31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia atau sering kita kenal dengan istilah “ turun bero”, merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek aau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isiperut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong dan isi hernia. Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha), yang lainnya terjadi di umbilicus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia atau sering kita kenal dengan istilah “ turun bero”, merupakan

penonjolan isi suatu rongga melalui defek aau bagian lemah dari dinding rongga

bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen,

isiperut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-

aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri atas jaringan lunak,

kantong dan isi hernia.

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal

(lipat paha), yang lainnya terjadi di umbilicus (pusar) atau daerah perut lainnya.

Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia

inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum

(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi

lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan

diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan

wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia

semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot–otot perut yang sudah

mulai melemah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuaraikan diatas, maka

penulis mencoba merumuskan suatu maslah yaitu bagaimana melakukan

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

asuhan keperawatan perioperatif kepada Tn. S dengan kasus Hernia Inguinalis

Lateralis Dekstra

C. Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini hanya akan membahas asuhan keperawatan

perioperatif pada Tn.A dengan kasus Hernia Inguinalis Lateralis Sinisra.

D. Tujuan

1. Tujuan umum 

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien Tn.S

dengan Hernia Ingunalis Lateralis Dekstra.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada asuhan keperawatan pasien

Tn.S dengan Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra.

b. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi

dengan kasus Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Individu

Dapat membandingkan teori yang didapat di bagku kuliah dengan kenyataan

yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan

praktek di Rumah Sakit.

2. Bagi Rumah Sakit

Membantu memberikan informasi pada Rumah Sakit tentang asuhan

keperawatan perioperatif Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra, membantu

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan palayanan operasi yang

optimal.

3. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada

umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk

melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis

inguinalis adalah saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat

turunnya testis dari perut kedalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan.

B. Klasifikasi

1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis

dan sebagainya.

2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.

3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis

dan sebagainya). Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika,

hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).

4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan

sebagainya.

5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata,

hernia strangulata.

6. Nama penemunya : 

a. H. Petit (di daerah lumbosakral)

b. H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa

epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

c. H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.

7. Beberapa hernia lainnya : 

a. H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi

pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.

b. H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum

secara lengkap.

c. H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

C. Anatomi 

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin,

kantong dan isi hernia.

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus

yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis

muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum.

Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus

ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali

sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit,

tungkai atas bagian proksimedial.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi

anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak

tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding

perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus

inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya

struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis

internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang

menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga

adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia

inguinalis.

D. Etiologi

1. Kelemahan otot dinding abdomen.

- Kelemahan jaringan

- Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal

- Trauma 

2. Peningkatan tekanan intra abdominal.

- Obesitas

- Mengangkat benda berat

- Konstipasi – mengejan

- Kehamilan

- Batuk kronik

- Hipertropi prostat

3. Faktor resiko: kelainan congenital

4. Manifestasi Klinis

Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara

berangsur,-angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

progresif dan persisten yang progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit atau

rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin didapatkan sebelum

perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini memperjelas

onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan

sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal

tapi juga menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital.

Disebut "Reffered pain" gejala ketidaknyamanan ini dapat mempercepat

keadaan yang berat dan menyusahkan.

Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi

atau intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan

istirahat, meskipun tidak selalu.Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia

selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien

berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa hernia yang

dpat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan mula timbulnya

hernia

5. Pemeriksaan Fisik

Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi , sering

benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk

diletakkan disisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus

spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai annulus inguinalis profundus.

Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba pada

titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena

adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia.Hernia juga

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam

kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk.

Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau

direk, namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya

memerlukan penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya

dapat dibuat pada waktu operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia

indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering ditemukan dalam

hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia direk lebih cenderung

timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan

massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonealis, terutama jika

pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan pemeriksa

didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis

pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari

tangan adalah khas dari hernia direk.

6. Penatalaksanaan

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia

yang telah direposisi.

2. Reposisi

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali

pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri

memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap

sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada

umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya

gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang

dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis

dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian

sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak

disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak

berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

3. Bantalan penyangga

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang

telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai

seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih

saja dipakai sampai sekarang.Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena

mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut

didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada

anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki

sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

4. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan

hernioplasti

a) Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai

kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu dipotong

b) Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif

dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik

seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus,

menutupdan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan

m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang

dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart

menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus

abdominis, m.oblikus internus abdominis keligamentum cooper pada

metode McVay Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang

diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh

atau marleks untuk menutup defek.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

7. Persiapan 

1. Alat

Instrumen Instrumen Tambahan

Basic set : Ohak 2 buah

Bengkok 2 Benang cide 2/0, cromik 1, cide 2, cide 0.

Neckholder2 Hak 1 buah

Klem arteri 10 Bisturi 22

Kom 2 Duk besar 2

Skapel 2 Duk lobang 2

Kooker 4 Handscone 3 pasang

Gunting jaringan 1 Klem usus 2

Gunting benang 1 Kasa 4 gulung

Pinset anatomis 2 Betadine alcohol 100 cc

Pinset srilugis 2 Jas operasi 3 buah

Cutter 

Suction 

Kanul suction 

2. Pelaksanaan Asisten/Instrumen

No. Tindakan Peralatan yang Disiapkan

a) Disinfeksi daerah operasi

Alkohol, klem panjang, betadin, kom 2 buah

b) Penutupan area operasi (draping) Duk besar(2), duk lubang(1), duk

sedang (2), duk klem 4

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

c) Insisi lokasi operasi

Skapel dan bisturi, pinset anatomis, kasa kering

d) Mengkater pembuluh darah Cutter, klem arteri

e) Mengedep perdarahan Kasa kering, klem arteri

f) Memisahkan jaringan Ohak dan hak kecil

g) Pengangkatan fasia

Koker dan klem

h) Pengangkatan kantong hernia Pinset sirurgis, pinset anatomi, klem,

gunting

i) Mengikat kantong hernia dengan kasa gulung Kasa gulung

j) Penjahitan bassini

Side 2/0, neckholder, jarum dalam kecil, gunting

k) Heating peritoneum Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem

arteri, kasa

l) Heating otot Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem arteri,

kasa

m) Heating fasia Cooker, neckholder,jarum, polysorb, gunting, klem arteri.

Kasa

n) Heating subcutis Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem,

kasa

o) Heting kulit Cooker, neckholder, jarum, cide (2/0). Gunting, klem, kasa

p) Disinveksi araea jahitan Betadine, kasa, kom

q) Penutupan area operasi Kasa kering 2, kasa+betadine 2, hepafix

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

r) Merapikan alat dan melepas duk 

s) Memindahkan pasien ke brankar

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata Pasien

a. Nama : Tn. A

b. Umur : 50 tahun

c. Jenis Kelamin : laki- laki

d. Alamat : Puring

e. Pekerjaan : Petani

f. No Register :155595

g. Dx Medis : HILS

h. Tindakan Operasi : Hernioraphy 

i. Kamar Op/Tanggal : 21 November 2011, Kamar 1.

2. Penanggung Jawab

a. Nama : Ny. R 

b. Umur : 48 tahun

c. Alamat : Puring

d. Hubungan : Istri

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Benjolan di selangkangan kanan

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Ps. Datang ke dari poli bedah pukul 12.15 WIB dengan keluhan ada benjolan di

selangkangan, pasien terlihat gelisah dan cemas, belum terpasang DC, TD:

120/80mmHg, N: 86x/m, S: 36,50C, R: 18x/m.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Ps. sudah pernah melakukan operasi laparotomi sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang dimaksud.

4. Pola Fungsional

a. Kebutuhan bernafas

Sebelum sakit : pasien mampu bernafas dengan normal dan adekuat

Saat dikaji : RR 18x/menit, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada cuping hidung

b. Kebutuhan nutrisi

Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan nasi dan lauk pauk.

Saat dikaji : terpasang RL 20tpm

c. Kebutuhan eliminasi

Sebelum sakit : pasien sulit BAB dan BAK 4-5x sehari

Saat dikaji : pasien terpasang DC no 16

d. Kebutuhan gerak dan keseimbangan

Sebelum sakit : pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu bergerak dengan

seimbang

Saat dikaji : selama sakit tidak ada gangguan pergerakan

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

e. Kebutuhan istirahat dan tidur

Sebelum sakit : pasien biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30 WIB atau tidur

siang 1- 2 jam

Saat dikaji : pasien tidak tidur

f. Kebutuhan berpakaian

Sebelum sakit : pasien mampu berpakain sendiri

Saat dikaji : pasien mampu berpakai sendiri

g. Kebtuhan mempertahankan suhu tubuh dan temperature

Sebelum sakit : pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya, memakai jaket bila

dingin dan memakai kaos kaki.

Saat dikaji : suhu badan pasien 36, 50 C, hanya memakai baju operasi dan

terpasang infuse RL 20 tpm. 

h. Kebutuhan personal hygiene

Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan keramas 2x

seminggu

Saat dikaji : mandi terkakhir tadi pagi sebelum berangkat ke rumah sakit

i. Kebutuhan rasa nyaman dan aman

Sebelum sakit : pasien merasa nyaman saat badannya sehat

Saat dikaji : pasien merasa tidak nyaman karena adanya benjolan.

j. Kebutuhan komunikasi dengan orang lain

Sebelum sakit : pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik.

Saat dikaji : pasien masih dapat diajak bicara, menjawab jika ditanya, dan suara

jelas

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

k. Kebutuhan spiritual

Sebelum sakit : pasien mampu beribadah dengan baik

Saat dikaji : pasien tidak mampu menjalankan ibadah

l. Kebutuhan bekerja

Sebelum sakit : pasien biasa kesawah tiap hari

Saat dikaji : pasien tidak dapat mengerjakan pekerjaan

m. Kebutuhan rekreasi

Sebelum sakit : pasien terkadang berjalan- jalan dengan cucu dan keluarganya

Saat dikaji : pasien hanya bisa tiduran di Rumah Sakit

n. Kebutuhan belajar

Sebelum sakit : pasien belajar dari televise, radio, Koran, dll

Saat dikaji : pasien mendapat informasi dari dokter dan perawat

5. Pemeriksaan

a. Keadaan umum

Kesadaran : Compos Metis

Vital Sign : TD 120/80 mmHg

RR 18x/menit 

N 86x/menit

S 36, 50 C

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala 

mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan 

2) Mata

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

sklera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor 

3) Hidung 

tak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas 

4) Mulut 

mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada stomatitis 

5) Leher 

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena

jugularis

6) Thorax

I: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas 

P: tidak ada nyeri tekan 

P: paru sonor 

A: paru vesikuler 

7) Abdomen

I: tak ada jejas, ada benjolan di area inguinal, ada bekar jahitan di umbilikus

A: peristaltik : 8x/m

P: ada benjolan di area inguinal tak adapat dimasukan kembali 

P: -

8) Genetalia 

terpasang DC ukuran 16

9) Ekstremitas 

- atas: terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, CRT 2detik, tidak ada jejas 

- bawah: tak ada jejas, CRT 2detik, akral hangat, 

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

6. Persiapan Penunjang

Laboratorium : darah lengkap

a. CT : 5 menit

b. BT : 3 menit

c. Golongan darah : A

d. HB : 15,7

e. AL : 9, 61

f. AT : 5,22

g. HBSAG : NEGATIF

h. Gula Sewaktu : 124 gr%

7. Persiapan Pasien

a. Cairan parenteral : Infus RL 500 CC

b. Kebersihan colon lambung : Puasa (6 jam)

c. Pencukuran daerah operasi : belum

d. Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak

e. Personal hygiene (mandi) : sudah mandi sebelum berangkat ke rumah sakit.

f. Pengosongan kandung kemih : pasien sudah BAK, produksi urin normal

g. Latihan : Pasien belum diajari nafas dalam

h. Baju operasi : Sudah

i. Inform Consent : Sudah

PRE OPERATIF

1.      Analisa Data dan Dx Keperawatan

Tanggal/ Data fokus Etiologi Pathway Problem

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

jam

21-11-11

13.00wib

DS:

Pasien mengatakan

takut akan dilakukan

operasi

DO:

pasien tampak berdoa

  Pengkajian fisik

Ada bekas luka

jahitan di umbilikus,

ada benjolan di

skrotum

  Vital sign

N: 86x/m, S: 36,50C,

RR: 18 x/m

Perubahan

status

kesehatan

HILS

Indikasi op

Perubahan

status

kesehatan

Risiko op

Ansietas

Ansietas

1. Intervensi Keperawatan

Tanggal/

jam

Dx Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

21-11-11

13.00wib

Ansietas

b/d

perubahan

Setelah dilakaukan

tindakan

keperawatan

a.    Awasi respon fisiologis,

misal : takipnea, palpitasi,

pusing, sakit kepala,

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

status

kesehatan

selama proses

keperawatn

diharapkan ansietas

teratasi dengan

kriteria hasil

1.      Pasien tenang

2.      TTV dalam batas

normal

3.      Tidak menunjukan

wajah cemas

sensasi kesemutan.

b.    Dorong pernyataan takut

dan ansietas : berikan

umpan balik.

c.    Berikan informasi akurat,

nyata tentang apa yang

dilakukan, misal : sensasi

yang diharapkan, prosedur

biasa

d.   Dorong orang terdekat

tinggal dengan pasien,

berespon terhadap tanda

panggilan dengan cepat.

Gunakan sentuhan dan

kontak mata dengan cepat

e.    Tunjukkan teknik relaksasi,

contoh : visualisasi, latihan

napas dalam, bimbingan

imajinasi

f.     Berikan obat sesuai

dengan indikasi, misal :

Diazepam

(valium),klurazepat

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

(Tranxene), alprazolan

(Xanax)

3.   Implementasi Keperawatan

No dx Tanggal/ jam Implementasi Evaluasi

1 21-11-11

pukul

13.10wib

1.      Mengawasi respon

fisiologis

pasien merasa gugup

dan jantung berdebar

2.      Mendorong untuk

mengungkapakan rasa

takutnya

Pasien mengatakan

takut akan risiko operasi

yang dijalani

3.      Memberikan informasi

tentang proses operasi

dengan jelas

Pasien memahami

4.      Mengajarkan teknik

distraksi relaksasi dengan

visualisasi

Pasien kooperatif

INTRA OPERATIF

1.      Analisa Data dan Dx Keperawatan

Tanggal/

jam

Data fokus Etiologi Pathway Problem

21-11-11 DS: - Proses Insisi Risiko

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS HILS.docx

13.15wib DO:

        Insisi ±10 cm

        Perdarahan

±100cc

        TD : 105/88

mmHg

        N   : 94x/menit

        RR : 22x/menit

        SaO2 : 98%

pembedahan pembedahan

Terputusnya

pembuluh

darah

Perdarahan

perdarahan 

Diposkan oleh vie cute di 02.26