21
LAPORAN TUGAS KOMUNITAS 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK ANAK JALANAN DISUSUN OLEH: Puspita Amelia 20100320026 Arlin Sifana20100320027 Ika Kholila Sari 20100320028 Novita Wahyu20100320029 Mia Musti H 20100320030 Andri Wahyu 20100320037 Evu Yunita 20100320022 Norma Annissa 20100320069 M. Tukhfatul Athfal 20100320042 Indah Utami 201003200 Wahyudi Harmoko 20100320039 Ramdhan Sultan 20100320013 Harsa Tri Pradana 20100320024 Maidianto 20100320077 Iyung Gayarti 20100320068 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Laporan Askep Anak Jalanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vhgghghghg

Citation preview

LAPORAN TUGAS KOMUNITAS 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK ANAK JALANAN

DISUSUN OLEH:

Puspita Amelia 20100320026

Arlin Sifana 20100320027

Ika Kholila Sari 20100320028

Novita Wahyu 20100320029

Mia Musti H 20100320030

Andri Wahyu 20100320037

Evu Yunita 20100320022

Norma Annissa 20100320069

M. Tukhfatul Athfal 20100320042

Indah Utami 201003200

Wahyudi Harmoko 20100320039

Ramdhan Sultan 20100320013

Harsa Tri Pradana 20100320024

Maidianto 20100320077

Iyung Gayarti 20100320068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segenap

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tidak lupa shalawat serta salam kita

panjatkan kehadiran Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.

Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan

Komunitas 2 dalam membuat asuhan keperawatan tentang kelompok Anak Jalanan.

Dalam penyusunan tugas ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa , kami tak luput dari kesalahan dan

kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian

kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan tugas ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Demikian, semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kami selalu

penyusun dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari

berbagai pihak yang bersifat membangun.

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

Anak jalanan adalah anak- anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja

di jalanan kawasan urban. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan

merupakan anak yang berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam

sehari dalam 6 hari dalam seminggu.

Anak jalanan ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Peningkatan ini

merupakan salah satu akibat dari krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia. Akibat

dari krisis ini banyak sekali permasalahan yang muncul baik di bidang perekonomian,

sosial, dan kesehatan.

Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar kemungkinan bagi anak untuk terjerumus

kejalanan. Perekonomian yang kacau akibat krisis moneter menyebabkan terjadi

pemutusan hubungan kerja dimana- mana. Hingga pada akhirnya anak- anak pun sampai

diperkerjakan oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka

yang seharusnya bermain dan belajar telah ikut menanggung beban keluarga. Pada

akhirnya mereka menjadi penghuni tetap jalanan yang menghabiskan waktunya untuk

bekerja dan menggantungkan hidup di jalanan sehingga mereka menjadi anak jalanan.

Jumlah anak jalanan terus bertambah setiap tahunnya. Lembaga Perlindungan Anak

mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan di Jawa Barat dan 4.626 di

antaranya berada di kotamadya Bandung.

Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak jalanan

di seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah Jabotabek

serta 8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota provinsi

Jawa Tengah jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan. Dari data

pada tahun 2005 terdapat 335 anak.

Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak 416 menurut yayasan Setara

Semarang.Peningkatan ini semakin signifikan tiap tahunnya, bahkan berdasarkan

majalah Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan di

Semarang mencapai hampir 2000 anak. (Ernawati, 2012)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Anak jalanan

Anak jalanan adalah anak yang berusia 5- 18 tahun baik laki- laki maupun perempuan

yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja di jalanan kawasan urban,

memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan

keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan, dan bimbingan sehingga rawan terkena

gangguan kesehatan dan psikologi.

Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan merupakan anak yang

berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari dalam 6 hari dalam

seminggu. Akan tetapi, secara umum anak jalanan terbentuk dari dua kata yaitu “anak”

dan “jalanan”.

Anak mengacu pada usia yang hingga kini masih beragam pendapatnya. Sedangkan

jalanan mengacu pada tempat dimana anak tersebut beraktifitas. Pembagian anak jalanan

menurut UNICEF dibagi menjadi tiga kelompok antara lain:

1. Street Living Children

Anak-anak yang pergi dari rumah dan meninggalkan orang tuanya. Anak tersebut

hidup sendirian dan memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan

keluarganya. Biasanya anak-anak ini sering disebut dengan gelandangan atau pun

gembel. Mereka biasanya tidak mempunyai tempat tinggal maupun pekerjaan

tetap.

2. Street Working Children

Disebut juga sebagai pekerja anak di jalan. Mereka menghabiskan sebagian besar

waktu mereka di jalanan untuk bekerja baik di jalan atau pun di tempat- tempat

umum untuk membantu keluarganya. Sehingga anak- anak ini masih memiliki

rumah dan tinggal dengan orang tua mereka.

3. Children from Street Families

Anak- anak yang hidup di jalanan, beserta dengan keluarga mereka. Untuk

jumlahnya sendiri, jumlah anak jalanan terus betambah setiap tahunnya. Lembaga

Perlindungan Anak mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan di

Jawa Barat dan 4.626 di antaranya berada di kotamadya Bandung.

Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak

jalanan di seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah

Jabotabek serta 8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota

provinsi Jawa Tengah jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan.

Dari data pada tahun 2005 terdapat 335 anak. Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak

416 menurut yayasan Setara Semarang. Peningkatan ini semakin signifikan tiap

tahunnya, bahkan berdasarkan majalah Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan

bahwa jumlah anak jalanan di Semarang mencapai hampir 2000 anak.

Menurut Moeliono dalam penelitian Mardiana mengenai perilaku belajar pada

anak jalanan menyebutkan pada dasarnya tidak ada satu faktor tunggal yang

menyebabkan anak berada, tinggal, maupun hidup di jalanan dan menjadi anak jalanan.

Akan tetapi penyebabnya adalah banyak faktor (multifaktor) yang saling terkait satu

sama lain sehingga dapat menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan. Faktor

tersebut antara lain kemiskinan, faktor keluarga, dan pengaruh lingkungan.

Kemiskinan, persoalan dalam keluarga atau hubungan keluarga yang buruk dan

pengaruh lingkungan sebaya yang secara bersamaan dapat memberi tekanan yang begitu

besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dan melarikan diri ke jalan untuk

mencari kebebasan, perlindungan dan dukungan dari jalanan dan dari rekan- rekan

senasibnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian

Pada Masyarakat Universitas Semarang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa

banyak faktor melatarbelakangi seorang anak menjadi anak jalanan antara lain

kemiskinan (83,33%), keretakan keluarga (1,96%), orang tua tidak paham dan tidak

memenuhi kebutuhan sosial anak (0,98%), dan lainnya adalah keinginan sendiri, sering

dipukul orang tua, dan ingin bebas (13,7%). Kemiskinan tetap merupakan salah satu

faktor utama yang melatarbelakangi seorang anak menajdi anak jalanan. Akibatnya

pendidikan pada anak jalanan pun menjadi terabaikan. Di Semarang kurang lebih

60,79% tidak bersekolah dan hanya 39,21% saja yang mengenyam pendidikan baik

pendidikan TK, SD, SMP, ataupun SMA. Sehingga akses untuk memperoleh informasi

untuk menambah pengetahuan pada anak jalanan pun menjadi terbatas.

B. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sebuah kegiatan berulang yang harus dilakukan seseorang terutama

untuk menunjang kehidupannya. Pekerjaan akan berkorelasi dengan keadaan sosial

ekonomi seseorang. Sehingga dapat memperbanyak kesempatan untuk mendapatkan

pengetahuan. Dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, maka kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan terhadap informasi dan pengetahuan akan semakin baik. Tentu saja

pekerjaan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pengetahuan.

C. Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN

Pengkajian yang telah dilakukan pada kelompok Paguyuban Angklung Kriddotomo jl.

Tentara rakyat mataram Jelagran Kulon RW 1 adalah riwayat wilayah tidak didapatkan

karena pengamen adalah penduduk baru. Tidak diketahui ada tidaknya pemekaran

wilayah. Usia anggota paguyuban paling tua 35 tahun. Usia rata- rata anggota paguyuban

20- 25 tahun. Dengan jenis kelamin anggota paguyuban laki- laki, dan anggota

paguyuban 6 orang. Tingkat pendidikan rata- rata SMP dan SMA. Status pekerjaan

sebagai kewirausahaan atau buruh. Penghasilan yang didapatkan Rp 80.000,00 dengan

rincian Rp 20.000,00 untuk menyewa alat dan sisanya untuk kehidupan sehari- hari.

Masalah kesehatan yang sering dialami oleh anggota paguyuban yaitu pusing dan sesak

nafas. Tidak ada data kematian selama 2 tahun. Budaya yang dianut adalah budaya jawa.

DIAGNOSA

Diagnosa yang kami dapatkan yaitu :

No Masalah Etiologi Tanda & Gejala

1. Defisit pengetahuan tentang

masalah- masalah gangguan

pernafasan pada anak jalanan

paguyuban Angklung Kriddotomo di

jl. Tentara rakyat mataram Jelagran

Kulon RW 1

Kurangnya Alat

Pelindung Diri

ketika mengamen di

jalan sehingga

sering terpapar debu

Wawan mengatakan

batuk, pusing,

merupakan hal biasa

yang dialami

mereka.

Dx : defisit pengetahuan tetang masalah gangguan pernafasan pada anak jalanan

paguyuban Angklung Kriddotomo di Jl. Tentara rakyat mataram jelagran kulon RW

1 b/d kurangnya Alat pelindung Diri ketika mengamen di jalan sehingga sering

terpapar debu d/d wawan mengatakan batuk, pusing merupakan hal biasa.

2. Resiko peningkatan angka korban

cidera akibat kecelakaan pada anak

jalanan di paguyuban angklung

kridotomo

Minimnya

penggunaan alat

pelindung diri pada

anak jalanan di

paguyuban

angklung kridotomo

- Mas iwan

mengatakan

anggota

peguyuban

sering

terserempet

mobil kendaraan

lain ketika

mengamen

- Mas iwan

mengatakan

bahwa anggota

paguyunam

tidak pernah

menggunakan

alat pelindung

diri walaupun

ada kejadian

terserempet.

- Wilayah

paguyuban

terletak di bawah

rel kereta api

dan di dekat

jalan raya yang

rawan

kecelakaan.

- Dx : Resiko peningkatan angka akibat kecelakaan pada anak jalanan di

paguyuban angklung kridotomo b/d Minimnya penggunaan alat pelindung diri

pada anak jalanan di paguyuban angklung kridotomo d/d Mas iwan

mengatakan anggota peguyuban sering terserempet mobil kendaraan lain

ketika mengamen, Mas iwan mengatakan bahwa anggota paguyunam tidak

pernah menggunakan alat pelindung diri walaupun ada kejadian terserempet,

Wilayah paguyuban terletak di bawah rel kereta api dan di dekat jalan raya

yantug rawan kecelakaan.

PERENCANAAN

N

O

DX.

KEPERAWATAN

TUJUAN

UMUM

TUJUAN

KHUSUS

STRATEGI

INTERVENSI

RENCANA

KEGIATAN

EVALUASI SUMBER TEMPAT PJ

KRITERIA EVALUASI

1 defisit

pengetahuan

tetang masalah

gangguan

pernafasan

pada anak

jalanan

paguyuban

Angklung

Kriddotomo di

Jl. Tentara

rakyat

mataram

jelagran kulon

RW 1 b/d

kurangnya Alat

pelindung Diri

ketika

mengamen di

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama 1x

pertemuan

diharapkan

anak-anak

jalanan di jl.

Tentara bisa

lebih tahu

tentang

masalah

gangguan

pernafasan

Anak-anak

jalanan di

jl. Tentara

mulai

memakai

alat

pelindung

diri seperti

masker

Praktek

mandiri

keperawatan

Pendidikan

kesehatan

tentang

gangguan sistem

pernapasan:

1. Pengertian

gangguan

pernafasan

2. Penyebab

gangguan

pernafasan

3. Pencegahan

gangguan

pernafasan

4. Penatalaksan

aan gangguan

pernafasan

Cakupan

pengetah

uan anak

jalanan

tentang

ganggua

n sistem

pernapas

an

mencapa

i 100%

Setelah

dilakukan

pendidikan

kesehatan

diharapkan dari

20% anak-anak

jalanan dapat

meningkat p-

engetahuannya

menjadi 60%.

Mahasiswa

universitas

muhammadiyah

yogyakarta

Pondok

paguyub

an jl.

matara

m

atfal

jalan sehingga

sering terpapar

debu d/d

wawan

mengatakan

batuk, pusing

merupakan hal

biasa.

2 Resiko

peningkatan

angka korban

cidera akibat

kecelakaan

pada anak

jalanan

paguyuban

angklung

kridotomo

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama 1x

pertemuan

diharapkan

terjadi

penurunan

angka

korban

cidera

akibat

kecelakaan

pada anak

jalanan dijl.

Anak-anak

jalanan di

jl. tentara

Praktek

mandiri

keperawatan

Pendidikan

kesehatan k3

(keamanan dan

kesehatan kerja):

1. Pengertian

K3

2. Jenis K3

3. Penatalaksa

naan K3

Cakupan

penkes

diharapk

an 100%

anak

jalanan

tidak

menjadi

korban

akibat

kecelaka

an

Setelah

melakukan

pendidikan

kesehatan

diharapkan dari

60% korban

cidera dapat

menurun

menjadi 20%.

Mahasiswa

keperawatan

umy

Pondok

paguyub

an

amel

Tentara.

EVALUASI

NO HARI, TANGGAL,

JAM

IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Kamis, 10 Oktober

2013

Setelah dilakukan implementasi pada

tanggal 10 oktober 2013 di pondok

paguyuban Angklung Kriddotomo jl.

Tentara mataram. Intervensi tentang

gangguan pernafasan kepada 6 orang di

pondok paguyuban. Dengan materi :

1. Pengertian gangguan pernafasan

2. Penyebab gangguan pernafasan

3. Pencegahan gangguan pernafasan

4. Penatalaksanaan gangguan

pernafasan

S : mereka mengatakan

senang karena selama

ini belum pernah

mendapatkan

pendidikan kesehatan

O : mereka mengerti

tentang bahaya

pernafasan akan tetapi

tidak bisa

menggunakan masker

karena keseharian

mereka harus

bernyanyi.

A : dari implementasi

yang telah dilakukan

terjadi peningkatan

pengetahuan dari 20 %

menjadi 60 %

P : perlunya diberikan

pendidikan kesehatan

lanjutan kepada anak

anak jalanan.

2. Kamis, 10 oktober

2013

Setelah dilakukan implementasi pada

tanggal 10 oktober 2013 di pondok

paguyuban Angklung Kriddotomo jl.

Tentara mataram. Intervensi tentang

keamanan dan keselamatan kerja

kepada 6 orang di pondok paguyuban.

Dengan materi : Keamanan dan

S : Setelah dilakukan

intervensi anak- anak

jalanan merasa senang

dan lebih mengerti.

O : secara obyektif

belum bida

mendapatkan hasil

angka kecelakaan yang

Keselamatan Kerja (K3)

1. Pengertian K3

2. Jenis K3

3. Penatalaksanaan K3

terjadi. Akan tetapi

anak- anak jalanan

mulai mengerti

mengenai keamanan

dan keselamatan kerja

A: Sementara ini

analisis belum dapat

ditarik kesimpulan,

dikarenakan ini

merupakan intervensi

yang pertama kalinya

P: perlu diberikan

intervensi lanjut dan

pemantauan berkala

dari petugas kesehatan

maupun

mahasiswa/kader

kesehatan.

D. Dokumentasi