem kelas sebagai keseluruhan

mempengaruhi bagian-bagian dan perubahan-perubahan dalam bagian-bagian

yang mempengaruhi sistem sebagai satu keseluruhan.

1. Pergaulan yang berlainan dalam sistem-sistem kelas.

Suatu akibat yang nampaknya tidak dapat dihindari dari

kristalisasi kelas adalah bahwa orang cenderung untuk bergaul

terutama dengan orang-orang yang mempunyai status yang sama.

2. Differensiasi Kebudayaan dalam Sistem-sistem Kelas.

Kebudayaan disampaikan atau diteruskan melalui komunikasi

dan pergaulan, yang mana pribadi banyak berfungsi sebagai

perantara komunikasi.

3. Alat-alat dalam kebudayaan untuk mempertunjukkan kalau

seseorang diketahui sebagai seorang yang mempunyai status

tinggi.

2.2.3 Terjadinya Stratifikasi Sosial (Lapisan Masyarakat)

Terjadinya stratifikasi sosial (lapisan masyarakat) dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Terjadi dengan sendirinya

Unsur-unsur yang terjadinya stratifikasi sosial yang terbentuk dngan

sendirinnya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotan seorang

kepala masyarakat. Unsur-unsur yang dipakai oleh setiap komunitas berbeda-beda.

Misalnya pada masyarakat yang mata pencahariannya sebagai petani, kerabat yang

Page 13: laporan SOSPER lengkap

membuka tanah dianggap sebagai orang-orang yang menduduki jbatan yang lebih

tinggi dan dalam istilahnya disebut juragan tanah.

b) Sengaja disusun

Hal ini biasanya berkaitan dengan adanya suatu tujuan bersama yang

berkaitan dengan pembagian kekuasaan. Stratifikasi sosial semacam ini digunakan di

dalam suatu instansi, organisasi, pemeritahan, dan lain sebagainya.

2.2.4 Sifat Sistem Stratifikasi Sosial (Lapisan Masyarakat)

Sifat sistem stratifikasi sosial (lapisan masyarakat) dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Bersifat tertutup (closed social stratification)

Sistem stratifikasi tertutup tidak memungkinkan untuk pindahnya seseorang

dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya itu ke atas atau ke bawah.

Dalam sistem seperti ini, jalan satu-satunya untuk menjadi salah satu anggota suatu

lapisan adalah kelahiran. Sistem ini masih dianut oleh beberapa Negara di dunia salah

satunya adalah India. Di India, kasta tertinggi dijabat oleh kasta Brahmana (pendeta),

Kasta kedua dijabat oleh kasta Ksatria (bangsawan), kasta ketiga di jabat oleh kasta

Vaicya (pedagang), kasta keempat dijabat oleh kasta Sudra (rakyat jelata), kasta

kelima atau biasanya tidak dianggap dalam sistem kasta adalah Paria.

b) Bersifat terbuka (open social stratification)

Dalam sistem ini setiap anggota masyarakat berkesempatan unutuk dapat

memperbaiki lapisannya sesuai dengan ketrampilan serta kerja keras. Bagi yang

beruntung, orang yang berasal dari lapisan bawah dapat naik ke lapisan atas dan bagi

yang kurang beruntung, orang yang berasal dari lapisan atas dapat jatuh ke lapisan

bawah. Hampir seluruh negara di dunia ini menganut sistem ini termasuk Indonesia.

c) Bersifat campuran

Dalam sistem ini terjadi perpaduan antara sistem tertutup dengan sistem

terbuka. Misalkan suatu daerah terdapat suku pribumi yang menganut sistem tertutup

kemudian tanah mereka didatangi oleh masyarakat pendatang yang menganut sistem

terbuka setelah itu para pendatang menetap dan bertempat tinggal di tanah suku

Page 14: laporan SOSPER lengkap

penganut sistem tertutup sehingga terjadilah percampuran atau perpaduan antara

kedua sistem tersebut.

2.2.5 Kelas-kelas dalam Masyarakat (social classes)

Kelas Sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya

dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh

masyarakat umum. Kelas sosial dalam setiap komunitas berbeda-beda dan

penentuannya-pun berbeda, misalnya saja di Inggris kaum bangsawan disebut sebagai

nobility sedangkan kaum rakyat dinamakan commoners hal ini mereka sadari bahawa

kaum nobility lebih tinggi kedudukannya daripada kaum commoners (sesuai adat

istiadat).

Kriteria-kriteria untuk meninjau kelas sosial dari segi tradisional:

a) Besar jumlah anggota-anggotanya

b) Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban warganya

c) Kelanggengan

d) Tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas

e) Batas-batas yabg tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain)

f) Antagonisme tertentu

2.2.6 Dasar Stratifikasi Sosial (Lapisan Masyarakat)

Ukuran-ukuran yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota

masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah :

a) Ukuran Kekayaan

Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan

teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang

bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan

Page 15: laporan SOSPER lengkap

pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan

seterusnya.

b) Ukuran Kekuasaan

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang

terbesar, menempati lapisan atasan. Misalkan juragan tanah berwenang mengatur

tanahnya dan dengan mudah mmenyuruh bawahannya untuk mengerjakan tanah

tersebut yang kemudian nanti diolah untuk bidang pertanian.

c) Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan

dan/atau keuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang

teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat tradisional, biasanya

mereka adalah golongan tua atau yang pernah berjasa.

d) Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai

ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan

terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu

pengetahuan yang dijadikan ukuran, ternyata gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal

yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.

2.2.7 Unsur-unsur Stratifikasi Sosial (Lapisan Masyarakat)

Unsur-unsur baku yang ada dalam stratifikasi sosial dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Kedudukan (Status)

Kedudukan adalah tenpat seseorang dalam suatu pola tertentu. Seseorang

memiliki beberapa kedudukan dikarenakan seseorang tersebut biasanya ikut serta

dalam bebagai pola kehidupan. Masyarakat pada umumnya mengembangkan 3

macam kedudukan yaitu:

i) Ascribed Status

Page 16: laporan SOSPER lengkap

yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa

memerhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan

kemampuan.kedudukan ini diperoleh melalui kelahiran. Misalkan

kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan pula. Kedudukan

semacam ini banyak dijumpai pada sistem lapisan tertutup.

Namun, kedudukan semacam ini masih dijumpai pada sistem

lapisan terbuka, misalkan kedudukan anak laki-laki lebih tinggi

daripada anak perempuan.

ii) Achieved Status

Yaitu keududkan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha

yang disengaja. Kedudukan ini diperoleh tidak berdasarkan

kelahiran melainkan melalui perjuangan dan kerja keras.

Misalkan kedudukan seseorang sebagai manager suatu

perusahaan dikarenakan orang tersebut memenuhi kriteria sebagai

manager.

iii) Assigned Status

Yaitu kedudukan yang diberikan. Kedudukan semacam ini erat

kaitannya dengan achieved status. hal ini bisa diartikan sebagai

pemberian kedudukan yang lebih tinggi kepada orang yang

berjasa oleh suatu organisasi atau instansi.

2) Peranan (Role)

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Peranan dan kedudukan tak

dapat dipisahkan karena keduanya saling berkaitan. Pentingnya peranan adalah

karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-

batas tertentu, sehingga orang tersebut dapat menyesuaikan perilaku diri sendiri

dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan mencakup 3 hal, yaitu :

a) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan merupakan rangkaian-

rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

masyarakat.

Page 17: laporan SOSPER lengkap

b) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c) Peranan merupakn perilaku individu yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.

2.2.8 Perlunya Sistem Stratifikasi Sosial

Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat-tempat

tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-

kewajibannya sebagai akibat penempatan tersebut. Dengan demikian, masyarakat

menghadapi dua persoalaan, yaitu pertama, menempatkan individu-individu tersebut

dan kedua mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya.

Apabila semua kewajiban selalu sesuai dengan keinginan setiap orang maka

maka persoalan yang mereka hadapi tentunya akan mudah, tetapi kenyataannya lain.

Setiap kedudukan memiliki kewajiban – kewajiban yang berbeda dengan kedudukan

lainnya. Maka, dengan demikian sistem stratifikasi sosial sangat dibutuhkan untuk

memilah-milah kewajiban agar setiap individu mengetahui kewajiban-kewajiban apa

saja yang harus dikerjakan. Hal ini juga dapat menjadikan solusi untuk memecahkan

masalah yag dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat

yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan

kewajibannya yang sesuai dengan kedudukan serta peranannya.

2.3 Kelembagaan

2.3.1 Pengertian kelembagaan

Kelembagaan merupakan

2.3.2 Permasalahan Kelembagaan Agribisnis

Selama pembangunan jangka panjang tahap pertama, telah berhasil

ditumbuhkan dan dibangun berbagai kelembagaan agribisnis baik kelembagaan

formal maupun kelembagaan nonformal.

Page 18: laporan SOSPER lengkap

Kebijaksanaan pemerintah selama ini dalam membangun kelembagaan

agribisnis telah banyak mendorong tumbuhnya usaha/industry yang bergerak

dibidang agribisnis baik BUMN, swasta maupun koperasi. Namun demikian sector

agribisnis ini tetap berkembang agak lamban, terutama agribisnis tanaman pangan

dan holtikultura.

Apabila ditelususri lebih jauh lambatnya perkembangan agribisnis tanaman

pangan dan holtikultura disebabkan antara lain:

Kebujaksanaan yang kurang mendukung.

Berbagai kebijaksanaan pemerintah yang menumbuhkan kelembagaan

melalui Top-down policy tampaknya belum dapat menghasilkan

kelembagaan agribisnis yang kuat dan mandiri. Hal ini dapat dilihat

dengan jelas dalam mendesain penumbuhan kelompok tani, koperasi

unit desa, dan kelembagaan sarana produksi lainnya. Hal yang sama

juga terjadi pada kelembagaan pasca panen, pengolahan, pemasaran

hasil serta kelembagaan permodalan.

Intervensi pemerintah tampaknya terlalu jauh masuk dalam

kelembagaan agribisnis, sehingga terkesan membatasi ruang gerak

bisnis yang dilakukan oleh kelembagaan yang bersangkutan. Hal ini

diperparah lagi dengan berbagai kebijaksanaan yang mendorong kea

rah terjadinya “monopoli” dalam usaha di bidang agribisnis,

pengendalian harga, subsidi, dan sebagainya.

Dalam menghadapi era globalisasi dan liberalisasi yang dicirikan

dengan persaingan yang semakin ketat; reformasi di bidang

kebijaksanaan dalam membangun kelembagaan agribisnis ini

merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi, dan mutlak harus

dilaksanakan. Upaya deregulasi, dan debirokratisasi di bidang

pembangunan kelembagaan agribisnis ini merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari proses reformasi.

Masalah Intern Kelembagaan.

Page 19: laporan SOSPER lengkap

Sebagai dampak dari kebijaksanaan sebagaimana diuraikan di atas,

terlihat dengan jelas pada kinerja kelembagaan yang masih belum

sesuai dengan harapan. Apabila ditelusuri lebih jauh kedalam setiap

subsistem agribisnis, akan ditemukan titik-titik rawan berupa

kelembagaan yang kinerjanya rendah sebagai berikut:

1. Kelembagaan Sarana Produksi

Titik rawan dan kelemahan yang terlihat dalam kelembagaan

sarana produksi antara lain dalam penyediaan dan penyaluran

sarana produksi yang dilakukan oleh KUD.

Titik rawan berikutnya dalam rangkaian kelembagaan sarana

produksi adalah kelembagaan penyedia bibit/benih, baik produsen

benih (BUMN, swasta) maupun kelembagaan penangkar dan

penyaluran benih di tingkat lapangan.

Akibat kelemahan kelembagaan ini dalam menangani penyediaan

saprodi maka prinsip enam tepat yaitu tepat jenis, jumlah, waktu,

lokasi, harga, dan mutu sarana produksi sering tidak tercapai.

2. Kelembagaan Usaha Tani/Produksi

Unit usaha tani keluarga sebagai kelembagaan usaha tani terkecil

masih menghadapi masalah struktural yang masih sangat sulit di

atasai. Masalah yang menonjol antara lain, rendahnya tingkat

pendidikan petani selaku pelaku agribisnis. Selain tingkat

pendidikan yang rendah, kepemilikan lahan usaha juga relatif

kecil. Sejalan dengan masalah tersebut di atas, dari segi

kelembagaan tani berupa kelompok tani, juga mengalami masalah

yaitu, sebagian besar kelompok tani memiliki tingkat kemampuan

kelas pemula 37,1%, kelas lanjut 33,8%, sedangkan kelas madya

batu sebesar 20,8% dan kelas utama sebanyak 3,0%.

Page 20: laporan SOSPER lengkap

Masalah struktural tersebut diatas tampaknya menyulitkan upaya

memposisikan petani/kelompok tani sebagai kelembagaan

agribisnis yang tangguh.

3. Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

Masalah kelembagaan yang dialami pasca panen yang melakukan

usaha dibidang pasca panen primer adalah: masalah teknologi yang

terkait dengan alsin, permodalan, dan manajemen usaha.

Berbeda dengan unit usaha pasca panen primer, unit usaha

dibidang pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura

mengahdapi permasalahan yang berbeda, tergantung komoditi

yang diolah. Permasalahan di bidang pengolahan hasil dapat dalam

bentuk keseterdiaan bahan baku yang tidak kontinu, kesulitan

modal usaha (bagi usaha kecil), persaingan bisnis (usaha kecil vs

perusahaan besar), permodalan dan manajemen usaha.

4. Kelembagaan Pemasaran

Kelembagaan agribisnis yang bergerak di bidang pemasaran hasil

tanaman pangan dan hortikultura menghadapi berbagai

permasalahan yang menyangkut:

a. Efisiensi pemasaran yang rendah, karena panjangnya rantai

pemasaran dan biaya transportasi yang tinggi sehingga biaya

pemasaran menjadi tinggi.

b. Fluktuasi harga yang besar.

c. permodalan usaha.

d. Keterampilan manajemen di bidang usaha pemasaran hasil

yang rendah.

Kemampuan kelembagaan pemasaran dalam mengkoordinasikan

permintaan dan penawaran komoditas tanaman pangan dan

Page 21: laporan SOSPER lengkap

hortikultura secara efektif masih rendah, dan tidak mampu

mengendalikan sifat pasar yang monopsonistis atau oligopsonistis

yang cenderung menekan harga pada tingkat petani.

5. Kelembagaan Jasa Layanan Pendukung

Diantara kelembagaan jasa layanan pendukung, maka

kelembagaan permodalan merupakan kelembagaan penting yang

posisinya relative rendah. Banyak skema-skema kredit yang

disediakan pemerintah di bidang agribisnis belum dapat

dimanfaatkan secara maksimal untuk mendorong perkembangan

agribisnis.

Selain kelembagaan permodalan, kelembagaan jasa layanan

pendukung yang mempunyai fungsi strategis dalam pembangunan

system agribisnis adalah BPP. Kelembagaan ini meskipun

jumlahnya banyak dan tersebar di hamper setiap kecamatan,

namun kemampuannya dalam pengembangan agribisnis di

pedesaan masih sangat lemah. Oleh Karena itu kemampuan

malakukan alih teknologi di bidang agribisnis kepada kelompok

tani juga lemah.

2.3.3 Fungsi Kelembagaan

Suatu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi:

1. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana

mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi

masalah-masalah dalam masyarakat yang terutama menyangkut

kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan.

2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistim

pengendalian sosial (social control) yaitu artinya sistim masyarakat

terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Page 22: laporan SOSPER lengkap

2.4 Jaringan Sosial

2.4.1 Pengertian Jaringan Sosial

Menurut Mitchel (1969;1-2), jaringan social merupakan seperangkat

hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang dimana

karakteristik hubungan-hubungan tersebut dapat digunakan untuk

menginterpretasikan motif-motif perilaku social dari orang-orang yang terlibat

didalamnya. Dalam kenyataan kehidupan, jaringan social ini sedemikian kompleks

dan saling tumpang tindih atau saling memotong satu sama lain.

2.4.2 Macam-macam Jaringan Sosial

Menurut Barnas(1969), membedakan jaringan social menjadi dua, yaitu :

1. Jaringan social menyeluruh, yaitu keseluruhan jaringan yang

dimiliki individu-individu dan mencakup beberapa konteks atau

bidang dalam kehidupan masyarakat.

2. Jaringan social parsial, yaitu jaringan yang dimiliki individu-

individu terbatas pada bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya

jaringan ekonomi, keagamaan, dam kekerabatan.

Ditinjau dari hubungan social yang membentuk jaringan social, dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Jaringan kekuatan (power), merupakan hubungan-hubungan social

yang membentuk kekuasaan. Dalam jaringan kekuasaan,

konfigurasi keterkaitan antar pelaku didalamnya disengaja atau

diatur. Tipe jaringan ini muncul bila pencapaian tujuan-tujuan

yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif dan

konfigurasi yang saling berhubungan antar pelaku yang biasanya

bersifat permanen.

Page 23: laporan SOSPER lengkap

2. Jaringan kepentingan (interest), merupakan jaringan di mana

hubungan-hubungan social yang membentuknya bemuatan

kepentingan. Jaringan ini terbentuk oleh hubungan-hubungan yang

bermakna pada tujuan-tujuan tertentu atau khusus. Struktur yang

muncul dari tipe jaringan social ini adalah sebentar dan berubah.

3. Jaringan social perasaan (sentiment), merupakan jaringan yang

terbentuk atas dasar muatan perasaan, dimana hubungan-hubungan

social itu sendiri menjadi tujuan dan tindakan social. Struktur yang

dibentuk oleh hubungan perasaan ini cenderung mantap dan

permanen. Hubungan soial yang terwujud biasanya cenderung

menjadi hubungan dekat dan kontinyu. Diantara para pelaku

cenderung menyukai atau tidak menyukai pelaku-pelaku lain

dalam jaringan social. Oleh karena itu, muncul adanya saling

control yang relative kuat antar pelaku.

Apabila dilihat dari status social ekonomi individu yang terlibat, terdapat dua

jenis jaringan social, yaitu:

1. Jaringan social horizontal, jaringan social dikatakan bersifat

horizontal jika individu-individu yang terlibat didalamnya

memiliki status social yang relative sama. Mereka memiliki

kewajiban yang sama dalam perolehan sumber daya dan suber

daya yang yang dipertukarkan relative sama.

2. Jaringan social vertical, jaringan social dikatakn bersifat vertical

jika individu-individu yang terlibat di dalamnya tidak memiliki

status social yang sepadan.

2.4.3 Perspektif Teori dalam Kajian Jaringan Sosial

Grootaert (2002), menyatakan bahwa capital social merupakan salah satu

alternative unjtuk mengatasi kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan

capital ekonomi di tingkat ekonomi. Bahkan menurutnya, kontribusi capital social

Page 24: laporan SOSPER lengkap

sebanding dengan modal manusia. Artinya, capital social yang bersifat non fisik

diyakini mampu menandingi.

Perkembangan pemikiran mengenai capital itu sendiri tidak lepas dari kritik,

terutama mengenai beragamnya konsep dan definisi capital social. Aspek lainnya

yang perlu dicermati adalah mengenai penetuan indicator yang sesuai dalam

mengukur capital social,serta dalam hal bagaimana membangun atau

mengembangkan capital social. Perbedaan pandangan dan cara mendefinisikan

capital-kapital social juga terkait dengan metode yang digunakan untuk menjelaskan

capital social itu sendiri. Akan tetapi, bagaimanapun perbedaan cara pandang dan

metode analisis dalam studi-studi capital social, ternyata tidak saling

mempertentangkan peran capital social terutama kontribusi jaringan social dalam

dinamika pembangunan, termasuk dalam upaya pengembangan komunitas agribisnis.

2.4.4 Perspektif Sosiologi Ekonomi Pemberdayaan Jaringan Sosial dalam

Pengembangan Agribisnis

Pemberdayaan jaringan social dalam pengembangan agribisnis dapat

dikaitkan dengan upaya Nee dalam menjelaskan konsep new institusionalism atau

kelembagaan ekonomi baru yang dikembangkan Victor Nee. Menurut Nee, new

institusionalism adalah sebuah gagasan yang menggabungkan antara ekonmi

institusional dan teori ktertambatan Granocetter, yakni melekatnya jaringan social

dalam struktur social.

2.5 Globalisasi

2.5.1 Ciri yang menunjukkan adanya Globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena

globalisasi di dunia:

Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti

telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global

Page 25: laporan SOSPER lengkap

terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme

memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling

bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,

peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi

semacam World Trade Organization (WTO).

Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama

televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini,

kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai

hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion,

literatur, dan makanan.

Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis

multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

2.5.2 Bentuk – bentuk dari Globalisasi

Globalisasi Informasi

Kemajuan teknologi informasi melalui satelit, komputer, internet dan media

massa memungkinkan berita dari belahan dunia dapat cepat sampai ke

belahan dunia lain. Mengecilnya ruang dan waktu telah mengakibatkan bahwa

hampir tidak ada kelompok orang atau bagian dunia yang hidup dalam

isolasi . Informasi tentang keadaan/situasi lain dapat menciptakan suatu

pengetahuan umum yang jauh lebih luas dan aktual dari yang ada sebelumnya.

Batas-batas teritorial suatu negara menjadi tidak relevan. Batas negara tidak

lagi menjadi batas informasi karena seseorang mahasiswa di Indonesia dapat

dengan cepat berkomunikasi langsung dengan seorang mahasiswa di Harvard

( AS ).

Globalisasi Ekonomi

Dalam bidang ekonomi ada tuntutan dunia yang berupa perdagangan

internasional tanpa hambatan batas-batas negara ( eksport dan import ).

Page 26: laporan SOSPER lengkap

Proteksi berupa bea masuk yang tinggi atau larangan masuknya barang dari

luar negeri dianggap bertentangan dengan arus globalisasi.

Menurut Tantri Abeng perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi meliputi:

a.Globalisasi produksi

b.Globalisasi pembiayaan

c.Globalisasi tenaga kerja

d.Globalisasi jaringan informasi

e.Globalisasi perdagangan

Globalisasi Kebudayaan

Perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada

awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan

perilaku yang kemudian menjadi suatu budaya. Pengembangan kebudayaan

diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yg

sesuai dgn nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Ciri-ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan antara lain :

Ø Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional

Ø Penyebaran prinsip multikebudayaan

Ø Berkembangnya industri pariwisata

Ø Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain

Ø Berkembangnya mode yang berskala global

Ø Bertambah banyaknya event-event berskala global

Isu-isu global yang muncul dengan adanya globalisasi :

- Demokrasi

- Hak Asasi Manusia

- Pelestarian lingkungan hidup

- Pluralisme ( perbedaan dan keanekaragaman )

- Pasar Bebas ( AFTA untuk Asean, APEC untuk Asia Pasifik)

Page 27: laporan SOSPER lengkap

2.5.3 Dampak yang ditimbulkan Globalisasi

Dampak Positif

a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan

sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas

dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang

canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat.

Dampak Negatif

Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut:

a. Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan

masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi

barang dengan banyak pilihan yang ada.

b. Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa

tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa

bahwa mereka adalah makhluk sosial.

c. Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di

Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi

hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.

d. Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang

dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang

Page 28: laporan SOSPER lengkap

pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan

kesenjangan sosial.

2.5.4 Indonesia sebagai korban Globalisasi

Globalisasi melestarikan kompradorisme (kaki tangan dan kepanjangan

tangan kapitalisme internasional), tetapi sekaligus juga hendak menancapkan

kukunya lebih dalam lagi guna menguasai secara total perekonomian nasional

suatu negara. Pada intinya adalah menghancurkan kedaulatan nasional. Di

Indonesia telah banyak terjadi kasus globalisasi yang kemudian telah

menghancurkan dan mengorbankan Indonesia, baik dari segi kedaulatan

nasional, kedaulatan hukum, dan korban berjuta – juta rakyat Indonesia

memasuki masa depan yang gelap.

Krisis yang terjadi hingga kini adalah gambaran bahwa Indonesia merupakan

korban terparah globalisasi. Berikut contoh kasus – kasus dampak globalisasi

di Indonesia:

1. Perampokan besar – besaran Bank Sentral

2. Tambal sulam kemiskinan lewat utang

3. Penghancuran ketahanan pangan

4. Penciptaan pasar tanah

5. Penguasaan air minum

6. Mafia utang lewat kredit ekspor

7. Penjarah kekayaan intelektual masyarakat/komunitas

Page 29: laporan SOSPER lengkap

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metodologi Pengumpulan Data

Data yang kami peroleh guna memenuhi tugas akhir praktikum

sosiologi pertanian diambil dari desa Bulukerto dusun Keliran kecamatan Bumi Aji,

kota Batu, Malang. Kami melakukan pengambilan data secara berkelompok, yakni

satu kelompok besar yang terdiri dari dua puluh orang kemudian dibagi menjadi

sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang mahasiswa dan didampingi oleh

seorang asisten praktikum yakni Dhanang adhi P. Pengambilan data dilakukan selama

dua hari satu malam, yakni pada hari Sabtu dan Minggu pada tanggal 4-5 Desember

2010. Kami bertempat tinggal di rumah bapak X selaku ketua RW desa tersebut.

Kami menuju lokasi pengambilan data pada pukul 08.00 WIB dan

sesampainya disana pada pukul 09.00. Kami disambut ramah oleh keluarga bapak X

dan kami pun dijelaskan sekilas tentang profil desa serta para penduduknya yang

mayoritas berprofesi sebagai petani apel. Pengumpulan data dimulai pada sore hari

ketika para petani sudah pulang dari kebun mereka. Hal ini memang telah

diprediksikan oleh asisten kami agar kegiatan kami ini tidak mengganggu kegiatan

para petani setempat.

Pengambilan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1. Wawancara

Page 30: laporan SOSPER lengkap

Para petani yang akan kami wawancara terdiri dari tiga kelas, yakni

kelas petani miskin, petani sedang, dan petani kaya. Pengambilan data secara

wawancara dilakukan secara kelompok kecil dan dilakukan pada sore hari.

Kami diberi beberapa lembar pertanyaan yang menjadi acuan kami untuk

melakukan wawancara dengan para petani. Pertanyaan-pertanyaan tersebut

merupakan cakupan yang nantinya akan disusun menjadi sebuah laporan

akhir.

Pertanyaan tersebut terdiri dari profil petani, pengetahuannya tentang

lembaga ataupun keadaan desa, kegiatannya dalam melakukan usaha,

pendapatnya tentang perubahan jaman yang berdampak pada usaha

pertaniannya hingga perannya dalam kelembagaan yang ada di desa. Selain

itu, kami juga bertanya bagaimana usaha para petani dalam menanggulangi

hama yang menyerang.

Wawancara dilakukan selama kurang lebih tiga puluh menit dan

diakhiri dengan pemberian sembako sebagai rasa terima kasih kami kepada

para petani selaku narasumber.

2. Dokumentasi

Selain wawancara kami juga melakukan dokumentasi kepada para

narasumber. Foto serta video kami ambil guna kelengkapan serta bukti yang

nantinya akan dilampirkan dalam laporan. Foto dan video tersebut kami ambil

bersamaan dengan wawancara. Jadi selain wawancara dengan narasumber,

kami pun meminta izin untuk mengambil foto sang narasumber serta

merekamnya dengan media handphone.

3. Observasi Langsung

Observasi dilakukan pada keesokan harinya ketika para narasumber

pergi ke kebun. Kami meminta izin untuk turut ikut ke kebun guna terjun

langsung dalam lapang. Kami berkesempatan untuk pergi ke kebun seorang

petani sukses yang mempunyai kebun apel dan sayuran. Pukul 06.00 WIB

kami berangkat dengan panduan sang narasumber yang bernama bapak Y. Di

Page 31: laporan SOSPER lengkap

kebun, selain wawancara kami juga turut membantu pekerjaan sang

narasumber. Kebetulan pada saat itu bapak Y sudah memanen buah apel dan

pekerjaan selanjutnya ialah merontokkan daunnya. Hal ini dilakukan agar

daun baru dapat tumbuh. Perontokan daun ini memerlukan cukup banyak

orang sehingga bapak Y menyewa buruh tani yang semuanya adalah ibu

rumah tangga. Butuh waktu sekitar tiga hari untuk merontokkan seluruh daun

di kebun tersebut karena jumlah pohonnya yang banyak. Kami juga

mengambil foto kegiatan tersebut serta tanaman-tanaman yang ada di kebun

tersebut. Selama hampir dua jam kami melakukan observasi langsung di

kebun apel milik bapak Y.

3.2 Metode Penentuan Tempat

Tempat atau desa yang kami datangi ditentukan oleh para asisten praktikum

masing-masing kelompok, dan kami mendapatkan desa Bulukerto sebagai tempat

pengambilan data. Selain itu, pembagian narasumber pun ditentukan oleh asisten atas

data dari bapak X.

Page 32: laporan SOSPER lengkap

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Wilayah

KEADAAN SOSIAL EKONOMI

Page 33: laporan SOSPER lengkap

A. LUAS TANAH

No. Jenis Tanah Luas (Ha)

1. Tanah Irigasi milik Penduduk 63.241

2. Tanah Irigasi Ganjaran 6.504

B. LUAS TANAH KERING

No. Jenis Tanah Luas (Ha)

1. Tanah Pekarangan milik Penduduk 29.467

2. Tanah Tegalan milik Penduduk 414.350

3. Tanah Ganjaran milik Penduduk 24.850

4. Tanah Bondo Desa 1.500

5. Tanah Kuburan milik Desa 3

6. Tanah Sekolah milik Desa 600

C. LUAS TANAH KERING LAINNYA

No. Jenis Tanah Luas (Ha)

1. Tanah Waqof 1.225

2. Tanah Jalan Desa 5.000

3. Tanah Kehutanan Negara 400

Keterangan :

Tanah WAQOF, antara lain :

1. Kebun apel keliran dari sawdari Denok Sukesi

2. Masjid keliran dari almarhum Bapak Da’im

3. Langgar keliran RT.07 dari Ibu Sriatun

4. Langgar Jl. Kenangan RT.07 dari Ibu Sriatun

5. Tanah Balik keliran muka Sawdara Tariman

6. Masjid R. Anam

7. Langgar RT.01 R Anam dari Bapak Kasemo

Page 34: laporan SOSPER lengkap

ASAL-USUL / LATAR BELAKANG DESA

Telah kami terangkan bahwa Desa Bulukerto terdiri dari beberapa pendukuhan,

dimana masing-masing pendukhan memiliki beberapa desa. Desa-desa tersebut juga

mmiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda-beda. Dari sekian banyak desa

tersebut, desa Buludendenglah yang merupakan sentra daripada terbentuknya desa

Bulukerto.

Nama Bulukero Berasal dari kata “BULU= pohon bulu” dan “KERTO= ramai”. Jadi

desa Bulukerto berarti pohon bulu yang ramai dikunjungi dan dikelilingi oleh

beberapa desa. Tempat dimana pohon bulu berada, memang selalu ramai didatangi

orang. Terutama pada hari Jum’at legi. Mereka datang untuk mengadakan selamatan

yang tujuannya adalah ucapan syukur kepada arwah di Bedek Krawang yang telah

berjasa membuka desa dan merestui perkembangan desa hingga saat ini.

Kini pohon bulu yang punya nilai sejarah itu sudah tidak ada karena sudah roboh.

Bersamaan dengan robohnya phon bulu tersebut, Kepala Desa sebelum ini meniggal

dunia. Sebagai penghormatan di tempat dimana pohon itu roboh, sekarang telah

dibangun sebuah altar yang biayanya diperoleh dari swadaya masyarakat desa. Perlu

diketahui bahwa di Bedek krawang tersebut dahulu juga dimakamkan di baah pohon

bulu, dan hingga saat ini empa kerama tersebut terkenal dengn sebutan “PUNDEN”.

Adapun erita singkat untuk maing-masing desa yang berada pada tiap-tiap pnduuhan

adalah sebagai berikut:

1. CANGAR

Berasal dari kata “CINGUR=CANGAR”. Cangar yang dimakud disini tidak

lain adalah cingur sapi yang letaknya pda bagian kepala sapi.

Dahulu kala cangar adalah hutan leba yang mana hal ini merupkan senjata

terbaik bagi para pencuri spi unuk menghilang atau menghindr dari kejarn

Page 35: laporan SOSPER lengkap

orang-orang desa. Setiap sapi yang hilang pasti dilarikan ke hutan tersebut dan

pengejarnya akan pulang dengan tangan hampa. Kejadian ini menyebabkan

kegelisahan bagi warga desa yang bertempat tinggal disekitar hutan tersebut.

Bagi pencuri itu sendiri hasil curiannya dijagal ditempat itu dimana bagian

kepala sapinya igantugkan pada pohon-pohon pinggiran hutan, sedangkan

dagingnya dijual ke pasar.

Peritiwa ini menimbulkan tanda anya bagi warga desa, terutamabagi mereka

yang kehilangan sapinya. Anehnya pada kesokan harinya bagian kepala sapi

tersebut selalu didapatnya tergntung pada pohon-pohon di pinggir hutan.

Kejadian ini bagi bedek krawang dijadikannya sebagai dasar untuk

memberikan nam bagi desa yang dibabatnya.

Karena banyaknya cingur sapi yang terdapat dalam hutan tersebut, maka si

bedek krawang menamakan desa yang dibentuknya itu dengan sebutan DESA

CANGAR

2. GRINTING

Grinting berasal dari nama sejenis rumput, yaitu “RUMPUT GRINTING”.

Dahulu pada waktu bedek krawang meninggal, jenazahnya dimakamkan di

desa itu. Karena makam tersebut kurang terpelihara, maka pada bagian pusara

banyak ditumbuhi rumput grinting. Untuk mengenang jasa si bedek krawang,

maka tempat tersebut dinamakan Desa Grinting.

3. KELIRAN

Keliran berasl dari kata KALIREN=KELAPARAN. Sebutan keliran diberikan

Karena meninggalnya si bedek krawang dalam kondisi kelaparan dan tidak

ada yang sudi merawatnya.

Page 36: laporan SOSPER lengkap

4. GEMULO

Gemulo berasal dari kata “GEMULENG” yang berarti asap yang mengepul-

ngepul berkumpul menjadi satu. Maksudnya di tempat tersebut terdapat

sebuah mata air yang dpat memberikan kehidupan bagi 3 desa. Untuk

mengucapkan rasa terimakasih itu, maka pada saat tertentu mereka dating

untuk mengadakan selamtan dan menaruh sesajen pada tempat tersebut yang

sering disebut dengan “UMBUL”

Banyaknya orang yang berkumpul diibaratkan seperti asap yang gemulung.

Kejadian itulah yang mengakibatkan lahirnya sebuah desa yng disebut

GEMULO.

5. GINTUNG

Gintung berasal dari sejenis pohon hutan yng sangat besar. Oleh si bedek

krawang, pohn tersebut dinamakan pohon “GINTUNGAN”. Dari nama pohon

tersebut dijadikanlah sebuah desa yang diberi nama “GINTUNG”.

6. BULUDNDENG

Buludendeng berasal dari kata “BULU=pohon bulu” dan

“DENDENG=sejenis makanan”. Buludeneng rtinya seorng nak dibelah di

pohon bulu. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut :

Dahulu kala hiduplah seorang ayah yang memiliki 2 orang anak,satu

perempuan (kakaknya) dan satu lki-laki asih bayi (adiknya). Suatu ketik sang

yh hendak bepergian dan sebelum meninggalkan rumah, beliau berpesan

kepada anaknya,”anakku..selama ayah pergi, adikmu ini rumaten yang baik”.

Kat rumaten dikira remeten yang berarti ditumbuk-tumbuk/didendeng. Maka

setelah sng yah pergi, segeralah si putrid tersebut menunaikan tugasnya.

Diambilnya sebilah pisau dan disembelihnya di bawah pohon bulu. Setelah

Page 37: laporan SOSPER lengkap

disembelih ank terebut kemudin didndeng yng kemudian dihidngkn kepada

ayahnya sewktu pulang. Karena bda letih dan perut lapar, dimakanlah

dendeng itu dengan lahapnya. Selesai makan, ayahnya menanyakan anak laki-

lakinya pad putrinya. Kemudian oleh putrinya dijawab bahwa masakan

dendeng yang telh dimakan tadi adalah anak laki-lakinya sendiri.

Dari peistiwa ini oleh si bdek krawang dijadikan nama desa yaitu desa

“BULUDENDENG”.

7. REKESAN

Rekesan berasal dari kta REKES(dari bahasa Belanda) yang artinya perijinan.

Jadi trbentuknya desa Rekesan ini berdasrkan ijin dari pemerintah Belanda

pada tahun 1934.

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

PEMERINTAH DESA BULUKERTO

(LAMPIRAN KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NO.28 TAHUN 2003

TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

DESA)

Page 38: laporan SOSPER lengkap

LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

LPMD

DESA BULUKERTO-KECAMATAN BUMIAJI

KOTA BATU

Ketua Untung Santoso

BPD

NURCHOLIQ

KAUR KEUANGAN

HERI WAHYUDI

KAUR UMUM

SUNTARI WALUYO

KASUN GINTUNG

MISTOHADI

KASUN KLIRAN

AGUS SETIONO

KASUN CANGAR

SUPARTO

KAUR KESRA

EDY ZAKARIA

KAUR EKBANG

SUPI’I

KAUR PEMBANGUNAN

EKO HADI IRAWAN, S

SEKRETARIAT DESA

SISWA PRAYITNO, S.Sos

KEPALA DESA

SUGENG MARIONO, SR

Page 39: laporan SOSPER lengkap

Wakil ketua Sujianto

Sekretaris 1 Zainul Kaenani

Sekretaris 2 Indah WahIndah Wahuningsih

Bendahara Budiono

Sie pembangunan dan lingkungan hidup Ra’un

Sie sosial Kadis

Sie peranan wanita Sri bawon

Sie agama Amenan

Sie kesehatan Sukarni

Sie pemuda dan olahraga Sugeng wahyudi

Sie linmas Akyak

Sie pendidikan Hadi

Sie ekonomi / BUMDES Nurman Efendi

SUSUNAN PENGURUS KARANG TARUNA

DESA BULUKERTO

Ketua Arif Rahman

Wakil ketua Dwi Suhermanto

Sekretaris Laila Anisa

Page 40: laporan SOSPER lengkap

Bendahara Dwi Ekawati

Ketua RW I Agus Sigiharto

Ketua RW II Fauzi Purnomo

Ketua RW III Prayit

Ketua RW IV Sugeng Wahyudi

4.2. Jawaban Rumusan Masalah

Ada beberapa aspek yang dapat dibahas di desa Bulukerto, dusun Keliran,

kota batu ini mulai dari kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, jaringan sosial,

dan globalisasi. Masyarakat desa tidak memiliki system budaya/adat istiadat yang

diterapkan dalam kegiatan pertanian, begitu juga tentang pranoto mongso atau

penggunaan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian. Secara umum

jenis komoditi yang dibudidayakan adalah apel namun ada juga petani yang

membudidayakan beberapa sayuran seperti cabai rawit, terong, dan jagung manis.

Karena petani setempat menggunakan system pertanian tradisional tidak ada

pengaruh dari teknologi modern yang ada sekarang.

Meskipun peran dan kedudukan petani sangat penting karena mayoritas

penduduk desa Bulukerto, dusun Keliran bekerja sebagi buruh tani dan petani tidak

Page 41: laporan SOSPER lengkap

ada penggolongan kelas dalam masyarakat tersebut, begitu juga tidak ada perbedaan

gender antara laki-laki dan perempuan karena pekerjaan yang dilakukan sama saja.

Sebuah lembaga pertanian merupakan salah satu sarana untuk menunjang

usahatani. Sama halnya di desa Bulukerto, lembaga pertanian tersebut berperan

sebagai sarana yang membantu para petani dalam pengembangan usaha mereka,

seperti membantu pengadaan bibit maupun mengadakan penyuluhan-penyuluhan

guna pengembangan usaha. Namun di desa tersebut, peran lembaga pertanian

kuranglah maksimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya petani yang tidak tahu

akan keberadaan lembaga, selain itu banyak petani yang belum merasakan manfaat

dari adanya lembaga pertanian.

Para petani di desa Bulukerto telah banyak yang melakukan kerjasama dengan

pihak luar. Mereka bekerjasama dengan para pedagang guna pemasaran hasil panen

mereka. Namun ada pula petani yang melakukan pemasaran seorang diri. Mereka

tidak melakukan kerjasama dengan pihak luar. Mereka menjual sendiri hasil panen

mereka ke pasar.

Tidak banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat Bulukerto. Masih

terdapat kebiasaan-kebiasaan lama, seperti gotong royong, wiwit, dll. Rasa

kekeluargaan pun masih terasa kental disana. Budaya modern pun belum banyak

masuk ke desa tersebut. Mereka masih menggunakan pertanian tradisional dalam

usahatani mereka.

Buruh Tani

I. IDENTIFIKASI PETANI

Lokasi : RT 4/RW 2 Desa Bulukerto, Kec/Kab Bumiaji, kota

Batu.

Nama Petani : Bpk. Suwaris

Umur : 47 tahun

Tingkat pendidian formal : STM

Pekerjaan KK :a. Utama: Buruh Tani

Page 42: laporan SOSPER lengkap

b. Sampingan: Pengerajin Keranjang Apel

Jumlah anggota RTG : 3 orang

Luas lahan pertanian sawah :a. Milik: - ha

b. Sewa: - ha

c. Bagi hasil: - ha

Luas lahan tegal :a. Milik: - ha

b. Sewa: - ha

c. Bagi hasil: - ha

Jumlah ternak yang dipelihara : a. Sapi: - ekor

b. Kerbau: - ekor

c. Kambing: - ekor

d. Domba: - ekor

e. Ayam: - ekor

II. KEBUDAYAAN

Dari hasil identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat desa Bulukerto,

info yang kami dapat dari Bpk. Suwaris seorang buruh tani di desa setempat tidak

ada adat istiadat yang istimewa yang diterapkan masyarakat setempat dalam

kegiatan pertanian. Selain itu tidak ada pranoto mongso atau penggunaan tanda-

tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian. Hanya saj ada selamatan pada

malam satu suro sekitar pukul 24.00 warga desa berkumpul dan membaca doa

bersama bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan.

Menurut Bpk. Suwaris jenis tanaman yang ditanam di lahan tegal ada apel dan

jagung manis yang diselingi dan ditumpangsarikan. Karena di sana masih

menggunakan sistem pertanian tradisional, dan tidak menggunakan peralatan

modern. Hanya saja pengaruh pupuk anorganik yang berdampak tidak baik bagi

tanah. Di desa tersebut tidak ada aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh setiap

anggota masyarakat, karena tidak ada keterikatan kebiasaan cara-cara dalam

usaha tani.

Page 43: laporan SOSPER lengkap

III. STRATIFIKASI SOSIAL

Peran dan kedudukan petani dalam kegiatan partisipasi (paguyuban) di desa

Bulukerto sangat penting, karena sebagian besar masyarakat di desa ini bekerja

sebagai buruh tani dan petani apel. Selain itu penggolongan kelas dalam

masyarakat di desa tersebut tidak ada, perbedaan gender antara laki-laki dan

perempuan pun juga tidak ada karena ada juga perempuan yang mencangkul di

tegal dan ad juga laki-laki yang memetik apel / daun apel begitu juga sebaliknya.

Jadi laki-laki dan perempuan sama saja.

IV. KELEMBAGAAN

Kelembagaan yang ada dalam desa Bulukerto adalah kelompok tani, menurut

Bpk.Suwaris beberapa tahun lalu ada banyak kelompok tani namun setelah

mencoba menjadi anggotanya para petani di desa tersebut belummerasakan hasil

yang maksimal dari adanya kelompok tani tersebut. Karena dirasakan

kepengurusan yang ada dalam kelompok tani yang penah diikuti tidak sesuai,

penyuluhan hanya dilakukan 1 bulansekali setelah itu tidak pernah ada

penyuluhan lagi. Dan dana bantuan yang seharusnya diberikan kepada petani

hanya sedikit bahkan pernah tidak sampai ke tangan petani. Jadi tidak ada

keuntungan yang didapatkan petani dengan adanya kelompok tani tersebut.

Hingga sekarang hanya beberapa kelompok tani yang masih ada.

Selain kelompok tani juga ada pengajian mingguan yang diikuti ibu-ibu yang

diadakan rutin setiap satu minggu sekali, dan berkeliling dimasing-masing rumah

warga desa tersebut. Pengajian yang diikuti bapak-bapak juga ada yang dilakukan

setiap satu minggu sekali dan dilakukan malam hari bergantian di rumah salah

satu warga desa tersebut. Dengan adanya pengajian rutin ini keuntungna yang

didapat masyarakat adalah semakin mempererat hubungan antar warga desa dan

juga melestarikan budaya turun-menurun dari nenek moyang yang biasa disebut

oleh warga sekitar “tahlilan”.

V. JARINGAN SOSIAL

Page 44: laporan SOSPER lengkap

Para petani desa Bulukerto tidak melakukan kerjasama dengan pihak luar.

Karena pendistribusian barang langsung diberikan pada tengkulak, lalu tengkulak

menyalurkan ke pasar dari sana mengikuti alur pasar kemana distributor akan

menyalurkan barangnya. Ada beberapa tengkulak yang menyalurkan barangnya

ke luar kota ataupun luar jawa, namun akhir-akhir ini sudah jarang ada

pengiriman karena produksi apel semakin menurun tidak seperti beberapa tahun

yang lalu. Para petani apel di desa Bulukerto hanya memproduksi dan memanen

saja.

Adanya dana bantuan sosial dari pemerintah dalam melakukan pengolahan

lahan pertanian masih belum bisa dirasakan oleh semua petani, hanya petani

tertentu saja yang mendapatkan bantuan. Petani tertentu yang pernah

mendapatkan bantuan puntidak merasakan sepenuhnya, hanya setengah saja yang

didapatkan dari seharusnya bahkan tidak kurang dari seperempat bantuan yang

turun ke tangan petani.

VI. GLOBALISASI

Perubahan yang terjadi di masyarakat dengan adanya teknoogi baru belum

terasa, karena para petani tidak menggunakan teknologi modern atau perlatan

modern yang ada karena terbatasnya dana. Kebiasan – kebiasaan lama (gotong

royong, wiwit, metal) sudah tidak ada dalam masyarakat desa Bulukerto ini.

VII. ANALISIS USAHA TANI

a. Pengadaan SAPRODI

Petani apel desa Bulukerto menggunakan teknik undestam, jadi tidak

menanam langsung benih. Untuk menanam apel teknik undestam ini paling

cocok, petani dapat mendapatkan berbagai macam jenis apel dengan

mensteknya dan kualitas apel unggulan pun bisa diproduksi.

Menurut Bpk. Suwaris yang sudah berpuluhan tahun menjadi buruh tani

pupuk yang cocok untuk tanaman apel adalah NPK, dan pupuk lain seperti

Urea/ZA/KCL/Phonska pernah dicoba dan kurang baik untuk tanaman apel di

Page 45: laporan SOSPER lengkap

desa Bulukerto. Dan pemberian pupuk seperti musim hujan sekarang ini akan

mempengaruhi dosisnya. Pemberian pupuk akan dua kali lebih besar dari

musim sebelumnya, karena pada musim penghujan hama dan penyakit yang

menyerang tanaman apel akan semakin banyak.

b. Pengolahan Usaha Tani

Tanaman apael yang cara menanamnya tidak menggunakan benih ini cara

persemaiannya dilakukan dengan cara stek batang. Tanaman yang memiliki

kualitas unggul seperti apel dengan ukuran besar namun rasanya kurang manis

dapat distek dengan apel yang memiliki ukuran kecil namunrasanya manis,

dank an didapat kualitas apel dengan ukuran besar dengan rasa manis.

Pengolahan tanah untuk laha tegal apel ini biasa - biasa saja, hanya saja

penggunaan dari pupuk kimia yang terlalu sering mengakibatkan tanah

menjadi keras. Namun sampai sekarang belum sampai ke titik terparah yaitu

erosi tanah.

Kegiatan tanam yang dilakukan Bpk. Suwaris ini adalah mengerjakan

lahan tegal milik orang lain. Beliau hanya bekerja sebagai buruh tani, yang

biasanya memetik buah,memetik daun, member pupuk, dan segala macam

perawatan untuk tanaman yang ada di laha tegal yang sedang dikerjakan.

Sejak satu tahun yang lalu penyakit yang menyerang tanaman apel adalah

kutu sisik, penyakit ini memakan kambium pada batang sampai akar dan

pertumbuhan tanaman apel menjadi terhambat. Pada musim hujanseperti saat

ini kutu sisik akan semakin banyak ditemui pada batang apel dan sampai

sekarang belum diketahui obat yang dapat menghilangkannya.

Penyiangan (upah harian atau upah borongan) yang di dapat dari seorang

buruh tani adalah Rp 27.500,- bekerja mulai pukul 07.00 – 14.00 , Rp 15.000,-

jika mendapat makan mulai pukul 07.00 – 11.30 , dan jika 10 orang

mengepack apel akan mendapatkan upah borongan sebesar Rp 375.000,-, dan

Bpk. Suwaris mendapatkan upah harian setiap harinya.

Informasi benih didapatkan Bpk Suwaris dari pengalaman yang sudah

bekerja perpuluh-puluh tahun sebagai buruh tani apel,melalui pengalaman

Page 46: laporan SOSPER lengkap

yang telah diajarkan dari pemilik lahanlama-lama BPk Suwaris mengerti seluk

beluk tentang cara bertanam apel.

Kebanyakan petani apel yang ada di desa Bulukerto memasarkan hasil

panennya 100% ke tengkulak, lalu tengkulak yang menyalurkan ke penjual

pasar atau distributor lainnya. Para petani menjual dengan hitungan perkilo ke

tengkulak.

Petani apel di desa Bulukerto ini tidak menggunakan system irigasi pada

musim penghujanseperti saat ini. Namun pada musim kemarau mereka

menggunakan pump untuk mengairi lahan mereka danbergiliran dalam

penggunaanya.

c. Perubahan Sosial

Dalam usaha tani yang terjadi di desa Bulukerto dalam tahun ke tahun

pasti terjadi perubahan sosial. Ada beberapa aspek perubahan sosial yang

tejadi di dalamnya, yaitu tanah, produksi apel, dan jumlah petani. Dilihat

pada tahun 2000 lalu tanah yang ada di lahan desa Bulukerto masih subur dan

belum tercemar oleh zat-zat kimia lain, namun sekarang pada tahun 2010

tingkat keasaman pada tanah sudah tinggi hal ini dikarenakan penggunaan

pupuk kimia yang sudah sering dilakukan sehingga unsure hara yang ada

pada tanah berkurang dan mempngaruhi produksi apel yang semakin sedikit.

Selain itu produksi apel pada tahun 2000 masih tinggi dan banyak

hamper seminggu sekali mengirim panen ke luar kota, sekarang pada tahun

2010 prosuksi apel menurun pengiriman apel ke luar kota hanya satu kali

dalam sebulan. Hal tersebut mempengaruhi jumlah petani yang ada di desa

Bulukerto. Pada tahun 2000 hampir setiap rumah di sana memiliki lahan

sendiri dan memproduksi apel, namun sekarang banyak petani apel yang

memilih menjadi buruh tani karena penghasilan yang didapatkan tidak

sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Petani Sedang

IDENTIFIKASI PETANI

Page 47: laporan SOSPER lengkap

Lokasi : RT 03/RW 04, desa Bulukerto dusun Keliran, kota

Batu.

Nama petani : Hj. Supari Sujanto

Umur : 47 tahun

Tingkat pendidikan formal : -

Pekerjaan KK : a. Utama : petani

b. Sampingan : pedagang

Jumlah anggota RTG : 4 orang

Luas lahan pertanian sawah : a. Milik : 2000 m2

b. Sewa : -

c. Bagi hasil : -

Luas lahan tegal : a. Milik : 2000 m2

b. Sewa : -

c. Bagi hasil : -

Jumlah ternak yang dipelihara : a. Sapi : - ekor

b. Kerbau : - ekor

c. Kambing : - ekor

d. Domba : - ekor

e. ayam : - ekor

I. KEBUDAYAAN

Hj. Supari Sujanto yang bertempat tinggal di desa Bulukerto dusun Keliran

kecamatan Bumi Aji kota Batu, Malang ini adalah seorang petani apel yang memiliki

lahan pertanian sawah dan tegal seluas 2000 m2. Bapak berusia 47 tahun ini selain

berprofesi sebagai petani juga berprofesi sebagai pedagang. Setelah selesai tugasnya

di kebun, bapak dari dua orang anak ini pergi ke pasar untuk menjual hasil kebunnya.

Beliau memiliki kebun apel dan sayuran, seperti jagung, wortel, dan buncis. Lahan

yang beliau miliki adalah lahan pribadinya yang dikelolanya sendiri sehingga tidak

ada pembagian hasil dengan petani lain.

Page 48: laporan SOSPER lengkap

Bapak Supari membeli bibit dari pasar kemudian yang diolanya sendiri.

Apabila tanaman yang ia tanam terkena penyakit, ia mencoba untuk mengobatinya

dengan obat yang ia tahu dari petani-petani lain, seperti sulfin. Penyakit yang sering

diderita oleh pohon apel ialah kutu sisik, mata ayam, cabuk merah, cabuk hijau dan

cabuk putih. Karena penyakit-penyakit tersebut bapak Supari sering mengalami gagal

panen yang mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, untuk menambah daya tahan

dan peningkatan kualitas tanaman yang beliau budidayakan, maka bapak Supari

menggunakan pupuk kimia seperti urea, ZA, rose3, dan Bloner.

Desa Bulukerto merupakan suatu desa yang masih kental dengan kebudayaan

tradisionalnya meskipun sudah banyak perubahan yang terjadi akibat budaya modern

yang masuk ke desa. Menurut bapak Supari kebudayaan yang masih dipertahankan

di desa Bulukerto adalah budaya selamatan. Hal ini didasari karena mayoritas

penduduknya berprofesi sebagai petani sehingga banyak petani sebelum panen

mengadakan selamatan guna kesuksesan panennya. Selain itu, adanya pranoto

mongso juga merupakan kebudayaan di desa tersebut. Misalnya bapak Supari

menanam jagung dan buncis dilahannya ketika musim hujan, sedangkan wortel pada

musim kemarau.

Musim kemarau menyebabkan adanya pembagian aliran air. Bapak Supari

mendapat air selama dua malam dalam satu minggu. Air yang bersumber dari

sumberbrantas ini harus dibagi rata antar para petani. Ini merupakan suatu aturan

yang harus dipatuhi oleh para petani desa Bulukerto. Selain itu, sistem pertanian yang

ada di desa tersebut masih tradisional. Hal ini dapat dilihat dari alat-alat pertaniannya

yang masih tradisional seperti cangkul. Sistemnya pun masih tradisional. Bapak

Supari pun masih menggunakan sistem tradisional dan menurut beliau belum ada

pengaruh dari teknologi modern dalam usaha tani yang dilakoninya.

II. STRATIFIKASI SOSIAL

Bapak Supari yang sudah menunaikan haji merupakan anggota dari

perkumpulan haji di desa Bulukerto, ia menjabat sebagai anggota dan setiap hari

jum’at malam diadakan pengajian. Pengajian tersebut bertujuan untuk mengingatkan

Page 49: laporan SOSPER lengkap

para anggota untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan untuk

penggolongan kelas, menurut bapak Supari pribadi tidak ada penggolongan kelas di

desa tempatnya tinggal. Namun terdapat pembagian tugas antara laki-laki dan wanita.

Misalnya saja dalam keluarga Bapak Supari, beliau berperan sebagai kepala keluarga

sekaligus sebagai pencari nafkah. Sedangkan istrinya berperan sebagai ibu rumah

tangga yang kadang juga turut membantu bapak Supari di kebun. Namun tugasnya

ialah membawakan makanan untuk bapak Supari dan juga buruhnya apabila hari

sudah siang.

III. KELEMBAGAAN

Di dalam sebuah desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani

seharusnya terdapat sebuah lembaga yang menaungi para petani dalam kegiatan

usahanya. Namun menurut bapak Supari, kelembagaan seperti lembaga pertanian di

desa tersebut tidaklah ada, padahal menurut sumber kami yang lain di desa yang sama

menyebutkan ada sebuah lembaga pertanian yang aktif di desa Bulukerto. Ini

membuktikan bahwa tidak meratanya sebuah informasi di desa tersebut yang

berdampak pada pengetahuan bapak Supari tentang lembaga pertanian sehingga

beliau tidak pernah merasakan manfaat yang dihasilkan oleh lembaga pertanian desa,

seperti bantuan bibit untuk para petani. Bapak Supari harus bekerja seorang diri, baik

dalam hal pembelian bibit, pengelolaan, hingga mencari informasi tentang obat-obat

yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit tanamannya.

IV. JARINGAN SOSIAL

Dalam kerjasama dengan pihak luar, petani apel ini seperti menutup diri.

Selain tidak mengetahui adanya lembaga pertanian, bapak Supari pun tidak

melakukan kerjasama dengan pihak luar dalam pengembangan kebunnya. Beliau

murni melakukan usahanya seorang diri. Mulai dari pembelian bibit, pengolaan,

hingga pemasarannya. Untuk pemasaran, bapak Supari menjual langsung ke pasar.

Oleh karena itu, tidak ada pembagian lahan maupun hasil yang dilakukan oleh bapak

Supari.

V. GLOBALISASI

Page 50: laporan SOSPER lengkap

Untuk alat-alat pertanian, di desa Bulukerto masih menggunakan alat-alat

tradisional. Menurut petani yang kami wawancara, belum ada teknologi modern yang

masuk ke desanya. Selain itu di desa Bulukerto masih terdapat kebiasaan-kebiasaan

lama seperti gotong royong.

ANALISIS USAHA TANI

a. Pengadaan SAPRODI

Petani mendapatkan benih dari membeli di pasar. Selain itu penggunaan

pupuk yang digunakanBpk supari adalah pupuk ura, ZA, dan Rose3 untuk

tanaman apel.

b. Pengolahan Usaha Tani

Bapak Supari membeli bibit dari pasar kemudian yang diolanya sendiri.

Hasilnya pun beliau jual sendiri di pasar. Apabila tanaman yang ia tanam

terkena penyakit, ia mencoba untuk mengobatinya dengan obat yang ia tahu

dari petani-petani lain, seperti sulfin. Penyakit yang sering diderita oleh

pohon apel ialah kutu sisik, mata ayam, cabuk merah, cabuk hijau dan cabuk

putih. Karena penyakit-penyakit tersebut bapak Supari sering mengalami

gagal panen yang mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, untuk

menambah daya tahan dan peningkatan kualitas tanaman yang beliau

budidayakan, maka bapak Supari menggunakan pupuk kimia seperti urea,

ZA, rose3, dan Bloner.

c. Perubahan Sosial

Namun banyak perubahan yang terjadi di desa tersebut selama sepuluh

tahun terakhir. Seperti, tanah, tanaman, peralatan, air, penjualan hasil, dan

transportasi. Dulu tanah lebih subur, tanaman pun lebih baik kualitasnya.

Namun untuk penjualan hasil serta transportasi lebih menguntungkan

sekarang.

Petani Sukses

I. IDENTIFIKASI PETANI

Page 51: laporan SOSPER lengkap

Lokasi : RT 5 RW 2 Desa Bulukerto, Kec/Kab Bumiaji – Batu

Nama Petani : Bpk. Sugiono

Umur : 28 tahun

Tingkat pendidian formal : SMP

Pekerjaan KK :a. Utama: Petani

b. Sampingan: -

Jumlah anggota RTG : 3 orang

Luas lahan pertanian sawah :a. Milik: 1/8 ha

b. Sewa: - ha

c. Bagi hasil: - ha

Luas lahan tegal :a. Milik: - ha

b. Sewa: - ha

c. Bagi hasil: - ha

Jumlah ternak yang dipelihara : a. Sapi: - ekor

b. Kerbau: - ekor

c. Kambing: 7 ekor

d. Domba: - ekor

e. Ayam: - ekor

II. KEBUDAYAAN

Budaya kearifan lokal yang ada di masyarakat desa Bulukerto menurut Bpk

Sugiono dulu pernah ada sistem budaya/adat istiadat yang diterapkan, namun

sekarang sudah tidak ada lagi. Untuk melakukan aktivitas petanian masyarakat

setempat tidak mneggunakan tanda-tanda alam atau biasa disebut dengan pranoto

mongso. Jika sudah panen selama 4,5 bulan mereka akan memulai dengan tanam

baru lagi tidak ada syarat-syarat yang harus dilakukan.

Ada beberapa jenis komoditas yang ditanam di lahan milik Bpk Sugiono,

yaitu apel, terong, lobak, dancabai rawit. System pertanian yang digunakan adalah

system petanian tradisional, dan tidak ada aturan-aturan dalam penggunaannya.

Page 52: laporan SOSPER lengkap

Karena menggunakan system pertanian tradisional tidak ada pengaruh teknologo

modern yang terjadi di lahan milik Bpk Sugiono ini.

III. STRATIFIKASI SOSIAL

Sebagian atau setengah dari masyarakat desa Bulukerto bekerja sebagai petani

dan buruh tani sehingga peran dan kedudukan petani dalamkegiatan pertisipasi

masyarakat (paguyuban) di desa sangt penting sekali.

Penggolongan kelas dalam masyarakat desa tersebut tidak ada sehingga tidak

ada perbedaan gender antar laki-laki dan perempuan. Tugas yang dilakukan laki-

laki sama juga dilakukan perempuan desa tersebut dalam kegiatan budidaya

pertanian.

IV. KELEMBAGAAN

Kegiatan kelompok tani di desa tersebut pernah ada dulu banyak sekali

kelompok tani namun sekarang hanya tinggal beberapa saja. Menurut Bpk

Sugiono pernah mengikuti kelompok tani satu kali, dan mendapatkan hanya 10

biji bibit apel namun bibit tersebut tidak layak digunakan. Selain pembagian bibit

kegiatan kelompok tani waktu itu adalah pembahasan masalah penyakit yang

sedang terjadi namun penyuluh hanya pernah datang satu kali dama satu bulan,

dan tidak ada perubahan yang terjadi pada kegiatan usaha tani di desa tersebut.

Akhirnya sekarang beliau tidak pernah ikut dalam kegiatan kelompok tani lagi.

Karena menurutnya ada atau tidak ada kelompok tani petani tetap berjalan

menanam apel. Selain itu menurut beliau di tempatnya tidak ada lembaga

pertanian masyarakat atau pengajian mingguan di desa.

V. JARINGAN SOSIAL

Page 53: laporan SOSPER lengkap

Dalam hal jaringan sosial petani tidak pernah bekerjasama dengan pihak luar,

petani menjalankan sendiri usahanya. Dan tidak pernah ada bantuan dana sosial

dari pemerintah dalam melakukan pengolahan lahan pertanian di desa Bulukerto.

VI. GLOBALISASI

Bpk Sugiono menggunakan sistem pertanian tradisional sehingga beliau tidak

menggunakan teknologi baru atau modern yang sudah ada sekarang. Selain itu

kebiasan-kebiasn lama seperti gtong royong, wiwit, metal sudah tidak ada dalm

masyarakat desa Bulukerto.

VII. ANALISIS USAHA TANI

d. Pengadaan SAPRODI

Petani mendapatkan benih dari hasil sendiri. Selain itu penggunaan

pupuk yang digunakanBpk Sugiono adalah pupuk kandang dan pupuk

Mutiara untuk tanaman apel. Sedangkan untuk sayuran beliau

menggunakan pupuk urea.

e. Pengolahan Usaha Tani

Cara persemaian yang dilakukan Bpk Sugiono yaitu stek batang.

Sedangkan tanah di lahannya masih subur, kegiatan tanam yang

dilakukan sehari-hari dilakukan pemilik sendiri dan beberapa temannya.

Sama dengan warga desa lainnya jenis penyakit yang sedang menyerang

tanaman apel di lahannya adalah kutut sisik yang sampai sekarang belum

ada obatnya.

Upah harian yang diberikan untuk pekerjanya selama setengah haru

mulai dari pukul 06.00 – 12.00 adalah Rp 12.000 + makan siang + rokok.

Bpk Sugiono mendapatkan informasi tentang benih yang didapat dari

ketua ketua kelompok tani dulu yang pernah diikutinya. Pemasaran hasil

budidaya pertanian 99% dijual ke tengkulal dan 1% digunakan untuk

Page 54: laporan SOSPER lengkap

kegiatan sehari-hari. Karena saat ini adalah musim hujan lahan Bpk

Sugiono tidak menggunkan system irigasi hanya mengandalakan cuaca,

dan mengatur saluran pembuangan agar lancer.

f. Perubahan Sosial

Menurut Bpk Sugiono mulai dari tahun 2000 sampai tahun 2010 ada

beberapa aspek yang berubah sesuai dengan perubahan sosial. Mulai dari

produksi apel pada tahun 2000 yang banyak sekarang menjadi menurun

dan sedikit. Dan pekerjaan penduduk yang dulu pada tahunn 2000

mayoritas sebagai petani sekarang banyak petani yang gulung tikar

karena produksi apel sekarang sudah menurun. Berbeda dengan beberapa

tahun yang lalu tanah masih subur belum tercemar denga zat-zat kimia

yang terdapat dalam pupuk anorganik, sehingga mempengaruhi kualitas

produksi apel. Selain itu dulu juga banyak berdiri kelompok tani, namun

sekarang setelah petani merasakan tidak ada perubahan yang signifikan

terjadi dalam pertanian apel di desa tersebut jumlh kelompk tani menjadi

sedikit.

Anilisis Usaha Tani Hasil KomoditiPertanian Anggota Kelompok Tani1.Komoditi Buah Apel/…..haNo Uraian Satuan/…..Ha Nilai satuan Jumlah

(Rp)1 Input sarana produksi

-Bibit (batang)-Pupuk (urea)-Pupuk SP-36(kg)-Pupuk KCL(kg)-Pupuk kandang(kg)Jumlah biaya

2 -pembersihan lahan-lubang tanaman-tanam-pemupukan-penyiangan-pembersihan hama-panen

3 Jumlah biaya

Page 55: laporan SOSPER lengkap

4 Total biaya5 Hasil(kg)6 KeuntunganPerhitungan analisis usaha tani:a.Break even point (BEP)1.BEP produksi=Total biaya produksi=Rp…………………….=……………...

Harga Rp

Hasil tersebut menandakan bahwa saat produksi mencapai………kgusaha buah apel tidak mengalami keuntungan atau kerugian pada tingkat hargaRp……../kg

2.BEP harga=Total biaya produksi=Rp…………………….=……………...Harga Rp

Hasil tersebut menandakan bahwa saat produksi mencapai………kgusaha buah apel tidak mengalami keuntungan atau kerugian pada tingkat hargaRp……../kg

b.Return of coast ratio(R/C)

R/C=Total pendapatan=Rp…………………….=……………...Total biaya RpArtinya dari setiap Rp……..biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi

buah apel akan memperoleh keuntungan

Anilisis Usaha Tani Hasil KomoditiPertanian Anggota Kelompok Tani1.Komoditi Buah sayur/…..haNo Uraian Satuan/…..Ha Nilai satuan Jumlah

(Rp)1 Input sarana produksi

-Bibit (kg)-Pupuk urea-Pestisida-Pupuk kandang(kg)Jumlah biaya

2 -tanam-pemupukan-penyiangan-panen

Page 56: laporan SOSPER lengkap

3 Jumlah biaya4 Total biaya5 Hasil(kg)6 KeuntunganPerhitungan analisis usaha tani:a.Break even point (BEP)1.BEP produksi=Total biaya produksi=Rp…………………….=……………...

Harga Rp

Hasil tersebut menandakan bahwa saat produksi mencapai………kgusaha buah apel tidak mengalami keuntungan atau kerugian pada tingkat hargaRp……../kg

2.BEP harga=Total biaya produksi=Rp…………………….=……………...Harga Rp

Hasil tersebut menandakan bahwa saat produksi mencapai………kgusaha buah apel tidak mengalami keuntungan atau kerugian pada tingkat hargaRp……../kg

b.Return of coast ratio(R/C)

R/C=Total pendapatan=Rp…………………….=……………...Total biaya RpArtinya dari setiap Rp……..biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi

buah apel akan memperoleh keuntungan

BAB V

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara di desa Bulukerto, para petani mayoritas

merupakan petani apel yang masih menggunakn pertanian tradisional. Di

lihat dari sudut pandang kami, para narasumber termasuk dalam tiga

golongan, yaitu buruh tani, petani sedang, dan petani kaya. Kebudayaan

pada desa Bulukerto masih terdapat budaya kepercayaan, misalnya

Page 57: laporan SOSPER lengkap

selametan sebelum panen. Mereka yang melakukannya percaya apabila

melakukan hal tersebut hasil panennya akan berjalan lancar.

Para petani di bulukerto masih kurang akan informasi tentang

pertanian modern.maka dari itu mereka sampai saat ini masih menjadi

petani yang menggunakan system tradisional. Di tambah lagi dengan

adanya penyakit yang menyerang tanaman sehingga menyebabkan

banyak petani mengalami rugi. Apalagi saat ini sedang mengalami musim

penghujan sehingga para petani banyak yang gagal panen. Kegagalan ini

sangat merugikan para petani karena mereka kebanyakan hanya penjadi

petani meskipun ada pula darimereka yang tidak hanya bermata

pencaharian petani seperti berdagang.

Dalam system pertanian di bulukerto tidak ada penggolongan kelas

seperti petani kaya, petani miskin dan petani sedang. Di desa bulukerto

informasi tentang lembaga pertanian belumlah merata. Hal ini dapat

dibuktikan dengan tidak semua petani mengetahui keberadaan lembaga

pertanian.

Para petani di desa Bulukerto tidak bekerjasama dengan pihak luar

karena mereka lebih memilih bekerja sendiri tanpa berhubungan dengan

pihak luar. Mereka berfikir jika bekerjasama dengan pihak luar akan

membagi hasil dengan pihak luar.

6.2 Saran

Kurangnya informasi tentang pertanian modern membuat masyarakat

masih terikat dengan pertanian tradisional. Sebaiknya para petani

bulukerto mulai mencari informasi tentang system modern saat ini. Selain

itu pemerintah harus lebih memaksimalkan kerjanya untuk memajukan

pertanian di desa bulukerto khususnya.

Page 58: laporan SOSPER lengkap

Daftar Pustaka

Lampiran