LAPKAS ASITES

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    1/38

     

     Laporan Kasus RA1

    ASITES PENYAJI : - Margareth Sitorus

    - Meliani

    - Ida Meita Sagala

    - M. Kamal Hafiz

    - Syed M. Kamal

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    2/38

    i

    LEMBAR PENGESAHAN

    Telah dibacakan pada tanggal : 7 Mei 2015

     Nilai :

    (dr. Ananda W. Ginting) (dr. Bayu Rusfandi Nst, Sp.PD)

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    3/38

    ii

    KATA PENGANTAR  

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

    telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanlaporan kasus ini dengan judul ASITES 

    Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan

    Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen

    Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada PPDS pembimbing, dr. Ananda W. Ginting yang telah meluangkan waktunya dan

    memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga

     penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

    Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari

    ke e Sehi e li e h k k itik d d i e b

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    4/38

    iii

    DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan .......................................................................................... i

    Kata Pengantar ................................................................................................. ii

    Daftar Isi ........................................................................................................... iiiBab 1 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 1

    1.1. 

    Latar Belakang ........................................................................................ 1

    1.2  Definisi .................................................................................................... 1

    1.3  Epidemiologi ........................................................................................... 1

    1.4 

    Patofisiologi Asites ................................................................................. 2

    1.5  Manifestasi Klinis ................................................................................... 3

    1.6  Diagnosis dan Diagnosis Banding ........................................................... 5

    1.7 

    Terapi ...................................................................................................... 11

    1.8  Edukasi dan Pencegahan ......................................................................... 14

    1.9  Prognosis ................................................................................................. 15

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    5/38

    1

    BAB 1

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1  Latar Belakang

    Asites adalah akumulasi cairan di dalam rongga peritoneum. Kata asites

     berasal dari bahasa yunani askites dan askos yang berarti kantong atau perut.Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Penyebab asites dapat digolongkan

    ke cirrhotic asites dan non-cirrhotic asites1.

    Cirrhotic asites adalah asites yang terjadi sebagai komplikasi penyakit

    sirosis hati, asites ini paling sering dijumpai di Indonesia. Dalam kurun waktu 10

    tahun sejak diagnosis ditegakkan, sekitar 50% pasien sirosis mengalami

    komplikasi berupa asites. Beberapa studi yang dilakukan pada pasien dewasa

    mengemukakan bahwa adanya asites pada kasus sirosis merupakan tanda

     prognosis buruk dengan survival rate dua tahun setelah asites timbul sebesar

    50%1.

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    6/38

    2

    disebabkan oleh tuberkulosis peritoneal, dan sisanya disebabkan oleh penyebab

    lain seperti sindrom nefrotik dan penyakit pankreas2,3.

    1.4  Patofisiologi2,4 

    1.4.1 Hipertensi portal → peningkatan tekanan vena porta merangsang pelepasansitokin vasodilator seperti NO, prostasiklin, adenosin, endotoksin) yang

    selanjutnya mengakibatkan vasodilatasi perifer dan splanchnic. Vasodilatasi

    ini mengakibatkan tubuh mendeteksi terjadinya penurunan volume plasma

    melalui baroreseptor. Keadaan hipovolemik ini kemudian mengaktifkan

    sistem renin-angiotensin-aldosteron, sistem saraf simpatis, dan

    meningkatkan sekresi antidiuretik hormon yang selanjutnya mengakibatkan

    vasokonstriksi renal dan retensi garam dan air.

      Pre-hepatik : kompresi atau trombosis vena porta; schistosomiasis

      Hepatik : sirosis hepatis; nekrosis hepatik akut; hepatitis viral

     

    P t h tik i d B dd Chi i l lif ti di d

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    7/38

    3

    memudahkan terjadinya akumulasi protein dan albumin di rongga

     peritoneum. Peningkatan tekanan osmotik ini menarik cairan dari

    intravaskuler ke rongga peritoneum. Selain itu, tumor hepar yang besar yang

    mengkompresi atau tumbuh ke dalam vena porta atau vena hepatik akan

    mengakibatkan hipertensi portal dan asites.  Peritoneal carcinomatosis

      Pseudomyxoma

    1.4.4 Infeksi → Infeksi seperti tuberkulosis peritoneal menyebabkan suatu

    kondisi inflamasi kronis di rongga peritoneum. Mediator inflamasi akan

    mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehinggamemudahkan protein plasma dan cairan untuk merembes dari intravaskular

    ke rongga peritoneum.

      Tuberkulosis

      Parasit (strongyloidosis, entamoeba)

    1 4 5 Mi ll P k tik it t j di kib t t d kt k tik

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    8/38

    4

    tidak bisa menyerap bilirubin. 17 Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya

    kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama

     perjalanan penyakit.

     b. 

    Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis 12 Ketika liver kehilangan

    kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki (edema)

    dan abdomen (asites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan

    hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya

    asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.

    c.  Hati yang membesar Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan

    ke bawah. Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan

    menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.

    d.  Hipertensi portal. Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena

     portal yang memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah

     peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

    Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi pada asites non sirotik yaitu5 :

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    9/38

    5

    atau TB paru milier, menelan spuutm yang terinfeksi atau penyebaran

    langsung dari kelenjar limfe, dan organ intraabdominal ( terutama ileum

    terminal dan caecum)

    Adenosin Deaminase (ADA) merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

    digunakan untuk mendiagnosa TB Peritoneal dengan tingkat sensitifitas 97%

    dan spesifisitas 98% . Adenosin deaminase adalah suatu enzim

    aminohidrolase yang mengubah adenosin menjadi inosin dan terlibat dalam

    katabolisme basa purin. Aktifitas enzim tersebut lebih banyak didapati pada

    sel limfosit T daripada limfosit B dan juga dapat menentukan diferensiasi sel

    T. Pada TB peritoneal, ADA meningkat karena stimulasi sel T oleh antigen

    mikobakterium16.

    1.6  Diagnosis dam Diagnosis Banding

    1.6.1 Diagnosis6 

    ) A i

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    10/38

    6

    Kemudian difokuskan untuk mendeteksi penyakit hati kronis/sirosis hepatis

    seperti adanya hipertensi portal dengan adanya tanda-tanda splenomegali,

     bendungan vena-vena dinding perut, hernia umbilical, adanya ikterus, spider nevi,

    eritema Palmaris, muka abu-abu, atrofi testis atau ginekomasti pada laki-laki, dan

    lain-lain.

    Pemeriksaan abdomen khusus untuk mendeteksi asites seperti : bunyi

    timpani pada perkusi perut pasien yang tidur terlentang disebabkan oleh liku-liku

    usus yang berisi udara mengapung diatas cairan asites, perut menbengkak ke

    samping kanan dan kiri akibat tekanan dari cairan asites pada dinding perut

    (bulging flanks), bunyi pekak pada perut yang berubah apabila pasien dimiringkan

    kekiri atau kekanan ( shifting dulness) bila cairan sekitar 1500cc.

    c) Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang setelah anamnesis dan pemeriksan fisik penegakan

    di i d t dib t l h ik j b ik

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    11/38

    7

    Cairan asites dikategorikan menjadi eksudat dan transudat. Berikut adalah

    kriteria eksudat dan transudat17.

    JENIS TES TRANSUDAT EKSUDAT

    Makroskopi

    Jumlah sel leukosit

    Hitung Jenis

    Rivalta

    Protein

    Glukosa

    LDH

    Ratio :Protein cairan plasma

    LDH cairan plasma

    Kuning muda

    Jernih

    Bekuan tidak adaBJ < 1018

    < 500

    Sel MN

     Neg/Pos Lemah

    < 50% plasma

    < 2,5 gr/dl= plasma

    < 60% plasma

    < 0,5

    < 0,6

    Warna bermacam-macam

    Keruh

    Sering ada bekuanBJ > 1018

    > 500

    PMN > (akut)

    MN > (kronik)

    Pos

    > 50%

    > 4,0 gr/dl< plasma

    > 60% plasma

    > 0,5

    > 0,6

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    12/38

    8

    umumnya anekoik homogen, dan usus tampak bergerak bebas. 9 Asites yang

    disertai keganasan atau infeksi akan memperlihatkan gambaran ekostruktur cairan

    heterogen, dan tampak debris internal. Usus akan terlihat menempel sepanjang

    dinding perut belakang; pada hati atau organ lain; atau dikelilingi cairan.. Namun

    demikian, USG memiliki keterbatasan untuk mendeteksi asites pada pasien

    obesitas, dan asites yang terlokalisir karena gelombang ultrasound dapat terhalang

    oleh jaringan lemak dan gas di dalam lumen.

    g) CT Scan

    CT Scan memberikan gambaran yang jelas untuk asites. Asites dalam

     jumlah yang sedikit akan tampak terlokalisasir pada area perhepatik kanan,

    subhepatik bawah, dan pada kavum douglas.9 Densitas dari gambaran CT Scan

    dapat memberi arahan tentang penyebab dari asites.

    h) MRI

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    13/38

    9

    merah akibat trauma akan bersifat heterogen dan akan membeku, tetapi jika

     penyebabnya non trauma akan bersifat homogen dan tidak membeku. Cairan

    asites yang keruh menunjukan adanya infeksi.

      Hitung jumlah sel

    Cairan asites yang normal biasanya mengandung 500 sel/mm3 dan konsentrasi protein 50.000/mm3 ), dan

    30%nya disebabkan oleh karsinoma hepatoseluler.

     j) SAAG

    Dahulu asites dikategorikan menjadi eksudat dan transudat. Eksudat jika

    konsentrasi protein >25 g/l, dan transudat jika konsentrasi protein < 25g/l. Tujuan

     pembagian ini adalah untuk mencari penyebab asites, misalnya asites pada kasus

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    14/38

    10

    Butt Chiari Syndrome

    Thrombosis vena porta

    Vena occlusive disease

    Fatty liver pada kehamilan

    Myxooedema

    Serositis

    Obstruksi atau infark usus

    Kultur atau pewarnaan gram

    Sensitivitas kultur mencapai 92% dalam mendeteksi bakteri pada cairan asites.

    Hasil kultur yang positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan hitung neutrofil.

    Jika hasil hitung neutrofil dalam batas normal dan pasien tidak bergejala maka

    hasil kultur dapat diabaikan. Tetapi jika hitung neutrofil >250 sel/mm3 maka

     pasien diterapi sesuai SBP. Di lain pihak, sensitivitas pewarnaan gram hanya

    10% untuk deteksi dini kemungkinan SBP

    k) St i A it 9

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    15/38

    11

      Cirrhosis

     

    Hepatitis, Viral

      Hepatocellular Adenoma

     

    Hepatorenal Syndrome

     

    Mediterranean Fever, Familial

     

     Nephrotic Syndrome

      Portal Hypertension

     

    Primary Biliary Cirrhosis

      Protein-Losing Enteropathy

    1.7  Tatalaksana

    1.7.1. Tatalaksana Non Farmakologis

    A. Tirah Baring

    Posisi tegak pada pasien dengan sirosis dan asites akan menyebabkan

    http://emedicine.medscape.com/article/185856-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/775507-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/170205-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/178208-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/330284-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/244631-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/182098-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/171117-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/182565-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/182565-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/171117-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/182098-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/244631-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/330284-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/178208-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/170205-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/775507-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/185856-overview

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    16/38

    12

    C. Large Volume Paracentesis (LVP)

    LVP dilakukan jika terjadi kegagalan pada terapi dengan diuretik dan

    modifikasi diet10. LVP merupakan suatu prosedur yang menyebabkan pengeluaran

    cairan asites sebanyak lima liter atau lebih. LVP lebih efektif daripada

     penggunaan diuretik karena dapat mengeluarkan cairan asites dalam jumlah yang

     banyak dan dapat mempersingkat masa rawatan di rumah sakit8. Salah satu

    komplikasi yang paling sering terjadi akibat prosedur LVP adalah  Paracentesis-

     Induced Circulatory Dysfunction (PICD). Sehingga untuk mencegah terjadinya

    PICD, sebelum prosedur LVP sebaiknya diberikan albumin terlebih dahulu. Dosis

    albumin yang diberikan adalah 6  –   8 gram untuk setiap liter cairan asites yang

    dikeluarkan. Namun karena albumin cukup mahal, maka terapi pengganti yang

    dapat diberikan adalah terlipressin, suatu vasopresin prodrug8. Komplikasi lain

    yang dapat timbul akibat LVP adalah infeksi, perdarahan, gangguan elektrolit dan

     perforasi organ contohnya adalah usus10.

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    17/38

    13

    E. Peritoneovenosus Shunt (PVS) / LaVeen Shunt

    PVS merupakan prosedur yang bertujuan untuk mengembalikan cairan

    asites ke sistem vena sentral10. Prosedur PVS khususnya dilakukan pada pasien

    dengan asites refrakter. Prosedur PVS lebih baik daripada parasentesis untuk

    terapi jangka panjang asites. Prosedur PVS menyebabkan penurunan volume

     plasma, menghambat renin, aldosteron, noradrenalin, dan konsentrasi hormon anti

    diuretik sehingga terjadi peningkatan diuresis, natriuresis, dan pengeluaran cairan.

    Prosedur ini juga diikuti dengan peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi

    glomerulus. Komplikasi yang timbul akibat prosedur PVS adalah sepsis,

     peritonitis, DIC, dan perdarahan varises akibat peningkatan tekanan porta7.

    F. Transplantasi Hepar

    Asites yang terjadi pada pasien dengan penyakit sirosis hati

    mengindikasikan suatu tahap akhir dari penyakit dan harus selalu mendapatkan

     pertimbangan terapi yang khusus. Salah satu terapi yang dapat diberikan adalah

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    18/38

    14

    terapi pengganti spironolakton yang dapat digunakan adalah Amiloride. Dosis

    amiloride yang digunakan yaitu 10  –   40 mg/hari. Akan tetapi, amiloride lebih

    mahal dan kurang efektif dibandingkan spironolakton7.

    Jika pasien tidak respon dengan spironolakton, obat diuretik lain yang

    dapat digunakan adalah furosemide. Dosis awal furosemid adalah 20  –  40 mg/hari

    dan dosis maksimal furosemide adalah 160 mg/hari. Efek samping furosemide

    yaitu hipokalemia, metabolik hipokloremia alkalosis, hiponatremia, dan

    hipovolemia sehingga dapat menimbulkan gangguan ginjal dan ensefalopati9.

    Untuk mengurangi resiko hiperkalemia, terapi kombinasi yang dapat

    digunakan adalah kombinasi furosemide dan spironolakton. Dosis terapi yang

    direkomendasikan yaitu 40 mg furosemide untuk 100 mg spironolakton. Dosis

    maksimal yang dapat dipakai untuk terapi kombinasi yaitu spironolakton 400

    mg/hari dengan furosemide 160 mg/ahri. Pasien yang mendapatkan terapi

    kombinasi ini harus dimonitor secara ketat yaitu penurunan berat badan, elektrolit,

    urea, dan kreatinin7.

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    19/38

    15

    albumin tinggi seperti putih telur dan tidak mengkonsumsi zat yang bersifat

    merusak hati seperti alkohol15.

    Hal lain yang harus diedukasikan kepada pasien adalah ketika terapi

    mengalami kegagalan dan menjelaskan kepada pasien untuk segera menemui

    dokter. Pada kebanyakan kasus gagal fungsi hati memiliki prognosis yang buruk.

    Sehingga pasien harus di edukasi mengenai seluruh komplikasi yang berpotensi

    fatal dan tanda serta gejala yang dapat dikenali pada tahap awal.

    Edukasi juga pasien mengenai distensi abdomen yang disertai nyeri

    walaupun diuretik yang diberikan sudah maksimal. Hal ini merupakan masalah

    yang sering muncul, sehingga beritahu pasien bahwa dia harus segera menemui

    dokter 15.

    1.9  Prognosis

    Prognosis pasien dengan asites akibat penyakit pada hati tergantung pada

    ki d i i i k k b h d i ki d

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    20/38

    16

    BAB 2

    STATUS ORANG SAKIT

     No. Reg. RS : 639548

    ANAMNESIS PRIBADI

     Nama : Kosto Maria Gultom

    Umur : 49 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Status Perkawinan : Sudah Menikah

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Suku : Batak

    Agama : Kristen Katolik

    Alamat : Jl. Pelabuhan Pinang Sebatang Kec.Tualang, Kab.Siak

    ANAMNESIS

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    21/38

    17

    Riwayat sesak nafas pada waktu beraktivitas (-), terbangun tengah malam

    karena sesak (-), mengambil posisi setengah duduk untuk mengurangi

    sesak (-).

    Os sudah pernah berobat ke rumah sakit luar dan didiagnosa dengan sakit

    kuning.

    -  Os juga telah memeriksakan dirinya ke ahli kandungan dan dinyatakan

    tidak ada tanda-tanda keganasan ataupun kelainan pada organ reproduksi

    -  Os menderita hipertensi sejak ± 9 tahun yang lalu. Tekanan darah tertinggi

    sebesar 200 mmHg. Os tidak teratur minum obat hipertensi. Riwayat

    diabetes melitus (-)

    RPT : Hipertensi

    RPO : -

    ANAMNESIS UMUM ORGAN

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    22/38

    18

    Polifagi : - Lain-lain : -

    Saraf Pusat Sakit Kepala : - Hoyong : -

    Lain-lain : -

    Darah dan Pembuluh darah Pucat : - Perdarahan : -

    Petechiae : - Purpura : -

    Lain-lain : -

    Sirkulasi Perifer Claudicatio Intermitten : - Lain-lain : -

    ANAMNESIS FAMILI : -

    PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

    STATUS PRESENS :

    Keadaan Umum Keadaaan Penyakit

    Sensorium : Compos Mentis Pancaran wajah : Lemah

    Tekanan darah : 110/60 mmHg (berbaring) Sikap Paksa : -

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    23/38

    19

    Telinga : dalam batas normal

    Hidung : dalam batas normal

    Mulut : Lidah : dalam batas normal

    Gigi geligi : dalam batas normal

    Tonsil/faring : dalam batas normal

    LEHER :

    Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)

    Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O

    Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)

    THORAX DEPAN

    Inspeksi

    Bentuk : Simetris fusiformis

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    24/38

    20

    Auskultasi

    Paru

    Suara Pernapasan : vesikular melemah pada lapangan bawah kedua

     paru

    Suara tambahan : -

    Jantung

    M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 > A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-)

    HR : 87 x/i, reguler, intensitas cukup

    THORAX BELAKANG

    Inspeksi : Simetris fusiformis, tidak ada ketinggalan bernapas

    Palpasi : Suara fremitus kanan = kiri, melemah pada kedua lapangan bawah

     paru

    Perkusi : Sonor memendek pada kedua lapangan bawah paru

    Auskultasi : Suara pernapasan : vesikular melemah pada kedua lapangan

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    25/38

    21

    HATI

    Pembesaran : sulit dinilai

    Permukaan : sulit dinilai

    Pinggir : sulit dinilai

     Nyeri tekan : (-)

    LIMFA

    Pembesaran : sdn, Schuffner : sdn, Haecket : sdn

    GINJAL

    Ballotement : (-), Kiri/Kanan, lain-lain : (-)

    UTERUS/OVARIUM : (-)

    TUMOR : (-)

    Perkusi

    Pekak hati : (-)

    Pekak beralih : (+)

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    26/38

    22

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN

    ANGGOTA GERAK BAWAH

    Kiri Kanan

    Edema : + minimal + minimal

    Arteri Femoralis : - -Arteri Tibialis Posterior : - -

    Arteri Dorsalis Pedis : - -

    Refleks KPR : + +

    Refleks APR : + +

    Refleks Fisiologis : + +Refleks Patologis : - -

    Lain-lain : - -

    ANGGOTA GERAK ATAS

    Deformitas Sendi -

    Lokasi -

    Jari tabuh -Tremor Ujung Jari -

    Telapak Tangan Sembab -

    Sianosis -

    Eritema palmaris -

    Lain-lain -

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    27/38

    23

    RESUME (Diisi dengan hal positif)

    ANAMNESIS

    Keadaan Umum : Asites

    Telaah : Hal ini dialami os sejak 4 bulan yang lalu.

    Riwayat oedema pada kedua kaki (+) pada 5 bulan

    yang lalu disertai demam. Os didiagnosa hepatitis B.

    Dispnea (+), nausea (+), nafsu makan menurun,

    riwayat hipertensi (+).

    STATUS PRESENS

    Keadaan Umum : sedang

    Keadaan Penyakit : sedang

    Keadaan Gizi : kurang

    Kepala :

    Conjunctiva palp. Inf pucat (-),pupil isokor, ki=ka,

    reflex cahaya direk (+)/ indirek(+), kesan normal

    Thoraks depan dan belakang :

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    28/38

    24

    LABORATORIUM

    RUTIN

    Darah :

    Leukosit: 11,95x103/mm3 

    Eritrosit : 3,80x106/mm3 

    Hematokrit : 35,80

    Monosit : 11,9% 

    Albumin:1,8 g/dL

     Natrium : 123 mEq/L

    K : 4,6 mEq/L

    Cl : 96 mEq/L 

    Kemih :

    Warna : kuning jernih

    Protein : (-)

    Reduksi : (-)

    Bilirubin : (-)

    Urobilinogen : (-)

    Sedimen

    Eritrosit : 1-2 /lpb

    Leukosit : 1-2 /lpb

    Silinder : (-)

    Epitel : 0-1 /lpb

    DIAGNOSA BANDING

    1. 

    Asites non sirotik ec Meigh Syndrome, DD TB

    Peritoneal, Hipoalbumin, Sindroma Nefrotik,

    Malignancy

    2. 

    Efusi pleura bilateral ec Meigh Syndrome DD

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    29/38

    25

    Rencana Penjajakan Diagnostik / Tindakan Lanjutan

    1.  Urinalisis

    2.  Feses rutin

    3.  USG Abdomen

    4. 

    CT-Scan Abdomen

    5.  Foto thoraks

    6. 

    Viral Marker (HbSAg, Anti

    HCV)

    7.  LFT lengkap

    8. 

    RFT

    9.  Elektrolit

    10. Analisa, Sitologi, dan Kultur

    Cairan Asites

    11. SAAG

    12. 

    Tumor Marker (CA 19-9, CA

    125)

    13. 

    ADA

    14. Albumin post substitusi

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    30/38

    26

    BAB 3

    FOLLOW UP HARIAN DI RUANGAN

    RENCANA AWAL

    NO. RM 6 3 9 5 4 8

    Nama Penderita: Kosto Maria GultomRencana yang akan dilakukan masing-masing (meliputi rencana untuk diagnosis,

    penatalaksanaan dan edukasi)

    No. Masalah Rencana

    Diagnosa

    Rencana terapi Rencana

    Monitoring

    Rencana

    Edukasi

    1. 

    Asites nonsirotik ec

    Meigh

    Syndrome, DD

    TB Peritoneal,

    Urinalisis, Fesesrutin, USG

    Abdomen, CT-

    Scan Abdomen,

    Foto thoraks,

     Nonfarmakologis :

    Tirah baring

    -  Diet MB

    TKTP

    Lab-  Klinis

    Batasikonsumsi

    cairan

    -  Batasi

    konsumsi

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    31/38

    27

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    32/38

    28

    Tanggal S O AP

    Terapi Diagnostik

    28 –  04 –  

    2015sd

    30 –  4 –  

    2015

    Perut

    membesardialami os ±4

     bulan ini.

    Riwayat kaki

     bengkak (+),

    Riwayat

    hipertensi (+)

    Sens : CM

    TD : 100/70HR : 112

    RR : 22

    T : 37,0

    UOP : 2400 cc

    Pemeriksaan Fisik :

    Mata : conj.palpebra pucat

    (-/-), ikterus (-/-)

    Leher : TVJ R-2 cmH2O,

    KGB (-)

    Thorax : Sp : vesikuler, St

    -

    Abdomen : simetrismembesar, H/L/R sulit

    dinilai

    Ekstremitas : oedem (+/+)

    Lab :

    Hematologi :

    Hb 12,60 g%, RBC

    3,80x106

    /mm3

    , WBC11,95x103/mm3, Ht

    35,80%, PLT

    Asites non sirotik - Ti

    rah baring

    - Diet MB TKTP

    - IVFD NaCl 0,9% 10gtt/i

    micro

    - Inj. Furosemide 1 amp/8

     jam

    - Subs. Albumin :

    (3-1,8)x60x0,8 = 59,6; 2 fls

    - Diet MB E = 2100 kal, P

    = 77,05 gr, L = 68 gr, KH =

    290 gr

    - Dilakukan punksi cairanasites sebanyak 2 liter dan

    diperiksa sebanyak 3 spuit

    untuk pemeriksaan analisa,

    sitologi, kultur cairan asites.

    Warna cairan kuning (+)

    - Foto Thorax

    Hasil foto thorax :- tampak perselubungan di

    rongga abdomen

    - Diafragma kanan letak

    tinggi dibanding kiri

    - Konsul obgyn

    Ginekologi tidak ada

    kelainan. Sampai saat ini

    tidak dijumpai kelainan di

     bagian obgyn

    Anjuran : CT-Scan

    - CT-Scan whole abdomen

    dengan kontras- USG Abdomen

    Hasil USG Abdomen :

    Hati

    Permukaan: irreguler

    -  pinggir : tumpul

    - ukuran : mengecil

     parenkim : homogenkasar

    ascites : (+)

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    33/38

    29

    261x10 /mm , MCV 94,20

    fL, MCH 33,20 pg,

    MCHC 35,20 g%, RDW

    14,10%, MPV 8,50 fL,

    PCT 0,22%, PDW 9,2 fL, Neutrofil 72,80%,

    Limfosit 13,10%, Monosit

    9,70%, Eosinofil 3,60%,

    Basofil 0,80%

    Kimia KlinikAlbumin 1,8 g/dL, ureum

    25,00 mg/dL, kreatinin

    0,51 mg/dL, Na 123

    mEq/L, K 4,6 mEq/L, Cl

    96 mEq/L

    Limpa

    - ukuran : membesar

    Kesimpulan : SH st DC

    - LFT lengkap, HbsAg,Anti HCV, Gastroskopi

    1 –  05 –  

    2015

    sd

    5 –  05 –  2015

    Perut

    membesar (+)

    Sens : CM

    TD : 100/60

    HR : 92

    RR : 21T : 36,3

    UOP : 3000 cc

    Pemeriksaan Fisik :

    Mata : conj.palpebra pucat

    (-/-), ikterus (-/-)

    Leher : TVJ R-2 cmH2O,

    KGB (-)Thorax : Sp : vesikuler, St

    Ascites ec SH - Tirah baring

    - Diet MB TKTP

    - IVFD D 5% 10gtt/i

    threeway- Inj. Furosemide 1 amp/8

     jam

    - Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam

    - Spironolakton 4 x 100 mg

    - Propanolol 2 x 10 mg

    - Lactulac Syr 30 cc/12 jam

    - Inj. Vit K/hari selama 3hari

    Hasil CT-Scan :

    Kesimpulan :

    - Asites massif dengan

    floating bowel dan organintraabdomen

    Organ –  organ

    intraabdomen lainnya

    dalam batas normal

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    34/38

    30

    -

    Abdomen : simetris

    membesar, H/L/R sulit

    dinilai

    Ekstremitas : oedem (+/+)

    Lab :

    Hematologi :

    Hb 10,30 g%, RBC

    3,24x106/mm3, WBC

    7,42x103/mm3, Ht 3050%,PLT 149x103/mm3, MCV

    94,10 fL, MCH 31,80 pg,

    MCHC 33,80 g%, RDW

    14,90%, MPV 9,40 fL,

    PCT 0,22%, PDW 9,6 fL, Neutrofil 36,00%,

    Limfosit 36,40%, Monosit

    14,70%, Eosinofil 12,10%,

    Basofil 0,80%

    Kimia Klinik

    Albumin 1,4 g/dL, ureum

    34,60 mg/dL, kreatinin

    1,10 mg/dL, Na 130mEq/L, K 3,3 mEq/L, Cl

    104 mEq/L

    - Aminoleban 1 fls/hari

    - Subs Albumin

    - Punksi cairan asites

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    35/38

    31

    BAB 4

    DISKUSI

    TEORI KASUS

      Asites yang ditandai dengan perut membesar karena rongga yang

     berisi cairan lama kelamaan akan menyebabkan penekanan pada

    traktus gastrointestinal sehingga menyebabkan anoreksia

      Pada kasus didapati pasien dengan penurunan nafsu makan

    dan mual sering muncul

     Pada penyakit hati kronis/sirosis hepatis ditandai dengan hipertensi

     portal dengan adanya splenomegali, bendungan vena-vena dinding

     perut, hernia umbilikal, adanya ikterus, spider nevi, eritema Palmaris,

    muka abu-abu, atrofi testis atau ginekomasti pada laki-laki, dll

      Pada kasus tidak didapati tanda  –   tanda penyakit hati

    kronis/sirosis hepatis

     

    Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan berupa pemeriksaan

    radiologis (foto rontgen dada dan abdomen, USG, CT Scan) danlaboratorium (hematologi rutin, fungsi ginjal dan urinalisis)

     

    Pada kasus sudah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk

    membantu menegakkan dignosis. Pemeriksaan yang sudahdilakukan berupa hematologi rutin, fungsi ginjal, urinalisis,

    foto rontgen dada dan abdomen, USG abdomen dan CT

    Scan abdomen.

      Penatalaksanaan non farmakologis : tirah baring, restriksi garam,Large Volume Paracentesis, Transjugular Intrahepatic Portosystemic

    Shunt, Peritoneovenosus Shunt, Trasplantasi Hepar

      Pada kasus didapati tatalaksana non farmakologis yangdiberikan adalah tirah baring, diet tinggi kalori tinggi

     protein, dan paracentesis

      Penatalaksanaan Farmakologis : Spirnolakton, Furosemide, terapi

    kombinasi spironolakton dan furosemide

      Pada kasus didapati tatalaksana farmakologis yang diberikan

    adalah terapi kombinasi spironlakton dan furosemide, propanolol, lactulac, vitamin K, aminoleban, cefotaxim

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    36/38

    32

    BAB 5

    KESIMPULAN

    Ibu Kosto Maria Gultom, usia 49 tahun, menderita asites ec sirosis hepatis

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    37/38

    33

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Feldman, M., 2010. Ascites and spontaneous bacterial peritonitis, 9th Edition ofGastrointestinal and Liver Disease. Sounders

    & Elsevier, pp: 1517-1578

    2.  Krige J.E.J., Beckingham I.J., 2011. Portal hypertension - 2. Ascites, encephalopathy, and other conditions. BMJ 322 : 416

    3.  Park F., Kravetz, D., 2010. Ascites. Available from :

    http://gastro.ucsd.edu/fellowship/Documents/Ascites-Park022310.pdf

    4.  Hou W., Sanyal A.J., 2010. Ascites : Diagnosis and Management. Med Clin N Am 93 : 801-817  

    5.  Sood, R., 2009. Ascites : Diagnosis and Management. Journal of Indian Academy of Clinical Medicine 5 (1) : 81-89.

    6.  Rodes J. Pathogenesis and treatment of ascites. J Intern Med  1996; 240: 111-4.

    7. 

    Sood, R, 2010. Ascites : Diagnosis and Management . Journal of Indian Acaemy of Clinical Medicine. 5(1) : 81 –  83

    8. 

    Kin-Kong LI, M., 2009. Management of Ascites. The Hongkong Medical Buletin. 4(1) : 27 –  29

    9. 

    Kuiper, J.J., DeMan, R.A., Van Buuren, H.R., 2007.  Review Article : Management of Ascites and Associated Complications

     In Patients With Cirrhosis. Aliment Pharmacol Ther . 26(2) : 183 –  193

    10. Shah, R., 2014. Ascites. Available from : emedicine.medscape.com/article/170907-treatment [Accesed May 1, 2015]

    11. 

    Puppala, S., 2014. Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt . Available from :

    emedicine.medscape.com/article/1423244-overview#a17 [Accesed May 1, 2015]

    12. Fauci, A.S., Longo, D.L., 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. 

    13. 

    Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E.A., 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta : Media

    Aesculapius

  • 8/19/2019 LAPKAS ASITES

    38/38

    34

    14. 

    Sudoyo, A.W., Setiohadi B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid I.

    Jakarta: Interna Publishing 

    15. Sherlock, S., Dooley J., 2002. Disease of the Liver and Biliary System 11th Ed. London: Blackwell Science Ltd a Blackwell

    Publishing Company

    16. Mimidis, K., Ritis, K., Kartalis, G., 2005. Peritoneal Tuberculosis. Annals of Gastroenterology. 18 (3):325-329 

    17. 

    Godong, B., 2013. Patofisologi dan diagnosis asites pada anak. J Indon Med Assoc. 63 (1) 32-35