Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TYPHOID DENGAN FOKUS STUDI
PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH DI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
M. REZKY IRVAN ARFIANSYAH
NIM. P1337420515051
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2018
i
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TYPHOID DENGAN FOKUS STUDI
PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH DI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
M. REZKY IRVAN ARFIANSYAH
NIM. P1337420515051
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2018
ii
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TYPHOID DENGANFOKUS STUDI PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUHDI RST dr. SOEDJONO MAGELANG
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mata kuliah Tugas AkhirPada Program Studi DIII Keperawatan Magelang
M. REZKY IRVAN ARFIANSYAHNIM. P1337420515051
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANGJURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANGTAHUN 2018
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : M. Rezky Irvan Arfiansyah
NIM : P1337420515051
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kasus yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan
pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan atau plagiat, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Magelang, 23 Maret 2018
Yang membuat Pernyataan,
M. Rezky Irvan Arfiansyah
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan kasus oleh M. Rezky Irvan Arfiansyah, NIM. P1337420515051, dengan
judul
Asuhan Keperawatan pada Typhoid dengan Fokus Studi Pengelolaan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di RST Dr.
Soedjono Magelang ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.
Magelang,22 Maret 2018
Pembimbing I Pembimbing II
Susi Tentrem R.Talib, S.Kep,Ns,M.KesNIP. 197309271996022001
Tulus PujHastuti,S.Kep.Ns,M.KesNIP. 196710121990032001
v
LEMBAR PENGESAHAN
Hasil Laporan Kasus oleh M. Rezky Irvan Arfiansyah NIM.P1337420515051
dengan judul:
“Asuhan Keperawatan pada Typhoid dengan Fokus Studi Pengelolaan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di RST dr.
Soedjono Magelang”
ini telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal, 26 Maret 2018.
Dewan Penguji
Tulus Puji Hastuti, S.Kep, Ns, M.Kes Ketua (...................................)NIP. 196710121990032001
Susi T.R Talib, S.Kep, Ns, M.Kes Anggota (....................................)NIP. 197309271996022001
Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes Anggota (....................................)NIP. 196902221988032001
Mengetahui,
Ketua Perwakilan Jurusan Keperawatan Magelang
Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.KesNIP. 196902221988032001
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Typhoid Dengan Fokus Studi Pengelolaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan Tubuh di RST dr.Soedjono Magelang”, dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini penulis menghadapi banyak hambatan, tetapi atas berkat bantuan,
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Warijan S.Pd, S.Kep, M. Kes Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melaksanakan studi kasus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
2. Putrono, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Semarang.
3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Program Studi D III
Keperawatan Magelang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melaksanakan studi kasus dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
4. Susi Tentrem R Talib, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing 1
penyusunan karya tulis ilmiah.
5. Tulus Puji Hastuti ,S. Kep.Ns, M.Kes selaku pembimbing 2 penyusunan
karya tulis ilmiah.
vii
6. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes selaku tim penguji karya tulis
ilmiah.
7. Bapak dan Ibu dosen beserta para staf Program Studi Keperawatan
Magelang
8. Perpustakan Program Studi Keperawatan Magelang atas bantuannya
dalam peminjaman buku-buku referensi
9. Ayah, Ibu dan Adik tercinta yang memberikan doa, motivasi, dukungan
moril dan material untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah
10. Ryan, Esty, Fitri, dan Devi yang bersama – sama saling memotivasi untuk
segera menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah
11. Teman-teman seperjuangan saya di kelas Kresna yang memberikan
motivasi dan doa
12. Nurila, Setya, Rima, Husein, Harlis, dan Latifa yang telah memberikan
dukungan, motivasi dan doa
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
yang bersifat membangun sebagai masukan untuk melengkapi dan memperbaiki
karya tulis ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
memberikan konstribusi bagi kemajuan profesi keperawatan.
Magelang, Maret 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN...................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Typhoid ................................................................................................. 6
2. Etiologi.................................................................................................. 7
3. Manifestasi Klinis ................................................................................. 8
4. Anatomi Fisiologi ............................................................................... 10
ix
5. Patofisiologi ........................................................................................ 16
6. Pathway............................................................................................... 19
7. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 20
8. Penatalaksanaan .................................................................................. 23
9. Komplikasi .......................................................................................... 24
B. Kebutuhan Nutrisi
1. Definisi................................................................................................ 25
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi................................. 33
3. Ketidakseimbangan Nutrisi................................................................. 33
4. Penatalaksanaan .................................................................................. 34
C. Asuhan Keperawatan Typhoid dengan fokus studi pengelolaan gangguan
pemenuhah kebutuhan nutrisi
1. Pengkajian ........................................................................................... 36
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 40
3. Intervensi Keperawatan....................................................................... 46
4. Kriteria Hasil (Outcome)..................................................................... 49
D. Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh Kembang Anak ............................................................................. 8
BAB III METODE PENULISAN
A. Rancangan Penulisan ................................................................................ 60
B. Subjek Penelitian....................................................................................... 60
C. Fokus studi ................................................................................................ 61
D. Definisi Operasional.................................................................................. 61
x
E. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 61
F. Pengumpulan Data .................................................................................... 61
G. Cara Pengolahan Data ............................................................................... 63
H. Analisis dan Penyajian Data ..................................................................... 63
I. Etika Penelitian ......................................................................................... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Laporan Kasus ................................................................................. 65
B. Pembahasan............................................................................................... 91
C. Analisa..................................................................................................... 102
D. Keterbatasan ........................................................................................... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 104
B. Saran........................................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas................................................................................... 29
Tabel 2.2 KKB pada Bayi dan Anak .................................................................... 30
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi......................................................................... 31
Tabel 2.4 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak ............................ 53
Tabel 2.5 Tumbuh Kembang Toddler (Balita)...................................................... 57
Tabel 2.6 Tumbuh Kembang Pra Sekolah ............................................................ 57
Tabel 2.7 Tumbuh Kembang Usia Sekolah .......................................................... 58
Tabel 2.5 Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent) ............................................. 59
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .............................................. 10
Gambar 2.1 Pathway Demam Typhoid ................................................................. 19
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumen Asuhan Keperawatan
Lampiran 2 : SAP Typhoid
Lampiran 3 : Leaflet Typhoid
Lampiran 4 : Lembar DDST
Lampiran 5 : Surat Permohonan Studi Pendahuluan dan Pengambilan Kasus
Lampiran 6 : Lembar Bimbingan
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri
memiliki angka tinggi di wilayah negara-negara berkembang yang beriklim
tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di Indonesia.
Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9tahun (10–12 tahun)
sedangkan sebagian besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis
menderita typhoid dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
terdiagnosis menderita demam typhoid dibandingkan berjenis kelamin
perempuan. (Hilda dan Fariani, 2016)
Data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka
insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000
orang meninggal karena Typhoid dan 70% kematiannya terjadi di Asia
(WHO, 2008 dalam Depkes RI, 2013).
Insidens Typhoid tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia
Selatan, Asia Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100
kasus per 100.000 populasi per tahun). Incidents Typhoid yang tergolong
sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) berada di wilayah
2
Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru).
(Djoko Widodo, 2014)
Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid yang banyak dijumpai
pada populasi dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga
berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan
riwayat terkena Typhoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan,
menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku yang
ditulis oleh Marni (2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya
menyatakan bahwa kejadian Typhoid di Indonesia mencapai 148,7 per
100.000 penduduk. (Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan ke-3 dari
10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia
(41.081 kasus). (Djoko Widodo, 2014)
Berdasarkan data dari Rekam Medis RST dr. Soedjono Magelang yang
dilakukan pada tanggal 8 Desember 2017 melaporkan angka kesakitan
periode bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2017 sebanyak 1198
pasien. Jumlah penderita gastro enteritis sebanyak 346 pasien (28,88%),
penderita Typhoid sebanyak 339 pasien (28,29%), penderita DHF sebanyak
183 pasien (15,22%), penderita dengue fever sebanyak 148 pasien (12,55%),
penderita kejang sebanyak 101 pasien (8,43%), penderita bronkitis sebanyak
82 pasien (6, 06%), penderita asthma sebanyak 69 pasien (5,7%), penderita
3
BRPN sebanyak 54 pasien (4,5%), penderita hidrodefalus sebanyak 31 pasien
(2,58%), dan penderita BBLR sebanyak 24 pasien (2,6%). Typhoid berada di
peringkat ke 2. (Rekam Medis RST dr. Soedjono Magelang, 2017).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran
pencernaan yang ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna dan dapat pula terjadi gangguan kesadaran pada penderita.
(Arfiana dan Arum, 2016).
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya
daerah ileum. (Bachrudin dan Najib, 2016)
Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama
disebabkan oleh Salmonella typhi. Typhoid merupakan jenis terbanyak dari
salmonelosis. Jenis lain dari demam enteric adalah demam paratyphoid yang
disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan
S.hirschfeldii (semula S. parathypi C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih
berat dibandingkan demam enterik yang lain. (Widagdo, 2014)
Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akan menyebabkan
komplikasi di usus halus, diantaranya perdarahan, perforasi, dan peritonitis.
Pasien yang mengalami nyeri hebat juga dapat mengalami syok neurogenic,
komplikasi dapat menyebar di luar usus halus, misalnya bronkitis, kolelitiasis,
peradangan pada meningen, dan miokarditis. (Marni, 2016)
Data ini adalah hal yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian
4
kasus berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak Typhoid dengan fokus studi
pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RST
dr.Soedjono Magelang”
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penatalaksanaan pasien yang mengalami mengalami
Typhoid dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di
RST dr. Soedjono Magelang.
C. Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan penatalaksanaan pasien yang mengalami Typhoid
dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RST dr.
Soedjono Magelang.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Proposal ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan Typhoid
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menangani
kasus Typhoid.
b. Perawat
Sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus Typhoid.
5
c. Perpustakaan
Menambah jumlah pustaka dan sebagai bahan pembanding dengan
asuhan keperawatan lain guna kemajuan ke arah yang lebih baik.
d. Pembaca
Sumber informasi dan pengetahuan mengenai Typhoid serta
penanganannya sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan karya
tulis ilmiah selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Typhoid
a. Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endhotelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau
air yang terkontaminasi. (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015)
b. Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh
Salmonella tipe A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fekal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi. (Dewi & Meira, 2016)
c. Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang
pada aliran darah, yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi atau
salmonella paratyphi A, B dan C, yang terkadang juga dapat
menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septicemia (tidak
menyerang usus). Menurut Ardiansyah (2012) dalam buku yang di tulis
oleh Dewi & Meira (2016).
7
d. Typhoid ialah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan
yang ditandai dengan demam yang berlangsung lebih dari satu minggu,
gangguan pencernaan dan bisa sampai terjadi gangguan kesadaran.
(Arfiana & Arum L, 2016)
Kesimpulan dari pengertian diatas dapat disimpulkan, typhoid
merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri usus
halus Salmonella typhi dengan ditandai panas berkepanjanga dan dapat
pula menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan serta gangguan
kesadaran, yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
2. Etiologi
Typhoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella thyposa/Eberthela
thyposa yang merupakan mikroorganisme pathogen yang berada di jaringan
limfatik usus halus, hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini
berupa gram negative yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh manusia.
Kuman ini akan mati pada suhu 70o C dan dengan pemberian antiseptic. Masa
inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang memiliki masa
inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang yaitu 60 hari. (Marni,
2016)
8
Salmonella thyphosa memiliki 3 macam antigen yaitu :
a. Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatic antigen (tidak menyebar)
b. Antigen H : Hauch ( menyebar ), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
c. Antigen V : Kapsul, merupakan kapsul yang menyelimuti tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap fagositosis. (Marni, 2016)
Padila (2013) dalam buku yang di tulis Dewi dan Meira (2016)
menyampaikan bahwa Salmonella parathyphi terdiri dari 3 jenis yaitu A, B,
dan C. ada dua sumber penularan Salmonella thyphi yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Dewi & Meira, 2016)
3. Manifestasi Klinis
Dewi dan Meira (2016) mengungkapkan gejala klinis penyakit typhoid
pada anak biasanya lebih ringan dibandingkan penderita dewasa. Masa tunas
rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi
terjadi melalui makanan. Sedangkan, jika infeksi melalui minuman mana
tunas terlama berlangsung 30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan
gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala – gejala klinis
sebagai berikut :
9
a. Demam
Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu,
sifat febris remitten dan suhu tidak seberapa tinggi. Minggu pertama suhu
meningkat setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan
demam. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada
akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai
tremor, anoreksia, mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen
kembung, hepatomegali, dan splenomegli, kadang normal, dapat terjadi
diare.
c. Gangguan kesadaran
Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi
spoor, koma, atau gelisah. (Ardiansyah, 2012)
Menurut pendapat Padila dari buku yang di tulis Dewi dan Meira
(2016) masa tunas typhoid adalah sekitar 10-14 hari dengan rincian
sebagai berikut :
a. Minggu 1
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari
dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
10
kepala, anoreksia, dan mual, batuk, epistaksis, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu ke – 2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam,
bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),
hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. (Dewi dan Meira,
2016)
4. Anatomi fisiologi
Gambar 2.1Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sumber : Buku Anatomi Fisiologi, 2014
11
Pencernaan makanan adalah proses mengubah makanan, dari ukuran
besar menjadi ukuran yang kecil dan halus. Proses tersebut juga meliputi
pemecahan molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim dan organ-organ pencernaan.
Zat makanan yang sudah dicerna akan diserap oleh tubuh. Proses
pencernaan makanan pada tubuh manusia dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
a. Proses pencernaan mekanik
Proses mengubah makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk
kecil dan halus.
b. Proses pencernaan kimiawi
Proses mengubah makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang
lebih sederhana dengan bantuan enzim.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat
pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan dapat dibedakan menjadi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan.
12
1) Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap tubuh. Proses
pencernaan meliputi proses mengunyah, menelan, dan mencampur dengan
enzim-enzim yang diproduksi, mulai dari mulut sampai anus.
a) Mulut
Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut.
Rongga mulut merupakan bagian pertama dari tabung pencernaan. Fungsi
utamanya adalah untuk melayani sebagai pintu masuk dari saluran
pencernaan dan untuk memulai proses pencernaan dengan air liur dan
tenaga penggerak dari pencernaan bolus ke faring. Bagian-bagian mulut
meliputi : bibir, rongga mulut, palatum, faring, gigi, lidah dan kelenjar
ludah
b) Kerongkongan
Kerongkongan (esophagus) merupakan saluran penghubung antara
rongga mulut dengan lambung. Kerongkongan berfungsi sebagai jalan
bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Otot
kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang, sehingga
mendorong makanan masuk ke dalam lambung, gerakan kerongkongan
ini disebut gerak peristalsis. Gerak ini terjadi karena otot yang
memanjang dan melingkari dinding kerongkongan mengerut secara
bergantian.
13
c) Lambung
Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak
disebelah kiri rongga perut. Ini adalah tempat sejumlah proses pencernaan
berlangsung. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas
(kardiak), letaknya berdekatan dengan hati dan berhubungan dengan
kerongkongan, bagian tengah (fundus), yang berbentuk membulat, serta
bagian bawah (pylorus), yang berhubungan langsung dengan usus dua
belas jari
Ujung kardiak dan pylorus terdapat klep atau sfingter yang
mengatur masuk dan keluarnya makanan ke dan dari lambung.
d) Usus halus
Usus halus (intestinium) merupakan tempat penyerapan sari
makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang.
Usus halus terdiri dari, usus duabelas jari (duodenum), usus kosong, usus
penyerap (jejenum), dan usus penyerap (ileum)
e) Usus besar
Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa,
bersama dengan lender akan menuju ke usus besar menjadi feses, didalam
usus besar terdapat bakteri Escherichia Coli. Bakteri ini membantu dalam
proses pembusukan sisa makanan menjadi feses.
14
f) Anus
Anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.
Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada
bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang, maka otot spinker
rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus.
(Kirnanoro dan Maryana, 2014)
2) Saluran pengeluaran limbah
a) Hati
Hati adalah organ serta kelenjar terbesar dari tubuh manusia. Hati
terletak di rongga perut, yaitu ruang yang berada diantara dada dan daerah
panggul. Dengan kata lain hati terletak tepat dibawah diafragma, di
kuadran kanan atas perut. Fungsi hati adalah membantu dalam sintesis
berbagai zat penting seperti sintesis glukosa dan gliserol. Organ ini juga
membantu metabolisme lemak dan protein tertentu.
b) Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh yang berfungsi
menyaring racun dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Selain fungsi
tersebut, ginjal juga bekerja menghilangkan limbah yang dihasilkan
melalui proses metabolisme. Ginjal juga membantu dalam mengontrol
produksi sel darah merah dengan mengeluarkan hormone yang disebut
dengan eritropietin. Selain dengan mendukung produksi sel darah merah,
15
ginjal juga membantu dalam merangsang vitamin D. Ginjal memainkan
peran penting dalam menjaga tekanan darah dan volume darah.
c) Pancreas
Pancreas terletak di belakang lambung dan dibagian belakang perut.
Panjang organ ini 15 cm dan berbentuk seperti ikan atau tabung. Ada
kelompok sel yang berbeda, disebut sebagai Pulau Langerhans, yang
menyusun pancreas. Kelompok sel tersebut termasuk sel – sel beta, sel
gamma, sel-sel alfa dan sel-sel delta. Masing-masing ini memiliki fungsi
tertentu dalam tubuh. Sel alfa bertanggungjawab dalam memproduksi
glucagon sedangkan sel beta penting dalam produksi insulin. Glucagon
mempertahankan jumlah glukosa diantara waktu makan. Insulin
memungkinkan glukosa yang diambil oleh sel-sel yang berbeda di dalam
tubuh untuk digunakan. Somatostatin, protein atau hormon yang
membantu mengatur system saraf dan system endokrin, dilepaskan oleh
sel –sel delta pancreas, serta oleh beberapa sel-sel dari otak dan anus. Sel
gamma berfungsi untuk membantu dalam pengurangan nafsu makan.
d) Kandung empedu
Kandung empedu atau gallbladder adalah tempat cairan empedu
dikumpulkan sebelum di sekresikan kedalam usus halus. Cairan empedu
adalah cairan pencerna berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh
hati. Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang memiliki
16
bentuk seperti buah pir dengan panjang 7-10 cm dan merupakan
membrane berotot. Terletak di dalam fossa dari permukaan visceral hati.
(Kirnanoro dan Maryana, 2014)
5. Patofisiologi
Istilah system fagosit makrofag, system sel histiosit, system retikulo –
histiosit dan system RES adalah istilah lama yang merupakan sebutan kolektif
untuk semua sel fagosit yang dapat hidup lama diseluruh jaringan tubuh.
Sekarang system itu disebut system fagosit makrofag. Dalam hal ini system
makrofag memiliki peran penting dalam penyebaran dari kuman Salmonella
typhi yang merupakan bakal penyakit typhoid. (Baratawidjaja dan Iris, 2012)
Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia terjadi
melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan
dilambung dan sebagian lagi lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang
baik maka kuman akan menembus sel sel epitel (terutama sel-M) dan
selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan
difagositkan oleh sel-sel fagosit terutama magrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak didalam magrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri
ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesentrika. Selanjutnya
melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di makrofag ini masuk ke
dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik)
dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan
17
limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke
dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu di eksresikan secara intermitten ke dalam usus halus.
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam
sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena
makrofag yang telah teraktvasi, hiperaktif; maka saat fogositosis kuman
Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya
akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise,
mialgia, sakit kepala, sakit perut, gangguan vaskular, mental, dan koagulasi.
Didalam plak payeri makrofag hiperaktif menimbukan reaksi
hyperplasia jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ).
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar
plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat
akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis jaringan
limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat
mengakibatkan perforasi.
18
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan
akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular,
pernapasan, dan gangguan organ lainnya. (Widodo Djoko, 2009)
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan basil yang diserap di usus halus.
Melalui pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di
organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ – organ tersebut akan
membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke
dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama dalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada
mukosa di atas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan
dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. (Arfiana
& Arum , 2016)
19
6. Pathway
Gambar 2.2Pathway Typhoid
Sumber : Dikembangkan dari Dermawan & Rahayuningsih(2010)
20
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut pendapat Padila
(2013) dalam buku yang di tulis oleh Dewi dan Meira (2016) terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Didalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapa leucopenia dan limpositosis relative tetapi kenyataannya
leucopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOPT dan SGPT pada klien typhoid sering kali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan adanya penyakit
typhoid, tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan
juga tetap dapat terjadi penyakit typhoid. Hal ini karena hasil biakan
darah tergantung dari beberapa factor yaitu ;
1) Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan
21
media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah saat demam tinggi, yaitu pada saat bakterimia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat
menekan bakterimia sehingga biakan darah negative.
4) Pengobatan dengan obat antimikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat
anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan trerhambat
dan hasil biakan mungkin negative.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid.(Dewi dan Meira, 2016)
22
e. Uji Typhidot
Uji thypidot dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat
pada protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji
typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi
secara spesifik antibody IgM dan IgG terhadapa antigen s.typhi seberat
50kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa. (Djoko widodo, 2014)
f. Uji IgM Dipstik
Uji ini khusus mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap s. typhi
pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang
mengandung antigen lipopolisakarida (LKS) S.typhi dan antigen IgM
(sebagai control), reagen deteksi yang mengandung antibody antigen IgM
yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip sebelum
diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung uji. Komponen
perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama 2 tahun pada suhu 4-250 C
ditempat kering tanpa paparan sinar matahari. Pemeriksaan dimulai
dengan inkubasi strip pada larutan campuran reagen deteksi dan serum,
selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air
mengalir dan dikeringkan. Secara semi kuantitatif, diberikan penilaian
terhadap garis uji dengan membandingkan dengan reference strip. Garis
control harus terwarna dengan baik. (Djoko widodo, 2014)
23
8. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Bed rest
2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan
rendah serat.
b. Farmakologi
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari.
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan
dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intervena
saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilan dengan
dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8
mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian oral selama 14 hari.
3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50
mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,
sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika
adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
(Amin & Kusuma , 2015)
24
9. Komplikasi
a. Usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu :
1) Perdarahan usus
Tanda adanya perdarahan hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi
melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan
tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi
pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum,
yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan
diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan
tegak.
3) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri
pada tekanan.
25
b. Komplikasi diluar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia)
yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain. Terjadi karena
infeksi sekunder, yaitu bronkopneumia. Dehidrasi dan asidosis dapat
timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu
tubuh yang tinggi.
(Arfiana & Arum Lusian, 2016)
B. Kebutuhan Nutrisi
1. Definisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan
dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy
dan digunakan untuk tubuh dalam beraktifitas.
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi terdapat system tubuh yang
berperan adalah system pencernaan yang terdiri dari saluran pencernaan dan
organ assesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus
bagian distal, dan organ assesoris terdiri dari hati, kandung empedu dan
pancreas.
(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)
a. Zat gizi
Zat gizi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin
dan air. Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat didalam makanan,
26
pada umumnya dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum ini terjadi
dalam mulut melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum
diubah menjadi maltose. Maltose ini kemudian diteruskan kedalam
kedalam lambung. Dari lambung hidrat arang dikirim terus ke usus dua
belas jari. Getah pancreas yang dialirkan ke usus dua belas jari
mengandung amylase. Dengan demikian sisa amilum yang belum diubah
menjadi maltose, oleh amylase pancreas ini diubah seluruhnya menjadi
maltose. Maltose ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus
halus mengeluarkan getah pancreas hidrat arang yaitu maltose yang
bertugas mengubah maltose menjadi dua molekul glukosa saccharose
menjadi fructose dan glukosa. Lactose bertugas mengubah laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa. Setelah di usus halus seluruhnya menjadi
monosakarida oleh enzim-enzim tadi.
Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi/dimakan masih
ditemukan didalam tiga bentuk yaitu polisacharida, disacharida, dan
monosacharida. Disacharida dan monosacharida mempunyai sifat mudah
larut didalam air, sehingga dapat diserap melewati dinding usus/mucosa
usus mengikuti hokum difusi osmose dan tidak memerlukan tenaga serta
langsung memasuki pembuluh darah. Proses penyerapan yang tidak
memerlukan tenaga, dan mengikuti hukum difusi osmose dikenal sebagai
penyerapan pasif.
27
Lemak, pencernaan lemak dimulai sedikit di dalam lambung,
karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung
mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak
menjadi asam lemak dan serin, kemudian diangkut melalui getah bening
dan selanjutnya masuk kedalam peredaran darah untuk kemudian tiba di
hati. Dalam saluran getah bening itu terjadi sintesa kembali dalam lemak
glyserin menjadi lemak seperti aslinya.
Penyerapan lemak mengalami proses pencernaan akan ditemukan
dalam bentuk glycerol asam lemak, glycerol diserap dengan cara pasif.
Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang teremulsi ini
mampu diserap melewati dinding usus halus, pada proses penyerapan ini
membutuhkan tenaga, maka penyerapan lemak dikatakan dengan cara
aktif selektif.
Pencernaan protein, kelenjar-kelenjar ludah dalam mulut tidak
membuat enzim protease. Enzim protease baru terdapat dalam lambung
yaitu pepsin ini mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton.
Selanjutnya dalam usus dua belas jari terdapat enzim tripsin yang
berasal dari pancreas, dan tripsin mengubah sisa protein ynag belum
sempurna diubah menjadi albuminosa dan pepton. Setelah dalam usus
halus, dimana terdapat enzim pepsin, maka oleh enzim pepsin ini
albuminosa dan pepsin seluruhnya menjadi asam-asam amino yang siap
untuk diserap oleh dinding usus halus.
28
Penyerapan protein yang dimakan setelah mengalami proses
pemcernaan menjadi bentuk asam amino, mempunyai sifat larutbdalam
air, seperti halnya hidrat arang, asam amino yang mudah larut didalam air
ini juga dapat diserap secara pasif dan langsung memasuki pembuluh
darah.
Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral – mineral tersebut
hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya.
Umumnya mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus
secara difusi pasif maupun transportasi aktif.
Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa
penyerapan vitamin dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi system
transportasi aktif sangat penting untuk memastikan pemasukan yang
cukup.
Air merupakan zat makanan yang paling mendasar, tubuh manusia
terdiri kira-kira 50% - 70% air. Pemasukan air secara teratur sangat
penting untuk bertahan hidup dibandingkan pemenuhan nutrisi yang lain.
(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)
b. Keseimbangan energi
Energy merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktifitas,
yang dapat diukur dengan melalui pembentukan panas. Energy pada
manusia dapat diperoleh dari berbagai masukan zat gizi diantaranya
29
protein, karbohidrat, lemak maupun bahan makanan yang disimpan dalam
tubuh. Dalam tubuh seseorang memerlukan keseimbangan energy untuk
melakukan sebuah aktifitas, keseimbangan tersebut dapat dihitung
melalui kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, dapat dengan cara
kebutuhan kalori dasar/basal dan tingkat aktifitas
Kemudian dilihat dari tingkat aktifitas, maka rumusnya seperti dalam
tabel berikut :
Tingkat aktivitas Kebutuhan kaloriTetap KKB X 3
Sedang KKB X 5Berat KKB X 10
(A .Aziz dan Musrifatul, 2012)
c. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori adalah hal yang penting karena kalori diperlukan
dalam pengelolaan nutrisi, maka dari itu jumlah makanan yang diberikan
kepada anak hendaknya selalu dihitung dalam bentuk kebutuhan kalori.
Kebutuhan kalori diperlukan dalam pengelolaan nutrisi. Kebutuhan kalori
dapat dihitung dengan rumus:
Berat Badan Ideal X 10 : KKB (Kebutuhan Kalori Basal)
KKB (kkal/hari) = 40 X (TB-100)
Table 2.1 Tingkat aktivitas
Tingkat aktivitasSumber : Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia tahun 2012
30
Pemberian tunjangan nutrisi yang tepat pada anak didasarkan pada
banyaknya kebutuhan kalori dan protein tubuh yang dihitung berdasarkan
berat badan (BB) ideal menurut panjang/tinggi badan (PB/TB) dikali
AKG protein/kalori sesuai usia kemudian dibagi dengan BB saat ini.
Berikut adalah rumus perhitungannya :
Umur 1 minggu-10 bulan
Umur 11-36 bulan Umur 3-16 tahun
BB(kg)
Laki/perempu
an
BB(kg)
Laki-laki
Perempuan
BB(kg)
Laki-laki
Perempuan
3,54,04,55,05,56,06,57,07,58,08,59,09,510,010,511,0
8,49,510,511,612,713,814,916,017,118,219,320,421,422,523,624,7
9,09,5
10,010,511,011,512,012,513,013,514,014,515,015,516,016,5
22,022,823,624,425,226,026,827,628,429,230,030,831,632,433,234,0
21,222,022,823,624,425,226,026,927,728,529,330,130,931,732,633,4
15202530354045505660657075
35,839,743,647,551,355,259,163,066,970,874,778,682,5
33,337,441,545,549,653,757,861,966,070,074,078,182,2
Tabel 2.2 : KKB pada bayi dan anak.
Kebutuhan kalori :
AKG (sesuai umur) X BB/PB idealBB saat ini
Kebutuhan protein :
AKG (sesuai umur) X BB/PB idealBB saat ini
KKB pada bayi dan anakSumber : buku Diet Anak Sakit Gizi Klinik ed. 2
tahun 2014
31
UmurKalori
Kkal/Kg Protein/g
0 – 6 bulan6 – 12 bulan1 – 3 tahun4 – 6 tahun
10898
10290
13141624
(A .Aziz dan Musrifatul, 2012)
d. Basal metabolisme
Basal metabolisme merupakan energy yang dibutuhkan seseorang
dalam keadaan istirahat dan nilainya disebut dengan BMR (Basal
Metabolisme Rate). Setiap orang nilai basal metabolismenya berbeda,
dapat dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya : usia, kehamilan,
malnutrisi, komposisi tubuh, jenis kelamin, hormonal dan suhu badan.
Metabolisme basal dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh, yakni
kira-kira sesuai dengan 1500 kkal/24 jam untuk tiap m2 luas permukaan
tubuh, atau lebih kurang 55 kkal/kg BB/hari. Setiap kenaikan suhu tubuh
1o C menyebabkan kenaikan metabolisme basal 10%. Angka metabolisme
basal (basal metabolic rate, BMR) dapat dihitung dengan rumus :
(Suandi , 2014)
e. Jenis metabolisme
Metabolism terdiri atas, metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Metabolism karbohidrat, yang berbentuk monosaccharide dan
BMR (kkal/m2/Jam) = 55- umur (Tahun)
Tabel 2.3: Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Angka Kecukupan Gizi (AKG)Sumber : buku Diet Anak Sakit Gizi Klinik ed. 2 tahun 2014
32
disaccharide diserap melalui mukosa usus, namun yang kita dapati setelah
proses penyerapan (di dalam pembuluh darah) semua berbentuk
monosaccharide.
Monosaccharida (fluktosa, galaktosa serta glucose) yang masuk
bersama – sama darah dibawa hati. Di hati ketiga monosaccharide ini di
ubah menjadi glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah ke otot
untuk dibakar, membentuk glycogen melalui proses glyconeogenesis.
Metabolism lemak diawali dengan prosesnya yaitu lemak diserap di
dalam bentuk glycerol asam lemak, glycerol larut dalam air, maka dapat
diserap secara pasif langsung memasuki pembuluh darah dan dibawa ke
hati, glycerol dengan melewati beberapa proses kimiawi diubah menjadi
glycogen, selanjutnya mengikuti metabolism hidrat arang sampai
menghasilkan tenaga. Jadi glycerol diubah menjadi tenaga melewati
proses yang dilakukan karbohidrat.
Asam lemak yang telah membentuk emulsi setelah melewati
dinding usus halus memasuki pembuluh limpa. Bersama-sama dengan
getah bening emulsi lemak dibawa ke dalam darah. Pertemuan pembuluh
getah bening dengan pembuluh darah terjadi pada vena porta.
Bersama-sama dengan darah sebagai emulsi asam lemak dibawa ke
hati dan dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke
dalam pembuluh darah. Metabolisme lemak menghasilkan tenaga
33
berbentuk ATP dengan sisanya hydrogen dioksida dan karbondioksida.,
lemak yang dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut kolesterol.
Metabolisme protein, pada umumnya protein diserap di dalam asam
amino bersama – sama dengan darah dibawa ke hati dibersihkan dari
toxin. Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat
dinamik, selalu diperbaharui yang masuk tidak sebanding dengan jumlah
asam amino yang diperlukan oleh tubuh untuk menutupi kekurangan
amino yang dipakai oleh tubuh.
(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)
2. Factor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
a. Pengetahuan
b. Prasangka, anggapan atau persepsi terhadap jenis dan bahan makanan
c. Kebiasaan
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan juga
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak cukup
zat gizi yang diperlukan
e. Ekonomi, sangat berkaitan dengan kebutuhan penyediaan bahan makanan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) merupakan suatu
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak puasa atau beresiko
penurunan berat badan yang berkaitan dengan ketidakcukupan masukan atau
A . Aziz dan Musrifatul, 2012)
34
nutrisi untuk kebutuhan metabolism, dengan tanda klinik sebagai berikut :
berat badan 10-20% dibawah normal, tinggi badan dibawah secara ideal,
lingkar kulit trisep dan lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar, adanya
kelemahan dan nyeri tekan pada otot, terjadi penurunan albumin serum, dan
terjadi penurunan transferin.
Ketidakseimbangan nutrisi (lebih dari kebutuhan) merupakan suatu
keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko dalam peningkatan
berat badan yang berhubungan dengan masukan yang berlebih dari kebutuhan
metabolism, dengan tanda klinik sebagai berikut : kelebihan berat badan lebih
dari 10% berat ideal, obesitas (lebih dari 20% berat ideal), lipatan kulit trisep
lebih dari 15 mm pada pria dan wanita 25 mm, adanya jumlah asupan yang
berlebihan, aktivitas menurun atau monoton.
(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)
4. Penatalaksanaan
a. Pemberian nutrisi melalui oral
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara
membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), dengan tujuan
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera untuk
makan pasien.
35
b. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu
menelan makanan dengan cara member makan melalui pipa lambung atau
pipa penduga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
c. Pemberian nutrisi parenteral
Pemberian nutrisi parenteral merupakan pemberian nutrisi melalui
parenteral (infuse) yang di masukan kedalam tubuh melalui darah vena
baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi
parenteral parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada
pasien yang tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik, dengan
tujuan menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian
kebutuhan nutrisi harian.
Metode pemberian ada parenteral parsial, total dan melalui jalur
intravena. Nutrisi parenteral parsial melalui intravena yang digunakan
memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien karena pasien masih
dapat menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan
dalam bentuk dextrose atau cairan asam amino.
Nutrisi parenteral total melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi
sepenuhnya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan
pasien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat di gunakan adalah cairan
yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 100, cairan yang
36
mengandung asam amino seperti Pan Amin G, cairan yang mengandung
lemak seperta intra lipid. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui
vena sentral untuk jangka waktu lama dan melalui perifer.
(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)
C. Asuhan keperawatan Typhoid dengan focus studi Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epitaksis,
penurunan kesadaran.
1) Data biografi
Data biografi meliputi : nama, alamat, umur, tanggal Masuk
rumah sakit, diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang
dapat dihubungi.
2) Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran: apatis
sampai somnolen, dan gangguan saluran pencernaan seperti perut
kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau,
konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
37
3) Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama
pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan
yang dapat muncul.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sudah pernah sakit dan dirawat dengan
penyakit yang sama
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga klien yang sakit seperti klien
6) Riwayat kesehatan lingkungan
Demam typhoid ditemukan di Negara sedang berkembang
dengan kepadatan penduduk tinggi serta rendahnya tingkat
kesehatan. Keadaan cuaca terutama pada musim hujan sangat
berpengaruh terhadap banyaknya kasus typhoid yang terjadi.
Sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada
musim panas banyak di temukanya kasus typhoid.
7) Riwayat imunisasi
Pada typhoid congenital dapat lahir hidup sampai beberapa
hari dengan gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorum.
8) Riwayat psikososial
a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien(cemas/sedih)
b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain
38
9) Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi metabolisme
Bisanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi
gangguan pada usus halus.
b) Pola istirahat tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena
pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang
diare.
(Swann dan England, 2013)
b. Pemeriksaan fisik
1) System kardiovaskuler
Takikardi, hipotensi, dan syok jika perdarahan, infeksi sekunder
atau septicemia
2) System pernapasan
Batuk nonproduktif, sesak napas.
3) System pencernaan
Umumnya konstipasi daripada diare, perut tegang, pembesaran
limpa, dan hati, nyeri perut perabaan, bising usus melemah atau
hilang, muntah, lidah typhoid dengan ujung dan tepi kemerahan
dan tremor, mulut bau, bibir kering, dan pecah-pecah.
4) System genitourinarius
Distensi kandung kemih, retensi urine.
39
5) System saraf
Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun, kejang.
6) System lokomotor / musculoskeletal
Nyeri sendi.
7) System endokrin
Tidak ada kelainan
8) System integument
Rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada
dan perut, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering.
9) System pendengaran
Tuli ringan atau otitis media.
(Dewi dan Meira, 2016)
c. Pemeriksaan diagnostic dan hasil
1) Jumlah leukosit normal/leucopenia/leukositosis
2) Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT, dan fosfat alkali
meningkat.
3) Minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif, dalam
minggu berikutnya menurun.
4) Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
5) Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang
memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutini O dan H
40
meningkat sejak minggu ke dua. Titer reaksi widal di atas 1: 200
menyokong diagnosis.
(Dewi dan Meira, 2016)
2. Diagnosa keperawatan
Penegakan fokus diagnosa keperawatan mengacu pada NANDA :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Definisi :
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menerima makanan atau menyerap nutrien : hilang
nafsu makan, mual dan muntah
Batasan karateristik :
1) Berat badan kurang dari 20 % atau lebih di bawah berat badan
ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh.
2) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat.
3) Pembuluh kapiler rapuh
4) Diare atau steatore
5) (Adanya bukti ) kekurangan makanan
6) Bising usus hiperaktif
7) Kurang informasi, informasi yang salah
8) Kurangnya minat terhadap makanan
41
9) Membran mukosa pucat
10) Tonus otot buruk
11) Rongga mulut terluka
12) Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah
Faktor yang berhubungan :
1) Factor biologis
2) Factor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan makan
5) Ketidakmampuan mencerna makanan
6) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
7) Kurang asupan makanan
b. Kekurangan volume cairan (00027)
Definisi :
Kekurangan volume cairan merupakan penurunan cairan
intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
Batasan karateristik :
1) Haus
2) Kelemahan
3) Membran mukosa kering
4) Peningkatan frekuensi nadi
42
5) Peningkatan hematrokit
6) Peningkatan konsentrasi urine
7) Penurunan berat badan tiba-tiba
8) Penurunan pengisian vena
9) Penurunan tekanan darah
10) Penurunan turgor lidah
11) Penurunan volume nadi
12) Penurunan turgor kulit
13) Perubahan status mental
Faktor yang berhubungan :
1) Kegagalan mekanisme regulasi
2) Kehilangan cairan aktif
c. Hipertermi (00007)
Definisi :
Suhu inti tubuh di atas kisaran normal karena kegagalan
termoregulasi.
Batasan karakteristik :
1) Apnea
2) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
3) Gelisah
4) Hipotensi
5) Kejang
43
6) Koma
7) Kulit kemerahan
8) Kulit terasa hangat
9) Letargi
10) Postur abnormal
11) Stupor
12) Takikardia
13) Takipnea
Faktor yang berhubungan :
1) Ages farmaseutikal
2) Aktivitas berlebihan
3) Dehidrasi
4) Iskemia
5) Pakaian yang tidak sesuai
6) Peningkatan laju metabolisme
7) Penurunan perspirasi
8) Penyakit
9) Sepsis
10) Suhu lingkungan tinggi
11) Trauma
44
d. Nyeri akut (00132)
Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba –
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan karakteristik :
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekwensi jantung
4) Perubahan frekwensi pernafasan
5) Laporan isyarat
6) Diaforesis
7) Perilaku distraksi (mis, berjalan mondar-mandir mencari orang
lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8) Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)
9) Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)
10) Sikap melindungi area nyeri
11) Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses fikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
45
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14) Dilatasi pupil
15) Melaporkan nyeri secara verbal
16) Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan
1) Agens cedera biologis
2) Agens cedera biologis fisik
3) Agens cedera biologis kimiawi
e. Intoleransi aktivitas (00092)
Definisi :
ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan ativitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.
Batasan karakteristik :
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan
3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
4) Perubahan elektrokardiogram (EKG)
5) Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
6) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
46
Faktor yang berhubungan :
1) Gaya hidup kurang gerak
2) Imobilitas
3) Tirah baring
4) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. (00002)
1) Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang
dimiliki klien. (Manajemen nutrisi - 1100)
2) Monitor TD, nadi, suhu dan status pernafasan dengan tepat.
(Monitor tanda-tanda vital – 6680)
3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta
tingkatkan porsi secara bertahap. (Manajemen diare – 0460)
4) Berikan arahan (informasi) bila diperlukan. (Manajemen nutrisi
– 1100)
5) Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep
dan/atau protokol (Manajemen obat – 2380)
6) Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan
energi dari makanan. (Manajemen energi – 0180)
(Nanda Internasional, 2015)
47
b. Kekurangan volume cairan (00027)
1) Monitor status hidrasi (misalnya, membrane mukosa lembab ,
denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik). (Manajemen
Cairan - 4120)
2) Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien.
(Manajemen Cairan - 4120)
3) Dukung asupan cairan oral (misalnya., berikan cairan lebih dari
24 jam dan berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada
kontraindikasi. (Manajemen Hipovolemi – 4180)
4) Berikan terapi IV seperti yang ditentukan. (Manajemen Cairan -
4120)
5) Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik. (Manajemen Cairan - 4120)
c. Hipertermia (00007)
1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya. (Perawatan Demam -
3740)
2) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat. (Pengaturan Suhu –
3900)
3) Lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam. (Perawatan
Demam - 3740)
4) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada
fase demam (yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin;
48
menyediakan pakaian atau linen tempat tidur ringan untuk demam
dan fase bergejolak/flush). (Perawatan Demam - 3740)
5) Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermi. (Pengaturan Suhu – 3900)
6) Beri obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri,
dan agen anti menggigil). (Perawatan Demam - 3740)
d. Nyeri akut (00132)
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset, frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor
pencetus. (Manajemen nyeri – 1400)
2) Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi. (Manajemen nyeri
– 1400)
3) Kurangi atau eliminasi faktor yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri. (Manajemen nyeri – 1400)
4) Motivasi klien untuk istirahat atau tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri. (Manajemen nyeri – 1400)
5) Beri informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur. (Manajemen nyeri – 1400)
6) Kolaborasi pemberian terapi analgetik. (Manajemen nyeri – 1400)
49
e. Intoleransi aktivitas (00092)
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan perkembangan. (Manajemen energi –
0180)
2) Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai
kebutuhan (ambulasi, bepindah, bergerak dan perawatan diri).
(Manajemen energi – 0180)
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan memperoleh sumber-
sumber yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang diinginkan.
(Terapi aktivitas – 4310)
4) Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas,
dengan cara yang tepat. (Terapi aktivitas – 4310)
5) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan
asupan energi dari makanan. (Manajemen energi – 0180)
4. Kriteria Hasil ( Outcome )
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. (00002)
1) Kehilangan berat badan tidak ada (Keparahan mual muntah –
2107)
2) Pertumbuhan (anak – anak) tidak menyimpang dari rentang
normal. (Status energi : energi – 1007)
(Gloria M, dkk, 2015)
50
3) Asupan gizi tidak menyimpang dari rentang normal (Status nutrisi
– 1004)
4) Frekuensi dan intensitas mual muntah tidak ada (Keparahan mual
muntah – 2107)
5) Pengetahuan sangat banyak mengenai makanan sesuai pedoman
gizi (Pengetahuan : diet yang sehat - 1854)
b. Kekurangan volume cairan (00027)
1) Intake dan output dalam 24 jam seimbangan. (keseimbangan
cairan - 0601)
2) Turgor Kulit normal. (keseimbangan cairan - 0601)
3) Kelembaban membran mukosa normal. (keseimbangan cairan -
0601)
4) Intake cairan tidak terganggu. (Hidrasi – 0602)
5) Fungsi kognisi tidak terganggu. (Hidrasi - 0602)
c. Hipertermi (00007)
1) Melaporkan kenyamanan suhu. (Termoregulasi – 0800)
2) Tidak terjadi hipertermia. (Termoregulasi – 0800)
3) Tidak ada perubahan warna kulit. (Termoregulasi – 0800)
4) Tingkat pernapasan normal. (Termoregulasi – 0800)
5) Tidak terjadi dehidrasi. (Termoregulasi – 0800)
51
d. Nyeri akut (00132)
1) Melaporkan nyeri yang terkontrol. (Kontrol nyeri – 1605)
2) Menggunakan teknik nonfarmakologi. (Kontrol nyeri – 1605)
3) Mengerang & menangis tidak ada. (Tingkat nyeri – 2102)
4) Ekspresi nyeri wajah tidak ada. (Tingkat nyeri – 2102)
5) TTV normal. (Tingkat nyeri – 2102)
e. Intoleransi aktivitas (00092)
1) Kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian (ADL).
(Toleransi terhadap aktivitas – 0005)
2) Daya tahan otot tidak terganggu. (Daya tahan – 0001)
3) Aktivitas fisik tidak terganggu. (Daya tahan – 0001)
4) Hemoglobin tidak terganggu. (Daya tahan – 0001)
5) Tidak ada kelelahan yang berlebih. (Daya tahan – 0001)
(Sue M dkk, 2016)
52
D. Tumbuh kembang anak
Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran
besar, jumlah , ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
Sedangkan perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan
(skill / keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembangan
anak yaitu faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan.
1. Faktor Herediter
Faktor yang tidak dapat diubah ataupun dimodifikasi. Melalui genetik yang
terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu hormon somatotropin yaitu
hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada
masa pertumbuhan. Berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan
Gigantisme. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan tulang,
kekurangan hormone ini akan menyebabakan kretinesme. Hormone
gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan seks laki-
53
laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan estrogen merangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur, jika
kekurangan hormon tersebut akan menghambat perkembangan seks.
b. Lingkungan Eksternal
Dalam lingkungan eksternal banyak yang mempengaruhinya yaitu
diantaranya kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga, status nutrisi,
olahrag, dan posisi anak dalam keluarga.
3. Fakor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang memadai di sekitar lingkungan dapat memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga apabila terdapat sesuatu yang
memicu keterlambatan dalam pertumbuhan maupun perkembangan anak dapat
segera ditangani dan diberi solusi untuk mencegahnya. (Ridha, 2014)
Tumbuh Kembang Infant/bayi, umur 0-12 bulan (Ridha, 2014)
Tabel 2.4 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak
Umur Fisik Motorik Sensoris Soialisasi
1bulan
Berat badanakan meningkat150-200 gr/mg,tinggi badanmeningkat 2,5cm/bulan,lingkar kepalameningkat 1,5cm/ bulan.Besarnya
Bayi akanberusaha mulaimengangkatkepala dengandibantu olehorang tua, tubuhditengkurapkan,kepala menolehke kiri ataupunke kanan, reflek
Mata mengikutisinar ke tengah
Bayi sudahmulaitersenyumpada orangyang adadisekitarnya.
54
kenaikan sepertiini akanberlangsungsampai bayiumur 6 bulan
menghisap,menelan,menggengamsudah mulaipositif.
2-3bulan
Fontanelposterior sudahmenutup
Mengangkatkepala, dada danberusaha untukmenahannyasendiri dengantangan,memasukkantangan ke mulut,mulai berusahauntuk meraihbenda-bendamenarik yangadadisekitarnya,bisa didudukkandengan posisipunggungdisokong, mulaiasik bermain-main sendiridengan tangandan jarinya.
Sudah bisamengikuti arahsinar ke tepi,koordinasikeatas dankebawah, mulaimendengarkansuara yangdidengarnya.
Mulai tertawapadaseseorang,senang jikatertawa keras,menangissudah mulaiberkurang.
4-5bulan
Berat badanmenjadi dua kalidari berat badanlahir, ngeceskarena tidakadanyakoordinasimenelan saliva
Jika didudukankepala sudahbisa seimbangdan punggungsudah mulaikuat, bila ditengkurapkansudah bisa mulaimiring dankapala sudahbisa tegak lurus,reflek primitivesudah mulaimenghilang,
Sudah bisamengenal orang-orang yangsering beradadidekatnya,akomodasi matapositif.
Senang jikaberinteraksidengan oranglain walaupunbelum pernahdilihatnya/dikenalnya, sudahbisamengeluarkansuara pertandatidak senangbilamainan/bendamiiknya
Tabel 2.4 ( Lanjutan )
55
berusaha meraihbenda sekitardengantangannya.
diambil olehorang lain.
6-7bulan
Berat badanmeningkat 90-150gram/minggu,tinggi badanmeningkat 1,25cm/bulan,lingkar kepalameningkat 0,5cm/bulan,besarnyakenaikan sepertiini akanberlangsungsampai bayiberusia 12 bulan(6 bulan kedua),gigi sudah mulaitumbuh.
Bayi sudah bisamembalikkanbadan sendiri,memindahkananggota badandari tanagn yangsatu ke tanganyang lain,mengambilmainan dengantangannya,senangmemasukkankaki ke mulut,sudah bisamemasukkansendiri kemulutnya.
Sudah dapatmembedakanorang yangdikenalnyadengan yangtidakdikenalnya,jika bersamadengan orangyang belumdikenalnyabayi akanmerasa cemas(stanggeranxiety),sudah dapatmenyebut ataumengeluarkansuaraemm..emm..em.., bayibiasanya cepatmenangis jikaterdapat hal-hal yang tidakdisenanginyatetapi akanjuga cepattertawa lagi.
8-9bulan
Sudah bisaduduk dengansendirinya,koordinasitangan kemulutsangat sering,bai mulaitengkurapsendiri danmulai belajaruntuk
Bayi tertarikdengan benda-benda kecilyang ada disekitarnya
Bayimengalamistrangeranxiety/merasacemasterhadap hal-hal yangbelumdikenalnya(orang asing)sehingga dia
Tabel 2.4 ( Lanjutan )
56
merangkak,sudah bisamengambilbenda denganmenggunakanjari-jarinya.
akan menangisdanmendorongserta meronta-ronta,merangkul/memeluk orangyangdicintainya,jika dimarahidia sudah bisamemberikanreaksimenangis dantidak senang,mulaimengulangkata-kata“dada..dada”tetapi belumpunya arti
10-12bulan
Berat badan tigakali berat badansaat lahir, gigibagian atas danbawah sudahtumbuh
Sudah mulaibelajar berdiritetapi tidakbertahan lama,belajar berjalandengan bantuan,sudah bisaberdiri danduduk sendiri,mulai belajarakan denganmenggunakansendok, mulaisenangmoncoret-coretkertas.
Visual aculty20-50 positif,sudah dapatmembedakanbentuk
Emosi positif,cemburu,marah, lebihsenang padalingkunganyang sudahdiketahuinya,merasa takutpada situasiyang asing,mulai mengertiakan perintahsederhana,sudahmengertinamnyasendiri, sudahdapat,menyebut abi,ummi.
Tabel 2.4 ( Lanjutan )
57
Tumbuh Kembang Toddler (Batita), umur 1-3 tahun (Ridha, 2014)
Tabel 2.5 Tumbuh Kembang Toddler (Batita)
Umur Motorik kasar Motorik halus
15bulan
Sudah bisa berjalan sendiritanpa bantuan orang lain
Sudah bisa memegangi cangkir,memasukkan jari ke lubang, membukakotak, melempar benda.
18bulan
Mulai berlari tetapi masihsering jatuh, menarik-narikmainan, mulai senang naiktangga tetapi masih denganbantuan
Sudah bisa makan menggunakansendok, bisa membuka halaman buku,belajar menyusun balok-balok
24bulan
Berlari sudah baik, dapat naiktangga sendiri dengan keduakaki tiap tahap
Sudah bisa membuka pintu, membukakunci, menggunting sederhana, minumdengan menggunakan gelas ataucangkir, sudah dapat menggunakansendok dengan baik
36bulan
Sudah bisa naik turun tanggatanpa bantuan, memakai bajudengan bantuan, mulai bisanaik sepeda beroda tiga
Bisa menggambar lingkaran, mencucitangannya sendiri, menggosok gigi.
Tumbuh Kembang Pra Sekolah (Ridha, 2014)
Tabel 2.6 Tumbuh Kembang Pra Sekolah
Usia Motori kasar Motorik halus Sosialemosional
Pertumbuhan fisik
4tahun
Berjalan berjinjit,melompat, melompatdengan satu kaki,menangkap bola danmelemparkannya dariatas kepala.
Sudah bisamenggunakangunting denganlancar, sudah bisamenggambarkotak,menggambar
58
garis verticalmaupunhorizontal, belajarmembuka danmemasangkancing baju.
5
Tahun
Berjalan mundur sambilberjinjit, sudah dapatmenangkap danmelempar bola denganbaik, sudah dapatmelompat dengan kakisecara bergantian.
Menulis denganangka-angka,menulis denganhuruf, menulisdengan kata-kata,belajar menulisnama, belajarmengikat taisepatu.
Bermainsendirimulaiberkurang,seringberkumpuldengantemansebaya,interaksisosialselamabermainmeningkat,sudah siapuntukmenggunakan alat-alatbermain.
Beratbadanmeningkat 2,5kg/tahun,tinggibadanmeningkat 6,75-7,5cm/tahun.
Tumbuh Kembang Usia Sekolah (Ridha, 2014)
Tabel 2.7 Tumbuh Kembang Usia Sekolah
Motorik Sosial emosional Pertumbuhanfisik
Lebih mampumenggunakan otot-ototkasar adri pada otot halus.Misalnya loncat tali,badminton, bola volley,pada mkhir masa sekolahmotoric halus berkurang,anak laki-laki lebih aktifdaripada anak perempuan
Mencari lingkungan yang lebihluas sehingga cenderung seringpergi dari rumah hanya untukbermain dengan teman, saat inisekolah sangat berperan untukmembentuk pribadi anak,disekolah anak harus berinteraksidengan orang lain sekeluarganya,sehingga peranan guru sangatlahbesar.
Berat badanmeingka 2-3kg/tahun,tinggi badanmeningkat 6-7cm/tahun
Tabel 2.6 (Lanjutan )
59
Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent) (Ridha, 2014)
Tabel 2.8 Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent)
Pertumbuhan Fisik Sosial Emosional
Merupakan tahap pertumbuhanyang sangat pesat, tinggi badan25%, berat badan 50%, semuasystem tubuh berubah dan yangpaling banyak perubahan adalahsystem endokrin, bagian-bagiantubuh tertentu memanjang misalnyatanagn, kaki, proporsi tubuhmemanjang.
Kemapuan akan sosialisasi meningkat,relasi dengan teman wanita/pria akan tetapilebih penting denagn teman yang sejenis,penampilan fisik remaja sangat pentingkarena mereka supaya ditrima oleh kawandan disamping itu pula persepsi terhadapbadannya akan mempengaruhi konsepdirinya, peranan orang tua atau keluargasudah tidak begitu penting tetapi sudahmulai beralih pada teman sebaya.
60
BAB III
METODE PENULISAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode
deskriptif, dengan pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan proses
keperawatan dengan fokus pada salah satu masalah penting dalam kasus yang
dipilih yaitu asuhan keperawatan pada klien typhoid dengan fokus studi
pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam pengambilan kasus ini adalah yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Pasien anak dengan typhoid yang dirawat di RST dr. Soedjono Magelang
bangsal Flamboyan
2. Bersedia menjadi responden
3. Pasien berusia 1 bulan -18 tahun
Jumlah kasus kelolaan pada karya tulis ilmiah (KTI) ini adalah dua
anak yang memiliki kasus sama yaitu typhoid dengan fokus studi pengelolaan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RST dr. Soedjono
Magelang.
61
C. Fokus Studi
Fokus studi pada studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
di RST dr. Soedjono Magelang.
D. Definisi Operasional
Asuhan keperawatan : pelaksanaan pengkajian, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi pada klien yang mengalami typhoid dengan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
E. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Bangsal Flamboyan RST Dr.Soedjono Magelang
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober sampai 30 Maret.
F. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan
wawancara, observasi partisipatif dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Melakukan wawancara atau anamnesa secara langsung dengan
klien tentang keluhan dan penyakitnya meliputi menanyakan identitas,
keluhan, riwayat kesehatan, riwayat tumbuh kembang dan imunisasi,
pengetahuan mengenai penyakit, dan segala informasi mengenai kondisi
kesehatan anak kepada keluarga dan pasien. Kemudian melakukan diskusi
dengan tim medis berhubungan dengan penanganan klien typhoid dengan
62
fokus studi pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh di RST dr. Soedjono Magelang
2. Observasi langsung dan pemeriksaan fisik
Melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis klien dan
mencatat hasil tindakan asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang diberikan pada klien typhoid dengan
fokus studi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan keadaan fisik klien dengan teknik IPPA
(inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi). Selain itu penulis ikut terlibat
dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak typhoid dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh baik tindakan
farmakologi dan nonfarmakologi serta menilai menilai respon pasien
terhadap tindakan dan mencatat hasil tindakan yang diberikan.
4. Studi dokumentasi
Menggunakan berbagai sumber catatan medis serta hasil
pemeriksaan penunjang yang relevan dengan masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada klien typhoid
seperti pemeriksaan darah lengkap. Lab dan uji widal untuk mengetahui
ada tidaknya bakteri Salmonella thypi .
5. Instrumen Penlitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada studi kasus ini adalah instrumen pengkajian
63
yang meliputi biodata, riwayat kesehatan, serta pengkajian fokus pada
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kemudian alat
tulis, alat kesehatan (termometer, timbangan, midline)
G. Cara Pengolahan Data
Penelititian ini pengolahan data secara naratif yaitu bersumber dari
fokus studi dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
H. Analisis dan Penyajian Data
Pengolahan data dimulai dengan mengemukakan fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori lalu di masukkan dalam pembahasan. Teknik
analisis dalam studi kasus ini dilakukan secara deskriptif yang akan disajikan
secara narasi yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah mengacu pada
pengkajian dan pola fungsional gordon, sehingga mempermudah dalam hal
menentukan prioritas masalah sesuai dengan keluhan klien. Lalu menentukan
diagnosa keperawatan dan menyusun rencana keperawatan untuk mengatasi
masalah. Kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan respon
klien dan mengevaluasi keadaan klien sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan melalui ungkapan verbal dari subjek penelitian yang merupakan
pendukung data.
Analisis data yang dilakukan adalah untuk menilai kesenjangan antara
teori dan respon serta pelaksanaan pada klien typhoid dengan fokus studi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang telah dipilih
menjadi objek penelitian.
64
I. Etika Penulisan
Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Dalam
penelitian ini mencakup beberapa hal mengenai etika yang ditekankan, yaitu
sebagai berikut :
1. Anonimity (tanpa nama)
Dalam studi kasus ini penulis menggunakan nama inisial klien untuk
menjaga keamanan dan keselamatan klien.
2. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Bentuk persetujuan untuk menjadi klien dilakukan secara tertulis
sehingga tidak ada dorongan atau paksaan dari orang lain.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Data klien digunakan hanya sebagai studi kasus dalam pengelolaan
klien typhoid. Kerahasiaan informal respon dan dijamin oleh peneliti dan
hanya data-data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang ringkasan hasil dan pembahasan tentang
asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
An. A dan An. M dengan Typhoid di Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono
Magelang pada tanggal 8 sampai dengan 13 Januari 2018.
A. Hasil Laporan Kasus
Hasil laporan kasus tentang asuhan keperawatan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. A dan An. M dengan Typhoid di
Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang
1. Asuhan Keperawatan Anak Typhoid dengan fokus studi
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada An. A di
Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang
a. Biodata Klien (biographic information)
Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 8 Januari 2018
pukul 14.00 WIB yaitu hari ketiga setelah pasien dirawat, di ruang
Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dengan hasil data sebagai
berikut, nama An. A usia 5 tahun 2 bulan, jenis kelamin perempuan,
beragama Islam, alamat Wates Prontaan, Wates, Magelang Utara,
Kota Magelang, nomor register 161XXX dengan diagnosa medis
Typhoid.
66
Penanggung jawab klien adalah Ibu kandung klien bernama Ny.
U, umur 39 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan
Ibu rumah tangga, alamat Wates Prontaan, Wates, Magelang Utara,
Kota Magelang
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit klien didapatkan bahwa klien belum pernah
di rawat di rumah sakit sebelumnya ataupun dengan penyakit yang
sama sebelumnya. Keluhan utama klien mual dan muntah ketika
makan, muntah sudah 2 kali disertai tidak nafsu makan. Ibu klien
mengatakan klien mulai mengalami sakit pada 1 minggu yang lalu,
kemudian keluarga membawa klien ke IGD RST dr.Soedjono
Magelang pada hari sabtu 6 Januari 2018 . Di IGD klien dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan mendapatkan terapi. Hasil dari
pemeriksaan laboratorium menunjukkan An. A mengalami Typhoid
dengan hasil Serologi tes Widal : Paratyphi AO (+)1/160, Paratyphi
CO (+)1/160 dan Typhi H (+)1/320 kemudian dokter memberikan
terapi infus D5 ½ NS 15 tetes per menit, Injeksi Cefotaxim 3 x 1/3
gram, injeksi anitid 2 x 6,25 mg, syrup Lapifed 3 x 2 ml dan syrup
Ottopan 3 x 5 ml. Setelah mendapatkan terapi An.A di pindahkan ke
ruang Flamboyan (Bangsal Perawatan Anak).
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan data bahwa
dalam keluarga An. A tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
sama (Typhoid) dan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
67
penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, penyakit Jantung, TBC,
Hepatitis dan HIV.
Riwayat tumbuh kembang klien didapatkan data berat badan
klien sekarang 12 kg, tinggi badan 100 cm, Lingkar lengan 14 cm,
Lingkar dada 50 cm dan lingkar kepala 40 cm . Ibu klien mengatakan
bahwa An. A sudah mampu merangkak pada usia 6 bulan dan mampu
berjalan sejak usia 12 bulan. Pada usia kurang lebih 10 bulan An. A
sudah mulai dapat berbicara satu kata (bu,pa dll). Sekarang An. A
sudah duduk di TK, dan mampu berinteraksi secara aktif dengan
teman dan keluarga.
Riwayat pola asuh, klien merupakan anak ke-1 dari 2
bersaudara dimana dalam mengasuh orang tua tidak pernah
membeda-bedakan kasih sayang yang diberikan. Menurut orang tua
klien merupakan tipe anak yang aktif dan bersemangat. Klien lebih
banyak diasuh oleh Ibunya sementara ayahnya bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Riwayat imunisasi didapatkan data bahwa klien sudah
mendapatkan imunisasi lengkap yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, dan
Hepatitis B.
c. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik klien diperoleh data, keadaan umum
pasien tampak lemah, suhu 37,40C, nadi 96 x/menit, pernafasan 26
x/menit.
68
Bentuk kepala klien mesosephal, tidak ada lesi dan benjolan,
rambut bersih, warna hitam lurus, tidak mudah rontok dan tidak ada
ketombe. Pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil berbentuk bulat, diameter 2 mm dan reflek
cahaya pupil mengecil, pandangan tidak kabur. Pemeriksaan hidung
ditemukan hidung simetris, tidak terdapat sekret, tak ada polip, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung. Pemeriksaan mulut klien, mukosa
bibir pucat dan kering, mulut bersih, tidak ada pembengkakan gusi,
tidak terdapat stomatitis, lidah kotor dan putih dibagian tengah serta
kemerahan di bagian ujung dan pinggir. Telinga terlihat bersih,
simetris, tak ada serumen, tidak ada tanda peradangan di telinga atau
mastoid, fungsi pendengaran baik. Leher klien tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi.
Pemeriksaan dada pada jantung, saat inspeksi tidak tampak
retraksi dinding dada, perkusi suara jantung terdengar pekak dan
auskultasi terdengar bunyi jantung reguler I- II dan tidak ada suara
jantung tambahan. Pemeriksaan dada pada paru, inspeksi, tidak
terlihat ada retraksi dada, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi
simetris. Palpasi, tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus sama antara
bagian kanan dan kiri. Perkusi, terdengar suara sonor pada semua
lapang paru dan auskultasi terdengar suara vasikuler.
Pemeriksaan abdomen, inspeksi, abdomen simetris, tampak
datar, tidak ada jejas di lapang abdomen, auskultasi terdengar bising
69
usus 9 kali per menit. Palpasi, tidak teraba pembesaran pada hati dan
limpa, tidak ada distensi abdomen, turgor kulit kembali kurang dari 2
detik, tidak ada hematoma pada abdomen, tidak ada nyeri tekan pada
abdomen. Perkusi, terdengar suara tympani.
Pemeriksaan pada genetalia didapatkan hasil genetalia bersih,
klien tidak memiliki keluhan terhadap genetalianya.
Pemeriksaan ekstremitas teraba hangat, tidak ada edema pada
kedua ekstremitas, terpasang infus D5 ½ NS pada tangan kanan, klien
dapat membedakan nyeri, sentuhan, dan temperatur. Nilai kekuatan
otot klien di masing-masing ekstremitas adalah 5.
d. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
Pengkajian kebutuhan dasar manusia menggunakan model
pola fungsional Gordon dimana pada manajemen kesehatan, Ibu An.
A mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit maka biasanya
keluarga akan memeriksakannya ke dokter keluarga karena sudah
terbiasa memeriksakan keluarga atau ke Puskesmas, setelah An.A di
periksakan ke dokter keluarga dan tidak sembuh, keluarga langsung
membawa klien ke rumah sakit.
Pengkajian pola nutrisi metabolik An. A, sebelum sakit An. A
makan 3 kali setiap hari dan menghabiskan 1 porsi makanan. Dimana
1 porsi makanan terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah. Makanan
kesukaan klien adalah sayur soup dan ayam goreng. An. A minum
kurang lebih minum 8 gelas belimbing setiap harinya. Saat sakit, An.
70
A makan 3 kali setiap hari. Klien menghabiskan 5 sendok dari porsi
makanan yang diberikan rumah sakit. Dimana 1 porsi makanan terdiri
dari bubur halus, lauk biasa, sayur rendah serat, dan buah. Klien
terkadang makan makanan yang dibeli sendiri seperti makanan kecil
(bisquit) dan minuman. Asupan cairan An. A diperoleh dari cairan per
oral dan per parenteral. Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya minum
kurang lebih 2 gelas / hari dan mendapatkan infus D5 ½ NS 5 tetes
per menit menjadi tambahan asupan cairan untuk An. A. Untuk
pemeriksaan Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum
sakit 14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg,
tinggi badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil
pemeriksaan darah di dapatkan WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98 M/uL,
PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut
tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering
dan untuk diit yang diberikan yaitu bubur halus.
Pengkajian pola aktivitas klien, sebelum sakit An. A
merupakan siswa TK yang sehari-hari aktivitasnya adalah bersekolah
mulai pukul 07.300- 10.00 WIB dan bermain bersama teman-
temannya. Aktivitas klien saat di rumah yaitu menonton televisi dan
bermain dengan teman-temanya, pada saat sakit An. A tidak dapat
masuk ke sekolah. An. A hanya tidur di tempat tidur dan terpasang
infus sehingga dalam memenuhi kebutuhannya dibantu oleh Ibunya.
71
Pengkajian pola eliminasi, terdapat perubahan dalam pola
BAB dan BAK An.A. Sebelum sakit. An. A BAB 1 kali sehari
dengan warna feces kuning kecoklatan, berbau khas dan konsistensi
lembek, selama dirawat dirumajh sakit klien belum BAB. Ibu An. A
mengatakan sebelum sakit klien BAK 4-5 X/ hari masing-masing
kurang lebih 200 cc, warna kuning jernih dan berbau khas, namun
pada saat sakit An. A BAK 2-4 x per hari dengan warna kuning jernih
dan berbau khas. An. A tidak mengalami nyeri saat BAK.
Pola tidur, pada pengkajian pola tidur klien mengalami
perubahan, saat sakit. An. A biasanya tidur pukul 20.00 - 05.00 WIB
dan jarang tidur siang. Selama sakit An.A kualitas tidurnya terganggu,
lama klien tidur 8-9 jam/hari dan sering terbangun.
Pola hubungan dan peran, klien dapat berinteraksi secara aktif
dengan keluarga, dengan sesama pasien, dengan dokter maupun
perawat.
Pengkajian pola kognitif, persepsi dan sensori, ibu klien
mengatakan anaknya tidak memiliki gangguan panca indera,
kemampuan klien terhadap rangsang baik dan klien tidak mengeluh
nyeri.
Pola koping terhadap stress, keluarga mengetahui tentang
kondisi An. A sekarang namun tidak mengetahui penanganan
terhadap kondisi terutama penurunan nafsu makan yang dialami klien.
Ibu klien mengatakan selama ini jika anaknya mengalami penurunan
72
nafsu makan biasanya akan diberi makanan yang disukainya. Klien
biasanya sering menceritakan masalahnya kepada Ibu dan Ayahnya.
Klien sering bercerita tentang teman - temanya.
Konsep diri klien tampak lemas, klien memiliki harapan untuk
sembuh dan ingin kembali bermain dengan teman-teman sebayanya,
keluarga memiliki usaha untuk melakukan pengobatan.
Pengkajian pola Seksualitas dan Reproduksi didapatkan An. A
berjenis kelamin perempuan.
Pola Nilai, Kepercayaan dan Agama An. A beragama Islam
mengikuti agama orang tuanya dan belum mampu menjalankan sholat
5 waktu secara teratur.
Hasil pemeriksaan darah klien 1 An. A pada tanggal 6 januari
2018 didapatkan : WBC 10,2 K/uL, RBC 3,98 M/uL, PLT 207 K/uL,
HB 10,8 g/dL, HCT 29,4 %. Sedangkan pada pemeriksaan serologi
tes widal menunjukkan hasil : Paratyphi AO (+) 1/160, Paratyphi BO
(+) 1/160, Typhi H (+) 1/320. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
klien mengalami Typhoid.
e. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 8
januari 2018 didapatkan data fokus meliputi data subyektif dan data
obyektif. Data subyektif Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya
mengalami penurunan nafsu makan, mual dan muntah sudah 2 kali.
Data obyektif Nadi : 96 x/menit, RR : 26x/menit, Suhu : 37,6 0C,
73
pemeriksaan Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum sakit
14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg, tinggi
badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil
pemeriksaan darah di dapatkan WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98 M/uL,
PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut
tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,
lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian
ujung dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, keadaan umum klien
lemah dan untuk diit yaitu bubur halus klien menghabiskan 5 sendok
makan. Berdasarkan data fokus tersebut maka muncul diagnosa
keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
f. Perencanaan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
An. A dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu tanda-tanda vital
normal, kehilangan berat badan tidak ada, resiko berat badan / tinggi
badan tidak menyimpang dari rentang normal, asupan gizi tidak
menyimpang dari rentang normal, frekuensi dan intensitas mual
muntah tidak ada ,pertumbuhan (anak – anak) tidak menyimpang dari
rentang normal, pengetahuan mengenai makanan sesuai pedoman gizi
baik.
74
Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi
adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki klien,
memonitor nadi, suhu dan status pernafasan, memberikan makanan
dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara
bertahap, berikan arahan (informasi) bila diperlukan, berkolaborasi
dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dri
makanan, dan menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan/atau protokol.
g. Pelaksanaan
1) Hari pertama
Tindakan keperawatan dilakukan 3 x 24 jam. Tindakan
pertama kali tanggal 8 Januari 2018 jam 07.00 WIB yaitu
melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat
badan An. A dengan hasil, Nadi 96 x/menit, suhu 37 0C, RR 26
x/menit, BB 12 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT 12
, selanjutnya mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki klien dengan menanyakan kepada ibu
klien dengan hasil klien tidak memiliki alergi terhadap makanan
dan makanan yang paling disukai adalah ayam goreng. Pukul
08.30 WIB memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
dengan bantuan ibu klien untuk menyuapi klien roti dan snack
yang disediakan rumah sakit, klien mampu menghabiskan 1
potong roti dan minum ½ gelas susu. Pukul 10.30 WIB
75
memberikan informasi mengenai penyakit Typhoid, klien beserta
ibunya dapat mengetahui definisi, penyebab, gejala, dan
penanganan dari penyakit typhoid. Kemudian pada pukul 12.00
WIB membantu menyiapkan makan untuk klien makan siang,
klien menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan
minum 1/2 gelas ukuran 200 cc setelah makan. Pukul 08.00 WIB
memberikan terapi injeksi Anitid 2 x 6,25 mg sesuai advis dokter
dengan obat masuk dan tidak terdapat reaksi penolakan serta tidak
terdapat tanda-tanda alergi pada An. A.
2) Hari kedua
Hari kedua tanggal 9 Januari 2018 jam 07.00 WIB
melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat
badan An.A dengan hasil nadi 96 x/menit, suhu 37 0C, RR 26
x/menit, BB 12, 3 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT
12,3. Pukul 07.15 WIB memberikan makan pagi porsi dari rumah
sakit klien menghabiskan ½ porsi makan dan minum ½ gelas
belimbing 200 cc. Pukul 09.00 WIB memberikan terapi berupa
Anitid 2 x 6,25 mg sesuai advis dokter dengan obat masuk dan
tidak terdapat reaksi penolakan. Kemudian pukul 09.45 WIB
memberikan makanan tambahan, klien belum bersedia makan
makanan tambahan, kemudian menganjurkan ibu klien untuk
memberikan klien makanan sedikit tapi sering setiap hari
76
3) Hari ketiga
Hari ketiga tanggal 10 Januari 2018 jam 14.00 WIB
melakukan pengukuran tanda tanda vital dan menimbang berat
badan An. A dengan hasil nadi 80 x/menit, suhu 36,8 0C, RR 23
x/menit, BB 12,5 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT
12,5. Pukul 15.00 WIB menganjurkan keluarga untuk memberi
makanan dalam porsi kecil tetapi sering dan klien bersedia makan
snack yang di berikan oleh rumah sakit dengan menghabiskan ½
gelas kacang hijau, selanjutnya pada pukul 17.00 membantu
menyiapkan makan sore porsi dari rumah sakit klien
menghabiskan ½ porsi makan dan minum ½ gelas belimbing.
Pukul 21.00 WIB memberikan terapi berupa Injeksi Anitid 2 x
6,25 mg sesuai advis dokter dengan obat masuk dan tidak terdapat
reaksi penolakan
h. Evaluasi
1) Hari pertama
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 8 januari
2018 didapatkan hasil dari wawancara secara subyektif yang
dilakukan terhadap Ibu klien An. A, Ibu klien mengatakan anaknya
sudah mulai bersedia makan walaupun agak mual. Data obyektif
keadaan umum klien agak lemah, Nadi 96 x/menit, suhu 37 0C, RR
26 x/menit, BB 12 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT
12, klien mampu menghabiskan 1 potong roti dan minum ½ gelas
77
susu, klien menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan
minum 1/2 gelas air putih, mukosa bibir agak kering, turgor kulit
baik kembali kurang dari 2 detik, lidah berwarna putih di tengah
dan merah muda di pinggir dan ujung, klien beserta ibunya dapat
mengetahui definisi, penyebab, gejala, dan penanganan dari
penyakit typhoid. Dari hasil pemberian tindakan keperawatan
berarti masalah keperawatan yang dialami An. A teratasi sebagian
dan lanjutkan intervensi.
2) Hari kedua
Tanggal 9 Januari 2018 didapatkan hasil dari wawancara
secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien An. A, Ibu klien
mengatakan anaknya sudah mulai bersedia makan sedikit. Data
obyektif keadaan umum klien agak lemah, Nadi 92 x/menit, suhu
37 0C, RR 25 x/menit, BB 12,3 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida
50 cm, IMT 12,3. klien menghabiskan ½ porsi makan dan minum
½ gelas belimbing 200 cc. Klien belum bersedia makan makanan
tambahan, mukosa bibir agak kering, turgor kulit baik kembali
kurang dari 2 detik, lidah berwarna merah muda. Dari hasil
pemberian tindakan keperawatan berarti masalah keperawatan yang
dialami An. A teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi.
3) Hari ketiga
Tanggal 10 Januari 2018 didapatkan hasil dari wawancara
secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien 1 (An. A), Ibu
78
klien mengatakan anaknya sudah mulai bersedia makan sedikit -
sedikit. Data obyektif keadaan umum klien agak lemah nadi 80
x/menit, suhu 36,8 0C, RR 23 x/menit, BB 12,5 Kg, TB 100 cm,
Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT 12,5. klien menghabiskan ½ porsi
makan porsi rumah sakit dan minum habis ½ gelas belimbing.
Klien menghabiskan ½ gelas kacang hijau, mukosa bibir klien agak
kering, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah
berwarna merah muda. Dari hasil pemberian tindakan keperawatan
berarti masalah keperawatan yang dialami An. A teratasi sebagian
dan lanjutkan intervensi.
2. Asuhan Keperawatan Anak Typhoid dengan fokus studi
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada An. M di
Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang
a. Biodata Klien (biographic information)
Pengkajian dilakukan pada hari rabu tanggal 10 Januari 2018
pukul 07.00 WIB yaitu hari kedua klien di rawat di rumah sakit di
ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dengan hasil data
sebagai berikut, nama An. M usia 4 tahun 9 bulan, jenis kelamin laki-
laki, beragama Islam, alamat Kedungsari I no. 288 Magelang Selatan,
nomor register 163XXX dengan diagnosa medis Typhoid.
Penanggung jawab klien adalah Ibu kandung klien bernama
Ny. P, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA,
79
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, alamat Kedungsari I no. 288 Magelang
Selatan.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama klien yaitu mual dan nafsu makan turun.
Riwayat kesehatan sekarang Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
turun sudah 1 bulan, kemudian keluarga membawa klien ke Dokter
keluarga akan tetapi sudah 3 kali menjalani pengobatan dan tidak
kunjung sembuh akhirnya keluarga membawa klien ke RST dr.
Soedjono Magelang pada 9 Januari 2018. Klien dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan mendapatkan terapi. Hasil dari
pemeriksaan laboratorium menunjukkan An. M mengalami Typhoid
dengan hasil Serologi tes widal Typhi O (+) 1/160, paratyphi AO (+)
1/320, paratyphi BO (+) 1/80, Typhi H (+) 1/640, kemudian dokter
memberikan terapi infus D5 ½ NS 12 tetes per menit, injeksi
ceftriaxon 2 x 500 mg, injeksi ranitidine 2 x 20 mg, syrup sanmol 3 x
1 (200 mg/8 jam), drop Nindya 3 x 1 cc, Lapyfed syrup 3 x 1 sdt,
Apialys syrup 1 x 1 sdt. Setelah mendapatkan terapi An.M di
pindahkan ke ruang Flamboyan (Bangsal Perawatan Anak).
Pada pengkajian di riwayat kesehatan dahulu didapatkan
bahwa An. M belum pernah masuk rumah sakit sebelumnya. Riwayat
tumbuh kembang didapatkan berat badan klien sekarang 16 kg berat
badan sebelumnya 17 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, Lingkar
lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm, dan lingkar kepala 43 cm. Ibu
80
klien mengatakan bahwa An. M sudah mampu merangkak pasa usia 7
bulan dan mampu berjalan sejak usia 10 bulan. Pada usia kurang lebih
9 bulan An. M sudah mulai dapat berbicara satu kata (pa,ma), saat ini
klien berusia 4 tahun 9 bulan, belum bersekolah dan mampu
berinteraksi secara aktif dengan teman dan keluarga.
Riwayat pola asuh, klien merupakan anak ke-2 dari 2
bersaudara dimana dalam mengasuh orang tua tidak pernah
membeda-bedakan kasih sayang yang diberikan. Menurut orang tua
klien merupakan tipe anak yang aktif dan bersemangat. Klien lebih
banyak diasuh dan diajar oleh ibunya sementara ayahnya bekerja
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan
papan.
Riwayat imunisasi didapatkan data bahwa klien sudah
mendapatkan imunisasi lengkap yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, dan
Hepatitis B.
c. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data, keadaan umum pasien
tampak lemah, suhu 37,50C, nadi 110 x/menit, pernafasan 26 x/menit.
Bentuk kepala mesosephal, tidak ada lesi dan benjolan, rambut
bersih, warna hitam dan bergelombang, tidak mudah rontok dan tidak
ada ketombe. Pada mata, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, palpebrae tidak ada oedema, pupil berbentuk bulat, diameter 2
mm dan reflek cahaya pupil mengecil, pandangan tidak kabur. Hidung
81
simetris, tidak terdapat sekret, tak ada polip, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung. Pemeriksaan mulut, mukosa bibir agak pucat dan
kering, mulut bersih, tidak ada pembengkakan gusi, tidak terdapat
stomatitis, lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di
bagian ujung dan pinggir. Telinga terlihat bersih, simetris, tak ada
serumen, tidak ada tanda peradangan di telinga atau mastoid, fungsi
pendengaran baik. Pemeriksaan leher, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada lesi.
Pemeriksaan dada pada jantung, saat inspeksi tidak tampak
retraksi dinding dada, perkusi suara jantung terdengar pekak dan
auskultasi terdengar bunyi jantung I- II, irama teratur. Pemeriksaan
dada pada paru, inspeksi, tidak terlihat ada retraksi dada, gerakan
dada saat inspirasi dan ekspirasi simetris. Palpasi, tidak ada nyeri
tekan, fokal fremitus sama antara bagian kanan dan kiri. Perkusi,
terdengar suara sonor pada semua lapang paru dan auskultasi
terdengar suara vasikuler.
Pemeriksaan abdomen, inspeksi, abdomen simetris, tampak
datar, tidak ada jejas di lapang abdomen, auskultasi, terdengar bising
usus 13 kali per menit. Palpasi, tidak teraba pembesaran pada hati dan
limpa, nyeri tekan pada perut, tidak ada distensi abdomen, tidak ada
hematoma pada abdomen, turgor kulit baik kembali kurang dari 2
detik. Perkusi, terdengar suara tympani.
82
Pemeriksaan pada genetalia An. M berjenis kelamin laki-laki,
genetalia bersih, sedangkan pada pemeriksaan ekstremitas teraba
hangat, tidak ada edema pada kedua ekstremitas, klien terpasang infus
D5 ½ NS 12 tetes per menit pada tangan kiri, tidak ada nyeri tekan,
klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, dan temperatur, skor nilai
kekuatan otot di masing-masing ekstremitas adalah 5.
d. Pengkajian pola fungsional Gordon
Pengkajian kebutuhan dasar manusia menggunakan model
pola fungsional Gordon, pada manajemen kesehatan Ibu klien
mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit maka biasanya
keluarga akan memeriksakannya ke dokter keluarga, puskesmas atau
pelayanan kesehatan terdekat. Ibu klien mengatakan bahwa An.M
telah 3 kali di periksakan pada Dokter keluarga dan tidak sembuh,
keluarga langsung membawa An.M ke rumah sakit.
Pengkajian pola nutrisi dan cairan anak, sebelum sakit An. M
makan 3 kali setiap hari dan mengahabiskan 1 porsi makanan di
tambah jajanan. Dimana 1 porsi makanan terdiri dari nasi, lauk, sayur
dan buah. Makanan kesukaan klien adalah sayur bayam. An. M
minum kurang lebih minum 7-8 gelas belimbing setiap harinya. Saat
sakit, An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang dihadangkan, 1 porsi
makanan terdiri dari bubur, lauk biasa, sayur rendah serat, dan buah
Klien makan sedikit karena merasakan makanan yang dimakannya
terasa tidak enak. Asupan cairan An. M diperoleh dari cairan per oral
83
dan per parenteral. Ibu An. M mengatakan bahwa anaknya lebih
banyak minum susu dari pada makan, setiap hari klien dapat
menghabiskan minuman sekitar 3-4 gelas susu / hari dan klien juga
mendapatkan infus D5 ½ NS 12 tetes per menit. Pemeriksaan
Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum sakit 17 Kg dan
berat badan selama sakit 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm,
Lingkar lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm dan IMT 17,7 . Hasil
pemeriksaan darah didapatkan : WBC 12,2 K/uL, RBC 4,04 M/uL,
PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, hasil. Clinical sign
didapatkan turgor kulit baik kembali segera kurang dari 2 detik,
keadaan rambut tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis,
mukosa bibir kering dan agak pucat dan untuk diit yang diberikan
yaitu bubur halus.
Pengkajian pola aktivitas, sebelum sakit An. M di asuh oleh
ibunya dan sering bermain bersama teman-temannya. Aktivitas klien
selama di rumah yaitu menonton televisi, bermain dengan teman serta
kakaknya setelah pulang sekolah, pada saat sakit An. M tidak dapat
beraktivitas secara leluarsa seperti biasanya. An. M hanya berbaring
di tempat tidur di temani ibunya, terkadang kakaknya menjenguk
setelah pulang sekolah, klien hanya beraktivitas di tempat tidur dan
terpasang infus D5 ½ NS 12 tetes per menit pada tangan kiri
sehingga dalam memenuhi kebutuhannya seperti ke kamar mandi dan
makan dibantu oleh Ibunya.
84
Pengkajian pola eliminasi, pola BAB An. M sebelum sakit
klien BAB 1 kali sehari dengan warna feces kuning kecokelatan,
berbau khas dan konsentrasi agak keraas, saat sakit. An. M BAB 2
hari sekali dengan warna feces kuning kecoklatan, berbau khas dan
konsistensi lembek. Ibu An. M mengatakan klien sebelum sakit BAK
4-5 X/ hari masing-masing kurang lebih 200 cc, warna kuning jernih
dan berbau khas. Pada saat sakit An. M BAK 3-4 kali per hari
masing-masing kurang lebih 200 cc dengan warna kuning jernih dan
berbau khas. An. M tidak mengalami nyeri saat BAK.
Pola tidur, pada pola tidur klien mengalami perubahan pola
tidur. Sebelum sakit An. M biasanya tidur pukul 20.30- 05.00 WIB
dan kadang An. M tidur siang, namun saat sakit An. M kualitas
tidurnya terganggu klien sering terbangun saat tidur, klien tidur
kurang lebih 9-10 jam perhari.
Pola hubungan dan peran, klien dapat berinteraksi secara aktif
dengan keluarga, sesama pasien, dokter maupun perawat. Hubungan
klien paling dekat dengan ibu dan kakak klien.
Pengkajian pola kognitif, persepsi dan sensori klien tidak
memiliki gangguan panca indera, kemampuan klien terhadap
rangsang baik dan klien tidak mengeluh nyeri.
Pola koping terhadap stress, keluarga mengetahui tentang
kondisi An. M sekarang namun tidak mengetahui penanganan
terhadap kondisi terutama penurunan nafsu makan yang dialami An.
85
M, saat merasakan sakit biasanya An. M menangis dan gelisah, klien
sering bercerita dan bermain dengan kakaknya.
Konsep diri klien tampak lemas, klien memiliki harapan ingin
sembuh dan keluarga memiliki usaha untuk melakukan pengobatan,
klien dapat berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar, klien
mengetahui perannya sebagai anak.
Pengkajian pola Seksualitas dan Reproduksi, An. M berjenis
kelamin laki-laki, klien tidak mmiliki keluhan pada genetalianya.
Pola Nilai, Kepercayaan dan Agama An. M beragama Islam
mengikuti agama orang tuanya dan belum mampu menjalankan sholat
5 waktu secara teratur.
Pemeriksaan penunjang menggunakan pemeriksaan
laboratorium hematologi di dapatkan hasil : WBC 12,2 K/uL, RBC
4,04 M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, hasil Uji
widal ditemukan : Typhi O (+) 1/160, Paratyphi AO (+) 1/320,
Paratyphi BO (+) 1/80, Typhi H (+) 1/640 (H). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa klien mengalami Typhoid.
e. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10
januari 2018 didapatkan data fokus meliputi data subyektif dan data
obyektif. Data subyektif Ibu An. M mengatakan nafsu makan anaknya
menurun sudah 1 bulan karena mual dan perasaan tidak enak pada
makanan. Data obyektif, nadi : 90 x/menit, RR : 25 x/menit, BB : 16
86
kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, Lingkar lengan 16 cm, lingkar
dada 56 cm dan IMT 17,7, clinical sign keadaan umum lemah, lidah
kotor dengan warna putih ditengah dan kemerahan di ujung dan
pinggir lidah, mukosa bibir kering dan agak pucat, turgor kulit baik
kembali kurang dari 2 detik, bising usus klien 13 x.menit, hasil
pemeriksaan darah didapatkan : WBC 12,2 K/uL, RBC 4,04 M/uL,
PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, Diit klien bubur halus,
An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang dihadangkan, Ibu An. M
mengatakan bahwa anaknya lebih banyak minum susu dari pada
makan. Berdasarkan data fokus tersebut maka muncul diagnosa
keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
f. Perencanaan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh An. A dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu tanda-tanda
vital normal, kehilangan berat badan tidak ada, resiko berat badan /
tinggi badan tidak menyimpang dari rentang normal, asupan gizi tidak
menyimpang dari rentang normal, frekuensi dan intensitas mual
muntah tidak ada ,pertumbuhan (anak – anak) tidak menyimpang dari
rentang normal, pengetahuan mengenai makanan sesuai pedoman gizi
baik.
87
Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi
adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki klien,
memonitor nadi, suhu dan status pernafasan, memberikan makanan
dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara
bertahap, berikan arahan (informasi) bila diperlukan, berkolaborasi
dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dri
makanan, dan menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan/atau protokol.
g. Pelaksanaan
1) Hari pertama
Tindakan keperawatan dilakukan 3 x 24 jam. Tindakan
pertama kali tanggal 10 Januari 2018 pukul 07.00 WIB yaitu
melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat
badan An. M dengan hasil, nadi 110 x/menit, suhu 37,50C, RR 26
x/menit, BB 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT
17,7, selanjutnya mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki klien dengan menanyakan kepada ibu
klien dengan hasil klien tidak memiliki alergi terhadap makanan
dan klien sangat suka minum susu. Pukul 09.30 WIB memberikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan bantuan ibu klien
untuk menyuapi klien roti yang disediakan rumah sakit serta susu
untuk klien, klien bersedia menghabiskan 1 potong roti dan
minum ½ gelas susu. Kemudian pada pukul 11.30 WIB
88
membantu menyiapkan makan untuk klien dengan respon klien
mau makan dan menghabiskan 3 sendok makan porsi rumah sakit
dan minum ½ gelas air putih setelah makan dan ½ gelas susu.
Pada pukul 09.30 WIB memberikan informasi mengenai penyakit
Typhoid dan klien beserta ibunya dapat mengetahui definisi,
penyebab, tanda dan gejala serta penanganan dari penyakit
typhoid. Pada pukul 07.30 memberikan terapi injeksi Ranitidine 2
x 20 mg dan syrup Apialis 1 x 1 sdt sehari sesuai advis dokter
dengan obat masuk dan tidak terdapat reaksi penolakan.
2) Hari kedua
Hari kedua tanggal 11 Januari 2018 pukul 07.00 WIB yaitu
melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat
badan An. M dengan hasil, nadi 84 x/menit, suhu 37,40C, RR 25
x/menit, BB 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT
17,7. Pukul 09.30 WIB memberikan makanan dalam porsi kecil
tapi sering dengan bantuan ibu klien untuk memberikan klien
biskuit serta susu untuk klien, klien bersedia menghabiskan 4
biskuit dan minum ½ gelas susu. Kemudian pada pukul 11.00
WIB membantu menyiapkan makan untuk klien dengan respon
klien mau makan dan menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah
sakit dan minum ½ gelas setelah makan dan menghabiskan ½
gelas susu. Pada pukul 07.15 memberikan terapi injeksi
Ranitidine 2 x 20 mg dan memberikan syrup Apialis 1 x 1 sdt
89
sehari sesuai advis dokter dengan obat masuk dan tidak terdapat
reaksi penolakan.
3) Hari ketiga
Hari ketiga tanggal 12 Januari 2018 pukul 14.00 WIB
yaitu melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan
berat badan An. M dengan hasil, nadi 82 x/menit, suhu 37 0C, RR
24 x/menit, BB 16,5 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan
IMT 18,2. Pukul 15.00 WIB memberikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering dengan bantuan ibu klien untuk memberikan
klien biskuit serta susu untuk klien, klien bersedia menghabiskan
4 biskuit dan minum ½ gelas susu. Kemudian pada pukul 17.00
WIB membantu menyiapkan makan untuk klien dengan respon
klien mau makan dan menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah
sakit dan minum ½ gelas setelah makan dan menghabiskan ½
gelas susu. Pada pukul 21.00 memberikan terapi injeksi
Ranitidine 2 x 20 mg sesuai advis dokter dengan obat masuk dan
tidak terdapat reaksi penolakan.
h. Evaluasi
1) Hari pertama
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 10 Januari
2018 didapatkan hasil dari wawancara secara subyektif yang
dilakukan terhadap Ibu klien An. M, Ibu klien mengatakan anaknya
susah makan, nafsu makan menurun. Data obyektif keadaan umum
90
lemah, nadi 110 x/menit, suhu 37,50C, RR 26 x/menit, BB 16 kg
(BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 17,7, klien bersedia
menghabiskan 1 potong roti dan minum ½ gelas susu, saat makan
klien menghabiskan 3 sendok makan porsi rumah sakit dan minum
½ gelas air putih setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak
lembab, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah
berwarna putih di tengah dan merah di pinggir serta ujung lidah.
Dari hasil pemberian tindakan keperawatan berarti masalah
keperawatan yang dialami An. M teratasi sebagian dan lanjutkan
intervensi.
2) Hari kedua
Hari kedua tanggal 11 Januari 2018 didapatkan hasil dari
wawancara secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien An.
M, Ibu klien mengatakan nafsu makan klien mulai membaik nadi
84 x/menit, suhu 37,40C, RR 25 x/menit, BB 16 kg (BBI : 17,8 kg),
tinggi badan 95 cm, dan IMT 17,7, klien bersedia menghabiskan 4
biskuit dan minum ½ gelas susu, saat makan klien menghabiskan 5
sendok makan porsi rumah sakit dan minum ½ gelas air putih
setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak lembab, turgor
kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah berwarna putih di
tengah dan merah di pinggir serta ujung lidah. Dari hasil pemberian
tindakan keperawatan berarti masalah keperawatan yang dialami
An. M teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi.
91
3) Hari ketiga
Hari kedua tanggal 12 Januari 2018 didapatkan hasil dari
wawancara secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien An.
M, Ibu klien mengatakan nafsu makan klien mulai membaik, nadi
82 x/menit, suhu 37 0C, RR 24 x/menit, BB 16,5 kg (BBI : 17,8
kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 18,2, klien bersedia
menghabiskan 4 biskuit dan minum ½ gelas susu, saat makan klien
menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan minum ½
gelas air putih setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak
lembab, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah
berwarna merah muda. Dari hasil pemberian tindakan keperawatan
berarti masalah keperawatan yang dialami An. M teratasi sebagian
dan lanjutkan intervensi.
B. Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan Typhoid pada An.
A dan An. M dengan fokus studi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh di bangsal Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dari
pengkajian hingga evaluasi mulai tanggal 8 Januari 2018 sampai dengan
13 Januari 2018.
Penulis memperoleh data pengkajian dari hasil wawancara dengan
klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, dan kolaborasi dengan
laboratorium dalam melakukan pemeriksaan penunjang.
92
1. Pengkajian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna, dengan gejala kurang lebih 1 minggu, ganguuan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011). Diagnosa
Typhoid dapat ditegakkan karena sesuai dengan manifestasi klinis
yaitu demam lebih dari 1 minggu dengan karakteristik demam naik
pada sore sampai malam hari dan menurun pada pagi hari, lidah
tertutup selalput putih kotor (coated tongue), bibir kering dan pecah-
pecah, dan mual. (Suriadi, 2010)
Dokter menegakkan diagnose medis Typhoid karena saat
dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif dari klien 1 (An. A)
dan klien 2 (An. M) . Data dari klien 1 (An. A) data subjektif yaitu ibu
klien mengatakan nafsu makan turun, mual dan muntah sudah 2 kali,
data objektif klien 1 (An. A) menunjukan, klien 1 (An. A)
Antropometri : Berat badan sebelum sakit adalah 14 kg, berat badan
ideal adalah 18,4 kg dan berat badan selama sakit adalah 12 kg, tinggi
badan klien adalah 100 cm. Biokikimia : WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98
M/uL, PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut
tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,
lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian ujung
dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, dan keadaan umum klien
lemah. Diit klien 1 (An. A) yaitu sebelum masuk rumah sakit klien
93
makan 3 kli sehari dengan menu seimbang, selama sakit diit klien
adalah bubur halus dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet
yang diberikan. Data yang didapat dari klien 2 (An. M) data subjektif
yaitu ibu klien mengatakan mual dan nafsu makan turun sudah 1
bulan, data objektif klien 2 (An. M) menunjukan, klien 2 (An. M)
Antropometri : Berat badan sebelum sakit adalah 17 kg, berat badan
ideal adalah 17,8 kg dan berat badan selama sakit adalah 16 kg, tinggi
badan klien adalah 95 cm. Biokikimia : WBC 12,2 K/uL, RBC 4,04
M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %. Hasil Clinical sign
didapatkan turgor kulit baik kembali segera kurang dari 2 detik,
keadaan rambut tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis,
mukosa bibir kering dan agak pucat, lidah kotor dan putih dibagian
tengah serta kemerahan di bagian ujung dan pinggir. Diit yang
diberikan yaitu bubur halus dan klien tidak pernah menghabiskan
porsi diet yang diberikan. Pemeriksaan laboratorium pada klien 1 hasil
uji widal didapatkan S Typhi H (+) 1/320 dan klien 2 didapatkan S
Typhi O (+) 1/160 dan S Typhi H (+) 1/640, hal ini sesuai dengan
teori bahwa untuk membuat diagnose, pemeriksaan yang diperlukan
ialah hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis
Typhoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi bakteri ini. (Djoko Widodo ,2014). Marni (2016) juga
menjelaskan bahwa gejala penyakit Typhoid diantaranya gangguan
saluran pencernaan meliputi : mual, muntah, dan anoreksia. Hal ini
94
terjadi karena makanan yang bercampur bakteri telah masuk ke dalam
usus halus melalui pembuluh limfe yang akhirnya timbul nekrosis
serta peradangan sehingga timbul demam, perasaan tidak nafsu
makan, mual, dan terkadang disertai muntah.
Tanggal 8 dan 10 Januari 2018 saat dilakukan pengkajian
didapatkan data klien 1 (klien 1) dan klien 2 (An. M) yaitu suka
bermain dengan teman sebayanya dan sering jajan makanan
sembarangan. Ridha (2014) menjelaskan bahwa anak usia pra sekolah
adalah anak dengan usia 4-5 tahun yang dimulai dengan mampu
menggunakan alat – alat sederhana, mampu menggambar, menulis
angka, huruf dan menulis kata kata, pada usia ini anak cenderung
sering berkumpul dengan teman sebaya dan mengurangi intensitas
bermain sendiri, anak juga mengalami peningkatan dalam
berinteraksi sosial selama bermain dan siap untuk menggunakan lata-
alat bermain. Pada anak usia pra sekolah,anak mengalami
pertumbuhan fisik yang cepat dan mengalami peningkatan yang lebih
cepat yaitu berat badan meningkat 2,5 kg/tahun dan tinggi badan
meningkat 6,75-7,5 cm/tahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium juga didapatkan hasil serologi tes Widal klien 1 (An. A)
yaitu Paratyphi AO (+) 1/160, Paratyphi CO (+) 1/160, Typhi H (+)
1/320 dan hasil serologi tes Widal klien 2 yaitu lTyphi O (+) 1/160,
Paratyphi AO (+) 1/320, Paratyphi BO (+) 1/80, Typhi H (+) 1/640
menunjukkan bahwa di dalam tubuh klien 1 (An. A) dan klien 2 (An.
95
M) positif terdapat bakteri Salmonella typhi. Typhoid adalah suatu
penyakit yang biasa menyerang anak usia sekolah atau prasekolah,
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Thypi pada usus kecil dan
aliran darah. Bakteri ini tercampur didalam air yang kotor atau
makanan yang terinfeksi. Bakteri tersebut akan masuk ke dalam
saluran pencernaan makanan melalui mulut menuju lambung yang
sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung sedangkan sebagian
lainya akan masuk ke usus halus, jaringan limfoid dan berkembang
biak, kemudian bakteri tersebut masuk ke aliran darah. (Ridha N,
2017).
2. Diagnosa Keperawatan
Fokus diagnose keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makan. Namun penulis melakukan pembenaran terhadap fokus
diagnose keperawatan kedua klien, pembenaran utamanya dilakukan
pada etiologi. Etiologi dilakukan perubahan karena pada klien dengan
Typhoid menurut Marni (2016) kuman Salmonella typhosa masuk ke
saluran pencernaan, khususnya usus halus bersama makanan, melalui
pembuluh limfe, kuman ini masuk atau menginvasi jaringan limfoid
mesenterika, kuman yang berada pada jaringan limfoid tersebut masuk
ke peredaran darah menuju hati dan limfa, kuman tersebut keluar dari
hati dan limfa kemudian kembali ke usus halus dan kuman
mengeluarkan endotoksin yang dapat menyebabkan reinfeksi di usus
96
halus. Hal ini menyebabkan gangguan metabolisme akibat
terganggunya fungsi usus halus dalam mengabsorbsi makanan dan
mengakibatkan perubahan nutrisi.
Sehingga setelah dilakukan pembenaran, fokus diagnose
keperawatan menjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien ditandai dengan klien 1 (An. A) yaitu ibu klien mengatakan
klien 1 (An. A) nafsu makan klien turun, mual dan muntah sudah 2
kali, klien 1 (An. A) mengalami penuruan berat badan, berat badan
sebelum sakit adalah 14 kg, berat badan ideal adalah 18,4 kg dan berat
badan selama sakit adalah 12 kg, selama sakit diit klien adalah bubur
halus dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet yang diberikan.
Sedangkan data yang diperoleh pada klien 2 (An. M) yaitu ibu klien
mengatakan klien mual dan nafsu makan turun sudah 1 bulan, klien 2
(An. M) mengalami penurunan berat badan dengan ditandai berat
badan sebelum sakit adalah 17 kg, berat badan ideal adalah 17,8 kg
dan berat badan selama sakit adalah 16 kg, selama sakit dit yang
diberikan yaitu bubur halus dan klien tidak pernah menghabiskan
porsi diet yang diberikan.
3. Tujuan asuhan keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan pada klien 1 dan 2 adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
97
dengan kriteria hasil yaitu tanda-tanda vital normal, kehilangan berat
badan tidak ada, resiko berat badan / tinggi badan tidak menyimpang
dari rentang normal, asupan gizi tidak menyimpang dari rentang
normal, frekuensi dan intensitas mual muntah tidak ada ,pertumbuhan
(anak – anak) tidak menyimpang dari rentang normal, pengetahuan
mengenai makanan sesuai pedoman gizi baik. (NOC, 2016).
4. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk klien 1 dan 2
yaitu identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
klien, monitor nadi, suhu dan status pernafasan, memberikan makanan
dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara
bertahap, berikan arahan (informasi) bila diperlukan, kolaborasi
dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dri
makanan, dan yang terakhir tentukan obat apa yang diperlukan dan
kelola menurut resep dan/atau protokol. (NIC , 2016).
5. Implementasi
Penyelesaian masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dengan rencana keperawatan yang telah di
implementasikan kepada klien yaitu identifikasi adanya alergi atau
intoleransi terhadap makanan yang dimiliki klien dengan hasil klien 1
dan klien 2 tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun,
intoleransi makanan dari klien 1 (An. A) adalah ibu klien mengatakan
klien 1 mengeluh mual, kurang nafsu makan, diit klien adalah bubur
98
halus, klien hanya menghabiskan 5 sendok makan dari makanan yang
diberikan rumah sakit sedangkan klien 2 (An. M) ibu klien
mengatakan bahwa klien mengalami penurunan nafsu makan sudah 1
bulan dan mual ketika makan, diit klien bubur halus dan hanya
mengahaniskan 3 sendok makan dari makanan yang diberikan rumah
sakit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Desi Wulandari & Meira
Irawati (2016) yang menyatakan gangguan pencernaan pada
penderita Typhoid ditandai dengan adanya mual, muntah, anoreksia
serta penurunan berat badan.
Memonitor Nadi, Suhu dan status pernafasan (tanda-tanda
vital) dengan hasil dari klien 1 (An. A) nadi 80 x/menit, suhu 36,8 0C,
RR 23 x/menit, BB 12,5 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm,
IMT 12,5 dan klien 2 (An. M) dengan hasil nadi 82 x/menit, suhu 37
0C, RR 24 x/menit, BB 16,5 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm,
dan IMT 18,2. Dalam buku yang ditulis Swann dan England (2012)
disampaikan bahwa Nadi, Respirasi dan Temperatur merupakan tolak
ukur dari keadaan umum pasien, disamping itu juga penimbangan
berat badan bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan berat
badan karena ketidakmampuan mengabsorpsi makanan, sehingga
dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang di butuhkan dari masing masing
klien.
Tindakan berikutnya yaitu menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering untuk meningkatkan pemasukan peroral. Klien 1
99
bersedia makan makanan kecil yang disajikan rumah sakit dan
menghabiskan 1 potong roti dan ½ gelas Bubur kacang hijau,
sedangkan klien 2 hanya makan bubur kacang hijau dan
menghabiskan ½ gelas, akan tetapi klien 2 bersedia minum susu yang
di sajikan oleh ibunya dan menghabiskan 1 gelas belimbing 200 cc
Tujuan dari tindakan ini adalah menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. (Doengoes,
Moorhouse dan Geissler , 2000)
Memberikan informasi mengenai tentang penyakit typhoid
yang bertujuan menambah pengetahuan tentang penyakit dan
mencegah penularan penyakit typhoid. Respon masing - masing dari
keluarga dan klien adalah paham tentang informasi mengenai penyakit
typhoid. Menurut Djoko Widodo (2009) Typhoid merupakan penyakit
endemik di Indonesia. Penyakit ini mudah menular dan dapat
menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
Sehingga klien diberikan informasi mengenai penyakit typhoid supaya
penyakit typhoid tidak menular, terutama pada orang terdekat klien.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi klien
dengan membantu menyiapkan makanan yang di tujukan untuk klien
1 dan klien 2 yaitu bubur halus.Klien 1 bersedia menghabiskan ½
porsi, porsi rumah sakit sedangkan klie 2 hanya mampu menghabiskan
5 sendok makan. Dewi dan Meira (2016) menjelaskan bahwa
makanan yang kurang akan menurunukan keadaan umum dan gizi
100
penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi
lama. Pemberian diit bubur halus ditujukan untuk menghindari
komplikasi perdarahan saluran cerna atau perporasi usus pada
penderita Typhoid. (Morton dan England, 2013)
Tindakan terakhir adalah memberikan Anitid 2x 6,25 mg pada
klien 1 dan pada klien 2 diberikan Ranitidine 2 x 20 mg ditambah
Apialys syrup 1 x 1 sdt, masing masing obat yang diberikan kepada
klien sesuai advis dokter dengan respon obat masuk dan tidak
terdapat reaksi penolakan. Injeksi ranitidine 2 x 20 mg sama kegunaan
seperti anitid 2 x 6,25 mg. Ranitidine dan Anitid merupakan jenis obat
yang sama, tujuan dari diberikannya Ranitidin karena obat ini mampu
mereduksi lebih dari 90% dalam basal, rangsangan makanan, dan
sekresi nokturnal asam lambung. (Katzung, 2011). Ranitidin adalah
obat tukak lambung, tukak duodenum atau kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat. Dosis yang diberikan
untuk anak 2-4 mg/kg bb 2 kali sehari. (Thamrin dkk, 2008). Syrup
Apialys diberikan kepada klien 2 bertujuan untuk menambah nafsu
makan dan memenuhi kebutuhan vitamin pada anak, dosis yang
diberikan pada anak usia diatas 2 tahun : 1 sendok teh (5 ml) sekali
sehari. (farmasi-id.com)
6. Evaluasi
Evaluasi pada klien 1 (An. A) tanggal 10 januari 2018 dan
klien 2 (An. M) tanggal 13 januari 2018 didapatkan hasil klien 1 (An.
101
A) data subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai
bersedia makan sedikit - sedikit. Data obyektif keadaan umum klien
agak lemah nadi 80 x/menit, suhu 36,8 0C, RR 23 x/menit, BB 12,5kg
(BBI : 18,4 kg), TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT 12,5. klien
menghabiskan ½ porsi makan porsi rumah sakit dan minum habis ½
gelas belimbing. Klien menghabiskan ½ gelas kacang hijau,mukosa
bibir klien agak kering, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik,
lidah berwarna merah muda. Hasil dari klien 2 ditemukan (An. M)
data subyektif : Ibu klien mengatakan nafsu makan klien mulai
membaik, nadi 82 x/menit, suhu 370C, RR 24 x/menit, BB 16,5 kg
(BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 18,2, klien bersedia
menghabiskan 4 biskuit dan minum ½ gelas susu, saat makan klien
menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan minum ½ gelas
air putih dan setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak lembab,
turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah berwarna merah
muda.
Data yang telah didapatkan menunjukan bahwa masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dari klien 1
(An. A) dan klien 2 (An. M) teratasi sebagian ditandai dengan berat
badan menyimpang dari rentang normal yang ditemukan pada klien 1
(An. A) berat badan sekarang 12,5 kg (BBI : 18,4 kg), dan klien 2
(An. M) berat badan sekarang 16,5 kg (BBI : 17,8 kg), selanjutnya
asupan gizi menyimpang dari rentang normal (NOC, 2015), dengan
102
bukti masing – masing klien tidak pernah menghabiskan porsi makan
yang diberikan rumah sakit dan masing – masing klien mengeluh
kurang nafsu makan. Kurangnya asupan makanan pada klien
menandakan kurangnya asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh klien,
hal ini dijelaskan oleh Almatsier (2010) bahwa pangan atau makanan
merupakan salah satu sumber kebutuhan pokok yang dibutuhkan
tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-
zat gizi.
Tindakan intervensi selanjutnya yaitu identifikasi adanya alergi
atau intoleransi makanan yang dimiliki klien, monitor nadi, suhu dan
status pernafasan,berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering
serta tingkatkan porsi secara bertahap, berikan arahan (informasi) bila
diperlukan, kolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan
asupan energi dari makanan, dan tentukan obat apa yang diperlukan
dan kelola menurut resep dan/atau protokol. (NIC, 2015)
C. Analisa
Hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3 x 24
jam dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutris kurang dari
kebutuhan tubuh pada klien 1 dan klien 2. Hasil yang dadapatkan dari
klien 1 selama tindakan keperawatan dilakukan yaitu klien 1 kooperatif
dan didukung oleh keluarga klien yang selalu antusias melakukan anjuran
dari perawat. Kemudian pada klien 2 selama dilakukan tindakan
keperawatan yaitu respon klien 2 kooperatif dan dengan dibantu keluarga
103
klien untuk melakukan anjuran dari perawat. Hasil tindakan keperawatan
yang diberikan pada klien 1 dan klien 2 sebagian sudah teratasi dan
sebagian yang lainya belum teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
diharapkan, maka masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian dan perlu dilanjutkan intervensi.
D. Keterbatasan
Kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah ini terdapat beberapa
keterbatasan dalam pelaksanaanya. Keterbatasan yang dialami penulis
adalah waktu yang kurang mencukupi, diamana penelitian mengacu pada
klien kelompok umur sama, karena dalam 7 hari di rumah sakit belum
tentu mendapatkan klien dengan diagnose typhoid dan masuk dalam
kelompok umur yang sama, keterbatasan waktu juga menjadikan peneliti
tidak mampu melaksanakan rencana keperawatan hingga teratasi masalah
keperawatanya. Peneliti juga tidak melakukan discharge planning dimana
tindakan ini bertujuan untuk mencapai tingkat kesehatan klien yang
optimal agar klien tidak mengalami kekambuhan.
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sesuai dengan asuhan keperawatan dengan typhoid yang penulis telah
lakukan pada An. A dan An. M di ruang Flamboyan RST dr. Soedjono
Magelang pada tanggal 8 sampai dengan 13 Januari 2018 dapat disimpulan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Data pengkajian klien 1 yaitu An. A pada tanggal 8 Januari
2018 pukul 14.00 di ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang
data subjektif klien 1 (An. A) Ibu An. A mengatakan bahwa bahwa
anaknya mengalami penurunan nafsu makan, mual dan muntah sudah
2 kali. Data obyektif Nadi : 96 x/menit, RR : 26 x/menit, Suhu : 37,6
0C, pemeriksaan Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum
sakit 14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg,
tinggi badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil
pemeriksaan darah di dapatkan WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98 M/uL,
PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut
tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,
lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian
ujung dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, keadaan umum klien
105
lemah dan untuk diit yaitu bubur halus klien menghabiskan 5 sendok
makan. Tanggal 10 Januari 2018 juga dilakukan pengkajian pada
klien 2 (An. M) didapatkan hasil data subyektif Ibu An. M
mengatakan nafsu makan anaknya menurun sudah 1 bulan karena
mual dan perasaan tidak enak pada makanan. Data obyektif, nadi: 110
x/menit, RR : 26 x/menit, BB : 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95
cm, Lingkar lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm dan IMT 17,7, clinical
sign keadaan umum lemah, lidah kotor dengan warna putih ditengah
dan kemerahan di ujung dan pinggir lidah, mukosa bibir kering dan
agak pucat, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, bising usus
klien 13 x.menit, hasil pemeriksaan darah didapatkan : WBC 12,2
K/uL, RBC 4,04 M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %,
Diit klien bubur halus, An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang
dihadangkan, Ibu An. M mengatakan bahwa anaknya lebih banyak
minum susu dari pada makan An. M. Sehingga dari kedua klien
tersebut dapat disimpulkan bahwa klien 1 dan klien 2 mengalami
Typhoid dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien ditandai dengan berat badan 20% atau lebih di
bawah rentang berat badan ideal, kurang minat pada makanan, mual
dan muntah, membran mukosa pucat atau kering.
106
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang menjadi fokus studi dalam karya
tulis ilmiah ini adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien ditandai dengan dengan berat badan 20% atau
lebih di bawah rentang berat badan ideal, kurang minat pada
makanan, mual dan muntah, membran mukosa pucat atau kering.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan untuk klien 1 dan klien
2 yaitu mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
dimiliki klien, memonitor nadi, suhu dan status pernafasan,
memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta
tingkatkan porsi secara bertahap, memberikan arahan (informasi) bila
diperlukan, berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara
meningkatkan asupan energi dri makanan, dan yang terakhir
menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep
dan/atau protokol.
4. Pelaksanaan
Tindakan keparawatan dilakukan selama 3 X 8 jam pada An. A
dan An. M meliputi mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki klien, memonitor nadi, suhu dan status
pernafasan, memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering
serta tingkatkan porsi secara bertahap, berikan arahan (informasi) bila
107
diperlukan, berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara
meningkatkan asupan energi dri makanan, dan menentukan obat apa
yang diperlukan dan kelola menurut resep dan/atau protokol.
5. Evaluasi
Hasil yang dicapai untuk klien 1 (An. A) setelah pemberian
asuhan keperawatan pada tanggal 8 sampai dengan 10 Januari 2018 di
antaranya masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian dengan di buktikan ibu klien mengatakan
bahwa klien sudah tidak mengalami mual muntah lagi, ibu klien juga
mengatakan bahwa anaknya sudah mulai bersedia makan walaupun
sediki-sedikit penaikan berat badan dari BB sebelumnya 12 Kg, BB
sekarang 12,5 Kg pada hari ke 3 selama dilakukan perawatan.
Sedangkan untuk klien 2 (An. M) setelah pemberian asuhan
keperawatan pada tanggal 10 sampai dengan 13 Januari 2018 di
antaranya masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian dengan di buktikan klien tidak mengalami mual
muntah lagi, penaikan berat badan dari BB sebelumnya 16 Kg, BB
sekarang 16,5 Kg, ibu klien mengatakan bahwa klien nafsu makanya
sudah mulai membaik, klien juga mau makan walaupun sedikit –
sedikit pada hari ke 3 selama dilakukan perawatan.
108
B. SARAN
Adapun saran penulis karya tulis ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
Karya tulis ini diharapkan menjadi sumber bacaan dan
referensi mahasiswa dalam peningkatan ilmu pengetahuan sehingga
mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan juga dalam melakukan
proses keperawatan anak dengan kasus Typhoid
2. Bagi institusi pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan dapat lebih memberikan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa terutama dalam kegiatan
pembelanjaran untuk penerapan asuhan keperawatan anak dengan
Typhoid
3. Bagi lahan praktik
a. Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan pelayanan yang
diberikan agar lebih baik khususnya dalam penanganan pada
pasien anak dengan Typhoid.
b. Dapat lebih melibatkan peran orang tua dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan anak sehingga asuhan keperawatan lebih efektif
4. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan klien dan keluarga mampu ikut serta dalam
peningkatan dan mempertahankan kemmpuan perawatan anggota
keluarganya, khususnya anggota keluarga yang terkena Typhoid.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Arfiana & Lusiana, A. (2016) Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak PraSekolah.Yogyakarta : Trans Medika
Bachrudin, M & Najib, M .(2016). Keperwatan Medikal Bedah 1. Jakarta :PusdikSDM Kesehatan
Baratawidjaja, K,G & Rengganis I. (2012). Imunologi Dasar Edisi ke-10.Jakarta :FKUI
Gloria, dkk.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC) 6th IndonesianEdition. Indonesia : ELSEVIER
Hidayat, A. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusi :Pendekatan KurikulumBerbasis Kompetensi. Surabaya :Health Book Publishing.
http//:www.farmasi-id.com/apialys-drops-syrup-multivitamin-untuk -bayi-dan-anak.html, diakses pada 20 Maret 2018
Katzung. (2011). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi X. Jakarta :EGC
Kirnamoro & Maryana (2014) Anatomi Fisiologi .Yogyakarta : Pustaka BaruPress
Moorhead, dkk.(2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th IndonesianEdition.Indonesia : ELSEVIER
Morton, S & England, B.S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal BedahKeperawatan Dewasa Teoridan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta:Erlangga.
Nanda Internasional. (2015). Nanda International Inc. Diagnosa KeperawatanDefinisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi–10. Jakarta : EGC
Nurarif, A,H & Hardhi, K. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan BerdasarkanDiagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Medicaction
Nuruzzaman ,H & Fariani,S,. (2016) analisis risiko kejadian demam tifoidberdasarkan kebersihan diri dan kebiasaan jajan di rumah Vol. 4 No.1.(Online), (http ://www.e-jurnal.com/m=1, diakses pada 3 oktober 2017)
Rekam Medis RSTdr. Soedjono Magelang. (2017). Rekapitulasi Pasien RawatInap bulan Januari – Oktober 2017. Magelang : RST dr. Soedjono Magelang.
Ridha, N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : PustakaPelajar
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Profil Data Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2013(http://www.riskesdas.com, diakses 29 Oktober 2017).
Tarwoto, Watonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika.
Thamrin, Husniah Rubiana dkk. (2008).Informatorium Obat Nasional Indonesia2008.Jakarta : Badan Pom
Widagdo. (2014). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Batuk/BatukDarah.Jakarta : CV SagungSeto
Widodo, D. (2014). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi6 ; Demam Tifoid. Jakarta :Interna Publishing
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga
Wong, D, L. (2009). Buku Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TYPHOID
Pokok bahasan : Typhoid
Sub pokok bahasan : 1. Pengertian Typhoid
2. Penyebab Typhoid
3. Tanda dan Gejala Typhoid
4. Cara Penularan Typhoid
5. Cara Pengobatan Typhoid
Waktu : (20 menit)
Sasaran : Klien dan keluarga
Tempat : Di Ruang Anak Flamboyan RST dr. Soedjono
Magelang
Penyuluh : M. Rezky Irvan Arfiansyah / P1337420515051
I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan 1 x 30 menit, diharapkan keluarga
mampu memahami tentang Typhoid.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, keluarga
diharapkan mampu :
1. menjelaskan pengertian Typhoid
2. menyebutkan penyebab Typhoid
3. menyebutkan tanda dan gejala Typhoid
LAMPIRAN 2
4. menjelaskan cara penularan Typhoid
5. menjelaskan cara pengobatan Typhoid
6. menyebutkan diet untuk Typhoid
III. Kegiatan belajar Mengajar
No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
1 pembukaan 5 menit
a. Salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan tujuan dari
pertemuan
d. Kontrak waktu
e. Apersepsi
Menjawab salam
Mendengarkan
Menjawab
2 Isi materi 20 menit
a. Menjelaskan pengertian
Typhoid
b. Menjelaskan penyebab
Typhoid
c. Menyebutkan tanda dan
gejala Typhoid
d. Menjelaskan cara
penularan Typhoid
e. Menjelaskan cara
pengobatan Typhoid
f. Menyebutkan diet untuk
Typhoid
g. Memberi kesempatan
Memperhatikan
penjelasan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
peserta untuk bertanya Bertanya
3 Penutup 5 menit
a. Memberikan evaluasi
berupa pernyataan lisan
kepada peserta
b. Menyimpulkan kegiatan
yang telah disampaikan.
c. Memberikan salam
penutup
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan
Menjawab salam
IV. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
V. Media
a. Leaflet
VI. Materi
Terlampir
VII. Evaluasi
1. Jenis evaluasi : pernyataan lisan
2. Waktu : akhir kegiatan
3. Kriteria hasil :
a) Keluarga mampu menjelaskan pengertian Typhoid
b) Keluarga mampu menjelaskan penyebab Typhoid
c) Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala Typhoid
d) Keluarga mampu menjelaskan cara penularan Typhoid
e) Keluarga mampu menjelaskan cara pengobatan Typhoid
f) Keluarga mampu menyebutkan diet untuk Typhoid
Magelang, Januari 2018
Penyuluh,
M. Rezky Irvan ArfiansyahP 1337420515051
dalah penyakit infeksi akut padausus halus dengan gejala demamsatu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan denganatau tanpa gangguan kesadaran.
Penyebab
Infeksi kuman . . .
a. Salmonella thyposa
b. Salmonella parathypii A
c. Salmonella parathypii B
d. Salmonella parathypii S
e. Salmonella parathypii C
1. Panas badan selama 1 minggu lebih
2. Lidah kotor.
3. Gejala saluran pencernaan
(anoreksia, mual, muntah, konstipasi,
diare, perasaan tidak enak di perut dan
kembung, meteorismus).
4. Hepatosplenomegali (nyeri perabaan)
5. Gejala infeksi akut lainnya ( nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, batuk,
epistaksis).
6. Penurunan kesadaran.
Cara Penularan ThypoidBakteri disebarkan melalui tinja, muntahan,urin kemudian terbawa oleh lalat melaluiperantara kaki-kakinya yang dapatmengontaminasi makanan & minuman,sayuran, ataupun buah-buahan segar,sehingga terjadi infeksi saluran pencernaanyaitu usus halus. Dan melalui peredarandarah, kuman sampai di organ tubuhterutama hati dan limpa. Ia kemudianberkembang biak dalam hati dan limpa yangmenyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Cara Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan jalan
mengisolasi penderita dan melakukan
desinfeksi pakaian, feces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring
di tempat tidur selama tiga hari hingga panas
turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri
dan berjalan.
a
Mempertahankan asupan kalori
dan cairan yang adekuat:
a. Memberikan diet bebas yang
rendah serat pada penderita
tanpa gejala meteorismus
(kembung), dan diet bubur
saring pada penderita dengan
meteorismus.
Makanan yang dianjurkan
Tinggi kalori, tinggi
protein, tinggi cairan,.
Vitamin, contoh : kentang,
roti, hati, nasi, telur, ikan
Rendah serat : beras,
daging sapi, hati, jipang,
kacang panjang, tahu, labu
siam, bayam, buncis
Makanan yang TIDAK dianjurkan
Makanan yang merangsang
contohnya: lombok, pare, buah yang
masam seprti jeruk, tomat,
belimbing
Makanan yang tinggi serat :
pare
Makanan yang menimbulkan
gas : nanas, kol, sawi
b. Cairan yang adequat untuk
mencegah dehidrasi akibat muntah
dan diare.
c. Paracetamol diberikan untuk
mengurangi gejala yang timbul
seperti demam dan rasa pusing.
Pilihan antibiotika yang utama
adalah kloramfenikol selama 10 hari
dan diharapkan terjadi
pemberantasan kuman serta waktu
perawatan dipersingkat. Namun
beberapa dokter ada yang memilih
obat antibiotika lain seperti
ampicillin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, kotrimoksazol,
sefalosporin, dan ciprofloxacin
sesuai kondisi pasien.
SUMBER:http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html
DISUSUN OLEH :
M. REZKY IRVAN ARFIANSYAHP1337420515051
POLITEKNIK KESEHATANKEMENTRIAN SEMARANG
2018
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : M. Rezky Irvan Arfiansyah
2. NIM : P1337420515051
3. Tanggal Lahir : 3 Desember 1996
4. Tempat Lahir : Kebumen
5. JenisKelamin : Laki-laki
6. Alamat Rumah
a. Kelurahan : Karangsari
b. Kecamatan : Kutowinangun
c. Kab/Kota : Kebumen
d. Propinsi : Jawa Tengah
7. Telepon
a. Rumah : -
b. Handphone : +628996927623
c. Email : [email protected]
A. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SDN 1 Karangsari, Kuthowinangun, lulus tahun 2009
2. Pendidikan SLTP di SMP Negeri 3 Kebumen, lulus tahun 2012
3. Pendidikan SLTA di SMA Negeri 1 Kutowinangun, lulus tahun 2015
Magelang, 23 Maret 2018
M. Rezky Irvan ArfiansyahP. 1337420515051
LAMPIRAN 7