37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit kronik yang mendasarinya. Penyakit kronik yang paling sering adalah penurunan fungsi liver yang kronik(sirosis hati). Penyakit lain yang dapat menimbulkan asites adalah penyalit yang menyebabkan kadar protein albumin turun dari dalam darah, gagal jantung, kuman tuberkulosa dalam rongga perut. Kanker yang mnyebarkan ke dalam rongga perut. Keluhan yang dirasakan pada penderita dengan asites ini sangat bergantung pada jumlah cairan asitesnya, bila masih sedikit tidak ada keluhan, tetapi bila sudah dalam jumlah banyak mulai timbul keluhan yakni rasa perut berat, sesak dan tegang permukaan perut. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya asites ini cukup sederhana yakni dengan pemeriksaan fisik tangan 1

kti asites

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kti asites skil lab

Citation preview

Page 1: kti asites

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut. Cairan itu terjadi

karena berbagai penyakit kronik yang mendasarinya. Penyakit kronik yang paling

sering adalah penurunan fungsi liver yang kronik(sirosis hati). Penyakit lain yang

dapat menimbulkan asites adalah penyalit yang menyebabkan kadar protein

albumin turun dari dalam darah, gagal jantung, kuman tuberkulosa dalam rongga

perut. Kanker yang mnyebarkan ke dalam rongga perut. Keluhan yang dirasakan

pada penderita dengan asites ini sangat bergantung pada jumlah cairan asitesnya,

bila masih sedikit tidak ada keluhan, tetapi bila sudah dalam jumlah banyak mulai

timbul keluhan yakni rasa perut berat, sesak dan tegang permukaan perut.

Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya asites ini cukup sederhana

yakni dengan pemeriksaan fisik tangan seorang dokter biasanya sudah ketahuan,

bila asitesnya sangat sedikit dengan bantuan alat USG baru terdeteksi.

Pengobatan ini adalah dengan cara dikeluarkan cairan tersebut sekaligus

dilakukan analisa cairan asite untuk mendeteksi sel, kultur kuman dan analisa

kimia(kadar protein-nya). Cara mengeluarkan cairan asites adalah dengan pungsi(

dialirkan cairan dari dalam perut dengan bantuan jarum suntik). Pengobatan

defenitif adalah dengan mengobati penyakit yang mendasari terjadinya asites.

1

Page 2: kti asites

1.2.Tujuan

1.2.1.Tujuan Umum

Mengetahui dan Mengenal Asites

1.2.2.Tujuan Khusus

1. Mengetahui cara pemeriksaan Asites?

2. Mengetahui Penyakit-Penyakit yang sering menyebabkan asites?

1.4.Manfaat

manfaat yang didapat dalam melakuakn Residensi adalah

1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang Asites serata

menambah keterampilan dalam menulis karya tulis ilmiah.

2. Bagi kampus

Sebagai referensi tambahan untuk mata kuliah SKILL LAB serta sebagai

tambahan informasi bagi teman-teman.

2

Page 3: kti asites

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga

peritoneal abdomen. Asites biasanya merupakan tanda dari proses penyakit kronis

yang mungkin sebelumnya bersifat subklinis.

2.2 Penyebab

Asites cendrung terjadi pada penyakit menahun (kronik). Paling sering terjadi

pada sirosis, terutama yang di sebabkan oleh alkoholisme. Asites juga bias terjadi

pada penyakit non-hati, seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal dan

tuberculosis. Pada penderita pentakit hati, cairan merembes dari permukaan hati

dan usus. Hal ini dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut:

a. Hipertensi Portal

b. Menurunya Kemampuan pembuluh darah untuk menahan cairan

c. Tertahanya Cairan oleh ginja

d. Perubahan dalam berbagai hormone dan bahan kimia yang mengatur

cairan tubuh

Penyebab asites:

1. Kelainan di Hati

a. Sirosis Hati teruma yang disebabkan oleh alkoholisme

b. Hepatitis Alkoholik tanpa Sirosis

c. Hepatitis menahun

3

Page 4: kti asites

d. Penyumbatan Vena Hepatik

2. Kelainan Di luar Hati

a. Gagal Jantung

b. Gagal Jantung Terutama Sindrom Nefrotik

c. Perikarditis Konstriktiva

d. Karsinomatosis, dimana kanker menyebar ke rongga perut

e. Berkurangnya aktivitas tiroid

f. Peradangan pancreas

2.3 Gejala

Jika jumlah cairan yang terkumpul tidak terlalu banyak, biasanya tidak

menunjukkan gejela. Jumlah cairan yang sangat banyak bias menyebabkan

pembengkakkan perut dan rasa tidak nyaman, juga sesak nafas.

Jumlah cairan yang sangat banyak, menyebabkan perut tegang dan pusar

menjadi datar, bahkan terdorong keluar. Pada beberapa penderita, pergelangan

kaki juga membengkak (edema)

2.4 Pengelompokan

Betdasarkan jumlah tingkatan:

a. Grade 1: Sedang, hanya tampak pada pemeriksaan USG

b. Grade 2: Dapat terdeteksi dengan pemeriksaan Puddle sign dan

Shifting dullness

c. Grade 3: Tampak dari pemeriksaan inspeksi, dapat dikonfirmasikan

dengan tes undulasi.

4

Page 5: kti asites

Secara Klinis dikelompokkan menjadi Eksudat dan Transudat:

a. Asites Eksudat:

Biasanya terjadi pada proses peradangan (biasanya infektif, misalny

pada tuberculosis) dan proses keganasan. Eksudat merupakan cairan

tinggi Protein, LDL, PH rendah(<7,3), rendah kadar gula, disertai

peningkatan sel darah putih.

Beberapa penyebab dari asites Eksudat:

1. Keganasan ( primer maupun metastase)

2. Infeksi ( tuberculosis maupun peritonitis bacterial spontan)

3. Pankreatitis

4. Serositis

5. Sindrom Nefrotik

 

b. Asite Tramnsudat

Terjadi pada sirosis akibat hipertensi porta, ginjal, juga terdapat pada

konstriksi pericardium dan sindron nefrotik. Transudate merupakan

cairan dengan kadar protein rendah(<30g/L), rendah LDH, PH tinggi,

kadar gula normal dan sel darah putih kurang dari 1 sel per 1000mm3.

Beberapa penyebab dari asites transudatif:

1. Sirosis Hepatis

2. Gagal jantung

3. Penyakit vena oklusif

4. Pericarditis kontruktif

5. Kwasiokor

5

Page 6: kti asites

Gambar 2.1

Gamabar 2.2

Gambar 2.3

6

Page 7: kti asites

2.5 Patofisologi

Asites dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya :

a. Peningkatan tekanan hidrostatik : Sirosis, oklusi vena hepatika (sindrom

Budd-Chiari), obstruksi vena cafa infefrior, perikarditis konstriktif,

penyakit jantung kongestif.

b. Penurunan tekanan osmotik koloid : Penyakit hati stadium lanjut dengan

gangguan sintesis protein, sindrom nefrotik, malbutrisi, protein loosing

enteropahty.

c. Peningkatan permeabilitas kalpiler peritoneal : Peritonitis TB, peritonitis

bakteri, penyakit keganasan pada peritoneum.

d. Kebocoran cairan di cavum peritoneal : Bile ascites, pancreatic ascites

(secondary to a leaking pseudocyst), chylous ascites, urine ascites. 

Terjadinya asites dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan portal yang diikuti oleh perkembangan aliran

kolateral melaui lower pressure pathways. Hipertensi portal memacu

pelepasan nitric oxide, menyebabkan vasodilatasi dan pembesaran ruang

intavaskuler. Tubuh berusaha mengoreksi hipovolemia yang terdeteksi

(perceived hypovolemia) ini dengan memacu faktor-faktor antinatriuretik

dan vasokonstriktor yang memicu retensi cairan dan garam, dengan

demikian mengganggu keseimbangan Starling forces yang

mempertahankan hemostasis cairan. Lalu, cairan itu mengalir (seperti

berkeringat) dari permukaan hati (liver) dan mengumpul di rongga perut

(abdominal cavity).

7

Page 8: kti asites

b. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esopahagus, maka kadar

plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun

pula, kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein

kembali normal, maka asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi

portal tetap ada (Sujono Hadi). Hipertensi portal mengakibatkan

penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun menurun. Hal

ini meningkatkan aktifitas plasma renin sehingga aldosteron juga

meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit

terutama natrium, dengan peningkatan aldosteron maka terjadi retensi

natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan.

c. Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam

serum. Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati

terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu, dan

kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid osmotic juga berkurang.

Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat merupakan

tandan kritis untuk timbulnya asites.

2.6 DIAGNOSIS

Riwayat Penyakit

Perut membesar pertama kali diketahui penderita dari ukuran ikat

pinggang dan pakaian yang semakin besar, timbulnya hernia abdominal dan

inguinal, atau pembesaran abdomen setempat. Distensi perut yang progressive

umumnya diikuti perasaan menekan atau tegang pada pinggang dan nyeri pada

8

Page 9: kti asites

pinggang bawah. Nyeri local umumnya berasal dari keterlibatan suatu organ

abdomen (misalnya bendungan pasif hati, lien yang membesar atau tumor colon).

Nyeri tidak umum terdapat pada asites, umumnya terdapat pada pankreatitis,

hepatoseluler carcinoma atau peritonitis. Asites yang besar atau tumor abdomen

dapat mengakibatkan heart burn dan keluhan indigesti akibat reflux

gastroesofageal atau dispnea, ortopnea ,dan takipnea akibat diafragma yang

tinggi. Pleural effusi yang terjadi bersamaan pada umumnya terletak di kanan,

diakibatkan kebocoran cairan asites melalui suatu celah di diafragma. Penderita

perlu ditanyakan tentang riwayat intake alcohol, riwayat sakit kuning atau

hematuria sebelumnya dan adanya perubahan bab.

Pemeriksaan Fisik

Eritema palmaris dan spider naevi memberi petunjuk adanya sirosis,

adenopati supraklavikula (Virchow’s node) memberi petunjuk adanya keganasan

gastrointestinal.

Inspeksi abdomen sangat penting peranannya. Dengan melihat kontur

abdomen ,dapat dibedakan pembesaran local atau diffus dari abdomen. Distensi

abdomen yang tegang, pinggang yang membonjol kesamping, umbilicus yang

menonjol merupakan tanda khas adanya asites. Venektasi dengan arah aliran

darah menjauhi umbilicus merupakan tanda hipertensi portal, sedangkan arah

aliran darah dari bawah menuju umbilicus menunjukkan obstruksi vena cava

inferior, sedangkan pada obstruksi vena cava superior arahnya dari atas menuju

umbilicus. Obstruksi usus dan obstruksi pylorus dapat diketahui dengan melihat

adanya suatu kontur dari massa. Massa noduler di kuadran kanan atas yang ikut

bergerak dengan pernapasan menunjukkan suatu keganasan di hati.

9

Page 10: kti asites

Auskultasi dapat menunjukkan adanya obstruksi usus, bruit dan friction

rub terdapat pada hepatoseluler carcinoma. Bising vena merupakan tanda

hipertensi portal atau meningkatnya aliran kolateral di hati. Gelombang cairan,

pekak samping dan pekak pindah merupakan tanda adanya cairan di pertitoneum.

Untuk jumlah cairan asites yang sedikit dapat dideteksi dengan posisi penderita

menyangga pada tangan dan kaki. Jumlah cairan yang sedikit kadang hanya dapat

dideteksi dengan USG.

Perkusi abdomen harus dapat membedakan pembesaran perut local

dengan diffus, memperkirakan ukuran hati dan tanda adanya udara bebas akibat

perforasi usus.

Palpasi pada keadaan asites massif sulit dilakukan, metode ballottement

dipergunakan untuk menilai hati dan lien. Hepar dengan konsistensi lunak

menunjukkan obstruksi ekstrahepatik, konsistensi kenyal menunjukkan sirosis,

konsistensi keras dan noduler menunjukkan suatu tumor. Nodul keras disekitar

umbilicus (Sister Mary Joseph’s Nodule) menunjukkan suatu metastase

keganasan di pelvis atau gastrointestinal ke peritoneum. Pulsasi hati disertai

asites sering terdapat pada insufisiensi trikuspidal.

Massa yang tidak ikut bergerak pada pernafasan menunjukkan letaknya di

retroperitoneum. Nyeri local menunjukkan adanya abses, regangan peritoneum

visceral atau nekrosis tumor. Rectal touché dan pemeriksaan pelvis dapat

menunjukkan adanya massa karena tumor atau adanya infeksi.

Foto polos abdomen, USG, CT scan diperlukan sesuai keadaan. Pemeriksaan

dengan barium atau kontras lainnya digunakan untuk mencari tumor primer.

Derajat asites dapat ditentukan sebagai berikut :

10

Page 11: kti asites

a. Derajat 1: Mild, hanya dapat terdeteksi dengan ultrasonografi

b. Derajat 2: Moderate, symetrical distension, mudah diketahui demgam

pemeriksaan fisik biasa.

c. Derajat 3: Gross or large with marked distension, biasanya dengan nyeri

atau perasaan tidak nyaman

Pemeriksaan Penunjang

a. analisa cairan asites

Untuk memeriksa warna, kadar protein, hitung dan keganasan. Asites

biasanya berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada keganasan

dan keruh pada infeksi. Hitung leukosit adalah >250 PMN/mL pada

peritonitis bakterialisis. Pemriksaan sitology bias menegakkan diagnosis

keganasan. Pada pabkreatitis juga bias terjadi asites, jadi amylase haruus

diukur

b. USG Abdomen

Digunakan untuk mengukur ukuran hati (kecil pada sirosis), tanda-tanda

hipertensi portal (splenomegaly), dan lebarnya vena portal dan vena

hepatica (untuk menyingkirkan dugaan thrombosis vena hepatica dan

sindrom Budd-Chisri). Juga bermanfaat untuk menemukan kelainan fokal

(mengarahkan dugaan ke kegansan diseminata) dan untuk diagnosis tumor

intra abdomen (misalnya tumor ovarium)

c. Tes Darah

Tes biokimia dan tes fungsi hati untuk mencari penanda sirosi hepatis

(kadar albumin rendah, hiper billirubinemia, kenaikan enzim hati,

trombositopenia dll). Pemeriksaan penanda tumor jika ada dugaan

11

Page 12: kti asites

keganasan (terutama fetoprotein untuk hepatoma, CA 125 untuk kanker

ovarium).

d. Foto Thorax dan Foto Polos Abdomen (BOF)

Elevasi diafragma pada 80% paisen asites, tetapi lateral hepar terdorong

ke sisi medial medial dinding abdomen (Hellmer Sign). Terdapat

akumulasi cairan dalam rongga rectovesical dan menyebar pada fossa

paravesikal, menghasilkan densitas yang sama pada kedua sisi kandung

kemih. Gambar ini di sebut “dog’s ear” atau “mickey mouse” appearance.

Ceacum dan colon ascenden tampak terletak lebih ke medial dan

properitoneal fat line terdorong lebih ke lateral merupakan gambaran yang

tampak pada lebih dari 90% pasien dengan asites

e. Ultrasonografi

1. Volume cairan asites kurang dari 5-10mL daoat terdeteksi.

2. Dapat membedakan penyebab asites oleh karena infeksi, inflamasi

atau keganasaan.

f. CT Scan

Asites minimal dapat diketahui dengan jelas pada pemeriksaan CT Scan.

Cairan asites dalam jumlah sedikit akan terkumpul di ruang perihepatik

sebelah kanan. Ruang subhepatic bagian posterior (Kantung Morison),

dan kantung Douglas.

12

Page 13: kti asites

2.7 Teknik pemeriksaan Asites

Asites atau cairan berlebih dalam tubuh pada tempat yang tidak semestinya bisa

ada dimana saja, termasuk abdomen. Untuk pemeriksaan cairan di abdomen,

dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu Shifting Dullness, knee chest position,

teknik gelombang cairan, dan pudle sign

a. Shifting Dullness

Pasien diminta berbaring dan membuka baju Lakukan perkusi dari

umbilikus ke sisi lateral Apabila terdapat perubahan suara dari timpani

ke redup, tandai tempat terjadinya perubahan suara tersebut Minta

pasing miring ke arah kontralateral dari arah perkusi. Tunggu 30 - 60

detik Lakukan perkusi kembali pada daerah yang ditandai tadi sampai

terjadi perubahan bunyi dari redup ke timpani.

b. Knee chest position

Minta pasien tidur telengkup dan menungging (bertumpu pada tangan

dan lutut. Lakukan perkusi dari dari lateral ke medial Perhatikan

perubahan bunyi dari timpani ke redup.

c. Teknik gelombang cairan

Minta pasien berbaring telentang dan meletakkan kedua tangan di atas

perut sambil menekan Letakkan tangan pemeriksa di kedua sisi perut

pasien. Tangan kiri mendorong perut pasien dan tangan kanan

mencoba merasakan getarannya.

13

Page 14: kti asites

d. Pudle sign

Minta pasien dalam posisi menungging (knee chest position) Letakkan

stetoskop pada bagian terendah dari abdomen Ketuk perut pasien dan

dengarkan melalui stetoskop.

Gambar 2.4 pemeriksaan asite

Untuk pemeriksaan ascites abdomen prosedur tambahannya:

1. Melakukan perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai

batas suara timpani dan redup, minta penderita miring ke salah satu sisi

tubuh dilakukan perkusi lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah).

2. Melakukan palpasi dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua

tangan pada midline abdomennya (kanan kiri). Ketuklah satu sisi

abdomen dengan jari dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan yang

lain, adanya getaran yang diteruskan cairan asites.

14

Page 15: kti asites

2.7  Diagnosa Banding

Tipe asites sesuai SAAG

Tinggi(>or = 1,1 g/dl) Rendah ( <1,1 g/dl)

Tumor Peritoneum Asites Pancreas Asites

Billier

Sirosis Hepatis Alcohol Gagal

Jantung

TBC Peritoneum

Gagal Hati Fluminan Sindrom Nefrotik

Trombosis Vena porta Obstruksi Usus

2.8 Penatalaksanaan

1. asites eksudat: obat penyakit yang mendasari

Peritonitis Bakterialis: diberikan antibiotic, pada asites dengan kadar

protein renah bias diberikan antibiotic profilaksis.

Pada Keganasan: obati keganasan yang menjadi penyebab (paling

sering kanker ovarium). Umumnya harus parasentesis terapeutik untuk

mengurangi gejala.

2. asites transudat:

diberikan pengobatan untuk penyakit dasar dan dapat dipertimbangkan

untuk melakukan:

a. restriksi cairan dan garam, biasanya cukup dengan retriksi cairan

samapai 1-1,5/hari dan diet tanpa tambahan garam

b. pemberian diuretic, umunya digunakan spironolakton dengan atau

tanpa furosemide.

15

Page 16: kti asites

c. Parasentesis terapeutik untuk asites refrakter ( yaitu asites yang tidak

merespon terhadap terapi diuretic atau mengalami efek samping yang

tidak bias dihindari hiponatremia,ensefalopati dll). Indikasi

parasentesis: asites permagna, ada edema tungkai, derajat child B

( pada sirosis hepatis), protmbin >40%, billirubuin serum <10,

tromboit >40.000, serum kreatinin <3

 

3. Obat 

Kombinasi spironolakton dan furosemide sangat efektif untuk mengatasi

asites dalam waktu singkat. Dosis awal untuk sporonolakton adalah 1-3

mg/kg/24 jam dibagi 2-4 dosis dan furosemide sebesar 1-2

mg/kgBB/dosis 4 kali/ hari, dapat ditingkatkan samapi 6 mg/kgBB/dosis.

Pada asites yang tidak memberikan respon dengan pengobatan diatas

dapat dilakukan cara berikut:

a. Parasentesis

b. Peritoneovenosus Shunt Leveen atau Denver

c. Ultrafiltrasi ekstrakorporal dari cairan asites dengan reinfus

4. Paracenmtesis

Pengambilan cairan untuk mengurangi asites massif yang aman untuk

anak adalah sebesar 50% cc/kg BB. Disarankan pemberian 10g albumin

intervena tiap 1 liter yang diaspirasi untuk mencegah penurunan volume

plasma dan gangguan keseimbangan elektrolit.

16

Page 17: kti asites

5. Monitoring

Rawat inap diperlukan untuk memantau peningkatan berat badan serta

pemasukan dan pengeluaran cairan. Pemantauan keseimbangan natrium

dapat diperkirakan dengan monitoring pemasukan (diet, kadar natrium

dalam obat dan cairan infus) dan produksi urin. Keseimbangan Na

negatif adalah prediktor dari penurunan berat badan. Keberhasilan

manajemen pasien dengan asites tanpa edema perifer adalah

keseimbangan Na negatif dengan penurunan berat badan sebesar 0,5 kg

per hari.

17

Page 18: kti asites

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat yang dugunakan oleh penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut:

a. Laptop

b. Modem dan Kartu Perdana

c. Printer

d. Alat Tulis

e. Flasdisk

f. Kertas A4

g. Buku-Buku yang bersangkutan dengan pembuatan karya tulis ilmiah

3.2 Bahan

Bahan-Bahan untuk pembuatan karya tulis ilmiah didapatkan dari buku-

buku yang berisi tentang Asites dan internet.

3.3 Cara Kerja

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah dilakukan dengan cara mengumpulkan

data-data yang berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah yaitu” Asites ” yang

dapat berasal dari tex book atau internet.

18

Page 19: kti asites

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Trigger

Ny S, 50 tahum dating ke RSI Siti Rahmah Padang untuk berobat dengan

keluhan nyeri pada daerah perut. Nyeri yang dirasakan 2 minggu lalu seperti

melilit dengan frekuensi nyeri yang terus menerus dan akan terasa sangat nyeri

bila beraktivitas berat dan berkurang jika istirahat. Semakin lama perut tampak

membesar dan nyeri jika ditekan, perut terasa tidak enak dan sering merasakan

sebah. Keluhan lain yang dirasakan adalah demam sejak tiga hari yang lalu,

dengan frekuensi demamnya hilang timbul, demam dirasakan menjelang malam

hari, pasien juga mengluh mual dan muntah dan BAK nyeri dan berwarna pekat

seperti air teh demam jika menjelang malam. Pasien juga mengeluh telapak kaki

yang mulai membengkak. Pasien sudah pernah berobat ke dokter umum namun

belum ada perubahan.

19

Page 20: kti asites

4.2 Penyelesian

1. Identitas Pasien

 Nama : Ny.S

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Dili M17,wisma indah IV, siteba-padang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang

Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan nyeri perut

melilit ,nyerinya terus menerus,sangat nyeri sekali apabila beraktifitas berat dan

nyerinya berkurang jika istirahat.Semakin lama perut tampak membesar dan nyeri

jika ditekan,perut terasa tidak  enak dan sering merasakan sebah.Keluhan lain

yang dirasakan seperti badannya demam sejak tiga hari yang lalu,demamnya

hilang timbul,dirasakan demam jika menjelang malam hari,Selain itu pasien

merasakan mual dan muntah yang dirasakan tiga hari yang lalu bersamaan

dengan demamnya,semakin mual setelah makan yang baru terisi dan muntah

apabila perut terasa sebah sekali.Buang air kecil dalam sehari 2x dan merasakan

nyeri jila kencing,serta air kencingnya seperti teh yang pekat.Semenjak diopname

dirumah sakit belum merasakan kentut dan buang air besar.Pasien merasakan

20

Page 21: kti asites

telapak kaki kirinya bengkak  dan nyeri,semakin lama bengkaknya ke telapak

kaki kanan.Sudah berobat ke dokter namun tidak ada perubahan.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis

b. Pasien tidak pernah dirawat inap

c. Pasien pernah mengkonsumsi jamu pegal linu.

Riwayat Penyakit Keluarga

a. Keluarga tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis.

b. Keluarga tidak ada yang pernah mengalami penyakit hati atau penyakit

kuning.

Lingkungan dan Kebiasaan

a. Pasien jarang berolah raga.

b. Pasien sering beraktifitas berat dalam bekerja

3. Pemeriksaan Fisik Diagnostik

KU : Baik

Kesadaran :Compos Mentis

BB :45kg

TB :162 cm

21

Page 22: kti asites

a. Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan Darah :110/80 mmHg

Nadi :76 x/ menit

Respirasi :26 x/menit

Suhu : 36 derajat celcius.

b. Pemeriksaan kepala

Conjungtiva pucat : +/+

Sklera Ikterik :+/+

Bibir : tampak kehitaman

c. Pemeriksaan Leher:

Inspeksi : tidak terlihat adanya massa,kemerahan dan bengkak.

Palpasi : Peningkatan JVP (-), Limfonodi tidak teraba.

d. Pemeriksaan Thorax:

Inspeksi : Simetris pergerakan dinding dada, tidak ada ketinggalan

gerak, ictus cordis terlihat,spider nervi (+)

Auskutasi : S1 S2 reguler, Bising (-), Gallop (-)

Perkusi : Batas jantung normal

Palpasi : Fremitus (normal), ictus cordis kuat angkat. Ketinggalan

gerak (-), krepitasi(-)

22

Page 23: kti asites

e. Pemeriksaan Abdomen:

Inspeksi : Perut tampak membesar (asites), kulit perut tampak

tegang, caput medusa(-),Pelebaran vena hipogastrica (+)

Auskultasi : Peristaltik 45kali/menit.

Perkusi : Timpani, undulasi (+), pekak alih (+).

Palpasi :Nyeri tekan di tempat kuadran kanan atas(+),

hepatomegaly (+).

f. Pemeriksaan Ekstremitas

Lengan : edem (-)

Tangan : edem (-)

Tungkai : (-)

Kaki : edem (+), hiperpigmentasi, kulit kering

4. Hasil Pemeriksaan Lanjutan

Darah rutin : HGB 12 gr/dl

Wbl 5,56

PLT 101/ul

HBS Ag : -

SGOT : 96 u/l , N : 15-37

SGPT :55 u/l, N : 5-40 u/l.

USG Abdomen : -

Hepar : ukurannya 8,5 cm,tepi irregular,str eko hiperucine,vp-vh

dengan asites

Kesan : Sirosis hepatis dengan asites

23

Page 24: kti asites

Pemeriksaan feses rutin: ditemukan parasit

Pemeriksaan urin rutin : ISK= Keruh, PH(basa), bakteri, nitrit, leukosit, protein.

Pemeriksaan Widal : 1/80,1/60,1/320,1/640

5. Diagnosa

Sirosis Hepatis

6. Diagnosa Banding 

-Sirosis Hepatis

-Hepatitis A

-Hepatitis B

-Hepatitis C

-Hepatitis Lifosa

24

Page 25: kti asites

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ascites atau asites adalah meningkatanya jumlah cairan intra peritoneal.

Penyebab ascites ini adalah adanya gangguan hati yang paling kronis tetapi dapat

juga disebabkan oleh penyakit lain. Tingkat ascites dapat ditentukan oleh

semikuantitatif sebagai berikut: Grade 1: bila terdeteksi dengan pemeriksaan fisik

yang sangat menyeluruh. Grade 2: mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik

biasa tetapi dalam jumlah minimal cairan. Grade 3: dapat dilihat tanpa

pemeriksaan fisik khusus tetapi tidak tegang permukaan perut. Grade 4: asites

permagna. Seseorang dengan asites biasanya memiliki penyakit hati yang berat.

Asites akibat penyakit hati disebabkan oleh tekanan tinggi dalam pembuluh darah

hati (hipertensi portal) dan tingkat albumin yang rendah. Pemeriksaan fisik dapat

mengungkapkan perut bengkak, atau perut. Test untuk mengevaluasi hati dapat

dilakukan, termasuk: 24-jam koleksi urin, Kreatinin dan elektrolit, Tes fungsi

ginjal, Enzim hati, bilirubin, koagulasi,serum protein tes dan urinalisis.

25

Page 26: kti asites

DAFTAR PUSTAKA

1) Davey, Patrick, 2006, AT a Glance Medicine, halaman 47,

Erlangga:Jakarta

2) Isselbacher, Braunwald, dkk, 1999, Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu

Penyakit Dalam: Volume 1, halaman 289, EGC:Jakarta

3) Bakta I Made, Suastika I ketut, 1999, Gawat Darurat Didalam Penyakit

Dalam, halaman 68, EGC: Jakarta

4) Prof. Dr Soemoharjo, Soewignjo, 2002, Hepatitis Virus B Edisi

2,Halaman 29, EGC: Jakarta

5) http://www.artikelkeperawatan.info/materi-kuliah-ascites-atu-asites-

167.html

6) http://www.scribd.com

7) http://www.dragung.com/2013/02/asites-perut-bengkak.html

26