Kelompok 4 Fix

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    1/36

     

    MAKALAH MANAJEMEN FARMASI PELAYANAN DI APOTEK

    Oleh Kelompok 4:

    Ilham Niawan S 152211101070

    Mufida 152211101078

    Rizki Jauzi 152211101079

    Katasha Viga A 152211101083

     Nurul Faridah 152211101093

    Wiji Saputro 152211101095

    Ichlasul Amalia E 152211101009

    Ika Ria Lestari 1522111010101

    Binar Indah Marwati 1522111010110

    Yuni Winarni 1522111010115

    Fitria Dwi Kartini 1522111010126

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    2/36

    DAFTAR PUSTAKA

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i 

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1 

    BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 2 

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 2 

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 

    1.3 Tujuan .......................................................................................................... 5 

    BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 6 

    2.1 Pelayanan Resep di Apotek ........................................................................ 6 

    2.2 Pelayanan Non Resep di Apotek .............................................................. 15 

    2.3 Obat Keras ................................................................................................. 29 

    2.4 Obat Narkotik dan Psikotropik ............................................................... 30 

    2.5 Obat Generik ............................................................................................. 32 

    BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 30 

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34 

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    3/36

    2

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam

    membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi

    masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan secara

    sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

    meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

    memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.

    Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker

    dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan.

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

    kefarmasian dan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan

    kesehatan, maka para petugas kefarmasian dituntut untuk meningkatkan

    kemampuan dan kecakapan dalam rangka mengatasi permasalahan yang mungkin

    timbul dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Selain itu,

    terdapat alasan lain yang mendukung tentang peningkatan pelayanan kefarmasian,

    yakni telah bergesernya orientasi pelayanan kefarmasian dari obat ke pasien yang

    mengacu kepada  pharmaceutical care.  Kegiatan pelayanan kefarmasian yang

    semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi

     pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

     pasien.

    Dalam pelayanan kefarmasian seorang apoteker memiliki bentuk

    interaksi. Bentuk interaksi pelayanan kefarmasian oleh apoteker antara lain adalah

    melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk tujuan

    akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus

    memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan

    (medication error ) dalam proses pelayanan oleh sebab itu apoteker dalam

    menjalankan praktik harus sesuai standar. Apoteker harus mampu berkomunikasi

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    4/36

    3

    dengan tenaga kerja kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk

    mendukung penggunaan obat yang rasional.

    Di Indonesia, standar pelayanan kefarmasian telah di atur dalam

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1027/MENKES/SK/IX/2004.

    Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian

    yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan

    farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud diantaranya

     perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,

     pencatatan, dan pelaporan agar mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

    kualitas hidup pasien. Pelayanan resep di apotek meliputi : (1) skrining resep 

    (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/ paraf dokter

     penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama

    obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; informasi

    lainnya), (2) kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan; dosis; potensi; stabilitas;

    inkompatibilitas; cara dan lama pemberian, (3) pertimbangan klinis (adanya

    alergi; efek samping; interaksi; kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-

    lain); membuat kartu pengobatan pasien (medication record ). Jika ada keraguan

    terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

    memberikan pertimbangan dan alternative seperlunya bila perlu menggunakan

     persetujuan setelah pemberitahuan.

    Penyiapan obat di apotek meliputi peracikan yaitu kegiatan menyiapkan,

    menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam

    melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan

    memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar

    (Anonim, 2004), pemberian etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat yang

    diserahkan atas dasar resep harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk

    obat 12 dalam dan warna biru untuk obat luar (Hartini dan Sulasmono, 2006),

    obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga

    kualitasnya. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan

    akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan

    oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    5/36

    4

    (Anonim, 2004). Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan

    mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat

     pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara

     penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan

    minuman yang harus dihindari selama terapi (Anonim, 2004).

    Akhir - akhir ini peredaran obat-obat tanpa resep memungkinkan

    seseorang individu mencoba mengatasi masalah mediknya dengan cepat,

    ekonomis dan nyaman tanpa perlu mengujungi dokter. Penggunaan obat tanpa

    resep yang tidak tepat dapat mengakibatkan peningkatan biaya dan penyakit

     pasien menjadi lebih serius. Untuk melayani pasien dengan lebih baik, apoteker

     perlu memaksimalkan pelayanan pribadinya, dalam menghadapi pertanyaan dari

     pasien, seorang apoteker harus bisa menunjukan manfaat dari setiap petujuk yang

    diberikan terutama dalam menyeleksi dan memantau pengobatan dengan obat

    tanpa resep (Hartini dan Sulasmono, 2006).

    Menurut Kepmenkes No.1027 tahun 2004, apoteker harus memberikan

    konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan

    lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang

     bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang

    salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC,

    asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara

     berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus

    melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu

    seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya

    (Anonim, 2004). Tujuan yang diinginkan dari adanya monitoring penggunaan

    obat adalah tersedianya informasi efek samping akibat penggunaan obat dan

    mencegah atau meminimalkan dan mengatasi timbulnya efek samping obat.

    Standar pelayanan kefarmasian di apotek sangat penting bagi mahasiswa apoteker,

    maka dari itu penyusunan makalah ini agar mahasiswa apoteker lebih peran

     penting seorang apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    6/36

    5

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan

    sebagai berikut:

    a. 

    Bagaimana pelayanan resep dan non resep di apotek?

     b.  Bagaimana klasifikasi obat di apotek?

    c.  Bagaimana alur pelayanan resep dan non resep di apotek?

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui beberapa tujuan

    dari makalah ini :

    a. 

    Menganalisis pelayanan resep dan non resep di apotek.

     b.  Menganalisis klasifikasi obat di apotek.

    c.  Menganalisis alur pelayanan resep dan non resep di apotek.

    1.4 Manfaat

    Melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan mutu informasi

    kesehatan mengenai pelayanan kefarmasian di apotek, pelayanan informasi obat

    dan klasifikasi obat di apotek, ketersediaan obat di apotek, dan kecepatan

     pelayanan di apotek dengan kepuasan pasien menggunakan jasa apotek . 

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    7/36

    BAB II. PEMBAHASAN

    2.1 Pelayanan Resep di Apotek

    Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian adalah pelayanan resep di

    apotek. Pelayanan resep Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter

    kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien

    (Anief, 2000). Terdapat dua tahap pelayanan resep yaitu skrining resep yang

    dilakukan oleh apoteker dan penyiapan obat yang meliputi peracikan, pemberian

    etiket, konseling, dan monitoring penggunaan obat. Selain itu juga perlu adanya

    informasi ke pasien mengenai obat. Pemberian informasi tersebut merupakan

    salah satu tahap pada proses pelayanan resep (Depkes RI, 2004). Manfaat dari

     pemberian informasi antara lain untuk menghindari masalah yang berkaitan

    dengan terapi obat ( Drug Therapy Problem) yang dapat mengganggu terapi obat

    dan dapat mengganggu hasil yang diinginkan oleh pasien (Cipole et al, 1998).

    Pemberian informasi obat memiiki peranan penting dalam rangka

    memperbaiki kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan bermutu bagi

     pasien. Kualitas hidup dan pelayanan bermutu dapat menurun akibat adanya

    keridakpatuhan terhadap program pengobatan. Penyebab ketidakpatuhan tersebut

    salah satunya disebabkan kurangnya informasi tentang obat. Selain itu, regimen

     pengobatan yang komoleks dan kesulitan mengikuti regimen pengobatan yang

    diresepkan merupakan masalah yang mengakibatkan ketidakpatuhan terhadap

     pengobatan. Selain masalah kepatuhan, pasien juga dapat mengalami efek yang

    ridak diinginkan dari penggunaan obat. Dengan diberkannya informasi obat

    seperti penggunaan obat tanpa indikasi, indikasi yang tidak terobati, dosis obat

    terlalu tinggi, dosis subterapi, serta interaksi obat dapat dihindari (Rantucci,

    2007).

    Jenis informasi yang diberikan apoteker pada pasien yang mendapatkan

    resep baru meliputi nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu

     penggunaan, saran ketaatan dan pemantaauan sendiri, efek samping dan efek

    merugikan, tindakan pencegahan, kontraindikasi, dan interaksi, petunjuk

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    8/36

    7

     penyimpanan, informasi pengulangan resep dan rencana pemantauan lanjutan.

    Selain itu, diskusi penutup juga diperlukan untuk mengulang kembali dan

    menekankan hal-hal terpenting terkait pemberian informasi mengenai obat

    (Rantucci, 2007).

    Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

    (1). Persyaratan administratif:

    (a). Nama, SIP dan alamat dokter.

    (b). Tanggal penulisan resep

    (c). Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep

    (d). Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

    (e). Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta

    (f). Cara pemakaian yang jelas

    (g). Informasi lainnya

    (2). Kesesuaian farmasetik

    (a). Bentuk sediaan

    (b). Dosis

    (c). Potensi

    (d). Stabilitas

    (e). Inkompatibilitas

    (f). Cara dan lama pemberian

    (3). Pertimbangan Klinis

    (a). Adanya alergi

    (b). Efek samping

    (c). Interaksi

    (d).Kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)

    (e). Membuat kartu pengobatan pasien (medication record )

    Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada

    dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternative seperlunya

     bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    9/36

    8

     b). Penyiapan Obat

    1. 

    PeracikanPeracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,

    mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam

    melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan

    memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang

     benar (Anonim, 2004)

    2. 

    Etiket

    Etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat yang diserahkan atas dasar

    resep harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk obat 12 dalam

    dan warna biru untuk obat luar (Hartini dan Sulasmono, 2006).

    3. 

    Kemasan Obat yang DiserahkanObat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

    sehingga terjaga kualitasnya.

    4.  Penyerahan Obat

    Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

     pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.

    Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi

    obat dan konseling kepada pasien (Anonim, 2004).

    5.  Informasi Obat

    Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan

    mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasiobat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara

     penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan

    minuman yang harus dihindari selama terapi (Anonim, 2004).

    Ruang lingkup kompetensi ini meliputi seluruh kegiatan pemberian

    informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan

     pihak-pihak lain yang membutuhkan untuk kepentingan upayaupaya

     positif lain yang terkait secara aktif maupun pasif (Anonim, 2004).

    6.  Konseling

    Akhir - akhir ini peredaran obat-obat tanpa resep memungkinkan

    seseorang individu mencoba mengatasi masalah mediknya dengan cepat,ekonomis dan nyaman tanpa perlu mengujungi dokter. Penggunaan obat

    tanpa resep yang tidak tepat dapat mengakibatkan peningkatan biaya dan

     penyakit pasien menjadi lebih serius. Untuk melayani pasien dengan lebih

     baik, apoteker perlu memaksimalkan pelayanan pribadinya, dalam

    menghadapi pertanyaan dari pasien, seorang apoteker harus bisa

    menunjukan manfaat dari setiap petujuk yang diberikan terutama dalam

    menyeleksi dan memantau pengobatan dengan obat tanpa resep (Hartini

    dan Sulasmono, 2006).

    Menurut Kepmenkes No.1027 tahun 2004, apoteker harus

    memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    10/36

    9

     perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup

     pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

     penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu sepertikardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker

    harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

    7.  Monitoring Penggunaan Obat

    Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus

    melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk 14 pasien

    tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis

    lainnya (Anonim, 2004).

    Tujuan yang diinginkan dari adanya monitoring penggunaan obat adalah :

    (a). Tersedianya informasi efek samping akibat penggunaan obat

    (b). Mencegah, meminimalkan dan mengatasi timbulnya efek samping

    obat

    Berikut adalah contoh pada pelayanan kefarmasian di apotek :

    a.  Skrining resep

    -   Nama, SIP dan alamat dokter

    Dr. Leo, Sp.PD

    SIK : 19/DIKES/2009

    JL Raya Sesetan no 98

    Tanggal penulisan resep

    Dr. Leo, Sp.PD

    SIK : 19/DIKES/2009

    JL Raya Sesetan no 98

    22-07-2011

    R/ Zumafib No L

    S 1 dd I

    R/ Hp Pro No XXX

    S 1 dd I

    Pro : Bader

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    11/36

    10

    22-07-2011

    -  Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

    -   Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien

    Tn. Bader

    -   Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.

    R/ Zumafib No L

    S 1 dd I

    R/ Hp Pro No XXX

    S 1 dd I

     b. 

    Spesifikasi obat

    Zumafib

    Komposisi : Fenofibrat

    Efek farmakologis : Fenofibrat merupakan agonis peroxisome

     proliferator-activated receptor-alpha (PPAR-alpha), yang menurunkan

    regulasi apoprotein C dan menaikkan regulasi apoliprotein a-1, protein

    transport asam lemak, dan lipoprotein lipase menghasilkan peningkatan

    VLDL katabolisme, oksidasi asam lemak, dan eliminasi partikel

    trigliserida (Lacy,et al . 2009).

    Efek Samping : Hepatik : Kerusakan hati (3-13%).

    Sistem saraf pusat : Sakit Kepala (3%).

    Gastrointestinal : Nyeri abdominal (5%), Konstipasi (2%), Nausea

    (2%).

     Neuromuskular dan skeletal : Nyeri punggung (3%) (Lacy, et al . 2009).

    Kontraindikasi : Kehamilan (Farktor resiko C) (Lacy, et al . 2009)

    Interaksi Obat : Meningkatkan efek dari obat  –   obat : Ezetimibe,

    Sulfonilurea, antagonis vitamin K dan Warfarin (Lacy, et al . 2009).

    Dosis : Hipertrigliseridemia : 45-135 mg perhari. Dosis

    maksimum 13mg per hari.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    12/36

    11

    Hiperkolestrolemia : 50-135 mg per hari. Dosis maksimum 135 mg per

    hari.

    B. HP Pro

    Komposisi : Curcuma Zedoaria, Curcuma xhantorriza, Ipomoea

     pres-caprael.s, Phylanthus urinaria, madu.

    Efek farmakologis: Hepatoprotektor, suplemen.

    Dosis : 1-3 kali sehari : Suplemen untuk hati

    Analisis jenis penyakit secara umum dapat dilakukan berdasarkan jenis

    dan indikasi obat. Pasien diberikan Zumafib dengan kandungan fenofibrat yang di

    indikasikan untuk hiperkolestrolemia dan hipertrigliseridemia. Hp pro diduga

    digunakan sebagai suplemen untuk melindungi fungsi hati untuk mencegah

    kerusakan hati. Berdasarkan hal tersebut diduga pasien menderita hiperlipidemia

    yang memiliki efek lanjutan berupa perlemakan hati ( fatty liver ). Untuk

    meyakinkan anamnese kefarmasian ini maka dilakukan cross check  kepada pasien

    dengan menanyakan keluhan yang disampaikan pasien kepada dokter.

    Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien:

    1.  Keluhan apa yang anda sampaikan ke dokter?

    Jawab: Saya punya penyakit kolesterol (Pasien berbadan gemuk/obesitas).

    2.  Bagaimana penjelasan dokter tentang obat yang diresepkan untuk anda?

    Jawab: Saya mendapat obat untuk kolesterol saya.

    3. 

    Bagaimana penjelasan dokter mengenai cara penggunaan obat ini?

    Jawab: Dokter tidak mengatakan mengenai cara penggunaan obat.

    4. 

    Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah anda mendapatkan

     pengobatan ini?

    Jawab: Setelah mengkonsumsi obat, kolesterol saya turun.

    5.  Anda sudah melakukan cek laboratorium sebelumnya?

    Jawab: Sudah. Saat itu dokternya mengatakan kolesterol saya cukup

    tinggi.

    6.  Apakah bapak sebelumnya sudah mengkonsumsi obat lain?

    Jawab: Tidak.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    13/36

    12

    c.  Penilaian pengobatan rasional

    Tepat Indikasi

    Ketepatan indikasi obat ditentukan berdasarkan ketepatan diagnosa dan

    keluhan pasien. Berdasarkan anamnese kefarmasian yang dilakukan dengan

    meninjau indikasi obat-obat dalam resep serta keluhan pasien yaitu

     pasien mengeluh mengalami kolesterol yang tinggi (Pasien berbadan

    gemuk/obesitas). Dalam resep tidak dicantumkan dosisZumafib sehingga

    digunakan dosis yang paling kecil yang beredar dipasaran yaitu 100 mg.

    Umumnya pada dosis tersebut digunakan untuk pengobatan hipertrigliseridemia

    dengan dosis 100 mg per hari dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama (50

    hari). Obat Hp Pro digunakan untuk melindungi fungsi hati dan mencegah

    kerusakan hati, karenahiperkolestrolemia dapat menyebabkan perlemakan hati

    ( fatty liver ). Selain itu, pasien Bader mengkonsumsi obat dalam jangka waktu

    yang lama (50 hari). Hp Pro disini hanya sebagai suplemen saja, maka dosis 1 kali

    sehari sudah cukup.

    Tepat Obat

    Obat yang diresepkan dokter adalah Zumafib yang

    diindikasikan untuk Hiperkolestrolemia dan Hipertrigliseridemia. HP Pro

    merupakan hepatoprotektor berfungsi sebagai suplemen untuk melindungi fungsi

    hati.

    Tepat Dosis

    Zumafib

    Dosis oral (Lacy, et al . 2009):

    Hipertrigliseridemia : 45-135 mg perhari. Dosis maksimum 135 mg per hari.

    Hiperkolestrolemia : 50-135 mg per hari. Dosis maksimum 135 mg per hari.

    Dosis dalam resep tidak dicantumkan sehingga digunakan dosis yang paling kecil

    yang beredar dipasaran yaitu 100 mg.

    Sekali pakai : 100 mg

    Sehari pakai : 100 mg (sudah sesuai dengan rentang terapeutik).

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    14/36

    13

    Administrasi : 6 –  8 minggu (Lacy, et al . 2009).

    Dalam resep, pasien menerima terapi selama 50 hari (Sudah sesuai dengan

    administrasi).

    · Hp Pro

    Suplemen hati : 1 kali sehari (Sudah tepat dosis).

    Tepat Pasien

    Pasien merupakan pasien dewasa dan tanpa gangguan menelan sehingga

     pemberiankapsul telah sesuai dengan kondisi pasien.

    Waspada Efek Samping

    Penggunaan Zumafib dalam jangka panjang dapat menyebabkan

    kerusakan hati yaitu perlemakan hati ( fatty liver ) dengan persentase kejadian 3-

    13% (Lacy, et al . 2009). Untuk itu, pemberian obat Hp Pro sebagai suplemen

    untuk melindungi fungsi hati dan mencegah kerusakan hati pasien sudah tepat.

    Kesimpulan : Resep Rasional sehingga bisa diproses untuk penyiapan obat.

    d.  Farmakoekonomi

    Sediaan  Penawaran 1  Penawaran 2 

    Zumafib 50 kapsul

    (Fenofibrat)

    Rp 140.000,00(Zumafib/Sandoz) Rp

    135.000,00(Felosma/Bernofarm)

    HP pro @Rp

    4.000,00

    Rp 120.000,00 Rp 120.000,00

    Biaya

    Tambahan(Plastik

    Klip)

    Rp 3.000,00 Rp 3.000,00

    Jumlah Rp 163.000,00 Rp 158.000,00

    Pemberian Zumafib dan Hp Pro dinilai telah rasional dan memenuhi

    aspek farmakoekonomi, karena dokter telah meresepkan obat yang benar  –  benar

    dibutuhkan oleh pasien.

    e.  Penyerahan obat dan pemberian KIE

    1.  Pasien diserahkan obat berupa kapsul Zumifab sebanyak 50 kapsul dan

    Hp pro sebanyak 30 kapsul.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    15/36

    14

    2. 

    Pasien diberikan informasi mengenai pemakaian obat Zumafib

    diminum 1 kali sehari pada pagi hari setelah makan, obat Hp Pro juga

    diminum 1 kali sehari pada pagi hari setelah makan.

    3. 

    Pasien diberitahukan bahwa obat disimpan di tempat kering dan tidak

    terkena sinar matahari langsung pada suhu kamar (15-300C). Jika

    dimungkinkan obat dapat disimpan dalam kotak obat (dengan silika

    gel).

    4.  Pasien disarankan untuk berolahraga dengan teratur.

    5.  Pasien disarankan mengurangi konsumsi makanan berlemak dan

    makanan yang berkolesterol tinggi.

    6.  Pasien disarankan beristirahat yang cukup.

    7.  Pasien disarankan untuk cek laboratorium kembali, guna mengetahui

    kadar kolesterol pasien, 1 bulan setelah mengkonsumsi obat

    8.  Apabila keadaan pasien tidak membaik, disarankan segera kembali

    dokter.

    Alur pelayanan resep (Pustaka: PP Nomor 51 Tahun 2009)

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    16/36

    15

    2.2 Pelayanan Non Resep di Apotek

    Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien yang

    ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi.

    Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep

    yang meliputi :

    a.  Obat wajib apotek (OWA)

    OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan apoteker kepada

     pasien. Terdapat beberapa daftar obat wajib apotek yang sudah dikeluarkan

     berdasarkan keputusan menteri kesehatan. Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib

    Apotek tercantum dalam:

    1.  Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang

    Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No.1

    2.  Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/MenKes/SK/X/1993 tentang

    Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No.2

    3. 

    Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang

    Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No.3

    Dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan

     pasien dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi kesehatan sehingga dirasa

     perlu adanya sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat,

    aman, dan rasional. Sehingga diharapkan peran Apoteker di Apotik dalam

     pelayanan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada

    masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri.

    Adapun persyaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA sebagai

     berikut :

    1.  Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien

    serta penyakit yang di derita.

    2.  Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh

    diberikan kepada pasien.

    3.  Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup

    indikasi,kontraindikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    17/36

    16

    samping obat yang mungkin timbul dan tindakan yang disarankan jika

    timbul efek samping.

    Selain itu obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang

    diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien, antara lain anti

    inflamasi,obat alergi, infeksi kulit dan mata, anti alergi sistemik, obat KB

    hormonal dll.

    Contoh pelayanan OWA :

    Pasien yang ingin membeli obat ranitidin, sebagai seorang apoteker

    harus melayani sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan. Obat

    ranitidin ini boleh di berikan walaupun tanpa resep dokter karena ranitidin

    termasuk dalam OWA no.3, namun pemberian obat hanya atas dasar pengobatan

    ulangan dari dokter dengan jumah maksimal yang dapat diberikan adalah 10 tablet

    dengan kandungan obat 150mg. Apoteker juga harus memberikan informasi

    terkait obat ranitidin kepada pasien dengan mengingatkan kembali cara pemakaian

    yaitu obat dapat di minum dua kali sehari satu tablet atau dengan kata lain tiap

    12 jam pada pagi hari dan saat mau tidur atau diminum dua tablet sekaligus saat

    mau tidur. Selain itu perlu diberitahukan kepada pasien tentang efek samping

    yang sering terjadi yaitu obat ranitidin dapat menyebabkan pusing sehingga perlu

    hati-hati jika pasien ingin bepergian atau mengemudi (A to Z Drug Facts).

    Informasi lain yang dapat diberikan ke pasien adalah selama menggunakan obat

    ini, hindarilah konsumsi makanan atau minuman yang dapat memperparah gejala

    agar keefektifan obat maksimal. Misalnya makanan pedas, cokelat, tomat,

    minuman keras, dan minuman panas, khususnya kopi. Dianjurkan pula untuk

     berhenti merokok karena merokok memicu produksi asam lambung.

     b.  Obat bebas

    Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

    tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

    lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Pemberian obat bebas tanpa

    resep dokter diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014

    yang menyebutkan bahwa Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non

    Resep atau pelayanan swamedikasi, Apoteker harus memberikan edukasi kepada

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    18/36

    17

     pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan

    memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Beberapa contoh obat

     bebas diantaranya adalah promag sebagai obat maag, sanmol sebagai obat demam,

     bodrex sebagai obai sakit kepala, dan lain-lain.

    Penggunaan obat bebas dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus

    mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat yang

    sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan

    obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Sebagai

    seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, Apoteker mempunyai

     peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk

    kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi. Apoteker harus dapat

    menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter,

    namun penggunaan obat bebas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping

    yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Hal-hal yang

     perlu diperhatikan dari penggunaan obat bebas diantaranya adalah : 

    1.  Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus. 

    2. 

    Penggunaan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada brosur.

    3.  Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat

    dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.

    4.  Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,

    hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.

    Dalam penggunaan obat bebas, Apoteker memiliki dua peran yang sangat

     penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat

    dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan

    konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman,

    tepat dan rasional. Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan :

    -  Ketepatan penentuan indikasi/penyakit

    -  Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta

    -  Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.

    Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah

    meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    19/36

    18

     produk-produk yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu

    Apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana

    memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau

    kapan harus berkonsultasi kepada dokter.

    Informasi tentang obat dan penggunaannya saat konseling swamedikasi

     pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan

    dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien. Informasi yang perlu disampaikan oleh

    Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas antara lain :

    1.  Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat

    yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan

    kesehatan yang dialami pasien.

    2.  Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi

    dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra

    indikasi dimaksud.

    3.  Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi

    informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang

    harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.

    4.  Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada

     pasien untuk menghindari salah pemakaian

    5.  Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat

    menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen

    (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di brosur).

    6.  Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan kepada

     pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.

    7.  Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan

    kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan

    karena penyakitnya belum hilang

    8.  Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya

     pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu

     bersamaan.

    9. 

    Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    20/36

    19

    10. 

    Cara penyimpanan obat yang baik

    11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa

    Contoh obat bebas promag:

    Promag termasuk ke dalam golongan obat bebas yang digunakan untuk

    mengobati penyakit maag, hal ini sesuai dengan tanda yang tertera pada kemasan

    yang terdapat tanda hijau dengan garis tepi berwarna hita.-  KIE Obat promag kepada pasien :

    Obat promag digunakan untuk mengurangi gejala yang berhubungan

    dengan kelebihan asam lambung dan nyeri lambung atau yang biasa disebut maag.

    Obat ini aman digunakan untuk ibu hamil. Aturan pakainya untuk orang dewasa

    sehari 3-4 kali masing-masing 1-2 tablet, untuk anak-anak sehari 3-4 kali masing-

    masing 1/2-1 tablet. Waktu yang tepat untuk menggunakan obat ini adalah pada

    saat merasakan gejala maag, satu jam sebelum atau sesudah makan, dan sebelum

    tidur malam, digunakan sebelum tidur malam dengan maksud agar obat dapat

    dengan cepat menetralisir sehingga lambung tetap terasa nyaman saat bangun

    tidur. Selama pengobatan disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pedas,

    asam dan bersantan, serta tidak telat makan. Mohon disimpan obat ini ditempat

    yang sejuk terhindar dari sinar matahari langsung. Jika setelah minum obat ini

     penyakit tidak kunjung sembuh atau timbul gejala yang tidak nyaman, mohon

    segera menghubungi dokter.

    c. 

    Obat bebas terbatas

    Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

    tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan

    tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas

    adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda peringatan selalu

    tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang

     berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter

    dan memuat pemberitahuan berwarna putih.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    21/36

    20

    a. 

    Obat bebas terbatas P no.1

    Contoh obat bebas terbatas P no.1

    Asma adalah suatu proses inflamasi kronik spesifik, melibatkan

    dinding saluran respiratorik, menyebabkan aliran udara terbatas dan

     peningkatan reaktivitas saluran nafas

    Contoh obat : Ephedrine HCl

    Kegunaan : seagai obat asma (pengobatan bronkospasme)

    Bentuk Sediaan : Tablet

    Cara Pakai : 3 kali sehari 1 tablet

    Hal – Hal yang perlu diinformasikan

    -  Obat diminum sesudah makan

    -  Hentikan pemakain obat jika penyakit asma sudah membaik

    Jika terjadi efek merugikan segera hubungi dokter

    -  Hati hati jika digunakan pada ibu hamil dan menyusui, sebaiknya

    menghubungi dokter terlebih dahulu

    -  Hati hati penggunaan terhadap lansia, sebaiknya menghubungi dokter

    terlebih dahulu

    -  Simpan obat di suhu kamar dan terlindung dari cahaya.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    22/36

    21

     NAMA DAGANG

    DAN GOLONGAN NAMA GENERIC INDIKASI

    Parazon Propifenazon Untuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri waktu haid, dan

    menurunkan demam

    Zevit-C Vit. C Untuk mencegah dan mengiobati kekurangan vitamin b

    complex, vitamin C, vitamin E, dan Seng

    Xepavit Vit. E Untuk pencegahan dan pengobatan kekurangan vitamin

    dan mineral.

    Zevibex Vit. B1 Untuk pencegahan devisiensi vitamin B kompleks,

    vitamin E, vitamin C, dang Seng

    Upixon Piperasilin Untuk infeksi cacing gelang (ascarislumbricoides)

    diminum sesudah makan malam.

    Konvermex Pirantel pamuat Untuk antelmintik

    Tablet Ephedrinum 25

    mg (P1)

    Ephedrine 25 mg Untuk obat asthma

    Tablet Santonin 30 mg Untuk Obat Cacing

    Decolgen Bekerja sebagai analgesik-antipiretik, dekongestan

    hiduung, dan anthistamin.

    Paramex Bekerja sebagai analgesik dan antihistamin

     Neozep Bekerja sebagai analgesik-antipiretik, dekongestan

    hiduung, dan anthistamin.

    Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk

    memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.

    Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing,

    sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.

    Contoh Obat : Combantrin 250 mg

    Kandungan : Pirantil pamoat

    Kegunaan : Untuk mengobati penyakit yang yang disebabkan cacing

    Bentuk sediaan : Tablet

    Cara Pakai : 1-2 kali sehari satu tablet

    Hal hal yang perlu diinformasikan

    -  Obat bisa diminum sebelum, bersamaan dan atau sesudah makan

    -  Hentikan pemakain obat jika penyakit asma sudah membaik

    Jika terjadi efek merugikan segera hubungi dokter

    Hati hati penggunaan pada ibu hamil dan menyusui

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    23/36

    22

    Obat berinteraksi dengan obat anticacing lainnya yaitu piperazin yang

    dapat menurunkan efek piperazin

    -  Simpat obat disuhu kamar dan terlindung cahaya

     b.  Obat bebas terbatas P no.2

    Obat-obat kumur dalam golongan ini diperuntukkan untuk mengatasi

    keluhan dalam rongga mulut seperti halnya radang pada rongga mulut, sariawan

    ataupun bau mulut. Contoh obat-obat dari gollongan ini adalah sebagai berikut.

    1.  Sterox

    Komposisi : povidon Iodida 1% b/v

    Indikasi: peradangan dan infeksi mulut, gusi, lidah, sariawan

    2. 

    Tanflex

    Komposisi : benzidamin HCL 15 mg/ml

    Indikasi: sariawan, glositis

    Aturan pakai: kumur 2-3 kali per hari dengan interval 3-4 jam, bila perlu 5

    kali per hari hanya untuk membilas rongga mulut dan kumur

    3.  Forinfec Gargle

    Komposisi: vofidon Iodine 1%

    Indikasi: bau mulut dan nafas tidak segar.

    Aturan pakai: kumur slama 30 detik ulangi 3-4 jam.

    4.  Tantum Verde

    Komposisi: tiap 5 ml mengandung benzidamin HCL aethanolum

    Indikasi: meringankan rasa sakit

    Dalam pelayanan obat bebas terbatas p2 ini, seorang apoteker harusmemastikan mengenai

    1.  Siapa pasiennya?

    Hal ini perlu dipastikan karena obat-obatan kumur ini tidak dianjurkan

     bagi anak dibawah umur 12 tahun, karena ditakutkan obat ditelan karena

    ketidakmpuan memahami instruksi dan cara pemakaian obat kumur.

    2.  Apa gejala dari pasien?

    Obat kumur diperuntukkan bagi pasien yang mengalami keluhan di rongga

    mulut, sehingga pemberiannya tepat sesuai gejala yang ada.

    3. 

    Berapa lama gejala telah muncul?

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    24/36

    23

    Hal ini untuk memastikan apakah swamedikasi dapat dilakukan atau tidak.

    Ataukah perlu

    dilakukan pemeriksaan ke dokter jika memang gejala telah muncul dalamwaktu lama.

    4.  Apa alergi yang dimiliki?

    Untuk mengetahui apakah pasien hipersensitif terhadap bahan obat.

    Setelah itu apoteker bisa merekomendasikan suatu obat untuk

    meringankan gejala sakitnya dengan mencoba menentukan penyebab sakitnya

    sehingga dapat mencegah terjadinya sakit kembali dan juga bisa menyarankan

     pada perubahan pola hidup/non farmakologi yang penting dalam mengatasi

    sakitnya. Apoteker dapat menyarankan pasien pergi ke dokter jika pasien tersebut

    kondisinya berat atau parah.

    Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan apoteker dalam pemberian obat

    golongan ini ialah pemberian informasi sebagai berikut:

    1.  Khasiat obat: apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat

    yang bersangkutan, apakah pasien memang benar-benar mengalami

    keluhan di area rongga mulut.

    2. 

    Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi

    dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki

    kontraindikasi dimaksud.

    3.  Efek samping dan cara mengatasinya: pasien juga perlu diberi informasi

    tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus

    dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. Dan umumnya untuk

    obat kumur, efek samping yang timbul adalah sensasi rasa mengigit/perih,

    mulut kering.

    4.  Cara pemakaian: penggunaan obat golongan ini dengan dituang pada

    sendok makan, kumur selama 30 detik - 1 menit., dapat diulang beberapa

    kali sehari. Untuk obat ini tidak disarankan berkumur langsung dari botol

    karena apabila tersentuh ludah, bahan akan terkontaminasi, sehingga

     bahan aktif selebihnya di dalam botol dapat menjadi rusak dan akibatnya

    tidak berguna lagi untuk pemakaian selanjutnya.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    25/36

    24

    5. 

    Dosis: penggunaan obat ini dengan sendok makan dengan takaran kurang

    lebih 10-15 ml.

    6.  Waktu pemakaian: waktu pemakaian paling sedikit sekali sehari dan

    waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur

    karena obat kumur memberikan efek antibakteri selama tidur saat aktivitas

     bakteri penyebab bau mulut meningkat.

    7.  Lama penggunaan: lama penggunaan obat golongan ini secara terus

    menerus tidak lebih dari 7 hari.

    8.  Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya

     pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.

    9.  Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat.

    10. 

    Cara penyimpanan obat yang baik.

    11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.

    12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.

    c.  Obat bebas terbatas P no.3

    Contoh Obat Bebas Terbatas P3 :

     NO NAMA DAGANG DOSIS INDIKASI

    1. Canesten Oleskan 2-3xsehari

    Pengobatan topikal dari kandidiasisdisebabkan Candida albicans, pityriasis

    versicolor yang disebabkan oleh Malassezia

    furfur, tinea pedis, tinea cruris dan tinea

    corporis yang disebabkan oleh Tricophyton

    rubrum, Trichophyton menta grophytes,

    Epidermophyton floccosum dan Microsporum

    canis. Digunakan untuk ruam popok.

    2. Isodine mundipharma Untuk disinvektan sebelum dan seseudah

    operasi, mencegah infeksi pada luka, infeksi

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    26/36

    25

    kulit, irigasi pada pleuritis dan osteomielitis ,

    kompres luka bernanah.

    3. Biosepton Untuk kompres luka terbuka dari ringan

    sampai berat, mencegah infeksi, dan

    menyembuhkan luka khitan, cairan pencuci

     pada inveksi trichomonasiasi dan infeksi lain

     pada vagina

    4. Betadine Desinfektan sebelum dan setelah operasi,

    mencegah timbulnya infeksi pada luka,

     pengobatan dan infeksi kulit, irigasi pada

     pleuritis dan osteomielitis, kompres luka

     bernanah

    5. Santadex 2-3 tetes tiap 2-3

     jam sehari selama

     paling sedikit 48

     jam

    -  Telinga berdengung atau pendengaran

    terganggu karena banyaknya kotoran

    dalan telinga yang mengeras.

    -  Menghilangkan rasa gatal pada eksema

    dermatis serta infeksi seperti otitis

    externa, furunkulosis dan otomikosis.

    6. Insto 2-3 tetes setiap

    mata, 3-4 kali

    sehari

    Mata lelah, mata merah, mata perih, dan mata

    gatal karena iritasi debu, asap, angin, banyak

    membaca, setelah berenang, menonton TV,lama mengemusi dan sebagainya.

    7. Kalpanax K Oleskan 2-3x

    sehari

     pengobatan infeksi kulit yang disebabkan oleh

    dermatofit atau ragi.

    8. Rotho 2-3x sehari 1-2

    tetes pada mata

    yang sakit

    Iritasi mata ringan yang disebabkan oleh debu,

    asap, kena sengatan matahari, dingin,

     pemakaian lensa kontak, terlalu banyak

    membaca atau iritasi setelah berenang.

    RothoIndikasi : Iritasi mata ringan yang disebabkan oleh debu, asap, kena sengatan

    matahari, dingin, pemakaian lensa kontak, terlalu banyak membaca atau

    iritasi setelah berenang.

    Kontraindikasi : Glaukoma

    Efek samping : mata pedih, panas, hiperemia pada gangguan yang berlebihan.

    Dosis : 2-3x sehari 1-2 tetes pada mata yang sakit.

    Cara penggunaan :

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    27/36

    26

      Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata)

    dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.

      Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada

    kemasan harus diikuti dengan benar.

      Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari

    telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka

    kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan

    mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip.

      Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit

      Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar

     pada tangan (DEPKES RI, 2007).

    Tempat penyimpanan : Simpan obat tetes mata dan salep mata di tempat yang

    kering dan sejuk, hindari dari paparan sinar matahari

    Informasi tambahan untuk pasien :

      Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan >30 hari

    untuk digunakan lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi kuman.

      Jangan gunakan satu obat mata untuk lebih dari 1 orang (BPOM, 2004). 

    d.  Obat bebas terbatas P no.4

    Obat bebas terbatas P. NO. 4 adalah obat yang sebenarnya termasuk

    obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter yang

    disertai dengan tanda peringatan “Awas ! Obat Keras Hanya untuk dibakar”,

    artinya dalam penggunaanya harus dibakar terlebih dahulu (Depkes, 2007). Salah

    satu contoh obat bebas terbatas P. NO. 4 yaitu Rokok kesehatan atau biasa

    dikenal dengan rokok asma yang mengandung scopolamin sebagai bronkodilator.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    28/36

    27

     Nama produk Dosis indikasi

    Rokok asma 1x sehari Digunakan untuk mengurangi

    gejala asma karena mengandung

    senyawa scopolamin yang bersifat

     bronkodilator

    Cara Penggunaan : dibakar terlebih dahulu kemudian dihisap seperti

    rokok maka dia akan berefek sebagai bronkodilator sedangkan apabila diseduh

    dengan air dan diminum maka akan menyebabakan keracunan dan mabuk.

    Dosis : sehari 1 rokok untuk orang dewasa dan tidak cocok untuk anak-anak

    karena dapat menimbulkan efek kecanduan

    Efek samping : dapat menyebabkan kecanduan, dan menyebabkan keracunan

    apabila dosis dan penggunaanya salah (Hemani,2011).

    e. 

    Obat bebas terbatas P no.5

    Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk dalam obat keras dengan

     bataasan jumlah serta isi berkhasiat samun dapat dijual atau dibeli tanpa resep

    dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Obat bebas terbatas p no. 5 memiliki

    tanda peringatan Awas! Obat keras tidak boleh ditelan (Anonim, 2014).

    Contoh obat yang termasuk dalam golongan obat bebas terbatas p no. 5 adalah :

    1. 

    Suppositoria dulcolax : laksan

    Konseling yang peru dilakukan adalah

      Indikasi obat : untuk mengobati sembelit atau mempercepat defekasi

    dan persiapan tindakan operasi

      Kontraindikasi : alergi atau sensitif terhadap bahan aktif, ibu hamil

    (terutama trimester awal), dan peradangan usus

      Dosis : dewasa 1 x 1 supp (10 mg/supp), anak-anak 1 x 1 supp (5

    mg/supp)

     

    Efek samping : mudah haus dan jumlah urine sedikit

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    29/36

    28

      Kontroling/monitoring : memberi informasi bahwa obat tidak boleh

    digunakan setiap hari, bila sakit tidak kunjung berkurang diharap

    memeriksakan ke dokter

      Cara pemakaian :

    -  Tubuh dimiringkan, kaki bawah lurus , kaki atas diangkat

    -  Suppo sedikit dibasahi air kemudian dimasukkan ke dalam anus

    dan ditahan beberapa saat agar suppo tidak keluar

    Tahan posisi tubuh berbaring dengan kaki tertutup kurang lebih 5 menit.

    f. 

    Obat bebas terbatas P no.6

    Contoh obat bebas terbatas P no.6

     No Nama Obat Dosis Indikasi

    1 Anusol Masukkan 1 suppo ke dalam liang

    dubur pada pagi dan malam hari, serta

    setiap kali sehabis buang air besar;

    maksimum sehari 6x.

    Untuk anak di bawah 12 th:

    konsultasikan dahulu dengan dokter.

    Meringankan keadaan tidak

    nyaman pada hemoroid dan

    keluhan anorektal lainnya.

    2 Anusol HC Masukkan 1 suppo ke dalam liang

    dubur pagi dan malam hari serta 1 lagi

     pada waktu hendak tidur selama 3-6

    hari atau sampai peradangan hilang.

    Meringankan gejala-gejala

    hemoroid internal dan pruritus

     pada anus.

    a.  Anusol HC

    Indikasi : meringankan gejala-gejala hemoroid internal dan pruritus

     pada anus.

    Efek samping : reaksi sensitivitas seperti rasa panas saat penggunaan.

    Dosis : masukkan 1 suppo ke dalam liang dubur pagi dan malam hari dan

    1 lagi pada waktu hendak tidur selama 3-6 hari atau sampai peradangan

    hilang.

    Hal yang harus diperhatikan: Tidak dianjurkan penggunaan pada anak

    (ISO, 2013).

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    30/36

    29

    Petunjuk pemakaian obat supositoria sebagai berikut:

    a.  Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria

    dibasahi dengan air.

     b.  Penderita berbaring dengan posisi miring dan suppositoria dimasukkan

    ke dalam rektum.

    c.  Masukkan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong

    dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1

    inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.

    d. 

    Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka

    sebelum digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin

    selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum

    kemasan dibuka.

    e.  Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih

    (Depkes, 2007).

    2.3 Obat Keras

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan atau

    memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat

    keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :

    1.  Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa

    obat itu hanya boleh diserahkan denagn resep dokter.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    31/36

    30

    2. 

    Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk

    dipergunakan secara parenteral.

    3.  Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah

    dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan

    kesehatan manusia.

    Contoh: Andrenalinum, Antibiotika dan Antihistaminika.

    Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan

    RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah

    “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup

    K yang menyentuh garis tepiObat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal

    dapat menimbulkan ketagihan. Karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya

    sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya boleh

    diserahkan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan

     pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah.

    2.4 Obat Narkotik dan Psikotropik

     Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi

    kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat

    menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZAadalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

    Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang

     berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang

    dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

    mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

    ketergantungan. Menurut PERMENKES No 3/2015 Narkotika adalah zat atau

    obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    32/36

    31

    sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

    rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

    ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana

    terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.

    Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik

    alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui

     pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

     pada aktifitas mental danperilaku. Menurut PERMENKES No 3/2015

    Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

    narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

     pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

    Psikotropikaterdiri dari 4 golongan :

    Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

     pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

     potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :

    Ekstasi.

    Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan

    terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

     potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :

    Amphetamine.

    Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

    dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

    mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

    ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

    Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

    digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

    serta mempunyai pote nsi ringan mengakibatkan sindroma

    ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    33/36

    32

    2.5 Obat Generik

    Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam

    farmakope Idonesia atau buku standar lainnya untuk zat yang berkhasiat yang

    dikandungnya (anonim, 2010). Apoteker perlu memberi informasi kepada pasien

    tentang adanya obat generik yang sesuai dengan indikasi penyakit pasien serta

    keuntungan obat generik, karena dalam pemilihan obat juga harus

    memperhatikan aspek farmakoekonomi dan hak pasien (anonim, 2014). Obat

    generik terdiri dari dua macam yaitu obat generik berlogo dan obat generik

     bermerek. Perbedaan antara keduanya terletak pada kemasan dan harga. Pada

    kemasan obat generik berlogo terdapat lingkaran hijau dengan garis tepi warna

     putih dan tulisan “generik” di tengahnya serta nama biasanya diambil dari nama 

    zat aktifnya, sedangkan obat generik bermerek diberi merek oleh perusahaan

    farmasi yang memproduksinya. misalnya obat “AMOXSAN” merupakan obat

    generik bermerek dari amoxcicillin yang diprodusi oleh PT. Sanbe Farma.

    Obat generik bermerek Obat generik berlogo

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    34/36

    BAB III. KESIMPULAN

    Kesimpulan dari makalah ini adalah:

    1.  Pelayanan resep dan non resep di apotek harus disesuaikan dengan

    Peraturan Perundang-undangan Menteri Kesehatan .

    2.  Dalam pembuatan SOP (Standar Operasional Prosedur) dapat

    dikembangkan berdasarkan kebijakan masing-masing apotek dengan

    mengacu kepada undang-undang yang berlaku.

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    35/36

    DAFTAR PUSTAKA

    AAFP. 2012. Algorithm for managing hyperlipidemia : hypertriglyceridemia. USA:

    American Academy of Family Physician (Cited 2012 March, 20) Available from:

    http://www.aafp.org/afp/2007/0501/afp20070501p1365-f1.gif

    Anonim. 2010. ISO Indonesia. Jakarta: PT ISFI Penerbitan

    Anonim, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Kewajiban Menggunakan Obat

    Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Anonim, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,

    Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, danPrekursor Farmasi, Menteri Kesehatan RI, Jakarta.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, November 2004, Pengobatan

    Sendiri, Volume.5, No.6

    Binfar, 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Depkes RI.

    Jakarta

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman penggunaan Obat Bebas dan

    Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.  Pedoman Penggunaan Obat Bebas

    dan Obat Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

    Hemani. 2011. Pengembangan Biofarmaka sebagai Obat Herbal untuk Kesehatan.  Buletin

    Teknologi Pasca Panen Pertanian. Vol.7 (1).

    Lacy, C.F., Lara, L.A., Morton, P.G, Leonard, L.L. 2009. Drug Information

     Handbook  18thedition. United States of Amerika; Lexi-comp, Inc.

    Source : http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2011/06/audit-resep-di-apotek-dalam-praktek.html showComment=1369885622179#c2376192385267773048

    Menteri kesehatan.1990.Keputusan Menteri Kesehatan No.347 tentang Obat Wajib

    Apotek. Jakarta

    Menteri kesehatan.1993.Keputusan Menteri Kesehatan No.924 tentang Obat Wajib

    Apotek. Jakarta

    Menteri kesehatan.1999.Keputusan Menteri Kesehatan No.1176 tentang Obat Wajib

    Apotek. Jakarta A to Z Drug Facts

    http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2011/06/audit-resep-di-apotek-dalam-praktek.html?showComment=1369885622179#c2376192385267773048http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2011/06/audit-resep-di-apotek-dalam-praktek.html?showComment=1369885622179#c2376192385267773048http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2011/06/audit-resep-di-apotek-dalam-praktek.html?showComment=1369885622179#c2376192385267773048http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2011/06/audit-resep-di-apotek-dalam-praktek.html?showComment=1369885622179#c2376192385267773048

  • 8/19/2019 Kelompok 4 Fix

    36/36

    35

    MenKes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

     Apotek (Cited 2011 September, 22). Available from: URL:

    http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201027%20t

    tg%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20Di%20Apotek.pdf

    MIMS Indonesia Edisi 12

    Peraturan Menteri Kesehatan No.35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

    Di Apotek

    Syamsuni, H. A.,2007. Ilmu Resep. EGC. Jakarta

    http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201027%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20Di%20Apotek.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201027%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20Di%20Apotek.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201027%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20Di%20Apotek.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201027%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20Di%20Apotek.pdf