Upload
sayumiholic
View
108
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia atau sering kita kenal dengan istilah “ turun bero”, merupakan
penonjolan isi suatu rongga melalui defek aau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen,
isiperut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri atas jaringan lunak,
kantong dan isi hernia.
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal
(lipat paha), yang lainnya terjadi di umbilicus (pusar) atau daerah perut lainnya.
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum
(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi
lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan
diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan
wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia
semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot–otot perut yang sudah
mulai melemah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuaraikan diatas, maka
penulis mencoba merumuskan suatu maslah yaitu bagaimana melakukan
asuhan keperawatan perioperatif kepada Tn. S dengan kasus Hernia Inguinalis
Lateralis Dekstra
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini hanya akan membahas asuhan keperawatan
perioperatif pada Tn.A dengan kasus Hernia Inguinalis Lateralis Sinisra.
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien Tn.S
dengan Hernia Ingunalis Lateralis Dekstra.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada asuhan keperawatan pasien
Tn.S dengan Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra.
b. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi
dengan kasus Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Individu
Dapat membandingkan teori yang didapat di bagku kuliah dengan kenyataan
yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan
praktek di Rumah Sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada Rumah Sakit tentang asuhan
keperawatan perioperatif Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra, membantu
untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan palayanan operasi yang
optimal.
3. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat
turunnya testis dari perut kedalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan.
B. Klasifikasi
1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis
dan sebagainya.
2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis
dan sebagainya). Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika,
hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan
sebagainya.
5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata,
hernia strangulata.
6. Nama penemunya :
a. H. Petit (di daerah lumbosakral)
b. H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa
epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c. H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7. Beberapa hernia lainnya :
a. H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b. H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum
secara lengkap.
c. H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
C. Anatomi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin,
kantong dan isi hernia.
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis
muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum.
Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus
ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali
sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit,
tungkai atas bagian proksimedial.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding
perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang
menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga
adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia
inguinalis.
D. Etiologi
1. Kelemahan otot dinding abdomen.
- Kelemahan jaringan
- Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
- Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdominal.
- Obesitas
- Mengangkat benda berat
- Konstipasi – mengejan
- Kehamilan
- Batuk kronik
- Hipertropi prostat
3. Faktor resiko: kelainan congenital
4. Manifestasi Klinis
Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara
berangsur,-angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang
progresif dan persisten yang progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit atau
rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin didapatkan sebelum
perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini memperjelas
onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan
sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal
tapi juga menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital.
Disebut "Reffered pain" gejala ketidaknyamanan ini dapat mempercepat
keadaan yang berat dan menyusahkan.
Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi
atau intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan
istirahat, meskipun tidak selalu.Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia
selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien
berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa hernia yang
dpat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan mula timbulnya
hernia
5. Pemeriksaan Fisik
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi , sering
benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk
diletakkan disisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus
spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai annulus inguinalis profundus.
Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba pada
titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena
adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia.Hernia juga
diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam
kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk.
Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau
direk, namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya
memerlukan penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya
dapat dibuat pada waktu operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia
indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering ditemukan dalam
hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia direk lebih cenderung
timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan
massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonealis, terutama jika
pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan pemeriksa
didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis
pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari
tangan adalah khas dari hernia direk.
6. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi.
2. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali
pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada
umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya
gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang
dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis
dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
3. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih
saja dipakai sampai sekarang.Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena
mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki
sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
4. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti
a) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong
b) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik
seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus,
menutupdan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan
m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang
dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart
menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis keligamentum cooper pada
metode McVay Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh
atau marleks untuk menutup defek.
7. Persiapan
1. Alat
Instrumen Instrumen Tambahan
Basic set : Ohak 2 buah
Bengkok 2 Benang cide 2/0, cromik 1, cide 2, cide 0.
Neckholder2 Hak 1 buah
Klem arteri 10 Bisturi 22
Kom 2 Duk besar 2
Skapel 2 Duk lobang 2
Kooker 4 Handscone 3 pasang
Gunting jaringan 1 Klem usus 2
Gunting benang 1 Kasa 4 gulung
Pinset anatomis 2 Betadine alcohol 100 cc
Pinset srilugis 2 Jas operasi 3 buah
Cutter
Suction
Kanul suction
2. Pelaksanaan Asisten/Instrumen
No. Tindakan Peralatan yang Disiapkan
a) Disinfeksi daerah operasi
Alkohol, klem panjang, betadin, kom 2 buah
b) Penutupan area operasi (draping) Duk besar(2), duk lubang(1), duk
sedang (2), duk klem 4
c) Insisi lokasi operasi
Skapel dan bisturi, pinset anatomis, kasa kering
d) Mengkater pembuluh darah Cutter, klem arteri
e) Mengedep perdarahan Kasa kering, klem arteri
f) Memisahkan jaringan Ohak dan hak kecil
g) Pengangkatan fasia
Koker dan klem
h) Pengangkatan kantong hernia Pinset sirurgis, pinset anatomi, klem,
gunting
i) Mengikat kantong hernia dengan kasa gulung Kasa gulung
j) Penjahitan bassini
Side 2/0, neckholder, jarum dalam kecil, gunting
k) Heating peritoneum Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem
arteri, kasa
l) Heating otot Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem arteri,
kasa
m) Heating fasia Cooker, neckholder,jarum, polysorb, gunting, klem arteri.
Kasa
n) Heating subcutis Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem,
kasa
o) Heting kulit Cooker, neckholder, jarum, cide (2/0). Gunting, klem, kasa
p) Disinveksi araea jahitan Betadine, kasa, kom
q) Penutupan area operasi Kasa kering 2, kasa+betadine 2, hepafix
r) Merapikan alat dan melepas duk
s) Memindahkan pasien ke brankar
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis Kelamin : laki- laki
d. Alamat : Puring
e. Pekerjaan : Petani
f. No Register :155595
g. Dx Medis : HILS
h. Tindakan Operasi : Hernioraphy
i. Kamar Op/Tanggal : 21 November 2011, Kamar 1.
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 48 tahun
c. Alamat : Puring
d. Hubungan : Istri
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Benjolan di selangkangan kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ps. Datang ke dari poli bedah pukul 12.15 WIB dengan keluhan ada benjolan di
selangkangan, pasien terlihat gelisah dan cemas, belum terpasang DC, TD:
120/80mmHg, N: 86x/m, S: 36,50C, R: 18x/m.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ps. sudah pernah melakukan operasi laparotomi sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang dimaksud.
4. Pola Fungsional
a. Kebutuhan bernafas
Sebelum sakit : pasien mampu bernafas dengan normal dan adekuat
Saat dikaji : RR 18x/menit, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada cuping hidung
b. Kebutuhan nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan nasi dan lauk pauk.
Saat dikaji : terpasang RL 20tpm
c. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : pasien sulit BAB dan BAK 4-5x sehari
Saat dikaji : pasien terpasang DC no 16
d. Kebutuhan gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu bergerak dengan
seimbang
Saat dikaji : selama sakit tidak ada gangguan pergerakan
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30 WIB atau tidur
siang 1- 2 jam
Saat dikaji : pasien tidak tidur
f. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : pasien mampu berpakain sendiri
Saat dikaji : pasien mampu berpakai sendiri
g. Kebtuhan mempertahankan suhu tubuh dan temperature
Sebelum sakit : pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya, memakai jaket bila
dingin dan memakai kaos kaki.
Saat dikaji : suhu badan pasien 36, 50 C, hanya memakai baju operasi dan
terpasang infuse RL 20 tpm.
h. Kebutuhan personal hygiene
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan keramas 2x
seminggu
Saat dikaji : mandi terkakhir tadi pagi sebelum berangkat ke rumah sakit
i. Kebutuhan rasa nyaman dan aman
Sebelum sakit : pasien merasa nyaman saat badannya sehat
Saat dikaji : pasien merasa tidak nyaman karena adanya benjolan.
j. Kebutuhan komunikasi dengan orang lain
Sebelum sakit : pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik.
Saat dikaji : pasien masih dapat diajak bicara, menjawab jika ditanya, dan suara
jelas
k. Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit : pasien mampu beribadah dengan baik
Saat dikaji : pasien tidak mampu menjalankan ibadah
l. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : pasien biasa kesawah tiap hari
Saat dikaji : pasien tidak dapat mengerjakan pekerjaan
m. Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : pasien terkadang berjalan- jalan dengan cucu dan keluarganya
Saat dikaji : pasien hanya bisa tiduran di Rumah Sakit
n. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : pasien belajar dari televise, radio, Koran, dll
Saat dikaji : pasien mendapat informasi dari dokter dan perawat
5. Pemeriksaan
a. Keadaan umum
Kesadaran : Compos Metis
Vital Sign : TD 120/80 mmHg
RR 18x/menit
N 86x/menit
S 36, 50 C
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2) Mata
sklera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor
3) Hidung
tak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas
4) Mulut
mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada stomatitis
5) Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena
jugularis
6) Thorax
I: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
P: tidak ada nyeri tekan
P: paru sonor
A: paru vesikuler
7) Abdomen
I: tak ada jejas, ada benjolan di area inguinal, ada bekar jahitan di umbilikus
A: peristaltik : 8x/m
P: ada benjolan di area inguinal tak adapat dimasukan kembali
P: -
8) Genetalia
terpasang DC ukuran 16
9) Ekstremitas
- atas: terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, CRT 2detik, tidak ada jejas
- bawah: tak ada jejas, CRT 2detik, akral hangat,
6. Persiapan Penunjang
Laboratorium : darah lengkap
a. CT : 5 menit
b. BT : 3 menit
c. Golongan darah : A
d. HB : 15,7
e. AL : 9, 61
f. AT : 5,22
g. HBSAG : NEGATIF
h. Gula Sewaktu : 124 gr%
7. Persiapan Pasien
a. Cairan parenteral : Infus RL 500 CC
b. Kebersihan colon lambung : Puasa (6 jam)
c. Pencukuran daerah operasi : belum
d. Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak
e. Personal hygiene (mandi) : sudah mandi sebelum berangkat ke rumah sakit.
f. Pengosongan kandung kemih : pasien sudah BAK, produksi urin normal
g. Latihan : Pasien belum diajari nafas dalam
h. Baju operasi : Sudah
i. Inform Consent : Sudah
PRE OPERATIF
1. Analisa Data dan Dx Keperawatan
Tanggal/ Data fokus Etiologi Pathway Problem
jam
21-11-11
13.00wib
DS:
Pasien mengatakan
takut akan dilakukan
operasi
DO:
pasien tampak berdoa
Pengkajian fisik
Ada bekas luka
jahitan di umbilikus,
ada benjolan di
skrotum
Vital sign
N: 86x/m, S: 36,50C,
RR: 18 x/m
Perubahan
status
kesehatan
HILS
↓
Indikasi op
↓
Perubahan
status
kesehatan
↓
Risiko op
↓
Ansietas
Ansietas
1. Intervensi Keperawatan
Tanggal/
jam
Dx Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
21-11-11
13.00wib
Ansietas
b/d
perubahan
Setelah dilakaukan
tindakan
keperawatan
a. Awasi respon fisiologis,
misal : takipnea, palpitasi,
pusing, sakit kepala,
status
kesehatan
selama proses
keperawatn
diharapkan ansietas
teratasi dengan
kriteria hasil
1. Pasien tenang
2. TTV dalam batas
normal
3. Tidak menunjukan
wajah cemas
sensasi kesemutan.
b. Dorong pernyataan takut
dan ansietas : berikan
umpan balik.
c. Berikan informasi akurat,
nyata tentang apa yang
dilakukan, misal : sensasi
yang diharapkan, prosedur
biasa
d. Dorong orang terdekat
tinggal dengan pasien,
berespon terhadap tanda
panggilan dengan cepat.
Gunakan sentuhan dan
kontak mata dengan cepat
e. Tunjukkan teknik relaksasi,
contoh : visualisasi, latihan
napas dalam, bimbingan
imajinasi
f. Berikan obat sesuai
dengan indikasi, misal :
Diazepam
(valium),klurazepat
(Tranxene), alprazolan
(Xanax)
3. Implementasi Keperawatan
No dx Tanggal/ jam Implementasi Evaluasi
1 21-11-11
pukul
13.10wib
1. Mengawasi respon
fisiologis
pasien merasa gugup
dan jantung berdebar
2. Mendorong untuk
mengungkapakan rasa
takutnya
Pasien mengatakan
takut akan risiko operasi
yang dijalani
3. Memberikan informasi
tentang proses operasi
dengan jelas
Pasien memahami
4. Mengajarkan teknik
distraksi relaksasi dengan
visualisasi
Pasien kooperatif
INTRA OPERATIF
1. Analisa Data dan Dx Keperawatan
Tanggal/
jam
Data fokus Etiologi Pathway Problem
21-11-11 DS: - Proses Insisi Risiko
13.15wib DO:
Insisi ±10 cm
Perdarahan
±100cc
TD : 105/88
mmHg
N : 94x/menit
RR : 22x/menit
SaO2 : 98%
pembedahan pembedahan
↓
Terputusnya
pembuluh
darah
↓
Perdarahan
perdarahan
Diposkan oleh vie cute di 02.26