Click here to load reader
Upload
felicity-fey
View
358
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK
UJI KESTABILAN DIPERCEPAT LARUTAN ASETOSAL
Tanggal Praktikum : 3 Mei 2010
Disusun oleh :
Kelompok F Pagi-Reguler 2008Suci Trisnaeni (0806328120)Vany Priskila (0806328165)
Wahyu Kurnianto (0806328171)Margaretha S.M.U. (0806327862)
Devi Asrirani (0806453522)
Pembimbing : Pharm.DR. Joshita Djajadisastra, MS, PhD
Departemen FarmasiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas IndonesiaDepok2010
Uji Kestabilan Dipercepat Larutan Asetosal
I. Tujuan Percobaan:
· Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat
· menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat
· Menentukan waktu paruh dan waktu kadaluarsa suatu zat
· Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan kestabilan suatu
zat
II. Dasar Teori
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan
biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang.
Adakalanya hasil urai zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa
pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan
suatu zat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan zat itu optimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain adalah
panas, cahaya, kelembapan, oksigen, pH, mikroorganisme dan bahan-bahan tambahan
yang digunakan dalam sediaan obat tersebut. Sebagai contoh : senyawa-senyawa ester
dan amida seperti amil nitrat dan kloramfenikol adalah merupakan zat-zat yang
mudah menguap dengan adanya lembap. Sedangkan vitamin mudah sekali menhalami
oksidasi.
Pada umumnya, penentuan kadar kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan
cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis
digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan
kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah :
· Kecepatan reaksi
· Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
· Tingkat reaksi dan cara penentuannya
Kecepatan reaksi adalah perubahan besarnya konsentrasi zat pereaksi dari zat
hasil reaksi per satuab waktu. Menurut Hukum Aksi Massa, kecepatan reaksi adalah
sebanding dengan hasil kali konsentrasi molar reaktannya yang masing-masing
dipangkatkan dengan jumlah molekul senyawa yang melakukan reaksi tersebut.
Misalnya untuk reaksi:
Kecepatan reaksinya adalah:
Reaksi penguraian asetosal dalam suasana asam akan berjalan pada orde satu semu,
oleh karena itu disini hanya akan dijelaskan reaksi orde satu saja.
Orde reaksi 1
Terjadi apabila kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi salah satu pereaksi.
Oleh karena itu dalam hal reaksi penguraian asetosal, reaksi berjalan dimana pereaksi
air berada dalam jumlah berlebih, maka konsentrasi pereaksi air diabaikan sehingga
reaksi berjalan dalam orde satu semu.
-dc/dt = k. C
dc/C = - k.dt
Setelah integrasi : In Ct = In Co - k. t
Maka k = 2,303
t log Co/Ct
Waktu paruh : t 1/2 = 2,303 = 0,693 satuan k = detik -1
k. log 2 k
Waktu kadaluarsa : t90 = 2.303 = 0,105/k
k. log 100/90
aA + bB cC + dD
V = -1 d(A) = -1 d(B) = +1 d(C) = +1 d(D) a dt b dt c dt d dt V = k (A)a (B)b
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain adalah:
· temperatur
· kekuatan ion
· pH
· pelarut yang digunakan
· konstanta dielektrik
· katalisator lain
Untuk percobaan ini faktor yang dipilih untuk mempengaruhi kecepatan reaksi adalah
temperatur.
Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi dapat dilihat dari persamaan
Arhennius :
Dimana :
k = konstanta kecepatan reaksi
A = faktor frekuensi
E = energi aktivasi
R = konstanta gas
T = temperatur absolut
k = A. e-∆E/RT
log k = log A - ∆ E 2,303 RT
III.Alat dan Bahan
Alat :
· Buret mikro
· Penjepit buret
· Beaker glass
· Pipet volumetric
· Statif
· Termometer
· Gelas ukur
· Labu takar
· Erlenmeyer
· Batang pengaduk
· Botol semprot
· Timbangan
· Ultrasonic Bronson
· Oven
· Waterbath
Bahan :
· Aquadest bebas CO2
· Aquadest
· Es batu
· NaOH 0,1 N
· Natrium sitrat
· Asetosal
· KHP
· Phenolftalein (PP)
IV. Cara Kerja
· Buat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 1L. Lakukan pembakuan dengan KHP yang
telah dikeringkan.
Timbang dengan seksama 100 mg KHP, lalu larutkan dalam erlenmeyer 100
ml dengan menggunakan air bebas CO2 20 ml hingga larut sempurna.
Tambahkan 3 tetes indikator PP lalu kocok hingga homogen, tutup erlenmeyer
dengan plastik.
Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 N, kemudian atur volume hingga batas
0,00 ml.
Lakukan titrasi hingga tepat terjadi perubahan warna indikator PP (dari tidak
berwarna menjadi merah muda). Lakukan duplo (dua kali)
Hitung normalitas NaOH dengan KHP
· Pembuatan larutan Asetosal
Timbang Na sitrat 25 g dan timbang asetosal sebanyak 12,5 g. Perbandingan
asetosal : Na sitrat (1:2). (Pada praktikum ini dilarutkan 12,5 g asetosal
dengan 250 ml larutan Na sitrat)
Larutkan Na sitrat dalam air panas sebanyak ± 1/3 dari volume (volume
500ml). (Pada praktikum ini dilarutkan 12,5 g asetosal dengan 250 ml larutan
Na sitrat)
Dinginkan, larutkan asetosal dalam larutan Na citrat tadi. Bantu kelarutan
dengan ultrasonic Bronson, kocok setiap satu menit.
Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml, ad-kan hingga batas pada labu ukur
· Encerkan 100 ml NaOH 1N dalam 1000 ml aquadest bebas CO2 (untuk titran
NaOH 0,1 N)
· Pipet masing-masing sebanyak 5 ml ke dalam 3 erlenmeyer. Lakukan titrasi
dengan NaOH sebagai titran. Amati TA (lakukan pada suhu kamar)
· Isikan sebanyak 25 ml larutan asetosal ke dalam 12 labu Erlenmeyer 50 ml.
Tempatkan sejumlah 4 labu Erlenmeyer ke dalam masing-masing oven dengan
suhu 400, 500, 600
· Keluarkan masing-masing labu setiap 10’, 40’, 70’ dan 100’. Lalu masukkan ke
dalam wadah berisi es batu selama ±10’ hingga mencapai suhu kamar
· Pipet masing-masing labu untuk tiap waktu sebanyak 5 ml ke dalm 3 labu titrasi
yang telah diisi dengan aquadest bebas CO2 dingin 10 ml dan indikator PP 3 tetes
· Titrasi dengan NaOH. Amati TA.
V. Hasil Percobaan
Massa Asetosal = 12,5 gram
BE = BM asetosal = 180,16
Volume = 500 ml
M Asetosal = 12,5 x 1000 = 0,1388 M
180,16 x 500
Di titrasi 5 ml, sehingga mol asetosal awal = V x M
= 5 x 0,1388
= 0,694 mmol
1. Pembakuan NaOH
Data pembakuan NaOH dengan KHP:
No. Berat KHP Volume NaOH
1 100,8 0,00-5,65
2 100,2 0,00-5,60
3 100,8 0,00-5,65
Perhitungan normalitas NaOH:
Normalitas NaOH = (Berat KHP/BE KHP) : volume NaOH
N1 = 100,8 = 0,0874 N
204,22 x
· N2 = 100,2 = 0,0876 N
204,22 x 5,60
· N3 = 100,8 = 0,0874 N
204,22 x 5,65
N rata-rata = 0,0874 + 0,0876 + 0,0874 = 0,0875 N
3
Karena BE NaOH = BM NaOH maka normalitas NaOH sama dengan
molaritasnya.
2. Titrasi Sampel
Volume
Asetosal(ml)
Suhu
(Celcius)
Waktu
(menit)
Volume NaOH (ml)
I II III
5Kamar
(±27)0,00-9,15 0,00-8,95 0,00-8,85
5
40
10 0,00-8,15 0,00-8,30 0,00-8,05
5 40 0,00-9,80 0,00-9,75 0,00-9,65
5 70 0,00-10,00 0,00-9,80 0,00-10.05
5 100 0,00-10,10 0,00-10,10 0,00-10,15
5
50
10 0,00-8,90 0,00-9,40 0,00-8,50
5 40 0,00-9,30 0,00-9,80 0,00-9,20
5 70 0,00-11,45 0,00-11,50 -
5 100 0,00-12,35 0,00-12,10 0,00-12,35
5
60
10 0,00-8,57 0,00-9,00 0,00-8,65
5 40 0,00-15,60 0,00-15,50 0,00-15,45
5 70 0,00-17,75 0,00-17,15 0,00-17,50
5 100 0,00-17,30 0,00-17,75 0,00-18,15
Penentuan kadar asetosal yang tersisa (Ct):
Reaksi asetosal:
Asetosal asam salisilat + asam asetat
mula-mula: 0,694 - -
bereaksi : a a a
sisa : (0,694 – a) a a
Rumus: Σ mek reaksi asetosal = Σ mek NaOH (0,694 – a) + a + a = (Vol. NaOH x N NaOH) 0,694 + a = (Vol. NaOH x N NaOH)
a = mek asetosal yang terurai = (Vol. NaOH x N NaOH) - 0,694
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – a
1. Perhitungan konsentrasi asetosal pada suhu kamar:
Vol. NaOH rata-rata = 9,15 + 8,95 + 8,85 = 8,983 mL
3
mek asetosal yang terurai = (8,983 x 0,0875) - 0,694 = -0,0920 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 - 0,0920 = 0,602 mmol
Ct = 0,602 /5 = 0,1204 M
log Ct = -0,9194
2. Perhitungan konsentrasi asetosal pada suhu 40:
a. t = 10 menit
Vol. NaOH rata-rata = 8 , 15 + 8 , 30 + 8 , 05 = 8,167 ml
3
mek asetosal yang terurai = (8,167 x 0,0875) - 0,694 = 0,0206 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,0206 = 0,6734 mmol
Ct = 0,6734/5 = 0,1347 M
log Ct = -0,8706
b. t = 40 menit
Vol. NaOH rata-rata = 9,80 + 9,75 + 9,65 = 9,733 ml
3
mek asetosal yang terurai = (9,733 x 0,0875) - 0,694 = 0,1576 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,1576 = 0,5364 mmol
Ct = 0,5364/5 = 0,1073 M
log Ct = -0,9694
c. t = 70 menit
Vol. NaOH rata-rata = 10,00 + 9,80 + 10,05 = 9,950 ml
3
mek asetosal yang terurai = (9,950 x 0,0875) - 0,694 = 0,1766 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,1766 = 0,5174 mmol
Ct = 0,5174/5 = 0,1035 M
log Ct = -0,9851
d. t = 100 menit
Vol. NaOH rata-rata = 10,10 + 10,10 + 10,15 = 10,117 ml
3
mek asetosal yang terurai = (10,117 x 0,0875) - 0,694 = 0,1912 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,1912 = 0,5028 mmol
Ct = 0,5028/5 = 0,1006 M
log Ct = -0,9974
3. Perhitungan konsentrasi asetosal pada suhu 50:
a. t = 10 menit
Vol. NaOH rata-rata = 8,90 + 9,40 + 8,50 = 8,933 ml
3
mek asetosal yang terurai = (8,933 x 0,0875) - 0,694 = 0,0876 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,0876 = 0,6064 mmol
Ct = 0,6064/5 = 0,1213 M
log Ct = -0,9161
b. t = 40 menit
Vol. NaOH rata-rata = 9,30 + 9,80 + 9,20 = 9,433 ml
3
mek asetosal yang terurai = (9,433 x 0,0875) - 0,694 = 0,1314 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,1314 = 0,5626 mmol
Ct = 0,5626/5 = 0,1125 M
log Ct = -0,9488
c. t = 70 menit
Vol. NaOH rata-rata = 11,45 + 11,50 + 0 = 11,475 ml
3
mek asetosal yang terurai = (11,475 x 0,0875) - 0,694 = 0,3101 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,3101 = 0,3839 mmol
Ct = 0,3839/5 = 0,0768 M
log Ct = -1,1146
d. t = 100 menit
Vol. NaOH rata-rata = 12,35 + 12,10 + 12,35 = 12,267 ml
3
mek asetosal yang terurai = (12,267 x 0,0875) - 0,694 = 0,3794 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,3794 = 0,3146 mmol
Ct = 0,3146/5 = 0,0629 M
log Ct = -1,2013
4. Perhitungan konsentrasi asetosal pada suhu 60:
a. t = 10 menit
Vol. NaOH rata-rata = 8,57 + 9,00 + 8,5 0 = 8,690 ml
3
mek asetosal yang terurai = (8,690 x 0,0875) - 0,694 = 0,0663 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,0663 = 0,6277 mmol
Ct = 0,6277/5 = 0,1255 M
log Ct = -0,9014
b. t = 40 menit
Vol. NaOH rata-rata = 15,60 + 15,50 + 15,45 = 15,517 ml
3
mek asetosal yang terurai = (15,517 x 0,0875) - 0,694 = 0,6637 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,6637 = 0,0303 mmol
Ct = 0,0303/5 = 0,0061 M
log Ct = -2,2147
c. t = 70 menit
Vol. NaOH rata-rata = 17,75 + 17,15 + 17,50 = 17,4667 ml
3
mek asetosal yang terurai = (17,4667 x 0,0875) - 0,694 = 0,8343 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,8343 = -0,1403 mmol
Ct = -0,1403/5 = -0,0281 M
log Ct = -
d. t = 100 menit
Vol. NaOH rata-rata = 1 7,30 + 1 7,75 + 1 8,15 = 17,733 ml
3
mek asetosal yang terurai = (17,733 x 0,0875) - 0,694 = 0,8576 mmol
mek asetosal yang tersisa = 0,694 – 0,8576 = -0,1636 mmol
Ct = -0,1636/5 = -0,0327 M
log Ct = -
Grafik log Ct terhadap T:
Suhu 40o
Waktu(X)
Ct log Ct
(Y)10’ 0,1347 -0,870640’ 0,1073 -0,969470’ 0,1035 -0,9851100’ 0,1006 -0,9974
a = -0,8830b = -0,0013r = -0,8843
k = -2,303 x b = 0,0029939
Grafik:
Suhu 50o
Waktu(X)
Ct log Ct
(Y)10’ 0,1213 -0,916140’ 0,1125 -0,948870’ 0,0768 -1,1146100’ 0,0629 -1,2013
a = -0,8579b = -0.0034r = -0,9726
k = -2,303 x b = 0,0078302
Grafik:
Suhu 60o
Waktu(X)
Ct log Ct
(Y)10’ 0,1225 -0,901440’ 0,0061 -2,214770’ -0,0281 -100’ -0,0327 -
a = 1,9401b = -0,1039r = -1
k = -2,303 x b = 0,2392817
Grafik:
Perhitungan K
Perhitungan nilai K pada masing-masing suhu:
K = 2,303 . Log Co
t Ct
K.t = Log Co - Log Ct 2,303
Log Ct = - K . t + Log Co
2,303
Y = b . X + a
... b = -K/2,303 K = -2,303.b
40oC 50oC 60oCa = -0,8830 a = -0,8579 a = 1,9401b = -0,0013 b = -0.0034 b = -0,1039K = 0,0029939 K = 0,0078302 K = 0,2392817
Grafik log K terhadap 1/T:
T (oC)
T(oK)
1/T(X)
Log K(Y)
40 313 0,0032 -2,523850 323 0,0031 -2,106260 333 0,0030 -0,6211
a = 27,7415b = -9513,5r = -0,9513
Grafik log K terhadap 1/T:
Penentuan Energi Aktivasi
Perhitungan Energi aktivasi :
Ea = -2,303 Rb
= -2,303 x 8, 314 x -9513,5
= 182156,3354 joule
Penentuan Nilai k pada Suhu Kamar
Nilai k pada suhu kamar ( T= 27° C/300° K ) diketahui melalui persamaan :
Y = a + bx
Log k = 27,7415 - 9513,5 (1/ 300) = -3,9702
k = 1,0710 x 10-4
Penentuan K28 , t1/2 , dan t90:
K = A ε-Ea/RT
Log K = Log A - Ea . 1 2,303.R T
Y = a + b . X
Log K28 = a + b / (28+273) = a + b / 301 = 27,7415 - 9513,5/301 = -3,8648 K28 = 1,3652 x 10-4
t1/2 = 0,693/ K28
= 0,693/(1,3652 x 10-4) = 5076,1793 menit = 84 jam 36 menit
t90 = 0,105/ K28
= 0,105/(1,3652 x 10-4) = 769,1181 menit = 12 jam 49 menit
VI. Pembahasan
Semua obat memiliki rentang waktu kestabilan dimana pada masa tersebut
kadar obat masih berada dalam zona layak pakai. Bila melewati waktu stabilnya, obat
sudah tidak layak pakai karena sudah berkurang efeknya karena bahan aktifnya sudah
terurai atau bahkan lebih berbahaya lagi bila hasil uraiannya berupa zat toksik bagi
tubuh.
Pada percobaan kali ini, digunakan asetosal sebagai zat yang diuji kestabilan
kimianya. Metode yang dipakai untuk menentukan kadar asam dalam larutan zat
adalah acidi-alkalimetri yang menggunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai titran.
Karena larutan NaOH merupakan larutan baku sekunder, maka sebelum titrasi larutan
NaOH harus dibakukan terlebih dahulu. Pembakuan NaOH menggunakan baku
primer KHP kering, karena KHP bersifat tidak higroskopis, stabil, tidak mudah
teroksidasi oleh udara, tidak mudah menguap dan mempunyai tingkat kemurniaan
yang tinggi.
Setelah pembakuan NaOH, dibuat larutan asetosal dalam larutan Na sitrat
dalam air panas sebanyak ± 1/3 dari volume (volume 500ml). Dengan perbandingan
asetosal : Na sitrat (1:2). Pada praktikum kali ini, praktikan melarutkan asetosal 12,5
g langsung ke dalam 250 ml larutan Natrium sitrat yang telah dingin. Jika melarutkan
dalam keadaan panas, asetosal yang ingin dilarutkan akan terurai. Asetosal bersifat
agak sukar larut dalam air, sehingga kelarutannya dibantu dengan ultrasonic Branson.
Setelah semuanya larut, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan
aquadest hingga batas, kemudian kocok homogen. Pipet masing-masing sebanyak 5
ml dari larutan tersebut ke dalam 3 Erlenmeyer. Lakukan titrasi dengan NaOH
sebagai titran, kemudian amati TA (lakukan pada suhu kamar sebagai standar).
Kemudian lanjutkan percobaan dengan mengisikan sebanyak 25 ml larutan
asetosal ke dalam 12 Erlenmeyer. Tempatkan masing-masing sejumlah 4 sampel
dalam keadaan tertutup ke dalam masing-masing oven dengan suhu 400, 500, 600.
Suhu pada dinding dalam oven selalu bersuhu lebih tinggi dari suhu oven yang
sebenarnya, maka suhu relatif oven harus selalu dijaga kestabilan dan keakuratannya.
Reaksi penguraian asetosal :
Asetosal → asam asetat + asam salisilat
Keluarkan labu setiap 10’, 40’, 70’ dan 100’ dari masing-masing oven. Lalu
masukkan ke dalam wadah berisi es batu selama ±10’ hingga mencapai suhu kamar.
Pendinginan tiba-tiba dalam es ini bertujuan untuk menghentikan reaksi penguraian
asetosal, karena pada suhu 00 dalam air asetosal tidak terurai. Pipet masing-masing
labu untuk tiap waktu sebanyak 5 ml ke dalam 3 erlenmeyer untuk titrasi yang telah
diisi dengan aquadest dingin 10 ml dan indikator PP 2-3 tetes. Titrasi campuran
tersebut dengan NaOH, kemudian amati TA. Penambahan air dingin bertujuan untuk
mencegah terjadinya tumbukan sedangkan indikator PP untuk memperjelas TA.
Secara teoritis, asetosal akan terurai lebih cepat pada suhu tinggi (dalam
percobaan ini adalah suhu 600C) dan dalam waktu yang lebih lama. Ada beberapa
data yang menyimpang seperti pada perhitungan konsentrasi asetosal pada suhu
kamar didapatkan mek asetosal yang terurai ialah – 0,0025 mmol. Seharusnya hasil
yang didapat merupakan bilangan positif yang menunjukkan adanya penguraian
asetosal. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya asetosal yang kurang melarut
sempurna dan kurang ketelitian dalam membaca buret.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh perhitungan konsentrasi asetosal pada
suhu 50 pada t = 10 menit, didapatkan mek asetosal yang terurai ialah – 0,00512
mmol. Seharusnya hasil yang didapat merupakan bilangan positif yang menunjukkan
adanya penguraian asetosal. Kesalahan yang terjadi ini kemungkinan besar
disebabkan karena kesalahan praktikan dalam menjalankan prosedur dan kesalahan
mengamati TA (over). Asetosal sendiri adalah zat yang mudah terurai dalam media
air, sehingga walaupun belum dipanaskan, penguraian asetosal telah terjadi ketika
asetosal dilarutkan dalam air. Sehingga tidak menutup kemungkinan lambatnya kerja
praktikan juga mempengaruhi keakuratan data yang didapatkan. Untuk itu, cara kerja
yang cepat dan tepat diperlukan untuk meminimalkan kesalahan relatif percobaan.
Selain temperatur, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan reaksi
adalah kekuatan ion, pH, pelarut yang digunakan, konstanta dielektrik dan katalisator
lain. Dari grafik log K terhadap 1/ T dapat dilihat bahwa laju peruraian semakin cepat
pada peningkatan temperatur. Dari grafik tersebut juga dapat dihitung K pada suhu
kamar (270C) dari persamaan Y = a + bX, dimana Y merupakan log K dan X
Log K = 10,01987- ( 4201,800 ) T
merupakan 1/ T. Nilai a dan b didapatkan dari data-data yang sudah tersedia pada
suhu 400C, 500C, 600C ( a = 11,118 dan b = -4406,5). Sehingga diperoleh persamaan
Dan K pada suhu kamar (270C = 300 kelvin) adalah 2,68947 x 10-4. Dari nilai K yang
diperoleh dapat dihitung waktu paruh obat dan waktu kadaluarsanya pada suhu
kamar. Dari perhitungan diperoleh waktu paruh adalah 2310 menit ~ 38 jam 30 menit
dan waktu kadaluarsanya adalah 351,265 menit ~ 5 jam 51 menit 15,9 detik.
VII.Kesimpulan
Temperatur mempengaruhi kestabilan / kecepatan reaksi asetosal
Energi aktivasi dari reaksi penguraiaan asetosal adalah 84371,88 joule
K pada suhu kamar (270C / 300 k) adalah 2,68947 x 10-4
Waktu paruh asetosal adalah 2310 menit = 38 jam 30 menit
Waktu kadaluarsa asetosal adalah 351,265 menit = 5 jam 51 menit 15,9 detik
DAFTAR PUSTAKA
Joshita, 2002. Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Fisik. Departemen Farmasi UI.
Martin, A. Swarbrick, J. Cammarata, A. 1993. Farmasi Fisik, terj. Joshita, ed 3, jilid 2. Jakarta : UI press