21
1 LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES DIWILAYAH KERJA BALAI VETERINER BUKITTINGGI TAHUN 2014 BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rabies adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menginfeksi hewan domestik dan liar. Penyakit rabies merupakan penyakit zoonosis yang sangat penting artinya bagi kesehatan masyarakat, karena apabila penyakit tersebut menyerang manusia dan apabila tidak sempat atau terlambat mendapat perawatan medis akan mengakibatkan kematian dengan gejala klinis yang mengharukan. Lebih dari 55.000 orang meninggal karena rabies setiap tahunnya dan 95 % dari kematian tersebut terjadi di Asia dan Afrika. Menurut World Health Organization (WHO), rabies terjadi di lebih dari 150 negara, termasuk Indonesia. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka (Bingham, 2005; Kang et al., 2007). Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan kematian. Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya postexposure treatment. Disamping itu, kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan, terutama di daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia, seperti Bali. Rabies telah ada di Indonesia sejak abad ke-19 dan telah tersebar disebagian besar wilayah. Rabies dilaporkan pertama kali oleh Stchorl pada tahun 1884, yaitu pada seekor kuda di Bekasi, Jawa Barat. Selanjutnya kasus rabies pada kerbau dilaporkan pada tahun 1889, kemudian rabies pada anjing dilaporkan oleh Penning tahun 1890 di Tangerang. Kasus rabies pada manusia dilaporkan oleh Eilerts de Haan pada seorang anak di Desa Palimanan, Cirebon tahun 1894. Selanjutnya rabies

LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

  • Upload
    hahanh

  • View
    255

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

1

LAPORAN KEGIATAN

MONITORING RABIES DIWILAYAH KERJA

BALAI VETERINER BUKITTINGGI TAHUN 2014

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rabies adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini

menginfeksi hewan domestik dan liar. Penyakit rabies merupakan penyakit zoonosis

yang sangat penting artinya bagi kesehatan masyarakat, karena apabila penyakit

tersebut menyerang manusia dan apabila tidak sempat atau terlambat mendapat

perawatan medis akan mengakibatkan kematian dengan gejala klinis yang

mengharukan. Lebih dari 55.000 orang meninggal karena rabies setiap tahunnya dan

95 % dari kematian tersebut terjadi di Asia dan Afrika. Menurut World Health

Organization (WHO), rabies terjadi di lebih dari 150 negara, termasuk Indonesia.

Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan ditularkan

melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka (Bingham, 2005; Kang et al.,

2007). Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan

kematian. Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan,

kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang

terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena

biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya postexposure

treatment. Disamping itu, kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan, terutama

di daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia, seperti Bali.

Rabies telah ada di Indonesia sejak abad ke-19 dan telah tersebar disebagian

besar wilayah. Rabies dilaporkan pertama kali oleh Stchorl pada tahun 1884, yaitu

pada seekor kuda di Bekasi, Jawa Barat. Selanjutnya kasus rabies pada kerbau

dilaporkan pada tahun 1889, kemudian rabies pada anjing dilaporkan oleh Penning

tahun 1890 di Tangerang. Kasus rabies pada manusia dilaporkan oleh Eilerts de Haan

pada seorang anak di Desa Palimanan, Cirebon tahun 1894. Selanjutnya rabies

Page 2: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

2

dilaporkan semakin menyebar kebeberapa wilayah di Indonesia, yaitu Sumatra Barat,

Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 1953,Sulawesi Selatan tahun 1959, Lampung

1969, Aceh tahun 1970, Jambi dan DI Yogyakarta tahun 1971. Rabies di Bengkulu,

DKI Jakarta, dan Sulawesi Tengah di laporkan tahun 1972, Kalimantan Timur tahun

1974 dan Riau tahun 1975. Pada dekade 1990-an dan 2000-an rabies masih terus

menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas historis menjadi tertular, yaitu Pulau

Flores tahun 1998, Pulau Ambon dan Pulau Seram tahun 2003, Halmahera dan

Morotai tahun 2005, Ketapang tahun 2005, serta Pulau Buru tahun 2006. Kemudian

Pulau Bali dilaporkan tertular rabies tahun 2008, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di

Propinsi Riau tahun 2009 (Direktorat Kesehatan Hewan, 2006; Kepmentan, 2008)

Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan

eliminasi anjing liar/diliarkan, disamping program sosialisasi, dan pengawasan lalu

lintas hewan penular rabies (HPR). Vaksinasi massal merupakan cara yang efektif

untuk pencegahan dan pengendalian rabies. Upaya untuk mengendalikan rabies

dengan vaksinasi dan eliminasi anjing yang tidak optimal tidak banyak memberikan

hasil. Di daerah-daerah tertentu, kasus rabies bahkan semakin meningkat (Adjid et

al., 2005). Hal ini mungkin disebabkan karena cakupan vaksinasi yang tidak memadai.

Cakupan vaksinasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

pengendalian suatu penyakit, disamping kualitas vaksin, teknik aplikasi dan waktu

pelaksanaan vaksinasi (Rahman dan Maharis, 2008; Touihri et al.,2011). penanganan

vaksin yang tidak baik (misalnya rantai dingin yang tidak terpenuhi), salah aplikasi

dapat menyebabkan vaksin yang diberikan tidak mampu lagi memberikan protektivitas

pada anjing yang divaksin.

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan surveilans

serologis untuk deteksi antibodi pasca vaksinasi, Deteksi antibodi rabies sangat

penting dilakukan untuk mengetahui efektivitas vaksin rabies. Jenis vaksin tampaknya

menghasilkan respon imun yang berbeda. Hasil penelitian Minke et al. (2009)

menunjukkan bahwa vaksin Rabisin menginduksi respon kebal tertinggi pada hari 14

setelah vaksinasi yaitu 87%. Vaksin yang lain, yaitu Nobivac, disebutkan menginduksi

kekebalan yang lebih seragam yang mencapai 100% (Minke et al. 2009). Penelitian

yang dilakukan di Nigeria (Ohore et al. 2007) menunjukkan bahwa titer antibodi

tertinggi dicapai antara 3 sampai 6 bulan pasca vaksinasi (PV) dan terendah antara 9

sampai 12 bulan PV.

Page 3: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

3

Wilayah kerja BPPV Regional II termasuk daerah endemis rabies, namun

beberapa kepulauan (Kepulauan Mentawai dan Kepulauan Riau) yang berada

diwilayah kerja BPPV Regional II dinyatakan bebas rabies secara historis. Dalam

rangka pengendalian dan penanganan penyakit rabies perlu dilakukan koordinasi

lintas sektoral, yang mana oleh pemerintah pusat telah dilakukan rapat koordinasi

yang diikuti Menko Kesra, Menkes dan Mentan maka, dibahas beberapa langkah

langkah percepatan pengendalian dan penanganan penyakit Rabies.

Mengingat arti penting penyakit ini berdasarkan aspek sosial-ekonomi dan

aspek kesehatan masyarakat. Kebijakan Pemerintah dalam memberantas Rabies

dilaksanakan dengan alasan utama untuk perlindungan kesehatan manusia dan

mencegah penyebarannya pada hewan domestik dan satwa liar. Dalam mencapai

tujuan itu Pemerintah mengatur dengan melaksanakan strategi dibawah ini

(Departemen Pertanian, 2007):

Karantina dan pengawasan lalu lintas terhadap hewan penular Rabies

diwilayah/daerah untuk mencegah penyebaran penyakit

Pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak untuk mencegah sumber

virus Rabies yang paling berbahaya.

Vaksinasi semua hewan yang dipelihara didaerah tertular untuk melindungi

hewan terhadap infeksi dan menguangi kontak terhadap manusia.

Penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan arah

pembebasan dari penyakit; dan

Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) untuk

memfasilitasi kerjasama masyarakat terutama dari pemilik hewan dan

komunitas yang terkait.

Dalam upaya mendukung program diatas, sesuai dengan tupoksi balai, Bvet

Bukittinggi tiap tahun rutin melaksanakan program monitoring rabies di wilayah kerja

Reg II. Demikian juga untuk tahun 2014 Bvet Bukittinggi melakukan monitoring rabies

salah satu kegiatannya adalah surveilans postvaksinasi rabies

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan vaksinasi Rabies di

wilayah kerja Bvet Bukit Tinggi dengan melihat tingkat antibodi protektif yang

ditimbulkan sebagai bahan masukan dalam menyusun kegiatan pengendalian

Page 4: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

4

1.3. Input

1. Data lokasi pengambilan sampel

2. Sampel yang diperoleh

3. Peralatan pengambilan sampel

4. Petugas Pelaksana

1.4. Keluaran

Tersedianya laporan tentang keberhasilan pelaksanaan vaksinasi Rabies

secara laboratories

1.5. Manfaat

Tersedianya data laboratoris yang dapat dipakai sebagai dasar untuk tindakan

pengendalian rabies, diharapkan rencana Indonesia bebas rabies dapat tercapai.

Dengan bebasnya Indonesia dari rabies akan menimbulkan rasa aman masyarakat,

untuk daerah-daerah wisata rasa aman ini akan meningkatkan jumlah wisatawan yang

datang. Pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan.

1.6. Sasaran

Sasaran dari kegiatan monitoring rabies adalah HPR terutama anjing

postvaksinasi yang ada di daerah yang dikunjungi. Besaran sampel disesuaikan

dengan target sampel Bvet Bukittinggi (berdasarkan kemampuan balai dalam

menyediakan bahan uji). Dilapangan sampel diambil berdasarkan realisasi vaksinasi

rabies yang dilakukan Tahun 2013 di masing-masing propinsi di wilayah kerja Bvet

Bukitinggi

Tabel 1. Data Realisasi vaksinasi rabies Propinsi Sumbar 2013

Kab/kota Populasi HPR Target

Vaksinasi Realisasi Vaksinasi

1 Kepulauan Mentawai 8.112 8.112 -

2 Pesisir Selatan 16.877 20.707 -

3 Solok 25.277 20.332 2.315

4 Sijunjung 9.464 10.290 -

5 Tanah Datar 38.598 36.592 4.284

6 Padang Pariaman 19.894 18.480 1.467

7 Agam 31.860 28.833 1.190

8 Limapuluh Kota 33.460 32.982 7.938

9 Pasaman 8.067 5.210 1.477

10 Solok Selatan 9.941 8.522 2.124

11 Dharmasraya 40.925 7.581 735

12 Pasaman Barat 7.375 7.317 2.806

Page 5: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

5

II Kota

13 Padang 18.263 14.382 1.089

14 Solok 3.419 3.419 1.891

15 Sawahlunto 4.626 4.626 1.213

16 Padang Panjang 2.408 1.995 500

17 Bukittinggi 2.600 1.848 64

18 Payakumbuh 7.931 7.799 -

19 Pariaman 1.453 1.269 987

Total 29.580

Tabel 2. Data Realisasi vaksinasi rabies Propinsi Jambi

No Kabupaten Populasi Real Vaksinasi

HPR (ekor) Rabies

1 Kerinci 9.388 4.440

2 Merangin 9.752 1.123

3 Sarolangun 11.449 2.112

4 Batang Hari 3.789 3.150

5 Muaro Jambi 7.000 2.000

6 TanjabTimur 2.821 2.695

7 Tanjab Barat 2.907 2.082

8 Tebo 5.302 2.091

9 Bungo 7.189 1.872

10 Kota Jambi 7.792 2.300

11 Kota Sei.Penuh 6.961 3.249

Jumlah 74.350 27.114

Tabel 3. Data Realisasi vaksinasi rabies Propinsi Riau

No Kabupaten Populasi Real Vaksinasi

HPR (ekor) Rabies

1 Pekanbaru 36.156 4.127

2 Kampar 27.441 5.000

3 Rohul 19.000 8.000

4 Rohil 22.097 511

Page 6: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

6

5 Inhu 14.518 2.564

6 Inhil 26.492 2.500

7 Bengkalis 19.935 742

8 Dumai 10.173 5.300

9 Siak 15.089 5.909

10 Kuansing 11.642 2.900

11 Pelalawan 12.121 502

12 Meranti 7.055 0

Jumlah 221.719 38.055

1.7. Target dan lokasi pengmbilan sampel

Besaran sampel yang akan dikoleksi berdasarkan kemampuan balai

menyediakan kit pemeriksaan dan target balai yaitu 800 sampel dengan lokasi

pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rencana Lokasi yang akan dikunjungi

No Nama Lokasi

Jumlah Sampel

Realisasi

vaksinasi 2013 Besaran sampel

1 Kab.Solok 2.315 2.315/91.863x800= 20

2 Tanah Datar 4.284 4.284/91.863x800= 37

3 Padang Pariaman 1.467 1.467/91.863x800= 13

4 Agam 1.190 1.190/91.863x800= 10

5 Limapuluh Kota 7.938 7.938/91.863x800= 69

6 Pasaman 1.477 1.477/91.863x800= 13

7 Solok Selatan 2.124 2.124/91.863x800= 19

8 Dharmasraya 735 735/91.863x800= 6

9 Pasaman Barat 2.806 2.806/91.863x800= 24

10 Padang 1.089 1.089/91.863x800= 10

11 Kota Solok 1.213 1.213/91.863x800= 11

12 Pariaman 987 987/91.863x800= 9

13 Kerinci 4.440 4.440/91.863x800= 39

14 Merangin 1.123 1.123/91.863x800= 10

15 Sarolangun 2.112 2.112/91.863x800= 18

Page 7: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

7

16 Batang Hari 3.150 3.150/91.863x800= 27

17 Muaro Jambi 2.000 2.000/91.863x800= 17

18 TanjabTimur 2.695 2.695/91.863x800= 24

19 Tanjab Barat 2.082 2.082/91.863x800= 18

20 Tebo 2.091 2.091/91.863x800= 18

21 Bungo 1.872 1.872/91.863x800= 16

22 Kota Jambi 2.300 2.300/91.863x800= 20

23 Kota Sei.Penuh 3.249 3.249/91.863x800= 28

24 Pekanbaru 4.127 4.127/91.863x800= 36

25 Kampar 5.000 5.000/91.863x800= 44

26 Rohul 8.000 8.000/91.863x800= 70

27 Inhu 2.564 2.564/91.863x800= 22

28 Inhil 2.500 2.500/91.863x800= 22

29 Bengkalis 742 742/91.863x800= 7

30 Dumai 5.300 5.300/91.863x800= 46

31 Siak 5.909 5.909/91.863x800= 52

32 Kuansing 2.900 2.900/91.863x800= 25

Jumlah 91.863 800

Page 8: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

8

BAB. II

MATERI DAN METODE

2. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Serum darah anjing postvaksinasi (minimal 1 bulan postvaksinasi dan

maksimal 6 bulan postvaksinasi) di daerah yang dikunjungi. Bahan

pemeriksaan berupa Kit Elisa antibody Rabies Produksi Pusvetma Surabaya

dan Bio-Rad

2.2. Metode

Metode pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan antibody rabies

secara Elisa. Hasil pemeriksaan berupa status protektif dan tidak protektif

berdasarkan nilai Optical density (OD) serum yang diperiksa

Prosedur uji ELISA KIT Platelia II KIT Rabies Bio-Rad

Mikroplate dikeluarkan dari kemasan, kemudian serum sampel, serum kontrol

positif (R4a 0,5EU) dan kontrol negatif (R3) diencerkan dengan perbandingan 1: 100

dalam larutan pengencer (R6). Sedangkan serum kontrol positif standar (R4b),

diencerkan 1:100 (sebagai S6 dengan titer 4EU) dalam larutan pengencer (R6),

selanjutnya dari S6 tersebut diencerkan secara serial dua kali (500μl S6 ditambah

500μl R6) menjadi S5 (2EU), demikian seterusnya dengan cara yang sama menjadi

S4(1EU), S3(0,5EU), S2(0,25EU) dan S1 (0,125EU). Kemudian masing-masing

serum sampel dan serum kontrol, dimasukkan 100 μl ke dalam sumuran mikroplate.

Mikroplate ditutup dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 1 jam. Mikroplate dicuci

sebanyak 3 kali. Kemudian ditambahkan 100 μl conjugate yang telah diencerkan pada

semua lubang. Tutup mikroplate dan diinkubasikan 1 jam pada suhu 37°C. Mikroplate

dicuci sebanyak 5 kali. Kemudian ditambahkan 100 μl substrat pada semua sumuran,

dan diinkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit dalam kondisi gelap. Kemudian

ditambahkan 100 μl stop solution pada semua sumuran. Setelah 30 menit, dilakukan

pembacaan optical density pada panjang gelombang 450 nm sampai 620 nm.

Penghitungan dilakukan ke dalam EU dari masing-masing OD sampel dengan

menggunakan rumus yang sudah disediakan dalam KIT. Titer 0,5 EU atau lebih

dianggap protektif.

Page 9: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

9

Prosedur uji ELISA Kit Rabies Pusvetma Surabaya

Serum sampel di inaktivasi dengan memanaskan dalam penangas air dengan

suhu 56ºC selama 30 menit, kemudian diencerkan 1:100 dengan menambahkan 2,5

μl sampel serum dengan 247,5 μl PBST. Selanjutnya diencerkan serum kontrol positif

1:100 yakni 10 ul Kontrol Positif (sebagai K4 dengan titer 4 EU) dalam 990 ul PBST,

selanjutnya dari K4 tersebut diencerkan secara serial dua kali (500μl K4 ditambah

500μl PBST) menjadi K2 (2EU), demikian seterusnya dengan cara yang sama

menjadi K1(1EU), K0,5(0,5EU), K0,25(0,25EU) dan K0,125 (0,125EU ). Kontrol

negatif diencerkan dengan pengenceran 1 : 100 dengan mengambil 2,5 ul kontrol

negatif ditambahkan 247,5 ul PBST, demikian juga dengan kontrol ST 1 EU

diencerkan dengan pengenceran 1 : 100. Serum sampel dan kontrol dimasukkan pada

sumuran mikroplate masing-masing 100 μl dan sumuran H11 dan H12 tanpa serum,

tetapi dimasukkan 100 ul PBST sebagai blank. Kemudian mikroplate ditutup dengan

plastik penutup dan diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 60 menit. Selanjutnya

cairan serum pada mikroplate uji dibuang dan dilakukan pencucian sebanyak 4-5 kali.

Cairan pencuci yang tersisa dalam jumlah kecil dalam mikroplat dikeringkan dengan

cara membalikkan mikroplat di atas kertas tissue tebal. Kemudian tambahkan

konjugat yang telah diencerkan(16.000 x) sebanyak 100 μl per sumuran. Mikroplat

ditutup kembali dan diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 60 menit. Selanjutnya

cairan dibuang dan dilakukan pencucian sebanyak 4- 5 kali dan ditambahkan substrat

sebanyak 100 μl pada setiap sumuran. Plate diinkubasikan pada suhu kamar, dalam

kondisi gelap selama 10 menit. Terakhir ditambahkan 100μl stop solution pada setiap

sumuran. Pembacaan densitas optik (OD = Optical Density) pada pembaca (Reader)

dengan panjang gelombang 405nm. Selanjutnya dihitung Equivalent Unit (EU) dari

masing-masing OD sampel dengan menggunakan rumus yang sudah disediakan

dalam KIT. Titer serum 0,5 EU atau lebih dianggap protektif.

Page 10: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

10

BAB.III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan monitoring postvaksinasi rabies dilakukan secara aktif dan pasif.

Pada monitoring aktif pengambilan sampel untuk pemeriksaan rabies dilakukan oleh

tim Bvet langsung ke beberapa kabupaten/kota yang berada diwilayah kerja Bvet

Bukittinggi. Dilapangan pengambilan sampel berkoordinasi dengan Dinas Peternakan

dan Kesehatan Hewan atau yang membawahinya. Dalam perencanaan pada setiap

kab/kota akan diambil serum postvaksinasi rabies untuk uji serologis dengan metode

uji ELISA yang dimaksutkan untuk mengetahui protektifitas vaksinasi yang sudah

dilakukan dilapangan. Sedangkan untuk monitoring pasif dilakukan berdasarkan

sampel yang dikirimkan oleh dinas peternakan dan kesehatan hewan /yang

membawahi fungsi dinas peternakan atau dikirim langsung oleh pemilik HPR atau

dikirim oleh karantina.

Tabel 5. Jumlah sampel monitoring aktif rabies 2014 di Propinsi Sumatera Barat

No Kab/Kota Total Serum

1 Agam 10 2 50 Kota 124 3 Bukittinggi 28 4 Tanah Datar 20 5 Padang 10 6 Padang Panjang 24 7 Pasaman 36 8 9 10 11 12 13

Kota Solok Kab. Solok Selatan Kab. Padang Pariaman Kota Pariaman Kab.Pasaman Barat Kab.Damasraya

45 25 11 4

27 26

Total 390

Pengambilan sampel dilakukan di beberapa kab/kota Propinsi diwilayah kerja

Bvet Bukittinggi, Dari Propinsi Sumatera Barat (tabel 5) total sampel yang diambil

sebanyak 390 sampel berasal dari: Kabupaten Agam sebanyak 10 serum

posvaksinasi, Kabupaten 50 Kota dikoleksi sebanyak 124 serum postvaksinasi, dari

Kota Bukittinggi sebanyak 28 serum postvaksinasi, 20 sampel serum postvaksinasi

dikoleksi dari Kabupaten Tanah Datar, 10 sampel serum postvaksinasi dikoleksi dari

Kota Padang, dari Kota Padang Panjang berhasil diambil sebanyak 24 sampel serum

postvaksinasi, dari Kabupaten Pasaman sebanyak 36 sampel serum postvaksinasi,

Page 11: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

11

45 sampel serum postvaksinasi dari Kota Solok. Dari Kabupaten Solok Selatan

sebanyak 25 sampel, 11 sampel serum postvaksinasi dari kabupaten Padang

Pariaman, 4 serum postvaksinasi dari Kota Pariaman. Sebanyak 27 sampel serum

postvaksinasi dari Kabupaten Pasaman Barat dan 26 sampel serum postvaksinasi

dari Kabupaten Damasraya.

Tabel 6. Jumlah sampel monitoring rabies 2014 di Propinsi Jambi

No Kab/Kota Total Serum

1 Kerinci 43 2 Tanjab Timur 25 3 Tanjab Barat 20 4 Sungai Penuh 35 5 6 7 8 9 10

Tebo Merangin Sarolangon Jambi Muaro Bungo Muaro Jambi

20 15 20 15 25 27

Total 245

Sedangkan untuk Propinsi Jambi sampel dikoleksi dari Kabupaten Kerinci

sebanyak 43 serum postvaksinasi, 25 sampel serum postvaksinasi dari Kabupaten

Tanjab Timur, sebanyak 20 serum postvaksinasi dari Kabupaten Tanjab Barat, 35

serum postvaksinasi dari Kota Sungai Penuh, dari Kabupaten Tebo sebanyak 20

sampel serum postvaksinasi, 15 serum postvaksinasi dari Kabupaten Merangin, 20

serum postvaksinasi dari Kabupaten Sarolangon, sebanyak 15 serum postvaksinasi

dari Kota Jambi, serta 25 serum postvaksinasi dari Kabupaten Muaro Bungo dan

sebanyak 27 serum postvaksinasi dari Kabupaten Muaro Jambi. Total sampel

monitoring postvaksinasi dari Provinsi Jambi sebanyak 245 sampel (tabel 6)

Total sampel dari Provinsi Riau yang diperoleh sebanyak 215 serum (tabel 7),

berasal dari; Kabupaten Inhil sebanyak 2 sampel serum postvaksinasi. Dari Kota

Bengkalis barhasil dkoleksi sebanyak 28 sampel serum postvaksinasi, 23 sampel

serum postvaksinasi dari Kabupaten Rohul, 37 sampel dari Kabupaten Kuansing, 25

sampel dari Kabupaten Kampar, sebanyak 25 sampel dari Kota Pekanbaru, 35 sampel

serum postvaksinasi dikoleksi dari Kabupaten Dumai dan 21 sampel dari Kabupaten

Siak serta 19 sampel dari Kabupaten Inhu.

Total sampel monitoring postvaksinasi secara aktif sebanyak 850 serum

postvaksinasi (390 + 245 + 215), ini memenuhi target sampel yang direncanakan.

Page 12: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

12

Tabel 7. Jumlah sampel monitoring aktif rabies 2014 di Propinsi Riau

No Kab/Kota Total Serum

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Inhil Bengkalis Rohul Kuansing Kampar Pekanbaru Dumai Siak Inhu

2 28 23 37 25 25 35 21 19

Total 215

Pada grafiks 1 dapat dilihat hasil pemeriksaan serologis serum postvaksinasi

rabies dari beberapa kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat. Di Kabupaten Agam

dari 10 serum yang diperiksa 10 serum (100 %) protektif, Kabupaten 50 Kota dari 124

serum yang diperiksa 111 serum (90%) protektif. Kota Bukittinggi dari 28 serum yang

diperiksa 17 serum (61 %) protektif. Kabupaten Tanah datar dari 27 serum yang

diperiksa 10 serum (37%) protektif. Kota Padang dari 10 serum yang diperiksa 2

serum (20 %) protektif. Kota Padang Panjang dari 24 serum yang diperiksa 15 serum

(63 %) protektif. Kabupaten Pasaman dari 36 serum yang diperiksa 9 serum (25%)

protektif. Kota Solok dari 45 serum yang diperiksa 31 serum (69 %) protektif. Dari 25

sampel sampel yang diperiksa di Kabupaten Solok Selatan sebanyak 15 sampel

protektif (60%). Kabupaten Padang Pariaman 7 serum protektif (64%) dari 11 sampel

yang diperiksa. Dari 4 sampel yang diperiksa di Kota Pariaman 3 sampel protektif

(75%). 12 sampel protektif (44%) dari 27 sampel yang diperiksa dari Kabupaten

Pasaman Barat. 22 sampel protektif (48%) di Kabupaten Damasraya dari 46 sampel

serum postvaksinasi yang diperiksa. Hasil uji pada garafiks 1, 2 dan 3 dibawah

merupakan hasil uji dari serum postvaksinasi yang berasal dari monitoring aktif dan

monitoring pasif rabies di wilayah kerja BVet Bukittinggi.

Uji serologis 437 (390 + 47) serum postvaksinasi dari Propinsi Sumatera Barat

menunjukkan hasil 60 % protektif (247 + 17 sampel protektif). Kalau dibandingkan

dengan hasil monitoring postvaksinasi Tahun 2013 terjadi peningkatan. Pada Tahun

2013 hanya 33,4% yang protektif (laporan kegiatan monitoring rabies 2013 BVet

Bukittinggi).

Page 13: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

13

Grafiks 1. Hasil pemeriksaan serologis serum postvaksinasi rabies Prop. Sumbar

Grafiks 2. Hasil pemeriksaan serologis serum postvaksinasi rabies Prop. Jambi

10

124

28

27

10

24

36

45

25

11

4

27

46

10

111

17

10

2

15

9

31

15

7

3

12

22

100

90

61

37

20

63

25

69

60

64

75

44

48

0 20 40 60 80 100 120 140

Agam

50 Kota

Bukittinggi

Tanah Datar

Padang

Padang Panjang

Pasaman

Kota Solok

Kab. Solok Selatan

Kab. Padang Pariaman

Kota Pariaman

Kab.Pasaman Barat

Kab.Damasraya

Protektifitas vaksinasi Rabies Prov.Sumbar

Prresentase Protektif Serum Protektif Total Sampel

Page 14: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

14

43

25

20

36

20

15

20

277

25

27

8

23

6

14

8

2

12

86

9

5

19

92

30

39

40

13

60

31

36

19

0 50 100 150 200 250 300

Kerinci

Tanjab Timur

Tanjab Barat

Sungai Penuh

Tebo

Merangin

Sarolangon

Jambi

Muaro Bungo

Muaro Jambi

Protektifitas vaksinasi di Prov. Jambi

Prresentase Protektif Serum Protektif Total Sampel

Page 15: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

15

Grafiks 2 menggambarkan hasil pemeriksaan serologis serum postvaksinasi di

beberapa kabupaten/kota di Propinsi Jambi. Sebanyak 43 serum yang di periksa dari

Kabupaten Kerinci, 8 serum (19%) protektif. Sebanyak 25 serum yang diperiksa dari

Kabupaten Tanjab Timur, 23 serum (92%) protektif. Sebanyak 20 serum yang

diperiksa dari Tanjab Barat, 6 serum (30%) protektif. Dari 36 serum yang diperiksa di

Kota Sungai Penuh sebanyak 14 sampel (39%) protektif. Dari 20 serum yang diperiksa

di kabupaten Tebo sebanyak 8 sampel (40%) protektif. Dari 15 serum yang diperiksa

di kabupaten Merangin sebanyak 2 sampel (12%) protektif. Sebanyak 20 serum yang

diperiksa dari Kabupaten Sarolangun, 12 serum (60%) protektif. Sebanyak 277 serum

yang diperiksa dari Kota Jambi, 86 serum (31%) protektif. Sebanyak 25 serum yang

diperiksa dari Kabupaten Muaro Bungo, 9 serum (36%) protektif. Serta dari 27 serum

yang diperiksa dari Kabupaten Muaro Jambi, 5 serum (19%) protektif.

Hasil pemeriksaan serum yang berasal dari Propinsi Jambi 34 % protektif, 173

(97 + 76 serum ) protektif dari 508 (245 + 263) serum yang diperiksa

Dari grafik 3 dapat dilihat di Propinsi Riau, monitoring rabies secara aktif

dilakukan pada; Kabupaten Inhil, dimana dari 2 serum yang diperiksa tidak ada yang

(0%) protektif. Kabupaten Bengkalis dari 28 sampel yang diperiksa sebanyak 14

(50%) protektif. Dari Kabupaten Rohul 23 sampel yang diuji semua protektif (100%).

Kabupaten Kuansing dari 37 sampel yang diperiksa sebanyak 7 (19%) protektif.

Kabupaten Kampar dari 25 sampel yang diperiksa sebanyak 13 (52%) protektif. Kota

Pekanbaru dari 25 sampel yang diperiksa sebanyak 16 (64%) protektif. Kota Dumai

dari 106 sampel yang diperiksa sebanyak 72 (68%) protektif. Sedangkan 21 sampel

yang diperiksa dari Kabupaten Siak sebanyak 8 sampel (38%) protektif dan dari 19

sampel yang diperiksa di Kabupaten Inhu 10 sampel (53%) protektif.

Dari 286 (215 + 71) sampel yang diperiksa di Provinsi Riau sebanyak 163 (117+

46) sampel (60 %) protektif.

Page 16: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

16

Grafik 3. Hasil pemeriksaan serologis serum post vaksinasi rabies Prop. Riau

2

28

23

37

25

25

106

21

19

0

14

23

7

13

16

72

8

10

0

50

100

19

52

64

68

38

53

0 20 40 60 80 100 120

Inhil

Bengkalis

Rohul

Kuansing

Kampar

Pekanbaru

Dumai

Siak

Inhu

Chart Title

Prresentase Protektif Serum Protektif Total Serum

Page 17: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

17

Grafiks 4. Presentase serum protektif/provinsi

Pada grafiks 4 diatas dapat dilihat tingkat keberhasilan vaksinasi di Provinsi

Sumbar sebesar 60%, di Provinsi Riau protektifitas vaksinasi sebesar 60%, hasil ini

menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya tetapi masih perlu ditingkatkan lagi

di tahun mendatang untuk mewujudkan Indonesia bebas rabies Tahun 2020.

Sedangkan tingkat protektifitas vaksinasi yang dilakukan oleh Provinsi Jambi masih

rendah hal ini perlu perhatian lebih, baik dalam hal vaksin yang digunakan, cara

penyimpanan vaksin sebelum diaplikasikan, pelaksana vaksinasi, kondisi hewan

waktu vaksinasi juga bisa mempengaruhi hasil vaksinasi.

Sementara syarat minimal untuk melindungi suatu populasi dari penyakit

menular paling tidak 70 persen populasi mengandung antibodi protektif. Ini berarti bisa

dicapai jika cakupan vaksinasi 100% dengan angka protektifitas 70% atau jika

cakupan vaksinasinya 70% dari populasi maka angka protektifitasnya harus 100%.

Pada pelaksanaannya dilapangan cakupan vaksinasi masih dibawah 100% dan jika

hasil juga masih rendah, hal ini belum memenuhi syarat minimal untuk melindungi

populasi dari penyakit rabies. Rendahnya protektifitas vaksinasi disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain mungkin handling vaksin yang tidak baik misalnya rantai

dingin yang tidak terpenuhi karena sarana penyimpanan vaksin dibanyak daerah

sangat minim, atau jika sudah ada sarana penyimpan vaksin yang memenuhi syarat

tapi kenyataannya di daerah sering terjadi pemadaman aliran listrik dan daerah tidak

punya genset sehingga akan dapat mempengaruhi potensi vaksin yang digunakan

,kemungkinan aplikasi vaksin yang tidak tepat, dan anjing dalam masa inkubasi.

Selain itu keberhasilan suatu vaksinasi ditentukan juga oleh kualitas vaksin, teknik

aplikasi dan ketepatan waktu pelaksanaan vaksinasi. Beberapa faktor yang dapat

60 60

34

0

10

20

30

40

50

60

70

Sumbar Riau Jambi

presentase sero protektif

Page 18: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

18

mempengaruhi potensi atau kualitas suatu vaksin di antaranya waktu kedaluarsa,

penanganan rantai dingin vaksin mulai dari produsen sampai konsumen, faktor

stabilitas dan penyimpanan yang tidak sesuai dengan rekomendasi produsen.

Untuk itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut, apakah hal ini disebabkan oleh

rantai dingin yang tidak terpenuhi dalam penanganan vaksin di lapangan, ataukah

adanya kesalahan dalam aplikasi, waktu vaksinasi yang kurang tepat, atau mungkin

data vaksinasi yang kurang akurat, misalnya anjing yang sebenarnya belum divaksin

tetapi dilaporkan sudah divaksinasi. Atau perlu dipertimbangkan menggunakan vaksin

rabies yang berbeda dengan vaksin rabies yang dipakai sebelumnya. Untuk Sumatera

Barat pada Tahun 2014 mulai menggunakan vaksin yang berbeda dari yang

digunakan pada tahun 2013. Hasil vaksinasi Tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat

naik significan dibandingkan hasil vaksinasi pada Tahun 2013. Pada Tahun 2013 hasil

vaksinasi hanya 33,4% yang protektif, pada Tahun 2014 ini sebanyak 63% protektif.

Tabel 8. Jumlah sampel monitoring pasif rabies 2014 dari Propinsi Sumatera Barat

No Kab/Kota Total Serum

Protektif Tidak Protektif

1 Damasraya 40 14 26 2 Tanah datar 7 3 4

Total 47 17 30

Tabel 9. Jumlah sampel monitoring pasif rabies 2014 dari Propinsi Jambi

No Kab/Kota Total Serum

Protektif Tidak Protektif

1 Kab Sungai Panuah 1 0 1 2 Kota Jambi 262 76 186

Total 263 76 187

Tabel 10. Jumlah sampel monitoring pasif rabies 2014 dari Propinsi Riau

No Kab/Kota Total Serum

Protektif Tidak Protektif

1 Dumai 71 46 25

Total 71 46 25

Untuk mencapai Indonesia bebas rabies Tahun 2020 Direktorat Kesehatan

Hewan membuat road map pembebasan rabies, dengan kegiatan pokok :

1. Mempertahankan daerah bebas melalui kegiatan :

Page 19: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

19

Kontrol lalu lintas HPR khususnya anjing, peningkatan kapasitas surveillans

untuk deteksi penyakit, respon cepat terhadap dugaan kasus rabies, kontrol

populasi, koordinasi dan kolaborasi lintas sektoral dan pencegahan didaerah

resiko tinggi.

2. Membebaskan daerah tertular melalui kegiatan :

Vaksinasi massal, kontrol lalu lintas HPR khususnya anjing, peningkatan

kapasitas surveilans (termasuk deteksi dini), peningkatan kapasitas

pengendalian dan penanggulangan (harus ada respon cepat juga), kontrol

populasi dan koordinasi dan kolaborasi antar sektoral.

Program yang dicanangkan untuk mencapai Indonesia bebas rabies Tahun

2020 akan berhasil jika dilakukan dengan gerakan nyata serta komitment dan

kolaborasi yang kuat intra dan antar sektoral. Serta meningkatkan peran dan

kesadaran masyarakat tentang bahaya rabies dan pentingnya program pemerintah

dalam upaya pembebasan wilayah Indonesia dari rabies. Untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan kegiaatan KIE, serta perlu undang-undang

tentang HPR disertai dengan penegakan hukum serta sanksi-sanksinya jika terjadi

pelanggaran.

Page 20: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

20

BAB.IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

1. Dari 286 serum posvaksinasi asal Propinsi Riau yang diperiksa 60% (163

serum ) protektif.

2. Hasil serologis 437 serum postvaksinasi dari Propinsi Sumatera Barat 60%

(264 serum) yang protektif

3. Dari 508 serum postvaksinasi asal Propinsi Jambi yang diperiksa 173 serum

(34%) protektif.

4.2 .SARAN

1. Masih perlu ditingkatkan pelaksanaan program vaksinasi dalam hal cakupan

vaksinasi yang dilakukan

2. Penggunaan vaksin yang bermutu dan aplikasi vaksin yang sesuai standart

3. Perlu ditingkat pengawasan lalu lintas HPR

4. Perlu ditingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya rabies dan pentingnya

peran masyarakat dalam membantu program pemerintah untuk mewujudkan

Indonesia bebas rabies 2020

5. Perlu ditingkat koordinasi dan kolaborasi intra dan antar sektoral.

6. Program kontrol populasi HPR perlu dilakukan terutama pada daerah-daerah

dengan kasus gigitan HPR tinggi atau pada daerah-daerah yang secara historis

bebas rabies.

Page 21: LAPORAN KEGIATAN MONITORING RABIES  · PDF fileVirus rabies dikeluarkan bersama air liur ... Kasus klinis rabies pada hewan maupun ... Tersedianya laporan tentang keberhasilan

21

DAFTAR PUSTAKA

Adjid.R.M.A., A.Sarosa, T.Syapriati, dan Yuningsih. 2005. Penyakit rabies diIndonesia dan pengembangan teknik diagnosisnya. Wartazoa. 15(4 ) : 165-172

Balai Veteriner Bukittinggi. 2013. Penyidikan Penyakit Rabies Dalam Rangka

Pemberantasan Penyakit Rabies di Wilayah Kerja Balai Veteriner. Balai Veteriner Bukittinggi. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

Bingham J. 2005. Canine Rabies Ecology in Southern Africa. Emerging Infectious

Diseasses. 11(9) : 1337-1341. www.cdc.org. Diakses Maret 2011. Direktorat Kesehatan Hewan. 2006. Pedoman Pengendalian Rabies

Terpadu.Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat Kesehatan Hewan.

Kang B., J.S.Oh, C.S.Lee, B.K.Park, Y.N.Park, K.S.Hong, K.G.Lee, B.K.Cho, and

D.S.Song. 2007. Evaluation of Rapid Immunodiagnostic Test kit for Rabies Virus. Journal of Virology Methods.145(2007): 30-36

Minke.J.M., J.Bauvet, F.Cliquet, M.Wasniewski, A.L.Gulot, L.Lemaiter, C.Cariou,

V.Cozette, L.Vergne dan P.M.Guigal. 2009. Comparison of Antibody Responses After vaccination with two inactivated rabies vaccines. Short communication. Vet.Microbiology. 133 (2009) : 283-286.

Rahman A. dan R. Maharis. 2008. Analisis Keberhasilan Vaksin Oral Rabies Sebagai

Perbandingan Pengendalian Rabies di Indonesia. Buletin Pengujian Mutu Obat Hewan.13 (2008).

Touihri L., I. Zaouia, K.Elhili, K.Dellagi, and C.Bahloul. 2011. Evaluation of Mass

Vaccination Campaign Coverage Against Rabies in Dogs in Tunisia. Zoonoses and Public Health, 58: 110-118. Doi:10.1111/j.1863- 2378.2009.01306.x