lanjutan Angina Pektoris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

1. Definisi ANGINA PEKTORIS STABIL Angina Pektoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia miokardium. Angina pektoris ini mempunyai karakteristik tertentu yaitu nyeri retrosternal yang lokasi terseringnya di dada, substernal atau sedikit ke kiri, dengan penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari bagian ulnar, punggung/pundak kiri. AP sering juga dirasakan sebagai rasa tidak nyaman di dada, biasanya dalam waktu 10 menit di dada, rahang, bahu kiri punggung sampai kepergelangan tangan atau jari-jari, yang di picu oleh aktivitas, stress emosional dan menghilangkan dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin. AP dapat juga bermanifestasi sebagai rasa tidak nyaman di daerah epigastrium. Karakteristik yang terpenting dari AP adalah adanya perburukan dari nyeri dada yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan stress emosi.

ANGINA PEKTORIS TAK STABIL 2. Etiologi 3. EpidemiologiPrevalensi terjadinya angina pada studi populasi meningkat disetiap tingkatan usia dan perbedaan jenis kelamin. Terdapat data 5-7% di wanita berusia 45-67 tahun dan 10-12% di wanita berusia 65-84 tahun mengalami angina pektoris stabil, dan ada pria ditemukan 4-7% usia 45-64 tahun, dan 12-14% pada usia 65-84 tahun.

4. Patofisiologi 5. Faktor resiko 6. Tanda dan gejala Angina pektoris stabil lokasi : di dada, substernal atau sedikit di kirinya, dengan penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dengan dan jari-jari bagian ulnar, punggung/pundak kiri. Kualitas nyeri: nyeri yang tumpul, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma, seperti diremas-remas/dada mau pecah (dalam keadaan berat disertai keringat dingin dan sesak napas) Kuantitas : nyeri yang pertama sekali timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit sampai 20 menit maka harus dipertimbangkan sebagai angina tak stabil.

Gambaran klinis angina tak stabilKeluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang bertambah dari bias. Nyeri dada seperti pada biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak nafas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan jasmani seringkali tidak ada yang khas

7. Pemeriksaan penunjang Angina pektoris Stabil :EKG Waktu istirahat Dikerjakan bila belum dapat di pastikan bahwa nyeri dada adalah non kardiak. Bila angina tidak tipikal, maka EKG ini hanya positif pada 50% pasien. Kelainan EKG 12 leads yang khas adalah perubahan ST-T yang sesuai dengan iskemia miokardium. Akan tetapi perubahan-perubahan lain ke arah faktor resiko seperti LVH dan adanya Q abnormal amat berarti untuk diagnostic. Gambaran EKG lainnya tidak khas seperti aritmia, BBB, bi atau trifasikular blok, dan sebagainya. EKG istirahat waktu sedang nyeri dada dapat menambah kemungkinan kelainan yang sesuai dengan iskemia 50% lagi, walaupun EKG istirahat masih normal. Depresi ST-T 1 mm atau lebih merupakan pertanda iskemia yang spesifik, sedangkan perubahan-perubahan lainnnya seperti takikardia, BBB, blok fasikular dan lain-lain, apalagi yang kembali normal pada waktu nyeri hilang sesuai pula untuk iskemia.

Foto toraks Pemeriksaan ini dapat dilihat misalnya adanya klasifikasi koroner ataupun katup jantung, tanda-tanda lain, misalnya pasien menderita juga gagal jantung, penyakit jantung katup, perikarditis, dan anurisma dissekan, serta pasien-pasien yang cenderung nyeri dada karena kelainan paru-paru.

EKG Waktu Aktivitas/LatihanPenting sekali dilakukan pada pasien-pasien yang amat dicurigai, termasuk kelaian EKG seperti BBB dan depresi ST ringan. Begitu pula pada pasien-pasien dengan angina vasospastik; sedangkan pada pasien-Pasien dengan kemungkinan iskemianya rendah, LVH, minum obat digoksin, dengan depresi ST kurang dari 1 mm boleh saja dikerjakan, meskipun sebenanrnya tak terlalu perlu. Kontraindikasinya mislanya IMA kurang dari 2 hari, aritmia berat dengan hemodinamik terganggu, gagal jantung mainfes, emboli paru dan infark paru, perikarditis dan miokarditis akut, diseksi aorta. Kontraindikasi relative misalnya stenosis LM, stenosis aorta sedang atau obstruksi outflow lainnya, elektrolit bnormal, hioertensi sistolik >200 dan diastolic >100 mmHg, bradi atau takiaritmia, kardiomiopatia hipertrofik. UAP (kecuali yang beresiko rendah dan sudah bebas nyeri), dan gangguan fisik yang menyulitkan melakukan tes ini.

EkokardiografiPemeriksaan ini bermanfaat sekai pada pasien dengan murmur sistolik untuk memperlihatkan ada tidaknya stenosis aorta yang sifnifikan atau kardiomiopati hioertrofik. Selain itu dapat pula menentukan luasnya iskemia bila dilakukan waktu nyeri dada sedang berlangsung. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menganalisis fungsi miokardium segmental bila hal ini telah terjadi pada pasien AP stabil kronik atau bila telah infark jantung sebelumnya, walaupun ini tidak dapat memprlibatkan iskemia yang baru terjadi.

Stress Imaging, dengan ekokardiografi atau radionuklirBermanfaat dikerjakan pada pasien yang dicurigai menderita APS sedangkan EKG istirahatnya menunjukkan ST depresi 1 mm atau lebih atau memperlihatkan adanya WPW. Tes ini kurang bermanfaat bila dikerjakan pada pasien-pasien yang sudah hampir pasti atau sama sekali belum jelas menderita iskemia miokardium.

Angiografi KoronerPemeriksaan ini diperlukan pada pasien-pasien yang tetap pada APS klas III-IV meskipun telah mendapat terapi yang cukup, atau pasien-pasien dengan risiko tinggi tanpa mempertimbangkan beratnyaangina, serta pasien-pasien yang pulih dari serangan aritmia ventrikel yang berat sampai cardiac arrest, yang telah berhasil diatasi. Begitu pula perlunya pemeriksaan ini pada pasien-pasien yang karakteristik klinisnya tergolong risiko tinggi.

Pemeriksaan penunjang Elektrokardiografi (EKG)Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi resiko pasien angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T negative juga salah satu tanda iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang nonspesifik seperti depresi segmen ST kurang dari 0.5mm dan gelombang T negative kurang dari 2mm, tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak stabil 4% mempunyai EKG normal dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga normal.

Uji latihPasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dn menunjukkan tanda resiko tinggi perlu pemeriksaan exer-cise dengan alat treadmill. Bila hasilnya negative maka prognosis baik. Sedangkan bila hasilnya fositif, lebih-lebih bila didapatkan depresi segmen ST yang dalam, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan angiografi koroner, untuk menilai keadaan pembuluh koronernya apakah perlu tindakan revaskularisasi ( PCI atau CABG ) karena resiko terjadinya komplikasi kardiovaskular dalam waktu mendatang cukup besar.

EkokardiografiPemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis angina tak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung, menandakan prognosis kurang baik.

Pemeriksaan LABPemeriksaan troponin T atau I pemeriksaan CK-MB telah diterima sebagai petanda paling penting dalam diagnosis SKA. Menurut European Society of Cardiologi (ESC) dan ACC dianggap ada mionekrosis bila troponin T atau I positif dalam 24 jam. Troponin tetap positif sampai 2 minggu. Resiko kematian bertambah dengan tingkat kenaikan troponin.CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga diketemukan diotot skeletal, tapi berguna untuk diagnosis infrak akut dan akan meningkat dalam beberapa jam dan kembali normal dalam 48 jam.Kenaikan CRP dalam SKA berhubungan dengan mortalitas jangka panjang. Marker yang lain seperti amioid A, interleukin-6 belum secara rutin dipakai dalam diagnosis.8. Tata laksana ANGINA PEKTORIS STABILFarmakologis Aspirin Penyekat beta Angiontensin converting enzyme, terutama bila disertai hipertensi atau disfungsi LV Pemakaian obat-obatan untuk penurunan LDL pada pasien-pasien dengan LDL >130 mg/dl (target