82
1 PERANCANGAN ROBOT LENGAN SEBAGAI ALAT BANTU PROSES MELURUSKAN TULANG BELAKANG PADA OPERASI PASIEN SKOLIOSIS TUGAS MERANCANG KELOMPOK 8 PEMBIMBING : Dimas Arif Fadilah 1206217181 Dippo Lafitra Bastaman 1206217225 Muhammad Yusuf Qordhawi 1206248432 Pradha Pahlevi Thamaryan 1206220245 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK MEI 2015

Laporan Akhir Tumer - Kelompok 8 Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Akhir Tumer - Kelompok 8 Fix

Citation preview

  • 1

    PERANCANGAN ROBOT LENGAN SEBAGAI ALAT BANTU PROSES

    MELURUSKAN TULANG BELAKANG PADA OPERASI PASIEN SKOLIOSIS

    TUGAS MERANCANG

    KELOMPOK 8

    PEMBIMBING :

    Dimas Arif Fadilah 1206217181

    Dippo Lafitra Bastaman 1206217225

    Muhammad Yusuf Qordhawi 1206248432

    Pradha Pahlevi Thamaryan 1206220245

    DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    MEI 2015

  • 2

    HALAMAN PERNYATAAN

    Buku Laporan Akhir Tugas Merancang dengan judul:

    PERANCANGAN ROBOT LENGAN SEBAGAI ALAT BANTU PROSES

    MELURUSKAN TULANG BELAKANG PADA OPERASI PASIEN SKOLIOSIS

    Adalah karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

    dinyatakan dengan benar.

    Dimas Arif Fadilah Dippo Lafitra Bastaman

    (1206217181) (1206217225)

    Muhammad Yusuf Qordhawi Pradha Pahlevi Thamaryan

    (1206248432) (1206220245)

  • 3

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Buku Laporan Akhir Tugas Merancang dengan judul :

    PERANCANGAN ROBOT LENGAN SEBAGAI ALAT BANTU PROSES

    MELURUSKAN TULANG BELAKANG PADA OPERASI PASIEN SKOLIOSIS

    Dapat disetujui untuk penliaian akhir mata kuliah Tugas Merancang

    Depok, 8 Juni 2015

    Dosen Pembimbing,

    Sugeng Supriyadi ST , M.S.Eng , Ph.D

    NIP 198207282008121002

  • 4

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga

    kelompok 8 dapat menyelesaikan perancangan alat PERANCANGAN ROBOT

    LENGAN SEBAGAI ALAT BANTU PROSES MELURUSKAN TULANG

    BELAKANG PADA OPERASI PASIEN SKOLIOSIS. Tidak lupa kami ucapkan

    terima kasih kepada Bapak Sugeng Supriyadi ST , M.S.Eng , Ph.D selaku dosen dan

    pembimbing kami di mata kuliah Tugas Merancang, serta kepada orang tua dan juga

    teman-teman kami atas dukungannya dalam pembuatan makalah ini.

    Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi mata kuliah Tugas

    Merancang serta untuk menyumbangkan ide yang berguna bagi masyarakat sebagai

    calon sarjana teknik mesin.

    Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan dan

    penyampaian informasi yang ingin dan kami sampaikan serta bila ada kata kata yang

    kurang berkenan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun

    sehingga kami dapat membuat perancangan alat yang lebih baik di waktu mendatang.

    Depok, 2015

    Penyusun

  • 5

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ........................................................................................................... 4

    Daftar Isi .................................................................................................................... 5

    BAB I. Pendahuluan .................................................................................................. 6

    BAB II. Metode Penulusuran Literatur ..................................................................... 8

    BAB III. Pengembangan Rancangan ......................................................................... 10

    BAB IV. Hasil Perancangan dan Perhitungan ........................................................... 27

    BAB V. Penutup ........................................................................................................ 60

    Daftar Pustaka ........................................................................................................... 61

    Lampiran .................................................................................................................... 62

    1 BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

  • 6

    Skoliosis merupakan kelainan dimana tulang belakang membentuk lengkungan

    seperti kurva berbentuk S atau C. Menurut The National Scoliosis Foundation USA,

    kasus skoliosis ditemukan pada 4,5 persen populasi umum. Akibat yang dialami

    pasien penderita skoliosis adalah menurunnya fungsi organ-organ tubuh hingga

    70% karena mengalami penekanan oleh tulang belakang yang melengkung.

    Skoliosis dikategorikan berbahaya dan membutuhkan tidakan operasi apabila

    kelengkungan tulang belakang membentuk sudut 50o.. Proses operasi pasien

    skoliosis dilakukan dengan metode RSCM yang dikembangkan oleh tim dokter

    bedah tulang (orthopaedi) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat.

    Metode ini masih memiliki kekurangan yakni waktu operasi yang terlalu lama.

    Akibatnya adalah turunnya trombosit atau kadar darah dokter dan residen

    pengoperasi pasien skoliosis yang dapat menyebabkan pingsan sampai kematian

    karena terlalu lama terkena hamparan sinar X-Ray. Salah satu proses operasi pasien

    skoliosis yang memakan waktu lama adalah ketika meluruskan tulang belakang.

    Proses ini masih dilakukan secara manual dimana proses pemasangan bolt, bender

    dan pelurusan tulang belakang masih dilakukan oleh tangan dokter dan residen.

    Terutama dalam hal meluruskan tulang belakang yang sangat keras, dibutuhkan

    residen 2-3 orang dan dokter orthopaedi yang memimpinnya. Disamping itu

    kesalahan yang dilakukan oleh residen dalam meluruskan tulang belakang dapat

    berakibat kelumpuhan pasien bahkan kehilangan nyawa. (Rahyussalim,2015)

    Beranjak daripada pertimbangan tersebut maka dibutuhkan alat bantu untuk

    proses operasi pasien skoliosis khususnya dalam proses pelurusan tulang belakang.

    Alat bantu tersebut akan mengambil peran residen dalam meluruskan tulang

    belakang pasien dan dapat dikendalikan dari jauh oleh dokter orthopaedi.

    Spesifikasi alat bantu tersebut haruslah smart, aman, ekonomis, dan mudah

    digunakan. Berdasarkan masalah tersebut maka terdapat solusi Perancangan

    Robot Lengan Berbasis Mikrokontroller sebagai Alat Bantu Proses

    Meluruskan Tulang Belakang pada Operasi Pasien Skoliosis

    Pembuatan simulator arm robot dirancang memiliki 2 degree of freedom

    (dof) dengan menggunakan bantuan mikrokontroler Arduino Uno

    sehinggamemudahkan komunikasi antara perangkat keras arm robot dengan

  • 7

    perangkat lunak yang digunakan untuk mengontrol gerakan robot. Selanjutnya

    dilakukan analisa inverse kinemtic untuk mendeskripsikan orientasi dan posisi end

    effector terhadap base

    .

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    Beranjak dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik beberapa rumusan yang

    menjadi perhatian dalam program ini yaitu :

    1. Bagaimanakah proses perancangan robot lengan berbasis

    mikrokontroller ini?

    2. Bagaimanakah proses kerja robot lengan berbasis mikrokontroller

    sebagai penggerak bender dalam proses operasi pasien skoliosis?

    3. Apa keunggulan dari robot lengan berbasis mikrokontroller ini

    sehingga dapat membantu kelagsunagn proses operasi pada pasien

    skoliosi?

    1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

    Tujuan daripada perancangan alat ini adalah :

    1. Mengetahui proses perancangan robot lengan berbasis mikrokontroller

    untuk membantu proses operasi pasien skoliosis.

    2. Mengetahui cara kerja robot lengan menggunakan mikrokontroller

    ATmega 32 dalam membantu proses operasi pasien skoliosis.

    3. Mengetahui proses manufaktur dan estimasi harga produksi robot

    lengan berbasis mikrokontroller untuk membantu operasi pasien

    skoliosis.

    Manfaat daripada perancangan alat ini adalah:

    1. Mempermudah dokter orthopaedi dalam melakukan operasi pasien

    skoliosis

  • 8

    2. Mencegah dokter dan praktikan terkena hamparan X-Ray terlalu lama

    ketika proses operasi pasien skoliosis.

    1.4 BATASAN MASALAH Adapun batasan-batasan masalah yang dibuat agar perancangan robot dapat berjalan

    baik adalah sebagai berikut:

    1. Kecepatan gerakan robot lengan dibuat konstan dengan tegangan motor servo

    sebesar 12-15 V, sehingga disini robot hanya diatur keakuratan saja.

    2. Menggunakan mikrokontroller Arduino Uno sebagai controller pergerakan robot.

    3. Lengan robot dikontrol oleh switch butto dari jauh dengan konsep PID controller

    sebagai penunjang keakuratan robot.

  • 9

    2 BAB II. METODE STUDI LITERATUR

    Skoliosis

    Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang

    belakang. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang

    tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya

    merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu,

    seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya. Berbagai

    kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi

    sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung.(David,

    2006)

    Skoliosis sendiri memiliki berbgagai macam jenis dan bentuk terutama dalam

    bentuk kurva yang terbentuk dan tempat dimana kurva tersebut berada. Berikut kategori

    skoliosis menurut Michael (2001)

    Letak kurva skoliosis bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area lainnya

    sedangkan bentuk kurva memiliki dua bentuk umum yakni:

    Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan

    karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting

    balance yang tidak baik.

    Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal kanan dan

    lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori, umumnya struktural.

    Derajat Skoliosis

    Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat

    derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistem kardiopulmonal.(Michael, 2001).

    Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau Risser-

    Ferguson.Klasifikasi dari derajat kurva skoliosis yang diukur dapat dikategorikan

    menjadi beberapa bagian yakni:

  • 10

    Scoliosis ringan : kurva kurang dari 20

    Scoliosis sedang : kurva 20 40 /50 . Mulai terjadi perubahan struktural vertebra

    dan costa.

    Scoliosis berat : lebih dari 40 /50 . Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih

    besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60

    - 70 terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup

    Proses Operasi Pasien Skoliosis

    To achieve safe correction, to restore balance, to stop progression and to reach

    good quality of life are the main goals of scoliosis surgery Prof Subroto Sapardan

    menjelaskan ketika dalam acara meet the expert pada Spinal Surgery Update 2009

    bahwa To achieve safe correction, to restore balance, to stop progression and to reach

    good quality of life are the main goals of scoliosis surgery

    Menurut Prof Subroto Sapardan dalam Meet the Expert Spinal Surgery Update

    2009, tujuan utama daripada operasi skoliosis adalah untuk mendapatkan koreksi tulang

    belakang yang aman, untuk mengembalikan keseimbangan, menghentikan Berdasarkan

    data dan penjelasan yang diberikan oleh mitra yakni Dr.dr. Rahyussalim,Sp.OT (K)

    seorang ahli bedah spinal dari tim dokter orthopaedi RSCM, maka didapatkan langkah-

    langkah dalam melakukan proses operasi pasien skoliosis. Fasilitas yang disediakan

    untuk operasi koreksi skoliosis berat dilengkapi dengan Intra-Operative Neuron

    Monitoring, pemantauan fungsi saraf selama operasi dan Autologous Transfusion, yang

    memungkinkan transfusi darah nirdonor (orthoui-rscm.org). Pertama dilakukan

    pengukuran derajat kemiringan menggunakan metode Cobb agar mengetahui letak kurva

    skoliosis. Setelah itu dilakukan pembelahan lateral pada daerah yang mengalami kurva

    tersebut dan dilakukan penjepitan pada bagian otot agar bagian kurva terlihat jelas.

    Berikutnya dilakukan pengeboran pada tulang belakang yang memiliki kurva, proses ini

    dilakukan menggunakan X-Ray agar mengetahui letak saraf dan pembuluh darah.

    Setelah itu dipasanglah bolt pada lubang tersebut yang nantinya bolt tersebut akan

    dipasangkan pedipat untuk mempermudah meluruskan tulang. Setelah pediguard

    terpasang maka bagian tersulitnya adalah meluruskan tulang belakang tersebut dengan

  • 11

    gerakan mendorong atau menarik yang masih dilakukan oleh residen. Proses ini banyak

    mengalami kesalahan karena sifat residen yang cenderung tidak berhati-hati. Setelah

    lurus, residen menahan posisi tersebut sampai dipasangkan pin utnutk menahan tulang

    belakang. Proses ini memerlukan waktu lama akibatnya hamparan X-Ray yang terus

    menerus akan berakibat pada turunnya trombosit pada dokter orthopaedi dan residen.

    Hamparan Sinar X

    Sinar-X atau Sinar Rntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi

    elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 10nanometer ke

    100 pikometer (sama dengan frekuensi dalam rentang 30 petahertz - 30 exahertz) dan

    memiliki energi dalam rentang 100eV - 100 V. Sinar-X umumnya digunakan dalam

    diagnosis gambar medis dan Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi

    ion dan dapat berbahaya.

    Robotika

    Menurut Siregar (2012:7), robotika adalah ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai

    robot, perancangannya, pembuatannya, dan penerapannya. Robotika adalah ilmu antar

    disiplin yang memanfaatkan teknik mesin, teknik elektro, komputer sains, biologi dan

    banyak disiplin lainnya.

    Bahasa pemrograman Basic Compiler AVR

    Menurut Putra (2010:14), Bascom AVR sendiri adalah salah satu tool untuk

    pengembangan / pembuatan program untuk kemudian ditanamkan dan dijalankan pada

    mikrokontroler terutama mikrokontroler keluarga AVR Bahasa pemrograman basic

    banyak digunakan untuk aplikasi mikrokontroler karena kompatibel dengan

    mikrokontroler jenis AVR dan didukung dengan compiler pemrograman berupa

    software BASCOM AVR. Bascom AVR juga bisa disebut sebagai IDE (Integrated

    Development Environment) yaitu lingkungan kerja yang terintegrasi, karena disamping

    tugas utamanya meng-compile kode program menjadi file hex / bahasa mesin, Bascom

    AVR juga memiliki kemampuan / fitur lain yang berguna sekali seperti monitoring

  • 12

    komunikasi serial dan untuk menanamkan program yang sudah di compile ke

    mikrokontroler.

    Khazama AVR Program

    Menurut Winoto (2008:63), Khazama AVR ialah sebuah software yang biasa digunakan

    oleh para pecinta elektronik mikrokontroler untuk mendownload program yang telah

    dibuat, misalnya program yang dibuat pada Bascom AVR, AVR Studio atau masih

    banyak lagi untuk ditransfer pada rangkaian elektronik yang menggunakan

    mikrokontroller. Data yang diunduh oleh program ini biasanya dari software pembuat

    program berbentuk file hex.

    Proteus

    Menurut Rangkuti (2011:23), proteus adalah sebuah software untuk mendesain PCB

    yang juga dilengkapi dengan simulasi PSpice pada level skematik sebelum rangkaian

    skematik di upgrade ke PCB sehingga sebelum PCB nya di cetak kita akan tahu apakah

    PCB yang akan kita cetak sudah benar atau tidak. Proteus mengkombinasikan program

    ISIS untuk membuat skematik yang kita buat. Software ini bagus digunakan untuk

    desain rangkaian mikrokontroller.

    Mikrokontroller

    Menurut Winoto (2008:3), mikrokontroller adalah sebuah sistem mikroposessor dimana

    didalammnya sudah terdapat CPU, ROM, RAM, I/O, Clock dan peralatan internal

    lainnya yang sudah saling terhubung dan terorganisasi dengan baik oleh pabrik

    pembuatnya dan dikemas dalam satu chip yang siap pakai. Mikorokontroller yang

    penulis gunakan disini ialah mikrokontroller ATMega 16. Menurut Arifianto

    (2011:177), ATMega 16 adalah mikrokontroler RISC ( Reduce Instruction Set

    Compute) 8 bit berdasarkan arsitektur Harvard. Seperti mikroprosesor pada umumnya,

    secara internal mikrokontroler ATMega 16 terdiri atas unit-unit fungsionalnya 3

    Arithmetic and Logical Unit (ALU), himpunan register kerja, register dan decoder

    instruksi, dan pewaktu beserta komponen kendali lainnya . Berbeda dengan

    mikroprosesor, mikrokontroler menyediakan memori dalam serpih yang sama dengan

    prosesornya (in-chip). Mikrokontroller ini menggunakan arsitektur Harvard yang

  • 13

    memisahkan memori program dari memori data, baik bus alamat maupun bus data,

    sehingga pengaksesan program dan data dapat dilakukan secara bersamaan (concurrent).

    Asitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPs pada frekuensi 16Mhz.

    Catu Daya (Power Supply)

    Menurut Arifianto (2011:288), Power Supply adalah adalah suatu hardware komponen

    elektronika yang mempunyai fungsi sebagai supplier arus listrik dengan terlebih dahulu

    merubah tegangannya dari AC jadi DC. Pada dasarnya pencatu daya bukanlah sebuah

    alat yang menghasilkan energi listrik saja, namun ada beberapa pencatu daya yang

    menghasilkan energi mekanik, dan energi yang lain, secara garis besar daya listrik

    dibagi menjadi dua macam, yaitu pencatu daya tak distabilkan dan pencatu daya

    distabilkan.

    Button

    Button disini ialah tombol saklar. Menurut Arifianto (2011:154), saklar pada teknik

    elektronika mempunyai definisi sama, yakni saklar elektronik ialah suatu

    alat/komponen elektronik yang dapat memutus atau menyambung arus/tegangan listrik

    lemah atau suatu alat/komponen elektronika yang dapat digunakan untuk memindahkan

    aliran arus/tegangan listrik (rendah/lemah) dari satu konduktor ke konduktor lain. Saklar

    yang beroperasi dengan cara ditekan, dan bisa melakukan dua fungsi berbeda, yakni

    menutup sirkuit bila ditekan. Jika tekanan dilepaskan atau terjadi tekanan berikutnya,

    maka akan menormalkan kembali tombol ke posisi semula dan sirkuit kembali ke status

    semula. Saklar mikro sangat kecil, biasanya dipasang pada suatu lengan yang tertekan

    karena dipegang membuat klik saklar sehingga sirkuit menutup. Contohnya adalah

    seperti yang digunakan sebagai saklar catu daya (power supply) komputer. Dan juga

    tipe saklar yang digunakan di dinding rumah.

    Potensiometer

    Menurut Arifianto (2011:219), Potensiometer ialah resistor tiga terminal dengan

    sambungan geser yang membentuk pembagi tegangan dapat disetel. Jika hanya dua

    terminal yang digunakan salah satu terminal tetap dan terminal geser, potensiometer

    berperan sebagai resistor variabel atau rheostat. Potensiometer biasanya digunakan

  • 14

    untuk mengendalikan peranti elektronika seperti pengendali suara pada penguat.

    Potensiometer yang dioperasikan oleh suatu mekanisme dapat digunakan sebagai

    transduser, misalnya sebagai sensor joystick.. Potensiometer digunakan untuk menyetel

    taraf isyarat analog (misalnya pengendali suara pada piranti audio), dan sebagai

    pengendali masukan untuk sirkuit elektronik. Sebagai contoh, sebuah peredup lampu

    menggunakan potensiometer untuk mengendalikan pensaklaran sebuah TRIAC , jadi

    secara tidak langsung mengendalikan kecerahan lampu. Potensiometer yang digunakan

    sebagai pengendali volume kadang-kadang dilengkapi dengan 4 sakelar yang

    terintegrasi, sehingga potensiometer membuka saklar saat penyapu berada pada posisi

    terendah.

    Servo

    Menurut Rangkuti (2011:98), motor servo ialah motor yang mampu bekerja dua arah

    (searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam) dimana arah pergerakan sudut

    rotornya dapat dikendalikan. Motor servo mempunyai keluaran shaft (poros). Poros ini

    dapat ditempatkan pada posisi sudut spesifik dengan mengirimkan sinyal kode pada

    saluran kontrol motor servo. Selama sinyal kode ada di saluran kontrol, servo akan tetap

    berada di posisi sudut poros. Bila sinyal kode berubah, posisi sudut poros berubah.

    Aplikasi servo banyak ditemui pada radio control pesawat terbang model

    (aeromodelling), mobil radio control, boneka mainan, dan tentunya robot.

    Kapasitor

    Menurut Arifianto (2011:158), kapasitor merupakan komponen pasif yang sering

    digunakan pada sistem yang berfungsi sebagai filter dan penyimpan energi listrik. Jika

    kapasitor diberikan tegangan DC, energi listrik disimpan dalam tiap elektrodanya.

    Selama kapasitor melakukan pengisian, arus mengalir, aliran arus tersebut akan berhenti

    saat kapasitor penuh. Umumnya kapasitor digunakan untuk menyimpan muatan listrik,

    sebagai penyaring frekuensi pada rangkaian audio, filter pada rangkaian catu daya, dan

    pembangkit frekuensi.

    Resistor

  • 15

    Menurut Arifianto (2011:226), resistor adalah komponen elektronika dua pin/kaki yang

    didesain untuk menahan arus listrik dengan menurunkan tegangan di antara kedua

    salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya. Resistor dapat diumpamakan dengan

    sebuah papan yang digunakan untuk menahan aliran air yang deras di parit kecil.

    Dengan adanya tahanan papan ini, maka arus air menjadi terhambat alirannya. Makin

    besar papan yang dipergunakan untuk menahan air parit, makin kecilair yang mengalir.

    Begitu pula peran resistor dalam elektronika, makin besar resistansi (nilai tahanan),

    makin kecil arus dan tegangan listrik yang melaluinya.

    Dioda

    Menurut Arifianto (2011:2), dioda adalah komponen elektro yang memiliki dua saluran

    aktif, anoda dan katoda, tapi terkadang memiliki tiga saluran dimana saluran yang

    satunya hanya berfungsi sebagai pemanas, dimana arus listrik dapat mengalir di

    dalamnya dan biasanya digunakan karena sifatnya yang memungkinkan arus mengalir

    hanya satu arah, melawan arus yang lain.

  • 16

    3 BAB III. PENGEMBANGAN RANCANGAN

    3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN

    MULAI

    Bertukar pikiran dengan mitra

    lalu menganalisa kebutuhan

    mitra (dokter pelaku operasi

    pasien skoliosis)

    BELUM SESUAI SELESA

    I

    Menganalisa kesesuaian

    hasil dari alat yang telah

    jadi terhadap kebutuhan

    dari mitra

    SESUAI

    Pembuatan

    alat/prototype sesuai

    dengan rancangan yang

    telah dibuat sebelumnya

    Kebutuhan mitra dianalisa

    dengan cara

    menggunakan metode

    studi literatur

    Membuat rancangan atau

    prototype dari hasil analisa

    studi literatur dan hasil analisa

    kebutuhan mitra yang telah

    dilakukan

    Mengkaji penyebab tidak

    sesuainya analisa yang

    diperoleh dengan

    melakukan beberapa

    perubahan yang

    diperlukan

  • 17

    3.2 KOMPONEN KOMPONEN PADA LENGAN ROBOT

    3.2.1 Lengan Robot

    Lengan robot ini kami rancang menggunakan simulasi Autodesk Inventor.

    Berikut adalah spesifikasi lengan robot tersebut :

    1. Memiliki panjang, lebar dan tinggi sebesar 1 m x 0,6 m x 1 m

    2. Memiliki 2 Degree of Freedom

    3. Dilapisi kulit berbahan plastic agar memiliki estetika yang baik dan

    melindungi kerangka robot

    4. Menggunakan dua motor servo di setiap persendian dan satu servo untuk

    memutar gripper

    5. Bevel gear untuk mengatur gerakan pada gripper robot

    6. Mampu mendorong atau menarik beban maksimal 50 N dengan

    kecepatan konstan

  • 18

    Gambar 1. Tampilan lengan robot secara menyeluruh

    Gambar 2. Tampilan robot secara menyeluruh tanpa kulit

  • 19

    Gambar 4. Tampilan gerakan gripper saat menutup dan membuka beserta bevel gear

    3.2.2 Motor Servo

    Penggunaan motor servo untuk bidang robotika didasarkan pada beberapa alasan.

    Pertama adalah motor servo memiliki putaran yang lambat dan torsi yang kuat ( berkat

    adanya sistim gear ). Hal ini sesuai dengan bidang robotika jika dibandingkan dengan

    motor dc biasa yang memiliki putaran cepat namun torsi rendah. Poros Motor dc yang

    dihubungkan langsung dengan roda, tidak akan kuat untuk menggerakkan robot,

    demikian juga dengan motor stepper. Kedua jenis motor ini harus dihubungkan terlebih

    dulu dengan sistim gear agar dapat dipergunakan. Namun poros servo dapat

    dihubungkan langsung dengan roda. Kedua, sistim kontrol untuk motor servo relatif

    sedikit ( diperlukan hanya 1 jalur data saja ). Hal ini tentu berbeda misalnya jika kita

    menggunakan motor stepper yang memerlukan jalur kontrol lebih dari 1 jalur. Oleh

    karena itu tantangannya adalah bagaimana mengontrol motor servo yang hanya

    menggunakan 1 jalur tersebut. Oleh karena hanya digunakan 1 jalur data untuk

    mengontrol motor servo, maka digunakan teknik PWM ( Pulse Width Modulation =

    Modulasi Lebar Pulsa )

    .Servo dikendalikan dengan Pulse Width Modulation. Sinyal yang dikirim oleh

    sinyal input ini terdiri dari sinyal minimum, maksimum, dan laju pengulangan. Sudut

    putar dari servo akan ditentukan oleh panjang pulse yang diberikan sinyal PWM. Servo

  • 20

    mendeteksi pulse setiap 20 ms. Panjang pulse akan menentukan seberapa jauh motor

    berputar. Contohnya, pulse dengan panjang 1,5 ms akan membuat motor berputar pada

    posisi 900

    (titik netral). Pulse harus diberikan secara terus menerus untuk membuat

    servo tetap berada di posisinya.

    Gambar 5. Pulse input pada sebuah motor servo

    Ketika pulse dikirim ke servo sebesar kurang dari 1,5 ms servo akan berputar

    berlawanan arah jarum jam dan menahan porosnya untuk berada dalam posisi beberapa

    derajat dari titik netral. Ketika pulse yang dikirim sebesar lebih dari 1,5 ms servo akan

    berputar sebaliknya.

    Gambar 6. Hubungan antara pulse dan putaran servo.

    Servo yang kami gunakan menggunakan algoritma PID pada sistem kontrolnya.

    Pada system ini servo menyalurkan arus yang dimodelkan sebagia fungsi linier G(s).

    pada bentuk paling dasarnya servo menerima perintah voltase yang merepresentasikan

    arus yang diinginkan. Servo motor dimodelkan sebagai lump inertia, J, viscous damping,

    b, dan konstanta torque Kt. Lump inertia terdiri dari servo motor dan beban inersia.

  • 21

    Selain itu juga diasumsikan bahwa beban dikopel secara rigid sehingga rigidity torsional

    menggerakkan resonansi natural diatas nilai bandwidth servo controller. Asumsi ini

    memungkinkan kita untuk memodelkan total inersia system sebagai jumlah dari motor

    dan beban inersia untuk frekuensi yang dapat kita control.

    Posisi actual motor (s) diukur dengan menggunakan encoder atau resolver yang

    langsung dikopel ke shaft motor. Eksternal torque disturbance pada shaft Td

    ditambahkan pada torque yang dihasilkan oleh arus motor sehingga dapat mencukupi

    untuk mengakselerasi total inersia. Didekat servo drive dan blok motor terdapat servo

    kontroler yang berfungsi menyatukan nilai posisi loop. Servo kontroler dasar pada

    umumnya terdiri dari trajektori generator dan PID control. Trajektori generator

    menyediakan set point posisi. PID control mengatur error posisi dan torque yang

    diskalakan oleh konstanta torque, Kt. Pada PID control terdapat gain yang digunakan

    untuk mengatur nilai torque yaitu Kp, Ki, Kd. Ketiga erro ini bergerak pada error posisi

    yang didefinisikan sebagai selisih dari posisi yang diset oleh trajektori generator dengan

    posisi yang dihasilkan oleh motor. Output dari PID control adalah signal torque yang

    memiliki persamaan matematika

    Gambar 7. PID control servo dan diagram blok sistem

  • 22

    Servo yang akan kami gunakan ada dua jenis, berikut adalah spesifikasi dan

    penjelasan mengenai servo tersebut :

    1. Direct Drive Servo Motor

    Untuk perancangan lengan robot ini, semakin besar torsi akan semakin

    memudahkan pengguna robot ini karena akan membutuhkan gaya yang cukup besar

    untuk menggerakkan bender. Motor servo pertama adalah yang akan menanggung

    beban dua batang lengan robot dan beban yang akan ditanggung oleh robot tersebut.

    Hasil perhitungan torsi yang dibutuhkan oleh beban yang akan ditanggung,

    mengarahkan kami untuk menggunakan motor servo Direct Drive, produk dari sebuah

    industri motor servo MOOG.

    Gambar 8. Tampilan motor servo yang tersambung dengan batang lengan

    Selain memiliki torsi yang tinggi, motor servo ini memiliki reliability yang

    tinggi, noise yang rendah, dan efisiensi yang tinggi. Berikut adalah spesifikasi dari

    motor servo tersebut :

  • 23

    Gambar 9. Tampak samping dan depan serta tabel spesifikasi motor servo Direct

    Drive.

    Dari tabel spesifikasi diatas, motor servo yang kami gunakan adalah motor servo

    S ukuran 290 x 290. Servo ini memiliki kebutuhan voltase sebesar 220 V

  • 24

    1. Servo Dynamixel MX 106

    Servo berikutnya adalah servo yang akan menanggung beban satu batang lengan

    sehingga torsi yang dibutuhkan akan lebih ringan daripada motor servo sebelumnya.

    Kami memilih untuk menggunakan motor Servo Dynamixel MX 106. Servo ini

    merupakan servo yang memiliki torsi yang paling tinggi diantara jenis motor servo yang

    berukuran kecil.

    Gambar 10. Chart kemampuan torsi dan rpm servo.

    Gambar 11. Motor Servo Dynamixel MX 106 (Sumber: Alibaba.com)

  • 25

    Spesifikasi motor servo Dynamixel MX 106 :

    Motor : Maxon

    Kontrol Algoritma : PID Control

    Derajat Putar : 0 360

    Berat : 153 g

    Dimensi : 40,2 mm x 65,1 mm x 46 mm

    Torque : 10 Nm (14,8 V , 6,3 A)

    Rpm : 55 rpm (14,8 V)

    Gambar 12. Tampilan sendi robot menggunakan dua servo (Dimas, 2015)

    3.2.3 Mikrokontroler ATMEGA16

    Mikrokontroler ATMEGA16 adalah sistem microprocessor yang kami gunakan

    sebagai sistem kontrol rangkaian yang diperlukan untuk perancangan robot lengan ini.

    Mikrokontroler ATMEGA16 merupakan salah satu jenis mikrokontroler AVR (Alf and

    Vegards Risc Processor) buatan Atmel berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction

    Set Computer). Jenis mikrokontroler AVR memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

    dengan mikrokontroler lain, keunggulannya yaitu AVR memiliki kecepatan eksekusi

    program yang lebih cepat karena sebagai besar intruksi dieksekusi dalam satu siklus

    clock, dibandingkan dengan jenis mikrokontroler MCS51 membutuhkan 12 siklus clock

  • 26

    untuk mengeksekusi satu program. Selain itu kelebihan mikrokontroler AVR adalah

    POS (Power On Reset), yaitu tidak perlu tombol reset dari luar karena hanya cukup

    dengan mematikan power supply maka secara otomatis AVR akan melakukan reset.

    Berikut adalah tabel yang memperjelas perbandingan antara jenis mikrokontroler

    AVR dengan MCS51.

    Tabel 1. Perbandingan antara mikrokontroller AVR dengan MCS51

    (Dippo, 2015)

    No AVR MCS51

    1 Reduced Instruction Set Computer

    (instruksi dieksekusi dalam satu siklus

    clock)

    Complex Instruction Set Computer

    (instruksi dieksekusi dalam 12 siklus

    clock)

    2 Reset tidak perlu menggunakan tombol

    reset dari luar.

    Reset membutuhkan tombol reset dari

    luar.

    3 Bahasa pemrograman yang digunakan

    AVR adalah Bahasa C sehingga lebih

    mudah dipelajari

    Bahasa pemrograman yang digunakan

    MCS51 adalah bahasa assembly yang

    rumit dibandingkan bahasa C

    4 Memori relative lebih besar. Memori relative lebih kecil.

    5 Memiliki fitur-fitur tambahan seperti

    PWM, XTAL, dll

    Memerlukan beberapa perangkat

    eksternal. Contoh : EEPROM eksternal.

    Mikrokontroler ATMEGA16 ini memiliki spesifikasi sebagai berikut :

    1. Kecepatan rata rata 1 MIPS / MHz

    2. 131 perintah dengan satu clock cycle

    3. Tegangan operasi 2,7 5,5 V

    Dengan spesifikasi tersebut mikrokontroler ATMEGA16 dapat memungkinkan

    kami untuk mendapatkan konsumsi daya yang sedikit dan kecepatan pemrosesan yang

    optimal.

  • 27

    3.2.4 Switch Button

    Switch button adalah tombol tekan yang mengendalikan sebuah aspek dari

    proses mesin atau atau alat elektronik. Prinsip kerjanya sederhana, dengan cara

    menekan tombol swtich button akan memulai proses tertentu sesuai dengan rangkaian

    listriknya.

    3.3 PRINSIP KERJA

    Prinsip kerja pada robot ini dibuat secara efektif dapat membantu dokter dalam

    proses operasi tulang belakang. Prinsip kerja robot ini terdiri dari beberapa bagian:

    3.3.1 Tata Letak

    Pada operasi tulang belakang dokter dan residen selalu berada di samping pasien,

    demikian juga dengan robot yang kami rancang untuk dapat beroperasi harus berada di

    samping pasien sehingga penempatan robot berdasarkan posisi dokter dan pasien adalah

    seperti ilustrasi dibawah ini

    Pasien

    Dokter dan Residen

    Robot Lengan

  • 28

    3.3.2 Prinsip dan Simulasi Gerakan

    Tulang belakang pasien penderita penyakit scoliosis terdapat kelengkungan

    yang membentuk kurva S atau C seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

    Gambar 13. Tampak depan tulang belakang pada penderita scoliosis dengan

    menggunakan x-ray. Sumber : Wikipedia.org

    Metode yang dilakukan dokter orthopaedi meluruskan tulang belakang yang

    melekung ini terdiri dalam beberapa langkah, yaitu :

    1. Menusukkan beberapa pasang screw ke bagian diantara ruas ruas

    belakang agar ketika screw ini digerakkan, tulang belakang akan

    mengikuti arah gaya yang dialami screw ini.

    2. Menghubungkan setiap pasang screw dengan mengguanakan rod. Rod

    ini berfungsi untuk menghubungkan screw dengan pemberi gaya untuk

    meluruskan tulang belakang tersebut.

  • 29

    3. Setelah rod terpasang dengan baik, rod digerakkan dengan bender. Arah

    gerak bender sesuai dengan arah yang diperlukan untuk meluruskan

    tulang belakang.

    Berikut disertakan ilustrasi metode operasi tulang belakang.

    Gambar 14. Ilustrasi gerakan saat meluruskan tulang belakang

  • 30

    Prinsip kerja robot lengan yang kami rancang menyesuaikan prinsip kerja

    operasi pasien scoliosis secara manual, yaitu menggerakkan bender dengan arah gaya

    tertentu.

    Skema gerakan robot telah kami simulasikan menggunakan software Autodesk

    Inventor, yaitu gerakan mendorong dan menarik.

    Gambar 15. Skema robot lengan saat menggerakkan bender dengan gerakan dorong dan

    tarik.

    3.3.3 Prinsip dan simulasi sistem kontrol

    Gerakan lengan robot dikendalikan dengan sistem kontrol dengan

    mikrokontroler ATMEGA16 sebagai microprocessornya. Rangkaian dari sistem kontrol

    tersebut kami simulasikan menggunakan software Proteus. Berikut adalah hasil simulasi

    rangkaian sistem kontrol beserta komponen-komponennya.

  • 31

    Gambar 16. Rangkaian komponen sistem kontrol menggunakan simulasi Proteus.

    Rangkaian sistem kontrol yang kami buat berdasarkan alat yang kami gunakan

    seperti motor servo, mikrokontroler ATMEGA16, switch button, dan komponen

    pendukung lainnya. Berikut adalah penjelasan mengenai rangkaian komponen dalam

    simulasi Proteus.

    Motor Servo

    Gambar 17. Motor servo dalam simulasi rangkaian sistem kontrol

    Motor servo memiliki tiga pin dimana pin pin tersebut terhubung ke power

    supply, ground, dan mikrokontroler. Motor servo akan menerima sinyal PWM dari

    mikrokontroler untuk dapat bergerak sesuai dengan panjang pulse sinyal tersebut.

  • 32

    Switch Button

    Gambar 18. Switch Button dalam simulasi rangkaian sistem kontrol

    Switch Button dalam rangkaian sistem kontrol ini berperan sebagai manipulator

    gerak lengan robot. Dengan menggunakan lima switch button, kami dapat

    memanipulasi rangkaian sistem kontrol untuk mengatur putaran servo, empat untuk

    gerakan pada batang lengan, satu untuk gerakan pada gripper. Empat switch button

    untuk gerakan lengan masing masing memiliki gerakan yang berbeda beda diatur

    berdasarkan kebutuhannya, diantaranya gerakan maju, mundur, keatas, dan kebawah.

    Satu switch button dipergunakan untuk mengatur gerakan gripper membuka dan

    menutup untuk menggenggam atau melepas bender pada saat operasi.

  • 33

    4 BAB IV : PERKEMBANGAN PERANCANGAN DAN HASIL PERHITUNGAN

    4.1 PERKEMBANGAN PERANCANGAN

    Dalam melakukan perancangan yang pertama dilakukan adalah menentukan

    spesifikasi yang sesuai daripada kebutuhan mitra, lalu melakukan perancangan dengan

    material yang sesuai dengan kebutuhan agar tidak overdesign

    4.1.1 Analisis FMEA (Failure Mode Effect Analysis)

    Tabel 2. FMEA robot lengan

    Failure

    Mode

    Failure

    Effect

    S Failure

    Causes

    O Present

    Detection

    System

    D Prior

    RPN

    Recomended Action

    Torsi

    rendah

    Motor tidak

    mengangkat

    beban

    8 Spesifikasi

    motor tidak

    sesuai dengan

    yang

    dibutuhkan

    1 Deteksi

    visual

    2 16 Mengganti Motor

    Penggunaan

    berlebihan

    5 3 120 Cek kondisi Motor

    Beban

    berlebihan

    6 3 144 Cek kondisi beban

    posisi

    output

    tidak

    sesuai

    dengan

    input

    Gerakan

    tangan tidak

    terkendali

    6 Koding salah 2 Deteksi

    visual

    4 48 Perbaiki koding dan

    lakukan simulasi

    terlebih dahulu

    Error pada

    alat kontrol

    4 5 120 Perbaiki, atau ganti

    alat kontrol

  • 34

    Lengan

    bengkok

    Lengan tidak

    mampu

    menahan

    beban

    8 Pemilihan

    material yang

    tidak tepat

    1 Deteksi

    visual

    1 8 Memilih material

    yang tepat

    Vibration Kemampuan

    mengangkat

    beban

    menurun

    7 Sambungan

    yang tidak

    cukup

    kencang

    6 Deteksi

    suara

    1 48 Perbaiki, atau ganti

    sambungan

    4.2 HASIL PERHITUNGAN

    4.2.1 Analisis stress menggunakan Autodesk Inventor

    Untuk mengetahui apakah rancangan kami dapat bekerja tanpa mengalami

    kegagalan, kami menggunakan Autodesk Inventor untuk dapat mengetahui distribusi

    stress yang terjadi sehingga akan dapat disimpulkan apakah rancangan kami akan

    mengalami gagal atau tidak dengan beban tertentu. Hasil simulasi Autodesk Inventor

    menunjukkan distribusi dan nilai maksimum dari beberapa jenis stress dan displacement.

    Untuk menjalankan simulasi, pertama rancangan tersebut harus diberikan beban

    terlebih dahulu. Beban tersebut disertakan besar, letak dan arahnya. Rancangan robot

    lengan kami, harus dapat menanggung beban sebesar 50 N untuk dapat menggerakkan

    bender meluruskan tulang belakang. Berikut adalah tampilan simulasi Autodesk

    Inventor saat menarik beban.

  • 35

    Gambar 19. Simulasi Autodesk Inventor saat pemberian beban pada robot

    lengan

    Setelah pemberian beban, rancangan harus diberikan bidang constraint sebagai

    bidang yang memilki kecenderungan untuk menahan rancangan tetap berada pada

    posisinya. Sehingga kami menetapkan bidang constraint kami pada sistem stay dibawah

    dudukan robot lengan.

  • 36

    Gambar 20. Pemberian bidang constraint pada ujung rod sistem stay pada

    dudukan lengan robot.

    Simulasi dapat dijalankan setelah memberikan gaya dan constraint pada

    rancangan kami. Berikut adalah tampilan dari hasil simulasi analisis stress Autodesk

    Inventor.

    Von mises Stress

  • 37

    Gambar 21. Hasil analisa Von Misses stress menggunakan Autodesk Inventor

    2013

    Von mises stress dapat memberikan informasi apakah rancangan kami akan

    mengalami kegagalan atau tidak dengan membandingkan nilai maksimumnya dengan

    strength material yang dipakai. Jika nilai strength lebih besar dari nilai von mises stress,

    maka rancangan yang kami buat tidak akan mengalami kegagalan.

    1st Principal Stress

    Gambar 22. Hasil analisa 1st principal stress menggunakan Autodesk Inventor 2013

  • 38

    1st Principal stress adalah nilai dari tensile strength maksimum yang terjadi pada

    rancangan kami yang diakibatkan oleh pembebanan.

    3rd Principal Stress

    Gambar 23.Hasil analisa 3rd

    principal stress menggunakan Autodesk Inventor 2013

    3rd principal stress adalah nilai dari compressive stress maksimum yang terjadi

    pada rancangan kami yang diakibatkan oleh pembebanan.

    Displacement

  • 39

    Gambar 24. Hasil analisa displacement menggunakan Autodesk Inventor 2013

    Displacement adalah perubahan panjang dari ukuran semula ke ukuran yang

    bertambah panjang atau bertambah pendek akibat dari pembebanan. Pada rancangan

    kami displacement maksimum yang terjadi sebesar 0,025 mm. Displacement maksimum

    yang terjadi relative kecil dan tidak mengakibatkan kegagalan pada rancangan kami.

    4.2.2 Perhitungan Inverse Kinematik pada lengan robot

    Sistem gerak pada rancangan robot lengan kami berdasarkan pada prinsip gerak

    inverse kinematic. Dengan memberikan input tujuan jarak dengan koordinat xy akan

    didapatkan sudut yang di setiap persendian agar mencapai jarak tersebut. Perhitungan

    tersebut berdasarkan pada rumus cosinus.

  • 40

    Gambar 25. Analisis Inverse Kinematik

    4.2.3 Perhitungan Torsi motor servo pada lengan robot.

    L1

    L2

    1

    2

    X

    180 -2

  • 41

    Gambar 26. Identifikasi batang lengan dan motor servo

    Berikut adalah perhitungan pada torsi minimum yang harus dimiliki oleh robot

    melalui gaya yang diperlukan untuk menggerakan bender, sehingga kami dapat

    memastikan apakah motor servo yang kami pakai dapat menanggung beban dari gaya

    tersebut dan beban dari robot itu sendiri.

    a. Batang lengan 1

    T1

    W1

    F1

    L1

    Batang Lengan 1

    Batang Lengan 2

    T1 (Motor Servo 1)

    T2 (Motor Servo 2)

  • 42

    Diketahui :

    Satu motor servo MX 106 memiliki torsi sebesar 10,6 Nm. Lengan robot yang kami

    rancang memiliki dua servo di setiap sendinya, maka total torsi yang dimiliki lengan

    robot kami di setiap sendi adalah sebesar :

    T1 = 10,6 + 10,6 = 21,2 Nm

    L1 = 0,5 m

    W1 = 24 N

    Maka,

    b. Batang lengan 2

    T2

    W2 W1 F1

    L3

    L2

    L4

    L5

    Diketahui :

    Motor servo Direct Drive dengan torsi sebesar 370 Nm.

    T2 = 370 Nm W1 = 24 N

    L5 = 1 m W2 = 17 N

    L4 = 0,75 m

    L2 = 0,5 m

    L3 = 0,25 m

    c

  • 43

    Gaya minimum yang diperlukan untuk menggerakkan bender meluruskan tulang

    belakang adalah sebesar 50 N, sehingga perhitungan kami menunjukkan robot lengan

    dapat memenuhi kriteria yang diperlukan.

    4.2.4 Perhitungan diagram gaya normal, geser, dan momen.

    Analisa gaya yang kami lakukan menggunakan autodesk forceeffect sehingga

    akan memperlihatkan besarnya Momen dan Shear grafik dari lengan. Setelah

    melakukan perhitungan analisa gaya maka akan dilakukan pencarian terhadap Bending

    Momen terbesar sehingga didapatkan tekananan tertinggi yang akan didapatkan profil

    dari rangka lengan robot. Maka daripada itu dilakukan analisa pada titik kritis yang

    dapat terjadi yakni ketika lengan 1 berada pada 0 derajat normal dan lengan 2 berada

    pada 45 derajat garis normal. Berikut analisa yang dihasilkan menggunakan autodesk

    force effect terhadap free body grafik menghasilkan grafik gaya normal, grafik momen

    dan persamaan kesetimbangan gaya.

  • 44

  • 45

    Gambar 27. Free body grafik, grafik gaya normal, grafik momen, dan persamaan gaya

    lengan satu ketika menarik dengan sudut 0 derajat pada garis normal

  • 46

    Gambar 28. Freebody grafik, grafik gaya normal, grafik momen dan persamaan gaya

    pada lengan satu ketika mendorong dengan sudut 0 derajat pada garis normal

  • 47

    Gambar 29. Freebody grafik, grafik gaya normal, grafik momen dan persamaan gaya

    pada lengan dua ketika menarik dengan sudut 45 derajat pada garis normal

    (Yusuf, 2015)

  • 48

  • 49

    Gambar 30. Freebody grafik, grafik gaya normal, grafik momen dan persamaan gaya

    pada lengan dua ketika mendorong dengan sudut 45 derajat pada garis normal

    Berdasarkan perhitungan diatas menggunakan analisa pada grafik gaya normal

    dan momen maka didapatkan nilai N terbesar 218.328 N dan nilai momen terbesar

    103.8 Nm.

    Dimana: F= gaya normal terbesar (N) untuk kasus ini sebesar 218.328 N

    A=cross sectional area(m2) utuk kasus ini sebesar 10

    -5 m

    2

    M=Momen terbesar(Nm) sebesar 103.8 Nm

    y=defleksi yang diperbolehkan(m) sebesar 5x10-4

    m

    I=momen inersia pada y axis (m4) untuk balok sebesar l

    4/2=0.03125 m

    4

    =21.825 MPa+166.08MPa=187.905 MPa

    Langkah berikutnya adalah menentukan Safety Factor agar desain yang digunakan aman

    dan tidak overdesign. Berdasarkan Khurmi(2005) untuk jenis beban static dan dinamik

    maka safety factor yang diberikan adalah 1.4-1.6

    Maka material yang dipilih haruslah memiliki Tensile strength sebesar stress pada

    desain dikali safety factor

    Lalu mencari material yang memiliki tensile stress mendekati nilai diatas

  • 50

    Tabel 3. Mechanical properties Aluminium alloy

    (sumber: www.azom.com/article.aspx?ArticleID=2863)

    Alloy Temper

    Proof

    Stress

    0.20%

    (MPa)

    Tensile

    Strength

    (MPa)

    Shear

    Strength

    (MPa)

    Elongation

    A5 (%)

    Elongation

    A50 (%)

    Hardness

    Brinell

    HB

    Hardness

    Vickers

    HV

    Fatigue

    Endur.

    Limit

    (MPa)

    AA1050A

    H2 85 100 60 12

    30 30

    H4 105 115 70 10 9 35 36 70

    H6 120 130 80 7

    39

    H8 140 150 85 6 5 43 44 100

    H9 170 180

    3 48 51

    0 35 80 50 42 38 21 20 50

    AA2011

    T3 290 365 220 15 15 95 100 250

    T4 270 350 210 18 18 90 95 250

    T6 300 395 235 12 12 110 115 250

    T8 315 420 250 13 12 115 120 250

    AA3103

    H2 115 135 80 11 11 40 40

    H4 140 155 90 9 9 45 46 130

    H6 160 175 100 8 6 50 50

    H8 180 200 110 6 6 55 55 150

    H9 210 240 125 4 3 65 70

    0 45 105 70 29 25 29 29 100

    AA5083

    H2 240 330 185 17 16 90 95 280

    H4 275 360 200 16 14 100 105 280

    H6 305 380 210 10 9 105 110

    H8 335 400 220 9 8 110 115

    H9 370 420 230 5 5 115 120

  • 51

    0 145 300 175 23 22 70 75 250

    AA5251

    H2 165 210 125 14 14 60 65

    H4 190 230 135 13 12 65 70 230

    H6 215 255 145 9 8 70 75

    H8 240 280 155 8 7 80 80 250

    H9 270 310 165 5 4 90 90

    0 80 180 115 26 25 45 46 200

    AA5754

    H2 185 245 150 15 14 70 75

    H4 215 270 160 14 12 75 80 250

    H6 245 290 170 10 9 80 85

    H8 270 315 180 9 8 90 90 280

    H9 300 340 190 5 4 95 100

    0 100 215 140 25 24 55 55 220

    AA6063

    0 50 100 70 27 26 25 85 110

    T1 90 150 95 26 24 45 45 150

    T4 90 160 110 21 21 50 50 150

    T5 175 215 135 14 13 60 65 150

    T6 210 245 150 14 12 75 80 150

    T8 240 260 155

    9 80 85

    AA6082

    0 60 130 85 27 26 35 35 120

    T1 170 260 155 24 24 70 75 200

    T4 170 260 170 19 19 70 75 200

    T5 275 325 195 11 11 90 95 210

    T6 310 340 210 11 11 95 100 210

    AA6262 T6 240 290

    8

    T9 330 360

    3

    AA7075 0 105 225 150

    17 60 65 230

  • 52

    T6 505 570 350 10 10 150 160 300

    T7 435 505 305 13 12 140 150 300

    Berdasarkan tabel diatas maka material yang dipilih adalah Aluminium Alloy AA5083

    karena memiliki tensile strength sebesar 310 Mpa dan tidak perlu dilakukan tempering

    pada surface treatment.

    Berikut tabel yang akan menjelaskan komposisi kimia dari AA5083

    Tabel 4.Chemical composition for aluminium alloy 5083

    (Sumber: www.azom.com/article.aspx?ArticleID=2804)

    Element % Present

    Si 0.4

    Fe 0.4

    Cu 0.1

    Mn 0.4-1.0

    Mg 4.0-4.9

    Zn 0.25

    Ti 0.15

    Cr 0.05-0.25

    Al Balance

    4.2.5 Perhitungan pada baut

  • 53

    Gambar 31. Baut pada persendian lengan robot.

    Spesifikasi : A193/A320 Grade B8M

    Material and treatment : AA7075 T7

    Tensile stress due to stretching of bolt

    P = Permissible stress Cross-sectional area at bottom of the thread

    = 517.1 x 6.78 = 3505.4 kN

    Torsional shear stress caused by the frictional resistance of the threads during its

    tightening

    = 16T/(dc)3

    = 16 x 117/ (2.764 x 10-3)3

    = 28233.328432 pa = 28233 MPa

    T = Torque applied, and

    T = 117 (m=20kg)

    T = 66 (m=10kg)

    d c = Minor or core diameter of the thread.

  • 54

    Shear stress across for screw

    s= P/ x dc x b x n

    = 3505.4 /3.14x0.15x1.67x2.850 = 1563.7 kN/mm2

    Shear stress across for nut

    n= P/ x d x b x n

    = 3505.4 /3.14x0.15x1.67x3.500= 1273.3 kN/mm2

    b = Width of the thread section at the root.

    d = Major diameter

    Compression or crushing stress on threads

    c= P/ x ((d)2- (dc)

    2 x n

    = 3505.4 /3.14x1.67x(3.52-2.85

    2)= 161.9 kN/mm

    2

    d = Major diameter,

    dc = Minor diameter, and

    n = Number of threads in engagement = 1/0.6 = 1.67

    Perhitungan shaft key

  • 55

    Gambar 32. Shaft yang tersambung pada motor servo

    d = Diameter shaft = 50,75

    l = panjang key = 0,01 m

    w = tebal key

    = shear stress material (Alumunium) = 150 MPa

  • 56

    4.2.6 Perhitungan screw pada stay

    Gambar 33. Dudukan dan sistem stay

    Tensile stress

  • 57

    Gambar 34. Hasil simulasi stress pada stay.

    Tensile stress minimum yang dapat ditanggung oleh stay adalah sebesar 1,5

    MPa. Sementara itu, tensile stress yang terjadi pada stay adalah sebesar 0,11 MPa.

    Maka dari itu dapat disimpulkan desain kami tidak akan mengalami kegagalan akibat

    tensile stress.

    Shear stress

  • 58

    Shear stress minimum yang dapat ditanggung oleh stay adalah sebesar 0,75 MPa.

    Sementara itu, shear stress yang terjadi pada stay akibat pembebanan adalah sebesar

    0,11 MPa. Maka dari itu dapat disimpulkan desain kami tidak akan mengalami

    kegagalan akibat tensile stress.

    Self-Aligned Ball Bearing untuk gripper

    LH=5x100x10=5000 hours

    L = 60 N LH=60N x 5000=18 x106 rev

    Tabel 5. Nilai X dan Y untuk bearing dengan beban dinamis (sumber: Khurmi,2005)

    Wr=250 N; Wa=25 N Wa/Wr=0,1

    Maka X=1 Y=1.3 untuk self aligning ball bearing karna Wa/Wr

  • 59

    W=X.V.Wr+Y.Wa=250+52.5=302.5 N

    Tabel 6. Nilai service factor untuk tipe load pada radial ball bearing

    (Sumber:Khurmi, 2005)

    Karna Ks=1 maka W=302.5 N

    Menggunakan self aligning ball bearing dengan nomer 200 dengan R=10mm

  • 60

    Tabel 7.Nilai kapasitas dinamis dan statis radial ball bearing dalam berbagai tipe

    (Sumber:Khurmi,2005)

    Single row deep grove ball bearing untuk persendian robot

    Wr=250 N; Wa=75 N

    LH = 5x100x10 = 5000 hours

    L = 60 N LH=60N x 5000=18 x106 rev

    C0 = f0.i.Z.D2 cos

    i = Number of rows of balls in any one bearing,

    Z = Number of ball per row,

  • 61

    D = Diameter of balls, in mm,

    o= Nominal angle of contact i.e. the nominal angle between the line of

    action of the ball load and a plane perpendicular to the axis of bearing,

    and

    f0 = A factor depending upon the type of bearing.

    The value of factor ( f0 ) for bearings made of hardened steel are taken as follows :

    f0 = 3.33, for self-aligning ball bearings

    = 12.3, for radial contact and angular contact groove ball bearings

    Wr=250 N; Wa=75 N Wa/Wr=0,3

    Maka X=0.56 Y=2 untuk self aligning ball bearing karna Wa/Wr>e

    V=1 (mengalami 1 gaya saja)

    W=X.V.Wr+Y.Wa=0.56x1x250+2x75=290 N

    Menggunakan bearing bernomer 200, untuk single row deep grove ball bearing

    Karena beban static maka K=1 sehingga Co=290 N

    D2=C/( f0xZx i)

    D= 1.98

    Sehingga setiap ball bearing yang ada akan memiliki ball berdiameter 2 mm, jumlah

    ball per baris 1 dan jumlah ball pada bearing berjumlah 6 buah.

  • 62

    4.2.7 Perhitungan power supply

    Dynamixel mx-106

    Stall Torque

    o 8.0N.m (at 11.1V, 4.8A),

    o 8.4N.m (at 12V, 5.2A)

    o 10.0N.m (at 14.8V, 6.3A)

    Power (T=10.0N.m) = V.I

    = 14.8V x 6.3A

    = 93.24 W

    Power (T=8.4N.m) = V.I

    = 12V x 5.2A

    = 62.4 W

    Power (T=8.0N.m) = V.I

    = 11.1V x 4.8A

    = 53.28 W

    Direct drive servo motor

    Power = 26kW

    Total Power = (3 x dynamixel power) + Direct drive servo motor power

    = (3 x 93.24) + 26000

  • 63

    = 26279.72 W

    Total Power = (3 x dynamixel power) + Direct drive servo motor power

    = (3 x 93.24) + 26000

    = 26187.2 W

    Total Power = (3 x dynamixel power) + Direct drive servo motor power

    = (3 x 93.24) + 26000

    = 26159.84 W

    Perhitungan Bevel gear

    Material : Grey Cast Iron

    e = 84 Mpa

    o = 105 Mpa

    es = 630 Mpa

    y' = 0.154-

    = 0.116

    L = (

    )

    (

    )

    = 5

    Static load on gear

    Ws = e.b. m.y'

  • 64

    = 84 x 19.5 x 3.14 x 3 x 0.116 x

    = 1104.3

    Tangential load on gear

    WT = o.Cv.b. m.y'

    = 105 x

    x 19.5 x 3.14 x 3 x 0.116 x

    = 71.4 N

    Cv =

    T EP = T P .sec P1 = 24 sec 45 = 33.94

    T EG = T G .sec P2 = 24 sec 45 = 33.94

    Q =

    =

    = 1

    K = es

    (

    )

    K = 630 20

    (

    ) = 2.3

    Maximum or limiting load for wear

    Ww =

    =

    cos = 4566.7 N

  • 65

    Karena Ww > WT, maka dari itu design memenuhi perhitungan keausan

    Proses Manufaktur

    Batang Lengan Satu dan Dua

    Karena memiliki dimensi yang serupa maka proses manufaktur daripada rangka lengan

    satu dan dua dilakukan secara bersamaan. Proses manufaktur yang diperlukan adalah

    melakukan pembuatan pada cetakan untuk casting dan penempatan riser yang baik agar

    proses pengecoran Aluminium Alloy AA5083 dapat berlangsung secara baik tidak ada

    turbulensi atau shrinkage pada permukaan. Setelah itu dilakukan proses machining demi

    mendapatkan produk as-cast yang baik dan dimensi juga toleransi yang sesuai.

    Proses manufaktur berupa casting dipilih karena pada AA5083 kandungan Silika kedua

    tertinggi dengan 0.4% sedangkan Magnesium terbesar dengan 4-4.6% sehingga

    memiliki sifat casting yang baik, untuk campuran magnesium yang banyak akan

    menambah mechanical properties dari AA5083 dan machinability yang baik sehingga

    setelah didapatkan produk as-cast proses machining akan berjalan lebih mudah.

    Berikut adalah proses pengecoran AA5083

    A. Proses Melting (Peleburan)

    Proses peleburan ini menggunakan dapur furnace dengan bahan baker gas. Pada

    saat peleburan tidak menggunakan alumunium ingot seluruhnya. Akan tetapi

    mengunakan perbandingan antara alumunium ingot dan scrap. Perbandingannya yaitu

    60% untuk alumunium ingot dan 40% untuk scrap. Yang dimaksud dengan scrap adalah

    produk NG dan runner dari hasil proses die casting injection.

    Alumunium ingot dilebur hingga suhu 720 0C, penunjukan skala temperature

    menggunakan thermocouple. Pada saat alumunium sudah mencair danmencapai suhu

    720 0C 10 0C dilakukan proses fluxing. Proses fluxing adalah proses pembersihan

    kotoran yang terdapat dalam alumunium cair, dan berguna juga untuk mengangkat

    udara/turbulence yang terjebak didalamnya. Flux hanya digunakan sebanyak 0.2%

  • 66

    0.4% dari berat aluminum cairnya. Kemudian didiamkan terlebih dahulu selama

    minimal 5 10 menit.

    Pada saat proses peleburan yang terlalu panas/terlalu lama kadar magnesiumnya akan

    berkurang. Dikarenakan magnesium dapat terbakar pada suhu tinggi. Oleh karena itu

    sebelum alumunium cair dikirim ke mesin die casting dicek terlebih dahulu kadar

    kandungan bahannya kembali dalam bentuk test piece.

    Jika kadar kandungan magnesium berkurang maka ditambahkan magnesium murni

    kedalam alumunium cair dan dilakukan pengecekan kembali.

    Gambar 35. Proses melting AA5083 batangan dalam furnace

    B. Pouring and Supply

    Alumunium cair didistribusikan ke mesin die casting menggunakan ladle transport.

    Ladle transport adalah sebuah crucible kecil dengan kapasitas 100kg, yang dapat

    diangkat dengan forklift pada saat pendistribusian. Untuk menjaga agar suhu

    alumunium cair tidak turun secara drastis saat distribusikan, maka ladle transport

    dipanaskan terlebih dahulu selama minimal 15 menit menggunakan burner.

    Dari ladle transport alumunium cair dimasukkan kedalam holding funace. Dalam

    holding furnace alumunium cair distabilkan panasnya pada suhu pencetakan, yaitu pada

    suhu 680 0C 10 0C. Pada ini alumunium cair akan terlihat putih kemerahan.

  • 67

    Sedangkan suhu pada proses melting 720 0C 10 0C dikarenakan pada saat

    pendristribusikan suhu alumunium cair akan mengalami penurunan.

    Gambar 36. Proses pouring pada AA5830 dari furnace (Sumber:Alibaba.com)

    C . Casting Injection

    Proses pencetakan menggunakan mesin die casting dan menggunakan mould/dies yang

    terbuat dari baja carbon yang mengalami proses hardening dengan HRC 55 2 dan

    selanjutnya mengalami proses nitriding jika dimensi part yang dihasilkan sudah sesuai

    dengan gambar produk. Dalam pembuatan dimensi dies dibuat lebih besar dari gambar

    produknya, karena akan ada perubahan ukuran.

    Bagianbagian dari mould diantaranya adalah:

    1. Central cooling, yang berguna untuk masuknya air pendingin dan tempat

    pencabangan pendingin dies

    2. Mould Base, tempat dipasangnya cavity dies

    3. Over Flow, dibuat untuk mencegah terjadinya keropos pada part dan tempat

    pembuangan kotoran alumunium

    4. Cavity Move, tempat adanya profil part yang terbuka saat proses injection

    5. Pin Ejector, pin pendorong part saat proses injection

  • 68

    6. Runner Gate, jalan masuknya alumunium saat proses injection menuju profil part

    7. Sprue Bush, jalan masuknya alumunium saat proses injection menuju runner gate

    8. Cavity Fix, tempat adanya profil part yang tidak bergerak saat proses injection

    Dalam proses casting injection digunakan beberapa alat keselamatan kerja, diantaranya

    adalah masker, cooton gloves, helmt, safety shoes, baju safety, dll. Untuk menghasilkan

    produk yang sesuai dengan permintaan customer ada beberapa parameter/setingan

    mesin yang harus diperhatikan diantaranya adalah low speed, hight speed, intensifier,

    fast start, die open, acc pressure, dan biscuit size. Low speed merupakan pengaturan

    kecepatan saat piston bergerak pada rongga plunger sleeve untuk mengumpulkan

    alumunium cair. Agar tidak terjadi turbulence/udara terjebak kecepatan gerak piston

    tidak boleh lebih dari 0.5 m/s. Hight speed merupakan pengaturan kecepatan piston

    pada saat bergerak dengan cepat, agar alumunium cair dapat didistribusikan pada setiap

    rongga dies tanpa terjadi pembekuan sepanjang fast start yang telah ditentukan. Hight

    speed tidak boleh terlalu tinggi karena mempercepat timbulnya crack pada dies. Die

    open adalah parameter waktu untuk proses membukanya dies,tapi dies tidak boleh

    terlalu cepat dibuka karena produk akan rusak pada saat didorong oleh pin ejector dan

    dies tidak boleh dibuka terlalu lama karena produk akan mengecil dengan extreme.

    Mengecilnya dimensi produk dikarenakan turunnya suhu dan part akan susah didorong

    keluar oleh pin ejector dan bahkan part menempel pada dies.

    Visual produk hasil casting injection tidak boleh over heating, cold shot, flow line,

    under cut, crack, keropos dll. Over heating adalah visual permukaan produk yang

    mengkilap pada beberapa sisi saja, yang ditimbulkan karena pendingnan dies yang

    kurang sempurna. Cold shot adalah visual permukaan produk yang profilnya belum

    terbentuk dengan sempurna, yang disebabkan karena suhu dies yang belum panas atau

    turunnya suhu alumunium cair pada holding furnace. Sedangkan crack adalah timbulnya

    retakan pada produk yang biasa disebabkan karena umur dies yang sudah habis atau

    karena ada kesalahan dalam proses casting injection. Keropos adalah rongga-rongga

    kecil pada dalam part, yang dapat dilihat menggunakan colour check.

  • 69

    Untuk dimensi produk casting yang dinyatakan OK dibagi dalam dua bagian, yaitu

    dimensi yang langsung terbentuk dari proses casting injection dan dimensi yang akan

    mengalami proses finishing atau machining.

    Gambar 37. Proses casting injection pada die casting menggunakan AA5083

    D. Proses Finishing

    Proses finishing menggunakan beberapa alat dan mesin pembantu diantaranya adalah

    kikir, mesin buffing, mesin belt sander. Proses finishing adalah proses menghilangkan

    burry dan perbaikan visual permukaan produk.

    Proses finishing terdiri dari proses burrytory, belt sander, buffing, wire brush.

    Proses burrytory adalah pembersihan burry pada

    permukaan atau sekeliling part yang akan mengganggu

    pada proses selanjutnya.

    Molten AA5083

  • 70

    Proses belt sander adalah proses menghilangkan runner gate dan burry yang tidak bisa

    dihilangkan pada proses sebelumnya

    Proses wire brush adalah proses menghilangkan cacat proses injection yaitu flow line,

    cold shoot, under cut dll

    Proses buffing adalah proses menghilangkan cacat proses injection yang tidak dapat

    hilang dengan proses wire brush, dan hanya bisa untuk permukaan yang lebar saja

    Proses rotery adalah proses menghilangkan cacat proses injection yang tidak dapat

    hilang dengan proses wire brush, dan dilakuakn pada profil-profil yang tidak terjangkau

    oleh proses buffing

    E. Proses Machining

    Produk yang telah selesai pada proses finishing dilanjutkan pada proses machining.

    Proses tersebut adalah proses pengeboran, pengetapan, pemotongan. Mesin yang

    dipakai mulai mesin manual hingga mesin auto yang menggunakan kode-kode masukan

    yang sudah komputerisasi.

    Setelah selesai dilakukan machining dan mendapatkan dimensi rangka lengan sesuai

    toleransi maka dilakukan drilling sebagai tempat shaft dan baut dipasang.

    Kulit Robot Plastik

    Proses manufaktur yang dipilih adalah injection molding, plastic yang digunakan

    berbahan propylene karena memiliki nilai 5 pada symbol daur ulangnya. Artinya plastic

    jenis ini dapat didaur ulang dan tidak berbahaya bagi pengguna. Aspek ini diperlukan

    karena chasing akan melindungi robot agar tetap higienis. Setelah dilakukan injection

    molding maka dilakukan pengecatan agar estetika tetap terjaga. Berikut proses injection

    molding yang digunakan dengan menggunakan mesin injeksi plastic horizontal

    1. Menutup Cetakan (Mold Close).

  • 71

    Dalam 1 siklus kerja proses injeksi, diawali oleh proses Menutup Cetakan.

    Istilah Mold dalam dunia Injeksi Plastik adalah cetakan untuk Proses Injeksi

    Plastik. Mold itu sendiri terdiri dari 2 bagian besar yaitu sisi Core dan sisi

    Cavity. Sisi Cavity diikat pada Stationery Platen Mesin Injeksi. Sedangkan

    sisi Core diikat pada Moving Platen mesin, bagian inilah yang bergerak

    membuka dan menutup. Pada proses menutup terbagi menjadi 4 urutan proses,

    yaitu :

    A. Gerakan menutup pada kecepatan perlahan dengan tekanan rendah. (Low

    Mold Close Velocity & Low Mold Close Pressure). Tekanan yang dimaksud

    adalah tekanan hidrolik. Posisi awal cetakan adalah terbuka penuh yang

    diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan produk yang dihasilkan

    nantinya dapat dikeluarkan atau diambil dengan mudah. Dari posisi ini

    bergerak hingga posisi tertentu yang tidak terlalu jauh dari posisi terbuka

    penuh tadi. Gerakan ini dimaksudkan untuk mereduksi getaran mesin yang

    juga sekaligus merawat mesin itu sendiri, terutama system hidroliknya yang

    rentan terhadap tekanan hidrolik yang tiba-tiba. Contoh kerusakan yang

    paling ringan adalah kebocoran oli hidrolik yang dikarenakan pecahnya

    selang hidrolik, belum lagi kerusakan lain yang berupa kerusakan mekanis

    yang membutuhkan biaya lebih besar untuk memperbaikinya, sehingga biaya

    perawatan mesin akan tinggi.

    B. Gerakan menutup pada kecepatan tinggi dengan tekanan rendah. (High Mold

    Close Velocity & Low Mold Close Pressure). Memulai gerakan ini pada

    posisi yang tidak jauh dari posisi terbuka penuh, dimana untuk gerakan

    lebih cepat sangat memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk menghemat

    waktu proses secara keseluruhan.

    C. Gerakan menutup pada kecepatan perlahan dengan tekanan rendah. (Low

    Mold Close Velocity & Low Mold Close Pressure). Sebelum cetakan

    menutup dengan rapat, maka cetakan harus bergerak perlahan dengan

    tekanan yang rendah untuk menghindari tumbukan. Hal inipun bertujuan

  • 72

    untuk menjaga kondisi cetakan dan juga kondisi mesin agar selalu dalam

    performa yang baik dan dapat ber-produksi dengan lancar.

    D. Menghimpit Cetakan dengan Tekanan Tinggi (High Mold Clamp). Posisi

    pada proses ini harus dibuat se-limit mungkin pada posisi menutup rapat

    setelah gerakan sebelumnya. Hal ini juga untuk menghindari tumbukan

    karena tekanan hidrolik yang relatif tinggi untuk menghimpit cetakan.

    Tekanan tinggi ini (Minimal 100 kg/cm) dibutuhkan untuk menahan proses

    injeksi atau apa yang disebut Cavity Force During Injection nantinya.

    (Perhitungannya dibahas terpisah).

    Gambar 38.Skema proses mold close pada injection molding Polypropilene

    2. Injeksi Pengisian (Fill Injection).

    Setelah dipastikan Mold dihimpit dengan tekanan tinggi. Maka Unit Injeksi yang

    terdiri dari Nozzle, Barrel, dan Screw dan seterusnya. Bergerak mendekati Mold

    hingga Nozzle bersentuhan dengan Mold, juga dengan tekanan tinggi (Hingga

    100 kg/cm). Gambar di atas menunjukkan Nozzle sudah bersentuhan dengan

    Mold. Bagian Mold yang bersentuhan langsung dengan Nozzle disebut Sprue

    Bush. Kemudian mesin melakukan proses injeksi pengisian, yaitu

    menyuntikkan plastik cair ke dalam Mold. Pada proses ini melibatkan beberapa

    parameter yang bisa kita atur sedemikian rupa mengikuti tingkat kesulitan

    produk yang akan kita buat, yaitu :

    A. Tekanan Pengisian (Fill Pressure). Mesin-mesin keluaran saat ini memiliki

    variasi tingkat Tekanan Pengisian lebih dari 2 tingkat, dan juga diikuti dengan

    variasi posisi dari tiap-tiap Tekanan Pengisian tersebut. Sehingga kita dapat

  • 73

    menentukan di posisi manakah ketika plastik cair membentuk produk

    membutuhkan besaran Tekanan Pengisian sekian nilainya, dan di posisi lain

    dengan masih produk yang sama membutuhkan besaran Tekanan Pengisian

    sekian, dan seterusnya. Besarnya Tekanan Pengisian (Filling Pressure) yang

    kita atur sekedar lebih tinggi dari Tekanan Pengisian sesungguhnya, atau sekitar

    30%. Tekanan ini untuk menghadapi fluktuasi tekanan ketika Proses Pengisian

    berlangsung dengan memperhatikan Pressure Gauge (alat ukur tekanan

    Hidrolik) yang tersedia pada bagian unit injeksi, atau yang ditunjukkan pada

    layar monitor bagi yang sudah digital. Fluktuasi tekanan ini akibat adanya

    hambatan-hambatan aliran plastik cair di saat mengalir atau memasuki ruang-

    ruang di dalam Mold, dan Tekanan Pengisian tidak boleh dikalahkan oleh

    hambatan ini. Misalkan pada suatu mesin terdapat 3 tingkat parameter Tekanan

    Pengisian yaitu : 1. PF1 dengan besaran 90 kg/cm pada posisi (PFS1) 200 mm.

    B. PF2 dengan besaran 120 kg/cm pada posisi (PFS2) 150 mm. 3. PF3 dengan

    besaran 100 kg/cm pada posisi (PFS3) 70 mm. 2. Kecepatan Pengisian (Fill

    Velocity). Terdapat variasi tingkat kecepatan yang bisa kita atur dan dibutuhkan

    untuk menghindari adanya kondisi hasil produk yang tidak diinginkan. Posisi-

    posisi tingkat kecepatan inipun bisa kita atur disesuaikan dengan posisi aliran

    plastik ketika membentuk produk. Pada mesin sekarang, setidaknya terdapat 5

    tingkat kecepatan dengan 5 posisinya, atau bahkan lebih.. Hasil produk dari

    proses ini masih belum sempurna dengan menyisakan sedikit, dan akan

    disempurnakan pada proses selanjutnya. Jaminan terhadap kestabilan proses

    berkelanjutan berada di bagian ini, sehingga juga menentukan kestabilan hasil

    produk yang dibuat. Untuk mesin-mesin terdahulu yang hanya menyediakan 1

    tingkat Tekanan Pengisian dan 1 atau 2 tingkat Kecepatan Pengisian. Hal ini

    tentu saja membatasi kemampuan mesin ketika menghadapi produk dengan

    tingkat kesulitan tertentu, walau proses setting parameternya relatif mudah dan

    cepat.

  • 74

    Gambar 39 .Skema proses fill injection pada injection molding Polipropilene

    3. Injeksi Menahan (Holding Injection)

    Penyempurnaan hasil produk berada pada bagian proses ini. Sengaja harus

    dibuat seperti itu agar pada proses penyempurnaan nantinya hanya akan

    membutuhkan nilai yang benar-benar efisien. Pada proses ini tidak lagi melibatkan

    kecepatan di dalam setting parameternya, hanya besaran tekanan yang kita atur

    beserta waktu yang kita butuhkan untuk itu. Pada mesin sekarang terdapat 2 atau

    lebih Tekanan Holding dengan 2 atau lebih setting waktu yang disediakan.

    Misalkan : 1. PH1 dengan besaran 40 kg/cm dengan waktu (TPH1) 0.5 second. 2.

    PH2 dengan besaran 30 kg/cm dengan waktu (TPH2) 1 second. 3. PH3 dengan

    besaran 20 kg/cm dengan waktu (TPH3) 2 second. Ketepatan besaran Tekanan

    sangat menentukan hasil produk yang dibuat, terlalu besar akan masalah. Begitu juga

    bila kita buat terlalu kecil. Kebutuhan tingkat Tekanan Holding harus berdasarkan

    pertimbangan kebutuhan terhadap hasil produk. Bila produknya relatif sederhana

    cukup kita aktifkan 1 saja tingkat Tekanan Holding nya, dan bisa tambahkan bila

    ternyata tidak cukup untuk produk yang lain. Pada mesin terdahulu hanya

    menyediakan 1 saja tingkat Tekanan Holding dengan 1 tingkat waktu yang

    dibutuhkan.

    Gambar 40.Skema holding injection pada proses injection molding Polypropilene

  • 75

    4. Isi Ulang dan Pendinginan (Charging & Cooling).

    Isi ulang (Charging) plastik cair untuk siap disuntikkan pada siklus selanjutnya,

    bersamaan waktunya perhitungan waktu Pendinginan pun (Cooling) dimulai.

    Parameter yang direkomendasikan adalah waktu Pendinginan (Cooling Time) harus

    lebih lama dari waktu Isi Ulang (Charging Time). Bila waktu Charging yang lebih

    lama, maka yang terjadi adalah tumpahan material plastik dari nozzle ketika Mold

    Terbuka pada proses berikutnya. Proses Charging sendiri adalah berputarnya Screw

    dengan bantuan Motor Hidrolik ke arah putaran yang telah ditentukan, sehingga

    plastik pellet masuk ke dalam Barrel, digiling oleh Screw, dan sampai di depan

    Torpedo sudah dalam keadaan cair dan siap untuk disuntikkan ke dalam Mold. Tentu

    saja dengan bantuan suhu Barrel yang dapat kita atur sesuai spesifikasi jenis plastik

    yang digunakan, yaitu pada suhu titik cair nya. Check Valve yang terbuka, seperti

    pada gambar di atas. Dengan kondisi adanya aliran dari belakang Torpedo menuju

    bagian depan Torpedo, dan tertutup ketika ada usaha aliran plastic cair dari depan ke

    belakang Torpedo. Jadi alat ini berfungsi sebagai katup satu arah.

    Gambar 41.Skema charging and cooling pada proses injection molding Polypropilene

    5. Membuka Cetakan (Mold Open)

    Pada proses ini terdapat 5 urutan kerja, yaitu :

    1. Melepas Himpitan pada Cetakan (Mold Clamp Release). Yaitu dengan

    mengembalikan ke tekanan normal pada system hidrolik yang bekerja untuk

    menghimpit cetakan. Yang sebelumnya bertekanan tinggi.

    2. Gerakan membuka pada kecepatan perlahan dengan tekanan rendah. (Low Mold

    Open Velocity & Low Mold Open Pressure). Dari keadaan rapat, membuka secara

  • 76

    perlahan untuk menjaga kondisi cetakan yang rentan terhadap kerusakan akibat

    gesekan yang terjadi antara sisi Core dan sisi Cavity.

    3. Gerakan membuka pada kecepatan tinggi. (High Mold Open Velocity). Membuka

    dengan cepat dengan posisi yang memungkinkan setelah lepas dari pergesekan antara

    Core dan Cavity, hal ini juga untuk menghemat waktu proses.

    4. Gerakan membuka pada kecepatan rendah. (Low Mold Open Velocity). Sebelum

    posisi cetakan terbuka penuh, maka gerakan membuka cetakan harus perlahan agar

    tidak terjadi overlap atau posisi terbuka yang kelebihan. Kecepatan rendah ini juga

    dimasudkan agar posisi terbuka penuh adalah stabil posisinya dari satu siklus ke

    siklus kerja berikutnya. Hal ini untuk mempermudah kerja Robot disaat mengambil

    produk dari dalam cetakan.

    5. Gerakan melepas produk dari dalam cetakan (Ejection). Ejector mendorong

    produk dari sisi Core agar mudah diambil, tentu saja produk harus menempel pada

    sisi Core ketika cetakan terbuka, dan bukan menempel pada sisi Cavity. Walaupun

    bisa saja dibuat produk nya menempel pada sisi Cavity, tentu aja dengan

    pertimbangan produk dan design cetakan yang dirancang demikian. Proses Ejection

    ini pun terdapat parameter yang dapat kita atur, yaitu : Jarak, tekanan hidroliknya,

    kecepatan, dan berapa kali mendorongnya. Parameter ini tentu saja tergantung

    kebutuhan dan bentuk produknya.

    Gambar 42 Skema proses mold open pada injection molding Polypropilene

    Gripper

    Proses manufaktur gripper dilakukan sama dengan proses manfaktur dari rangka lengan,

    yakni dengan melakukan casting hanya saja cetakan castingnya berbeda. Pada gripper

  • 77

    dianjurkan untuk dilakukan coating dengan chromium sebesar 0.2 mm agar gripper

    tahan karat karena bersentuhan langsung dengan lingkungan operasi.

    Berikut adalah proses yang digunakan untuk melapisi gripper dengan krom yakni

    dengan teknik electroplating

    A. Butting yaitu proses penghalusan permukaan barang yang akan dilapisi. dalam

    proses penghalusan tersebut menggunakan emery (amplas) yang berupa kain

    120-130 kali putaran.

    B. Preparasi yaitu proses inspeksi keseluruhan kondisi barang yang akan di

    elektroplating. setelah inspeksi dilakukan, barang yang akan diplating

    ditempatkan pada rig yang disesuaikan dengan bentuk dan dimensi barang

    tersebut.

    C. Degreding yaitu proses pembersihana dari kotoran, minyak, cat, ataupun lemak.

    dalam proses pembersihan ini digunakan larutan NaOH (air sabun) sebagai

    metalcleaner. alat yang digunakan dalam proses ini adalah bak yang terbuat dari

    plat seng yang didalamnya berisi larutan NaOH yang dipanaskan selama 30-60

    menit dengan suhu 60-70 derajat, dengan konsentrasi larutan 20 gr/liter-100

    gr/liter. Bak yang digunakan 150x120x70 Cm. setelah pelaksanaan proses ini,

    lalu dilaksanakan proses pembilasan dengan menggunakan air.

    D. Pickling yaitu proses pencelupan setelah degreding ke larutan picking yang

    terbuat dari asam Klorida (HCL) 32% yang berfungsi untuk menghilangkan

    koral pada permukaan barang. proses ini dilakukan selama 3-5 menit lalu dibilas

    dengan air sebanyak 3 kali ditempat yang berbeda.

    E. Etching yaitu proses pembukaan pori-pori dengan menggunakan larutan asam

    sulfat (H2SO4 10%) yang digunakan untuk mempercepat proses pelapisan

    nickel chrome. proses ini dilakukan selama 3-5 menit. lalu dibilas dengan

    menggunakan air yang mengalir.

    F. Nickel Plating yaitu proses pelapisan logam dengan menggunakan logam

    nickel sebagai pelapisnya. Tujuannya adalah untuk melindungi logam dasar dari

    serangan korosi larutan elektrolit. Bahan yang digunakan adalah nickel sulfat.

    benda yang akan dilapisi dicelupkan dalam larutan elektrolit selama 15 menit

    dengan temperatur 55-65 derajat celcius.

  • 78

    G. Chrome Plating yaitu proses finishing pada proses elektroplating Nickel.

    Fungsinya sebagai usaha untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi, aus,

    dan anti gores, serta meningkatkan aspek dekoratif terhadap benda yang

    dihasilkan sehingga menjadi mengkilat dan halus permukaannya. pencelupan

    selama 15-60 menit pada temperatur 40-55 derajat celcius dalam larutan chromic

    acid.

    H. Drying yaitu proses pengeringan dari chromplating yang terdiri dari 2

    cara : dengan media pencelupan air panas suhu 60 derajat celcius untuk

    pembersihan dan dengan cara menganealing (mengoven) barang yang sudah

    dilapisi

    Bolt,Servo, Mikrokontroller dan Bevel Gear

    Untuk komponen diatas kami menganjurkan untuk membelinya karena dimensi yang

    sesuai sudah ada di pasaran.

    Proses Assembly

    Proses assembly dilakukan secara manual dimana rangka lengan yang sudah terbentuk

    terlebih dahulu dipasangkan pada bantalan penjepit yang akan dipasangkan pada meja

    operasi. Setelah itu dilakukan pemasangan terhadap komponen motor servo sesuai

    dengan tempat yang telah disediakan. Pemasangan servo dilakukan dengan

    menggunakan bolt dan shaft sebagai pengerak terhadap lengan.

    Pada bagian gripper dilakukan instalasi bevel gear yang nantinya wheel ada bevel gear

    akan melakukan pergerakan yang diberi supply oleh servo. Setelah itu dilakukan

    pemasangan pin dan bearing pada ujung gripper agar dapat menahan pediguard

    bergerak secara leluasa ketika ditarik atau didorong oleh lengan robot.

    Instalasi terakhir adalah melakukan wiring kesetiap motor dan pada mikrokontroller

    juga pada switch button lalu dilakukan inspeksi atau quality control.

  • 79

    BAB VI

    PENUTUP

    Perancangan Robot lengan pelurus tulang belakang ini bersifat merancang

    produk baru bukan memodifikasi produk yang sudah ada. Dalam perancangan ini, fokus

    kami adalah merancang alat yang dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan

    menggulung karpet. Dari fokus tersebut dapat ditarik alat ini harus memiliki downtime

    yang sebentar, aman, serta mudah dioperasikan. Oleh karena itu, diperlukan

    pengetahuan yang luas mengenai unsur mekanikal ditambah pengalaman lapangan

    mengenai penggulungan karpet.

    Ketika mendesain Robot lengan pelurus tulang belakang, kami mendapat

    masukan dari Sugeng Supriyadi, ST, M.S.Eng, Ph.D agar menambahkan fungsi

    pembersih karpet pada alat kami, akan tetapi kami tidak memiliki waktu yang cukup

    untuk merancang pembersih tersebut dan menambahkannya ke alat kami. Hal ini

    dikarenakan banyaknya kegiatan kegiatan kami di semester 6 ini dan kurangannya

    kami dalam mengatur waktu kami pada semester 6 ini.

    Karena keterbatasan waktu dan kemampuan kami, tentunya ada kekurangan

    pada perancangan Robot lengan pelurus tulang belakang ini. Jika ada pihak lain yang

    ingin mengembangkan produk kami, kami akan sangat berterima kasih atas

    kemauannya.

    Kami sebagai tim perancang Robot lengan pelurus tulang belakang

    mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam

    merancang alat ini dan juga kepada pembaca buku perancangan Robot lengan pelurus

    tulang belakang ini.

  • 80

    DAFTAR PUSTAKA

    Andry, Nicolas (1743). Orthopdia : or, the art of correcting and preventing

    deformities in children. Translated from the French of M. Andry. London: Printed

    for A. Millar.

    Arifianto, Deni. 2011. Kamus Komponen Elektronika. Jakarta Selatan: PT. Kawan

    Pustaka.

    David K. Wolpert (2006). Scoliosis Surgery: The Definitive Patient's Reference.

    Swordfish Communications. ISBN 978-0-9741955-2-0.Page.4-6

    James B. Stiehl, Werner H.Konermann, Rolf G.Haaker (2015). Navigation and Robotics

    in Total Joint and Spine Surgery.Berlin. Springer

    Kalpakjian, Serope dan Steven R. Schmid. 2006. Manufacturing, Engineering, and

    Technology. edisi ke-5. Singapura. Prentice Hall

    Kurmi, R.S. dan J.K. Gupta. 2005. A Text Book of Machine Design.edisi ke-14 Ram

    Nagar-New Delhi. Eurasia Publishing House

    Matthew, K. Sricharan, C. (2015) Essential of Robotic Surgery.Springer International

    Publishing, Switzerland 2015

    Michael Neuwirth, Kevin Osborn (2001). The Scoliosis Sourcebook. McGraw-

    Hill. ISBN 978-0-7373-0321-6.Page.4-5

    Nalwan, Andi. 2012. Teknik Rancang Bangun Robot. Yogyakarta: Andi.

    Putra, Agfianto Eko. 2010. Pemrograman Mikrokontroller ATMEL AVR

    Menggunakan BASCOM-AVR, Yogyakarta: Gava Media.

  • 81

    Rangkuti, Syahban. 2011. Mikrokontroller ATMEL AVR, Bandung: Informatika.

    Siregar, Houtman P, 2012. Mekanika Robot Berkaki. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Winoto, Ardi. 2008. Mikrokontroller ATMega 8/16/32/8535 dan Pemrogramannya

    dengan Bahasa C pada WinAVR. Bandung: Informatika Bandung.

    Internet :

    http://www.portlandbolt.com/technical/faqs/calculating-strength/

    http://www.portlandbolt.com/technical/strength-requirements-by-grade/

    http://www.portlandbolt.com/technical/thread-pitch-chart/

    http://www.robotshop.com/blog/en/robot-arm-torque-calculator-9712

    http://support.robotis.com/en/product/dynamixel/mx_series/mx-106.htm

    http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=2804

    http://www.orthoui-rscm.org/

  • 82

    LAMPIRAN