39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lata r Belak ang Kontusio sere br i adal ah suat u keadaan yang disebabka n tr auma kapitis yang menimbulkan lesi perdarahan interstisial nyata pada jaringan otak tanpa terganggunya konti nuitas jaringan dan dapat menyebabka n ganggua n neurol ogis yang menet ap. Statis ti k neg ara- negara ya ng sudah ma ju me nunj ukkan bahwa tr auma kapi tis mencakup 26% dari jumlah segala macam kecelakaan. Kurang lebih 33% kecelakaan yang berakhir menyangk ut trauma kapit is. Diluar medan pepera ngan lebih dari !% dari trau ma kapiti s terja di karena kecel akaan lalu lin tas seleb ihnya dikar enakan  pukulan atau jatuh. 1.2 Tujua n "da pun tuj uan dar i lapora n kas us ini adal ah mel apor kan sebuah kas us kontus io serebri yang dialami seorang pria berusia #3 tahun. 1.3 Manfaa t "dapun man$aat dari makal ah ini adalah untuk mengetahui patogenes is mani$est asi klinis etiologi insi den klasi $ikas i gambar an hist opatol ogi prosed ur diagnostik diagnosis banding penatalaksanaan dan prognosis kontusio serebri. &

lapkas

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kontusio serebri adalah suatu keadaan yang disebabkan trauma kapitis yang menimbulkan lesi perdarahan interstisial nyata pada jaringan otak tanpa terganggunya kontinuitas jaringan dan dapat menyebabkan gangguan neurologis yang menetap. Statistik negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa trauma kapitis mencakup 26% dari jumlah segala macam kecelakaan. Kurang lebih 33% kecelakaan yang berakhir menyangkut trauma kapitis. Diluar medan peperangan lebih dari 50% dari trauma kapitis terjadi karena kecelakaan lalu lintas selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh.1.2 TujuanAdapun tujuan dari laporan kasus ini adalah melaporkan sebuah kasus kontusio serebri yang dialami seorang pria berusia 43 tahun.1.3 Manfaat Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui patogenesis, manifestasi klinis, etiologi, insiden, klasifikasi gambaran histopatologi, prosedur diagnostik, diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis kontusio serebri.BAB II LAPORAN KASUS2.1 Anamnesa Anamnesa PribadiNama

: Sistuji

Umur

: 43 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Bangsa / Suku

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jl.Pintu air II No.42 Medan

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Pekerjaan

: PHB

Tanggal Masuk RS

: 7 Mei 2005

Anamnese PenyakitKU : Penurunan kesadaran

Telaah :

- Hal ini dialami os 2 hari sebelum masuk RS HAM, terjadi secara perlahan-lahan. Dua minggu sebelumnya os mengalami kecelakaan lalu lintas, dimana pada saat kejadian os pingsan 30 menit, lalu os dibawa ke RSHAM dan dirawat dibagian Bedah (konservatif) selama 1 minggu. Os diperbolehkan pulang. Selama di rumah 1 minggu os mengeluhkan sakit kepala hebat. 5 hari sebelum masuk ke RSHAM os mengeluh tungkai kanan kebas-kebas. 2 hari sebelum masuk ke RSHAM os mulai tidak sadar lalu dibawa ke RSHAM.

RPT : Trauma Kapitis

RPO : Tidak jelas

Anamnesa Traktus

Traktus sirkulatorius

: dalam batas normal

Traktus respiratorius

: dalam batas normal

Traktus Digestivus

: dalam batas normal

Traktus urogenital

: dalam batas normal

Riwayat penyakit terdahulu dan kecelakaan: + kecelakaan lalu lintas 2 minggu

sebelum masuk RSIntoksikasi obat obatan

: -

Anamnesa KeluargaFaktor herediter: - Faktor familier: (Lain lain : (Anamnesa Sosial

Kelahiran dan pertumbuhan: normal

Immunisasi

: tidak jelas

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: PHB

Perkawinan dan anak

: kawin

2.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan UmumKesan umum

Kesadaran

: somnolen

Nadi

: 98 x/ i

RR

: 28 x / i

Tek. Darah

: 150 / 90 mmHg

Temp.

: 37,5 0 C

Kulit dan selaput lendir: dalam batas normal

Kelenjar getah bening

: tidak ada kelainan

Persendian

: dalam batas normal

Kepala dan Leher

Bentuk dan posisi

: bulat simetris

Pergerakan

: (

Kelainan panca indra

: sulit dinilai

Rongga mulut dan gigi: dalam batas normal

Kelenjar parotis

: dalam batas normal

Desah

: (

Lain lain

: (Rongga dada dan abdomen

Rongga dada

Rongga Abdomen

Inspeksi

: simetris

simetris

Palpasi

: sulit dinilai

soepel

Perkusi

: sonor pada kedua .parutympani

Auskultasi

: SP : vesikuler

peristaltik normal

Genitalia

: tidak dilakukan pemeriksaan

Toucher

: tidak dilakukan pemeriksaan2.3 Pemeriksaan NeurologiSensorium

: somnolen

Kranium

Bentuk

: bulat simetris

Fontanella

: tertutup rata

Palpasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

Perkusi

: tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

Transluminasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

Peninggian tekanan intrakranial

Muntah

: -

Sakit kepala

: ?

Kejang

: -

Perangsangan meningeal

Kaku kuduk

: +

Tanda kernig

: (

Tanda brudzinky I: (

Tanda brudzinskt II: (Syaraf syaraf kranialis

1. Nervus I

MND

MNS

Normosmia:

sdn

sdn

Anosmia:

sdn

sdn

Parosmia:

sdn

sdn

Hiposmia:

sdn

sdn

2. Nervus II

OD

OS

Visus

:

sdn

sdn

Lapangan pandang

Normal:

sdn

sdn

Menyempit:

sdn

sdn

Hemianopsia:

sdn

sdn

Skotoma:

sdn

sdn

- Refleks ancaman

sdn

sdn

Fundus okuli

Warna

: tidak dilakukan pemeriksaan

Batas

: tidak dilakukan pemeriksaan

Arteri

: tidak dilakukan pemeriksaan

Vena

: tidak dilakukan pemeriksaan

Ekskavatio

: tidak dilakukan pemeriksaan

3. Nervus III, IV, VI

OD

OS

gerakan bola mata

sdn

sdn

nistagmus

(

( pupil

lebar

2 mm

2 mm

bentuk

bulat

bulat

refleks cahaya langsung

+

+

refleks cahaya tidak langsung +

+

rima palpebra

7 mm

7 mm

deviasi konjugae

(

( fenomena dolls eyes

+

+

strabismus

(

(4. Nervus V

Motorik

Membuka dan menutup mulut

: sulit dinilai

Palpasi m.masseter dan temporalis: sulit dinilai

Kekuatan gigitan

: sulit dinilai- Sensorik

V1

V2

V3

Kulit

sdn

sdn

sdn

Selaput lendir

sdn

sdn

sdn

Refleks kornea

OD

OS

langsung

+

+

tidak langsung

+

+

Refleks masseter

sdn

sdn

Refleks bersin

sdn

sdn

5. Nervus VII

motorik

mimik

: sudut mulut jatuh di kanan kerut kening

: sulit dinilai

menutup mata

: sulit dinilai

meniup sekuatnya

: sulit dinilai

memperlihatkan gigi

: sulit dinilai

tertawa

: sulit dinilai

sensorik

pengecapan 2/3 depan lidah: sulit dinilai

produksi kelenjar ludah

: tidak dilakukan pemeriksaan

produksi kelenjar air mata

: sulit dinilai

hiperakusis

: sulit dinilai

refleks stapedial

: tidak dilakukan pemeriksaan

6. Nervus VIII

Auditorius

pendengaran

: sulit dinilai

rinne test

: tidak dilakukan pemeriksaan

weber test

: tidak dilakukan pemeriksaan

scwabach test

: tidak dilakukan pemeriksaan

vestibularis

nistagmus

: tidak dilakukan pemeriksaan

reaksi kalori

: tidak dilakukan pemeriksaan

vertigo

: sulit dinilai

tinnitus

: sulit dinilai

7. Nervus IX, X

pallatum molle

: sulit dinilai

uvula

: medial

disfagia

: sulit dinilai

disartria

: sulit dinilai

disfonia

: sulit dinilai

refleks muntah

: +

pengecapan 1/3 belakang lidah: tidak dilakukan pemeriksaan

8. Nervus XI

mengangkat bahu

: sulit dinilai

fungsi m. sternocleidomasteideus: sulit dinilai

9. Nervus XII

lidah

tremor

: sulit dinilai

atropi

: sulit dinilai

fasikulasi

: sulit dinilai

ujung lidah waktu istirahat: medial

ujung lidah waktu dijulurkan: sulit dinilai

Sistem Motorik- Trofi

: eutrofi

- Tonus otot

: normotonik

- Kekuatan motorik

: sulit dinilai, kesan : lateralisasi ke kanan- Sikap ( postur )

: sulit dinilai

- lenggang ( gait )

: sulit dinilai

- gerakan spontan normal:

tremor

: sulit dinilai

chorea

: sulit dinilai

ballismus

: sulit dinilai

mioklonus

: sulit dinilai

atetosis

: sulit dinilai

distonia

: sulit dinilai

spasmus

: sulit dinilai tic

: sulit dinilai

lain lain

: - Tes Sensibilitas- eksteroseptik: tidak dilakukan pemeriksaan

- proprioseptik: tidak dilakukan pemeriksaan

- fungsi kortikal untuk sensibilitas

stereognosis

: tidak dilakukan pemeriksaan

pengenalan dua titik: tidak dilakukan pemeriksaan

grafastesia

: tidak dilakukan pemeriksaan

Refleks1. Refleks fisiologis

kanan

kiri

Biceps

: +

+

Triceps

: +

+

Radioperiost

: +

+

APR

: +

+

KPR

: +

+

Srumple

: +

+

2. Refleks patologis

kanan

kiri

Babinsky

: -

-

Chaddock

: -

-

Schaefer

: -

-

Gonda

: -

-

Oppenheim

: -

-

Gordon

: -

-

Hoffman Tromner: -

-

Konus lutut

: -

-

Klonus kaki

: -

-

Koordinasi Lenggang

: sulit dinilai

Bicara

: sulit dinilai

Menulis

: sulit dinilai

percobaan apraksia: sulit dinilai

mimik

: sulit dinilai

tes tunjuk telunjuk: sulit dinilai

tes telunjuk hidung: sulit dinilai

diadokokinesia

: sulit dinilai

tes tumit lutut

: sulit dinilai

tes romberg

: sulit dinilai

Vegetatif Vasomotorik

: normal

Sudomotorik

: tidak dilakukan pemeriksaan

Pilo erector

: tidak dilakukan pemeriksaan

Miksi

: sulit dinilai

Defekasi

: sulit dinilai

Potensi libido

: tidak dilakukan pemeriksaan

Vertebra- Bentuk

: dbn- pergerakan

Leher

: sulit dinilai

Pinggang

: sulit dinilai

Tanda Perangsangan Radikuler- Laseque

: -

- cross laseque

: -

- lhermitte test

: tidak dilakukan pemeriksaan

- nafziger tes

: tidak dilakukan pemeriksaan

Gejala Cerebellar- ataxia

: sulit dinilai

- disartria

: sulit dinilai

- tremor

: sulit dinilai

- nistagmus

: sulit dinilai

- fenomena rebound

: sulit dinilai

- vertigo

: sulit dinilai

- lain lain

: (Gejala Ekstrapiramidal

- tremor

: sulit dinilai

Rigiditas

: sulit dinilai

Bradikinesia

: sulit dinilai

lain lain

: (Fungsi Luhur kesadaran kualitatif

: sulit dinilai

memori / ingatan

:

baru

: sulit dinilai

lama

: sulit dinilai

orientasi

:

diri

: sulit dinilai

tempat

: sulit dinilai

waktu

: sulit dinilai

situasi

: sulit dinilai

intelegensia

:

normal

: sulit dinilai

terganggu

: sulit dinilai

daya pertimbangan

:

baik

: sulit dinilai

kurang

: sulit dinilai

reaksi emosi

:

normal

: sulit dinilai

terganggu

: sulit dinilai

afasia

:

ekspresif

: sulit dinilai

reseptif

: sulit dinilai

apraksia

: sulit dinilai

agnosia

:

agnosia visual

: sulit dinilai

agnosia jari jari

: sulit dinilai

akalkulia

: sulit dinilai

disorientasi kanan kiri: sulit dinilai

Kesimpulan Pemeriksaan

Telah diperiksa seorang laki-laki, umur 43 tahun, bangsa Indonesia, dengan keluhan penurunan kesadaran. Hal ini dialami os 2 hari sebelum masuk RS HAM, terjadi secara perlahan-lahan. Dua minggu sebelumnya os mengalami kecelakaan lalu lintas, dimana pada saat kejadian os pingsan 30 menit, lalu os dibawa ke RSHAM dan dirawat dibagian Bedah (konservatif) selama 1 minggu. Os diperbolehkan pulang. Selama 1 minggu di rumah, os mengeluhkan sakit kepala hebat. 5 hari sebelum masuk ke RSHAM os mengeluh tungkai kanan kebas-kebas. 2 hari sebelum masuk ke RSHAM os mulai tidak sadar lalu dibawa ke RSHAM.

Status praesens :

Sensorium

: somnolen

Nadi

: 98 x/ i

RR

: 28 x / i

Tek. Darah

: 150 / 90 mmHg

Temp.

: 37,5 0 C

Perangsangan meningeal

: kaku kuduk(+)

Peninggian tekanan intrakranial: (Syaraf syaraf kranialis

1. Nervus I

: Sulit dinilai

2. Nervus II, III

: RC +/+, pupil isokor ka = ki ( 2 mm

3. Nervus III, IV , VI

: Dolls eye phenomenon (+)

4. Nervus V

: Refleks Kornea (+)

5. Nervus VII

: Sudut mulut jatuh di kanan6. Nervus VIII

: Sulit dinilai

7. Nervus IX, X

: Uvula letak medial

8. Nervus XI

: Sulit dinilai

9. Nervus XII

: Lidah istirahat medialRefleks1. Refleks fisiologis : Biceps, Triceps, APR, dan KPR + Normal

2. Refleks patologis: tidak dijumpai

Kekuatan otot

: sulit dinilai, kesan : lateralisasi ( - )2.5 Pemeriksaan PenunjangDarah Rutin ( 7 Mei 2005) :

Hemoglobin 15,1 gr% Lekosit 11.700 / mm3 Hemotokrit : 45,6 % Trombosit : 367000 /mm3Faal Ginjal ( 7 Mei 2005 ) :

Ureum : 27 mg/dl

Creatinin : 0,7 mg/dl

Analisa Gas Darah ( 7 Mei 2005 )

pH : 7,479

PCO2 : 30,9 mmHg

PO2 : 116,5 mmHg

Bikarbonat : 22,5

Total CO2 : 23,4 Base exes : -1,0

Saturasi O2 : 98,5

Metabolisme Karbohidrat ( 7 Mei 2005 )

Ad random 221 mg/dl

Elektrolit Darah ( 7 Mei 2005 )

Natrium : 138 mEql Kalium : 3,93 mEq/l Chlorida : 96 mEql

Darah lengkap (9 Mei 2005 )

Leukosit : 11500 / ul Neutrofil : 8,38

2.6 Kesimpulan

Telah diperiksa seorang laki-laki, umur 43 tahun, bangsa Indonesia, dengan keluhan penurunan kesadaran. Hal ini dialami os 2 hari sebelum masuk RS HAM, terjadi secara perlahan-lahan. Dua minggu sebelumnya os mengalami kecelakaan lalu lintas, dimana pada saat kejadian os pingsan 30 menit, lalu os dibawa ke RSHAM dan dirawat dibagian Bedah (konservatif) selama 1 minggu. Os diperbolehkan pulang. Selama 1 minggu di rumah, os mengeluhkan sakit kepala hebat. 5 hari sebelum masuk ke RSHAM os mengeluh tungkai kanan kebas-kebas. 2 hari sebelum masuk ke RSHAM os mulai tidak sadar lalu dibawa ke RSHAM.Riwayat kejang ( - ), muntah ( - ), riwayat penyakit terdahulu trauma kapitis.

Status praesens :

Sensorium

: somnolen

Nadi

: 98 x/ i

RR

: 28 x / i

Tek. Darah

: 150 / 90 mmHg

Temp.

: 37,5 0 C

Perangsangan meningeal

: kaku kuduk(+)

Peninggian tekanan intrakranial: (Syaraf syaraf kranialis

1. Nervus I

: Sulit dinilai

2. Nervus II, III

: RC +/+, pupil isokor ka = ki ( 2 mm

3. Nervus III, IV , VI

: Dolls eye phenomenon (+)

4. Nervus V

: Refleks Kornea (+)

5. Nervus VII

: Sudut mulut jatuh di kanan6. Nervus VIII

: Sulit dinilai

7. Nervus IX, X

: Uvula letak medial

8. Nervus XI

: Sulit dinilai

9. Nervus XII

: Lidah istirahat medialRefleks1. Refleks fisiologis : Biceps, Triceps, APR, dan KPR + Normal

2. Refleks patologis: tidak dijumpai

Kekuatan otot

: sulit dinilai, kesan : lateralisasi ke kanan2.7 Diagnosa

Diagnosa Banding : 1. Kontusio serebri + epidural hematom

2. Kontusio serebri + PSA

Diagnosa Sementara

:Kontusio serebri + epidural hematomDiagnosa Fungsional

:SomnolenDiagnosa Anatomis

:Parenkim otak + duramater spaceDiagnosa Histologis

:Tidak Dilakukan PemeriksaanDiagnosa Etiologis

:Trauma2.8 Penatalaksanaan Bed rest

O2 2-3 liter / i

NGT terpasang

IVFD R Sol 20 gtt / i

IVFD mannitol 20% 120 cc / 6 jam habis dalam 30 menit

Resibron 800 mg 1 x 1

B comp. 3 x 1

PCT 500 mg 3 x 1

Inj. diazepam ( K / P )FOLLOW UP PASIEN Os masuk pada tanggal 8 Mei 2005 dengan sensorium somnolen, os juga pernah mengalami kejang dan diberi terapi Phenitoin dan Clobazam. Setelah menjalani perawatan keadaan sensorium os mulai membaik menjadi apatis pada tanggal 14 Mei 2005 dan menjadi compos mentis pada tanggal 18 Mei 2005. Selama perawatan os mendapat terapi : Bed rest

O2 2-3 L/I (k/p)

Diet DM II 2000 Kkal

Inj Cefotaxim 1 gr/ 12 jam ( aff )

Inj reg insulin 6-6-6 h.a.c.

Inj diazepam amp 10mg (k/p)

Ranitidin 2x1

Resibron 800 1x1

Phenitoin cap 100 3x1

Clobazam 3x1

B comp 3x1

PCT 3x1 (k/p)26 28 Mei 200529 30 Mei 2005

KELUHAN UTAMASakit kepalaSakit kepala

STATUS PRESENS

SensoriumCompos mentisCompos mentis

TD (mmHg)120-130/80-90 mmHg120-110/80 mmHg

HR (x/menit)86-9090-88

RR (x/menit)24-2224-22

Temperatur (( C )36,1-36,236,4-35,8

STATUS NEUROLOGIS

SensoriumCompos mentisCompos mentis

Tanda Peningkatan TIK

Muntah--

Kejang--

Sakit kepala--

Tanda perangsangan meningeal

Kaku kuduk--

Brudzinski I((

Kernig sign((

Brudzinski II((

Nervus Kranialis

N INormosmiaNormosmia

N II, IIIRC +/+ , pupil isokor ka = ki ( 3 mmRC +/+ , pupil isokor ka = ki ( 3 mm

N III, IV, VIGerakan bola mata (+)Gerakan bola mata (+)

N VRefleks Kornea (+)Refleks Kornea (+)

N VIISudut mulut tertarik ke kiriSudut mulut tertarik ke kiri

N VIIIPendengaran (+) normalPendengaran (+) normal

N IX, XUvula letak medialUvula letak medial

N XIMengangkat bahu (+)Mengangkat bahu (+)

N XIILidah istirahat medialLidah istirahat medial

Refleks Fisiologis

Biseps ( kanan / kiri )+ / ++ / +

Triceps (kanan / kiri)+ / ++ / +

APR ( kanan / kiri )+ / ++ / +

KPR ( kanan / kiri )+ / ++ / +

Refleks Patologis((

Kekuatan motorik

ESD 44444 ESS 55555 44444 55555EID 44444 ESS 55555 4444 55555ESD 44444 ESS 55555 44444 55555EID 44444 ESS 55555 4444 55555

DIAGNOSA KERJA

Kontusio serebri + PSAKontusio serebri + PSA

TERAPI Bed rest

Diet MB DM 2000 kkal

Inj reg insulin 6-6-6 h.a.c.

Inj diazepam 10mg (k/p)

Ranitidin 150 mg 2x1

Resibron 800 1x1

Phenitoin cap 100 3x1

Clobazam 3x1

Asam mefenamat 3x50mg

B comp 3x1

PCT 3x1 (k/p) Bed rest

Diet MB DM 2000 kkal

Inj reg insulin 6-6-6 h.a.c.

Inj diazepam 10mg (k/p)

Ranitidin 150mg 2x1

Resibron 800 1x1

Phenitoin cap 100 3x1

Clobazam 3x1

Asam mefenamat 3x50 mg

B comp 3x1

PCT 3x1 (k/p)

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 Definisi

Kontusio serebri adalah suatu keadaan yang disebabkan trauma kapitis yang menimbulkan lesi perdarahan interstisial nyata pada jaringan otak tanpa terganggunya kontinuitas jaringan dan dapat menyebabkan gangguan neurologis yang menetap.13.2 Insiden

Statistik Negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa trauma kapitis mencakup 26% dari jumlah segala macam kecelakaan. Kurang lebih 33% kecelakaan yang berakhir menyangkut trauma kapitis. Diluar medan peperangan lebih dari 50% dari trauma kapitis terjadi karena kecelakaan lalu lintas selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh.23.3 EtiologiKontusio serebri dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, penganiayaan dan penyebab lainnya.33.4 PatogenesaHal yang penting untuk terjadinya lesi kontusio adalah adanya akselerasi kepala, yang seketika itu juga menimbulkan penggeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Karena itu otak membentang batang otak terlampau kuat., sehingga menimbulkan blokade reversibel terhadap lintasan asendens retikularis difus. Akibat blokade itu otak tidak mendapat input aferen dan karena itu kesadaran hilang selama blokade reversibel berlangsung.2Timbulnya lesi laserasio di daerah-daerah dampak(coup), counter coup dan intermediate, menimbulkan gejala defisit neurologik, yang bisa berupa refleks Babinski yang positif dan kelumpuhan tipe UMN. Setelah kesadaran pulih kembali, si penderita biasanya menunjukkan gambaran organic brain syndrome.2Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang beroperasi pada trauma kapitis tersebut diatas, autoregulasi pembuluh darah serebral terganggu , sehingga terdapat vasoparalisis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat vegetatif ikut terlibat maka rasa mual, muntah dan gangguan pernapasan bisa timbul.23.5 KlasifikasiBerdasarkan klinis dan data CT kontusio serebri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:4Trauma Kranioserebral Dengan Tanda Klinis Ringan

1. Memar otak (tanpa manifestasi pada CT scan).

2. Fokus iskemi paska trauma (fokus hemoangiopathi iskemik paskatrauma).Trauma Kranioserebral Dengan Tanda Klinis Sedang

1. Fokus kecil kortikal atau kontusio serebri kortikal-subkortikal. Volume fokus tersebut sampai dengan 30 ml (cm3).

2. Hydroma paskatrauma akut (tanpa hematoma atau fokus dari kontusio serebri).

Trauma Kranioserebral Dengan Tanda Klinis Berat

1. Perdarahan subarakhnoid akibat trauma.

2. Fokus yang terbatas dari kontusio serebri dengan volume 30-50 ml (cm3).

3. Fokus disseminata dari kontusio serebri (meliputi kortex dan subcortical struktur subkortikal) dengan volume lebih dari 50 ml (cm3). 4. Kontusio serebellum. 5. Kontusio serebri multiple uni- atau bilateral, i.e. focus kontusio dengan berbagai derajat keparahan berlokasi di satu atau kedua hemisfer atau di kedua hemisfer dan serebellum.

6. Kontusio batang otak.

7. Lesi axonal difus pada otak.

8. Hematoma intrakranial traumatik (kecil sampai 50 ml, sedang dari 51 sampai 100 ml, besar dari 101 sampai 200 ml, sangat besat lebih dari 202 ml).

9. Fokus patologis komples intrakranial paskatrauma dalam bentuk hematoma intracranial traumatik dikombinasikan dengan focus kontusio serebri, iskemia akut paskatrauma, hydroma atau lesi paskatrauma akut lainnya.

10. Perdarahan intraventrikular paska trauma termasuk:

1. Perdarahan inraventrikuler biasa 2. Perdarahan intraventrikuler masif 3. Hematoma inreventrikuler3.6 Gambaran histologisKontusi terjadi bila trauma tumpul merusak atau menghancurkan jaringan otak tanpa merobek piamater. Kebanyakan tempat dari kontusi itu berhubungan langsung dengan traumanya, dimana mereka bisa terjadi pada tempat benturan (coup lessions) atau pada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan (countercoup lessions), dimana otak dalam keadaan bergerak membentur permukaan dalam tengkorak (misalnya,sayap tulang sfenoid dan tepian tulang orbita, yang menimbulkan kontusi pada kutub frontal dan temporal serta pada girus orbitofrontalis). Kontusi biasnya hanya merusak mahkota girus, meninggalkan kedalaman sulkus tetap utuh. Secara histologis, pada kontusi yang akut menimbulkan fokus-fokus nekrosis hemoragik. Pada akhirnya, makrofag akan datang untuk membersihkan jaringan yang mati dab daerah itu secara perlahan-lahan berubah menjadi daerah berwarna cokelat-kuning yang tidak rata, berlantai jaringan glia yang sering ditutup oleh fibrosis dari leptomening. Berdasarkan warnanya itu, kontusi yang sudah lama disebut plaques jaunes.53.7 Manifestasi Klinis

Kontusio serebri dapat mempunyai beberapa fase, yaitu :1

Fase I : fase shock

Keadaan ini terjadi pada awal 2x 24 jam disebabkan kolaps vasomotorik dan kekacauan regulasi sentral

Temperatur tubuh menurun, kulit dingin, ektremitas dan muka sianotik

Respirasi dangkal dan cepat

Nadi lambat sebentar kemudian berubah jadi cepat, lemah dan irregular

Tekanan darah menurun

Refleks tendon dan kulit menghilang

Babinsky reflek positif

Pupil dilatasi dan reflek cahaya melemahFase II : fase hiperaktif sentral vegetatif

Temperatur tubuh meninggi

Pernafasan dalam dan cepat

Takikardi

Sekret bronkial meningkat berlebihan

Tekanan darah menaik lagi dan bisa lebih dari normal

Reflek-reflek serebral muncul kembaliFase III : fase cerebral edema

Fase ini sama bahayanya dengan fase shock dan dapat mendatangkan kematian jika tidak ditanggulangi secepatnya

Fase IV : fase regenerasi

Temperature tubuh kembali normal

Gejala fokal serebral intensitas berkuarang atau menghilang (kecuali lesinya luas)3.8 Prosedur Diagnostik

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menegakan adanya trauma kepala khususnya kontusio serebri adalah :61. Pemeriksaan fisik

Setelah resusitasi ABC dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi kesadaran, tensi, nadi, pola dan frekuensi respirasi, pupil (besar bentuk dan reaksi cahaya), defisit fokal serebral dan cedera ekstrakranial. Hasil pemeriksaan dicatat dan dilakukan pemantauan ketat pada hari-hari pertama.

2. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah foto kepala dan leher. Selain itu juga perlu dilakukan skrining otak.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemerikasaan darah :

a) Hb

b) Leukosit

Penelitian di RSCM mendapatkan hasil bahwa leukositosis dapat dipakai salah satu indicator untuk membedakan kontusio dan komusio.

c) Gula Darah Sewaktu (GDS)

d) Ureum, Kreatinin

Pemeriksaan fungsi ginjal perlu dilakukan oleh karena pemberian manitol suatu zat hiperosmolar, berdampak pada fungsi ginjal.

e) Analisa Gas Darah

f) Elektrolit

g) Albumin Serum

h) Trombosit, PT, aPTT, Fibrinogen

3.9 Diagnosa Banding Komosio serebri

Laserasi serebri

3.10 Penatalaksanaan

Pada pasien dengan kontusio serebri tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :6,71. Resusitasi jantung paru, dengan tindakan A(airway), B (breathing) dan C (circulation)

2. Menurunkan Tekanan Intra Kranial

TIK normal adalah 0-15mmHg. Diatas 20mmHg sudah harus diturunkan dengan cara:

Hiperventilasi

Terapi diuretik

Diuretik osmotik (Manitol 20%)

Dosis : 0,5-1 g0kgBB diberikan dalam 30 menit

Loop diuretik (Furosemid)

Dosis : 40 mg/hari i.v.

Posisi tidur

Bagian kepala ditinggikan 20-30o dengan kepala dan dada pada satu bidang.

3. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Pada saat awal (hari ke1-2). Pemasukan cairan dikurangi untuk mencegah bertambahnya edema serebri dengan jumlah cairan 1500-2000ml/hari.

Yang dipakai NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat.

Setelah 3-4 hari dapat dimulai makanna peroral melalui pipa nasogastrik.4. Nutrisi

Selain infus, nutrisi diberikan :

Hari 1: berikan glukosa 10% sebanyak 100ml/2jam.

Hari 2: berikan susu dengan dosis seperti glukosa.

Hari 3: makanan cair 2000-3000 kalori disesuaikan dengan

keseimbangan cairan dan elektrolit

5. Neuroproteksi

Adanya tenggang waktu antara terjadinya cedera otak (primary insult) dengan timbulnya kerusakan jaringan saraf (secondary insult), memberi waktu bagi kita untuk memberikan neuroprotektan.

Obat-obat tersebut antara lain golongan antagonis kalsium (antara lain nimodipine). Sitikolin atau piracetam dianggap sebagai neuroproteksi.

6. Pemberian steroid

kortikosteroid diberikan pada kasus selektif, terutama kasus cedera kranio-serebral berat.

Terapi kortikosteroid yang menjanjikan dimasa datang adalah pemberian 21-aminosteroid (Lazaroid).

Pemberian deksametason dengan rangkaian jangka pendek (5hari) atau panjang (7 hari) sebagai berikut :

Hari pertama saat pasien dating diberikan secara bolus 10 mg i.v

Kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/4 jam i.v

Hari kedua diberikan 5 mg/4 jam i.v

Hari ketiga diberikan 5 mg/6 jam i.v

Hari keempat diberikan 5mg/ 8 jam i.v atau i.m

Hari kelima diberikan 5 mg/12 jam i.m

Hari keenam diberikan 5 mg/12 jam i.m

Hari ketujuh diberikan 5 mg/24 jam i.m

Dosis methylprednisolone : 3 x 250 mg i.v selama 5 hari

7. Neurorestorasi/rehabilitasi

Posisi baring dirubah setiap 8 jam, dilakukan tapotase toraks dan ekstrimitas digerakkan secara pasif untuk mencegah dekubitus dan pneumonia orthostatik.

3.11 PrognosaPrognosa dari cedera kepala dipengaruhi oleh umur, durasi amnesia traumatic, lokasi dan cedera neurologis.81. Umur dari pasien paling penting dalam menentukan prognosa dari cedera kepala. Peningkatan umur akan mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan pemulihan.2. Derajat keparahan dari cedera kepala yang diukur dari durasi amnesia traumatic bias digunakan sebagai indeks prognosa. 3. Lesi yang mengenai saraf periferal biasanya memiliki prognosa yang baik meskipun kerusakan saraf mungkin permanen.

4. Pasien yang mengalami koma selama 48 jam biasanya tidak selamat.

5. Prognosa bergantung pada apakah gejala semakin membaik atau memburuk dan letak lesi. Cedera otak biasanya membaik walaupun pada umumnya disertai gangguan tingkah laku yang menetap

Pasien yang berada dalam keadaan koma selama 48 jam biasanya tidak selamat.

Cedera otak biasanya memiliki prognosa yang sedang sampai baik

BAB IV DISKUSI KASUS

Pada pasien diagnosa kontusio serebri ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana pada pasien ini didapati keluhan utama berupa penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan lalu lintas mengakibatkan trauma di kepala dan sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala yang amat sangat dan hilang timbul dalam 2 minggu setelah kecelakaan sebelum kesadaran pasien menurun. Pada pemeriksaan fisik didapati:Kesadaran: somnolen

Kepala dan leher:

Bentuk dan posisi: bulat dan simetris

Pergerakan: -

Kranium:

Bentuk: bulat simetris

Fontanella: tertutup rata

Perangsangan meningeal:

Kaku kuduk: +

Pasien didiagnosa dengan kontusio serebri, tidak dengan komosio serebri oleh karena pada pasien didapati perdarahan interstisial parenkim otak, sedangkan pada komosio serebri tidak dijumpai kelainan makroskopis jaringan otak (tidak didapati manifestasi pada CT-scan).

BAB V PERMASALAHAN1. Apa etiologi kontusio serebri pada kasus ini?

2. Bagaimana penatalaksanaan yang terbaik pada kasus kontusio serebri pada umumnya dan kasus ini pada khususnya?

3. Bagaimana prognosa penyakit kontusio serebri pada pasien ini?

BAB VI KESIMPULAN

Telah dibacakan satu laporan kasus ruangan kepaniteraan klinik senior tentang kontusio serebri. Dapat ditarik kesimpulan bahwa penegakan diagnosa kontusio serebri dengan melakukan anamnesis, dimana pada pasien ini didapati keluhan utama berupa penurunan kesadaran yang timbul setelah terjadinya trauma di kepala oleh karena kecelakaan lalu lintas. Pada pemeriksaan fisik didapati:Kesadaran: somnolen

Kepala dan leher:

Bentuk dan posisi: bulat dan simetris

Pergerakan: -

Kranium:

Bentuk: bulat simetris

Fontanella: tertutup rata

Perangsangan meningeal:

Kaku kuduk: +

BAB VII SARAN

Pasien dengan kontusio serebri disarankan agar kontrol penyakitnya dengan teratur dan menghindari faktor pencetus terjadinya trauma berulang. PAGE 1